Pemakaian konjungsi pada kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

(1)

i ABSTRAK

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan kesalahan pemakaian konjungsi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini mencakup pengumpulan surat kabar Harian Jogja edisi November 2015, membaca kolom tajuk dan menggarisbawahi kalimat yang mengandung konjungsi, mengelompokkan konjungsi sesuai jenis dan tanggal terbitnya, melakukan identifikasi data, dan langkah yang terakhir adalah analisis data untuk memperoleh frekuensi pemakaian konjungsi dan kesalahan pemakaian konjungsi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mencermati pemakaian konjungsi satu per satu, mencatat, mengklasifikasi dan menjelaskan hasil temuan berupa konjungsi yang dipakai dan berbagai kesalahan yang ditemukan pada kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan: pertama, secara keseluruhan ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 jenis konjungsi yang dipakai. Konjungsi yang diperoleh dibedakan menjadi konjungsi yang kedudukannya sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif). Konjungsi yang kedudukannya sedejarat (koordinatif) terdapat 454 kali dipakai dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif) terdapat 801 kali dipakai. Kedua, terdapat 34 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri dari kesalahan pemakaian konjungsi jika 3, konjungsi dan 8 kesalahan, konjungsi namun 7 kesalahan, konjungsi bahkan 5 kesalahan, konjungsi yang 4 kesalahan, konjungsi tapi 4 kesalahan, konjungsi kemudian 1 kesalahan dan konjungsi maka 2 kesalahan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diharapkan agar penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi redaksi (penulis kolom Tajuk) dan editor surat kabar Harian Jogja. Selain itu, peneliti berharap mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia lebih cermat dalam pemakaian konjungsi atau kata penghubung. Peneliti juga berharap peneliti lain meneliti hal yang sejenis khususnya kesalahan pemakaian konjungsi pada media massa agar hasil penelitian itu berkonstibusi dalam dunia media massa dan dunia pendidikan.


(2)

ii ABSTRACT

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. The Use of Conjunctions in Editorials on Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This study examines the use of conjunctions in editorials on Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. The aim of this study is to describe the used conjunctions and usage errors conjunction.

This is a descriptive qualitative study. The data collection in this study included collecting the Harian Jogja Newspapers November 2015 edition, reading the editorials and underlining the sentences that contain the conjunctions, grouping the conjunctions based on the types and the dates, identifying the data, and analyzing the data to obtain the frequency of used conjunctions and usage errors conjunction. The data analysis in this study was done by examining the used conjunction one by one, making the list, clarifying and describing the result that consist of the used conjunctions and various errors that was found in the editorial on Harian Jogja Newspapers.

From the analysis of data, it can be concluded: first, overall, there are 1.255 conjunctions used and 34 type kinds of conjunction used. The obtained conjunction was differentiated to be conjunctions with the same level (coordinative) and conjunction with the different level (subordinate). There are 454 coordinative conjunctions and 801 subordinate conjunctions used. Second, there are 34 usage errors conjunction that consist of 3 errors jika, 8 errors of dan, 7 errors of namun, 5 errors of bahkan, 4 errors of yang, 4 errors of tapi, 1 errors of kemudian, and 2 errors of maka.

Based on the result of the study, it is expected that this study can be a one of the consideration for the redaction (editorial writers) and Harian Jogja Newspapers editor. Even though, the researcher hopes that the students of Indonesian Literature Education Study Program to be more careful on using conjunctions. The researcher also hopes the other researchers to examine similar study, especially on the error conjunctions on the massa media, so that the result of the study can contribute in media mass and education field.


(3)

i

PEMAKAIAN KONJUNGSI PADA KOLOM TAJUK

SURAT KABAR HARIAN JOGJA EDISI NOVEMBER 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Sarlyn Esthy Andini Haning 121224055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(4)

(5)

(6)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menguatkan dan menolongku serta memberi harapan dalam hidupku.

Bapak Daniel Filipus Haning dan Ibu Carolina Elisabeth Tali Lay yang selalu mendoakan, mendukung, dan selalu memberikan perhatian, serta

memenuhi segala kebutuhanku.

Kakakku Alfionita Wahi Haning dan Adikku Veby Anggreany Haning yang selalu memberikan dukungan, doa, dan semangat.


(7)

v MOTO

Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak;

(Mazmur 37:5)

“AKU TAHU, AKU TIDAK SEUTUHNYA SEMPURNA, TETAPI

PASTI ADA SESUATU DALAM DIRIKU YANG SANGAT INDAH” (Mario Teguh)

Orang tidak bisa sampai kepada fajar kecuali melalui malam. (Kahlil GIBRAN)

Melihat-lihat tidak salah, tetapi bila kita terlalu sering „melihat-lihat‟, perjalanan kita akan terasa jauh lebih panjang dan kita tak mudah

mencapai kemenangan (Sarlyn E. A. Haning)


(8)

(9)

(10)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015” dapat peneliti selesaikan dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa Satra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas ilmu dan inspirasi selama proses belajar peneliti.

5. Robertus Marsidiq selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh administrasi dan persyaratan sampai akhirnya peneliti dapat mengujikan penelitian ini. 6. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan buku-buku

sebagai sumber referensi dan informasi.

7. Kedua orang tua Daniel Felipus Haning dan Carolina Elisabet Tali Lay serta kakak Alvionita Wahy Haning dan adik Veby Anggreany Haning yang senantiasa memberi cinta dan kasih sayang, dukungan, baik dukungan moril dan materiil, semangat, serta doa yang tiada putusnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.


(11)

(12)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Istilah ... 5

1.6 Sistematika Penyajian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI………... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... . 7

2.2 Konjungsi ... . 9

2.2.1 Macam Konjungsi ... 11

2.2.2 Rangkuman ... 13

2.2.3 Fungsi Konjungsi ... 15

2.2.4 Makna Konjungsi ... 18


(13)

xi

2.2.6 Tajuk (Rencana) ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Data dan Sumber Data ... 25

3.3 Instrumen Penelitian ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Deskripsi Data ... 29

4.2 Analisis Data ... 29

4.2.1 Frekuensi pemakaian konjungsi kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015 ... 29

4.2.2 Kesalahan Pemakaian Konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015 ... 40

BAB V PENUTUP ……….. 49

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Implikasi ... 52

5.3 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56


(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Hasil Analisis Pemakaian Konjungsi ... 57 Tabel 2: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi ... 82


(15)

xiii ABSTRAK

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

Penelitian ini mengkaji pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan kesalahan pemakaian konjungsi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian ini mencakup pengumpulan surat kabar Harian Jogja edisi November 2015, membaca kolom tajuk dan menggarisbawahi kalimat yang mengandung konjungsi, mengelompokkan konjungsi sesuai jenis dan tanggal terbitnya, melakukan identifikasi data, dan langkah yang terakhir adalah analisis data untuk memperoleh frekuensi pemakaian konjungsi dan kesalahan pemakaian konjungsi. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan cara mencermati pemakaian konjungsi satu per satu, mencatat, mengklasifikasi dan menjelaskan hasil temuan berupa konjungsi yang dipakai dan berbagai kesalahan yang ditemukan pada kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja.

Dari hasil analisis dapat ditarik kesimpulan: pertama, secara keseluruhan ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 jenis konjungsi yang dipakai. Konjungsi yang diperoleh dibedakan menjadi konjungsi yang kedudukannya sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif). Konjungsi yang kedudukannya sedejarat (koordinatif) terdapat 454 kali dipakai dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat (subordinatif) terdapat 801 kali dipakai. Kedua, terdapat 34 kesalahan pemakaian konjungsi yang terdiri dari kesalahan pemakaian konjungsi jika 3, konjungsi dan 8 kesalahan, konjungsi namun 7 kesalahan, konjungsi bahkan 5 kesalahan, konjungsi yang 4 kesalahan, konjungsi tapi 4 kesalahan, konjungsi kemudian 1 kesalahan dan konjungsi maka 2 kesalahan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, diharapkan agar penelitian ini menjadi bahan pertimbangan bagi redaksi (penulis kolom Tajuk) dan editor surat kabar Harian Jogja. Selain itu, peneliti berharap mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia lebih cermat dalam pemakaian konjungsi atau kata penghubung. Peneliti juga berharap peneliti lain meneliti hal yang sejenis khususnya kesalahan pemakaian konjungsi pada media massa agar hasil penelitian itu berkonstibusi dalam dunia media massa dan dunia pendidikan.


(16)

xiv ABSTRACT

Haning, Sarlyn Esthy Andini. 2016. The Use of Conjunctions in Editorials on Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This study examines the use of conjunctions in editorials on Harian Jogja Newspapers November 2015 Edition. The aim of this study is to describe the used conjunctions and usage errors conjunction.

This is a descriptive qualitative study. The data collection in this study included collecting the Harian Jogja Newspapers November 2015 edition, reading the editorials and underlining the sentences that contain the conjunctions, grouping the conjunctions based on the types and the dates, identifying the data, and analyzing the data to obtain the frequency of used conjunctions and usage errors conjunction. The data analysis in this study was done by examining the used conjunction one by one, making the list, clarifying and describing the result that consist of the used conjunctions and various errors that was found in the editorial on Harian Jogja Newspapers.

From the analysis of data, it can be concluded: first, overall, there are 1.255 conjunctions used and 34 type kinds of conjunction used. The obtained conjunction was differentiated to be conjunctions with the same level (coordinative) and conjunction with the different level (subordinate). There are 454 coordinative conjunctions and 801 subordinate conjunctions used. Second, there are 34 usage errors conjunction that consist of 3 errors jika, 8 errors of dan, 7 errors of namun, 5 errors of bahkan, 4 errors of yang, 4 errors of tapi, 1 errors of kemudian, and 2 errors of maka.

Based on the result of the study, it is expected that this study can be a one of the consideration for the redaction (editorial writers) and Harian Jogja Newspapers editor. Even though, the researcher hopes that the students of Indonesian Literature Education Study Program to be more careful on using conjunctions. The researcher also hopes the other researchers to examine similar study, especially on the error conjunctions on the massa media, so that the result of the study can contribute in media mass and education field.


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kridalaksana (2008: 24) mengatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Keraf (2004: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia untuk menyampaikan gagasan, pikiran, pendapat, dan perasaan kepada orang lain. Bahasa sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi.

Wujud pemakaian bahasa dapat berupa bahasa lisan dan tulis. Mengungkapkan gagasan dalam bahasa tulis tidaklah mudah karena dalam bahasa tulis tidak ada intonasi, gerak-gerik ataupun mimik yang dapat membantu pemahaman terhadap gagasan yang hendak disampaikan oleh penulis. Oleh karena itu, bahasa tulis harus lebih baik daripada bahasa lisan.

Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, kehadiran media massa, baik berupa media cetak maupun media elektronik, semakin penting bagi masyarakat. Fungsi media massa dimulai dari pengumpulan bahan atau informasi sampai dengan penyajian kepada masyarakat dalam bentuk berita. Media massa pada zaman sekarang ini, dijadikan tempat untuk memperoleh informasi dan mendapatkan berita-berita penting. Masyarakat tidak perlu pergi ke


(18)

tempat kejadian perkara untuk mengetahui kejadian yang sedang terjadi. Dalam menyajikan berita kepada masyarakat, penggunaan bahasa menjadi faktor terpenting. Dalam media cetak, misalnya surat kabar, penggunaan bahasa merupakan faktor penting dalam mengungkapkan berbagai peristiwa yang terjadi. Oleh karena itu, bahasa dalam media massa haruslah jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Penguasaan tentang struktur kalimat adalah penguasaan tentang unsur-unsur fungsional kalimat yang terdiri dari subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di samping unsur-unsur itu, dalam kalimat kadang-kadang masih ada dua unsur, yaitu kata penghubung dan kata depan. Kata penghubung dan kata depan adalah unsur penting yang sering terabaikan dalam pembentukan kalimat. Selain itu, penggunaan kata penghubung yang kurang tepat akan mempengaruhi makna, bahkan dapat mengubah makna kalimatnya.

Surat kabar banyak memuat wacana, baik itu pada kolom berita, kolom opini, kolom tajuk, maupun kolom iklan. Dalam kolom-kolom itu dapat diamati dan diteliti bagaimana pemakaian konjungsinya. Penggunaan bahasa dalam surat kabar memiliki kekhasan sendiri. Tetapi, tidak dapat di memungkiri bahwa kesalahan penggunaan kata penghubung dalam wacana tulis pada surat kabar masih sering terjadi. Masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah pemakaian kata penghubung (konjungsi) dan kesalahan pemakaiannya pada kolom Tajuk Surat Kabar daerah Harian Jogja edisi November tahun 2015. Penelitian ini mengambil konjungsi dalam surat kabar dengan tujuan mengetahui dan


(19)

mendeskripsikan pemakaian konjungsi yang terdapat pada surat kabar daerah Harian Jogja edisi November tahun 2015.

Tajuk rencana adalah opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat (Sumadiria, 2004:81). Tajuk rencana merupakan suatu opini dari redaksi tentang permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam koran tersebut. Tajuk rencana berusaha menbangun opini dan mendorong pembaca agar berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah dan mau bertindak sesuai dengan maksud penulis. Pada penelitian ini peneliti memilih kolom tajuk karena tajuk mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting dalam penerbitan surat kabar, salah satunya yakni merupakan pandangan dari redaksi suatu media massa dalam menanggapi suatu berita atau masalah yang sedang hangat di tengah masyarakat. Pada surat kabar Harian Jogja mempunyai kekhasan, yaitu menyebutkan kolom tajuk rencana hanya tajuk, sedangkan surat kabar lainnya menggunakan tajuk rencana.

Surat kabar Harian Jogja termasuk salah satu harian surat kabar daerah yang terbit setiap hari. Surat kabar Harian Jogja menyuguhkan berbagai macam rubrik yang menarik, diantaranya yaitu kolom ekonomi bisnis, internasional, olahraga, umum, humaniora, aspirasi dan yang menarik dari surat kabar Harian Jogja memuat kolom khusus untuk informasi-informasi kota Jogja, baik berita dari Sleman, Bantul, Kulonprogo.

Dalam penelitian ini tidak semua surat kabar yang terbit pada tahun 2015 dijadikan bahan untuk diteliti. Penelitian membatasi yang akan diteliti, yaitu


(20)

tentang konjungsi yang terdapat pada kolom tajuk Harian Jogja edisi November 2015. Penulis memilih surat kabar daerah Harian Jogja sebagai bahan penelitian pemakaian konjungsi khususnya pada kolom tajuk, dikarenakan surat kabar Harian Jogja ini merupakan surat kabar daerah. Biasanya surat kabar daerah masih pengaruh dengan penggunaan bahasa daerah. Selain itu, dari segi bentuk, kata, kalimat, pemenggalan dalam kalimat, maupun strukturnya sering kali terjadi kesalahan. Pemakaian konjungsi di dalam surat kabar daerah Harian Jogja ini juga sering terjadi kesalahan yang dapat memberikan makna yang berbeda dengan yang dimaksudkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, rumusan pada penelitian ini adalah

a. Konjungsi apa saja yang dipakai pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015 ?

b. Konjungsi apa saja yang salah pemakaiannya pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

a. Mendeskripsikan konjungsi yang dipakai pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015.

b. Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015.


(21)

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi bagi guru, mahasiswa PBSI, dan peneliti lain.

a. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dan calon guru dalam pembelajaran bahasa, terutama dalam mengajarkan konjungsi kepada siswa dalam membuat kalimat yang baik dan benar.

b. Bagi Mahasiswa PBSI

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada mahasiswa PBSI tentang penggunaan konjungsi dalam surat kabar. Mahasiswa diharapkan mendapatkan contoh penggunaan konjungsi yang baik dan benar. Selain itu, mahasiswa dapat memperkaya wawasan dalam memahami jenis-jenis konjungsi, fungsi konjungsi dan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam media massa khususnya surat kabar Harian Jogja.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan menambah wawasan tentang aspek kebahasaan, khususnya kata penghubung atau konjungsi.

1.5 Definisi Istilah

Untuk memberikan gambaran mengenai judul dan keseluruhan isi penelitian ini, penulis memberikan beberapa batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.


(22)

a. Konjungsi

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan paragraf (Abdul Chaer, 2008: 81).

b. Koran

Koran merupakan lembaran kertas bertuliskan kabar (berita) dan sebagainya, terbagi dalam kolom-kolom (8-9 kolom), terbit setiap hari atau secara periodik (KBBI, 2011: 266).

c. Tajuk Rencana

Tajuk rencana merupakan tulisan yang berupa sikap atau pandangan surat kabar dan majalah terhadap suatu berita atau peristiwa, kejadian, fakta, gagasan, dan opini yang berkembang di tengah masyarakat (Barus, 2010: 142).

1.6Sistematika Penyajian

Laporan penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah Pendahuluan, berisi latar belakang masalah yang akan diteliti, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II adalah Landasan Teori, berisi penelitian terdahulu dan kajian teori. Bab III adalah Metodologi Penelitian, berisi jenis penelitian, sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV adalah Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi deskripsi data dan hasil penelitian yang meliputi konjungsi yang dipakai dan kesalahan yang terdapat dalam surat kabar Harian Jogja, serta pembahasan. Bab V adalah Penutup, yang berisi kesimpulan, implikasi, dan saran.


(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang sejenis dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astuti (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Eka Ulfa Rujiantika (2009). Penelitian Dwi Astuti (2006) berjudul “Penggunaan Konjungsi Intrakalimat dalam Paragraf Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006”. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang digunakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 dalam melengkapi paragraf, (2) mendeskripsikan jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang salah digunakan oleh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 dalam melengkapi paragraf.

Adapun hasil penelitiannya: (1) jenis-jenis konjungsi intrakalimat yang digunakan oleh siswa dalam paragraf yaitu; konjungsi intrakalimat koordinatif, konjungsi intrakalimat korelatif dan konjungsi intrakalimat subordinatif, (2) kon-jungsi intrakalimat yang salah digunakan siswa dalam paragraf yaitu; konkon-jungsi intrakalimat koordinatif ada 13,89%, konjungsi intrakalimat korelatif ada 1,57% dan konjungsi intrakalimat subordinatif ada 10,14%.

Penelitian yang dilakukan oleh Eka Ulfa Rujiantika (2014) berjudul


(24)

Januari-April 2013”. Tujuan penelitian ini adalah: (1) memperoleh deskripsi yang lengkap mengenai jenis konjungsi intrakalimat dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013, (2) memperoleh deskripsi yang memadai tentang fungsi konjungsi intrakalimat sebagai penanda pertalian makna karena penggunaan konjungsi bahasa Indonesia dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013, dan (3) memperoleh deskripsi yang memadai tentang ketepatan pemakaian konjungsi intrakalimat dalam bahasa Indonesia pada kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013.

Adapun hasil penelitiannya: (1) jenis konjungsi intrakalimat meliputi, konjungsi subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif, (2) peng-gunaan konjungsi bahasa Indonesia dalam kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013 berfungsi sebagai penanda makna penjumlahan, pertentangan, pemilihan, cara, alat, pengandaian, waktu, perbandingan, contoh, sebab, dan kosesif. Fungsi konjungsi sebagai penanda atributif, (3) pemakaian konjungsi intrakalimat dalam bahasa Indonesia pada sebagian besar kalimat dalam kolom Politik-Ekonomi sudah tepat, namun ada beberapa penggunaan konjungsi yang kurang tepat. Penggunaan konjungsi yang kurang tepat meliputi penempatan konjungsi, pemilihan konjungsi, penggunaan konjungsi ganda, pemborosan penggunaan konjungsi, dan penggunaan konjungsi tidak baku. Ketidaktepatan penggunaan konjungsi yang banyak ditemukan adalah ketidaktepatan penempatan konjungsi.

Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama mengkaji konjungsi. Perbedaannya, Dwi Astuti (2006)


(25)

meneliti konjungsi intrakalimat dalam paragraf siswa dan mengkaji penggunaan konjungsi intrakalimat, sedangkan penelitian ini lebih mengkaji penggunaan konjungsi intrakalimat dan antarkalimat dalam kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015.

Penelitian Eka Ulfa Rujiantika (2014) yang berjudul “Penggunaan Konjungsi dalam Kolom Politik-Ekonomi Kompas edisi Januari-April 2013” meneliti penggunaan konjungsi dalam kolom Politik-Ekonomi. Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk diteliti lebih lanjut karena sering kali pada pemakaian konjungsi terdapat kesalahan. Keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian di atas bahwa yang menjadi subjek penelitian sama-sama berupa konjungsi dalam suatu wacana. Selain itu, penelitian ini akan mendeskripsikan pemakaian konjungsi pada surat kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015, dan menemukan kesalahan-kesalahan yang sering terjadi.

2.2Konjungsi (Kata Penghubung)

Menurut Abdul Chaer (2008: 103) konjungsi adalah kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, bahkan juga paragraf dengan paragraf. Ramlan (2008: 39) mengemukakan bahwa konjungsi ialah kata yang berfungsi menghubungkan kata/frasa/klausa dengan kata/frasa/klausa lain. Kridalaksana (2008: 131) mengemukakan bahwa konjungsi adalah partikel yang dipergunakan


(26)

untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

Menurut Kridalaksana (2008: 104-105) sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi, dapat dibedakan tugas-tugas konjungsi berdasarkan makna yang ditimbulkan oleh konjungsi, seperti: penambahan, pilihan, gabungan, perlawanan, temporal, perbandingan, sebab, akibat, syarat, tak bersyarat, pengandaian, harapan, perluasan, pengantar objek, cara, perkecualian, dan pengantar wacana.

Alwi (2010: 301) menyatakan bahwa konjungtor (konjungsi) atau kata sambung adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Contoh:

(1) Toni dan Ali sedang belajar matematika di kamar.

(2) Tim ahli Indonesia dan utusan IMF berunding lebih dari seminggu. (3) Farida sedang membaca dan adiknya sedang bermain catur.

Dalam contoh (1) di atas kata dan menghubungkan dua kata Toni, Ali. Contoh (2) kata dan menghubungkan frase tim ahli Indonesia dengan frase utusan IMF. Pada contoh kalimat (3) kategori konjungsi dan menghubungkan klausa Farida sedang membaca dengan klausa adiknya sedang bermain catur.

Ada beberapa bentuk seperti konjungsi karena, sejak, dan setelah dapat menghubungkan kata, frasa, ataupun klausa. Dalam hubungannya dengan kata dan frasa, bentuk-bentuk itu bertindak sebagai preposisi seperti contoh berikut.

(4) Dia tidak kuliah karena masalah keuangan. (5) Dia sudah tinggal di sini sejak bulan Agustus. (6) Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00.


(27)

Namun, dalam hubungannya dengan klausa, bentuk-bentuk karena, sejak, dan setelah akan bertindak sebagai konjungsi seperti dalam contoh berikut.

(7) Dia tidak kuliah karena uangnya habis.

(8) Dia sudah tinggal di sini sejak dia berumur dua puluh tahun. (9) Kami boleh menemui dia setelah dia salat Jumat.

Dari pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungsi atau kata penghubung merupakan kata tugas yang dipergunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

2.2.1 Macam Konjungsi

Konjungsi tidak hanya terdiri dari satu macam. Menurut Ramlan (2008: 40), berdasarkan sifat, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu (1) konjungsi koordinatif dan (2) konjungsi subordinatif. Konjungsi setara (koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan kata, frasa, atau klausa yang sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya). Konjungsi tidak setara (subordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat. Apabila dilihat dari fungsinya dibedakan adanya dua macam konjungsi, yaitu (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat (Abdul Chaer, 2011: 140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara berarti konjungsi yang hanya menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang sama tingkatan dan


(28)

kedudukannya. Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat berarti konjungsi yang hanya menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak sama tingkatan dan kedudukannya.

Menurut posisinya, konjungsi dapat dibagi atas (1) konjungsi intra-kalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat (Kridalaksana, 2005: 102-103). Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang ada pada satu intra-kalimat. Konjungsi antarintra-kalimat atau ekstra-kalimat adalah konjungsi pada kalimat yang berbeda atau antarparagraf. Alwi (2010: 303), apabila dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi dapat dibagi menjadi empat, yaitu konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat.

(1) Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama, contoh: Ibu sedang memasak, sedangkan Ayah membaca koran; (2) konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan, contoh: Kita tidak hanya harus setuju, tetapi juga harus patuh; (3) konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat, contoh: Dia takut saya seolah-olah saya ini musuhnya. Selain ketiga konjungsi itu ada pula (4) konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang


(29)

menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain, contoh; Mereka berbelanja ke Glodok. Sesudah itu, mereka pergi ke saudaranya di Ancol.

2.2.2 Rangkuman

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa konjungsi dapat dilihat dari empat sisi, yaitu dari sifat, fungsi, posisi, dan perilaku sintaksisnya. Jika dilihat dari sifat dapat dibedakan menjadi dua yaitu (1) konjungsi koordinatif dan

(2) konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya sederajat atau setara, yakni klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa bawahan. Konjungsi koordinatif selalu terletak di antara klausa yang dihubungkan. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat atau tidak setara, maksudnya menghubungkan klausa inti dengan klausa bawahan. Ada atasan dan ada konstituen bawahan.

Apabila dilihat dari jenis, dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat atau tidak setara. Apabila dilihat dari posisi, dapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konjungsi intra-kalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat. Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang ada pada satu ekstra-kalimat. Konjungsi antarkalimat atau ekstra-kalimat adalah konjungsi pada kalimat yang berbeda atau antarparagraf. Apabila dilihat dari perilaku sintaksis dalam kalimat, dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu (1) konjungsi koordinatif, (2) konjungsi


(30)

korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat. Konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama.

Contoh: Dia mencari saya dan adik saya.

Konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan.

Contoh: Baik Pak Anwar maupun istrinya tidak suka merokok.

Konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua klausa, atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat.

Contoh: Hari ini dia tidak masuk kantor karena sakit.

Selain ketiga konjungsi itu ada pula konjungsi antarkalimat, yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat lain.

Contoh: Pak Darta terkena penyakit kencing manis. Selain itu, dia juga mengidap tekanan darah tinggi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa macam konjungsi dapat dibedakan atau dilihat dari empat sisi yang berbeda. Pada dasarnya pendapat mengenai macam-macam konjungsi hampir sama. Konjungsi lebih cenderung dibedakan menjadi konjungsi setara atau sederajat dan konjungsi tidak setara atau tidak sederajat. Jadi dapat disimpulkan dari pendapat Alwi yang lebih lengkap bahwa (1) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menggabungkan kata atau klausa yang sederhana, (2) konjungsi korelatif adalah konjungsi yang membentuk


(31)

frasa atau kalimat, (3) konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang membentuk anak kalimat, dan (4) konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang berfungsi merangkaikan dua kalimat, tetapi masing-masing merupakan kalimat sendiri-sendiri.

2.2.3 Fungsi Konjungsi

Di samping terdapat perbedaan jenis, konjungsi juga mempunyai fungsi masing-masing. Chaer membedakan fungsi konjungsi menjadi dua yaitu konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat dengan konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat adalah sebagai berikut.

(1) Menggabungkan biasa; dan, dengan, serta. (2) Menggabungkan memilih; atau.

(3) Menggabungkan mempertentangkan; tetapi, namun, sedangkan, sebaiknya.

(4) Menggabungkan membetulkan; melainkan, hanya.

(5) Menggabungkan menegaskan; bahkan, malah (malahan), lagipula, apalagi, jangankan.

(6) Menggabungkan membatasi; kecuali, hanya.

(7) Menggabungkan mengurutkan; lalu, kemudian, selanjutnya. (8) Menggabungkan menyamakan; yaitu, yakni, bahwa, adalah, ialah. (9) Menggabungkan menyimpulkan; jadi, karena itu, sebab itu. Fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yaitu:

(1) Menyatakan sebab; sebab, karena.

(2) Menyatakan syarat; kalau, jika, bila, apabila, asal. (3) Menyatakan tujuan; agar, supaya.

(4) Menyatakan waktu; ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala. (5) Menyatakan akibat; sampai, hingga, sehingga.

(6) Menyatakan sasaran; untuk, guna.

(7) Menyatakan perbandingan; seperti, sebagai, laksana. (8) Menyatakan tempat


(32)

Selain itu, Ramlan (2008: 38-62) membagi 2 jenis konjungsi berdasarkan sifat hubungannya yaitu konjungsi setara dan konjungsi tidak setara. Fungsi konjungsi setara dapat diperinci seperti berikut ini.

(1) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”, kata penghubung ini memperjelas jumlah hal yang dilakukan atau benda yang ada. Contoh konjungsinya: dan, lagi pula, serta.

(2) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata penghubung ini memperjelas hal apa yang dipilih. Contoh konjungsinya: atau.

(3) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata penghubung ini memperjelas suatu yang terjadi secara berurutan. Contoh konjungsinya: kemudian, lalu.

(4) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Lebih”, kata penghubung ini memperjelas. Contoh konjungsinya: bahkan. (5) Konjungsi yang menandai pertalian semantik “Perlawanan” atau

“Pertentangan”, kata penghubung ini memperjelas sesuatu yang berlawanan dan bertentangan. Contoh konjungsinya: tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan. Jenis konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi setara seperti yang disebutkan di atas secara umum pemakaiannya lazim digunakan dalam wacana. Pemakaian konjungsi tersebut membantu membentuk suatu koherensi dalam wacana. Konjungsi-konjungsi itu merupakan konjungsi yang biasa dipakai untuk menghubungkan kata, frasa, klausa yang menghubungkan sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya). Di samping fungsi konjungsi setara, ada pula fungsi konjungsi tidak setara. Fungsi konjungsi tidak setara yaitu:

(1) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Waktu”, konjungsi ini memperjelas waktu terjadinya suatu hal.

Contoh konjungsinya: ketika, tatkala, setiap, setiap kali, sebelum, sesudah, setelah, sejak, semenjak, hingga.

(2) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Perbandingan”, konjungsi ini memperjelas perbandingan antara


(33)

(3) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Sebab”, konjungsi ini memperjelas apa sebab terjadinya suatu

kejadian. Contoh konjungsinya: sebab, karena.

(4) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Akibat”, konjungsi ini memperjelas akibat apa yang ditimbulkan dari suatu perbuatan. Contoh konjungsinya: sehingga.

(5) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Syarat”, konjungsi ini memperjelas suatu syarat untuk

melakukan suatu hal atau perbuatan. Contoh konjungsinya: jika, jikalau, kalau, apabila, bila.

(6) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Harapan”, konjungsi ini menegaskan suatu harapan dari hal yang akan atau sudah dilakukan. Contoh konjungsinya: agar, supaya. (7) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Penerang”, konjungsi ini menegaskan suatu keterangan atas hal

yang dikemukakan. Contoh konjungsinya: yang.

(8) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik “Isi”, konjungsi ini menegaskan isi dari suatu hal atau perbuatan. Contoh konjungsinya: bahwa.

(9) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Perlawanan”, konjungsi ini menegaskan adanya perlawanan atau

pertentangan dari dua hal atau lebih. Contoh konjungsinya: meskipun, walaupun.

(10) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Pengandaian”, konjungsi ini menegaskan pengandaian atau angan- angan. Contoh konjungsinya: andaikata, seandainya, andaikan, sekiranya, seumpama.

(11) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Penjumlahan”, konjungsi ini menegaskan jumlah atau

banyaknya sesuatu. Contoh konjungsinya: selain, di samping. (12) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Perkecualian”, konjungsi ini menegaskan adanya perkecualian

untuk melakukan suatu hal. Contoh konjungsinya: kecuali.

(13) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik “Cara”, konjungsi ini menegaskan bagaimana cara melakukan suatu hal. Contoh konjungsinya: dengan, sambil, tanpa.

(14) Konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik

“Kegunaan:, konjungsi ini menegaskan bagaimana kegunaan dari

hal yang dibicarakan. Contoh konjungsinya: untuk.

Seperti halnya jenis konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi tidak setara seperti yang disebutkan di atas secara umum pemakaiannya lazim digunakan dalam suatu wacana.


(34)

Selanjutnya, Alwi (2010: 396-403) membedakan fungsi konjungsi menjadi dua yaitu konjungsi yang kedudukannya sederajat atau setara dan konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat adalah; (1) dan, (2) atau, (3) tetapi, (4) serta, (5) lalu, (6) ke-mudian, (7) lagipula, (8) hanya, (9) padahal, (10) sedangkan, (11)baik...maupun, (12) tidak...tetapi, dan (13) bukan (nya)...melainkan. Adapun fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yaitu:

(1) Konjungsi waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai

(2) Konjungsi syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala (3) Konjungsi pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata,

sekiranya

(4) Konjungsi tujuan: agar, supaya, biar

(5) Konjungsi konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun)

(6) Konjungsi perbandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaimana, laksana, daripada, alih-alih, ibarat

(7) Konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena (8) Konjungsi hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai) (9) Konjungsi cara: dengan, tanpa

(10)Konjungsi alat: dengan, tanpa

2.2.4 Makna Konjungsi

Makna konjungsi bahasa Indonesia menurut Soekono Wirjosoedarmo (2004: 4) adalah: 1) sebagai pengantar kalimat, 2) sebagai himpunan atau kumpulan, 3) menyatakan pertentangan, 4) menyatakan sebab, 5) menyatakan akibat, 6) menyatakan waktu, 7) menyatakan tempat, 8) menyatakan maksud, 9) menyatakan syarat, 10) menyatakan perwatakan, 11) menyatakan keadaan atau perihal, 12) menyatakan perbandingan, 13) menyatakan modalitas.


(35)

(1) Sebagai bahasa pengantar (kalimat), misalnya: alkisah, syahdan, arkian, maka, sebermula, bahwasannya, hatta, adapun, dan lain sebagainya.

(2) Sebagai himpunan/kumpulan, misalnya: dan, lagi, dengan, lagipula, tambahan lagi, dan lain sebagainya.

(3) Menyatakan pertentangan, misalnya: tetapi, hanya, sedangkan, biar, meski, meskipun, sekalipun, walaupun, sungguhpun, melainkan, dan lain sebagainya.

(4) Menyatakan sebab, misalnya: sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena, dan lain sebagainya.

(5) Menyatakan akibat, misalnya: sampai, sehingga, sebab itu, karena itu, sampai-sampai, dan lain sebagainya.

(6) Menyatakan waktu, misalnya: bila, waktu, ketika, mula-mula, apabila, bilamana, sebelum, selama, setelah, tatkala, semenjak, sesudah, setelah, dan lain sebagainya.

(7) Menyatakan tempat, misalnya: sampai, hingga.

(8) Menyatakan maksud, misalnya: supaya, agar, agar supaya.

(9) Menyatakan syarat, misalnya: asal, asalkan, jika, andaikata, kalau, seandainya, dan lain sebagainya.

(10)Menyatakan perwatakan, misalnya: kecuali.

(11)Menyatakan keadaan/perihal, misalnya: sambil, seraya.

(12)Menyatakan perbandingan, misalnya: seperti, bagaikan, sebagai, seakan-akan, dan lain sebagainya.

(13)Menyatakan modalitas, misalnya: jangan-jangan, kalau-kalau. 2.2.5 Konjungsi dan Preposisi

Konjungsi dan preposisi tergolong ke dalam kelompok kata tugas. Dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI, 2010: 294) dikatakan bahwa preposisi disebut juga kata depan, menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Abdul Chaer (2009: 108) mengemukakan bahwa preposisi adalah kategori yang terletak di sebelah kiri nomina sehingga terbentuk sebuah frase eksosentrik untuk mengisi fungsi keterangan dalam sebuah klausa atau kalimat.

Ramlan (2008: 63) mengemukakan bahwa preposisi termasuk dalam golongan kelas kata tertutup, maksudnya memiliki jumlah yang terbatas. Sekalipun jumlahnya terbatas, penggunaannya kadang-kadang menimbulkan


(36)

kesulitan. Kridalaksana (2008: 199) berpendapat bahwa preposisi adalah partikel yang biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris; misalnya di, ke, dari.

Ada beberapa kata yang sama antara kata yang termasuk konjungsi dan kata yang termasuk preposisi. Guna mengetahui kata mana yang termasuk konjungsi dan kata mana yang termasuk preposisi bisa dilihat dari penggunaan kata tersebut di dalam kalimat. Beberapa contoh kata yang termasuk ke dalam konjungsi dan preposisi adalah sejak, hingga, karena, dan kecuali. Kata-kata yang tidak sama antara kata yang termasuk konjungsi dan preposisi fungsinya juga hanya sebagai konjungsi atau preposisi saja. Sebagai contoh preposisi di, berfungsi untuk (1) menyatakan suatu tempat, (2) menyatakan suatu keadaan, (3) menyatakan orang dan kata benda nama waktu, (4) menyatakan karangan, buku, majalah, atau koran. Penggunaan preposisi di dalam kalimat biasanya terletak di muka kata benda yang menyatakan tempat, tetapi perkecualian untuk preposisi di yang menyatakan orang dan kata benda nama waktu penggunaannya diganti dengan preposisi pada.

Contoh: Buku yang kamu cari ada di kakak (sebaiknya: Buku yang kamu cari ada pada kakak).

Preposisi di ini hanya berfungsi sebagai preposisi saja. Berbeda dengan preposisi daripada. Preposisi daripada dapat berfungsi sebagai preposisi dan konjungsi.

Jika ditinjau dari segi bentuknya, preposisi ada dua macam, yaitu preposisi tunggal dan preposisi majemuk (Alwi, 2010: 294-296). Preposisi tunggal dapat berupa (1) kata dasar, misalnya di, ke, dari, dan pada, (2) kata berafiks, seperti


(37)

selama, mengenai, dan sepanjang. Preposisi majemuk atau gabungan terdiri atas (1) dua preposisi yang berdampingan, dan (2) dua preposisi yang berkorelasi. Preposisi gabungan jenis pertama terdiri atas dua preposisi yang letaknya berurutan.

Contoh: kita sudah mempertimbangkan persoalan itu. Masalah penduduk harus diatasi secara nasional.

Preposisi jenis kedua terdiri atas dua unsur yang dipakai berkorelasi atau berpasangan, tetapi terpisah oleh kata atau frasa lain.

Contoh: Dari lahir sampai berumur sepuluh tahun, ia ikut neneknya.. Kami pindah dari Bandung ke Jakarta tahun lalu.

Dapat disimpulkan bahwa konjungsi dan preposisi sama-sama termasuk dalam kata tugas, keduanya memiliki persamaan dan perbedaan. Untuk membedakannya perlu diperhatikan bahwa kata yang termasuk preposisi membentuk frase preposisi dengan nomina yang mengikutinya, dan menduduki fungsi keterangan di dalam klausa atau kalimat. Sedangkan, konjungsi menggabungkan dua unsur sintaksis, baik kata, frase, klausa, maupun kalimat. 2.2.6 Tajuk (Rencana)

Kata tajuk tidak asing bagi sebagian orang. Dalam surat-surat kabar biasanya terdapat tajuk berita dan tajuk rencana. Penyebutan tajuk rencana dalam berbagai surat kabar pun terkadang tidak sama, seperti surat kabar Suara Merdeka menyebutkan dengan tajuk rencana. Berbeda dengan surat kabar Harian Jogja yang hanya menyebutkan dengan tajuk.

Sumadiria (2004: 82) mengemukakan bahwa tajuk rencana dapat diartikan sebagai opini redaksi berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media pers


(38)

terhadap persoalan potensi, fenomenal, aktual, dan atau kontroversial yang terdapat dalam masyarakat. Suara tajuk rencana bukanlah suara perorangan atau pribadi-pribadi yang terdapat di jajaran redaksi atau di bagian produksi dan sirkulasi, melainkan suara kolektif seluruh wartawan dan karyawan dari suatu lembaga penerbitan pers. Karena merupakan suara lembaga, maka tajuk rencana tidak ditulis dengan mencantumkan nama penulisnya.

Menurut William Pinkerton dari Harvard University, Amerika Serikat (Rivers, 1994: 23-24), fungsi tajuk rencana mencakup empat hal: 1) Menjelaskan berita, 2) Menjelaskan latar belakang, 3) Meramalkan masa depan, 4) Me-nyampaikan pertimbangan moral.

1) Menjelaskan berita (explaining the news)

Tajuk rencana menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Tajuk rencana berfungsi sebagai guru, menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.

2) Menjelaskan latar belakang (filling in background)

Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, tajuk rencana dapat menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. Tajuk rencana berfungsi untuk memberikan kaitan sesuatu berita dengan kenyataan-kenyataan sosial lainnya.


(39)

3) Meramalkan masa depan (forecasting the future)

Suatu tajuk rencana kadang-kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.

4) Menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgment)

Menurut tradisi lama, para penulis tajuk rencana diharapkan dapat mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka.

Dari keempat fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa tajuk rencana umumnya berisi pendapat atau penilaian serta sikap redaksi tajuk rencana terhadap permasalahan atau persoalan yang terjadi. Suhadang (2004: 155) mengemukakan bahwa idealnya fungsi tajuk adalah membentuk dan mengarahkan opini publik; menerjemahkan berita mutakhir kepada pembaca dan menjelaskan maknanya. Selain itu, fungsi tajuk juga menetapkan apa yang harus selalu ada, yaitu menafsirkan berita, mengarahkan opini, dan mengkampanyekan hal-hal yang baik. Tajuk rencana merupakan opini dari redaksi tentang permasalahan-permasalahan yang diangkat dalam koran tersebut. Tajuk rencana berusaha membangun opini dan mendorong para pembaca agar dapat berpikir kritis dalam menanggapi suatu masalah yang diangkat dalam kolom Tajuk dan mau bertindak sesuai dengan tujuan dari penulis.


(40)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian berjudul Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November tahun 2015 ini berdasarkan sifat dan jenis datanya termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada berupa perian bahasa tanpa mempertimbangkan benar salahnya penggunaan bahasa oleh penuturnya (Sudaryanto, 1992: 62). Menurut Hansiswany Kamarga (2009: 12) penelitian deskriptif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan fenomena, tidak dilakukan manipulasi, hanya menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2008: 4), penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya (Strauss dan Corbin, 2003: 4).

Peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif karena beberapa sifat yang tampak dalam objek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah mendeskripsikan konjungsi yang dipakai dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015.


(41)

3.2 Data dan Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Sumber data menjadi titik mula munculnya peneltian. Sumber data membantu penelti memperoleh data yang akurat. Sumber data penelitian ini adalah kolom Tajuk pada surat kabar Harian Jogja edisi November 2015, dari tanggal 2 sampai dengan tanggal 30 November 2015. Pada hari Minggu surat kabar Harian Jogja tidak memuat kolom Tajuk. Jadi, jumlah keseluruhan kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015 adalah 25. Data penelitian ini adalah kalimat-kalimat yang mengandung konjungsi pada kolom Tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

3.3 Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 203) instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dengan kata lain, instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan data secara sistematis dan objektif guna memecahkan suatu masalah. Peneliti sendiri berkedudukan sebagai instrumen penelitian. Ia merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya (Moleong, 2006: 168).

Beberapa alat bantu penelitian yang dipakai peneliti berupa alat tulis dan laptop. Alat bantu penelitian ini digunakan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.


(42)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2008: 63) mengemukakan adanya empat teknik pengumpulan data, yaitu (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan (4) gabungan atau triangulasi. Secara khusus teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi atau teknik pemanfaatan dokumen. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah seluruh kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November tahun 2015.

Dokumentasi dari kata asal ‘dokumen’, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1987: 131).

Dalam teknik dokumentasi pemanfaatan dokumentasinya terbagi atas dua yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal (Moleong, 2006: 219). Dokumen internal dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, dan sebagainya. Dokumen eksternal berupa majalah, bulletin, surat kabar, dan berita yang disiarkan kepada media-media massa.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini termasuk jenis dokumen resmi eksternal, yaitu berita yang disiarkan dalam media massa (surat kabar). Pemakaian data berupa dokumen seperti ini berguna untuk menggali informasi yang telah terjadi atau sudah terjadi di masa silam.Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan langkah-langkah sebagai berikut.


(43)

(1) Mengumpulkan surat kabar Harian Jogja edisi November 2015.

(2) Memotong setiap tajuk yang ada di setiap harinya. Potongan data yang berupa tajuk tersebut dikumpulkan, kemudian diurutkan sesuai dengan tanggal terbit.

(3) Peneliti membaca kolom tajuk surat kabar Harian Jogja edisi November 2015 dan menggaris bawahi kata-kata yang termasuk konjungsi dalam kolom tajuk.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan dapat memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Bogdan dan Biklen dalam Moleong, 2006: 248).

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis data kualitatif. Teknik ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil rumusan masalah pada bab 1. Setelah data terkumpul langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah menganalisis data yang sudah ada. Langkah-langkah analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Mencermati pemakaian konjungsi satu per satu dalam kolom tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015.

(2) Menandai kesalahan dalam pemakaian konjungsi yang tidak sesuai dengan jenis dan fungsinya, serta peneliti memperbaiki kesalahan yang ditemukan.


(44)

(3) Mengklasifikasi dan menjelaskan hasil temuan yang berupa konjungsi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015 dan berupa kesalahan-kesalahan yang terjadi pada kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015. Peneliti memperbaiki kesalahan dan memberi alasan tentang penyebab kesalahan tersebut.


(45)

29 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Data yang diperoleh secara keseluruhan 34 konjungsi yang dipakai sebanyak 1.255 kali selama 25 hari terbit. Data yang diperoleh dibedakan menjadi konjungsi yang kedudukannya sederajat atau setara (koordinatif) sebanyak 16 konjungsi dan konjungsi yang kedudukannya tidak sederajat atau setara (subordinatif) sebanyak 18 konjungsi. Konjungsi koordinatif terdiri dari: adalah/ialah, apalagi, atau/ataupun, bahkan, bahwa, dan, hanya, jadi, kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya, malah/malahan, namun, sebaliknya, sedangkan, serta, tapi/tetapi, yakni/yaitu. Konjungsi subordinatif terdiri dari: agar, asal, bila, hingga/sehingga, jika/kalau, karena, ketika, maka, meski/meskipun/walau/walaupun, sampai, sebab, sebelum, sebagai, sejak, seperti, setelah, untuk, yang.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Frekuensi pemakaian konjungsi pada kolom Tajuk

Peneliti membuat klasifikasi dan penjelasan satu per satu semua konjungsi yang dipakai. Ditemukan ada 1.255 kali pemakaian konjungsi dan 34 konjungsi yang dipakai dalam penulisan kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Edisi November 2015 selama 25 hari terbit surat kabar. Konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya setara atau sedejarat (koordinatif) sebanyak 454 dan konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya tidak setara atau tidak sederajat (subordinatif) sebanyak 801.


(46)

Dari hasil analisis data diperoleh bahwa pemakaian konjungsi koordinatif sebagai berikut konjungsi dan sebanyak 226 kali, kemudian pemakaian konjungsi atau/ataupun sebanyak 44 kali, pemakaian konjungsi adalah sebanyak 26 kali, pemakaian konjungsi hanya sebanyak 23 kali, pemakaian konjungsi namun sebanyak 21 kali, pemakaian konjungsi bahwa sebanyak 18 kali, pemakaian konjungsi tapi/tetapi sebanyak 18 kali, pemakaian konjungsi yakni/yaitu sebanyak 15 kali, pemakaian konjungsi bahkan sebanyak 15 kali, pemakaian konjungsi kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya sebanyak 14 kali, pemakaian konjungsi jadi sebanyak 8 kali, pemakaian konjungsi apalagi sebanyak 8 kali, pemakaian konjungsi serta sebanyak 7 kali, pemakaian konjungsi sedangkan sebanyak 5 kali, pemakaian konjungsi sebaliknya sebanyak 3 kali, dan pemakaian konjungsi malah sebanyak 3 kali.

Selajutnya, hasil analisis data diperoleh bahwa pemakaian konjungsi subordinatif sebagai berikut konjungsi yang sebanyak 393 kali, kemudian konjungsi untuk sebanyak 108 kali, pemakaian konjungsi karena sebanyak 40 kali, pemakaian konjungsi jika/kalau sebanyak 40 kali, pemakaian konjungsi hingga/sehingga sebanyak 36 kali, pemakaian konjungsi sebagai sebanyak 34 kali, pemakaian konjungsi seperti sebanyak 27 kali, pemakaian konjungsi agar sebanyak 25 kali, pemakaian konjungsi meski/meskipun/walaupun sebanyak 20 kali, pemakaian konjungsi maka sebanyak 18 kali, pemakaian konjungsi ketika sebanyak 12 kali, pemakaian konjungsi sampai sebanyak 11 kali, pemakaian konjungsi bila sebanyak 9 kali, pemakaian konjungsi sebelum sebanyak 8 kali, pemakaian konjungsi sebab sebanyak 7 kali, pemakaian konjungsi setelah


(47)

sebanyak 6 kali, pemakaian konjungsi sejak sebanyak 6 kali, dan pemakaian konjungsi asal sebanyak 1 kali.

Analisis data dibedakan antara konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedududukannya setara atau sederajat (koordinatif) dan konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya tidak setara atau sederajat (subordinatif). Hasil analisis data ditemukan bahwa konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya setara atau sedejarat (koordinatif) dipakai dalam Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015 adalah sebanyak 454.

1. Pemakaian konjungsi adalah/ialah

Konjungsi adalah/ialah adalah konjungsi intrakalimat yang menyatakan kesamaan. Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi adalah sebanyak 26. Contoh pemakaiannya adalah Pilkada 2015 yang dihelat secara serentak adalah momen penting untuk membuktikan kualitas demokrasi di Indonesia (14 November 2015).

2. Pemakaian konjungsi apalagi

Konjungsi apalagi adalah konjungsi yang menyatakan menegeaskan. Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi apalagi adalah 8. Contoh pemakaiannya adalah Apalagi, data Pemerintah tersebut bertentangan dengan keterangan Badan Pusat Statistik yang menyatakan produksi padi dalam negeri meningkat dari 70 juta GKG ton per tahun menjadi 74 juta ton GKG per tahun” (13 November 2015).


(48)

3. Pemakaian konjungsi atau/ataupun

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi atau/ataupun adalah 44. Contoh pemakaiannya adalah “Begitu juga untuk veteran yang memiliki pensiunan atau mantan anggota TNI-Polri kerena punya dana kehormatan yang nilainya Rp750.000 per bulan” dan “Mereka baru teringat para veteran ketika ada kegiatan bersama di perayaan Kemerdekaan Indonesia ataupun peringatan Hari Pahlawan” (10 November 2015).

4. Pemakaian konjungsi bahkan

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi bahkan adalah 15. Salah satu contoh pemakaiannya adalah “Bahkan, kabar yang tak kalah mengejutkan adalah topeng emas tersebut terancam dihapus dari daftar register cagar budaya nasional” (11 November 2015).

5. Pemakaian konjungsi bahwa

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi bahwa adalah 18. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Isu reshuffle juga santer terdengar dari kubu PAN semenjak beberapa kader partai berlambang matahari terbit itu membocorkan kepada media bahwa pihaknya telah mempersiapkan nama-nama anggota PAN untuk diajukan kepada Presiden seandainya reshuffle jilid II benar-benar terjadi” (12 November 2015).

6. Pemakaian konjungsi dan

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi dan adalah 226. Contoh pemakaiannya adalah “Di mana kabupaten Sleman, Bantul,


(49)

dan Gunungkidul akan menggelar pilkada bersamaan pada akhir tahun ini” (14 November 2015).

7. Pemakaian konjungsi hanya

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi hanya adalah 23. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Ironisnya, BPBD Bantul hanya memiliki anggaran yang sangat terbatas untuk membiayai penanggulangan bencana” (18 November 2015).

8. Pemakaian konjungsi jadi

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi jadi adalah 8. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Jadi sudah bisa ditebak upah buruh tahun depan” (3 November 2015).

9. Pemakaian konjungsi kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi kemudian/lalu/setelah itu/selanjutnya adalah 14. Contoh pemakaiannya adalah “Aksi oknum yang melakukan praktik tangkap, peras, kemudian lepas itu cukup banyak beredar di sosoal media” dan “Setelah itu masih banyak hal yang juga tidak kalah rumitnya untuk dibereskan” (7 November 2015).

10. Pemakaian konjungsi malah/malahan

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi malah/malahan adalah 3. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Perlu dilakukan pendekatan yang berbeda agar tidak terjadi saling balas yang akhirnya malah akan merugikan rakyat sipil yang tidak tahu apa-apa” (17 November 2015).


(50)

11. Pemakaian konjungsi namun

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi namun adalah 21. Contoh pemakaiannya adalah “Namun, pengaruh El Nino menghambat pembentukan awan hujan di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk DIY” (9 November 2015).

12. Pemakaian konjungsi sebaliknya

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi sebaliknya adalah 3. Contoh pemakaiannya adalah “Sebaliknya, warga negara Singapura yang selama ini dikenal patuh terhadap aturan justru mendadak ugal-ugalan ketika berada di Indonesia” (7 November 2015).

13. Pemakaian konjungsi sedangkan

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi sedangkan adalah 5. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Vietnam sudah berkomitmen menjual 1 ton beras, sedangkan Thailand masih negosiasi dengan Bulog” (13 November 2015).

14. Pemakaian konjungsi serta

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi serta adalah 7. Salah satu contoh pemakaiannya adalah “Badan Pertahanan Nasional (BPN) belum bisa menentukan batas serta pengukuran lahan seluas 640 hektare yang akan digunakan untuk bandara” (20 November 2015).

15. Pemakaian konjungsi tapi/tetapi

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi tapi/tetapi adalah 18. Salah satu contoh pemakaiannya adalah “Tidak hanya


(51)

mampu untuk menampung pesawat besar dari penerbangan internasional, tetapi penerbangan yang lebih banyak serta fasilitas yang lebih baik dan memadai” (20 November 2015).

16. Pemakaian konjungsi yakni/yaitu

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi yakni/yaitu adalah 15. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Bahkan ada desakan yang menjurus jelas ke salah satu menteri yaitu mencopot Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno” (12 November 2015).

Di samping analisis data konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya setara atau sedejarat (koordinatif), analisis data ditemukan bahwa konjungsi yang menghubungkan satuan yang kedudukannya tidak setara atau tidak sederajat (subordinatif) dipakai dalam Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015 adalah sebanyak 801.

17. Pemakaian konjungsi agar

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi agar adalah 25. Contoh pemakaiannya adalah “Disatu sisi menampilkan perhelatan yang berkualitas dan memberi edukasi seni kepada masyarakat, di sisi lain mampu menjembatani suara publik kepada pemerintah agar tidak berhenti menjadi unek unek saja” (2 November 2015).


(52)

18. Pemakaian konjungsi asal

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi asal adalah 1. Contoh pemakaiannya adalah “Lebih ketat tak apa, asal jangan ada yang lebih longgar dari standar baku pemeriksaan” (27 November 2015).

19. Pemakaian konjungsi bila

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi bila adalah 9. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Bila upaya menjaga keselamatan diri sendiri saja diabaikan, bagaimana mau peduli dengan keselamatan orang lain?” (7 November 2015).

20. Pemakaian konjungsi hingga/sehingga

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi hingga/sehingga adalah 36. Contoh pemakaiannya adalah “Sudirman Said pasti memiliki data yang akurat sehingga melaporkan permasalahan ini ke MKD DPR”. 21. Pemakaian konjungsi jika/kalau

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi jika/kalau adalah 40. Contoh pemakaiannya adalah “Ingat, jika pengusaha bisa bekerja dengan baik dan nyaman tentu produktivitas akan meningkat dan tentunya yang diuntungkan juga perusahaan” (3 November 2015).

22. Pemakaian konjungsi karena

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi karena adalah 40. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Dengan demikian selama satu tahun mulai 2016, para pegawai pemerintah dan juga pensiunan PNS


(53)

akan mendapatkan 14 kali gaji karena sebelumnya sudah ada gaji ke-13 yang diberikan secara rutin” (6 November 2015).

23. Pemakaian konjungsi ketika

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi ketika adalah 12. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Kasus ini bermula ketika Menteri ESDM Sudirman Said membongkar pertemuan Setya Novanto dan seorang pengusaha migas dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia dan kemudian mengadukan ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR pada hari Senin (16/11)” (19 November 2015).

24. Pemakaian konjungsi maka

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi maka adalah 18. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Dengan membongkar kasus ini secara transparan, maka publik akan ditunjukkan seperti apa kasus yang sebenarnya” (19 November 2015).

25. Pemakaian konjungsi meski/meskipun/walau/walaupun

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi meski/meskipun/walau/walaupun adalah 20. Contoh pemakaiannya adalah “Meski izin penetapan lokasi (IPL) New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo telah turun, tahap selanjutnya dari pembangunan bandara baru DIY masih belum bisa dilakukan” (20 November 2015).

26. Pemakaian konjungsi sampai

Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi pemakaian konjungsi sampai adalah 11. Adapun salah satu contoh pemakaiannya adalah “Disisa waktu yang


(1)

waktu uji keputusan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap calon pimpinan KPK (Harian Jogja, Sabtu 29 November).

digunakan di antara dua buah kata benda.

Komisi III DPR beralasan ada yang janggal dalam sekeksi tersebut.

Konjungsi yang termasuk konjungsi subordinatif atributif. Konjungsi yang digunakan untuk menggabungkan menyatakan ketentuan dan penjelasan yang digunakan di antara kata benda dengan kata sifat.

Tak hanya itu, legislative juga menuding ada keterlibatan pimpinan KPK nonaktif yang sedang dalam proses hokum dalam roadshow tim pansel ke sejumlah daerah.

Konjungsi yang termasuk konjungsi subordinatif atributif. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan ketentuan dan penjelasan yang digunakan di antara kata benda dengan kata sifat.

Sebagai lembaga pengawas pemerintah, tentu sah sah saja DPR mengkritik hal hal yang dianggapnya tidak benar.

Konjungsi yang termasuk konjungsi subordinatif atributif. Konjungsi yang digunakan untuk menyatakan ketentuan dan penjelasan yang digunakan diantara kata benda dengan kata sifat.

Namun perlu diingat, penetapan calon pimpinan KPK ada batas waktunya.

Konjungsi namun termasuk konjungsi koordinatif. Konjungsi namun

merupakan konjungsi antarkalimat. PP Pengupahan mereka anggap tidak adil

karena salah satunya membatasi kenaikan upah 10%-11%.

Konjungsi karena untuk

menghubungkan alasan digunakan di muka klausa yang menjadi anka kalimat pada sebuah kalimat majemuk

bertingkat.

Untuk itu DPR harus bijak dan arif. Konjungsi dan termasuk konjungsi koordinatif. Konjungsi dan digunakan di antara dua buah kata sifat yang

maknanya tidak bertentangan. Konjungsi dan menghubungkan kata „bijak‟ dan „arif‟.

Namun perlu diingat, penetapan calon pimpinan KPK ada batas waktunya.

Konjungsi namun sebagai konjungsi antarkalimat untuk menghubungkan menyatakan pertentangan digunakan di antara dua buah kalimat. Kalimat pertama berisi suatu pernyataan

sedangkan kalimat kedua berisi hal yang kontras dengan pernyataan pada kalimat pertama itu.

Pada 2014, anggaran kebencanaan mencapai Rp530 juta, dan hingga akhir 2015, BPBD hanya dijatah Rp420 juta dari APBD.

Konjungsi hingga digunakan untuk menyatakan batas peristiwa yang menghubungkan angka dan angka.


(2)

Tabel 3: Hasil Analisis Kesalahan Pemakaian Konjungsi

Data (Kalimat) Analisis Data

Dan akhirnya sang anak pun gagal makan makan batu karena mereka tertidur karena terlalu lama menunggu “masakan” sang ibu.

Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat karena konjungsi dan merupakan konjungsi intrakalimat.

Pernah ada bantuan dana namun sudah terhenti sejak 2012 menyusul

diterbitkannya Permendagri No.32/2100 dan No.39/2012 tentang Pemberian Dana Hibah.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Dan kalau bicara rakyat, tentu tidak hanya PNS.

Konjungsi dan tidak bisa ditempatkan di awal kalimat.

Dan biasanya kelaparan hanya sejengkal dengan kemiskinan

Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat.

Dan almarhum mewarisi sikap para leluhur Mataram seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Mangkubumi, dan Pangeran Sambernyawa yang dikenal suka blusukan.

Konjungsi dan tidak bisa diposisikan di awal kalimat.

Jika sampai genap enam tahun, atau

Agustus 2016 mendatang, koleksi Museum Sonobudoyo itu tidak ditemukan maka bisa dihapus dari register cagar budaya

nasional.

Konjungsi jika dan kata maka bukan konjungsi korelatif yang selalu

digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat.

Bisnis ini efektif untuk menyerap angkatan kerja. Dan yang meningkatkan

kemampuan ekonomi masyarakat.

Konjungsi dan tidak bisa ditempatkan di awal kalimat.

Kita juga menghargai apa yang dikatakan Kepala Museum Sonobudoyo Riharyani jika pihaknya tidak pernah berhenti untuk mencari, bahkan sampai meminta

pertolongan dari “orang pintar.

Konjungsi bahkan untuk

menghubungkan menguatkan atau menegaskan, digunakan di antara dua buah klausa atau kalimat. Klausa atau kalimat pertama berisi suatu pernyataan dan klausa atau kalimat kedua berisi pernyataan yang menegaskan isi klausa


(3)

atau kalimat kedua. Maka dengan kata lain, jika reshuffle

memang harus dipilih sebagai perbaikan kerja pemerintah, seyogyanya Jokowi-JK cermat dan cepat.

Konjungsi jika dan kata maka bukan konjungsi korelatif yang selalu

digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat.

Meskipun jika dihitung, menerima satu kali gaji akan lebih tinggi dibandingkan jika mendapatkan kenaikan rutin 10% seperti biasanya.

Double pemakaian konjungsi jika.

Beras asal Vietnam itu bahkan sudah mulai masuk ke Jakarta dan daerah-daerah

lainnya.

Konjungsi bahkan untuk

menghubungkan menguatkan atau menegaskan, digunakan di antara dua buah klausa atau kalimat. Klausa atau kalimat pertama berisi suatu pernyataan dan klausa atau kalimat kedua berisi pernyataan yang menegaskan isi klausa atau kalimat kedua.

Di Bantul, sebuah sepeda motor bahkan hangus dibakar simpatisan.

Konjungsi bahkan tidak tepat untuk kalimat tersebut. Maka konjungsi yang tepat adalah konjungsi malah sebagai pengganti konjungsi bahkan.

Intinya, bandara baru nanti akan menjadi salah satu pintu untuk meningkatkan ekonomi DIY. Dan ujung dari semuanya adalah peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

Konjungsi dan tidak bisa ditempatkan di awal kalimat. Pada kalimat konjungsi dan diposisikan pada awal kalimat.

Dan karena ini diberlakukan di semua bandara di Indonesia, standar pemeriksaan dan pengamanan harus merata.

Konjungsi dan tidak bisa ditempatkan di awal kalimat.

Dan ring ketiga adalah hutan yang diisi harimau.

Konjungsi dan tidak bisa ditempatkan di awal kalimat.

Artinya bukan hanya dinilai dari “karya siapa” namun benar-benar dinilai dari mutu karya si seniman.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat dengan fungsi untuk menghubungkan

menyatakan pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi. Tetapi bagi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD)…….

Konjungsi tapi/tetapi digunakan sebagai konjungsi antarkalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan pertentangan. Pada kalimat di samping konjungsi tetapi tidak bisa menduduki


(4)

posisi awal kalimat. Perhitungan upah buruh untuk 2016 mulai

menggunakan model penghitungan yang baru seperti yang ditetapkan pemerintah.

Pendouble pemakaian konjungsi yang.

Yang sudah meninggal maupun yang masih hidup, semuanya sudah berjasa untuk negeri ini.

Pemakaian konjungsi yang tidak bisa menduduki posisi awal kalimat, karena konjungsi yang menghubungkan subjek dengan keterangannya atau objek dengan keterangannya.

Yang jelas, peristiwa ini menjadi

peringatan bagi siapapun, terutama para guru untuk bisa berperan sebagai saringan terakhir dengan membaca seluruh buku pelajaran yang akan diajarkan...

Pemakaian konjungsi yang tidak bisa menduduki posisi awal kalimat, karena konjungsi yang menghubungkan subjek dengan keterangannya atau objek dengan keterangannya.

Sudah lima tahun barang bersejarah itu hilang, namun hingga sekarang belum ditemukan.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Bangsa yang besar tidak hanya mampu menghargai jasa para pahlawannya. Tapi juga menjaga semua peninggalan

bersejarah para leluhur.

Konjungsi tapi/tetapi digunakan sebagai konjungsi antarkalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan pertentangan. Pada kalimat di samping konjungsi tapi tidak bisa menduduki posisi awal kalimat.

Tapi, apapun yang disimpan di museum adalah barang yang berguna dna identitas bagi suatu bangsa.

Konjungsi tapi tidak bisa menduduki posisi awal kalimat.

Apalagi, pihak Museum Sonobudoyo sudah menyampaikan kritikan jika selama ini pihaknya sudah membentuk tim yang digaji setiap bulan, namun hasil maksimal tak kunjung didapat.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Tapi dia memberanikan diri menjadi pelaut mengarungi berbagai samudera di dunia.

Konjungsi tapi tidak bisa menduduki posisi awal kalimat.

Kini, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) yang mencetak materi publikasi

Konjungsi kemudian digunakan untuk menyatakan urutan waktu atau kejadian


(5)

dan menempelkannya di tempat-tempat yang telah ditentukan. Kemudian, ada pembatasan kampanye rapat besar yang biasanya jadi pertanda mulainya pesta demokrasi.

digunakan di antara dua buah klausa pada sebuah kalimat majemuk setara. Konjungsi kemudian pada contoh di samping digunakan tidak sesuai kaidah yang berlaku, karena tidak berfungsi mengurutkan.

Bandingkan dengan jumlah utang

pemerintah Indonesia pada 2000 yang jauh sedikit, yakni Rp1.234,28 triliun namun rasionya terhadap PDB mencapai 89%.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Sekali lagi Biennale yang merupakan ajang seni internasional sudah saatnya

memberikan nilai lebih.

Pemakaian konjungsi tidak sesuai dengan sifat hubungannya. Tanpa bermaksud menyalahkan siapapun,

namun tuntutannya adalah meminta aparat kepolisian bisa menemukan...”.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Maka dari itu, agar persoalan ini menjadi jelas, maka MKD harus berani

membongkar permasalahan ini tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Pendoubelan pemakaian konjungsi yang memiliki sifat hubungan yang sama.

DPR sebagai lembaga representasi rakyat boleh boleh saja mengkritik tim pansel namun bukan berarti mengesampingkan proses seleksi yang sudah berjalan.

Konjungsi namun tidak bisa digunakan di tengah kalimat, karena konjungsi ini adalah konjungsi antarkalimat bukan intrakalimat dengan fungsi untuk menghubungkan menyatakan

pertentangan. Jadi sebagai pengganti adalah konjungsi tetapi.

Mengingat begitu pentingnya, bandara tersebut, maka wajar jika Gubernur DIY meminta agar pengukuran lahan bandara segera dilakukan untuk kemudian tahapan-tahapan selanjutnya juga akan bisa

dikerjakan.

Konjungsi jika dan kata maka bukan konjungsi korelatif yang selalu

digunakan secara bersamaan dalam satu kalimat.


(6)

BIODATA PENELITI

Sarlyn Esthy Andini Haning, lahir di Waikabubak, 27 Oktober 1994. Ia masuk Sekolah Dasar pada tahun 2000 di SD Masehi 1 Waikabubak dan lulus tahun 2006. Pada tahun 2006-2009 ia menyelesaikan jenjang Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Waikabubak. Kemudian ia melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas pada tahun 2009-2012 di SMA Negeri 1 Waikabubak. Pada tahun 2012 ia melanjutkan studi ke Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada tahun 2016 ia berhasil menyelesaikan studi S1, dengan skripsi yang berjudul “Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja edisi November 2015”.