status tanah garapan eks tanah partikelir yang dikuasai masyarakat di Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Dikaitkan dengan Undang-Undang No 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
STATUS TANAH GARAPAN EKS TANAH PARTIKELIR YANG
DIKUASAI MASYARAKAT DI KECAMATAN MUARAGEMBONG
KABUPATEN BEKASI DIKAITKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
ABSTRAK
DANNY SETIADI
110110080296
Tanah garapan yang berada di Kecamatan Muaragembong
merupakan tanah eks partikelir yang seharusnya kembali kepada negara
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan
Tanah Partikelir
tetapi pada kenyataannya tanah tersebut dikuasai dan
digarap oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
karena masyarakat bergantung kepada hasil garapan tanah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status tanah garapan eks partikelir
yang dikuasai oleh masyarakat Muaragembong Kabupaten Bekasi dan untuk
mengetahui perlindungan hukum masyarakat yang bermukim dan
memanfaatkan tanah tersebut.
Metode pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif dan sifat penelitiannya deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan berupa studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder
dan di dukung studi lapangan berupa wawancara dengan pihak-pihak terkait
yang kemudian dianalisis secara yuridis normatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status tanah
eks partikelir di Kecamatan Muaragembong merupakan tanah negara
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan
Tanah Partikelir. Negara selanjutnya memberikan kewenangan kepada
Kementerian Kehutanan untuk mengelolanya tetapi pada kenyataannya
tanah tersebut sudah bukan merupakan tanah kehutanan lagi, dengan
demikian perlu dikaji ulang status tanah tersebut oleh Kementerian
Kehutanan atau membuat Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang
perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan kecuali kawasan
tepi pantai yang harus tetap dijadikan kawasan lindung. Perlindungan hukum
bagi masyarakat yaitu dengan cara mengajukan permohonan kepemilikan
tanah setelah adanya izin pelepasan kawasan hutan dan adanya tanah
pengganti berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 apabila
jika tidak ada tanah pengganti masyarakat dapat membayar biaya pelepasan
tanah kawasan hutan dengan biaya murah atau membayar uang sewa.
DIKUASAI MASYARAKAT DI KECAMATAN MUARAGEMBONG
KABUPATEN BEKASI DIKAITKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG PERATURAN
DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
ABSTRAK
DANNY SETIADI
110110080296
Tanah garapan yang berada di Kecamatan Muaragembong
merupakan tanah eks partikelir yang seharusnya kembali kepada negara
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan
Tanah Partikelir
tetapi pada kenyataannya tanah tersebut dikuasai dan
digarap oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
karena masyarakat bergantung kepada hasil garapan tanah tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status tanah garapan eks partikelir
yang dikuasai oleh masyarakat Muaragembong Kabupaten Bekasi dan untuk
mengetahui perlindungan hukum masyarakat yang bermukim dan
memanfaatkan tanah tersebut.
Metode pedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis
normatif dan sifat penelitiannya deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan berupa studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder
dan di dukung studi lapangan berupa wawancara dengan pihak-pihak terkait
yang kemudian dianalisis secara yuridis normatif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status tanah
eks partikelir di Kecamatan Muaragembong merupakan tanah negara
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1958 Tentang Penghapusan
Tanah Partikelir. Negara selanjutnya memberikan kewenangan kepada
Kementerian Kehutanan untuk mengelolanya tetapi pada kenyataannya
tanah tersebut sudah bukan merupakan tanah kehutanan lagi, dengan
demikian perlu dikaji ulang status tanah tersebut oleh Kementerian
Kehutanan atau membuat Peraturan Daerah Kabupaten Bekasi tentang
perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan kecuali kawasan
tepi pantai yang harus tetap dijadikan kawasan lindung. Perlindungan hukum
bagi masyarakat yaitu dengan cara mengajukan permohonan kepemilikan
tanah setelah adanya izin pelepasan kawasan hutan dan adanya tanah
pengganti berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2012 apabila
jika tidak ada tanah pengganti masyarakat dapat membayar biaya pelepasan
tanah kawasan hutan dengan biaya murah atau membayar uang sewa.