Yesmil, "Pendidikan Hak Semua Orang".
Pikiran Rakvat
~
o Setasa
2
18
3
19
o Jan 0 Peb
U
Rabu
. Kamis0
8
23
456
20
21
7
22
OMar
OApr
.Mei
9
OJJn
10
24
o Sabtu 0 Minggu
Jumat
11
25
26
0 Jut GAgs
12
27
13
o Sep
28
0
@
Okt
15
29
0
Nov
30
0
16
Des
Yesmil, "Pendidikan
Bak Semua Orang"
Pernyataan Menkes Dinilai tidak Tepat
BANDUNG, (PR).Pemyataan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengenai perlunya pengurangan jumlah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas
Padjdjaran (Unpad) Bandung,
dinilai sebagai bentuk nasionalisme yang picik. Pasalnya, memeroleh pendidikan merupakan hak asasi manusia yang dijamin dalam hukum universal.
Demikian disampaikan ahli
hukum, budayawan, sekaligus
dosen UnpadYesmilAnwar, Rabu (13/5). Menurut dia, pemyataan Menkes tidak tepat dalam
konteks hukum intemasional
yang memberijaminan kemerdekaan mengakses pendidikan
di mana pun bagi setiap orang.
"Kita tidak boleh menghalang-halangi orang yang ingin
menuntut ilmu. Itu hak asasi
setiap pribadi. Janganjadikan
nasionalisme sebagai alasan. .
Ranahnya tidak tepat. ltu ben-
tuk nasionalisme yang picik,"
ujamya.
Menurut Yesmil, dengan telah meratifikasi konvensi internasional tentang hal sipil dan
politik (ICCPR/lntemational
Covenant on Civil and Political
Rights), Indonesia mesti tunduk dengaIi pasal yang dikandung. Salah satunya, mengenai
kebebasan memperoleh akses
pendidikan. Berbagai piagam
intemasional juga mengatur
hal ini.
Yesmil menegaskan, dalam
kenyataannya, jumlah mahasiswa asing di Unpad tidak lebih
dari sepuluh persen dari seluruh jumlah mahasiswa, batas
maksimal yang ditetapkan
Depdiknas. Sebelumnya, Rektor Ganjar Kumia dan Dekan
Eri Surachman juga menying-.
gung fakta ini.
Masyarakat lokal
Pengamat pendidikan Dar-
maningtyas mengatakan, uni- .
versitas sebaiknya tidak berlindung di balik aturan Depdiknas
yang tidak boleh melebihi angka 10%. "Sama saja universitas
itu tidak punya peran sebagai
penjaga kebenaran. Harusnya
kalau aturan Depdiknas salah
(karena meliberalisasi pendidikan tinggi), universitas lah
yang melakukan kontrol terhadap kebijakan Depdiknas, bukan malah memanfaatkan kesalahan tersebut untuk tujuan
ekonomis semata," ujamya.
Kalau negara membiarkan
warganya tidak bisa mengakses
pendidikan akibat dari kebijakan liberalisasi pendidikan, sehingga terkalahkan oleh keberadaan mahasiswa asing, justru negara melanggar HAM. ltu
berpikir yang logis. Tugas masing-masing negara untuk melindung, memenuhi, dan memajukan pendidikan warganya.
(A-t65)***
- K II pin 9 Hum Q5 U n p () d 2 009--
- --.
-
31
-
~
o Setasa
2
18
3
19
o Jan 0 Peb
U
Rabu
. Kamis0
8
23
456
20
21
7
22
OMar
OApr
.Mei
9
OJJn
10
24
o Sabtu 0 Minggu
Jumat
11
25
26
0 Jut GAgs
12
27
13
o Sep
28
0
@
Okt
15
29
0
Nov
30
0
16
Des
Yesmil, "Pendidikan
Bak Semua Orang"
Pernyataan Menkes Dinilai tidak Tepat
BANDUNG, (PR).Pemyataan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari mengenai perlunya pengurangan jumlah mahasiswa asing di Fakultas Kedokteran Universitas
Padjdjaran (Unpad) Bandung,
dinilai sebagai bentuk nasionalisme yang picik. Pasalnya, memeroleh pendidikan merupakan hak asasi manusia yang dijamin dalam hukum universal.
Demikian disampaikan ahli
hukum, budayawan, sekaligus
dosen UnpadYesmilAnwar, Rabu (13/5). Menurut dia, pemyataan Menkes tidak tepat dalam
konteks hukum intemasional
yang memberijaminan kemerdekaan mengakses pendidikan
di mana pun bagi setiap orang.
"Kita tidak boleh menghalang-halangi orang yang ingin
menuntut ilmu. Itu hak asasi
setiap pribadi. Janganjadikan
nasionalisme sebagai alasan. .
Ranahnya tidak tepat. ltu ben-
tuk nasionalisme yang picik,"
ujamya.
Menurut Yesmil, dengan telah meratifikasi konvensi internasional tentang hal sipil dan
politik (ICCPR/lntemational
Covenant on Civil and Political
Rights), Indonesia mesti tunduk dengaIi pasal yang dikandung. Salah satunya, mengenai
kebebasan memperoleh akses
pendidikan. Berbagai piagam
intemasional juga mengatur
hal ini.
Yesmil menegaskan, dalam
kenyataannya, jumlah mahasiswa asing di Unpad tidak lebih
dari sepuluh persen dari seluruh jumlah mahasiswa, batas
maksimal yang ditetapkan
Depdiknas. Sebelumnya, Rektor Ganjar Kumia dan Dekan
Eri Surachman juga menying-.
gung fakta ini.
Masyarakat lokal
Pengamat pendidikan Dar-
maningtyas mengatakan, uni- .
versitas sebaiknya tidak berlindung di balik aturan Depdiknas
yang tidak boleh melebihi angka 10%. "Sama saja universitas
itu tidak punya peran sebagai
penjaga kebenaran. Harusnya
kalau aturan Depdiknas salah
(karena meliberalisasi pendidikan tinggi), universitas lah
yang melakukan kontrol terhadap kebijakan Depdiknas, bukan malah memanfaatkan kesalahan tersebut untuk tujuan
ekonomis semata," ujamya.
Kalau negara membiarkan
warganya tidak bisa mengakses
pendidikan akibat dari kebijakan liberalisasi pendidikan, sehingga terkalahkan oleh keberadaan mahasiswa asing, justru negara melanggar HAM. ltu
berpikir yang logis. Tugas masing-masing negara untuk melindung, memenuhi, dan memajukan pendidikan warganya.
(A-t65)***
- K II pin 9 Hum Q5 U n p () d 2 009--
- --.
-
31
-