Pemerintah Perlu Perhatikan Prodi Pertanian.
MEDIA IND@NESIA
o Selasa o Rabu o Kamis 0 Jumat
4
5
20
6
21
o Mar OApr
7
22
OMei
8
23
9
10
24
11
25
o
. Sabtu
Minggu
12
26
27
13
14
28
OJun OJul . Ags OSep OOkt
15
29
16
30
ONov
31
ODes
Pemerintah Perlu
Perhatikan Prodi Pertanian
C
UKUP mengagetkan ketika ada
7.729 kursi yang disediakan pada
seleksi nasional masuk perguruan
tinggi negeri (SMPTN) tahun ini
tidak diminati. Kursi kosong itu sebanyak
7,7% dari 100.235 kursi yang disediakan.
Jumlah tersebut sangat ironis karena berdasarkan data dari panitia SNMPTN, kursi
kosong itu tersebar di 42 perguruan tinggi
negeri (PTN) dari 57 PTN yang berpartisipasi pada SNMPTN tahun ini.
Berdasarkan data dari panitia SNMPTN,
yang terbanyak tidak terpenuhi adaIah PTNPTN dari bagian Indonesia limur. Namun
yang lebih miris, dari bangku kosong yang
-masih tersisa di 42 PTN itu terungkap fakta
bahwa program studi (prodi) seperti pertanian, peternakan, perikanan, antropologi,
dan arkeologi kurang populer di kalangan
calon mahasiswa.
"Sebagai negara agraris kita miris karena
minat calon mahasiswa pada program studi
pert ani an dan peternakan di PTN dalam
lima tahun terakhir ini menurun. Kenyataan
ini bisa menjadi born waktu jika dibiarkan terus karena tak akan ada lagi lulusan
pertanian," ungkap Ketua Umum Panitia
Pelaksana SNMPTN Haris Supratno kepada
wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Haris, ada sejumlah alasan dari
para calon mahasiswa. Misalnya, kurang
lakunya lulusan pertanian dan peternakan
dalam kesempatan mencari kerja ketika mahasiswa menyelesaikan kuliah. ltu
mengakibatkan banyak lulusan membuka
usaha sendiri atau mencoba peruntungan di
bidang pekerjaan yang bukan bagian dari
keahlian yang dimiliki.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Priyo Suprobo, yang juga Koordinator
Teknologi Informasi SNMPTN 2009, menambahkan bahwa seharusnya pemerintah
memprioritaskan bidang pertanian.
Rektor Universitas Mataram Mansur
Mashum, -yang
- juga Sekretaris
-.z;;.__Umum Pani-'
---
-
_.-
.--.---
Kliping
Humos
tia SNMPTN 2009, mengatakan upaya revitalisasi fakultas pertanian selama ini terus
dilakukan dan Diljen Pendidikan linggi pun
mendukung. "Sekarang tugas PTN untuk
berusaha supaya sarjana pertanian tidak
bekerja di luar bidangnya," ujar Mansur.
Kasus ini, disoroti Mansur, misalnya
dalam pengangkatan calon pegawai negeri
sipil (PNS) di banyak kota dan kabupaten
yang tidak membuka lowongan bagi sarjana
pertanian. Padahal, banyak kota dan kabupaten yang ekonominya berbasis pertanian. "Sebagai negara agraris, harusnya
pemerintah daerah lebih memperhatikan
dan membutuhkan lulusan pertanian atau
peternakan," kata Mansur.
Di sisi lain, Rektor Institut Teknologi
Bandung (ITB) Djoko Santoso justru meminta kalangan PTN yang memiliki prodi
bidang pertanian namun tidak diminati
perlu mengevaluasi prodi-prodi yang ada di
fakultas pertanian.
"Perlu dipikirkan ke depan bagaimana
pengembangan teknologi dan industri ke
depan agar prodi-prodi yang ada di fakultas
pertanian banyak diminati calon mahasiswa," kata Djoko, kemarin.
Pemerintah pun, kata Djoko, memiliki
peran untuk menumbuhkembangkan
prodiprodi di fakultas pertanian khususnya,
dengan cara memfokuskan industri yang
berbasis pada pertanian hingga ke pelosok
daerah, karena Indonesia terkenal sebagai
negara agraris. "Jika ini dilakukan, tidak
akan ada lagi prodi-prodi di bidang pertanian yang tidak diminati," ujarnya.
Di sisi lain, pengamat pendidikan dari
Universitas Paramadina Utomo Dananjaya
mengatakan pemerintah perlu mengembangkan sistem pendidikan yang kontekstual dan learning. Artinya, apa yang dipelajari
oleh masyarakat, alamlah sumber belajar.
Jadi, PTN yang ada di wilayah itu harus
mengedepankan prodi-prodi bidang pertanian. (Dik/S-3)
--
Unpod
2009
,
o Selasa o Rabu o Kamis 0 Jumat
4
5
20
6
21
o Mar OApr
7
22
OMei
8
23
9
10
24
11
25
o
. Sabtu
Minggu
12
26
27
13
14
28
OJun OJul . Ags OSep OOkt
15
29
16
30
ONov
31
ODes
Pemerintah Perlu
Perhatikan Prodi Pertanian
C
UKUP mengagetkan ketika ada
7.729 kursi yang disediakan pada
seleksi nasional masuk perguruan
tinggi negeri (SMPTN) tahun ini
tidak diminati. Kursi kosong itu sebanyak
7,7% dari 100.235 kursi yang disediakan.
Jumlah tersebut sangat ironis karena berdasarkan data dari panitia SNMPTN, kursi
kosong itu tersebar di 42 perguruan tinggi
negeri (PTN) dari 57 PTN yang berpartisipasi pada SNMPTN tahun ini.
Berdasarkan data dari panitia SNMPTN,
yang terbanyak tidak terpenuhi adaIah PTNPTN dari bagian Indonesia limur. Namun
yang lebih miris, dari bangku kosong yang
-masih tersisa di 42 PTN itu terungkap fakta
bahwa program studi (prodi) seperti pertanian, peternakan, perikanan, antropologi,
dan arkeologi kurang populer di kalangan
calon mahasiswa.
"Sebagai negara agraris kita miris karena
minat calon mahasiswa pada program studi
pert ani an dan peternakan di PTN dalam
lima tahun terakhir ini menurun. Kenyataan
ini bisa menjadi born waktu jika dibiarkan terus karena tak akan ada lagi lulusan
pertanian," ungkap Ketua Umum Panitia
Pelaksana SNMPTN Haris Supratno kepada
wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurut Haris, ada sejumlah alasan dari
para calon mahasiswa. Misalnya, kurang
lakunya lulusan pertanian dan peternakan
dalam kesempatan mencari kerja ketika mahasiswa menyelesaikan kuliah. ltu
mengakibatkan banyak lulusan membuka
usaha sendiri atau mencoba peruntungan di
bidang pekerjaan yang bukan bagian dari
keahlian yang dimiliki.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Priyo Suprobo, yang juga Koordinator
Teknologi Informasi SNMPTN 2009, menambahkan bahwa seharusnya pemerintah
memprioritaskan bidang pertanian.
Rektor Universitas Mataram Mansur
Mashum, -yang
- juga Sekretaris
-.z;;.__Umum Pani-'
---
-
_.-
.--.---
Kliping
Humos
tia SNMPTN 2009, mengatakan upaya revitalisasi fakultas pertanian selama ini terus
dilakukan dan Diljen Pendidikan linggi pun
mendukung. "Sekarang tugas PTN untuk
berusaha supaya sarjana pertanian tidak
bekerja di luar bidangnya," ujar Mansur.
Kasus ini, disoroti Mansur, misalnya
dalam pengangkatan calon pegawai negeri
sipil (PNS) di banyak kota dan kabupaten
yang tidak membuka lowongan bagi sarjana
pertanian. Padahal, banyak kota dan kabupaten yang ekonominya berbasis pertanian. "Sebagai negara agraris, harusnya
pemerintah daerah lebih memperhatikan
dan membutuhkan lulusan pertanian atau
peternakan," kata Mansur.
Di sisi lain, Rektor Institut Teknologi
Bandung (ITB) Djoko Santoso justru meminta kalangan PTN yang memiliki prodi
bidang pertanian namun tidak diminati
perlu mengevaluasi prodi-prodi yang ada di
fakultas pertanian.
"Perlu dipikirkan ke depan bagaimana
pengembangan teknologi dan industri ke
depan agar prodi-prodi yang ada di fakultas
pertanian banyak diminati calon mahasiswa," kata Djoko, kemarin.
Pemerintah pun, kata Djoko, memiliki
peran untuk menumbuhkembangkan
prodiprodi di fakultas pertanian khususnya,
dengan cara memfokuskan industri yang
berbasis pada pertanian hingga ke pelosok
daerah, karena Indonesia terkenal sebagai
negara agraris. "Jika ini dilakukan, tidak
akan ada lagi prodi-prodi di bidang pertanian yang tidak diminati," ujarnya.
Di sisi lain, pengamat pendidikan dari
Universitas Paramadina Utomo Dananjaya
mengatakan pemerintah perlu mengembangkan sistem pendidikan yang kontekstual dan learning. Artinya, apa yang dipelajari
oleh masyarakat, alamlah sumber belajar.
Jadi, PTN yang ada di wilayah itu harus
mengedepankan prodi-prodi bidang pertanian. (Dik/S-3)
--
Unpod
2009
,