makalah hakikat manusia menurut islam.do

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Hakikat Manusia Menurut Islam”.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Agama
Islam di Universitas Potensi Utama Medan
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan
maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari
semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen
kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini.

Tim Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Hakikat
B. Pengertian Manusia
C. Tujuan Penciptaan Manusia
D. Fungsi dan Peran Manusia
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
F. Hakikat Manusia
BAB III Penutup
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang manusia dan agama dalam Islam adalah membicarakan sesuatu yang sangat
klasik namun senantiasa aktual. Berbicara tentang kedua hal tersebut sama saja dengan berbicara
tentang kita sendiri dan keyakinan asasi kita sebagai makhluk Tuhan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘manusia’ diartikan sebagai ‘makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain); insan; orang’ (1989:558). Menurut pengertian ini manusia

adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk dapat menguasai
makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatannya. Dalam bahasa Arab, kata ‘manusia’
ini bersepadan dengan kata-kata nâs, basyar, insân, mar’u, ins dan lain-lain. Meskipun
bersinonim, namun kata-kata tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata
nâs misalnya lebih merujuk pada makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyar
lebih menunjuk pada makna manusia sebagai makhluk biologis. Begitu juga dengan kata-kata
lainnya.
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian hakikat dan manusia itu ?
2) Apa saja tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia ?
3) Bagaimana tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT ?
4) Apa saja hakikat manusia itu ?
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui pengertian hakikat dan manusia.
2) Untuk mengetahui tujuan penciptaan manusia serta fungsi dan peran manusia
3) Untuk mengetahui tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah SWT
4) Untuk mengetahui Apa saja hakikat manusia itu.

BAB II
PEMBAHASAN

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM
A. Pengertian Hakikat
Menurut bahasa hakikat berarti kebenaran atau seesuatu yang sebenar-benarnya atau asal segala
sesuatu. Dapat juga dikatakan hakikat itu adalah inti dari segala sesuatu atau yang menjadi jiwa
sesuatu. Karena itu dapat dikatakan hakikat syariat adalah inti dan jiwa dari suatu syariat itu
sendiri. Dikalangan tasauf orang mencari hakikat diri manusia yang sebenarnya karena itu
muncul kata-kata diri mencari sebenar-benar diri. Sama dengan pengertian itu mencari hakikat
jasad, hati, roh, nyawa, dan rahasia.
B. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah swt.
Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan tugas mereka
sebagai khalifah di muka dumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah.
Membicarakan tentang manusia dalam pandangan ilmu pengetahuan sangat bergantung
metodologi yang digunakan dan terhadap filosofis yang mendasari.
Para penganut teori psikoanalisis menyebut manusia sebagai homo volens (makhluk
berkeinginan). Menurut aliran ini, manusia adalah makhluk yang memiliki perilaku interaksi
antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan social (superego). Di dalam diri manusia
tedapat unsur animal (hewani), rasional (akali), dan moral (nilai).
Para penganut teori behaviorisme menyebut manusia sebagai homo mehanibcus (manusia
mesin). Behavior lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (aliran yang menganalisa jiwa

manusia berdasarkan laporan subjektif dan psikoanalisis (aliran yang berbicara tentang alam
bawa sadar yang tidak nampak). Behavior yang menganalisis prilaku yang Nampak saja.
Menurut aliran ini segala tingkah laku manusia terbentuk sebagai hasil proses pembelajaran
terhadap lingkungannya, tidak disebabkan aspek.

Para penganut teori kognitif menyebut manusia sebagai homo sapiens (manusia berpikir).
Menurut aliran ini manusia tidak di pandang lagi sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif
pada lingkungannya, makhluk yang selalu berfikir. Penganut teori kognitif mengecam pendapat
yang cenderung menganggap pikiran itu tidak nyata karena tampak tidak mempengaruhi
peristiwa. Padahal berpikir , memutuskan, menyatakan, memahami, dan sebagainya adalah fakta
kehidupan manusia.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia,
akan tetapi memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan al-nas.
Kata basyar dalam al-quran disebutkan 37 kali salah satunya al-kahfi : innama anaa basyarun
mitlukum (sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Kata basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis, seperti asalnya dari tanah liat, atau lempung kering (al-hijr
: 33 ; al-ruum : 20), manusia makan dan minum (al-mu’minuum : 33).
Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali, diantaranya (al-alaq : 5), yaitu allamal
insaana maa lam ya’ (dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya). Konsep islam
selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berpikir,

diberi ilmu, dfan memikul amanah (al-ahzar : 72). Insan adalah makhluk yang menjadi
(becoming) dan terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata al-nas disebut sebanyak 240 kali, seperti al-zumar : 27 walakad dlarabna linnaasi fii haadzal
quraani min kulli matsal (sesungguhnya telah kami buatkan bagi manusia dalam al-quran ini
setiap macam perumpamaan). Konsep al-nas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk
social atau secara kolektif.
Dengan demikian Al-Quran memandang manusia sebagai makhluk biologis, psikologis, dan
social. Manusia sebagai basyar, diartikan sebagai makhluk social yang tidak biasa hidup tanpa
bantuan orang lain dan atau makhluk lain.

Sebenarnya manusia itu terdiri dari 3 unsur yaitu :
1. Jasmani. Terdiri dari air, kapur, angin, api dan tanah.
2. Ruh. Terbuat dari cahaya (nur). Fungsinya hanya untuk menghidupkan jasmani saja.
3. Jiwa. Manusia memiliki fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat
dilahirkan ke dunia. Potensi yang dimiliki manusia dapat di kelompokkan pada dua hal yaitu
potensi fisik dan potensi rohania. Ibnu sina yang terkenal dengan filsafat jiwanya menjelaskan
bahwa manusia adalah makhluk social dan sekaligus makhluk ekonomi. Manusia adalah
makhluk social untuk menyempurnakan jiwa manusia demi kebaikan hidupnya, karena manusia
tidak hidup dengan baik tanpa ada orang lain. Dengan kata lain manusia baru bisa mencapai
kepuasan dan memenuhi segala kepuasannya bila hidup berkumpul bersama manusia.

Asal Mula Manusia “Teori Evolusi Darwin dan Nabi Adam a.s”
Jika kita berdebat tentang asal mula manusia, maka yang terpikir pertama kali dipikiran adalah
teori evolusi Charles Darwin. Dalam teori evolusi Charles Darwin dijelaskan bahwa manusia
pertama adalah kera, sedangkan dalam kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an, dijelaskan bahwa
manusia pertama adalah Nabi adam a.s. Namun, hingga saat ini para ilmuwan masih terus
mencari bukti untuk memastikan asal mula manusia.
1. Teori Asal Mula Manusia menurut Charles Darwin
Pernyataan Darwin mendukung bahwa manusia modern berevolusi dari sejenis makhluk yang
mirip kera. Selama proses evolusi tanpa bukti ini yang diduga telah dimulai dari 5 atau 6 juta
tahun yang lalu, dinyatakan bahwa terdapat beberapa bentuk peralihan antara manusia modern
dan nenek moyangnya. Ditetapkanlah empat kelompok dasar sebagai berikut di bawah ini :
a. Australophithecines
b. Homo habilis
c. Homo erectus
d. Homo sapiens
Genus yang dianggap sebagai nenek moyang manusia yang mirip kera tersebut oleh evolusionis
digolongkan sebagai Australopithecus, yang berarti "kera dari selatan". Australophitecus, yang
tidak lain adalah jenis kera purba yang telah punah, ditemukan dalam berbagai bentuk. Beberapa

dari mereka lebih besar dan kuat dan tegap, sementara yang lain lebih kecil dan rapuh dan lemah.

Dengan menjabarkan hubungan dalam rantai tersebut sebagai "Australopithecus > Homo Habilis
> Homo erectus > Homo sapiens," evolusionis secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap
jenis ini adalah nenek moyang jenis selanjutnya.
2. Asal Mula Manusia berdasarkan Al-Qur'an (Nabi Adam a.s)
Saat Allah Swt. merencanakan penciptaan manusia, ketika Allah mulai membuat “cerita” tentang
asal-usul manusia, Malaikat Jibril seolah khawatir karena takut manusia akan berbuat kerusakan
di

muka

bumi.

Di

dalam

Al-Quran,

kejadian


itu

diabadikan.

"...Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Sesungguhnya, Aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud"(QS. Al Hijr:
28-29).
Firman inilah yang membuat malaikat bersujud kepada manusia, sementara iblis tetap dalam
kesombongannya dengan tidak melaksanakan firman Allah. Inilah dosa yang pertama kali
dilakukan oleh makhluk Allah yaitu kesombongan. Karena kesombongan tersebut Iblis menjadi
makhluk paling celaka dan sudah dipastikan masuk neraka. Kemudian Allah menciptakan Hawa
sebagi teman hidup Adam. Allah berpesan pada Adam dan Hawa untuk tidak mendekati salah
satu buah di surga, namun Iblis menggoda mereka sehingga terjebaklah Adam dan Hawa dalam
kondisi yang menakutkan. Allah menghukum Adam dan Hawa sehingga diturunkan kebumi dan
pada akhirnya Adam dan Hawa bertaubat. Taubat mereka diterima oleh Allah, namun Adam dan
Hawa menetap dibumi. Baca Surat Al-Baqarah Ayat 33-39.
Adam adalah ciptaan Allah yang memiliki akal sehingga memiliki kecerdasan, bisa menerima
ilmu pengetahuan dan bisa mengatur kehidupan sendiri. Inilah keunikan manusia yang Allah

ciptakan untuk menjadi penguasa didunia, untuk menghuni dan memelihara bumi yang Allah
ciptakan. Dari Adam inilah cikal bakal manusia diseluruh permukaan bumi. Melalui
pernikahannya dengan Hawa, Adam melahirkan keturunan yang menyebar ke berbagai benua

diseluruh penjuru bumi; menempati lembah, gunung, gurun pasir dan wilayah lainnya diseluruh
penjuru

bumi.

Hal

ini

dijelaskan

dalam

firman

Allah


SWT

yang

berbunyi:

"...Dan sesungguhnya Kami muliakan anak-anak Adam; Kami angkut mereka didaratan dan di
lautan; Kami berikan mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyak makhluk yang telah Kami ciptakan."(QS. al-Isra' [17]:
70)
Demikianlah dua pendapat tentang asal mula manusia. Tentang siapa sebenarnya manusia
pertama di bumi, mugkin kami lebih memilih bahwa Adam a.s adalah manusia pertama sesuai
dengan apa yang ada dalam Al-Quran. Apakah kalian setuju bahwa Nabi Adam a.s adalah nenek
moyang manusia? Tergantung pada kepercayaan kalian masing-masing.
C. Tujuan Penciptaan Manusia
Tujuan penciptaan manusia adalah menyembah kepada penciptanya yaitu Allah. Pengertian
penyembahan kepada Allah tidak bisa di artikan secara sempit, dengan hanya membayangkan
aspek ritual yang tercermin dalam shalat saja. Penyembahan berarti ketundukan manusia dalam
hokum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yamg menyangkut hubungan

manusia dengan tuhan maupun manusia dengan manusia.
Oleh kerena penyembahan harus dilakukan secara suka rela, karena Allah tidak membutuhkan
sedikitpun pada manusia karena termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Penyembahan yang sempurna dari seorang manusia adalah akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah Allah di muka bumi dalam mengelolah alam semesta. Keseimbangan pada kehidupan
manusia dapat terjaga dengan hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah ciptakan.
D. Fungsi dan Peran Manusia
Berpedoman pada Al-Quran surah al-baqarah ayat 30-36, status dasar manusia yang
mempelopori oleh adam AS adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai penerus

ajaran Allah maka peran yang dilakukan adalah penerus pelaku ajaran Allah dan sekaligus
menjadi pelopor membudayakan ajaran Allah Swt.
Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang ditetapkan oleh Allah di
antaranya adalah:
1. Belajar
2. Mengajarkan ilmu
3. Membudayakan ilmu
Oleh karena itu semua yang dilakukan harus untuk kebersamaan sesama ummat manusia dan
hamba Allah, serta pertanggung jawabannya pada 3 instansi yaitu pada diri sendiri, pada
masyarakat, pada Allah SWT.
E. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba dan Khalifah Allah SWT
1) Tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah SWT
Makna yang esensial dari kata abd’ (hamba) adalah ketaatan, ketundukan, dan kepatuhan
manusia hanya layak diberikan kepada Allah SWT yang dicerminkan dalam ketaatan, kepatuhan
dan ketundukan pada kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam al-quran dinyatakan dengan “quu anfusakun waahlikun naran” (jagalah
dirimu dan keluargamu dengan iman dari api neraka).
2) Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah SWT
Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat dan harus dipertanggungjawabkan
dihadapannya. Tugas hidup yang di muka bumi ini adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengolaan dan pemeliharaan alam.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah
memegang mandat tuhan untuk mewujud kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan
manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang
ada di muka bumi untuk kepentingan hidpnya.

Oleh karena itu hidup manusia, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah. Kerja
keras yang tiada henti sebab bekerja sebagai seorang muslim adalah membentuk amal saleh.
F. Hakikat Manusia
Hakikat manusia adalah sebagai berikut :
1) Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
2) Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
3) Seseorang yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan
mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
4) Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
selama hidupnya.
5) Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati.
6) Individu yang mudah terpengaruh oleh lingkungan terutama dalam bidang sosial.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi manusia merupakan makhluk yang luar biasa kompleks. Sedemikian sempurna manusia
diciptakan oleh Sang Pencipta dan manusia tidak selalu diam karena dalam setiap kehidupan
manusia selalu ambil bagian. Kita sebagai manusia harus menjadi individu yang berguna untuk
diri sendiri dan orang lain.
Manusia itu tidak sepenuhnya sempurna, dalam kehidupan yang kita jalani pasti selalu ada
masalah yang tidak bisa kita selesaikan, oleh karena itu juga membutuhkan bantuan dari orang
lain, karena manusia adalah makhluk sosial sama seperti yang lain karena manusia tidak bisa
berdiri sendiri, dalam hal agama kita juga mempunyai banyak maka dari itu kita harus saling
menghargai dan mengasihi karena kita sama-sama makhluk yang diciptakan tidak ada bedanya ,
selain itu dalam hidup manusia juga terdapat banyak aturan yang harus kita patuhi sebagai umat
manusia.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.tugasku4u.com/2013/05/makalah-hakikat-manusia-menurut-islam.html
Abuddin Nata, AL-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998.
Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum, Jakarta :
Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2001.
Hamdan Mansoer, dkk, Materi Instruksional Pendidikan Agama Islam, Jakarta : Direktorat
Perguruan Tinggi Agama Islam, 2004
Murthada Muthahhari, Perspektif Al-Qur’an Tentang Manusia dan Agama, Bandung : Mizan,
1990.
Nanih Machendrawaty & Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Jakarta :
Rineka Cipta, 2004
Muhammadong. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Pendidikan Agama
Islam Universitas Negeri Makassar.
Abdullah, Abd. Malik. 2009. Pendidikan Agama Islam. Makassar : Tim Dosen Penididikan
Agama Islam Universitas Negeri Makassar.