Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Self-Regulated Learning Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 Universitas "X" di Bandung.

(1)

i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Self-Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, di Universitas “X” Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian ini maka rancangan penelitian yang digunakan bersifat deskriptif, dengan menggunakan teknik survei. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 119 mahasiswa-mahasiswi angkatan 2009 Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung, yang didapat dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner self-regulated learning yang disusun peneliti berdasarkan teori self regulated learning oleh Pintrich (2005). Berdasarkan hasil uji validitas dan uji reliabilitas yang menggunakan Rumus Rank Spearman dengan program SPSS 17 maka diperoleh 85 item yang diterima, dengan validitas berkisar antara 0,307 - 0,727 dan reliabilitas sebesar 0,868

Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui, Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang tergolong kurang mampu (41,2% mahasiswa) dan yang mampu (40,3% mahasiswa) melakukan self regulated learning cenderung berimbang. Mahasiswa yang cenderung kurang mampu dan kurang mampu melakukan melakukan self-regulated learning sebagian besar kurang mampu melakukan fase control, hal ini dapat dilihat pada mahasiswa yang cenderung kurang mampu sebanyak 80% mendapat skor rendah pada fase control, sedangkan pada mahasiswa yang kurang mampu sebanyak 96% mahasiswa mendapatkan skor rendah pada fase control. Mahasiswa yang memiliki goal avoidance performance sebagian besar tergolong kurang mampu melakukan self regulated learning (62,5% mahasiswa). Faktor-faktor lingkungan sosial mahasiswa tidak menunjukkan keterkaitan pada kemampuan self-regulated learning mahasiswa. Mahasiswa yang menghayati faktor lingkungan fisik mereka tidak mendukung proses belajar, sebagian besar kurang mampu melakukan self-regulated learning.

Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang dapat diberikan pada peneliti lain adalah melakukan studi korelasi antara penghayatan faktor lingkungan fisik dalam proses belajar dengan kemampuan self-regulated learning pada mahasiswa. Melakukan penelitian mengenai hubungan antara goal orientation dengan self-regulated learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi angkatan 2009 Unversitas “X” di Bandung. Dari segi guna laksana yaitu untuk mahasiswa diharapkan mempelajari ulang materi mengenai training self regulation. Untuk BPP diharapkan memberikan konseling pada mahasiswa baik pribadi ataupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam proses belajar dengan pengetahuan mengenai self regulated learning terutama terkait dengan fase control.


(2)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR………. i

DAFTAR ISI……… iv

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR BAGAN……….. xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang Masalah………... 7

1.2 Identifikasi Masalah……….. 7

1.3 Maksud dan Tujuan………...7

1.4 Kegunaan……….. 7

1.5 Kerangka Pemikiran………..8

1.6 Asumsi……….. 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 28

2.1 What Turns A Potential Learning Opportunity Into A situation That The Student Identifies As Such ?... 28

2.2 Self Regulation... 30

2.2.1 Definisi Triadic Self-Regulation... 30

2.2.2 Pengaruh Sosial dan Lingkungan terhadap Self-Regulation... 32

2.3 Self Regulated Learning………33


(3)

v Universitas Kristen Maranatha

2.3.2 Regulation of Cognition……….42

2.3.2.1 Cognitive Planning and Activation………... 42

2.3.2.2 Cognitive Monitoring………46

2.3.2.3 Cognitive Control and Regulation………48

2.3.2.3 Cognitive Reaction and Reflection………50

2.3.3 Regulation of Motivation and Affect……… 51

2.3.3.1 Motivational Planning and Activation………..53

2.3.3.2 Motivational Monitoring………...55

2.3.3.3 Motivational Control and Regulation………...57

2.3.3.4 Motivational Reaction and Reflection……….. 60

2.3.4 Regulation of Behavior……… 61

2.3.4.1 Behavioral Forethought, Planning, and Activation…………..62

2.3.4.2 Behavioral Monitoring and Awareness……… 64

2.3.4.3 Behavioral Control and Regulation………..66

2.3.4.4 Behavioral Reaction and Reflection………. 67

2.3.5 Regulation of Context……….. 68

2.3.5.1 Contextual Forethought, Planning, and Activation…………..68

2.3.5.2 Contextual Monitoring……….. 70

2.3.5.3 Contextual Control and Regulation……….. 71

2.3.5.4 Contextual Reaction and Reflection………..73

2.6 Goal Orientation and Self Regulated Learning……… 75

2.7 Masa Remaja………. 78 2.7.1 Transisi dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ke Perguruan


(4)

vi Universitas Kristen Maranatha

Tinggi………... 79

2.7.2 Masa muda dan Kriteria untuk Menjadi Dewasa………. 81

2.7.3 Orientasi Masa Depan dalam Bidang Pendidikan………... 81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.………... 83

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………. 83

3.2 Bagan Rancangan Penelitian……….83

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………... 84

3.3.1 Variabel Penelitian... 84

3.3.2 Definisi... 84

3.3.2.1 Definisi Konseptual... 84

3.3.2.2 Definisi Operasional... 84

3.4 Alat Ukur ………. 86

3.4.1 Alat Ukur Self Regulated Learning………..88

3.4.2 Prosedur Pengisian Kuesioner... 92

3.4.3 Sistem Penilaian………... 93

3.4.4 Data Pribadi dan Data Penunjang……… 94

3.4.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur……… 94

3.4.5.1 Uji Validitas... 94

3.4.5.2 Uji Reliabilitas... 96

3.5 Populasi Sasaran dan Teknik Sampling... 98

3.5.1 Populasi sasaran………... 98

3.5.2 Karakteristik Populasi……….. 98


(5)

vii Universitas Kristen Maranatha

3.6 Teknik Analisis Data……….98

BAB IV PEMBAHASAN………... 100

4.1 Gambaran Responden………... 100

4.1.1 Jenis Kelamin………... 100

4.1.2 IPK………... 101

4.2 Hasil……….. 101

4.2.1 Gambaran Fase Forethought………102

4.2.2 Gambaran Fase Monitoring………. 102

4.2.3 Gambaran Fase Control………... 103

4.2.4 Gambaran Fase Reaction and Reflection………. 103

4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Self-Regulated Learning………… 104

4.3.1 Proses Self-Regulated Learning Berdasarkan Fase-Fasenya…... 104

4.3.1.1Kelompok Mahasiswa yang Mampu Melakukan Proses Self Regulated Learning Dikaitkan dengan Fase-Fasenya………... 105

4.3.1.2 Kelompok Mahasiswa yang Cenderung Mampu Melakukan Proses Self Regulated Learning Dikaitkan dengan Fase-Fasenya………. 106

4.3.1.3 Kelompok Mahasiswa yang Cenderung Kurang Mampu Melakukan Proses Self Regulated Learning Dikaitkan dengan Fase-Fasenya………. 107

4.3.1.4 Kelompok Mahasiswa yang Kurang Mampu Melakukan Proses Self Regulated Learning Dikaitkan dengan Fase-Fasenya………. 108


(6)

viii Universitas Kristen Maranatha

4.4 Pembahasan……….. 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 125

5.1 Kesimpulan... 125

5.2 Saran... 126

5.2.1 Saran Teoritis... 126

5.2.2 Saran Praktis... 126

DAFTAR PUSTAKA……….. 127

DAFTAR RUJUKAN……….. 128 LAMPIRAN


(7)

ix Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fase dan Area untuk Self-Regulated Learning

Tabel 2 Two Goal orientation and Their Approach and Avoidance Forms Tabel 3.3.1 Kisi-kisi Alat Ukur

Tabel 3.3.3 Sistem Penilaian

Tabel 4.1.1 Tabel distribusi frekuensi jenis kelamin responden Tabel 4.1.2 Tabel distribusi frekuensi IPK responden

Tabel 4.2.1 Gambaran fase forethought mahasiswa fakultas psikologi Universitas “X”

Tabel 4.2.2 Gambaran fase monitoring mahasiswa fakultas psikologi Universitas “X”

Tabel 4.2.3 Gambaran fase control mahasiswa fakultas psikologi Universitas “X”

Tabel 4.2.4 Gambaran fase Reaction and Reflection mahasiswa fakultas psikologi Universitas “X”

Tabel 4.3.1 Tabel distribusi frekuensi Kemampuan Self Regulated Learning Mahasiswa

Tabel 4.3.2.1 Tabel distribusi frekuensi Self-Regulated Learning berdasarkan fase-fasenya pada kelompok mahasiswa yang mampu melakukan proses self regulated learning


(8)

x Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.3.2.2 Tabel distribusi frekuensi Self-Regulated Learning berdasarkan fase-fasenya pada kelompok mahasiswa yang cenderung mampu melakukan proses self regulated learning

Tabel 4.3.2.3 Tabel distribusi frekuensi Self-Regulated Learning berdasarkan fase-fasenya pada kelompok mahasiswa yang cenderung kurang mampu melakukan proses self regulated learning

Tabel 4.3.2.4 Tabel distribusi frekuensi Self-Regulated Learning berdasarkan fase-fasenya pada kelompok mahasiswa yang kurang mampu melakukan proses self regulated learning


(9)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5 Bagan Kerangka Pikir……… 26 Bagan 3.2 Bagan Rancangan Penelitian………. 83


(10)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Lampiran 2 Petunjuk Pengerjaan Lampiran 3 Data Penunjang

Lampiran 4 Kuesioner Self-Regulated Learning Lampiran 5 Nilai Self-Regulated Learning Mahasiswa

Lampiran 6 Kemampuan Self-Regulated Learning Mahasiswa Lampiran 7 Hasil Crosstabs


(11)

(12)

Lampiran 1 Surat Pernyataan

Dengan ini saya bersedia secara sukarela untuk mengisi kuesioner dengan ketentuan-ketentuan yang ada dibawah ini.

Nama :

1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

2. Data-data yang diambil dari kuesioner ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses kegiatan Self-Regulated Learning.

3. Diharapkan saudara bersedia memberikan informasi yang sebenarnya.

Bandung, 18 Desember 2010


(13)

Lampiran 2 Petunjuk Pengerjaan

Kepada Saudara telah dibagikan lembar kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan dan pada setiap pernyataan-pernyataan tersebut terdapat empat kemungkinan jawaban yaitu: sesuai (S), cukup sesuai (CS), kurang sesuai (KS), tidak sesuai (TS). Saudara diminta untuk menjawab setiap pernyataan dengan cara memberikan tanda ceklist (√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan kondisi Saudara. Perlu diperhatikan bahwa ini bukan merupakan suatu tes, sehingga tidak ada jawaban benar atau salah. Saudara hendaknya mengisi kuesioner ini sesuai dengan apa yang Saudara rasakan atau Saudara ketahui.

Pastikanlah Saudara mengisi seluruh pernyataan yang tersedia.

Atas perhatian dan partisipasi Saudara, penyusun mengucapkan terima kasih. Selamat mengerjakan.


(14)

Lampiran 3 Data Penunjang

Usia :

Jenis Kelamin :

IPK :

1. Apakah saudara pada awal masuk fakultas psikologi mengikuti Training Self Regulation?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah saudara merasa Training Self Regulation itu membantu kelancaran belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Bila ya, membantu dalam hal_____________________________________ ____________________________________________________________ 3. Saat memasuki fakultas psikologi ini, target utama saya adalah

a. Memperoleh dan memahami ilmu psikologi sedalam mungkin sekaligus mahir dalam melakukan praktek-praktek ilmu psikologi.

b. Belajar sebaik mungkin agar jangan sampai tidak mengerti ilmu-ilmu psikologi yang diajarkan dan jangan sampai tidak mampu melakukan praktek-praktek psikologi yang diajarkan.

c. Berusaha lulus secepat mungkin dan mendapatkan nilai paling tinggi diantara mahasiswa yang lain.

d. Berusaha agar tidak lulus terlalu lama dan tidak mendapatkan nilai yang rendah dibandingkan mahasiswa lain.

Apa yang saudara lakukan untuk memenuhi target tersebut______________ _____________________________________________________________ 4. Saya menetapkan target untuk lulus dalam ____ tahun.


(15)

5. Siapakah orang yang paling banyak memberikan pengaruh dalam kegiatan belajar saudara ?

a. Dosen b. Orang tua c. Teman

6. Apakah peran dari orang tua terhadap kegiatan belajar saudara ? a. Penyemangat untuk lebih rutin belajar.

b. Mengingatkan saya untuk belajar. c. Pengatur kegiatan belajar saya.

d. Peran lain,________________________________________

7. Apakah peran orang tua membantu saudara dalam proses belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah orang tua memberikan tekanan pada saudara dalam proses belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Bila ya, hal apa yang ditekankan : a. Untuk lulus secepat mungkin. b. Mendapatkan IPK yang tinggi

c. Hal lain,__________________________________________

Apa dampak dari adanya tekanan orang tua,_________________________ ____________________________________________________________ 9. Apakah orang tua sering memberikan reward pada saudara apabila berhasil

dalam suatu tahap proses belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Bila ya, reward apa yang diberikan : a. Pujian

b. Barang


(16)

10.Apakah dosen berpengaruh dalam proses kegiatan belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Bila ya, pengaruh yang ditimbulkan :

a. Membuat materi kuliah menjadi menarik atau tidak. b. Pendorong untuk mendalami materi kuliah atau tidak. c. Penyemangat untuk mendapatkan nilai yang baik.

d. Pengaruh lain, ________________________________________ Pengaruh dosen terhadap kegiatan belajar selama ini

a. Positif b. Negatif

11.Apakah dosen sering memberikan pujian kepada saudara dalam rangka proses belajar?

a. Ya b. Tidak

Apa pengaruhnya untuk saudara ____________________________________ 12.Apakah teman berpengaruh dalam proses kegiatan belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Bila ya, pengaruh yang ditimbulkan :

a. Meningkatkan semangat belajar, karena___________________________ b. Menurunkan semangat belajar, karena ____________________________ c. Mengingatkan saya untuk belajar.

d. Pengaruh lain,_________________________________________ 13.Apakah teman saudara membantu proses kegiatan belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Membantu dalam hal ____________________________________________ 14.Apakah teman-teman sering memberikan pujian pada saudara dalam rangka

proses belajar saudara?

a. Ya b. Tidak

15.Bagaimanakah suasana kelas ketika kuliah menurut saudara ?

a. Nyaman b. Tidak nyaman

Hal apa yang membuat nyaman ____________________________________ Hal apa yang membuat tidak nyaman ________________________________


(17)

16.Apakah pendapat saudara tentang perpustakaan kampus ? a. Cukup lengkap

b. Kurang lengkap

17.Apakah keadaan / suasana rumah saudara mendukung proses belajar saudara ?

a. Ya b. Tidak

Mendukung dalam hal ____________________________________________ ______________________________________________________________ Hal yang membuat tidak nyaman untuk belajar ________________________ ______________________________________________________________


(18)

Lampiran 4

Kuesioner Self-Regulated Learning

No Pertanyaan S CS KS TS

1. Saya akan menetapkan target nilai yang harus saya capai untuk setiap mata kuliah yang saya ambil.

2 Sebelum mengambil suatu mata kuliah saya memutuskan untuk menanyakan pada mahasiswa angkatan atas tentang materi-materi apa saja yang akan di dapat, dan materi-materi yang berhubungan dengan mata kuliah tersebut.

3 Pada semester ini saya merencanakan untuk banyak belajar dengan bertanya jawab bersama teman.

4 Saya mengamati belajar dengan bertanya jawab bersama teman dapat meningkatkan nilai saya.

5 Pada semester ini saya memilih belajar dengan menggunakan metode bertanya jawab dengan teman agar dapat meningkatkan nilai saya.

6 Ketika belajar bekelompok saya harus meluangkan waktu yang lebih karena terkadang lebih banyak mengobrol daripada bekerja.

7 Ketika dosen memberikan pertanyaan mengenai materi yang pernah diajarkan saya sering menjawabnya.

8 Saya mampu mengingat dengan baik instruksi-instruksi yang diajarkan pada saat praktikum.

9 Saya mampu mengingat dengan baik langkah-langkah skoring alat tes yang telah diajarkan pada PD1.

10 Agar pengetahuan yang saya dapat maksimal, saya memutuskan untuk sering membaca text book materi kuliah di perpustakaan.


(19)

11 Saat mengontrak satu mata kuliah saya akan menanyakan pada

mahasiswa angkatan atas tentang buku-buku apa saja yang dibutuhkan. 12 Ketika awal masuk semester ini saya merencanakan untuk belajar

dengan menggunakan text book dan handout dari dosen.

13 Saya menyadari saat saya belajar dari handout dosen dan text book pemahaman saya terhadap materi menjadi lebih luas.

14 Saya memilih cara belajar dengan menggunakan text book dan handout dari dosen agar pemahaman tentang materi tersebut lebih dalam.

15 Saya harus lebih banyak membaca bermacam-macam text book psikologi di perpustakaan bila saya ingin meningkatkan pemahaman saya.

16 Bila saya mendapatkan nilai yang kurang memuaskan menurut saya itu dikarenakan saya kurang banyak meluangkan waktu untuk membaca text book.

17 Ketika saya mendapat nilai yang baik dalam praktikum, itu dikarenakan saya banyak berlatih dalam kegiatan praktek-praktek psikologi.

18 Ketika saya mendapat nilai yang rendah dalam ujian menurut saya, itu dikarenakan saya tidak melengkapi catatan saya.

19 Saya belajar di psikologi karena ingin mendapatkan pengetahuan mengenai psikologi sedalam mungkin.

20 Saya yakin mampu memahami materi-materi kuliah psikologi dengan baik.

21 Saya mengetahui bahwa ilmu psikologi sangat luas sehingga bila ingin mendapatkan pengetahuan yang mendalam saya harus banyak

membaca text book psikologi.

22 Saya mengerti mengapa harus mendalami teori-teori psikologi karena hal tersebut penting memahami perilaku manusia.


(20)

23 Saya merasa ingin mengetahui lebih banyak lagi ilmu psikologi karena menurut saya ilmu psikologi itu menarik.

24 Ketika saya merasa suatu mata kuliah tidak penting, saya akan coba memikirkan bila nilai mata kuliah tersebut rendah maka akan mempengaruhi IPK, sehingga saya harus tetapi serius mempelajari mata kuliah tersebut.

25 Saya akan merasa bangga jika saya mendapatkan nilai ujian yang baik dikarenakan saya telah belajar dengan sungguh-sungguh.

26 Saya berhasil mendapatkan nilai yang baik dalam mata kuliah yang tidak saya sukai karena saya berhasil mengatasi rasa malas saya. 27 Saya akan berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik dikelas. 28 Saya mengetahui mata kuliah kepribadian II, perkembangan,

merupakan mata kuliah dengan materi yang cukup banyak, sehingga harus meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar.

29 Saya mengerti dengan mendapatkan nilai-nilai yang baik di semester awal akan dapat meningkatkan semangat belajar saya kedepannya. 30 Saya tertantang untuk mempelajari ilmu psikologi lebih dalam lagi. 31 Saya menyadari terkadang saya terlalu percaya diri sehingga membuat

saya malas belajar.

32 Saya merasa kecewa ketika mendapatkan nilai UTS yang rendah karena kurang serius dalam belajar

33 Saya mampu belajar dengan baik selama ini dikarenakan saya mampu mengatasi rasa tidak yakin diri saya.

34 Saya akan berusaha mengerjakan tugas-tugas praktikum sebaik mungkin sehingga akan mahir dalam kegiatan praktek-praktek psikologi.

35 Saya yakin mampu melaksanakan kegiatan praktikum psikologi dengan baik .


(21)

36 Saya mengetahui bahwa dalam mata kuliah praktikum akan diberikan lebih banyak tugas dibanding kuliah materi.

37 Saya memahami relevansi dari diajarkannya wawancara dan observasi adalah agar saya mampu menggali data secara mendalam.

38 Saya menyukai kegiatan praktikum di fakultas psikologi.

39 Saya mengamati terkadang saat merasa ragu-ragu dalam melakukan observasi dan wawancara membuat saya tidak dapat menggali data secara mendalam.

40 Saya merasa marah pada diri sendiri ketika saya mendapat nilai yang tidak memuaskan dikarenakan ketika seharusnya belajar saya pergi bermain.

41 Saya mampu melakukan observasi dan wawancara dengan baik dikarenakan mampu mengatasi keraguan dalam diri.

42 Saya akan membuat jadwal belajar yang rutin.

43 Saya berencana untuk membuat agenda untuk mengamati jadwal belajar yang dibuat agar tidak terlewat.

44 Saya membandingkan nilai yang saya dapat dengan lamanya waktu belajar yang saya luangkan.

45 Bila nilai UTS saya tidak memuaskan, saya akan menambah waktu belajar saya.

46 Saya akan mempelajari materi ujian dari beberapa hari sebelum ujian dilaksanakan.

47 Dalam mengerjakan ujian yang sulit saya akan tetap berusaha menganalisis dan mengisi walau tidak tahu jawabannya.

48 Ketika tidak mengerti suatu materi kuliah saya akan menanyakannya pada dosen.

49 Bila tidak masuk kuliah saya akan berusaha menanyakan apa materi yang diberikan.


(22)

50 Saya tidak akan menunda-nunda mengerjakan tugas karena akan menghambat untuk mendapatkan nilai yang baik.

51 Saya menentukan suatu waktu khusus untuk mengerjakan tugas-tugas praktikum.

52 Saya berencana memperhatikan nilai-nilai tugas praktikum, untuk menentukan apakah waktu mengerjakan tugas perlu ditambah. 53 Saya memperhatikan apakah waktu yang saya tetapkan untuk

menyelesaikan tugas praktikum cukup.

54 Bila tugas praktikum yang diberikan banyak, saya akan berusaha menambah waktu untuk mengerjakan tugas.

55 Saya mengerjakan tugas praktikum dengan mencicil sampai selesai. 56 Apabila saya menemui suatu tugas praktikum yang sulit dan banyak

saya akan berusaha untuk tidak mengeluh.

57 Saya akan meminjam contoh laporan kakak angkatan bila kesulitan dalam membuat laporan praktikum.

58 Untuk meningkatkan efektifitas belajar saya merencanakan menjauhi aktivitas yang mengganggu konsentrasi.

59 Saya berencana untuk mengamati apakah saya sudah mampu menjauhi aktifitas yang dapat mengganggu konsentrasi

60 Saya mengamati seberapa sering kegiatan belajar terganggu karena HP / BB.

61 Bila sedang mempelajari materi yang sulit saya berusaha mematikan HP / BB.

62 Saya menon-aktifkan HP / BB sebelum belajar.

63 Pada saat ujian saya akan menolak ajakan teman untuk bermain walau dibujuk-bujuk.

64 Saya akan menonaktifkan HP / BB saat belajar, karena akan mengganggu konsentrasi


(23)

65 Saya akan membuat laporan praktikum sesuai dengan instruksi yang diberikan.

66 Saya menyadari bila mengerjakan laporan tidak sesuai dengan aturan maka akan mengurangi nilai yang didapat.

67 Saya akan mencatat semua aturan-aturan penulisan laporan dalam praktikum.

68 Saya merasa telah memenuhi tugas-tugas praktikum dengan baik. 69 Saya melakukan pengetesan psikologi, saya akan berpakaian formal. 70 Saya menyadari bila tidak mengenakan pakaian formal saat

pengetesan, saya tidak diperbolehkan melakukan tes.

71 Saya akan membiasakan diri untuk mengenakan pakaian formal. 72 Saya merasa tidak mendapatkan kesulitan dengan aturan yang ada

dalam praktikum.

73 Saya akan mencari subjek penelitian untuk praktikum sedini mungkin. 74 Saya mengamati kesulitan yang terjadi apabila mencari subjek

penelitian dalam waktu yang berdekatan dengan pengetesan. 75 Saya akan mencoba memperluas relasi saya, karena akan sangat

membantu dalam mencari subjek penelitian.

76 Saya akan berusaha masuk ke kelas sebelum perkuliahan dimulai. 77 Saya mengamati bahwa beberapa dosen merasa terganggu apabila ada

mahasiswa yang datang terlambat

78 Saya akan pergi ke kampus lebih awal agar bisa datang sebelum perkuliahan dimulai

79 Saya merasa nyaman datang ke kampus tidak dalam keadaan terburu-buru


(24)

80 Saya akan mengerjakan tugas yang diberikan dosen tidak hanya dengan menggunakan informasi dari handout tetapi juga dari textbook dan internet

81 Saya menyadari pengetahuan yang saya dapat hanya sedikit bila mengerjakan tugas hanya dari informasi handout dosen.

82 Saya akan membeli atau memfotokopi textbook yang digunakan suatu mata kuliah.

83 Saya rasa dosen akan menyukai tugas yang dibuat dengan informasi yang terbaru.

84 Saya akan mengumpulkan tugas praktikum tepat waktu

85 Saya tidak merasa kesulitan untuk menyelesaikan tugas praktikum tepat waktu.


(25)

Lampiran 5

Nilai Self-Regulated Learning Mahasiswa

No

Responden Forethought Derajat Monitoring Derajat Control Derajat

Reaction &

Reflection Derajat

1 90 Rendah 46 Rendah 48 Rendah 54 Rendah

2 117 Tinggi 65 Tinggi 61 Tinggi 62 Tinggi

3 100 Rendah 54 Rendah 54 Rendah 56 Rendah

4 102 Rendah 60 Tinggi 53 Rendah 59 Tinggi

5 101 Rendah 48 Rendah 43 Rendah 49 Rendah

6 102 Rendah 58 Rendah 53 Rendah 59 Tinggi

7 115 Tinggi 63 Tinggi 59 Tinggi 65 Tinggi

8 126 Tinggi 69 Tinggi 62 Tinggi 68 Tinggi

9 114 Tinggi 58 Rendah 58 Tinggi 61 Tinggi

10 110 Tinggi 65 Tinggi 53 Rendah 61 Tinggi

11 108 Tinggi 58 Rendah 53 Rendah 59 Tinggi

12 111 Tinggi 57 Rendah 51 Rendah 56 Rendah

13 105 Rendah 61 Tinggi 57 Tinggi 63 Tinggi

14 108 Tinggi 61 Tinggi 62 Tinggi 56 Rendah

15 98 Rendah 57 Rendah 44 Rendah 54 Rendah

16 65 Rendah 34 Rendah 24 Rendah 34 Rendah

17 98 Rendah 55 Rendah 49 Rendah 55 Rendah

18 92 Rendah 59 Tinggi 53 Rendah 56 Rendah

19 103 Rendah 57 Rendah 52 Rendah 57 Rendah

20 71 Rendah 42 Rendah 36 Rendah 46 Rendah

21 107 Rendah 55 Rendah 58 Tinggi 58 Rendah

22 90 Rendah 53 Rendah 48 Rendah 54 Rendah

23 124 Tinggi 62 Tinggi 64 Tinggi 69 Tinggi

24 98 Rendah 54 Rendah 49 Rendah 54 Rendah


(26)

26 101 Rendah 54 Rendah 50 Rendah 53 Rendah

27 101 Rendah 59 Tinggi 52 Rendah 59 Tinggi

28 124 Tinggi 62 Tinggi 62 Tinggi 63 Tinggi

29 106 Rendah 58 Rendah 51 Rendah 55 Rendah

30 103 Rendah 59 Tinggi 56 Tinggi 60 Tinggi

31 108 Tinggi 56 Rendah 59 Tinggi 59 Tinggi

32 127 Tinggi 71 Tinggi 68 Tinggi 72 Tinggi

33 120 Tinggi 67 Tinggi 64 Tinggi 62 Tinggi

34 110 Tinggi 56 Rendah 51 Rendah 54 Rendah

35 110 Tinggi 60 Tinggi 57 Tinggi 59 Tinggi

36 113 Tinggi 62 Tinggi 54 Rendah 58 Rendah

37 98 Rendah 51 Rendah 53 Rendah 60 Tinggi

38 120 Tinggi 58 Rendah 59 Tinggi 59 Tinggi

39 121 Tinggi 63 Tinggi 58 Tinggi 66 Tinggi

40 99 Rendah 53 Rendah 46 Rendah 54 Rendah

41 95 Rendah 54 Rendah 42 Rendah 49 Rendah

42 91 Rendah 56 Rendah 45 Rendah 52 Rendah

43 122 Tinggi 68 Tinggi 62 Tinggi 67 Tinggi

44 124 Tinggi 63 Tinggi 64 Tinggi 64 Tinggi

45 104 Rendah 61 Tinggi 54 Rendah 56 Rendah

46 102 Rendah 46 Rendah 45 Rendah 58 Rendah

47 95 Rendah 55 Rendah 41 Rendah 55 Rendah

48 91 Rendah 54 Rendah 44 Rendah 47 Rendah

49 122 Tinggi 66 Tinggi 58 Tinggi 64 Tinggi

50 121 Tinggi 66 Tinggi 63 Tinggi 68 Tinggi

51 103 Rendah 59 Tinggi 55 Tinggi 56 Rendah

52 96 Rendah 54 Rendah 51 Rendah 54 Rendah

53 94 Rendah 55 Rendah 53 Rendah 49 Rendah


(27)

55 119 Tinggi 63 Tinggi 66 Tinggi 65 Tinggi

56 122 Tinggi 62 Tinggi 63 Tinggi 59 Tinggi

57 113 Tinggi 61 Tinggi 59 Tinggi 58 Rendah

58 120 Tinggi 64 Tinggi 57 Tinggi 65 Tinggi

59 120 Tinggi 65 Tinggi 61 Tinggi 68 Tinggi

60 114 Tinggi 58 Rendah 57 Tinggi 60 Tinggi

61 127 Tinggi 70 Tinggi 65 Tinggi 69 Tinggi

62 119 Tinggi 64 Tinggi 57 Tinggi 60 Tinggi

63 116 Tinggi 61 Tinggi 60 Tinggi 65 Tinggi

64 109 Tinggi 64 Tinggi 61 Tinggi 64 Tinggi

65 105 Rendah 54 Rendah 51 Rendah 55 Rendah

66 121 Tinggi 64 Tinggi 65 Tinggi 67 Tinggi

67 122 Tinggi 62 Tinggi 61 Tinggi 66 Tinggi

68 102 Rendah 60 Tinggi 59 Tinggi 63 Tinggi

69 115 Tinggi 63 Tinggi 62 Tinggi 61 Tinggi

70 113 Tinggi 63 Tinggi 59 Tinggi 63 Tinggi

71 116 Tinggi 62 Tinggi 65 Tinggi 63 Tinggi

72 112 Tinggi 59 Tinggi 53 Rendah 57 Rendah

73 123 Tinggi 68 Tinggi 67 Tinggi 65 Tinggi

74 116 Tinggi 59 Tinggi 57 Tinggi 56 Rendah

75 91 Rendah 53 Rendah 49 Rendah 49 Rendah

76 115 Tinggi 59 Tinggi 46 Rendah 63 Tinggi

77 105 Rendah 53 Rendah 53 Rendah 59 Tinggi

78 122 Tinggi 64 Tinggi 61 Tinggi 68 Tinggi

79 103 Rendah 55 Rendah 54 Rendah 59 Tinggi

80 123 Tinggi 64 Tinggi 59 Tinggi 66 Tinggi

81 128 Tinggi 72 Tinggi 65 Tinggi 69 Tinggi

82 122 Tinggi 60 Tinggi 61 Tinggi 60 Tinggi


(28)

84 110 Tinggi 63 Tinggi 60 Tinggi 62 Tinggi

85 90 Rendah 46 Rendah 48 Rendah 51 Rendah

86 100 Rendah 59 Tinggi 51 Rendah 60 Tinggi

87 116 Tinggi 68 Tinggi 61 Tinggi 65 Tinggi

88 122 Tinggi 63 Tinggi 63 Tinggi 63 Tinggi

89 117 Tinggi 61 Tinggi 58 Tinggi 62 Tinggi

90 96 Rendah 60 Tinggi 56 Tinggi 55 Rendah

91 87 Rendah 46 Rendah 40 Rendah 53 Rendah

92 110 Tinggi 63 Tinggi 60 Tinggi 64 Tinggi

93 111 Tinggi 63 Tinggi 59 Tinggi 61 Tinggi

94 92 Rendah 50 Rendah 42 Rendah 52 Rendah

95 122 Tinggi 62 Tinggi 61 Tinggi 63 Tinggi

96 96 Rendah 48 Rendah 43 Rendah 52 Rendah

97 99 Rendah 55 Rendah 52 Rendah 55 Rendah

98 86 Rendah 50 Rendah 49 Rendah 44 Rendah

99 83 Rendah 44 Rendah 44 Rendah 41 Rendah

100 107 Rendah 59 Tinggi 54 Rendah 61 Tinggi

101 85 Rendah 50 Rendah 46 Rendah 46 Rendah

102 126 Tinggi 69 Tinggi 67 Tinggi 65 Tinggi

103 96 Rendah 54 Rendah 48 Rendah 55 Rendah

104 115 Tinggi 66 Tinggi 57 Tinggi 68 Tinggi

105 123 Tinggi 67 Tinggi 61 Tinggi 64 Tinggi

106 114 Tinggi 65 Tinggi 56 Tinggi 59 Tinggi

107 120 Tinggi 66 Tinggi 60 Tinggi 68 Tinggi

108 101 Rendah 54 Rendah 54 Rendah 56 Rendah

109 109 Tinggi 61 Tinggi 57 Tinggi 62 Tinggi

110 108 Tinggi 58 Rendah 54 Rendah 57 Rendah

111 112 Tinggi 59 Tinggi 59 Tinggi 62 Tinggi


(29)

113 114 Tinggi 61 Tinggi 56 Tinggi 68 Tinggi

114 104 Rendah 58 Rendah 56 Tinggi 57 Rendah

115 95 Rendah 50 Rendah 46 Rendah 50 Rendah

116 96 Rendah 49 Rendah 48 Rendah 49 Rendah

117 97 Rendah 53 Rendah 51 Rendah 50 Rendah

118 117 Tinggi 66 Tinggi 58 Tinggi 67 Tinggi


(30)

Lampiran 6

Kemampuan Self-Regulated Learning Mahasiswa No Respond en Kemampuan SRL No Responden Kemampuan SRL No Responden Kemampuan SRL No Responden Kemampuan SRL 1 Kurang

Mampu 21

Kurang

Mampu 41

Kurang

Mampu 61 Mampu

2 Mampu 22

Kurang

Mampu 42

Kurang

Mampu 62 Mampu

3

Kurang

Mampu 23 Mampu 43 Mampu 63 Mampu

4

Cenderung Kurang

Mampu 24

Kurang

Mampu 44 Mampu 64 Mampu

5

Kurang

Mampu 25 Mampu 45

Kurang

Mampu 65

Kurang Mampu 6

Kurang

Mampu 26

Kurang

Mampu 46

Kurang

Mampu 66 Mampu

7 Mampu 27

Cenderung Kurang

Mampu 47

Kurang

Mampu 67 Mampu

8 Mampu 28 Mampu 48

Kurang

Mampu 68

Cenderung Mampu 9

Cenderung

Mampu 29

Kurang

Mampu 49 Mampu 69 Mampu

10

Cenderung

Mampu 30

Cenderung

Mampu 50 Mampu 70 Mampu

11

Cenderung Kurang

Mampu 31

Cenderung

Mampu 51

Cenderung Kurang

Mampu 71 Mampu

12

Kurang

Mampu 32 Mampu 52

Kurang

Mampu 72

Cenderung Kurang Mampu 13

Cenderung

Mampu 33 Mampu 53

Kurang

Mampu 73 Mampu

14

Cenderung

Mampu 34

Kurang

Mampu 54

Kurang

Mampu 74

Cenderung Mampu 15

Kurang

Mampu 35 Mampu 55 Mampu 75

Kurang Mampu

16

Kurang

Mampu 36

Cenderung Kurang

Mampu 56 Mampu 76

Cenderung Mampu 17

Kurang

Mampu 37

Kurang

Mampu 57

Cenderung

Mampu 77

Kurang Mampu 18

Kurang

Mampu 38

Cenderung

Mampu 58 Mampu 78 Mampu

19

Kurang

Mampu 39 Mampu 59 Mampu 79

Kurang Mampu 20

Kurang

Mampu 40

Kurang

Mampu 60

Cenderung


(31)

No Responden Kemampuan SRL No Responden Kemampuan SRL 81 Mampu 101

Kurang Mampu 82 Mampu 102 Mampu 83

Kurang

Mampu 103

Kurang Mampu 84 Mampu 104 Mampu 85

Kurang

Mampu 105 Mampu

86

Cenderung Kurang

Mampu 106 Mampu 87 Mampu 107 Mampu 88 Mampu 108

Kurang Mampu 89 Mampu 109 Mampu

90

Cenderung Kurang

Mampu 110

Kurang Mampu

91

Kurang

Mampu 111 Mampu

92 Mampu 112

Kurang Mampu 93 Mampu 113 Mampu 94

Kurang

Mampu 114

Kurang Mampu

95 Mampu 115

Kurang Mampu

96

Kurang

Mampu 116

Kurang Mampu

97

Kurang

Mampu 117

Kurang Mampu

98

Kurang

Mampu 118 Mampu

99

Kurang

Mampu 119

Cenderung Kurang Mampu


(32)

100

Cenderung Kurang Mampu


(33)

Lampiran 7 Hasil Kuesioner

Tabel 7.1.1 Crosstabs Fase Forethought dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Forethought Rendah

Count 0 3 7 46 56

% within Forethought .0% 5.4% 12.5% 82.1% 100.0%

Tinggi

Count 48 9 3 3 63

% within Forethought 76.2% 14.3% 4.8% 4.8% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within Forethought 40.3% 10.1% 8.4% 41.2% 100.0%

Tabel 7.1.2 Crosstabs Fase Monitoring dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Monitoring Rendah

Count 0 4 1 47 52

% within Monitoring .0% 7.7% 1.9% 90.4% 100.0%

Tinggi

Count 48 8 9 2 67

% within Monitoring 71.6% 11.9% 13.4% 3.0% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119


(34)

Tabel 7.1.3 Crosstabs Fase Control dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Control Rendah

Count 0 2 8 47 57

% within Control

.0% 3.5% 14.0% 82.5% 100.0%

Tinggi

Count 48 10 2 2 62

% within Control

77.4% 16.1% 3.2% 3.2% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within Control

40.3% 10.1% 8.4% 41.2% 100.0%

Tabel 7.1.4 Crosstabs Fase Reaction & Reflection dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Reaction & Reflection Rendah

Count 0 3 4 45 52

% within Reflection .0% 5.8% 7.7% 86.5% 100.0%

Tinggi

Count 48 9 6 4 67

% within Reflection 71.6% 13.4% 9.0% 6.0% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119


(35)

Tabel 7.2.2 Crosstabs Jenis Kelamin Mahasiswa dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Jenis Kelamin Laki-Laki

Count 6 0 2 11 19

% within JK 31.6% .0% 10.5% 57.9% 100.0%

Perempuan

Count 42 12 8 38 100

% within JK 42.0% 12.0% 8.0% 38.0% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within JK 40.3% 10.1% 8.4% 41.2% 100.0% Tabel 7.2.1 Crosstabs Kemampuan Self-Regulated Learning dan IPK Mahasiswa

IPK

Total Dengan

Pujian

Sangat

Memuaskan Memuaskan

Kurang Memuaskan

SRL

Mampu

Count 22 11 9 6 48

% within SRL 45.8% 22.9% 18.8% 12.5% 100.0%

Cenderung Mampu

Count 5 4 2 1 12

% within SRL 41.7% 33.3% 16.7% 8.3% 100.0%

Cenderung Kurang Mampu

Count 2 4 3 1 10

% within SRL 20.0% 40.0% 30.0% 10.0% 100.0%

Kurang Mampu

Count 19 20 7 3 49

% within SRL 38.8% 40.8% 14.3% 6.1% 100.0%

Total

Count 48 39 21 11 119


(36)

Tabel 7.3.1 Mahasiswa yang mengikuti Training Self Regulation dan Kemampuan Self Regulated Learning Mahasiswa

SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu TRS tidak

Count 5 1 1 5 12

% within TRS 41.7% 8.3% 8.3% 41.7% 100.0%

Ikut

Count 43 11 9 44 107

% within TRS 40.2% 10.3% 8.4% 41.1% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within TRS 40.3% 10.1% 8.4% 41.2% 100.0%

Tabel 7.3.2 Mahasiswa yang merasa Training Self Regulation membantu kelancaran Belajarnya dan Kemampuan Self-Regulated Learning

SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Membantu kelancaran Tidak

Count 7 5 3 22 37

% 18.9% 13.5% 8.1% 59.5% 100.0%

Ya

Count 41 7 7 27 82

% 50.0% 8.5% 8.5% 32.9% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119


(37)

Tabel 7.3.3 Frekuensi Jawaban Mahasiswa terbantu dalam hal….

No Jawaban Responden Jumlah %

1 Membuat Jadwal dan menetapkan target 19 15.90%

2 Mengatur waktu belajar 14 12%

3 Mendapatkan pengetahuan tentang cara belajar 13 10.90%

4 Motivasi belajar 8 6.80%

5 Mengatur emosi 2 1.90%

6 Evaluasi diri 4 3.40%

7 Kepercayaan diri 1 0.80%

8 Pengetahuan tentang mengambil mata kuliah 4 3.40%

9 Pengetahuan tentang aturan 1 0.80%

10

Mendapatkan pengetahuan tentang cara belajar

dan Meningkatkan motivasi belajar 1 0.80%

11

Mendapatkan pengetahuan tentang mata kuliah

dan cara belajar di universitas 1 0.80%

12

Mendapatkan pengetahuan tentang cara belajar,cara mengatur jadwal dan menetapkan

target 1 0.80%

13 Tentang evaluasi diri dan pengetahuan mata kuliah 1 0.80% 14

Mendapatkan pengetahuan tentang mengatur

emosi, cara belajar, dan mengatur waktu belajar 1 0.80% 15

Meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan

mengatur emosi 1 0.80%

16 Tidak ada 47 39.30%


(38)

Tabel 7.4.1 Crosstabs Goal Orientation dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Orientation Approach Mastery

Count 35 8 7 31 81

% within Orientation

43.2% 9.9% 8.6% 38.3% 100.0%

Avoidance Mastery

Count 7 3 2 6 18

% within Orientation

38.9% 16.7% 11.1% 33.3% 100.0%

Approach Performance

Count 4 0 1 7 12

% within Orientation

33.3% .0% 8.3% 58.3% 100.0%

Avoidance Performance

Count 2 1 0 5 8

% within Orientation

25.0% 12.5% .0% 62.5% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within Orientation


(39)

Tabel 7.4.2 Frekuensi Jawaban Cara mahasiswa mencapai target belajar

No Jawaban Mahasiswa Frekuensi %

1 Tidak ada 42 35.0%

2 Belajar lebih tekun 68 56.7%

3 Banyak berlatih 5 4.2%

4 Banyak membaca buku psikologi

1 0.8%

5 Mengatur jadwal 1 0.8%

6 Menerapkan cara belajar

1 0.8%

7 Membuat target dan berusaha memenuhi target

1 0.8%


(40)

Tabel 7.5 Crosstab Persepsi Siswa Terhadap Orang yang Berpengaruh Terhadap Proses Belajarnya dan Kemampuan Self-Regulated Learning

SRL

Total Mampu

Cenderung Mampu

Cenderung Kurang Mampu

Kurang Mampu

Orang Berpengaruh

Dosen

Count 2 0 2 4 8

% within Org Berpengaruh

25.0% .0% 25.0% 50.0% 100.0%

Orang tua

Count 28 7 3 22 60

% within Org Berpengaruh

46.7% 11.7% 5.0% 36.7% 100.0%

Teman

Count 18 5 5 23 51

% within Org Berpengaruh

35.3% 9.8% 9.8% 45.1% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within OrgBerpengaruh


(41)

Tabel 7.6 Crosstab Persepsi Siswa suasana kelas mahasiswa dan Kemampuan Self-Regulated Learning

SRL

Total Mampu

Cenderung Mampu

Cenderung Kurang Mampu

Kurang Mampu

Suasana kelas

Tidak nyaman

Count 7 2 2 16 27

% within Suasanakelas

25.9% 7.4% 7.4% 59.3% 100.0%

Nyaman

Count 41 10 8 33 92

% within Suasanakelas

44.6% 10.9% 8.7% 35.9% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within Suasanakelas


(42)

Tabel 7.6.1 Frekuensi jawaban mahasiswa yang merasa suasana kelas mendukung proses belajar

No Jawaban Mahasiswa Frekuensi Persentase

1 Tidak ada 37 31.1%

2 Suasananya tenang 50 42.0%

3 Teman-teman membantu untuk fokus 4 3.4%

4 Fasilitasnya lengkap 23 19.3%

5 Dosen yang menyenangkan 5 4.2%

6 Total 119 100.0%

Tabel 7.6.2 Frekuensi jawaban mahasiswa yang merasa suasana kelas tidak mendukung proses belajar

No Jawaban Mahasiswa Frekuensi Persentase

1 Tidak ada 94 79.0%

2 Kelas ribut 15 12.6%

3 Fasilitas kurang terawat 4 3.4%

4 Suasana yang tidak ada perubahan 4 3.4% 5 Materi dosen kurang menarik 1 .8%

6 Dosen kurang interaktif 1 .8%


(43)

Tabel 7.7 Crosstab Persepsi Siswa suasana rumah mahasiswa dan Kemampuan Self-Regulated Learning SRL Total Mampu Cenderung Mampu Cenderung Kurang Mampu Kurang Mampu Keadaan rumah tidak mendukung

Count 3 3 0 5 11

% within Keadaanrumah

27.3% 27.3% .0% 45.5% 100.0%

Mendukung

Count 45 9 10 44 108

% within Keadaanrumah

41.7% 8.3% 9.3% 40.7% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within Keadaanrumah

40.3% 10.1% 8.4% 41.2% 100.0%

Tabel 7.7.1 Frekuensi jawaban mahasiswa yang merasa suasana rumah mendukung proses belajar

No Jawaban Mahasiswa Frekuensi Persentase

1 tidak ada 23 19.3%

2 Tidak ribut 66 55.5%

3 Fasilitas belajar lengkap 21 17.6%

4 Ada yang mengingatkan untuk belajar 2 1.7%

5 Dukungan orang tua 3 2.5%

6 Suasana dan fasilitas 2 1.7%

7 Ada yang mengingatkan dan menyemangati 2 1.7%


(44)

Tabel 7.7.2 Frekuensi jawaban mahasiswa yang merasa suasana rumah tidak mendukung proses belajar

No Jawaban Mahasiswa Frekuensi Persentase

1 Tidak ada 111 93.3%

2 Ribut 7 5.9%

3 Harus bekerja 1 0.8%

Total 119 100.0%

Tabel 7.8 Crosstab Persepsi Siswa tentang kelengkapan perpustakaan kampus mahasiswa dan Kemampuan Self-Regulated Learning

SRL

Total Mampu

Cenderung Mampu

Cenderung Kurang Mampu

Kurang Mampu

Perpus Kampus

Kurang lengkap

Count 5 1 0 7 13

% within PerpusKampus

38.5% 7.7% .0% 53.8% 100.0%

Cukup lengkap

Count 43 11 10 42 106

% within PerpusKampus

40.6% 10.4% 9.4% 39.6% 100.0%

Total

Count 48 12 10 49 119

% within PerpusKampus


(45)

Lampiran 8 Validitas dan Reliabilitas

Tabel 8.1 Validitas Item

No Item Rs No Item Rs No Item Rs No Item Rs

1 0.312 26 0.545 51 0.624 76 0.606

2 0.533 27 0.497 52 0.591 77 0.582

3 0.35 28 0.455 53 0.616 78 0.559

4 0.307 29 0.578 54 0.588 79 0.39

5 0.399 30 0.332 55 0.549 80 0.442

6 0.307 31 0.327 56 0.491 81 0.361

7 0.343 32 0.346 57 0.456 82 0.528

8 0.377 33 0.402 58 0.573 83 0.307

9 0.438 34 0.366 59 0.634 84 0.437

10 0.488 35 0.481 60 0.536 85 0.367

11 0.468 36 0.468 61 0.411

12 0.541 37 0.445 62 0.566

13 0.567 38 0.554 63 0.426

14 0.484 39 0.554 64 0.58

15 0.385 40 0.416 65 0.659

16 0.611 41 0.311 66 0.631

17 0.439 42 0.408 67 0.494

18 0.416 43 0.68 68 0.508

19 0.376 44 0.727 69 0.376

20 0.318 45 0.686 70 0.351

21 0.447 46 0.485 71 0.597

22 0.461 47 0.519 72 0.356

23 0.465 48 0.351 73 0.337

24 0.365 49 0.64 74 0.464

25 0.317 50 0.61 75 0.671


(46)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu akan mengenal tiga jenis pendidikan yaitu pendidikan non-formal, pendidikan formal, dan pendidikan informal. Pendidikan non-formal adalah jenis pendidikan yang tersusun dan terencana dalam batas-batas tertentu dan dilakukan di luar sekolah, misalnya kursus. Pendidikan informal merupakan suatu jenis pendidikan yang tidak terencana, tidak tersusun secara tegas, tidak sistematis dan dilaksanakan diluar sekolah, terutama dilaksanakan dalam keluarga. Sedangkan pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan yang terencana dan tersusun secara sistematis yang dilaksanakan di sekolah, di mulai dari taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas (SMA), sampai Universitas. (www.depdiknas.go.id)

Ketika individu telah melalui tahap pendidikan SMA atau SMK, maka individu tersebut akan dihadapkan pada dua pilihan yaitu untuk langsung bekerja atau melanjutkan pendidikannya ketahap yang lebih tinggi yang dinamakan perguruan tinggi atau universitas untuk mendapatkan suatu keahlian tertentu. Pada kenyataannya tuntutan yang dihadapkan pada individu untuk dapat bekerja di suatu perusahaan adalah harus memiliki keahlian tertentu. Oleh karena itu


(47)

2

Universitas Kristen Maranatha pendidikan seseorang hingga universitas menjadi sarana yang sangat membantu untuk mendapatkan pekerjaan.

Proses belajar di universitas memiliki sistem yang berbeda dengan jenjang-jenjang pendidikan sebelumnya yaitu dengan sistem kredit semester (SKS). Sistem kredit semester (SKS) adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan untuk menentukan dan mengatur beban studi mahasiswa. Beban kerja tenaga pengajar dan beban penyelenggaraan program lembaga pendidikan yang dinyatakan dalam satuan kredit semester (SKS) (Isprajin Brotowibowo dkk, 1996). Dengan sistem ini mahasiswa dihadapkan pada tuntutan untuk dapat mengatur studinya sendiri di setiap semester selama menjalani perkuliahan. Sistem ini adalah hal yang baru bagi seseorang yang memasuki perkuliahan, karena ketika di SMA siswa tidak diminta untuk mengatur studinya tiap semester. Sistem ini sejalan dengan tahapan perkembangan remaja akhir yang berkisar pada usia antara 18-21 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mulai memasuki periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock, 1994). Pola kehidupan baru yang harus dihadapi mahasiswa adalah menyelesaikan studinya di Universitas dengan baik. Penelitian yang dilakukan Bandura (dalam santrock, 2001) terkait dengan prestasi remaja, diketahui kalau prestasi seorang remaja akan meningkat bila mereka membuat tujuan yang spesifik, baik tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

Penyesuaian diri yang diharapkan oleh universitas adalah agar mahasiswa dapat mandiri dalam mengatur proses belajarnya sendiri, sedangkan harapannya adalah mahasiswa dapat menyelesaikan studinya dengan tepat waktu


(48)

3

Universitas Kristen Maranatha dan prestasi yang baik. Untuk dapat memenuhi harapan-harapan itu seseorang harus memiliki berbagai kemampuan, salah satunya adalah kemampuan untuk regulasi diri. Menurut Boekaerts (2005) self-regulation juga merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar dalam pencapaian prestasi, disamping kecerdasan, lingkungan rumah, dan lingkungan sekolah. Meskipun mahasiswa memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, lingkungan rumah serta lingkungan sekolah yang mendukung, namun apabila tidak ditunjang dengan kemampuan self-regulation, maka mahasiswa tetap belum tentu akan mampu mencapai prestasi yang optimal (Boekaerts, 2000). Oleh karena itu self-regulated learning yang merupakan kemampuan regulasi diri dalam pendidikan, juga dapat menjadi salah satu faktor yang menentukan keberhasilan seseorang dalam menjalani pendidikannya di universitas.

Self-regulated learning itu sendiri merupakan suatu proses yang aktif dan berkembang dimana mahasiswa menetapkan tujuan untuk pembelajaran mereka dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang diarahkan dan terikat oleh tujuan-tujuan mereka dan ciri-ciri konteks di lingkungan. Aktivitas regulasi ini dapat menjadi mediasi antara individu dan lingkungan, dan juga keseluruhan prestasi mahasiswa (Pintrich dalam Boekaerts, 2005). Teori self-regulated learning juga memberikan penjelasan dan deskripsi tentang mengapa kadang ada siswa yang mengalami kegagalan dalam studi meskipun mereka memiliki keunggulan dalam mental ability, latar belakang lingkungan sosial, dan kualitas sekolah yang baik (Mandikdasmen, Tuesday, 26 February 2008).


(49)

4

Universitas Kristen Maranatha Pentingnya self-regulated learning ini juga dirasakan oleh Fakultas Psikologi Universitas ”X” di Bandung. Hal ini terlihat diadakannya training self-regulation pada mahasiswa baru mulai dari angkatan 2007 sampai angkatan 2009. Melalui training tersebut diharapkan mahasiswa mampu dan melakukan proses regulasi diri untuk keberhasilan pendidikannya, namun berdasarkan survei yang dilakukan terhadap 32 orang mahasiswa Psikologi Angkatan 2009 Universitas ”X” di Bandung, sebanyak 56% (18 orang mahasiswa) menyatakan sudah tidak mengingat materi yang diberikan saat training self-regulation. Sebanyak 16% (5 orang mahasiswa) menyatakan hanya mengingat sedikit saja materi yang diberikan saat training self-regulation. Sebanyak 28% (9 orang siswa) menyatakan masih mengingat sebagian dari materi yang diberikan saat training self-regulation. Keadaan bahwa hanya sedikit mahasiswa yang mengingat materi yang diberikan saat training self-regulation akan memunculkan pertanyaan, apakah mahasiswa melakukan self-regulated learning dalam proses belajarnya di kuliah.

Kemudian peneliti juga melakukan wawancara dengan sejumlah mahasiswa untuk mengetahui lebih dalam mengenai kemampuan mahasiswa dalam melakukan self-regulated learning. Setelah dilakukan wawancara terhadap lima orang mahasiswa psikologi angkatan 2009 Universitas ”X” di Bandung, didapat hasil pada Fase forethought, planning, dan activation yaitu menyangkut perencanaan dan penetapan tujuan sebagai penggerak dari persepsi-persepsi dan pengetahuan tentang tugas, lingkungan dan diri sendiri dalam kaitannya dengan tugas mahasiswa di kuliah (Pintrich, 2005). Sebanyak empat mahasiswa masih belum melakukan fase forethought, karena empat orang mahasiswa tersebut masih


(50)

5

Universitas Kristen Maranatha belum merencanakan goal-nya dalam belajar, dan tidak merencanakan cara belajar yang akan digunakan. Sedangkan satu orang mahasiswa hanya merencanakan goals mereka namun tidak merencanakan hal lain untuk persiapan mempelajari mata kuliah yang ia ambil.

Pada Fase monitoring yaitu proses pemantauan yang menampilkan kesadaran metacognitive akan aspek-aspek yang berbeda dalam diri mahasiswa atau kesadaran akan tugas mahasiswa dan keadaan lingkungan (Pintrich, 2005). Dari lima orang mahasiswa yang di wawancara, sebanyak tiga orang belajar tanpa menyadari apakah cara belajar yang mereka sesuai dengan diri mereka. Dan dua orang mahasiswa lainnya belajar dengan cara yang telah biasa mereka gunakan saat SMU, tanpa mengetahui apakah cara belajar tersebut sesuai dengan keadaan saat kuliah. Jadi bisa dikatakan dari kelima mahasiswa yang diwawancara belum melakukan fase monitoring.

Pada fase control yaitu menyangkut masalah usaha mahasiswa untuk mengendalikan, memikirkan, mengarahkan, aspek-aspek yang ada dalam diri atau ada dalam tugas dan lingkungan (Pintrich, 2005). Dari lima orang mahasiswa yang diwawancara empat orang mahasiswa masih sering tidak dapat mengendalikan dorongannya untuk bermain, saat akan ujian bila ada teman yang mengajak bermain keempat mahasiswa tersebut cenderung mengabaikan jam belajarnya. Sedangkan satu mahasiswa lainnya hanya mengendalikan kegiatan belajarnya ketika akan ujian, sedangkan bila tidak ada ujian mahasiswa tersebut tidak belajar. Dari kelima mahasiswa yang diwawancara bisa dikatakan belum melakukan fase control.


(51)

6

Universitas Kristen Maranatha Pada fase reaction and reflection, menampilkan berbagai macam reaksi dan refleksi dalam diri mahasiswa terhadap tugas-tugas dan keadaan lingkungan (Pintrich, 2005). Dari lima orang mahasiswa yang diwawancara empat orang mahasiswa mengatakan selalu mengevaluasi hasil ujiannya dan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen. Sedangkan satu mahasiswa lainnya mengevaluasi bila merasa tidak mampu mengerjakan ujian atau tugas yang diberikan. Jadi bisa dikatakan sebagian besar mahasiswa sudah melakukan fase reaction and reflection.

Dari hasil wawancara beradasarkan fase-fase yang ada dalam self regulated learning bisa dilihat bahwa hanya satu fase saja yaitu fase reaction and reflection yang sebagian besar mahasiswa telah melakukannya. Sedangkan ketiga fase yang lain tidak dilakukan oleh mahasiswa. Padahal untuk dapat dikatakan mampu melakukan self regulated learning seorang mahasiswa harus melakukan keempat fase yang ada. Seperti yang dikatakan Pintrich (dalam boekaerts 2005) bahwa self regulated learning adalah sebuah proses yang aktif dari keempat fase yang ada, sehingga bisa dikatakan untuk mampu melakukan self-regulated learning mahasiswa harus melakukan keempat fase yang ada.

Hasil fenomena tersebut menunjukkan mahasiswa masih belum melakukan proses self-regulated learning. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai bagaimanakah gambaran kemampuan self-regulated learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009 di Universitas ”X”.


(52)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimanakah gambaran mengenai kemampuan Self-Regulated Learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X” di Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan Self-Regulated Learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan mahasiswa dalam mengolah fase-fase yang terjadi dalam Self-Regulated Learning dan area-area dalam diri mahasiswa yang belum diregulasi secara maksimal, pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X” di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Ilmiah

• Memberikan informasi bagi bidang ilmu Psikologi Pendidikan mengenai Self-Regulated Learning pada mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X” di Bandung.

• Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai Self-Regulated Learning pada mahasiswa.


(53)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

Memberikan informasi kepada Pembantu Dekan III Fakultas Psikologi Universitas ”X” mengenai proses Self-Regulated Learning yang dijalankan mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X”, sehingga dapat menindaklanjuti permasalahan yang berkaitan dengan Self-Regulated Learning agar mahasiswa dapat belajar dengan lebih optimal.

1.5 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa Psikologi Universitas “X” angkatan 2009 memiliki usia yang berkisar antara 18-21 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mulai memasuki periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock, 1994). Pola kehidupan baru yang harus dihadapi mahasiswa adalah menyelesaikan studinya di Universitas dengan baik.

Tuntutan Universitas Fakultas Psikologi di Indonesia terhadap mahasiswanya adalah agar lebih mandiri dan efektif dalam merencanakan dan mengatur kegiatan belajar mereka. Jadi untuk menyelesaikan studinya dengan baik dan tepat waktu di universitas mahasiswa harus mampu merencanakan dan mengatur kegiatan belajarnya. Namun tidak semua mahasiswa mampu merencanakan dan mengatur kegiatan belajarnya, mereka hanya menjalankan apa yang diberikan atau ditugaskan tanpa ada perencanaan dan pengaturan. Kegiatan perencanaan dan pengaturan ini disebut Self-regulated learning.

Self-regulated learning menurut Pintrich (dalam Boekaerts, 2005) adalah suatu proses yang aktif dan berkembang dimana seorang mahasiswa menetapkan


(54)

9

Universitas Kristen Maranatha tujuan untuk pembelajaran mereka dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang diarahkan dan terikat oleh tujuan-tujuan mereka dan ciri-ciri konteks di lingkungan. Pintrich menyebutkan definisi ini serupa dengan model-model lain self regulated learning.

Menurut Pintrich (dalam Boekaerts, 2005) dalam proses Self-Regulated learning terdapat 4 fase yang dapat membantu mahasiswa untuk lebih terfokus pada masa pembelajarannya di universitas. Keempat fase tersebut yaitu : Pertama fase forethought, planning, dan activation yaitu menyangkut penetapan tujuan dan perencanaan sebagai penggerak dari persepsi-persepsi dan pengetahuan mahasiswa tentang tugas-tugas dan lingkungan tempat mereka belajar dalam kaitannya dengan proses belajar mereka. Kedua Fase monitoring yaitu proses pemantauan yang menampilkan kesadaran metacognitive akan aspek-aspek dalam diri mahasiswa terhadap tugas-tugas dan keadaan lingkungan tempat mereka belajar. Ketiga fase control yaitu menyangkut masalah usaha mahasiswa untuk mengendalikan, mengarahkan, area-area yang ada dalam diri untuk mengerjakan tugas-tugas dan beradaptasi dengan lingkungan tempat mahasiswa belajar. Keempat fase reaction and reflection, menampilkan berbagai macam reaksi dan refleksi dalam diri mahasiswa terhadap tugas-tugas yang telah dilakukan dan usaha untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat mahasiswa belajar.

Menurut Pintrich (dalam Boekaerts, 2005) keempat fase ini memang memperlihatkan tahapan suatu proses yang akan dilewati oleh seseorang ketika mereka mengerjakan tugasnya, tetapi tidak ada asumsi yang kuat bahwa fase-fase ini selalu melewati tahap awal terlebih dahulu sebelum masuk ke tahap


(55)

10

Universitas Kristen Maranatha selanjutnya. Jadi proses Self-Regulated Learning mahasiswa bisa dimulai dari fase manapun, tidak selalu harus dimulai dari fase forethought.

Melalui proses keempat fase tersebut terdapat empat area dari mahasiswa yang dapat diregulasi. Tiga area pertama yaitu kognisi, motivasi/perasaan, dan tingkah laku. Ketiga area tersebut menunjukkan aspek-aspek yang ada dalam diri mahasiswa yang dapat di regulasi. Kemudian area yang keempat yaitu context, menggambarkan berbagai macam aspek task environment, general classroom, atau cultural, dimana proses belajar mahasiswa berlangsung. (Pintrich, 2005)

Gambaran proses keempat fase dan keempat area yang diregulasi dapat terbagi menjadi beberapa komponen dan proses yang berbeda-beda. Pertama regulasi dari cognition terdiri dari cognitive planning dan activation, cognitive monitoring, cognitive control dan regulation, cognitive reaction dan reflection. (Pintrich, 2005)

Terdapat tiga jenis umum dari cognitive planning atau activation yaitu target goal setting, activation of relevant prior content knowledge dan activation of metacognitive knowledge (Pintrich, 2005: 457). Pertama target goal setting adalah penetapan goal dari mata kuliah yang diambil mahasiswa. Penetapan goal ini dapat terjadi kapan pun selama mahasiswa melaksanakan proses belajarnya. Mahasiswa yang melakukan target goal setting, mereka menyiapkan target nilai yang harus mereka capai terlebih dahulu pada awal mereka mengambil suatu mata kuliah sedangkan mahasiswa yang tidak melakukan target goal setting, mereka mengambil mata kuliah tanpa ada target nilai yang ingin mereka raih.


(56)

11

Universitas Kristen Maranatha Kedua activation of relevant prior content knowledge adalah proses ketika mahasiswa secara sadar dan terencana mencari pengetahuan, strategi-strategi yang berhubungan dengan mata kuliah yang sedang diambilnya semester tersebut sebelum mahasiswa mulai mengerjakan tugas-tugas mata kuliah tersebut. Mahasiswa yang telah menyiapkan target-target mata kuliah tertentu yang akan diambil, mereka juga dapat mulai memikirkan apa saja yang harus dipelajari untuk mata kuliah tersebut, yang berhubungan dengan mata kuliah yang telah mereka pelajari sebelumnya. Sedangkan untuk mahasiswa yang tidak melakukan activation of relevant prior content knowledge, mereka hanya mengambil mata kuliah dan mempelajari mata kuliah tersebut tanpa mengingat-ingat mata kuliah yang berhubungan dengan mata kuliah tersebut.

Ketiga activation of metacognitive knowledge terbagi atas 3 bagian, pertama pengaktifan declarative knowledge of cognition meliputi pengaktifan pengetahuan tentang kognisi dan juga termasuk strategi-strategi kognisi (contohnya: pengulangan, elaborasi) apa saja yang dibutuhkan mahasiswa untuk belajar. Kedua procedural knowledge meliputi pengetahuan tentang bagaimana cara untuk melaksanakan dan menggunakan berbagai macam strategi kognisi sebelum melaksanakan tugas. Ketiga conditional knowledge meliputi pengetahuan tentang kapan dan mengapa mahasiswa menggunakan berbagai macam strategi kognisi. Mahasiswa yang melakukan pengaktifan metacognitive knowledge-nya contohnya adalah mahasiswa yang mencoba mencari tahu persiapan apa saja yang dibutuhkan untuk mengambil suatu mata kuliah, mungkin dengan meminjam buku. Mahasiswa yang tidak melakukan pengaktifan metacognitive


(57)

knowledge-12

Universitas Kristen Maranatha nya contohnya adalah mahasiswa yang mengambil suatu mata kuliah tanpa persiapan apapun, hanya menunggu apa yang akan dibutuhkan.

Cognitive monitoring terdiri dari judgement of learning dan feeling of knowing (Pintrich, 2005: 458). Pertama Judgement of learning merupakan penilaian yang dilakukan mahasiswa secara sadar terhadap kemampuan dirinya sendiri. Penilaian ini dapat terlihat dari berbagai aktivitas, contohnya ketika mahasiswa akan menghadapi ujian, mereka akan dapat menyadari bahwa mereka belum sepenuhnya menguasai bahan ujian. Mahasiswa yang mampu melakukan judgement of learning contohnya adalah mahasiswa akan mencoba untuk menentukan apakah ia telah menguasai bahan ujiannya. Kemudian untuk mahasiswa yang kurang mampu melakukan judgement of learning contohnya adalah mahasiswa yang tidak mampu mengetahui apakah ia sudah menguasai bahan ujian atau belum.

Sedangkan yang kedua feeling of knowing merupakan peristiwa ketika seorang mahasiswa tidak mampu mengingat suatu materi kuliahnya tetapi mahasiswa tersebut yakin bahwa bahwa dirinya mengetahui materi tersebut. Fenomena ini sering disebut fenomena ”tip of the tongue”. Mahasiswa yang memiliki kemampuan feeling of knowing contohnya adalah mahasiswa yang bila tidak dapat mengerjakan suatu soal ujian namun yakin bahwa ia pernah membaca. Mahasiswa yang kurang mampu dalam melakukan feeling of knowing contohnya adalah mahasiswa yang ketika tidak mampu mengerjakan suatu persoalan ujian dan tidak mengingat sama sekali cara mengerjakannya.


(58)

13

Universitas Kristen Maranatha Cognitive control hanya memiliki satu aspek yaitu saat mahasiswa memilih dan menggunakan berbagai macam strategi kognitif untuk mengingat, belajar, menalar, memecahkan masalah dan berpikir (Pintrich, 2005: 459). Contoh-contoh strategi kognitif yaitu parafrasing, meringkas, menggaris bawahi, membuat catatan. Terkadang mahasiswa menggaris bawahi kalimat atau kata-kata penting di handout-nya agar mereka dapat lebih mudah untuk menangkap inti dari pelajaran tersebut. Mahasiswa yang mampu melakukan cognitive control adalah mahasiswa yang mampu memilih strategi belajar yang tepat untuk suatu bahan ujian atau suatu jenis persoalan ujian sedangkan mahasiswa yang kurang mampu melakukan cognitive control tidak dapat memilih strategi yang tepat.

Cognitive reaction dan reflection memiliki 2 aspek yaitu self evaluation dan attributions (Pintrich, 2005: 460). Aspek pertama Self evaluation mengacu pada evaluasi yang dilakukan mahasiswa terhadap hasil kerja dan atribusi mereka. Mahasiswa yang dikatakan melakukan self regulator yang baik adalah mereka yang menyadari pentingnya evaluasi dan melakukan evaluasi terhadap hasil kerjanya. Mahasiswa sering kali mengeluh akan hasil tesnya, kemudian mahasiswa tersebut mulai mencari kesalahan yang ia buat ketika mengerjakan persoalan, saat keadaan tersebut terjadi mahasiswa melakukan evaluasi. Mahasiswa yang tidak mencari kesalahannya, atau tidak mencari tahu mengapa ia mendapatkan nilai yang rendah, tidak melakukan self evaluation.

Kemudian mahasiswa yang mampu melakukan reaksi yang baik adalah mahasiswa membuat adaptive attributions untuk pekerjaan mereka (Zimmermann, 1998). Adaptive attribution secara umum contohnya dilihat ketika


(59)

14

Universitas Kristen Maranatha mahasiswa membuat penjelasan terhadap diri sendiri mengenai kegagalan atau keberhasilan mereka berdasarkan tingkat usaha atau kemampuan mahasiswa untuk menggunakan strategi belajar. Sedangkan attribution yang tidak adaptif contohnya adalah ketika mahasiswa menjelaskan kegagalan atau keberhasilan mereka dikarenakan kelebihan atau kekurangan intelegensi mereka.

Area yang kedua motivasi dan perasaan, terdiri dari motivational planning dan activation, motivational monitoring, motivational control dan regulation, motivational reaction dan reflection.

Motivational planning dan activation meliputi goal orientation adoption, efficacy judgements, ease of learning judgements (EOLs); perception of task difficulty, Task value orientation, dan interest activation (Pintrich, 2005: 462). Goal orientation yaitu berupa kemampuan seorang mahasiswa untuk mengetahui tujuan dari tugas atau ujian yang diberikan dosen. Dalam suatu kelas ada mahasiswa yang dapat mengerti tujuan ia harus mengerjakan suatu tugas, namun ada juga mahasiswa yang mengerjakan hanya karena diminta oleh dosennya.

Efficacy judgements adalah penilaian mahasiswa akan kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas atau ujian mereka. Dalam proses ini mahasiswa menilai apakah mereka akan mampu melaksanakan tugas atau ujian yang akan diberikan. Mahasiswa yang memiliki efficacy judgement yang tinggi adalah mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan akan merasa mampu.

Ease of learning judgement (EOL) adalah penilaian mahasiswa terhadap tugas yang mereka kerjakan, apakah tugas tersebut sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki atau tidak. Mahasiswa yang memiliki kemampuan Ease of


(60)

15

Universitas Kristen Maranatha learning judgement adalah mahasiswa yang tidak memandang suatu tugas terlalu sulit untuk ia kerjakan.

Mahasiswa juga memiliki Task value orientation yang meliputi pandangan siswa terhadap relevansi, kegunaan dan pentingnya suatu tugas. Jika seorang mahasiswa percaya bahwa suatu tugas tersebut relevan dan penting untuk tujuan kedepan mereka atau berguna untuk mereka, maka mereka akan lebih serius untuk mengerjakan tugas tersebut.

Disamping pentingnya suatu tugas mahasiswa juga memilliki persepsi terhadap personal interest mereka terhadap suatu bidang atau tugas seperti mahasiswa lebih menyukai psikologi klinis, perkembangan, atau industri dan organisasi. Mahasiswa yang mampu melakukan self-regulated learning akan mencoba untuk menyukai mata kuliah yang ia ambil walau ia tidak suka dengan mata kuliah tersebut.

Motivational monitoring, hanya memiliki satu aspek yaitu awareness and monitoring of their motivation and affect yang mengacu kepada bagaimana seorang mahasiswa menjadi sadar akan motivasi dan perasaan mereka (Pintrich, 2005: 463). Kesadaran akan motivasi dan perasaan ini penting karena menjadi permulaan bagi seorang mahasiswa untuk berusaha mengontrol dan meregulasi motivasi dan perasaan mereka. Contohnya mahasiswa yang menyadari bahwa dirinya sedang malas mengerjakan tugas praktikum.

Motivational control memiliki satu aspek yaitu pemilihan dan adaptasi terhadap strategi yang ditujukan untuk mengontrol dan mengendalikan motivasi dan perasaan (Pintrich, 2005: 464). Strategi untuk mengendalikan perasaan dan


(61)

16

Universitas Kristen Maranatha perasaan ada berbagai macam beberapa diantaranya yaitu positive self-talk contohnya mengatakan dalam hati, ”saya pasti bisa” ; self affirmation contohnya seorang mahasiswa yang mendapat nilai tes rendah berusaha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa tes tersebut tidak terlalu penting, UAS lebih penting; defensive pessimism contohnya mahasiswa yang secara sengaja untuk memikirkan jika ia gagal UAS agar ia menjadi cemas dan akhirnya berusaha dan belajar lebih baik (Pintrich, 2005: 464).

Motivational reaction dan reflection memiliki dua aspek yaitu affective reaction dan attribution (Pintrich, 2005: 465). Setelah seorang mahasiswa selesai mengerjakan tugas mereka mungkin akan memiliki suatu reaksi emosi terhadap hasil dari tugas tersebut. Mahasiswa yang mampu melakukan self-regulated learning akan menampilkan reaksi emosi dan atribusi yang adaptif. Mahasiswa yang mampu melakukan self-regulated learning contohnya mahasiswa gembira karena mendapat nilai 8 pada mata pelajaran yang ia anggap sulit. Mahasiswa juga akan merasa kecewa karena ia tidak belajar sungguh-sungguh saat ujian. Sedangkan mahasiswa yang kurang mampu juga menampilkan reaksi emosi mereka namun kurang adaptif, terhadap attributions untuk hasil tugasnya.

Ketiga area tingkah laku, terdiri dari behavioral forethought, planning, dan activation; behavioral monitoring dan awareness; behavioral control; behavioral reaction dan reflection. Behavioral forethought, planning, dan activation terdiri dari dua aspek yaitu perencanaan atau pengaturan waktu dan usaha (Pintrich, 2005: 466). Pengaturan waktu melibatkan pembuatan jadwal untuk belajar dan membagi waktu untuk berbagai aktivitas. Kemudian yang kedua


(62)

17

Universitas Kristen Maranatha yaitu perencanaan untuk mengobservasi perilaku diri mahasiswa sendiri. Disini mahasiswa merencanakan akan memperhatikan apakah jadwal untuk yang ia buat akan berlangsung dengan baik atau tidak.

Behavioral monitoring dan awareness meliputi aktivitas mahasiswa untuk memonitor pengaturan waktu dan usaha mereka kemudian berusaha untuk menyesuaikan usaha mereka dengan tugas yang ada (Pintrich, 2005: 467). mahasiswa berusaha mengamati apakah benar waktu 2 jam yang ia luangkan untuk belajar sudah cukup, karena pada kenyataanya saat waktu belajar ia menghabiskan 1 jam menit untuk bermain.

Behavioral control meliputi aktivitas siswa untuk mengontrol kesehatan fisik, kesehatan mental, pertilaku-perilaku kerja, dan relasi sosial dengan orang lain, dan juga mengontrol aktivitas untuk kegiatan akademik (Pintrich, 2005: 468). Behavior control ini terdiri dari tiga aspek yaitu increase or decrease effort, Persist or give up, dan help seeking behavior. Pada aspek increase or decrease effort mahasiswa harus memilih antara meningkatkan usahanya atau menurunkan usahanya. Contohnya adalah setelah mahasiswa berusaha untuk merencanakan dan memonitor waktu dan usaha yang mereka luangkan untuk belajar, mereka dapat berusaha untuk merubah dan mengadaptasi usaha dan waktu mereka, misalkan ketika belajar untuk quiz yang bahannnya lebih sulit maka mahasiswa akan meluangkan waktu lebih dari 2 jam untuk belajar.

Persist or give up merupakan aktivitas mahasiswa untuk tetap mempertahankan usaha yang ada atau menyerah, mahasiswa dapat mempertahankan kegigihan mereka dengan berbagai cara yaitu dengan self-talk,


(63)

18

Universitas Kristen Maranatha defensive pesimism dan self-handicapping. Mahasiswa yang berusaha meregulasi dirinya, akan terus mencoba mempertahankan usahanya hingga tugas-tugas mereka selesai.

Kemudian yang terakhir help seeking behavior, dalam aktivitas ini mahasiswa berusaha untuk mencari bantuan dari orang lain. Aktivitas mencari bantuan yang adaptive adalah ketika mahasiswa telah merasa benar-benar tidak mampu untuk mengerjakan suatu tugas barulah ia akan berusaha untuk mencari bantuan, dan juga mahasiswa harus mengetahui kepada siapa ia harus meminta bantuan.

Berhavioral reaction dan reflection mencakup aktivitas membuat penilaian terhadap perilaku diri mereka sendiri, dan yang menjadi reaksi adalah tingkah laku mahasiswa ketika memilih (Pintrich, 2005: 467). Setelah mahasiswa berusaha mengontrol waktu dan usaha yang ia butuhkan, dan hasil dari usaha mereka telah terlihat, setelah itu mereka dapat memilih apa yang harus mereka lakukan berdasarkan hasil yang mereka dapat. Apakah mereka harus belajar lebih banyak, ataukah mereka memilih untuk tetap mempertahankan cara belajar yang sama. Jadi mahasiswa yang mampu melakukan self-regulated learning akan mencoba menentukan pilihan-pilihan tindakan selanjutnya dari suatu hasil kerja mereka.

Terakhir area konteks terdiri dari contextual forethought, planning, dan activation; contextual monitoring; contextual control, contextual reaction dan reflection. Pintrich (2005: 469) mengatakan contextual forethought, planning, dan activation melibatkan persepsi tentang tugas dan persepsi mahasiswa dari


(64)

19

Universitas Kristen Maranatha berbagai situasi, dalam penelitian ini dalam situasi kelas. Persepsi tentang tugas disini dapat berupa norma-norma dikelas untuk mengerjakan suatu tugas. Sedangkan persepsi terhadap situasi kelas lebih mengacu pada persepsi pada norma-norma yang ada di kelas dan juga suasana yang ada dikelas seperti semangat dan kehangatan dosen. Jadi mahasiswa yang mampu melakukan self regulated learning adalah mahasiswa yang mampu menyamakan persepsi mereka dengan aturan-aturan yang ada dalam suatu mata kuliah, dan juga aturan-aturan dari tugas yang diberikan dosen.

Pintrich (2005, 470) menyebutkan, Contextual monitoring meliputi aktivitas mahasiswa untuk memperhatikan dan memahami tugas dan kekhasan dari keadaan lingkungan kelas. Setelah pada proses sebelumnya mahasiswa berusaha untuk menyamakan persepsi tentang aturan-aturan dari tugas-tugas yang diberikan dan aturan-aturan yang ada di kelas, pada tahap ini mahasiswa berusaha untuk memahami tugas yang dimaksudkan disini. Mahasiswa harus secara sadar mahasiswa memperhatikan berbagai kriteria dari tugas, mengapa kriteria tersebut perlu di dipenuhi. Contohnya saat mahasiswa dihadapkan pada tugas untuk pengambilan data, mahasiswa diharuskan untuk mengenakan pakaian formal. Mahasiswa yang mampu melakukan monitoring contextual adalah mahasiswa yang mengerti mengapa mereka diwajibkan untuk memakai pakaian formal.

Kemudian mahasiswa juga dapat memperhatikan dan memahami kekhasan dari keadaan kelas, jadi mahasiswa dapat secara sadar memperhatikan keadaan kelas seperti contohnya aturan-aturan yang ada dikelas, tidak semua


(65)

20

Universitas Kristen Maranatha dosen memperbolehkan mahasiswa yang diajarnya untuk terlambat, dan mahasiswa harus memahami hal tersebut.

Contextual control berhubungan dengan usaha siswa untuk mengontrol dan mengendalikan tugas-tugas dan keadaan kelas (Pintrich, 2005: 470). mahasiswa dapat berusaha untuk mengubah atau menegosiasikan aturan-aturan dari tugas yang diberikan oleh dosennya, kemudian mahasiswa juga dapat mengubah atau meninggalkan situasi belajar yang menurut mereka tidak sesuai dengan mereka. Mahasiswa yang mampu melakukan contextual control adalah mahasiswa yang mampu beradaptasi dengan aturan-aturan yang diberikan.

Contextual reaction dan reflection, Pintrich (2005: 472) mengatakan dalam proses ini mahasiswa dapat berusaha untuk membuat evaluasi umum dari tugas dan lingkungan kelas yang berdasarkan kesenangan dan kenyamanan mereka sendiri. Pada bagian ini mahasiswa akan mencoba untuk mengevaluasi apa saja hal-hal dari lingkungan yang membuat mereka tidak nyaman untuk belajar. Kemudian hal-hal apa yang ada dilingkungan yang membuat mereka nyaman untuk belajar. Misalnya ketika mahasiswa merasa tidak nyaman karena kelasnya terlalu ribut, mahasiswa akan berusaha mengevaluasi seharusnya tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak terlalu terganggu dengan keadaan tersebut.

Menurut pintrich (2005: 453) self-regulated learning adalah suatu proses yang aktif, membangun dengan cara mahasiswa menetapkan tujuan-tujuan untuk pembelajaran mereka dan berusaha untuk mengamati, mengatur dan mengendalikan kognisi, motivasi, dan tingkah laku, dipandu dan dibatasi oleh


(1)

Skema Kerangka Pikir

Bagan 1.5 Bagan Perangka Pikir

Faktor Eksternal Lingkungan Sosial:

- Dosen - Keluarga - Teman Lingkungan Fisik:

- Fasilitas

Kurang Mampu Mampu

SelfRegulated Learning

Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009

Universitas “X” di Bandung

Fase Forethought Fase Monitoring Fase Control Fase Reaction and Reflection Area : a. Cognition b. Motivation c. Behavior d. Context

Faktor Internal Goal orientation : -Mastery approach -Performance approach -Mastery avoidance -Performance avoidance


(2)

1.6 Asumsi

• Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X”, akan secara aktif membangun pengertian, tujuan, dan strategi-strategi yang diambil dari informasi yang ada di lingkungan luar dan lingkungan dalam diri mereka dalam proses belajarnya.

• Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X”, memiliki potensi untuk memonitor, mengontrol, dan meregulasi aspek kognitif, motivasi, tingkah laku, dan juga beberapa aspek lingkungan.

• Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X”, mampu menetapkan goals atau standards yang diperjuangkan untuk proses belajar mereka, memonitor kemajuan mereka menuju goals, kemudian beradaptasi dan meregulasi kognisi, motivasi, dan tingkah laku untuk mencapai goals.

• Aktifitas regulasi diri secara langsung berhubungan kepada hasil akhir seperti achievement dan performance mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, Universitas ”X”.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas “X” di Bandung yang tergolong kurang mampu (41,2%) dan mampu (40,3%) melakukan

self regulated learning cenderung berimbang.

2. Mahasiswa yang cenderung kurang mampu (80% mahasiswa) dan kurang mampu (96% mahasiswa) melakukan melakukan self regulated learning sebagian besar tidak mampu melakukan fase

control.

3. Mahasiswa yang memiliki goal avoidance performance sebagian besar tergolong kurang mampu melakukan self regulated learning

(62,5% mahasiswa).

4. Faktor-faktor lingkungan sosial mahasiswa tidak menunjukkan keterkaitan pada kemampuan self regulated learning mahasiswa. 5. Mahasiswa yang menghayati faktor lingkungan fisik mereka tidak

mendukung proses belajar, sebagian besar kurang mampu melakukan self regulated learning.


(4)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

5.2.1 Saran Teoritis

Bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai self regulated learning dapat disarankan :

1. Melakukan studi korelasi antara penghayatan faktor lingkungan fisik dan sosial dalam proses belajar dengan kemampuan self regulated learning pada mahasiswa.

2. Mengkaji dalam mengenai hubungan antara goal orientation dengan

self regulated learning pada mahasiswa.

5.2.2 Saran Praktis

1. Untuk mahasiswa diharapkan mempelajari ulang materi mengenai

training self regulation. Guna meningkatkan kemampuan self regulated learning.

2. Untuk BPP diharapkan memberikan konseling pada mahasiswa baik pribadi ataupun kelompok yang mengalami kesulitan dalam proses belajar dengan pengetahuan mengenai self regulated learning terutama terkait dengan fase control.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Boekaerts, M.Pintrich, P.R, Zeidner, M. 2005. Handbook of Self-Regulation. Elsevier Academic Press.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use. Massachusetts: Simon and Schuster Company.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Nazir, Moh.2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Santrock, John W. 2002. Life-Span Development-Perkembangan Masa

Hidup:Jilid 2-Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono.2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: ALFABETA

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 85

Zimmerman. (1989). Self-regulated Learning and academic achievement: Theory, research, and practive. London. Spring Verlag Inc.


(6)

DAFTAR RUJUKAN

www.depdiknas.go.id www.Mandikdasmen.com

Education Encyclopedia: Motivation: Self-Regulated Learning

Nugroho, (2003). Model Pengembangan Self regulated learning pada siswa sekolah favorit Semarang. Depok. Fakultas Pascasarjana Psikologi (Disertasi).