PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN
KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA

NASKAH PUBLIKASI
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Disusun oleh :
ESTRI YULINIARSI
J110100006

PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Ilmiah dengan judul Pengaruh Senam Vitalisasi Otak
terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis pada Lanjut Usia


Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing Skripsi untuk
Dipublikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh:
ESTRI YULINIARSI
J110100006

Pembimbing I

Pembimbing II

Umi Budi Rahayu, S.Fis, M. Kes

Yulisna Mutia Sari, SST.FT, M.Sc (GRS)

Mengetahui,
Ka. Prodi Fisioterapi FIK UMS

Isnaini Herawati, S.Fis, M.Sc


SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama

: Estri Yuliniarsi

NIM

: J110100006

Jurusan

: Fisioterapi D IV

Fakultas

: Ilmu Kesehatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH

SENAM
VITALISASI
OTAK
TERHADAP
PENINGKATAN
KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA” telah menyetujui
untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas
penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan

hak

menyimpan,

mengalih

mediakan/mengalih

formatkan, mengelola dalam bentuk softcopy untuk kepentingan

akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa mencantumkan nama
saya sebelum tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/
pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan
hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah
ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga
dapat digunakan sebagaimana mestinya

Surakarta, 18 Juli 2014
Yang menyatakan

Estri Yuliniarsi

ABSTRAK
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SKRIPSI, 10 JULI 2014

ESTRI YULINIARSI/ J110100006
“PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN
KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA”.
V Bab, 72 Halaman, 10 Tabel, 4 Gambar, 8 Lampiran
(Dibimbing Oleh: Umi Budi Rahayu, S.Fis, M.Kes dan Yulisna Mutia Sari,
SST.FT, M.Sc(GRS))
Latar Belakang: Penuaan merupakan proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan berbagai fungsi tubuh, salah satunya fungsi keseimbangan
tubuh yang menyebabkan terganggunya mobilitas fisik dan aktivitas fungsional
lanjut usia (lansia). Senam vitalisasi otak merupakan alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut.
Tujuan Penelitian: mengetahui pengaruh pemberian senam vitalisasi otak
terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia.
Metode Penelitian: Quasi eksperimental dengan pendekatan pre and post test
design with control group. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia
yang ada Panti Penyantunan Lansia Aisyiah dan Panti Wredha Dharma Bakti
Surakarta. Sampel yang diambil adalah total populasi yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi yaitu lansia pria dan wanita berusia diatas 60 tahun sebanyak
24 orang. Alat ukur untuk mengamati keseimbangan dinamis lanjut usia dengan
Time Up and Go (TUG) Test, lalu total sampel dibagi menjadi 1 kelompok

perlakuan dan 1 kelompok kontrol. Pada kelompok perlakuan diberikan senam
vitalisasi otak sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu.
Hasil Penelitian: Dari hasil uji Paired Sample T-test mendapatkan hasil p < 0,05
yang berarti menunjukkan adanya pengaruh pemberian senam vitalisasi otak.
Sedangkan dari hasil uji Independent Sampel T-test juga mendapatkan hasil p <
0,05 yang berarti menunjukkan bahwa TUG test pada kelompok perlakuan
mengalami penurunan waktu jarak tempuh pada sedangkan pada kelompok
kontrol mengalami peningkatan waktu jarak tempuh.
Kesimpulan: Senam vitalisasi otak dapat meningkatkan keseimbangan dinamis
lanjut usia.
Kata kunci : Senam vitalisasi otak, Keseimbangan dinamis, Lanjut usia.

PENDAHULUAN
Perkembangan penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia menarik untuk
diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Jumlah
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 24 juta jiwa atau sekitar
9,77% dari seluruh jumlah penduduk. Prediksi untuk tahun 2020 adalah sekitar
28,8 juta jiwa atau sekitar 11,34% dari total jumlah penduduk (Sutriyanto, 2012).
Lanjut usia adalah seseorang yang sudah mencapai usia lebih dari 60 tahun
yang mana seluruh sistem biologisnya mengalami perubahan struktur dan fungsi

sehingga mempengaruhi status kesehatannya (Aswin, 2003 & Maryam, 2008).
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi
dan sistem tubuh yang bersifat alamiah/fisiologis untuk beradaptasi dengan
lingkungan. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan
sel tubuh (Pudjiastuti, 2003). Penuaan menyebabkan penurunan sensorik dan
motorik pada susunan saraf pusat, termasuk juga otak mengalami perubahan
struktur dan biokimia (Depkes, 2004).
Terkait dengan penurunan fungsi otak, pada lansia terjadi perubahan pada
sistem persarafan dimana otak mengalami penyusutan (atropi). Hal ini
dikarenakan terjadinya penurunan jumlah sel otak serta terganggunya mekanisme
perbaikan sel otak yang disebabkan karena berkurangnya cabang-cabang neuron
(spina dendrit) dan kerapatan sinapsis serta merosotnya lapisan myelin yang
melapisi akson pada neuron (Nugroho, 2000 & Nelson, 2008).
Proses kemunduran fungsi kognitif pada lansia juga disertai dengan
kemunduran fungsi motorik yaitu terjadi penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
elastisitas dan fleksibilitas otot, penurunan fungsi propioceptif serta kecepatan,
gangguan sistem vestibular, visual dan waktu reaksi. Akibat dari perubahanperubahan tersebut dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dalam
mempertahankan keseimbangan tubuh pada lansia sehingga menyebabkan
terganggunya mobilitas fisik dan aktivitas fungsional serta resiko jatuh pada lansia

meningkat (Rohana, 2011 & Nitz, 2004).
Lansia adalah sekelompok usia yang sangat berisiko mengalami gangguan
keseimbangan tubuh secara postural yang disebabkan karena proses penuaan
(Ceranski, 2006 & Avers, 2007). Keseimbangan merupakan kemampuan untuk
mempertahankan keseimbangan tubuh baik statis maupun dinamis ketika
ditempatkan pada berbagai posisi. Faktor yang paling utama dalam mempengaruhi
gangguan keseimbangan adalah usia. Seiring dengan bertambahnya usia,
seseorang akan mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, fungsi
propioseptif, fungsi fisiologis otot, gangguan sistem vestibular dan visual (Irfan,
2010).
Berdasarkan survei di Inggris terhadap 10.255 lansia diatas usia 75 tahun
menunjukkan bahwa lansia yang mengalami gangguan keseimbangan sebesar
50%. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya atau menurunnya kualitas hidup
pada lansia sehingga usia harapan hidup (life expectancy) juga akan menurun
(Sulianti, 2000). Penelitian lain yang dilakukan Unit Pelayanan Sosial Tresna
Werdha (UPSTW) Bangkalan, Jawa Timur, didapatkan hasil bahwa sekitar 63%

1

lansia ditempat tersebut mengalami gangguan keseimbangan tubuh akibat

kelemahan otot ektremitas bawah.
Aktivitas fisik termasuk mobilitas diidentifikasi merupakan salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan keseimbangan. Lansia dengan usia lebih dari
65 tahun direkomendasikan melakukan latihan aktivitas fisik yang bersifat aerobik
dengan intensitas dan waktu yang ringan kemudian meningkat secara pelahanlahan. Beberapa studi melaporkan bahwa latihan aktivitas fisik bagi lansia
bermanfaat untuk mempertahankan kebugaran dan kekuatan otak, meningkatkan
fungsi kognitif, serta meningkatkan keseimbangan tubuh dengan menjaga fungsi
otot dan postur (Rohana, 2011; Williamson, 2008 & Budiharjo, 2005).
Salah satu model aktivitas fisik yang didesain untuk lansia adalah senam
vitalisasi otak. Senam vitalisasi otak bertujuan untuk mempertahankan kesehatan
otak dengan melakukan gerak badan. Senam vitalisasi otak diduga mampu
mempertahankan kebugaran otak bahkan meningkatkan keseimbangan lansia.
Gerakan-gerakan dalam senam vitalisasi otak dapat merangsang kerja sama antar
belahan otak dan pusat-pusat otak yang akan menyebabkan aliran darah ke dalam
otak bertambah sehingga nutrisi akan terserap lebih banyak dan akan
memperbaiki fungsi struktural otak, salah satunya fungsi otak kecil (cerebelum)
yang erat kaitannya dengan keseimbangan tubuh (Markam, 2005).
TUJUAN
Untuk mengetahui pengaruh senam vitalisasi otak terhadap peningkatan
keseimbangan dinamis pada lanjut usia.

KERANGKA TEORI
Lansia adalah sekelompok orang yang telah berusia sekitar 45-60 tahun ke
atas dan mengalami penurunan fungsi biologis, sosial serta ekonomi (Saputri,
2009). World Health Organisation (WHO) menggolongkan usia lanjut menjadi 4
yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly)
adalah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua
(very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008).
Pada proses penuaan menunjukkan bahwa otak menua mengalami
mengalami penyusutan (atropi) sebesar 10-20%. Hal ini dikarenakan terjadinya
penurunan jumlah sel otak akibat berkurangnya cabang-cabang neuron (spina
dendrit), pengurangan kerapatan sinapsis, dan merosotnya lapisan myelin yang
melapisi akson pada neuron serta terganggunya mekanisme perbaikan sel otak
(Nugroho, 2000 dan Nelson, 2008). Perubahan pada sistem saraf ini diikuti
dengan penurunan persepsi sensorik dan respon motorik serta penurunan respon
propioseptif. Perubahan pada proses penuaan dapat pula terjadi pada sistem
muskuloskeletal dimana terjadi perubahan pada jaringan penghubung (kolagen
dan elastin), kartilago, tulang dan otot yang menimbulkan dampak berupa
penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari (Pudjiastuti, 2003).
Keseimbangan dinamis adalah kemampuan mempertahankan posisi tubuh
agar tetap stabil pada waktu bergerak dimana Center of Gravity (COG) selalu

berubah,contohnya saat berjalan (Abrahamova & Hlavacka, 2008). Keseimbangan

2

dinamis merupakan integrasi yang kompleks dari sistem somatosensorik yang
terdiri dari sistem visual, sistem vestibular dan sistem proprioseptif serta motorik
yang terdiri dari muskuloskeletal, otot, sendi dan jaringan lunak yang keseluruhan
kerjanya diatur oleh basal ganglia, serebelum, dan area assosiasi terhadap respon
atau pengaruh internal dan eksternal tubuh (Batson, 2009).
Keseimbangan dinamis berubah secara bermakna bersamaan dengan
lajunya proses penuaan, tetapi perubahan tersebut tidak seragam. Penelitian di
Inggris menunjukkan bahwa lansia diatas usia 75 tahun yang mengalami
penurunan keseimbangan dinamis sebesar 50% (Sulianti, 2000). Terjadinya
penurunan keseimbangan dinamis pada lansia disebabkan oleh faktor degeneratif
dimana terjadi penurunan stabilitas tubuh yang dipengaruhi oleh menurunnya
sistem sensoris, sistem saraf pusat, fungsi kognitif dan sistem muskuloskeletal.
Seiring dengan bertambahnya usia menyebabkan penurunan satu per satu sistem
tubuh yang akan mengakibatkan gangguan keseimbangan pada tubuh lansia
(Chandler, 2000).
Pemeriksaan keseimbangan yang dapat digunakan untuk menilai
keseimbangan dinamis pada lansia yang paling mudah, cepat, dan sederhana
menggunakan Time Up and Go Test (TUG Test). Nilai normal pada lansia sehat
umur 75 tahun, rata – rata waktu tempuh yang dibutuhkan adalah 8,5 detik
(Podsiadlo et al., 1991). Penilaian dari Time Up and Go Test jika skor < 14 detik;
87% maka tidak ada resiko tinggi untuk jatuh, sedangkan jika skor ≥ 14 detik;
87% resiko tinggi untuk jatuh.
Senam vitalisasi otak merupakan latihan fisik yang memberikan pengaruh
pada kebugaran otak manusia. Latihan ini merupakan penyelarasan fungsi gerak,
pernafasan dan pusat berfikir (memori dan imajinasi). Rangkaian gerakan yang
terangkum dalam latihan vitalisasi otak tidak hanya melibatkan pusat-pusat
gerakan otot-otot tertentu di otak (homunculus) dengan corpus calosum (gerakan
menyilang), tetapi juga melibatkan beberapa pusat yang lebih tinggi di otak (High
Cortical Finctions. Dengan menjaga kondisi otak tetap optimal maka dapat
mengoptimalkan kerja sama antara otak dan neuromuscular junction sehingga
aktivitas dari otot yang semakin aktif dapat memelihara dan meningkatkan
kekuatan otot-otot sehingga stabilititas dan keseimbangan pada tubuh juga
meningkat (Markam, 2005).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Penyantunan Lansia Aisyiyah dan Panti
Wredha Darma Bakti Surakarta. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014.
Sampel yang di peroleh dari penelitian ini berumlah 26 orang yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Jenis penelitian adalah penelitian quasi
exsperimental dengan menggunakan pendekatan pre and post test with control
group design. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, setiap sampel akan di ukur tingkat
keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah penelitian menggunakan alat ukur
Time Up and Go Test. Hasil pengukuran sebelum dan sesudah penelitian dicatat,
lalu dilakukan uji pengaruh dengan menggunakan uji Paired Sample T-test.

3

Kemudian untuk uji beda pengaruh dilakukan dengan uji independet Sample Ttest.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Panti Penyantunan Lansia Aisyiyah dan Panti
Wredha Darma Bakti Surakarta. Dengan jumlah lansia berjumlah kurang lebih 77
orang lansia. Dalam penelitian ini mengambil sampel dengan kriteria usia lebih
dari 60 tahun dan mendapatkan sampel penelitian sebanyak 26 orang. Subyek
penelitian ini ada yang mengundurkan diri ataupun menjadi kriteria drop out
sebanyak 2 orang lansia sehingga subyek dalam penelitian ini mengalami
perubahan yaitu 24 orang. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian senam
vitalisasi otak terhadap peningkatan keseimbangan dinamis lansia. Dalam
penelitian ini pengambilan data dengan menggunakan instrument kuisioner dan
Time Up Go Test (TUG Test). Pada kelompok perlakuan telah didapatkan 11
subyek yang diberikan senam vitalisasi otak sedangkan pada kelompok kontrol
telah didapatkan 13 subjek yang tidak diberikan perlakuan apapun. Pada
kelompok perlakuan diberikan senam vitalisasi otak selama 4 minggu dengan
frekuensi latihan dilakuan setiap 3 kali dalam seminggu dan berikut adalah uraian
dari karakteristik hasil penelitian :
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
No
Usia
F
%
F
%
1.
60-74 tahun
9
82
8
62
2.
75-89 tahun
2
18
5
38
3. 90 tahun ke atas
0
0
0
0
Jumlah
11
100
13
100
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
No Jenis kelamin
F
%
F
%
1.
Perempuan
11
100
8
62
2.
Laki – laki
0
0
5
38
Jumlah
11
100
13
100

4

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
No
Pendidikan
F
5
F
5
1.
SD
4
37
11
84
2.
SMP
3
27
0
0
3.
SMA
2
18
1
8
4.
Sarjana
2
18
1
8
Jumlah
11
100
13
100
Hasil Keseimbangan Dinamis dengan Menggunakan Time Up and Go Test
(TUG Test)
Tabel 4.4 Distribusi Hasil Keseimbangan Dinamis
Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol
No
Pre Test
Post Test
Selisih Pre Test Post Test
Selisih
1
33,12
32,9
0,22
13,68
18,72
-5,04
2
24,88
18,47
6,41
12,54
13,64
-1,1
3
8,71
6,69
2,02
10,37
10,72
-0,35
4
14,09
14,05
0,04
7,29
9,7
-2,41
5
16,49
13,08
3,41
12,57
17,03
-4,46
6
11,23
11,05
0,18
12,37
12,39
-0,02
7
15,04
13,92
1,12
6,56
8,46
-1,9
8
19,14
17,09
2,05
28,26
28,32
-0,06
9
21,82
20,19
1,63
16,2
17,12
-0,92
10
10,54
8,52
2,02
10,35
7,96
2,39
11
29,45
17,09
12,36
17,37
19,29
-1,92
12
26,76
24,4
2,36
13
9,69
9,72
-0,03
Keterangan:
Pre Test
Post Test
Selisih

: Nilai keseimbangan dinamis sebelum perlakuan
: Nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan
: Nilai Pre – Nilai Post

Analisis Data
Uji Pengaruh
Pengujian pengaruh senam vitalisasi otak terhadap peningkatan
keseimbangan dinamis lansia pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol :
Tabel 4.6 Hasil Uji Paired Sample T-test
Variabel
Nilai p Kesimpulan
Keseimbangan dinamis lansia kelompok perlakuan
0,026
Ha diterima
Keseimbangan dinamis lansia kelompok kontrol
0,115
Ha ditolak
Hasil uji Paired Sample T-test menunjukkan nilai signifikansi p < 0,05
pada kelompok perlakuan, berarti terdapat pengaruh pemberian senam vitalisasi
otak terhadap peningkatan keseimbangan dinamis lansia. Sedangkan nilai
signifikansi (p-value) pada kelompok kontrol menunjukan p > 0,05, berarti tidak

5

ada pengaruh yang signifikan (tidak ada peningkatan keseimbangan dinamis pada
lansia) pada kelompok kontrol karena tidak diberikan perlakuan apapun.
Uji Beda Pengaruh Antara Kelompok Perlakuan dan Kontrol
Pengujian perbedaan pengaruh antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol terhadap keseimbangan dinamis menggunakan uji Independent Sample Ttest :
Tabel 4.7 Hasil Uji Independent Sample T-test
Variabel
Mean
Nilai p
Kesimpulan
Kelompok Perlakuan
2,8600
0,004
Ha diterima
Kelompok Kontrol
-1,0354
Hasil interprestasi dari uji Independent Sample T-test menunjukan rata-rata
pengaruh pemberian senam vitalisasi otak pada kelompok perlakuan sebesar
2,8600 dan pada kelompok kontrol yang tidak berikan senam vitalisasi otak
sebesar -1,0354. Dari penghitungan tersebut tampak bahwa senam vitalisasi otak
memiliki rata-rata pengaruh yang lebih besar terhadap keseimbangan dinamis
lansia pada kelompok perlakuan daripada keseimbangan dinamis lansia pada
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan (2,8600 > -1,0354).
Dari hasil uji Independent Sample T-test didapatkan juga nilai signifikansi
yang menunjukkan bahwa nilai p = 0,0004. Karena 0,004 < 0,05 berarti ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakuan yang diberikan
senam vitalisasi otak dan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam vitalisasi
otak terhadap keseimbangan dinamis pada lansia.

Pembahasan
Karakteristik Subjek Penelitian
Pada penelitian ini didapatkan sebanyak 24 subyek penelitian dari Panti
Penyantunan Lansia Aisyiyah Surakarta dan Panti Wredha Dharma Bakti
Surakarta yang sudah memenuhi kriteria inklusi saat dilakukan pre dan post test
pada tingkat keseimbangan dinamis dengan menggunakan Time Up and Go Test.
Dari hasil data yang telah diperoleh pada penelitian ini terdapat subjek penelitian
dengan karakteristik berdasarkan usia yang rata-rata paling banyak didapatkan
subjek dengan usia 60-74 tahun baik pada kelompok perlakuan maupun pada
kelompok kontrol. Dengan adanya kelompok usia rata-rata hampir sama, dapat
dikatakan bahwa proses degenerasi dan penuaan juga sama. Pada proses penuaan
menunjukan bahwa otak menua mengalami penyusutan (atropi). Adanya
perubahan pada sistem saraf yang diikuti dengan penurunan persepsi sensorik dan
respon motorik, penurunan respon propioseptif serta gangguan sistem
muskuloskeletal menyebabkan penurunan stabilitas tubuh, gangguan mekanisme
mengontrol postur tubuh dan penurunan daya anti gravitasi akibatnya
keseimbangan dan gerakan pada lansia menurun (Nugroho, 2000; Nelson, 2008 &
Pudjiastuti, 2003).
Penelitian pada subjek penelitian berdasarkan karakterisktik jenis kelamin
adalah lansia dengan jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Hal ini

6

disebabkan karena seiring bertambahnya usia baik perempuan maupun laki-laki
akan mengalami penurunan kemampuan fungsi otak, fungsi propioseptif, fungsi
fisiologis otot, gangguan sistem vestibular dan visual sehingga menyebabkan
penurunan satu per satu sistem sensoris yang akan mengakibatkan gangguan
keseimbangan pada tubuh lansia (Chandler, 2000 & Irfan, 2010).
Penelitian pada subjek penelitian berdasarkan karakterisktik pendidikan
adalah lansia dengan tingkat pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga sarjana.
Menurut WHO (2005) menyatakan bahwa rendahnya tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi faktor resiko jatuh. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kesehatan yang cukup serta kemampuan mengatasi permasalahan keseimbangan
tubuh dapat menurunkan risiko dan konsekuensi jatuh. Namun, dalam penelitian
ini tingkat pendidikan tidak terlalu mempengaruhi tingkat keseimbangan dinamis
pada lansia. Hal ini disebabkan karena faktor biomekanik maupun faktor eksternal
yang mempengaruhi keseimbangan tubuh saling berhubungan satu sama lain
Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Peningkatan Keseimbangan
Dinamis pada Lansia
Dari hasil uji Paired Sample T-Test pada hasil pre dan post test tingkat
keseimbangan dinamis pada kelompok perlakuan menunjukan bahwa adanya
pengaruh senam vitalisasi otak terhadap peningkatan keseimbangan dinamis
lansia yang signifikan karena nilai p = 0,026 yang berarti nilai p < 0,05. Hal ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Markam (2005) bahwa gerakangerakan dalam senam vitalisasi otak dapat merangsang kerja sama antar belahan
otak dan antar bagian-bagian otak yang akan menyebabkan aliran darah ke dalam
otak bertambah sehingga nutrisi akan terserap lebih banyak dan akan
memperbaiki fungsi semua bagian otak termasuk serebelum serta aktivitas di level
kortikal akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan kerjasama sel saraf dan
memperbanyak terbentuknya cabang–cabang julur sel yang saling berhubungan
dengan sinapsisnya sehingga dapat meningkatkan daya ingat dan fungsi kerja
otak. Kemudian reseptor sensoris (vestibular, visual, dan propioseptif) akan ikut
terstimulasi kemudian stimulus diubah menjadi impuls saraf yang akan dibawa
dan diteruskan ke otak, kemudian semua informasi sensoris dikumpulkan di
thalamus dan informasi tersebut dikirim dan diolah di otak kecil, pusat gerakan
otot di homunculus, pusat rasa sikap dan rasa gerakan di corpus calosum lalu
dipersepsikan oleh lobus frontalis (area motor dan kognisi) dan amigdala (pusat
emosi) yang mana informasi dari emosi diubah menjadi pola reaksi melalui reflek
vestibulo-ocular dimana potensial aksi masuk ke serabut otot melalui sinapsis
antara serabut saraf dan otot (neuromuscular junction). Adanya aktivitas dari otot
yang berkontraksi, yang mana semakin diaktifkan maka semakin baik hasil yang
diperoleh dimana dapat memelihara dan meningkatkan kekuatan otot-otot
sehingga stabilititas dan keseimbangan pada tubuh juga meningkat.
Dari hasil uji Paired Sample T-Test pada hasil pre dan post test tingkat
keseimbangan dinamis pada kelompok kontrol menunjukan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan pada kelompok kontrol terhadap keseimbangan lansia
karena nilai p = 0,115 yang berarti nilai p > 0,05. Dilihat dari hasil antara nilai pre
dan post test tingkat keseimbangan dinamis, diperoleh lebih banyak nilai negatif

7

yang menunjukan adanya peningkatan waktu tempuh yang menandai bahwa
terjadi penurunan keseimbangan dinamis. Menurut Edward (2002) menyatakan
bahwa pada lansia terjadi penurunan dalam proses pembelajaran dan
pemprograman di otak yang menyebabkan kemunduran daya ingat, sulit
berkonsentrasi, cepat beralih perhatian, juga terjadi kelambanan pada tugas
motorik sederhana seperti berjalan, berlari, mengetuk jari, kelambanan dalam
persepsi sensoris serta dalam reaksi tugas kompleks. Hal ini dapat dihubungkan
dengan teori plastisitas otak yaitu kapasitas otak untuk berubah dan beradaptasi
terhadap kebutuhan fungsional dapat berkembang terus sesuai kebutuhan karena
stimulasi. Oleh sebab itu, bila tidak diberikan stimulus berupa latihan yang
membutuhkan konsentrasi, orientasi dan memori visual maka fungsi otak akan
mengalami kemunduran dan akan berdampak pada sistem neuromuskoskeletal
dimana stabilitas dan keseimbangan tubuh mengalami penurunan.
Beda Pengaruh Kelompok Perlakuan dengan Pemberian Senam Vitalisasi
Otak dengan Kelompok Kontrol Terhadap Peningkatan Keseimbangan
Dinamis pada Lansia
Berdasarkan hasil uji Independent Sample T-Test pada hasil selisih antara
pre dan post test tingkat keseimbangan dinamis pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol menunjukkan hasil dengan nilai p = 0,004. Dari hasil nilai p
yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa nilai p < 0,05 sehingga diasumsikan
adanya perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakuan yang
diberikan senam vitalisasi otak dan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam
vitalisasi otak terhadap keseimbangan dinamis pada lansia. Seiring dengan
bertambahnya usia, seseorang akan mengalami proses penuaan yang
menyebabkan perubahan pada sistem persarafan dimana otak mengalami
penyusutan (atropi), penurunan kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan
fleksibilitas otot, penurunan fungsi propioceptif serta kecepatan, gangguan sistem
vestibular, visual dan waktu reaksi. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut
dapat mengakibatkan penurunan kemampuan dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh pada lansia sehingga menyebabkan terganggunya mobilitas
fisik dan aktivitas fungsional serta resiko jatuh pada lansia meningkat (Nelson,
2008; Rohana, 2011 & Nitz, 2004).
Senam vitalisasi otak bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak
dengan melakukan gerak badan. Gerakan-gerakan dalam senam vitalisasi otak
yang terdiri dari gerakan sistematis yang dilakukan dengan perlahan-lahan,
melibatkan pandangan mata dan pernapasan yang dimulai dari arah tubuh bagian
bawah terus ke tubuh bagian atas sampai batas maksimal sendi dengan beberapa
kali pengulangan. Gerakan tersebut akan mempengaruhi penyelaraskan pola gerak
otot (mulai dari bagian otot kecil sampai otot yang besar), gerak pernapasan, dan
metabolisme pada bagian-bagian otak yang terstimulasi (melatih
proprioseptif/rasa sendi) serta gerakan yang lambat tidak memberi beban berat
pada jantung. Adanya harmonisasi antara gerak (otot dan sendi) menyebabkan
tercapainya keseimbangan antara fungsi otak, kerja otot, dan stabilitas emosi
(Markam, 2005). Integrasi yang sinergis antara sistem somatosensorik (sistem
visual, sistem vestibular, dan sistem proprioseptif) serta motorik (muskuloskeletal,

8

otot, sendi dan jaringan lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh basal
ganglia, serebelum, dan area assosiasi otak akan mempengaruhi peningkatan
keseimbangan dan stabilitas tubuh (Riemann et al., 2002 & Baston, 2009).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah senam vitalisasi otak berpengaruh
terhadap peningkatan keseimbangan dinamis pada lanjut usia dan ada perbedaan
pengaruh yang signifikan antara kelompok perlakukan yang diberikan senam
vitalisasi otak dan kelompok kontrol yang tidak diberikan senam vitalisasi otak
terhadap keseimbangan dinamis pada lanjut usia. Saran yang diberikan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik terhadap peningkatan nilai
keseimbangan dinamis adalah perlunya penelitian lanjutan yang lebih spesifik dan
beragam variabelnya, yaitu dapatkan dilaksanakan dengan jumlah sampel yang
lebih banyak, subjek penelitian yang bervariasi dengan usia responden < 60 tahun
agar senam vitalisasi otak dapat lebih bermanfaat seiring dengan bertambahnya
usia dan kelangsungan hidup serta waktu penelitian yang lebih lama sehingga
dapat diketahui keefektifan lamanya senam vitalisasi otak yang telah dilakukan.
Selain itu, untuk memelihara dan meningkatkan keseimbangan dinamis pada
lansia, disarankan kepada lansia agar melakukan senam vitalisasi otak dengan
rutin minimal 2 kali seminggu sehingga dapat mengurangi risiko jatuh dan
aktivitas fungsional menjadi lebih optimal. Selain itu, anak-anak hingga kalangan
dewasa juga diharapkan dapat melakukan senam vitalisasi otak yang bermanfaat
bagi aktifitas hidup sehari-hari. Senam vitalisasi otak diharapkan juga dapat
menjadi salah satu program kegiatan olahraga di panti lansia tersebut yang dapat
memberikan banyak manfaat bagi kesehatan lansia yaitu menjaga dan
meningkatkan kebugaran otak dan kebugaran fisik lansia.
DAFTAR PUSTAKA
Abrahamova, D. & Hlavacka, F. 2008. Age-Related Changes of Human Balance
during Quiet Stance. Physiological Research Institute of Physiology.
No.5, Vol. 6.
Avers.

2007. What you need to know about balance and falls .
http://www.apta.org/AM/Template.cfm?Section=Search&template=/C
M/HTMLDisplaycfm&ContentID=20396. Diakses tanggal 1 April
2014.

Aswin, S. 2003. Pengaruh Proses Menua Terhadap Sistem Muskuloskeletal.
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Batson, G. 2009. Update On Proprioception Considerations For Dance Education.
Journal Of Dance Medicine And Science. No.2, Vol. 13.

9

Bishop, R.D. & Hay, J.G. 2009. Basketball: The Mechanics of Hanging in The
Air . Medicine and Science in Sports, 11 (3), 274-277.
Boedhi, D. 2009. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 4. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Budiharjo, S. 2005. Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Intensitas Sedang
Terhadap Kelenturan Badan pada Wanita Lanjut Usia Terlatih. Jurnal
Ilmu Kedokteran. No.37, Vol. 4, Hal. 178.
Brown, S.P., Miller, W.C., & Eason, J.M. 2006. Neuroanatomy and
Neuromuscular Control of Movement. Exercise physiology: Basis
of human movement in health and disease. Philadephia: Lippincott
Williams & Wilkins. 217-246.
Ceranski & Sandy. 2006. Fall prevention and modifiable risk factor .
http://www.rfw.org/AgingConf/2006/Handouts/12_FallPrevention_Ce
ranski.pdf. Diakses tanggal 2 April 2014.
Consatantinides. 2006. Teori Proses Menua. (ed) Boedhi-Darmojo. Geriatri.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Depkes. 2004. Proses Penuan dan Penurunan Sistem Otak. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Edwards, S. 2002. Neurological Physiotherapy: A Problem Solving Approach .
Churchill Livingstone. Edinburgh.
Efendi & Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Irfan. 2010. Physionote. www.wordpress.com diakses tanggal 1 April 2014.
Lisnaini. 2012. Senam Vitalisasi Otak Dapat Meningkatkan Fungsi Kognitif Usia
Dewasa Muda. Penelitian Ilmiah Fisioterapi. Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia.
Markam, S., Mayza, A., Pujiastuti, H., Erdat, M. S., Suwardhana, Solichien, A.
2005. Latihan Vitalisasi Otak (Senam untuk Kebugaran Fisik Dan
Otak). Jakarta: Grasindo.
Maryam, R. & Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya . Jakarta:
Salemba Medika.
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal: 19-28, 3435, 37.

10

Nugroho & Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3.
Jakarta: EGC.
Pudjiastuti & Utomo. 2003. Fisioterapi pada Lansia . Jakarta: EGC, hal 2-8.
Riemann, B.L. & Lephart, S.M. 2002. The Sensorimotor System, Part II: The
Role of Proprioception in Motor Control and Functional Joint
Stability. Journal of Athletic Training. 37(1); 80-84.
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Edisi 4. Yogyakarta: Mitra Cendikia
Press.
Saladin, K. 2007. Anatomy and Physiology The Unity of Form and Function. 4th
ed.New York: McGraw-Hill Companies. Hal: 513-561.
Shumway. 2007. Time Up and Go Test (TUGT): Research Report.
http://nutritionandaging.fiu.edu/You_Can/TUG%20directions.pdf.
Diakses tanggal 1 April 2014.
Sulianti. 2009. Gangguan Fisik Pada Lansia . Jakarta: EGC.
Sutriyanto, A. 2012. Effect Cronic Osteoporosis of Knee Joint on Postural
Stability and Mobility in Women. Vol. 13 No 1.
Suharno. 2009. Latihan Jasmani dalam Pencegahan Penyakit Jantung Koroner .
Jakarta: Salemba Media.
WHO. 1989. Health of the Ederly. Geneva: WHO.
WHO. 2007. Who Global Report on Falls Prevention in Older Age. France:
Library Cataloguing-in-Publication Data.
Wicaksono, L. 2011. Pengaruh Aktivitas Fisik terhadap Antisipasi Reaksi dan
Koordinasi Mata dan Tangan pada Wanita Lansia Kelompok Elderly
(60-74 tahun). Skripsi. UPI Bandung.
Williamson, J. 1985. Preventive Aspects of Geriatric Medicine. (ed) , John
Wilwy and Sons. Principles and Practice of Geriatric Medicine .
Chichester-New York.

11

Dokumen yang terkait

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

0 3 11

PENGARUH LATIHAN YOGA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA Pengaruh Latihan Yoga Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

0 2 17

PENGARUH SENAM TAICHI TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS DAN PENURUNAN FAKTOR Pengaruh Senam Taichi Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Dan Penurunan Faktor Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia.

0 2 21

PENGARUH SENAM TAI CHI TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS DAN PENURUNAN FAKTOR Pengaruh Senam Taichi Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Dan Penurunan Faktor Resiko Jatuh Pada Lanjut Usia.

1 4 15

PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TERHADAP DAYA INGAT PADA LANSIA DEMENSIA Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Daya Ingat Pada Lajut Usia Demensia.

0 0 17

PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TEHADAP DAYA INGAT PADA LANJUT USIA DEMENSIA Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Daya Ingat Pada Lajut Usia Demensia.

0 3 11

PENGARUH SENAM VITALISASI OTAK TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANJUT USIA Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

0 1 19

PENDAHULUAN Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

0 3 6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengaruh Senam Vitalisasi Otak Terhadap Peningkatan Keseimbangan Dinamis Pada Lanjut Usia.

1 5 19

PENGARUH SENAM YOGA TERHADAP KESEIMBANGAN PADA LANJUT USIA Pengaruh Senam Yoga Terhadap Keseimbangan Pada Lanjut Usia.

0 5 15