Penggunaan Giberelin Setelah Panen Mempengaruhi Karakteristik Buah Melon Selama Penyimpanan.

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

PENGGUNAAN GIBERELIN SETELAH PANEN
MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK BUAH MELON
SELAMA PENYIMPANAN
Ida Bagus Putu Gunadnya1, Sri Mulyani2
1

2

Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana,
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana
e-mail: gspa1001@yahoo.com

ABSTRAK
Hormon giberelin sudah biasa digunakan pada budidaya tanaman buah. Beberapa hasil
riset menunjukkan bahwa hormon ini juga memberikan manfaat bila digunakan pada
penanganan pascapanen buah. Berdasarkan pada kenyataan ini, hormon giberelin dicoba
digunakan untuk mempertahankan karakteristik buah melon jenis Sky-rocket selama

penyimpanan. Penelitian dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan
percobaan faktorial 2 faktor. Faktor pertama berupa penggunaan larutan giberelin dengan 5
level konsentrasi yaitu: 0, 100, 200, 300 dan 400 ppm. Faktor kedua adalah lama
penyimpanan buah pada suhu kamar dengan 7 level: 0, 3, 6, 9, 12, 15 dan 18 hari. Buah
melon direndam dalam larutan giberelin selama 1 menit, ditiriskan dan disimpan dalam
kardus beralas jerami kertas. Parameter yang diamati meliputi kadar gula pereduksi, total
padatan terlarut, total asam dan tekstur daging buah melon. Hasil analisis statistik
menunjukkan bahwa perlakukan penggunaan larutan giberelin, plama penyimpanan dan
kombinasinya berpengaruh nyata terhadap kadar gula pereduksi, total asam dan tekstur
daging buah. Lama penyimpanan mempengaruhi secara nyata total padatan terlarut daging
buah. Analisis Beda Nyata Terkecil (BNT) menghasilkan bahwa perlakuan penggunaan
larutan giberelin terbaik untuk penyimpanan buah melon adalah konsentrasi giberelin 300
ppm. Karakteristik buah melon yang diberikan dari perlakuan larutan dengan konsentrasi
giberelin sebesar ini adalah mengandung gula pereduksi 1.95%, total padatan terlarut
4.07oBrix, total asam 0.77 mgrek/100 g bahan dengan kekerasan daging buah 12.83 kg/cm2.

PENDAHULUAN
Giberelin merupakan kelompok besar dari senyawa hormon yang memiliki aktivitas
biologi pada tanaman. Giberelin dikenal sebagai asam giberelat (GA) dengan jenis GA1,
GA2, GA3 dan seterusnya. Beberapa jenis GA diisolasi dari fungi Gibberella fujikura,

sedangkan beberapa lainnya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi. Tidak semua giberelin
memiliki keaktivan secara biologi yang sama tetapi peran utama dari giberelin adalah
mendorong pertumbuhan batang tanaman. Beberapa peran giberelin lainnya diantaranya
mendorong perkecambahan biji, pertumbuhan buah dan induksi enzim (Cleland, 1999).
Kajian pengaruh penggunaan hormon giberelin selama pertumbuhan pohon dan buah
yang dihasilkan sudah banyak dilakukan. Perlakuan ini tidak mempengaruhi waktu
pembungaan melon (Ouzounigou et al., 2008). Pemberian GA3 dapat mengurangi pengaruh
logam berat terhadap penurunan jumlah bunga melon (Khan & Chaudhry, 2006). Penggunaan
GA3 menyebabkan berat buah anggur menjadi sangat besar dengan berat biji yang lebih

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

Kata Kunci: Pascapanen, Giberelin, Penyimpanan, Melon.

179

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

rendah (Halbrooks & Mortensen, 1987). Pemberian GA3 dapat menurunkan jumlah buah
cherry yang pecah sampai 77.80% (Yildirim & Kuyuncu, 2010).

Pengaruh GA yang digunakan selama buah pada pohonnya dan pengaruhnya terhadap
karakteristik buah yang dihasilkan sudah banyak pula diteliti. Penggunaan GA3 diketahui
mempengaruhi total padatan terlarut buah anggur (Wolf & Loubser, 1992). Perlakuan GA3
prapanen mempengaruhi kekerasan buah cherry petik (Canli & Orhan, 2009), total padatan
terlarut dan total asam buah jeruk (Porat et al., 2001) dan buah cherry (Clayton & Biasi,
2003). Kekerasan buah dan total padatan terlarut beberapa jenis jeruk dipengaruhi secara
nyata oleh perlakuan pemberian GA saat pemberian 1 hari sebelum panen dibandingkan
dengan tanpa diberikan perlakuan (kontrol), tetapi total asam buah tidak dipengaruhi oleh
perlakuan. Kekerasan buah lebih besar secara nyata daripada kontrol (Ritenour et al., 2005).
Total padatan terlarut buah jeruk yang diberikan perlakuan GA secara nyata lebih kecil
daripada kontrol (Ritenour et al., 2005; Fidelibus & Cambell, 2002). Buah jeruk besar yang
diberikan perlakuan GA3 dan asam 2,4-dikhlorofenoksiasetat (asam 2,4-D) selama buah
berada di pohon memiliki ketahanan kulit terhadap tusukan secara nyata lebih besar daripada
kontrol (Ferguson et al., 1982). Özkaya et al. (2006) melaporkan kekerasan buah cherry petik
meningkat setelah selama pertumbuhan buah diberikan perlakuan dengan GA.
Kajian penggunaan giberelin terhadap karakteristik buah sesudah dipetik juga sudah
dilakukan. Ritenour et al. (2005) melaporkan bahwa perlakuan 250 ppm GA dengan 0.05%
Silwet secara nyata menunda pembentukan warna beberapa jenis buah jeruk pada
penyimpanan 18 hari setelah buah dipanen. Perlakuan GA3 pascapanen menyebabkan buah
jeruk warna hijau secara nyata mampu dipertahankan, sedangkan warna hijau dari buah yang

tidak diberikan perlakuan menurun sangat cepat selama penyimpanan (Porat et al., 2001).
Vargas & Lopez (2011) menyatakan bahwa penggunaan GA3 memungkinkan untuk
menunda pemasakan buah pisang. Menurut Porat et al. (2001) nilai total padatan terlarut dan
total asam buah jeruk yang diberikan perlakuan dan disimpan baik dalam jangka waktu
pendek maupun panjang tidak berbeda nyata dengan buah yang tidak diberikan perlakuan.
Ferguson et al. (1982) menemukan bahwa ketahanan kulit buah jeruk besar terhadap tusukan
tidak dipengaruhi oleh pemberian GA dan asam 2,4-D setelah buah dipanen.
Penelitian tentang penggunaan giberelin pada buah melon yang sudah dipetik masih
jarang dilaporkan, sedangkan buah melon termasuk buah yang disenangi dan biasanya
dimakan masak segar. Menurut Lester (1997) buah melon (Cucumis melo L.) merupakan
buah dengan kandungan kalori, lemak dan mineral Natrium yang rendah tetapi buah ini
merupakan sumber Kalium dan vitamin C. Disamping itu, buah ini juga merupakan sumber
vitamin A yang sangat baik. Karakteristik lain yang dimiliki oleh buah ini diantaranya
berdasarkan pola respirasi buah dan buah melon tergolong buah klimakterik (Kader, 1992).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian giberelin
terhadap karakteristik buah melon selama penyimpanan. Buah melon dengan umur petik dan
berat seragam diberikan perlakuan pencelupan dalam larutan giberelin sebelum disimpan
selama beberapa hari pada suhu kamar.

METODOLOGI

Bahan dan Alat
Buah melon yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah dengan kematangan
seragam yaitu 30 hari setelah pembungaan dengan berat 1.5-1.7 kg. Buah melon diperoleh
dari Banjar Bona Kecamatan Belahbatuh, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Bahan utama
lainnya yang digunakan adalah giberelin yang berupa asam giberelat (GA3) diproduksi oleh
National Business Corp., Singapura. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis meliputi
NaOH 0.1 N, H2SO4 20%, larutan Luff (CuSO4.5H2O), Na2S2O3.5H2O, KI 20%, fenolftalpein

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

Denpasar, 13-14 Juli 2012

180

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

dan akuades. Alat-alat yang digunakan mencakup: pengaduk, kertas rumput, kertas saring,
kardus, timbangan dan alat-alat gelas untuk analisis kimia, blender, refraktrometer dan

penetrometer.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan pola
percobaan faktorial dua faktor. Faktor pertama berupa perlakuan pemberian 5 level
konsentrasi giberelin, yaitu: G0 = konsentrasi 0 ppm, G1 = konsentrasi 100 ppm, G2 =
konsentrasi 200 ppm, G3 = konsentrasi 300 ppm dan G4 = konsentrasi 400 ppm.
Faktor kedua berupa lama penyimpanan pada suhu ruang (28 ± 2oC) yaitu: H0 = 0 hari,
H1 = 3 hari, H2 = 6 hari, H3 = 9 hari, H4 = 12 hari, H5 = 15 hari dan H6 = 15 hari. Setiap
sampel terdiri atas satu buah melon. Setiap perlakuan diulang sebanyak dua kali.
Data hasil pengamatan diolah dengan atau tanpa ditransformasi dengan transformasi
akar. Data kemudian diolah untuk memperoleh sidik ragam dengan menggunakan paket
program pengolah data Minitab Release 11.12 (Minitab Inc., 1996). Bila perlakuan
memberikan pengaruh nyata maka pengolahan dilanjutkan dengan menggunakan Beta Nyata
Terkecil (BNT) dengan taraf uji 5%.

Pengamatan Parameter
Parameter mutu buah melon yang diukur meliputi parameter-parameter obyektif dari
daging buah melon yaitu kadar gula pereduksi, total padatan terlarut, total asam dan tekstur.
Cara pengukuran parameter yang dilakukan adalah sbb:
Kadar gula pereduksi. Kadar gula pereduksi daging buah melon dilakukan

berdasarkan pada metode Luff-Schoorl sebagaimana dijelaskan dalam Sudarmaji dkk (1984).
Kadar gula pereduksi dinyatakan dalam persen.
Total padatan terlarut. Pengukuran total padatan terlarut daging buah dilakukan
dengan menggunakan alat refraktrometer. Daging buah melon dihancurkan dan cairan buah
diteteskan pada permukaan prisma alat. Nilai total padatan terlarut daging buah melon dibaca
pada skala alat dan dinyatakan sebagai oBrix.
Total asam. Total asam daging buah melon ditetapkan dengan mengikuti metode
titrimetri (Sudarmaji dkk, 1984). Parameter ini dinyatakan sebagai mgrek/100 g bahan.
Tekstur. Pengukuran tekstur buah melon dilakukan dengan menggunakan alat
penetrometer. Pengukuran tekstur daging dilakukan dua kali pada bagian pangkal daging
buah dan pada tengah daging. Pengukuran dirata-rata dan tekstur daging buah dinyatakan
sebagai kg/cm2.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Gula Pereduksi Daging Buah Melon
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pemberian giberelin dengan
beberapa taraf konsentrasi, perlakuan lama penyimpanan buah pada suhu kamar dan

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen


Pelaksanaan Percobaan
Buah melon dengan umur kematangan yang sama dan dengan berat buah yang seragam
disortasi secara visual sehingga diperoleh buah melon yang utuh, kulit buah tidak cacat dan
tidak busuk. Kemudian buah-buah melon hasil sortasi dibersihkan. Langkah berikutnya,
disiapkan larutan giberelin sesuai dengan perlakuan. Buah melon dicelupkan ke dalam larutan
giberelin selama 1 menit dan ditiriskan selama 5 menit. Buah kemudian disimpan dalam
kardus yang dialasi dengan kertas jerami. Buah disimpan dalam suhu kamar sesuai dengan
perlakuan faktor kedua yang sudah diterangkan di atas.

181

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata (P < 0.05) terhadap kadar gula pereduksi
daging buah melon. Secara umum hasil pengukuran kadar gula pereduksi daging buah melon
memperlihatkan peningkatan kandungan dan mencapai puncak setelah disimpan beberapa
hari. Kemudian kadar gula menurun selama sisa penyimpanan buah.
Tabel 1 memperlihatkan pengaruh kombinasi perlakuan terhadap kadar gula pereduksi

daging buah melon. Puncak nilai kadar gula pereduksi pada perlakuan konsentrasi giberelin 0
ppm terjadi pada penyimpanan hari ke-6. Pada penyimpanan hari ke-6 kadar gula pereduksi
daging buah mencapai nilai secara nyata tertinggi (P < 0.05) bila dibandingkan dengan kadar
gula pereduksi daging buah pada hari penyimpanan lainnya.
Tabel 1. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang
terhadap kadar gula pereduksi daging buah (%)

Lama penyimpanan (hari)

0

Konsentrasi giberelin (ppm)
100
200
300

400

1.50 a
1.50 a

1.50 a
1.50 a
1.50 a
de
d
bc
d
cd
3
1.64 a
1.62 a
1.49 a
1.70 a
1.66 a
cd
d
cd
cd
c
6

2.78 a
1.99 b
2.13 b
2.14 b
2.02 b
a
bc
cd
b
b
9
2.00 b
2.62 a
2.52 a
2.52 a
2.79 a
b
a
d
a
a
12
1.49 c
1.75 bc
2.12 a
2.08 a
2.01 ab
de
cd
bc
b
b
15
1.27 cd
1.57 b
1.87 a
1.83 ab
1.25 d
e
d
a
bc
d
18
1.52 a
1.72 a
1.53 a
1.72 a
1.52 a
de
cd
b
cd
c
Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menyatakan berbeda nyata (P < 0.05).

Untuk perlakuan konsentrasi giberelin yang lebih tinggi (100, 200, 3000 dan 400 ppm),
puncak kadar gula pereduksi daging buah secara konsisten dan berbeda secara nyata (P <
0.05) dengan hasil pengukuran pada hari-hari penyimpanan lainnya, terjadi setelah buah
disimpan selama 9 hari. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
giberelin mampu menunda pemasakan buah melon selama 3 hari bila dibandingkan dengan
pemberian 0 ppm giberelin. Pengamatan ini sesuai dengan hasil percobaan Ritenour et al.
(2005) yang menyatakan bahwa pembentukan warna pada beberapa jenis buah jeruk dapat
ditunda dengan menggunakan 250 ppm GA3 setelah buah dipanen. Penggunaan GA3 dengan
kisaran konsentrasi 500-2000 ppm juga dilaporkan mampu menunda pemasakan buah pisang
dibandingkan dengan buah yang tidak diberikan perlakuan. Lama penundaan pemasakan
buah pisang mencapai 9.5 - 12.4 hari (Vargas & Lopez, 2011). Potensi GA3 yang digunakan
sebagai penanganan pascapanen buah dilaporkan juga mampu menunda pemasakan buah
peach selama penyimpanan buah (Martinez-Romero et al., 2000).
Hasil percobaan ini juga mengungkap bahwa perlakuan pemberian konsentrasi
giberelin pada konsentrasi 100, 200, 300 dan 400 ppm tidak mampu menahan perombakan
makro-molekul daging buah menjadi gula-gula pereduksi. Ouzounigou et al. (2008)
melaporkan bahwa pemberian GA3 pada tahap prapanen juga tidak mempengaruhi
kandungan glukosa dan fruktosa daging buah melon. Berdasarkan pada data dan hasil analisis

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

0

182

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

BNT pada Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa perlakuan pemberian giberelin dengan
konsentrasi 300 ppm menyebabkan buah memiliki kandungan gula pereduksi tertinggi
sepanjang waktu penyimpanan bila dibandingkan dengan perlakuan pemberian giberelin
lainnya. Nilai rata-rata kandungan gula pereduksi daging buah melon mencapai 1.95%.
Total Padatan Terlarut Daging Buah Melon
Berdasarkan pada hasil analisis ragam diperoleh bahwa total padatan terlarut daging
buah melon dipengaruhi secara nyata (P < 0.05) oleh lama penyimpanan. Perlakuan
pemberian giberelin dan kombinasinya dengan perlakuan lama penyimpanan tidak
berpengaruh nyata (P > 0.05). Clayton & Biasi (2003) melaporkan hal yang sama bahwa total
padatan terlarut dari buah cherry tidak dipengaruhi oleh pemberian perlakuan GA3 selama
pertumbuhan buah. Porat et al. (2001) menemukan bahwa total padatan terlarut buah jeruk
setelah pemetikan yang diberikan perlakuan GA3 dan disimpan, baik dalam jangka waktu
pendek maupun panjang, tidak berbeda nyata dengan buah yang tidak diberikan perlakuan.
Hasil percobaan memperlihatkan suatu kecenderungan bahwa semakin lama waktu
penyimpanan buah melon menyebabkan total padatan terlarut daging buah melon meningkat
(Gambar 1). Hal ini menunjukkan bahwa selama penyimpanan buah melon terjadi pemecahan
makro-molekul daging buah menjadi molekul-molekul sederhana yang larut air.

5
4
3
2
1
0

c

c

0

3

b

b

b

a

6 penyimpanan
9
12(hari) 15
Lama

a

18

Gambar 1. Pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai total padatan terlarut daging
buah melon.

Total asam daging buah melon dari buah melon yang mendapat perlakuan giberelin
menurun secara nyata selama penyimpanan (Tabel 2). Secara umum, perlakuan pemberian
giberelin mulai hari penyimpanan ke-3 menyebabkan kandungan total asam daging buah
melon berbeda nyata (P < 0.05) dengan pemberian 0 ppm giberelin. Secara relatif pemberian
giberelin 300 ppm menyebabkan daging buah melon mengandung asam lebih tinggi. Nilai
rata-rata total asam daging buah melon yang diberikan perlakuan giberelin 300 ppm setelah
disimpan 18 hari adalah 0.77 mgrek/100 g.

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

Tekstur (kg/cm2)

Total Asam Daging Buah Melon
Sama seperti hasil analisis ragam untuk kadar gula pereduksi, hasil analisis ragam
untuk total asam daging buah melon menunjukkan bahwa baik perlakuan pemberian
giberelin, lama penyimpanan dan kombinasi kedua perlakuan berpengaruh nyata (P < 0.05)
terhadap total asam daging buah melon. Hasil percobaan ini berbeda dengan hasil yang
dilaporkan Porat et al. (2001) yang menyatakan bahwa buah jeruk yang sudah diberikan
perlakuan GA dan disimpan tidak mengalami perubahan total asam. Perbedaan hasil ini
kemungkinan disebabkan oleh buah melon terus mengalami perombakan makromolekul yang
dikandungnya dan menghasilkan asam-asam hasil dari siklus respirasi gula. Keadaan ini
didukung oleh penurunan kadar gula pereduksi (Tabel 1) dan peningkatan nilai total padatan
terlarut daging buah melon (Gambar 1).

183

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Tabel 2. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang
terhadap TPT daging buah melon (mgrek/100 g)
Konsentrasi giberelin (ppm)

Lama penyimpanan (hari)

0

100

200

300

400

0

0.93 a

0.93 a

0.93 a

0.93 a

0.93 a

A

a

a

a

a

3

0.88 a

0.80 a

0.82 a

0.90 a

0.83 a

A

b

b

a

b

6

0.73 c

0.75 bc

0.82 abc

0.87 a

0.84 ab

Bc

bc

b

a

ab

0.63 c

0.68 bc

0.78 ab

0.80 a

0.78 ab

D

cd

b

bc

b

0.58 c

0.65 bc

0.74 ab

0.75 a

0.65 bc

D

cd

b

c

c

0.45 b

0.63 a

0.60 a

0.56 a

0.63 a

E

de

c

d

c

0.68 a

0.55 bc

0.45 c

0.59 ab

0.45 c

Cd

e

d

d

d

9
12
15
18
Keterangan:

Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menyatakan
berbeda nyata (P < 0.05).

Tekstur Daging Buah Melon
Analisis ragam tekstur daging buah melon, seperti pada hasil analisis ragam gula
pereduksi dan total asam, juga memberikan hasil bahwa parameter ini dipengaruhi secara
nyata (P < 0.05) oleh pemberian perlakuan giberelin, lama penyimpanan dan kombinasinya.
Ferguson et al. (1982) melaporkan hasil yang sama untuk buah yang diberikan GA dan 2,4-D.
Dilaporkan bahwa nilai ketahanan kulit buah jeruk besar terhadap tusukan lebih besar
daripada buah yang tidak diberikan perlakuan GA dan 2.4-D.
Tabel 3. Pengaruh perlakuan konsentrasi GA dan lama penyimpanan buah melon pada suhu ruang
terhadap tekstur daging buah (kg/cm2)
0

100

200

300

400

0

14.13 a

14.13 a

14.13 a

14.13 a

14.13 a

A

a

a

a

a

12.25 d

12.43 cd

12.9 d

13.33 b

13.43 a

B

b

b

b

b

12.58 bc

12.17cd

12.07 d

12.91 b

13.43 a

B

b

c

b

b

10.36 c

12.06 b

12.04 b

12.88 a

12.27 b

C

b

c

b

c

8.61 d

11.42 bc

10.97 c

12.88 a

11.77 b

D

c

d

b

cd

15

7.51 c

9.93 b

10.00 b

12.26 a

12.01 a

E

d

e

c

c

18

7.76 c

9.56 b

9.61 b

11.45 a

11.41 a

E

d

e

d

d

3
6
9
12

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

Konsentrasi giberelin (ppm)

Lama penyimpanan (hari)

184

Denpasar, 13-14 Juli 2012
Keterangan:

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama
menyatakan berbeda nyata (P < 0.05).

Tabel 3 juga memperlihatkan hal yang sama bahwa pemberian giberelin 0 ppm
memiliki tekstur daging buah terendah bila dibandingkan dengan pemberian giberelin dengan
konsentrasi lebih tinggi. Perlakuan giberelin 400 ppm hanya mampu mempertahankan nilai
tekstur daging buah dengan nilai tertinggi yang berbeda nyata (P < 0.05) dengan perlakuan
lainnya selama penyimpanan 6 hari. Setelah penyimpanan 6 hari, perlakuan giberelin 300
ppm menyebabkan daging buah melon memiliki nilai tekstur tertinggi yang berbeda nyata (P
< 0.05) dengan perlakuan lainnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan
pemberian giberelin 300 ppm merupakan perlakuan terbaik yang mampu mengurangi
penurunan nilai tekstur daging buah. Nilai rata-rata tekstur daging buah melon yang
mendapat perlakuan 300 ppm adalah 12.83 kg/cm2 setelah penyimpanan 18 hari.

KESIMPULAN
Kadar gula pereduksi, total asam dan tekstur daging buah melon dipengaruhi secara
nyata oleh perlakuan pemberian giberelin, lama penyimpanan dan kombinasi dari kedua
perlakuan. Total padatan terlarut daging buah melon hanya dipengaruhi secara nyata oleh
lama penyimpanan. Perlakuan pemberian giberelin dapat menunda pemasakan buah dari 6
hari menjadi 9 hari sejak buah dipetik.
Berdasarkan pada uji Beda Nyata Terkecil dapat disimpulkan bahwa perlakuan
pemberian giberelin yang menghasilkan buah melon dengan karakteristik terbaik adalah
perlakuan giberelin dengan konsentrasi 300 ppm. Karakteristik buah melon yang diberikan
perlakuan ini mengandung gula pereduksi 1.95%, total padatan terlarut 4.07oBrix, total asam
0.77 mgrek/100 g bahan dengan kekerasan daging buah bernilai 12.83 kg/cm2.

Canli F.A. and Orhan H., 2009, Effects of Preharvest Gibberellic Acid Applications on Fruit Quality
of ‘0900 Ziraat’ Sweet Cherry. HortTechnology 19(1):127-129.
Cleland R.E., 1999, Introduction: Nature, occurrence and functioning of plant hormones. In
Biochemistry and Molecular. Biology of Plant Hormones. Hooykaas P.J.J., Hall M.A. and
Libbenga K.R. (eds.). Elservier, Ansterdam. pp 3-22.
Clayton M. and Biasi W.V., 2003, Postharvest Quality of 'Bing' cherries Following Preharvest
Treatment with Hydrogen Cyanamide, Calcium Ammonium Nitrate, or Gibberellic Acid.
HortScience. 38(3):407-411.
Ferguson L., Ismail M.A., Davies F.S. and Wheaton T.A., 1982, Pre- and Postharvest Gibberellic
Acid and 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid Applications for Increasing Storage Life of
Grapefruit. Proc. Fla. State Hort. Soc. 95:242-245.
Fidelibus M.W. and Campbell C.A., 2002, Gibberellic Acid Application Timing Affects Fruit Quality
of Processing Oranges. HortScience 37(2):353-357.
Halbrooks M.C. and Mortensen J.A., 1987, Influence of Gibberellic Acid and Various Management
Practices on Berry, Seed and Cluster Development in 'Orland Seedless' Grape. Proc. Fla. State
Hort. Soc. 100:312-315.
Kader A.A., 1992, Postharvest Biology and Technology: An Overview. In Postharvest Technology of
Horticultural Crops. Kader A.A. (ed.). University of California, Division od Agriculture and
Natural Resources. Publication 3311. pp. 15-20.
Khan A.S. and Chaudhry N.Y., 2006, GA3 Improves Flower Yield in Some Cucurbits Treated with
Lead and Mercury. African Journal of Biotechnology 5(2):149-153.
Lester G., 1997, Melon (Cucumis melo L.) Fruit Nutritional Quality and Health Functionality.
HortTechnology 7(3):222-227.

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

DAFTAR PUSTAKA

185

Denpasar, 13-14 Juli 2012

[PROSIDING SEMINAR NASIONAL PERTETA 2012]

Rekayasa Proses dan Teknik Pasca Panen

Martinez-Romero D., Valero D., Serrano M., Burlo F., Carbonell A., Burgos L. and Riquelme F.,
2000, Exogenous Polyamines and Gibberellic Acid Effects on Peach (Prunus persica L.)
Storability Improvement. Journal of Food Science 65(2):288-294.
Ouzounigou G., Papadopoulou P., Giannakoula A. and Ilias I., 2008, Plant Growth Regulators
Treatments Modulate Growth, Physiology and Quality Characteristics of Cucumis melo L.
Plants. Pak. J. Bot. 40(3):1185-1193.
Özkaya C., Dündar Ö. and Küden A., 2006, Effect of Preharvest Gibberellic Acid Treatments on
Postharvest Quality of Sweet Cherry. Journal of Food, Agriculture & Environment 4(1):189191.
Porat R.,Feng X., Huberman M., Galili D., Goren R. and Goldschmidt E.E., 2001, Gibberellic Acid
Slows Postharvest Degreening of ‘Oroblanco’ Citrus Fruits. HortSCience 36(5):937–940.
Ritenour M.A., Burton M.S. and McCollum T.G., 2005, Effects of Pre- or Postharvest Gibberellic
Acid Application on Storage Quality of Florida 'Fallglo' Tangerines and 'Ruby' Red Grapefruit.
Proc. Fla. State Hort. Soc. 118:385-388.
Sudarmadji S., Haryono B. dan Suhardi, 1984, Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Vargas A. and Lopez J.A., 2011, Effect of Dose Rate, Application Method and Commercial
Formulations of GA3 on Banana (Musa AAA) Fruit Green Life. Global Science Books 5(1):5155.
Wolf E.E.H. and Loubser J.T., 1992, Gibberellic Acid Levels and Quality Effects of Gibberellic Acid
in Treated Table Grapes. S. Afr. J. Enol. Vitic. 13(2):57-63.
Yildirim A.N. and Kuyuncu F., 2010, The Effect of Gibberellic Acid Applications on the Cracking
Rate and Fruit Quality in the ‘0900 Ziraat’ Sweet Cherry Cultivar. African Journal of
Biotechnology 9(38):6307-6311.

186