Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA KOLOM TAJUK
SURAT KABAR HARIAN JOGJA BULAN AGUSTUS TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :
Aloysia Yuanita Anggitasari
081224012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA KOLOM TAJUK
SURAT KABAR HARIAN JOGJA BULAN AGUSTUS TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :
Aloysia Yuanita Anggitasari

081224012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERSEMBAHAN
Seiring dengan ucapan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karya ini
kupersembahkan untuk:
j Bapak Blasisus Toto Djatmiko yang selalu mendoakanku.
j Ibu Elisabeth Asmi Yuliani yang selalu mendoakan, mendukung, dan

selalu menemaniku, serta memenuhi segala kebutuhanku.
j Kakakku Vissia Rianita Primasari yang telah memberikan dukungan
dan doa.
j Kakak iparku Agustinus Arie Budiyanto yang telah memberikan
semangat dan bantuan.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO
Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku,
Aku akan melakukannya.
(Yoh 14:14)
Sedikit pengetahuan disertai tindakan adalah lebih berharga

daripada banyak pengetahuan, namun tidak ada tindakan
apapun.
(Kahlil Gibran)
Tugas kita bukanlah untuk berhasil.
Tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan
untuk berhasil.
(Mario Teguh)

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Mei 2013
Penulis

Aloysia Yuanita Anggitasari

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama

: Aloysia Yuanita Anggitasari

Nomor Mahasiswa

: 081224012

demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul Pemakaian
Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Bulan Agustus Tahun
2012. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 27 Mei 2013

Yang menyatakan,

Aloysia Yuanita Anggitasari

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah
melimpahkan berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra
Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini penulis banyak sekali
mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. Y. Karmin, M.Pd., dan Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku Dosen
Pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing serta membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah atas ilmu dan inspirasi selama proses belajar penulis.
5. Robertus Marsidiq selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah yang telah membantu membereskan seluruh

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN

MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

administrasi dan persyaratan sampai akhirnya penulis dapat mengujikan
penelitian ini.
6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku
sebagai sumber referensi dan informasi.
7. Bapak dan Ibu penulis, yang senantiasa memberi cinta dan kasih sayang,
dukungan, baik dukungan moril dan materiil, semangat, serta doa yang tiada
putusnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kakak penulis Vissia dan kakak ipar penulis Arie, terima kasih telah
membantu dan menyemangati, serta memberikan doa.
9. Nenek penulis yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.
10. Teman dekat penulis, Bernardus Dwi Santoso yang telah memberikan bantuan
dan semangat.
11. Saudara-saudara penulis, Pakde, Budhe, Om, Tante, sepupu-sepupu, dan
keponakan semua yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima
kasih atas seluruh dukungan, serta doa.

12. Teman-teman penulis, Galuh Astika Sari, Yusuf Budiwirawan, Elysabeth
Citra Raharja, Al. Eka Nopin, Christina Susilowati, Veronika Tasya Deriwita,
terima kasih atas doa, semangat, dan masukkannya.
13. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah angkatan 2008, yang telah menjadi teman belajar selama penyelesaian
studi penulis.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14. Teman-teman Mudika Santa Theresia Kanak-kanak Yesus Lingkungan
Notoyudan yang sudah memberikan doa dan semangat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 27 Mei 2013

Aloysia Yuanita Anggitasari

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS............................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
ABSTRAK..................................................................................................... xvi
ABSTRACT.................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelirtian ............................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
1.5 Definisi Istilah ..................................................................................... 5
1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7
2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 7
2.2 Konjungsi ............................................................................................ 9
2.2.1 Macam Konjungsi ...................................................................... 11
2.2.2 Rangkuman ................................................................................ 13
2.2.3 Fungsi Konjungsi ....................................................................... 15
2.2.4 Konjungsi dan Preposisi ............................................................. 21
2.2.5 Tajuk (Rencana) ........................................................................ 23
xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 26
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 26
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian ......................................................... 27
3.3 Metode Penelitian ................................................................................ 27
3.4 Instrumen Penelitian ............................................................................ 28
3.5 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 29
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 32
4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 32
4.2 Analisis Data ....................................................................................... 33
4.2.1 Konjungsi yang Banyak Dipakai pada Surat Kabar
Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012 ................................... 33
4.4.2.1 Konjungsi adalah/ialah ................................................. 35
4.4.2.2 Konjungsi apalagi ........................................................ 35
4.4.2.3 Konjungsi atau/ataupun ................................................. 36
4.4.2.4 Konjungsi bahkan .......................................................... 36
4.4.2.5 Konjungsi bahwa ........................................................... 36
4.4.2.6 Konjungsi dan ............................................................... 37
4.4.2.7 Konjungsi hanya ............................................................ 37
4.4.2.9 Konjungsi jadi ............................................................... 37
4.4.2.10 Konjungsi kecuali ........................................................ 38
4.4.2.11 Konjungsi kemudian/lalu/setelah itu/sesudah itu/
selanjutnya ..................................................................... 38
4.4.2.12 Konjungsi malah/malahan ........................................... 38
4.4.2.13 Konjungsi melainkan ................................................... 39
4.4.2.14 Konjungsi namun ......................................................... 39
4.4.2.15 Konjungsi sambil ......................................................... 39
4.4.2.16 Konjungsi sebaliknya ................................................... 50
4.4.2.17 Konjungsi sedangkan ................................................... 50
4.4.2.18 Konjungsi serta ............................................................ 51
4.4.2.19 Konjungsi tapi/tetapi ................................................... 52
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4.4.2.20 Konjungsi yakni/yaitu .................................................. 52
4.4.2.21 Konjungsi yang ............................................................ 53
4.4.2.22 Konjungsi agar ............................................................ 54
4.4.2.23 Konjungsi asal ............................................................. 55
4.4.2.24 Konjungsi hingga/sehingga .......................................... 56
4.4.2.25 Konjungsi jika/kalau .................................................... 56
4.4.2.26 Konjungsi karena ......................................................... 57
4.4.2.27 Konjungsi ketika .......................................................... 58
4.4.2.28 Konjungsi meskipun/meski/walaupun/walau ................ 59
4.4.2.29 Konjungsi sebab .......................................................... 59
4.4.2.30 Konjungsi sebelum ....................................................... 60
4.4.2.31 Konjungsi sejak ........................................................... 61
4.4.2.32 Konjungsi seperti ......................................................... 61
4.4.2.33 Konjungsi setelah/sesudah ........................................... 62
4.2.2 Kesalahan Pemakaian Konjungsi dalam Surat Kabar
Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012 ................................... 67
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 61
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 62
5.2 Implikasi ........................................................................................... 62
5.3 Saran ................................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 64
LAMPIRAN ................................................................................................. 66
BIODATA PENULIS ................................................................................... 175

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Perbedaan antara konjungsi dan preposisi .......................................... 24
Tabel 2 Jumlah perhitungan persentase keseluruhan pemakaian konjungsi ..... 65

xiv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1: Scan Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja selama Bulan
Agustus Tahun 2012 ................................................................. 67
Lampiran 2: Aturan Penggunaan Konjungsi ................................................... 92
Lampiran 3: Analisis Data Penelitian ............................................................ . 102

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Anggitasari, Aloysia Yuanita. 2013. Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk
Surat Kabar Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012. Skripsi.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk surat
kabar Harian Jogja Bulan Agustus tahun 2012. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan konjungsi apa saja yang banyak digunakan, kesalahan
pemakaian konjungsi, dan implementasinya dalam pembelajaran menulis di SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian dekskriptif kualitatif. Adapun langkah
yang ditempuh oleh peneliti adalah; (1) menganalisis dan mendeskripsikan
konjungsi apa saja yang banyak dipakai, dan (2) menganalisis dan
mendiskripsikan berbagai kesalahan yang ditemukan dalam pemakaian konjungsi.
Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan bahwa: pertama, secara
keseluruhan ada 994 kali pemakaian konjungsi dan 32 jenis konjungsi yang
dipakai. Ketiga puluh dua konjungsi tersebut ialah konjungsi yang banyak dipakai
ialah adalah (48), agar (13), asal (1), apalagi (11), atau/ataupun (40), bahkan
(25), bahwa (9), dan (182), hanya (50), hingga/sehingga (29), jadi (3), jika/kalau
(34), karena (23), kecuali (1), kemudian/lalu (11), ketika/tatkala/sewaktu (6),
malah/malahan (3), melainkan (3), meskipun/meski/walaupun/walau (15), namun
(19), sambil (1), sebab (2), sebaliknya (4), sebelum (5), sedangkan (5), sejak (5),
seperti (20), serta (7), setelah/sesudah (11), tapi/tetapi (38), yaitu/yakni (11), dan
yang (360). Dari 32 jenis konjungsi yang ditemukan, jika dilihat dari jumlah
persentasenya sepuluh konjungsi yang banyak dipakai ialah yang (36,22%), dan
(18,31%), hanya (5,03%), adalah (4,83%), atau/ataupun (4,02%), tapi/tetapi
(3,82%), jika/kalau (3,42), hingga (2,92%), bahkan (2,51%), dan karena (2,31%).
Kedua, terdapat 36 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri dari kesalahan
pemakaian konjungsi tapi/tetapi (11), konjungsi dan (6), konjungsi jika/kalau (5),
konjungsi yang (5), konjungsi bahkan (2), pemakaian konjungsi sedangkan (4),
dan pemakaian konjungsi namun (3) .
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan
saran kepada redaksi (penulis kolom Tajuk), editor surat kabar, dan peneliti
berikutnya. Redaksi (penulis kolom Tajuk) dan editor surat kabar hendaknya
memperhatikan penggunaan konjungsi dalam penulisan wacana dalam surat
kabar. Peneliti selanjutnya, dapat meneliti tidak hanya dari pemakaian
konjungsinya, tetapi bisa juga dari kesalahan pemilihan kata ataupun kesalahan
pemakaian tanda bacanya, serta dapat meneliti konjungsi apa yang identik
digunakan sesuai dengan jenis karangan wacana.

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Anggitasari, Aloysia Yuanita. 2013. The Usage of Conjungtions in Tajuk
Colomn of Harian Jogja Daily Newspaper on Agust 12. Skripsi.
Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
This research studied the usage of conjunctions in Tajuk column of Harian
Jogja newspaper on August 2012 editions. It aimed to describe what conjunctions
used in the discourse and errors in the uses.
This research applied descriptive qualitative method. The steps taken by
the researcher: (1) analyzing and describing different conjunctions used, and (2)
analyzing and describing various errors found in the uses.
Based on the analysis, it was concluded: first, there were 994 times
conjunction uses and there were 32 types of conjunction used. The thirty most
used conjunctions were; adalah (48), agar (13), asal (1), apalagi (11),
atau/ataupun (40), bahkan (25), bahwa (9), dan (182), hanya (50),
hingga/sehingga (29), jadi (3), jika/kalau (34), karena (23), kecuali (1),
kemudian/lalu (11), ketika/tatkala/sewaktu (6), malah/malahan (3), melainkan (3),
meskipun/meski/walaupun/walau (15), namun (19), sambil (1), sebab (2),
sebaliknya (4), sebelum (5), sedangkan (5), sejak (5), seperti (20), serta (7),
setelah/sesudah (11), tapi/tetapi (38), yaitu/yakni (11), dan yang (360). From 32
of conjunctions, we can see the usage presentations that most recently used: yang
(36,22%), dan (18,31%), hanya (5,03%), adalah (4,83%), atau/ataupun (4,02%),
tapi/tetapi (3,82%), jika/kalau (3,42), hingga (2,92%), bahkan (2,51%), dan
karena (2,31%). Second, there were 36 inaccuracies in the use of conjunctions
tapi/tetapi (11), conjunction dan (6), conjunction jika/kalau (5), conjuntcion yang
(5), conjunction bahkan (2), use of conjunction sedangkan (4), and use of
conjunction namun (3) .
Based on the result of the research, the researcher suggested to newspaper
discourse writers, newspaper editors, and other researchers. The newspaper
discourse writers and the editors should be more conscious in writing for
newspaper discourse especially the conjunction usage in writing for newspaper
discourse. The other researchers could study not only about the usages, but also
errors in words choice or the errors of the punctuation mark, and could research
conjunctions that identified for newspaper discourse.

xvii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan kebutuhan penting bagi manusia. Kridalaksana (2008:

24) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan
oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Keraf (2004: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah
alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang berfungsi sebagai alat komunikasi
yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi, serta mengidentifikasikan
diri oleh manusia.
Bahasa bersifat arbitrer yang berarti sewenang-wenang atau manasuka
(KBBI, 2008: 84). Ini berarti tidak adanya hubungan antara nama dengan
maknanya. Selain itu, bahasa juga bersifat konvensional atau ada persetujuan
tersirat di antara penutur-penutur bahasa untuk mempergunakan kaidah yang sama
dalam komunikasi (Kridalaksana, 2008: 136). Ini berarti penggunaan bahasa itu
sendiri telah disetujui oleh seluruh penggunanya. Kegiatan komunikasi
merupakan hal yang sangat mendasar bagi manusia. Dengan berkomunikasi
manusia dapat berinteraksi, berpendapat dan mengemukakan gagasan kepada
orang lain.

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

Seperti kita tahu, menurut pendapat Chomsky anak dilahirkan sudah
dibekali dengan alat pemerolehan berbahasa. Alat tersebut biasa disebut LAD
(Language Acquisition Devices) (Chaer, 2009: 222). Dengan adanya sistem
tersebut manusia dapat merangkai, menghasilkan, dan memahami kata atau
kalimat yang sebelumnya belum pernah didengarnya. Berbahasa pada dasarnya
adalah melakukan interaksi atau berkomunikasi dengan orang lain.
Bahasa dapat dibagi menjadi dua yaitu bahasa pertama atau yang biasa
disebut dengan bahasa ibu adalah bahasa yang diperoleh karena diajarkan oleh
orang tua. Kedua atau yang biasa disebut dengan bahasa kedua atau bahasa yang
diperoleh karena proses pembelajaran. Setelah melalui proses perkembangan
pastilah manusia mengalami proses pembelajaran dan akan mendapatkan bahasa
keduanya.
Selain itu, bahasa dapat dibagi menjadi dua yaitu bahasa tulis dan lisan.
Bahasa tulis cenderung lebih lengkap daripada bahasa lisan. Lengkap maksudnya
dalam bahasa tulis selalu memperhatikan kaidah-kaidah di dalamnya seperti
pemilihan kata, penggunaan ejaan, kohesi, koherensi, dan konjungsi.
Hierarki kebahasaan yang menempati tataran paling tinggi ialah wacana.
Wacana dapat dibedakan menjadi dua yaitu wacana lisan dan wacana tulis. Dalam
wacana tulis selalu memperhatikan kaidah-kaidah di dalamnya seperti pemilihan
kata, penggunaan ejaan, kohesi, koherensi, dan konjungsi. Hal yang paling
penting dalam membentuk koherensi dalam suatu kalimat ialah dengan hadirnya
kata yang berfungsi sebagai kata penghubung.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

Pada dasarnya setiap bahasa memiliki kekhasannya masing-masing. Tidak
dapat dihindari bahwa ada persamaan pada setiap bahasa yang ada di dunia ini,
yaitu pada bahasa-bahasa yang ada memiliki kata penghubung atau yang biasa
di s e but

konjungsi.

Konjungsi

dapat

berfungsi

sebagai

pelancar dalam

berkomunikasi. Tanpa adanya konjungsi komunikasi akan menjadi tidak lancar
dan terputus-putus sehingga menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi.
Pemakaian konjungsi menjadi hal yang cukup penting dalam wacana tulis.
Konjungsi dapat menentukan hubungan antarbagian suatu pernyataan atau
kalimat. Perlu disadari bahwa pemakaian atau penulisan kata-kata yang termasuk
kata penghubung atau konjungsi mempunyai fungsi khusus. Seperti pendapat
Chaer (1990: 53) konjungsi mempunyai arti yaitu kata atau gabungan kata yang
berfungsi menghubungkan bagian-bagian ujaran yang mungkin berupa kata
dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, maupun kalimat dengan
kalimat. Hadirnya konjungsi yang tepat dapat mendukung koherensi dalam
wacana agar menjadi padu serta logis sehingga ide yang disampaikan dalam
wacana menjadi mudah dipahami.
Pada surat-surat kabar banyak terdapat wacana, entah itu pada kolom
berita, kolom opini, kolom tajuk, maupun kolom iklan. Dalam kolom-kolom itu
dapat diamati dan diteliti bagaimana pemakaian konjungsinya. Penggunaan
bahasa dalam surat-surat kabar memiliki kekhasan sendiri. Tetapi, tidak dapat
dipungkiri juga bahwa penggunaan konjungsi dalam wacana tulis pada surat-surat
kabar masih banyak mengalami kesalahan. Seperti pendapat Sumadiria
(2004:127), ia mengemukakan bahwa sebagai salah satu ragam bahasa, bahasa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

jurnalistik tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku. Oleh sebab itu, dalam
penulisan di kolom tajuk hendaknya pemakaian konjungsinya juga tepat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji tentang pemakaian konjungsi
pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012.

1.2

Rumusan Masalah
Untuk meneliti pemakaian konjungsi dalam wacana tulis banyak yang

dapat dijadikan objeknya. Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di
atas, masalah yang akan dicari jawabannya adalah sebagai berikut.
1. Konjungsi apa sajakah yang banyak digunakan pada Kolom Tajuk Surat
Kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012?
2. Konjungsi apa sajakah yang salah pemakaiannya pada Kolom Tajuk
Surat Kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012?

1.3

Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalahnya, maka tujuan penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.
1.

Mendeskripsikan konjungsi yang banyak dipakai pada Kolom Tajuk

Surat Kabar Harian Jogja bulan Agustus Tahun 2012.
2.

Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pemakaian konjungsi pada

Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja bulan Agustus Tahun 2012.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.4

5

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan

pengetahuan bagi ilmu bahasa, bagi guru bahasa, dan bagi peneliti selanjutnya.
1. Bagi ilmu bahasa, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang pemakaian konjungsi yang tepat.
2. Bagi redaksi dan editor surat-surat kabar, hasil penelitian ini dapat menjadi
bahan koreksi dalam penulisan wacana dalam surat kabar.
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan bahan pertimbangan atau acuan untuk mengadakan penelitian yang
sejenis.

1.5

Definisi Istilah
Guna menyatukan presepsi mengenai berbagai istilah yang akan

digunakan dalam penelitian ini, penulis memberikan beberapa batasan istilah yang
terdapat dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Konjungsi
Konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk menghubungkan
kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat (Chaer,
2011: 140).
2. Tajuk Rencana
Tajuk rencana merupakan suatu karangan dalam surat kabar yang
ditulis oleh redaksi yang berisi opini, pandangan, atau pendapat mengenai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

fenomena atau kejadian-kejadian yang fenomenal dan aktual di tengah
masyarakat.
3. Koherensi
Koherensi adalah pengaitan atau tersusunnya suatu uraian antara dua
bagian kata atau lebih, tetapi keterkaitan di antara bagian kata-bagian kata tersebut
tidak secara tersurat (tertulis) dinyatakan dalam kalimat-kalimat yang dipakai
(Alwi dkk, 2003: 41).

1.6

Sistematika Penyajian
Penyajian skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I Pendahuluan, berisi latar

belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan istilah dan, sistematika penyajian. Bab II Landasan Teori,
berisi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III Metodologi Penelitian, berisi
jenis penelitian, subjek penelitian, metode penelitian, sumber data dan data
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis
data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi deskripsi data, hasil analisis,
dan pembahasan. Terakhir, Bab V Penutup yang berisi kesimpulan, implikasi, dan
saran.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan dibahas Penelitian Terdahulu dan Kerangka Teori yang
meliputi: Konjungsi, Macam Konjungsi, Fungsi Konjungsi, Konjungsi dan
Preposisi, Aturan Penggunaan Konjungsi, dan Tajuk Rencana.

2.1

Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Nadia Septina (2009) dan penelitian yang dilakukan oleh Esther
Kristina Wati (2009). Penelitian Nadia Septina (2009) berjudul “Penggunaan
Konjungsi Subordinatif dalam Surat Kabar Harian Pagi Padang Ekspres”,
sedangkan penelitian Esther Kristina Wati (2009) berjudul “Perbedaan
Kemampuan Menggunakan Konjungsi antara Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Mendoyo, Bali dan Siswa SMP Budya Wacana, Yogyakarta, Tahun Ajaran
2008/2009”. Kedua penelitian tersebut sama-sama membahas pemakaian
konjungsi dalam suatu wacana. Objek yang diteliti pada penelitian Nadia Septina
(2009) yaitu dalam surat kabar, sedangkan pada penelitian Esther Kristina Wati
(2009) yaitu berbagai soal tentang penggunaan konjungsi dalam kalimat bahasa
Indonesia. Dilihat dari judul dua penelitian di atas dapatlah terlihat bahwa yang
menjadi subjek penelitiannya sama yaitu konjungsi atau kata penghubung.
Tujuan dari penelitian Nadia Septina (2009) adalah (1) mendeskripsikan
konjungsi subordinatif yang digunakan dalam surat kabar harian pagi Padang

7

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

Ekspres, (2) mendeskripsikan hubungan makna yang terjadi akibat penggunaan
konjungsi dalam surat kabar harian pagi Padang Ekspres. Adapun hasil
penelitiannya (1) konjungsi subordinatif yang terdapat dalam surat kabar harian
pagi Padang Ekspres, yaitu: konjungsi subordinatif waktu, syarat, tujuan,
konsesif, sebab, hasil, alat, atributif, dan optatif, (2) hubungan makna yang terjadi
akibat penggunaan konjungsi subordinatif yang terdapat dalam surat kabar harian
pagi Padang Ekspres, yaitu: hubungan makna waktu, syarat, tujuan, konsesif,
sebab, hasil, alat, cara, komplementasi atributif, dan optatif.
Penelitian Esther Kristina Wati (2009) bertujuan (1) mendeskripsikan
kemampuan menggunakan konjungsi siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Mendoyo,
Bali, (2) mendeskripsikan kemampuan menggunakan konjungsi siswa kelas VIII
SMP Budya Wacana, Yogyakarta serta (3) mendeskripsikan perbedaan
kemampuan menggunakan konjungsi antara siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Mendoyo, Bali dan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa (1) kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Mendoyo, Bali dalam menggunakan konjungsi berada pada kategori hampir
sedang, (2) kemampuan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta dalam
menggunakan konjungsi berada pada kategori hampir sedang, (3) ada perbedaan
signifikan antara kemampuan menggunakan konjungsi siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Mendoyo, Bali dan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta.
Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa
penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk diteliti lebih lanjut
karena sering kali pada pemakaian konjungsi terdapat suatu kesalahan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian di
atas bahwa yang menjadi subjek penelitian sama-sama berupa konjungsi dalam
suatu wacana. Hanya saja kedua penelitian di atas dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti memiliki perbedaan pada objek yang diteliti. Selain itu,
penelitian ini akan menemukan konjungsi yang banyak digunakan dalam surat
kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012, dan kesalahan-kesalahan dalam
pemakaian konjungsi.

2.2 Konjungsi
Terbentuknya koherensi dalam wacana terutama dalam wacana tulis erat
hubungannya dengan penanda hubungan yang biasa disebut konjungsi. Banyak
sumber yang mengemukakan pengertian konjungsi. Penyebutan kata yang
berfungsi sebagai penanda hubungan ini pun bermacam-macam. Alwi (2003: 296)
menyebut konjungsi dengan istilah konjungtor. Chaer (2011: 140) dan Ramlan
(2008:39) menyebutnya kata penghubung.
Menurut Alwi (2003: 296) konjungtor adalah kata tugas yang
menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan
frasa, atau klausa dengan klausa. Chaer (2011: 140) konjungsi adalah kata-kata
yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa,
atau kalimat dengan kalimat. Ramlan (2008: 39) mengemukakan bahwa konjungsi
ialah

kata

yang

berfungsi

menghubungkan

kata/frasa/klausa

dengan

kata/frasa/klausa lain. Kridalaksana (2008: 131) mengemukakan bahwa konjungsi
adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan
paragraf.
Berbagai pendapat di atas mempunyai inti yang sama bahwa konjungsi
merupakan suatu kata atau partikel yang berfungsi sebagai penghubung atau
berfungsi untuk menghubungkan suatu kata dengan kata, frasa dengan frasa,
klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat dalam suatu wacana.
Perbedaan dari beberapa pendapat tersebut hanya terletak pada penyebutan istilah
konjungsi itu sendiri. Namun, peneliti lebih menitik beratkan pada pendapat Chaer
yang mengemukakan bahwa konjungsi adalah kata-kata yang digunakan untuk
menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan
kalimat.
Konjungsi merupakan hal yang penting dalam terbentuknya suatu wacana
terutama dalam wacana tulis karena konjungsi berfungsi sebagai pembentuk
koherensi. Berbagai kata/frasa/klausa dapat terhubung dengan baik jika terdapat
suatu penanda hubung atau konjungsi. Contoh-contoh di bawah ini dapat
menunjukkan hubungan tersebut.
(a) Panas atau dingin yang kamu suka?
(b) Ayah membeli sepeda motor dan ibu membeli lemari pendingin.
(c) Ani rajin belajar supaya Ani naik kelas.
(d) Ia sangat kaya. Namun, hatinya tidak sombong.
Contoh kalimat di atas dapat memperjelas bagaimana pemakaian
konjungsi untuk menghubungkan berbagai kata/frasa/klausa. Kata atau pada
contoh (a) menghubungkan kata panas dengan kata dingin; kata dan pada contoh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

(b) menghubungkan frasa sepeda motor dengan frasa lemari pendingin; kata
supaya pada contoh (c) menghubungkan klausa Ani rajin belajar dengan klausa
Ani naik kelas; kata namun pada contoh (d) menghubungkan kalimat ia sangat
kaya dengan kalimat hatinya tidak sombong.

2.2.1 Macam Konjungsi
Konjungsi tidak hanya terdiri dari satu macam. Menurut Ramlan (2008:
40), berdasarkan sifat, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) konjungsi
setara (koordinatif) dan (2) konjungsi tidak setara (subordinatif). Konjungsi setara
(koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan kata, frasa, atau klausa yang
sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya). Konjungsi tidak setara
(subordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kalimat yang
kedudukannya tidak setara atau konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan
induk kalimat. Apabila dilihat dari fungsinya dibedakan adanya dua macam
konjungsi, yaitu (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat
yang kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan
klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat
Chaer (2011: 140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau
kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara berarti konjungsi yang hanya
menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang sama tingkatan dan
kedudukannya. Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang
kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat berarti konjungsi yang hanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak
sama tingkatan dan kedudukannya.
Jika menurut posisinya, konjungsi dapat dibagi atas (1) konjungsi intrakalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat Kridalaksana (2005: 102–103).
Konjungsi intrakalimat adalah konjungsi yang ada pada satu kalimat. Konjungsi
antarkalimat atau konjungsi ekstrakalimat adalah konjungsi pada kalimat yang
berbeda atau antarparagraf. Alwi, dkk (2003: 297), apabila dilihat dari perilaku
sintaktisnya dalam kalimat, konjungsi dapat dibagi yaitu (1) konjungsi
koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama, contoh: Kakak sedang
menyanyi, sedangkan adik belajar membaca; (2) konjungsi korelatif, yaitu
konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status
sintaktis yang sama. Konjungsi ini terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh
satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan, contoh: Kita tidak hanya berkata
setuju, tetapi juga harus taat; (3) konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang
menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status
sintaktis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat, contoh:
Dia menghindari saya seolah-olah saya ini seorang penjahat. Di samping ketiga
konjungsi itu ada pula (4) konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang berfungsi
pada tataran wacana atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang
lain, contoh: Mereka pergi ke Tanah Abang. Setelah itu, mereka membeli baju.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.2

13

Rangkuman
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konjungsi dapat dilihat dari

empat sisi yaitu dari sifat, fungsi, posisi, dan perilaku sintaksisnya. Jika dilihat
dari sifat dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) konjungsi setara (koordinatif) dan
(2) konjungsi tidak setara (subordinatif). Konjungsi setara (koordinatif) ialah
konjungsi yang menghubungkan klausa yang setara (sama kedudukannya), yakni
klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa bawahan.
Konjungsi ini selalu terletak di antara klausa yang dihubungkan. Konjungsi tidak
setara (subordinatif) adalah konjungsi yang berfungsi menghubungkan klausa
tidak setara (tidak sama kedudukannya), maksudnya menghubungkan klausa inti
dengan klausa bawahan. Apabila dilihat dari jenis, dapat dibagi menjadi dua yaitu
(1) konjungsi

yang

menghubungkan

kata, klausa, atau

kalimat

yang

kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan
klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat.
Apabila dilihat dari posisi, dapat dibagi menjadi dua yaitu (1) konjungsi intrakalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat. Konjungsi intra-kalimat adalah
konjungsi yang menghubungkan satuan-satuan kata dan kata, frase dan frase, atau
klausa dan klausa, sedangkan konjungsi ekstra-kalimat adalah konjungsi yang
menghubungkan kalimat dan kalimat atau paragraf dan paragraf, dan bila dilihat
dari perilaku sintaktisnya dalam kalimat, dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu
(1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan
(4) konjungsi antarkalimat. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status
yang sama.
Contoh : Aku yang melihatnya atau kamu yang melihatnya?
Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau
klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.
Contoh : Baik ayah maupun ibu sama-sama tidak setuju dengan pilihan itu.
Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau
lebih, dan klausa itu tidak memliki status sintaksis yang sama.
Contoh : Ia bukan orang sombong meskipun ia seorang yang kaya.
Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat
dengan kalimat yang lain.
Contoh : Mereka pergi berlibur ke pantai. Setelah itu, mereka pergi
berbelanja ke pasar.
Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam konjungsi
dapat dibedakan atau dilihat dari empat sisi yang berbeda. Pada dasarnya
pendapat-pendapat mengenai macam-macam konjungsi hampir sama. Konjungsi
cenderung dibedakan menjadi dua yaitu konjungsi yang penggunaannya setara
atau sederajat dan konjungsi yang penggunaannya tidak setara atau tidak
sederajat. Namun, ada yang membedakan konjungsi menjadi lebih luas lagi
seperti yang diutarakan oleh Alwi (2003: 297). Pendapat yang dikemukakan oleh
Alwi lebih lengkap karena hal yang diutarakan lebih luas. Dapat disimpulkan
bahwa (1) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan kata atau
klausa yang sederhana, (2) konjungsi korelatif adalah konjungsi yang membentuk

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

frasa atau kalimat, (3) konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang membentuk
anak kalimat, dan (4) konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang berfungsi
merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendirisendiri.
Dari berbagai pemaparan di atas, peneliti lebih menitik beratkan pada
peneliti lebih condong pada pendapat Chaer. Peneliti merasa lebih mengerti dan
memahami dengan pendapat Chaer, bahwa konjungsi dilihat dari fungsinya
dibedakan adanya dua macam, yaitu (1) konjungsi yang menghubungkan kata,
klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi
yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat,
melainkan bertingkat

2.2.3 Fungsi Konjungsi
Di samping terdapat perbedaan jenis, pemakaian konjungsi juga
mempunyai fungsi masing-masing. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang
dihubungkan oleh konjungsi, fungsi atau tugas konjungsi dapat dibedakan
menjadi delapan belas fungsi. Adapun kedelapan belas fungsi atau tugas tersebut
yaitu: (1) penambahan, (2) urutan, (3) pilihan, (4) gabungan, (5) perlawanan,
(6) temporal, (7) perbandingan, (8) sebab, (9) akibat, (10) syarat, (11) tak
bersyarat, (12) pengandaian, (13) harapan, (14) perluasan, (15) pengantar obyek,
(16) cara, (17) perkecualian, dan (18) pengantar wacana Kridalaksana (2005:
104–105).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(1)

Penambahan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai penambahan ini menerangkan
jumlah atau banyaknya hal juga benda yang dimaksud. Contoh
konjungsinya: dan, selain, tambahan lagi, bahkan.
(2) Urutan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai urutan ini memperjelas urutan
atau sistematika suatu hal yang dijelaskan misalkan urutan
kejadian atau urutan membuat sesuatu. Contoh konjungsinya:
lalu, lantas, kemudian.
(3) Pilihan
Konjungsi yang berfungsi sebagai pilihan ini memperjelas hal
atau sesuatu yang mana yang akan dipilih. Contoh konjungsinya:
atau, entah.
(4) Gabungan
Konjungsi yang berfungsi sebagai gabungan ini memperjelas
adanya gabungan antara dua hal yang mempunyai sifat yang
sama. Contoh konjungsinya: baik…maupun.
(5) Perlawanan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai perlawanan ini memperjelas
sutu yang yang berlawanan. Contoh konjungsinya: tetapi, hanya,
sebaliknya.
(6) Temporal.
Konjungsi yang berfungsi sebagai temporal ini hampir sama
seperti konjungsi yang berfungsi sebagai urutan yaitu untuk
memperjelas waktu kejadian. Contoh konjungsinya: ketika,
setelah itu.
(7) Perbandingan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai perbandingan ini memperjelas
bagaimana perbandingan antara dua hal atau lebih. Contoh
konjungsinya: sebagaimana, seolah-olah.
(8) Sebab.
Konjungsi yang berfungsi sebagai sebab ini memperjelas apa
penyebab dari akibat yang ada. Contoh konjungsinya: karena,
lantaran.
(9) Akibat.
Konjungsi yang berfungsi sebagai akibat ini memperjelas akibat
apa yang ditimbulkan dari suatu perbuatan. Contoh
konjungsinya: sehingga, sampai-sampai.
(10) Syarat.
Konjungsi yang berfungsi sebagai syarat ini memperjelas syarat
untuk melakukan suatu hal. Contoh konjungsinya: jikalau,
asalkan.
(11) Tak bersyarat.
Konjungsi ini memperjelas bahwa hal yang terjadi tidak
mempunyai syarat. Contoh konjungsinya: meskipun, biarpun.

16

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

(12) Pengandaian.
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengandaian ini memperjelas
suatu yang yang diandaikan, dipikirkan atau diinginkan. Contoh
konjungsinya: andai kata, sekiranya, seumpama.
(13) Harapan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai harapan ini memperjelas
bagaimana keinginan dari subyek yang bersangkutan. Contoh
konjungsinya: agar, supaya, biar.
(14) Perluasan.
Konjungsi yang berfungsi sebagai perluasan memperjelas
keterangan tempat yang diinginkan. Contoh konjungsinya: yang,
di mana, tempat.
(15) Pengantar obyek.
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar obyek menegaskan
apa peranan obyek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya:
bahwa, yang.
(16) Cara.
Konjungsi yang berfungsi sebagai cara menegaskan bagaimana
cara melakukan atau membuat sesuatu. Contoh konjungsinya:
sambil, seraya.
(17) Perkecualian.
Konjungsi yang berfungsi sebagai perkecualian menegaskan
perkecualian suatu hal. Contoh konjungsinya: kecuali, selain.
(18) Pengantar wacana.
Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar wacana
memperjelas wacana baru dari wacana sebelumnya. Contoh
konjungsinya: sebermula, adapun, maka.
Dari kedelapan belas macam fungsi konjungsi di atas ada beberapa fungsi
yang tidak lazim digunakan dalam wacana. Fungsi-fungsi yang sering atau lazim
dipakai adalah konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, perlawanan, tak
bersyarat, perluasan, pengantar objek, perkecualian, dan pengantar wacana.
Konjungsi-konjungsi yang lain juga dipakai, tetapi pemakaiannya jarang atau
tidak lazim. Hal tersebut karena ada kata-kata yang berfungsi sebagai konjungsi
yang belum begitu dikenal oleh banyak orang, seperti konjungsi sebermula dan
seraya. Pemakaian konjungsi tersebut menjadi tidak lazim karena konjungsi
tersebut belum begitu dikenal oleh banyak orang.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

Selain pendapat dari Kridalaksana, Chaer membedakan fungsi konjungsi
menjadi dua yaitu konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat dengan
konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang
kedudukannya setara atau sederajat adalah sebagai berikut.
(1) Menggabungkan biasa; dan, dengan, serta.
(2) Menggabungkan memilih; atau.
(3) Menggabungkan mempertentangkan; tetapi, namun, sedangkan,
sebaiknya.
(4) Menggabungkan membetulkan; melainkan, hanya.
(5) Menggabungkan menegaskan; bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi,
jangankan.
(6) Menggabungkan membatasi; kecuali, hanya.
(7) Menggabungkan mengurutkan; lalu, kemudian, selanjutnya.
(8) Menggabungkan menyamakan; yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah.
(9) Menggabungkan menyimpulkan; jadi, karena itu, oleh sebab itu.
Selanjutnya, adapun fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau
sederajat yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Menyatakan sebab; sebab, karena.
Menyatakan syarat; kalau, jikalau, jika, bila, apabila, asal.
Menyatakan tujuan; agar, supaya.
Menyatakan waktu; ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala.
Menyatakan akibat; sampai, hingga, sehingga.
Menyatak sasaran; untuk, guna.
Menyatakan perbandingan; seperti, sebagai, laksana.
Menyatakan; tempat
Dari fungsi-fungsi yang dibedakan oleh Chaer seperti di atas, secara

umum pemakaiannya lazim. Namun, jika dilihat secara sepintas ada satu fungsi
yang pemakaiannya kurang lazim, yaitu pada fungsi konjungsi yang
kedudukannya tidak setara yang menyatakan tempat. Fungsi tersebut kurang
begitu jelas untuk dipahami. Oleh sebab itu, pemakaiannya dirasa kurang bahkan
tidak lazim.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

Selain itu, Ramlan (2008: 38–62) membagi 2 jenis konjungsi berdasarkan
sifat hubungannya yaitu konjungsi setara dan konjungsi tidak setara. Fungsi
konjungsi setara dapat diperinci seperti berikut ini.
(1) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”, kata
penghubung ini memperjelas jumlah hal yang dilakukan atau
benda yang ada. Contoh konjungsinya: dan, lagi pula, serta.
(2) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata
penghubung ini memperjelas hal apa yang dipilih. Contoh
konjungsinya: atau.
(3) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata
penghubung ini memperjelas suatu yang yang terjadi secara
berurutan. Contoh konjungsinya: kemudian, lalu.
(4) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Lebih”, kata
penghubung ini memperjelas contoh konjungsinya: bahkan.
(5) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perlawanan” atau
“Pertentangan”, kata penghubung ini memperjelas sesuatu yang
berlawanan dan bertentangan. Contoh konjungsinya: tetapi, akan
tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan.
Jenis konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi setara seperti yang
disebutkan di atas secara umum pemakaiannya lazim digunakan dalam suatu
wacana. Pemakaian konjungsi tersebut membantu membentuk suatu kohe

Dokumen yang terkait

Studi Kasus Kolom Profil Belia pada Surat Kabar Harian Jogja (Upaya Surat Kabar Harian Jogja dalam Memberikan Semangat kepada Anak-anak melalui Kolom Profil Belia).

0 4 15

PENDAHULUAN STUDI KASUS KOLOM PROFIL BELIA PADA SURAT KABAR HARIAN JOGJA (Upaya Surat Kabar Harian Jogja dalam Memberikan Semangat kepada Anak-anak melalui Kolom Profil Belia).

0 3 25

PROFIL SURAT KABAR HARIAN JOGJA STUDI KASUS KOLOM PROFIL BELIA PADA SURAT KABAR HARIAN JOGJA (Upaya Surat Kabar Harian Jogja dalam Memberikan Semangat kepada Anak-anak melalui Kolom Profil Belia).

1 11 9

PENUTUP STUDI KASUS KOLOM PROFIL BELIA PADA SURAT KABAR HARIAN JOGJA (Upaya Surat Kabar Harian Jogja dalam Memberikan Semangat kepada Anak-anak melalui Kolom Profil Belia).

0 3 36

ANALISIS PEMAKAIAN IMPLIKATUR PADA KOLOM TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA ANALISIS PEMAKAIAN IMPLIKATUR PADA KOLOM TAJUK RENCANA SURAT KABAR SUARA MERDEKA EDISI FEBRUARI 2014.

0 2 13

KONJUNGSI SUBORDINATIF DALAM TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Konjungsi Subordinatif Dalam Tajuk Rencana Pada Surat Kabar SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 1 14

PENDAHULUAN Konjungsi Subordinatif Dalam Tajuk Rencana Pada Surat Kabar SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 2 6

KONJUNGSI SUBORDINATIF DALAM TAJUK RENCANA PADA SURAT KABAR SOLOPOS EDISI DESEMBER 2012 Konjungsi Subordinatif Dalam Tajuk Rencana Pada Surat Kabar SOLOPOS Edisi Desember 2012.

0 1 16

Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

1 2 133

Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja bulan Agustus tahun 2012

0 1 193