Kegagalan sistem ekonomi liberal di Indonesia masa kolonial 1800-1830 : resistensi budaya ekonomi rakyat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
KEGAGALAN SISTEM EKONOMI LIBERAL
DI INDONESIA MASA KOLONIAL 1800-1830:
Resitensi Budaya Ekonomi Rakyat
Bona Ventura Bowo Kusmanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan ide
ekonomi liberal dan menganalisis penyebab kegagalan penerapan ide ekonomi
liberal di Indonesia tahun 1800-1830.
Makalah ini disusun dengan metode penelitian sejarah yang mencakup
empat tahapan yaitu: heuristik, verifikasi, intepretasi dan historiografi. Pendekatan
yang digunakan ialah pendekatan sosial-ekonomi. Teknik penulisan yang

digunakan adalah deskriptif analisis.
Hasil penulisan makalah ini menunjukkan bahwa: (1) ide ekonomi liberal
diterapkan oleh Herman Willem Daendels dengan ide kebebasan perseorangan,
Thomas Stamford Raffles dengan ide kemerdekaan ekonomi, dan Van der
Capellen dengan ide melindungi hasil panen petani, gagal. (2) Kegagalan ini
disebabkan oleh tiga hal, yaitu: Perang antara Perancis dengan Inggris-Belanda di
Eropa. Perang ini memunculkan ancaman serangan Inggris ke Pulau Jawa
sehingga fokus penerapan ide ekonomi liberal terpinggirkan untuk membangun
pertahanan. Sistem feodal yang berhubungan erat dengan sistem produksi
prekapitalis. Kedua sistem ini menjamin berlangsungnya aliran hasil bumi,
barang, dan jasa dari rakyat kepada penguasa ataupun sebaliknya sehingga tanpa
campur tangan penguasa target produksi ide ekonomi liberal tidak akan tercapai.
Sistem ekonomi subsistensi yang bertentangan dengan ide ekonomi liberal. Ide
ekonomi liberal secara prinsip adalah cara untuk mencapai kesejahteraan dengan
mencari keuntungan yang besar sedangkan ekonomi subsistensi adalah cara hidup
dengan memenuhi kebutuhan secukupnya.

viii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
THE FAILURE OF LIBERAL ECONOMY SYSTEM
IN INDONESIA IN THE COLONIAL PERIOD 1800-1830:
People Economy Cultural Resistance
Bona Ventura Bowo Kusmanto
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
This paper was aimed to describe the application of liberal economy idea
and to analyze the causes of the failure of the application of liberal economy in
Indonesia in the years 1800-1830.
This paper was written in historical research method which covered four
stages: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The approach
which was used was social-economic approach. The writing technique was

descriptive analysis.
The result of this paper showed that (1) liberal economy idea applied by
Herman Willem Daendels with the idea of personal freedom, Thomas Stamford
Raffles with the idea of economic freedom, and Van der Capellen with the
protection to harvest product idea all failed. (2) The failure was caused by three
things: first, war between France and England-The Netherlands in Europe. This
war sent England’s threat to Java Island. The focus of liberal economy application
was eliminated because the English threat made The Netherlands government in
Indonesia focus on building the defense. The second thing was feudal system
which was related to precapitalist product system. Those two systems guaranteed
the crops, goods, and service flows from the people to the masters and from the
masters to the people. This made the product target of liberal economy idea
unable to be achieved because there was no interference from the masters to make
the target. The third thing was subsistence economy system which contradicted
liberal economy idea. Theoritically, liberal economy idea was ways to achieve
prosperity by looking for big profits, while subsistence economy was a lifestyle in
which the people fulfilled the common goods sufficiently.

ix


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEGAGALAN SISTEM EKONOMI LIBERAL
DI INDONESIA MASA KOLONIAL 1800-1830:
Resistensi Budaya Ekonomi Rakyat
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh :
Bona Ventura Bowo Kusmanto
081314003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEGAGALAN SISTEM EKONOMI LIBERAL
DI INDONESIA MASA KOLONIAL 1800-1830:
Resistensi Budaya Ekonomi Rakyat
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah


Disusun oleh :
Bona Ventura Bowo Kusmanto
081314003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan berkat-Nya.
2. Kakekku Theodorus Sutarman
3. Kedua orang tuaku Martinus Wahwu dan Christina Suciati.
4. Anak dan Istriku Michael Christian Ronald BJ dan Ana Maria Ina
Murwandari

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO
Mati bukan masalah, hidup yang jadi persoalan
(Novel Elang Retak)

v


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 31 Juli 2015
Penulis

Bona Ventura Bowo Kusmanto
NIM: 081314003

vi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Bona Ventura Bowo Kusmanto
Nomor Mahasiswa: 081314003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:
Kegagalan Sistem Ekonomi Liberal Di Indonesia Masa Kolonial 1800-1830:
Resistensi Budaya Ekonomi Rakyat.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya
dalam


bentuk

pangkalan

data,

mendistribusikan

secara

terbatas,

dan

mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 31 Juli 2015

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
KEGAGALAN SISTEM EKONOMI LIBERAL
DI INDONESIA MASA KOLONIAL 1800-1830:
Resitensi Budaya Ekonomi Rakyat
Bona Ventura Bowo Kusmanto
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
2015
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan ide
ekonomi liberal dan menganalisis penyebab kegagalan penerapan ide ekonomi
liberal di Indonesia tahun 1800-1830.
Makalah ini disusun dengan metode penelitian sejarah yang mencakup
empat tahapan yaitu: heuristik, verifikasi, intepretasi dan historiografi. Pendekatan
yang digunakan ialah pendekatan sosial-ekonomi. Teknik penulisan yang
digunakan adalah deskriptif analisis.
Hasil penulisan makalah ini menunjukkan bahwa: (1) ide ekonomi liberal
diterapkan oleh Herman Willem Daendels dengan ide kebebasan perseorangan,
Thomas Stamford Raffles dengan ide kemerdekaan ekonomi, dan Van der
Capellen dengan ide melindungi hasil panen petani, gagal. (2) Kegagalan ini
disebabkan oleh tiga hal, yaitu: Perang antara Perancis dengan Inggris-Belanda di
Eropa. Perang ini memunculkan ancaman serangan Inggris ke Pulau Jawa
sehingga fokus penerapan ide ekonomi liberal terpinggirkan untuk membangun
pertahanan. Sistem feodal yang berhubungan erat dengan sistem produksi
prekapitalis. Kedua sistem ini menjamin berlangsungnya aliran hasil bumi,
barang, dan jasa dari rakyat kepada penguasa ataupun sebaliknya sehingga tanpa
campur tangan penguasa target produksi ide ekonomi liberal tidak akan tercapai.
Sistem ekonomi subsistensi yang bertentangan dengan ide ekonomi liberal. Ide
ekonomi liberal secara prinsip adalah cara untuk mencapai kesejahteraan dengan
mencari keuntungan yang besar sedangkan ekonomi subsistensi adalah cara hidup
dengan memenuhi kebutuhan secukupnya.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
THE FAILURE OF LIBERAL ECONOMY SYSTEM
IN INDONESIA IN THE COLONIAL PERIOD 1800-1830:
People Economy Cultural Resistance
Bona Ventura Bowo Kusmanto
Sanata Dharma University
Yogyakarta
2015
This paper was aimed to describe the application of liberal economy idea
and to analyze the causes of the failure of the application of liberal economy in
Indonesia in the years 1800-1830.
This paper was written in historical research method which covered four
stages: heuristic, verification, interpretation, and historiography. The approach
which was used was social-economic approach. The writing technique was
descriptive analysis.
The result of this paper showed that (1) liberal economy idea applied by
Herman Willem Daendels with the idea of personal freedom, Thomas Stamford
Raffles with the idea of economic freedom, and Van der Capellen with the
protection to harvest product idea all failed. (2) The failure was caused by three
things: first, war between France and England-The Netherlands in Europe. This
war sent England’s threat to Java Island. The focus of liberal economy application
was eliminated because the English threat made The Netherlands government in
Indonesia focus on building the defense. The second thing was feudal system
which was related to precapitalist product system. Those two systems guaranteed
the crops, goods, and service flows from the people to the masters and from the
masters to the people. This made the product target of liberal economy idea
unable to be achieved because there was no interference from the masters to make
the target. The third thing was subsistence economy system which contradicted
liberal economy idea. Theoritically, liberal economy idea was ways to achieve
prosperity by looking for big profits, while subsistence economy was a lifestyle in
which the people fulfilled the common goods sufficiently.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat-Nya, makalah yang berjudul “Kegagalan Sistem Ekonomi
Liberal di Indonesia Masa Kolonial 1800-1830: Resitensi Budaya Ekonomi
Rakyat” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penyusunan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang sangat luar biasa perannya. Oleh karena
itu, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
3. Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang telah sabar
membimbing penulis menyelesaikan penyusunan makalah ini.
4. Seluruh dosen dan sekretariat Program Pendidikan Sejarah yang telah
membimbing dan mendampingi penulis menyelesaikan studi di Universitas
Sanata Dharma.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Universitas Sanata Dahrma, yang telah
memberikan pelayanan dan membantu penulis memperoleh sumber penulisan
makalah ini.
6. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat lewat doa dan kerja
keras.
7. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2008 dan 2009 khususnya
Thomas Cahyo Susmawanto, Nova Tri Utomo dan Jopi Engel Gurnandy.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, Juli 2015

Bona Ventura Bowo Kusmanto

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................

iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vii
ABSTRAK..................................................................................................... viii
ABSTRACT....................................................................................................

ix

KATA PENGANTAR ...................................................................................

x

DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xiv
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN ........................................................................

1

A. Latar Belakang ........................................................................

1

B. Rumusan Masalah....................................................................

6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan .................................................

6

D. Sistematika Penulisan ..............................................................

7

PENERAPAN IDE-IDE EKONOMI LIBERAL DI INDONESI

8

A. Herman Willem Daendels ........................................................

8

B. Thomas Stamford Raffles ........................................................ 16
C. G.A.G.Ph. van der Capellen ..................................................... 23

xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III

SEBAB

GAGALNYA

PENERAPAN

IDE-IDE

EKONOMI

LIBERAL .................................................................................... 30
A. Perang Perancis dan Inggris-Belanda ....................................... 30
B. Sistem Feodal .......................................................................... 34
C. Ekonomi Subsistensi ................................................................ 38
BAB IV

KESIMPULAN ............................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 46
LAMPIRAN .................................................................................................. 48

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ....................................................................................... 47
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... 50

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Awal tahun 1800-an beberapa pemimpin pemerintahan Hindia Belanda
dan seorang pemimpin pemerintahan Hindia Timur menerapkan ide-ide
ekonomi liberal hingga tahun 1830-an. Para pemimpin pemerintahan Hindia
Belanda itu antara lain Herman Willem Daendels, Komisi Jenderal, dan Van
der Capellen sementara seorang pemimpin pemerintahan Hindia Timur
adalah Thomas Stamford Raffles. Para pemimpin tersebut berusaha
mengganti sistem monopoli yang diterapkan oleh Verenigde Oost Indische
Compagnie (VOC) dengan ide ekonomi liberal dan sistem pemerintahan
langsung.
Ide ekonomi liberal yang dibawa oleh pemimpin pemerintahan Hindia
Belanda tidak lepas dari kondisi yang berkembang di negeri Belanda. Tahun
1795 terjadi revolusi di negeri Belanda yang membuat kerajaan Belanda
berubah menjadi Republik Bataaf. Perubahan ini memunculkan konstitusi
tahun 1798 yang membahas tentang koloni-koloni Belanda.1 Dari konstitusi
ini dibentuklah Dewan Asia yang bertugas untuk mengatur administrasi
internal, kebijakan dan peradilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Republik
Bataaf dalam bentuk piagam2. Setelah pembentukan Dewan Asia, VOC
dibubarkan pada 31 Desember 1799 dan kewenangannya atas Indonesia

1

Furnivall, J.S. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 59
2
Ibid hlm. 59-60.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

diambil alih secara langsung oleh pemerintah Belanda sejak 1 Januari 1800.3
Pengambilalihan ini merubah kepentingan Belanda di Indonesia yang pada
awalnya sebatas perdagangan menjadi kepentingan politik.
Pada tahun 1801 muncul konstitusi baru yang merubah situasi sebelum
Dewan Asia mampu membuat piagam baru untuk mereformasi daerah
koloni.4 Perubahan ini terjadi karena pengaruh dari Dirk van Hogendorp yang
membuat laporan tentang kondisi di wilayah koloni Belanda dan Hindia
Belanda.5 Dirk van Hogendorp mengkritik metode yang digunakan VOC
dalam usaha untuk mendapatkan keuntungan dari tanah Indonesia. Ia
kemudian mengusulkan reformasi dengan landasan prinsip ekonomi politik,
yakni: kepemilikan pribadi atas tanah, kemerdekaan orang perorang,
kebebasan perdagangan, penghapusan kerja paksa, dan penyelenggaraan
hukum yang baik.6 Usulan ini dimaksudkan Dirk van Hogendorp untuk
mendapatkan keuntungan yang lebih besar karena menganggap cara yang
dilakukan VOC tidak menguntungkan.
Dirk van Hogendorp beralasan bahwa motif ekonomi dengan prinsip
kepentingan diri, adalah satu-satunya motif yang bisa mendorong orang
bekerja keras.7 Dirk van Hogendorp beranggapan jika rakyat Indonesia
dibebaskan dalam mengolah tanahnya dengan motif ini, maka akan terjadi
produksi yang besar sehingga pendapatan pemerintah dari pajak juga besar.
3

Wiharyanto, A. Kardiyat. Indonesia Dalam Abad XIX. 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma. hlm. 99
4
Furnivall, J.S. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 60.
5
Ibid hlm. 60.
6
Ibid hlm. 61-62.
7
Ibid hlm. 61.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Selain itu, rakyat juga harus dibebaskan dari kerja paksa agar rakyat bisa
mengusahakan tanah yang diolahnya secara optimal. Pembebasan rakyat dari
kerja paksa ini bisa menghasilkan keuntungan yang besar karena Dirk van
Hogendorp menganggap sistem feodal membuat rakyat Indonesia hanya
mampu memproduksi dengan jumlah yang sedikit. Dalam sistem feodal yang
sudah ada di Indonesia, Dirk van Hogendorp beranggapan bahwa rakyat
mengolah tanah sesuai dengan instruksi para bupati seberapa besar atau
seberapa banyak tanah yang diolah dan tanaman yang dibudidayakan.
Di bawah sistem yang ada orang Jawa memproduksi sedikit karena
tidak memperoleh insentif. Karena itu hendaklah dia diberi
keuntungan atas pembudidayaan dan dibebaskan dari kerja paksa.
Dari pada mengandalkan Bupati untuk membuat rakyat bekerja,
tanah harus diserahkan kepada para pengolah, yang bisa diharuskan
membayar pajak tanah, bukan dalam bentuk uang, tapi hasil bumi.8
Landasan ekonomi politik untuk usulan reformasi membawanya duduk dalam
suatu komite yang bertugas membuat laporan tentang perdagangan dan
administrasi Hindia Belanda.9
Gagasan-gagasan beraliran liberal mendapat dukungan dari Klub
Jacobin yang anggotanya banyak duduk dalam Majelis Nasional dan kaum
patriot yang lebih menyukai Perancis daripada Inggris.10 Namun gagasangagasan itu mendapat tentangan dari kaum konservatif yang menghendaki
untuk mempertahankan sistem dagang dari politik VOC11. Tokoh konservatif,
Nederburgh, berpendapat bahwa orang Jawa tidak akan pernah membuat

8

Ibid hlm. 61.
Ibid. hlm. 62.
10
Ibid.hlm. 57-58.
11
Kartodirjo, Sartono & Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi.
1991. Yogyakarta: Aditya Media. Hlm. 42.

9

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

kemajuan dengan mengandalkan diri sendiri karena kemalasan mereka tidak
cocok untuk kerja apapun kecuali memproduksi bahan pangan yang paling
dibutuhkan.12 Kerja rodi hanyalah cara untuk menghimpun pajak dalam
bentuk pekerjaan sebagai ganti uang kontan karena kemalasan mereka.13
Kerja rodi menurut kaum liberal rentan terhadap penyalahgunaan berat dari
pihak yang mempekerjakan baik itu bupati Indonesia ataupun pejabat
Belanda. Oleh karena itu pasar bebas menjadi kekuatan ekonomi yang akan
meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga pajak normal (uang sebagai
pembayaran pajak) dengan segera akan bisa menutupi pengeluaran.14
Pro dan kontra atas gagasan liberal yang sedang berkembang di
Belanda berpengaruh pada komite yang dibentuk untuk membuat laporan
tentang perdagangan dan administrasi Hindia Belanda. Komite ini diketuai
oleh Nederburgh dan anggota komite lebih suka mendengarkan dia dari pada
van Hogendorp.15 Usulan-usulan dari Dirk van Hogendorp tidak ada yang
diterima sehingga hasil dari komite tidak merubah apapun yang sudah ada.16
Dirk van Hogendrop hanya berhasil pada usaha untuk menyelidiki keadaan
kepemilikan tanah di Jawa dan menjajaki kemungkinan menggantikan
kepemilikan komunal dengan kepemilikan pribadi atas tanah.17
Berbagai peraturan dikeluarkan bukan hanya dalam bidang ekonomi
namun juga bidang lain yang mendukung terciptanya ekonomi liberal.
12

Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hlm.270
Ibid. Hlm. 270-271.
14
Ibid. Hlm.271
15
Furnivall, J.S.. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 62.
16
Vlekke, Bernard H.M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Gramedia. Hlm.271.
17
Ibid. Hlm. 271-272
13

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

Kegagalan yang dialami Dirk van Hogendorp, ternyata tidak menyurutkan
niat beberapa pemimpin pemerintahan Hindia Belanda untuk menerapkan
gagasan-gagasan liberal. Seperti Herman Willem Daendels, Komisi Jenderal
dan Van Der Capellen tetap berusaha menerapkan gagasan-gagasan liberal.
Penerapan gagasan-gagasan liberal disesuaikan dengan masalah-masalah
yang mereka hadapi di Indonesia.
Thomas Stamford Raffles yang berasal dari Inggris, sudah terbiasa
dengan penerapan sistem ekonomi liberal. Hal ini dikarenakan Inggris adalah
negara pertama yang sejak abad ke-18 sudah memulai industrialisasi.18 Oleh
karena itu, Inggris tidak hanya berkepentingan dengan suplai bahan mentah
untuk industrinya namun juga pasar barang produksinya. Kebutuhan Inggris
akan pasar dari barang produksinya di daerah koloni, harus didukung dengan
kesejahteraan rakyat koloni agar mampu membeli barang produksinya. Jika
tidak terjadi kesejahteran pada rakyat koloni maka akan berpengaruh pada
pendapatan negara. Raffles memilih ide ekonomi liberal untuk menciptakan
kesejahteraan rakyat Hindia Timur. Ide ini dipilih karena cukup berhasil
diterapkan di India yang kondisinya dianggap sama dengan Indonesia.
Gagasan-gagasan

liberal

secara

umum

gagal

diterapkan

oleh

pemerintah kolonial Hindia Belanda dan Hindia Timur. Kesejahteraan rakyat
jajahan yang ingin diciptakan dengan mengusahakan kepemilikan pribadi atas
tanah dan kebebasan berusaha, tidak terjadi. Kepastian hukum yang
diharapkan mampu menjamin kebebasan perseorangan pada kenyataannya
18

Ricklefs, M.G. Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, Maitri Aung dan Thwin. Sejarah Asia
Tenggara: Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer. 2013. Beji Timur Depok: Komunitas
Bambu. Hlm. 261

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

hanya menjadi ide ideal saja. Semua hal ini akhirnya berpengaruh pada tujuan
utama mengintensifkan pendapatan pemerintah dengan ekonomi liberal tidak
tercapai.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya,
makalah ini hendak membahas masalah penerapan ide ekonomi liberal dan
penyebab kegagalannya yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ide-ide Ekonomi Liberal diterapkan di Indonesia?
2. Apa penyebab ide-ide Ekonomi Liberal gagal diterapkan di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penulisan
a. Tujuan Penulisan
Penulisan Makalah ini untuk menemukan jawaban atas penyebab
kegagalan sistem ekonomi liberal di Indonesia tahun 1800-1830. Oleh
karena itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan ide-ide ekonomi liberal yang diterapkan di
Indonesia tahun 1800-1830.
2. Menjelaskan alasan kegagalan penerapan ide-ide ekonomi liberal di
Indonesia tahun 1800-18030.
b. Manfaat
1. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Makalah ini diharapkan dapat memperkaya kajian sejarah Indonesia
khususnya tentang kegagalan sistem ekonomi liberal di Indonesia
tahun 1800-1830.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi Universitas Sanata Dharma
sebagai perguruan tinggi yang mempunyai tanggung jawab
mengembangkan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Penulis
Makalah ini diharapkan mampu menjadi sarana bagi penulis untuk
pembuatan karya ilmiah dan memperdalam pengetahuan penulis
sehingga mampu dibagikan penulis pada peserta didik nantinya di
dunia pendidikan.
4. Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan mampu memperluas wawasan pembaca
tentang kegagalan sistem ekonomi liberal di Indonesia tahun 18001830.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari karya tulis ini terdiri dari 4 bab. Yakni
sebagai berikut:
BAB I

:Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
dan manfaat serta sistematika penulisan.

BAB II

:Berisi tentang penerapan ide ekonomi liberal di Indonesia
tahun 1800-1830.

BAB III

:Berisi tentang penjelasan penyebab kegagalan penerapan
ide-ide ekonomi liberal di Indonesia tahun 1800-1830.

BAB IV

:Berisi tentang kesimpulan dari bab II dan III.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
PENERAPAN IDE-IDE EKONOMI LIBERAL DI INDONESIA
Pengambilalihan Indonesia dari VOC oleh pemerintah Belanda membuat
perlunya kebijakan politik untuk membangun ekonomi Indonesia. Bangsa
Indonesia diposisikan bukan lagi hanya sebagai sumber komoditi untuk pasar
dunia namun juga sebagai pasar bagi barang dari Belanda. Hal ini dikarenakan
pada masa VOC kesejahteraan rakyat di Nusantara tidak diperhatikan sehingga
kehidupan rakyat Hindia Belanda sangat miskin, dan akibatnya produk dari
Belanda tidak bisa terbeli1. Jika ketidakmampuan membeli barang oleh
masyarakat Indonesia tetap terjadi, maka akan mempengaruhi keuangan
pemerintah kolonial. Oleh karenanya, Herman Willem Daendels, Thomas
Stamford Raffles, Komisis Jenderal dan Van der Capellen berusaha menerapkan
ide ekonomi liberal di Indonesia. Mereka mengusahakan kesejahteraan rakyat
untuk menciptakan pasar bebas yang diharapkan mampu mengitensifkan
pendapatan pemeritah.
A. Herman Willem Daendels
Herman Willem Daendels ditunjuk menjadi gubernur jenderal dan
memerintah di Indonesia dari 4 Januari 1808 sampai 15 Mei 1811.
Penunjukan ini karena negeri Belanda yang sejak 1975 di bawah kekuasaan
Perancis ikut terlibat dalam Perang Napoleon berdampak pada daerah koloni.
Keterlibatan Belanda dalam Perang Napoleon ini menjadikan wilayah koloni

1

Wiharyanto, A. Kardiyat. Indonesia Dalam Abad XIX. 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma. Hlm.90

8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Belanda juga ikut terseret dalam ancaman perang. Menghadapi ancaman
perang melawan Inggris, maka diperlukan seorang gubernur jenderal yang
ahli militer dan Daendelslah yang ditunjuk untuk mempertahankan Pulau
Jawa dari serangan Inggris.
Tugas yang diterima Daendels terutama berkaitan dengan pertahanan,
tapi dia juga diarahkan, dalam rumusan yang umum bagi semua Peraturan
dan Instruksi sejak 1803, untuk menghilangkan penyalahgunaan wewenang
yang sudah mendarah daging dalam Kompeni dan khususnya untuk
meningkatkan harkat orang biasa dan melindungi mereka dari perlakuan
sewenang-wenang2. Tugas Daendels dapat dilihat dalam “instruksi untuk
Gubernur Jenderal atas Wilayah Asia milik Raja Yang Mulia” yang
dikeluarkan Raja Louis pada 9 Februari 1807 yang isinya sebagai berikut3:
……12 dari 37 pasal berhubungan dengan urusan militer dan pasal
14 menyatakan reorganisasi tentara adalah kewajibannya yang
pertama. Hal-hal lain yang secara khusus diperintahkan kepadanya
ialah: penyelidikan terhadap kemungkinan penghapusan tanam paksa
dan penyerahan paksa kopi, perbaikan kondisi kehidupan penduduk
asli dan, terutama, budak-budak, serta yang terakhir, perbaikan
saniter di Batavia, jika tidak mungkin, pemindahan ibu kota ke
kabupaten yang lebih sehat di Jawa.
Dengan instruksi yang diberikan pemerintah Belanda, Daendels memilih ide
ekonomi liberal untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan
menjamin kebebasan perseorangan. Kebebasan perseorangan dalam konteks
ini adalah kebebasan berusaha baik dalam hak milik tanah, bercocok tanam,

2

Furnivall,J.S. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 67
3
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.280

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

berdagang, ataupun menggunakan hasil tanaman dengan jaminan kepastian
hukum dan keadilan bagi rakyat jajahan4.
Dalam rangka menerapkan ide ekonomi liberal untuk menciptakan
kebebasan perseorangan, Daendels memerlukan sentralisasi pemerintahan.
Sentralisasi pemerintahan diperlukan untuk mengganti sistem feodal yang
sudah berkembang di Indonesia. Kebebasan berusaha hanya akan tercipta jika
sistem feodal yang mengeksploitasi rakyat dapat dihapuskan. Sistem feodal
perlu dihapus karena cenderung memaksa dan menindas rakyat sehingga
menurunkan produktivitas. Ketika sistem feodal terhapus maka rakyat akan
memilik kebebasan dalam berusaha sehingga produktivitas meningkat. Hal
ini sejalan dengan konteks ekonomi-politik modern, liberalisme ingin
mengatakan bahwa perekonomian harus dikembangkan sesuai dengan kodrat
manusia yang bebas karena manusia yang merdeka mengetahui apa yang
paling baik bagi dirinya sendiri5. Jelas di sini bahwa kebebasan berusaha
adalah syarat mutlak yang harus dimiliki untuk menjalankan ide ekonomi
liberal.
Daendels kemudian mengusahakan reformasi menyeluruh pemerintahan
di Jawa. Tujuannya tentunya memasukkan sentralisasi yang paling lengkap
dan baku6. Ia menghapuskan ke-Gubernur-an Propinsi Pantai Timur dan
membagi Jawa dalam 5 divisi dan 38 kabupaten, semuanya langsung dibawah

4

Kartodirjo, Sartono & Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi.
1991. Yogyakarta: Aditya Media. Hlm. 42.
5
Sutarjo Adisusilo, J.R. Sejarah Pemikiran Barat Dari yang Klasik Sampai yang Moderen. 2005.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. hlm.56
6
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm.446

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

Batavia7. Setiap kabupaten bertanggung jawab pada divisi (perfektorat),
divisi bertanggung jawab pada landdorst dan landdorst bertanggung jawab
langsung pada pemerintah pusat. Pembagian wilayah ini kemudian diikuti
dengan pengangkatan para regen (bupati) menjadi pegawai pemerintah
dengan diberi pangkat militer dan digaji oleh pemerintah.8 Pengangkatan para
regen menjadi pegawai pemerintah ini dimaksudkan untuk mengurangi
kekuasaan feodal yang ada agar dapat mengintensifkan pendapatan
pemerintah kolonial. Dengan menjadi pegawai pemerintah maka para regen
tidak bisa sewenang-wenang dalam memerintah daerahnya sehingga mampu
menekan penindasan yang dianggapnya dilakukan oleh pemerintah feodal.
Dalam pandangan Daendels pejabat-pejabat feodal adalah penindas karena
bertentangan dengan prinsip yang mengilhaminya, prinsip liberal Revolusi
Perancis. Pejabat feodal menghalangi kepemilikan pribadi atas tanah,
menghalangi penghapusan kerja paksa, dan kemerdekaan orang perorang
(kebebasan berusaha). Daendels mengangkat semua regen Jawa menjadi
pejabat pemerintah Belanda, untuk melindungi mereka, katanya, dari beban
pemerasan dan perlakuan menghina dari pihak pejabat Eropa9. Namun pada
kenyataannya sistem pegawai yang digaji pemerintah yang ingin diterapkan
oleh Daendels tidak berjalan, hal ini dapat dilihat dari para regen yang
gajinya diterima dari tanah lungguh dan rakyat.
….dia bertindak lebih jauh dari pada rekomendasi 1803 dengan juga
mengubah bupati menjadi pegawai negeri, “pegawai Raja”,
sepenuhnya tunduk pada di bawah perfek, yang perintahnya harus
7

Ibid.
Ibid.
9
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.276-277
8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

mereka laksanakan “tanpa perubahan sekecil apa pun” tapi menurut
cara mereka sendiri, “sehingga mereka tetap menjadi kepala atas
segala urusan”; juga mereka masih mendapatkan penghasilan dari
tanah dan rakyat dan bukan gaji.10
Setelah sentralisasi terwujud, Daendels mempertimbangkan untuk
menerapkan pajak tanah sebesar seperlima dari hasil bumi, namun batal
menerapkannya.11
membutuhkan

Batalnya

banyak

dana

penerapan
untuk

pajak

ini

menjalankan

karena

Daendels

tugas

utamanya,

mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Kebutuhan akan dana
yang besar ini dihadapkan dengan masalah orang Jawa yang belum maju
peradabannya menurut Daendels, sehingga kerja paksa harus tetap
berlangsung12. Daendels beralasan bahwa “satu-satunya jalan untuk
memungut pajak dari petani miskin Jawa adalah dengan memaksa mereka
bekerja”13. Penyerahan paksa menurutnya bukan tidak adil, tetapi sematamata untuk keuntungan negara14. Oleh karena itu, Daendels memperluas
penanaman kopi guna mendapatkan dana untuk melaksanakan tugas
utamanya. Perluasan ini membuat pohon kopi menjadi meningkat tajam yang
jumlah peningkatannya sebagi berikut15:
….Jumlah kopi di Jawa bertambah lebih dari 45 juta batang, dari
26.956.467 pada tahun 1808 tiga tahun kemudian mencapai jumlah
total 72.669860.

10
Furnivall, J.S. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 69
11
Ibid. Hlm. 68
12
Ibid.
13
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.281
14
ibid
15
Breman, Jean. Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan dari Tanam Paksa
Kopi di Jawa. 2014. Jakarta: Yayasan Pusat Obor Indonesia. Hlm. 109.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

Daendels yang membutuhkan dana besar sebenarnya memiliki kopi
bernilai jutaan gulden dalam gudangnya. Namun blokade yang dilakukan
Inggris membuat Daendels tidak dapat menjual kopi sehingga membuat
pemerintah kolonial tidak memiliki uang.16 Untuk mengatasi masalah ini
Daendels menjual tanah milik pemerintah17 dan menerbitkan banyak surat
berharga, melakukan pinjaman paksa, memonopoli beras, dan memaksa
bank-bank untuk menyerahkan mata uangnya sebagai ganti uang kertas
berharga18. Pemasukan yang paling besar didapat dari penjualan kabupaten
Probolinggo kepada Kapitein Cina, Han Ti Ko, sebesar 2,5 juta gulden.19
Tujuan penjualan ini selain untuk mendapatkan dana juga diklaim Daendels
untuk membuka Jawa bagi perusahaan swasta.20 Daendels beranggapan
bahwa dengan masuknya swasta akan memoderenkan struktur ekonomi
masyarakat Jawa.21
Penjualan

tanah

yang

dilakukan

Daendels

ternyata

makin

menyengsarakan rakyat pribumi. Penjual tanah yang sangat luas ini, secara
tidak langsung mengikutsertakan orang-orang yang tinggal di tanah itu untuk
dijual. Dengan menjual tanah beserta rakyatnya, membuat si pembeli tak
ubahnya seperti penguasa feodal karena bebas mengeksploitasi rakyat dari
tanah yang dibelinya. Semua hal ini menunjukkan bahwa penjualan tanah
sebagai swastanisasi digunakan untuk menutupi penjualan kekuasaan.

16

Bernard H.M. Vlekke. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.281
Ibid. hlm.282
18
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 448.
19
Ibid.
20
Bernard H.M. Vlekke. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia.. Hlm.282
21
Ibid.

17

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

Tujuan untuk mensejahterakan rakyat pribumi tidak akan tercapai karena
pemilik modal akan menghalangi hak kepemilikan pribadi atas tanah oleh
rakyat pribumi. Daendels membenarkan tindakannya dengan alasan
“perlindungan buruh asli hanya membuat dia (masyarakat pribumi) makin
bertahan dengan kemalasan alaminya dan membuat perkebunan Barat enggan
berusaha”.22
Ide ekonomi liberal Daendels yang ingin menjamin kebebasan dengan
kepastian hukum dan keadilan bagi rakyat jajahan, ditindaklanjuti dengan
perombakan sistem peradilan. Undang-Undang 1804 dijadikan dasar untuk
melakukan

perombakan

si st e m

peradilan.23

Daendels

membedakan

pengadilan untuk orang pribumi dengan orang non pribumi. Pembedaan ini
dengan memasukkan hukum adat yang ada dalam penanganan masalah
masyarakat pribumi. Perombakan sistem peradilan ini dipaparkan sebagai
berikut24:
…. Daendels mendirikan kantor-kantor pengadilan di tiap
regenschap dan landdorstambt dimana pengadilan harus
dilonggarkan menurut hukum adat (adatrecht). Ini terpisah dari
Dewan Pengadilan yang didirikan di Batavia, Semarang dan
Surabaya, yang berubungan dengan dengan masalah-masalah yang
menyangkut orang-orang Asing misalnya orang Eropah, Cina, Arab
dan yang manapun yang bukan pribumi Jawa. Dalam pengadilanpengadilan ini adala sesuai dengan Hukum Hindia Belanda. Pada
pengadilan pribumi yang lebih rendah, pejabat-pejabat dan pendetapendeta diikut sertakan hadir. Pengadilan-pengadilan prefecture
dipimpin oleh landdorst dengan seorang pejabat Belanda sebagai
sekretaris dan sejumlah pembantu pribumi. Sistem naik banding juga
dari pengadilan yang lebih rendah kepada Dewan Pengadilan telah
dilembagakan.
22

Ibid. hlm. 282-283
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 447.
24
Ibid.

23

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Sistem peradilan yang telah dirombak ini pada akhirnya tidak
dijalankan oleh Daendels. Daendels lebih suka pada “peradilan administratif”,
yakni penghukuman lewat dekrit tanpa proses peradilan.25 Penghukuman
lewat dekrit jelas melanggar ide kepastian hukum karena hukuman yang
dikeluarkan tidak melalui proses peradilan yang memerlukan pembuktian
kesalahan terdakwa. Tanpa proses peradilan untuk membuktian kesalahan
terdakwa, hukuman yang dijatuhkan jelas adalah tindakan kesewenangwenangan. Tidakan sewenang-wenang ini membuat ide kepastian hukum
tidak akan tercipta dan hanya sekedar ide tanpa perbuatan nyata.
Ide kebebasan perseorangan Daendels pada akhirnya tidak dijalankan.
Dia tetap menjalankan tanam wajib kopi yang jelas melanggar kebebasan
untuk bercocok tanam. Daendels yang mengeluarkan aturan pelarangan kerja
rodi di luar perkebunan kopi26 untuk menciptakan kebebasan berusaha,
melanggar sendiri aturan tersebut. Kerja paksa di luar perkebunan kopi tetap
dilakukan untuk membangun pertahanan. Seperti pembangunan barak-barak
dan rumah sakit, bengkel perbaikan senjata di Semarang dan pabrik senjata di
Surabaya

serta Jalan Raya Pos dari Anyer sampai Panarukan.27

Pembangunan ini sebagian besar dilakukan oleh petani28 yang dipaksa
bekerja tanpa upah29. Hal ini jelas melenceng dari ide kebebasan
perseorangan karena rakyat dipaksa bekerja bahkan tanpa upah.

25

Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.278
Ibid. Hlm.281.
27
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 446.
28
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.283.
29
Haryono, Anton. 2011. Sejarah (Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian dan Narasi
Kehidupan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. hlm. 155.
26

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

Ide ekonomi liberal Daendels hanya berhasil pada pembangunan
struktur sentralisasi pemerintahaan dan struktur lembaga peradilan.
Sentralisasi pemerintahan digunakan untuk mengganti sistem feodal, ternyata
hanya memindahkan kekuasaan untuk mengeksploitasi rakyat secara lebih
efektif. Walaupun

sentralisasi pemerintahan ini mampu membuat sistem

feodal berkurang tekanannya namun hanya sebatas pada struktur dan aturan,
pada faktanya sistem feodal juga tetap belangsung.
B. Thomas Stamford Raffles
Thomas Stamford Raffles ditunjuk oleh Lord minto sebagai Letnan
Gubernur setelah keberhasilan Inggris merebut Pulau Jawa. Raffles
memerintah di Jawa dari tahun 1811 sampai 11 Maret 1816. Penunjukan
Raffles tidak terlepas dari pandangannya yang didukung oleh Dr. Leyden
bahwa keadilan, humanitas, dan kemoderatan Britania harus dipakai untuk
memberikan kehidupan yang lebih baik bagi rakyat pribumi yang demikian
lama tertekan.30 Walaupun dalam perintah yang diterima tidak ada instruksi
untuk menguasai Hinda Belanda31, Lord Minto percaya pada pandangan
bawahannya. Sejak saat itu Hindia Belanda disebut Hindia Timur.
Raffles memiliki cita-cita untuk menciptakan kemerdekaan ekonomi
dan kepastian hukum yang amat diperlukan dalam lalu lintas pertukaran

30

Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 451
Serangan ke Pulau Jawa dirancang sebagai ekspedisi penghukuman terhadap kekuatan Perancis,
“untuk mengusir musuh dari semua pemukiman mereka, menghancurkan semua benteng mereka,
merampas semua senjata dan amunisi, dan menghancurkan semua gudang sejata dan amunisi,
demi pengembalian semua pemukiman itu ke tangan penduduk asli” Vlekke, Bernard H.M.
Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm.287
31

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

bebas.32 Kemerdekaan ekonomi dalam hal ini adalah pemberian ruang
berusaha seluas-luasnya bagi setiap individu dengan sedapat mungkin
meminimalisir campur tangan pemerintah. Untuk menjamin kemerdekaan
ekonomi tersebut, Raffles diuntungkan dengan apa yang sudah dibangun oleh
Daendels. Daendels yang sudah memulai sentralisasi pemerintahan walaupun
hanya sampai pada strukturnya saja, dimanfaatkan oleh Raffles. Ia
menerapkan sepenuhnya sentralisasi pemerintahan dengan cara ikut campur
dalam pengaturan urusan internal kerajaan mereka. Seperti yang terjadi pada
sultan Banten, sultan Banten dipensiunkan dengan memperoleh dana pensiun
tahunan sebesar 10.000 dolar Spanyol.33 Dengan dipensiunkannya Sultan
Banten maka Kesultanan Banten berakhir. Berakhirnya Kesultanan Banten
ini, membuat Raffles hampir mampu menghapus feodalisme di Banten. Di
Yogyakarta Raffles menggunakan kekuatan militer untuk menurunkan Sultan
Sepuh dan membuangnya kemudian mengangkat wakil raja sebelumnya
menjadi Amangku Buwono III.34 Di Palembang, kota Palembang diserang
dengan alasan Sultan Palembang telah melakukan pembunuhan masal
terhadap orang-orang Belanda. Sultan lolos dan saudaranya Ahmad Najam
dinaikkan tahta untuk menggantikannya35.
Setelah kedudukannya kuat, Raffles lalu mengambil berbagai
tindakan terhadap raja-raja di Indonesia, misalnya:
1. Sultan Banten dan Sultan Cirebon dijadikan sultan-sultan yang
digaji.

32
Haryono, Anton. 2011. Sejarah (Sosial) Ekonomi Teori Metodologi Penelitian dan Narasi
Kehidupan. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. hlm. 108.
33
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm. 295
34
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 454
35
Ibid. Hlm. 455

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

2. Sultan Hamengku Buwono II dari Yogyakarta diasingkan ke
pulau Penang dan puteranya dipaksa menggantikannya sebagai
Hamengku Buwono III.
3. Beberapa daerah kesultanan Yogyakarta pada tahun 1813
diserahkan kepada Paku Alam I di Pakualaman.
4. Paku Buwono IV harus menyerahkan Banyumas dan Madiun
kepada Inggris36
Tujuan utama Raffles adalah menerapkan sentralisasi pemerintahan
dengan menempatkan para penguasa feodal di bawah pemerintah sebagai alat.
Untuk itu, para raja diintervensi dengan kekuatan militer agar mau tunduk di
bawah pemerintah. Ketika para raja ini sudah tunduk pada pemerintah, maka
Raffles sedikit leluasa untuk menerapkan ide-ide ekonomi liberalnya yang
memerlukan

kemerdekaan

ekonomi.

Kemerdekaan

ekonomi

dalam

pandangan Raffles adalah usaha dalam pengolahan tanah untuk kesejahteraan
rakyat dengan meminimalisir campur tangan pemerintah. Pemerintah hanya
berurusan dalam jumlah pajak yang dibebankan pada penggarap sesuai
dengan aturan yang dibuat serta menciptakan kondisi agar terjadi pasar bebas
tanpa mencampuri apa yang diolah dari tanah yang digarap rakyat. Hal ini
menunjukkan bahwa Raffles beranggapan bahwa kemerdekaan ekonomi
hanya dapat tercipta jika para penguasa feodal dihapus.
Raffles kemudian mencoba menerapkan ide pembebanan pajak
berdasarkan luas dan kesuburan tanah. Ia membagi tanah menjadi 2 jenis,
yakni tanah sawah dan tanah tegal. Masing-masing dari dua jenis tanah
tersebut dibagi menjadi 3 kategori tanah sesuai tingkat kesuburannya.37
36

Wiharyanto, A. Kardiyat. Indonesia Dalam Abad XIX. 2004. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma. Hlm. 110.
37
Kartodirjo, Sartono & Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi.
1991. Yogyakarta: Aditya Media. Hlm. 44

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Beban pajak untuk kategori I dengan tingkat kesuburan tanah subur
dibebankan pajak sebesar ½ dari hasil panen untuk sawah dan 2/5 hasil panen
untuk tanah tegal, kategori II dengan tingkat kesuburan kurang subur sebesar
2/5 hasil panen untuk sawah dan 1/3 hasil panen untuk tanah tegal serta
kategori III dengan tingkat kesuburan tanah tidak subur sebesar 1/3 hasil
panen untuk sawah dan ¼ untuk tanah tegal.38 Raffles yang sadar bahwa
rakyat Indonesia masih belum banyak mengenal uang sebagai alat transaksi,
memperlonggar pembayaran pajak dengan dua cara, dapat dibayar langsung
dengan uang ataupun dengan barang hasil panen. Petani yang membayar
pajak menggunakan uang akan melakukan pembayaran melalui kepala desa.39
Sedangkan pembayaran menggunakan beras (hasil panen) harus dkirimkan
langsung atas biaya sendiri kepada kantor-kantor Residen tanpa melalui
kepala desa.40 Bukan hanya kelonggaran dalam cara pembayaran pajak,
Raffles juga melakukan penerapan pajak sewa tanah ini secara bertahap.
Pertama dilakukan percobaan pajak tanah dengan hitungan per distrik di
Banten, kemudian pada 1813 diubah menjadi perdesa dan pada 1814 baru
penerapan pajak perseorangan.41
Penerapan ide pemajakan sewa tanah pada tahun-tahun pertama ini
cukup bagus, namun ketika dilakukan perubahan dari penerapan pajak
perdesa menjadi perseorangan pendapatan pemerintah turun.42 Hal ini dapat

38

ibid
Hall,D.G.E. 1988. Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. Hlm. 455
40
ibid
41
Kartodirjo, Sartono & Djoko Suryo. Sejarah Perkebunan Di Indonesia: Kajian Sosial Ekonomi.
1991. Yogyakarta: Aditya Media. Hlm. 44
42
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm. 301
39

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

dilihat dari pendapatan pemeritah pada tahun 1812-1813 menigkat dari Rs.
5,39 juta menjadi Rs.7,52 juta kemudian terjadi penuruan pada tahun
berikutnya menjadi Rs. 4,37 juta.43 Peurunan produksi tanaman ekspor juga
terjadi jika dibandingkan degan masa Hindia Belada. Pada 1807 produksi
kopi di Jawa 100.000 pikul kopi dan pada 1808 produksi gula 95.000 pikul,
namun pada masa Raffles produksi kopi hanya 50.000 pikul dan produksi
gula pada 1815 kurag dari 20.000 pikul.44
Penurunan pendapatan pemerintah setelah dilakukan perubahan dari
pajak perdesa menjadi perseorangan, memunculkan pertanyaan bagaimana
sistem ini dijalakan sehingga pendapatan pemerintah menjadi turun. Jika
dilihat pada masa pajak sewa tanah perdesa, penetapan pajak ditentukan oleh
kepala desa45. Kepala desa di sini menggantikan posisi bupati sebagai
perantara administrasi ke level residen. Kewenangan yang dimiliki kepala
desa tidak ubahnya seperti kewenagan penguasa feodal (bupati), sehingga
kemungkinan penyimpangan dalam penentuan beban pajak pada petani
sangat mungkin. Kepala desa bisa melakukan mark up jumlah pajak tetapi
jumlah yang disetorkan kepada pemerintah sesuai ketentuan. Kemudian dari
pendapatan pajak sewa tanah sebelum diubah menjadi perseorangan cukup
baik, menjadi turun saat diganti dengan pajak perseorangan. Hal ini menjadi
indikasi bahwa memang terjadi penyerahan wajib seperti pada masa kompeni
yang diorganisir kepala desa. Hal ini jelas menunjukkan bahwa sistem pajak
43

Furnivall, J.S. Hindia Belanda: Studi Tentang Ekonomi Majemuk. 2009. Jakarta: Freedom
Institute. Hlm. 79-81.
44
Ibid. hlm. 79.
45
Vlekke, Bernard H.M. Nusantara: Sejarah Indonesia. 2008. Jakarta: Gramedia. Hlm. 300-301

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

sewa tanah yang menjadi ide dari Raffles gagal karena sist