PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PEMBELAJARAN TIPE TPS PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP DI SMP SWASTA GKPI PADANG BULAN MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012.
PERBEDAAN HASIL BELAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN
QUANTUM TEACHING DENGAN PEMBELAJARAN TIPE TPS PADA
POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SEMESTER
GENAP DI SMP SWASTA GKPI PADANG BULAN MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012
OLEH :
HENDRA PRIMA SIDABUTAR
NIM. 0510310662
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012
"Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Pembelajaran Quantum Teaching Dengan
Judul
Pembelajaran
Tipe TPS Pada Pokok
Lingkarad Siswa Kelas
VIII
Bahasan
Senester Genap di SMP
Swasta GKPI Padang Bulan Medan Tahun Pelajaran
2t11/2012
'.
Nama Mahasiswa
Hendra Prima Sidabutar
NIM.
0510310662
Program Studi
Pendidikan Matematika
.Irlrosrn
Matematika
Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Mukhtar. M.Pd
NrP. 195908071983031033
Mengetahui
:
Jurusan Matematik,
Kelu,
Z:l..jtii'"\
ct-t
i:
t
,3
;lt
-.+-
-,-'!t: ttabel yaitu 1,724 > 1,667 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe Quantum Teaching
lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII SMP Swasta GKPI
Padang Bulan Medan T.A. 2011/2012.
DAFTAR ISI
..................................................................................................................... Halaman
Lembar Pengesahan
i
Abstrak
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Lampiran
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
1
1
6
6
6
6
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.2 Pengertian Belajar
2.1.3 Strategi Belajar Mengajar
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
2.1.4.3 Aktivasi dalam Belajar
2.1.5 Pembelajaran Quantum Teaching
2.1.5.1 Pengertian Quantum Teaching
2.1.5.2 Asas Utama Quantum Teaching
2.1.5.3 Prinsip – Prinsip Quantum Teaching
2.1.5.4 Pembelajaran Quantum Teaching dan Proses Belajar Mengajar
2.1.5.5 Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
2.1.6 Petunjuk Pelaksanaan Quantum Teaching
2.1.7 Model Pembelajaran Tipe TPS
2.1.7.1 Langkah – langkah Pembelajaran tipe TPS
2.2
LINGKARAN
2.3
Kerangaka Berpikir
2.4
Hipotesis penelitian
8
8
8
8
9
10
10
11
11
11
11
11
13
13
16
18
23
24
25
31
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
3.2.2 Sampel Penelitian
3.3
Variabel Penelitian
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
33
33
33
33
33
34
34
3.5
3.6
Instrumen Penelitian
Teknik Analisisa Data
34
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas
4.2.2 Uji Homogenitas
4.2.3 Pengujian Hipotesis
4.2.3.1 Hasil Belajar
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
38
38
38
39
39
39
40
41
41
41
45
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
45
45
47
DAFTAR TABEL
..................................................................................................................... Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan Pembelajaran Quantum Teaching dengan TPS
24
Tabel 3.1
Desain Penelitian
34
Tabel 4.1.
Data Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
44
Tabel 4.2.
Data postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
45
Tabel 4.3.
Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas
39
Tabel 4.4.
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
40
Tabel 4.5.
Data Hasil Uji Homogenitas
40
DAFTAR GAMBAR
...........................
............. Halaman
Gambar 2.1
24
Gambar 2.2
26
Gambar 2.3
27
Gambar 2.4
28
Gambar 2.5
28
Gambar 2.6
29
Gambar 2.7
29
Gambar 2.8
30
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................................................... Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
48
Lampiran 2
Tes Kemampuan Awal (pre Test) Siswa
64
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa
68
Lampiran 4
Kisi-kisi Post Tes
77
Lampiran 5
Soal Post Tes
78
Lampiran 6
Lembar Jawaban Aktivitas Siswa
82
Lampiran 10 Lembar Validasi soal
87
Lampiran 11 Tabulasi Data Perhitungan Validitas Soal
88
Lampiran 12 Perhitungan Validitas Soal
90
Lampiran 13 Tabulasi Data Perhitungan Reliabilitas Soal
93
Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Soal
95
Lampiran 15 Prosedur Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
97
Lampiran 16 Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
99
Lampiran 17 Perhitungan Daya Pembeda Soal
101
Lampiran 18 Rangkuman Analisis Butir
103
Lampiran 19 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
105
Lampiran 20 Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
107
Lampiran 21 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
110
Lampiran 22 Perhitungan Rata-Rata, Varians, Dan Simpangan Baku Hasil
Belajar Siswa Kelas Eksperimen I Dan Eksperimen II
114
Lampiran 23 Perhitungan Uji Normalitas Data Hasil Belajar
117
Lampiran 24 Perhitungan Uji Homogenitas Data Hasil Belajar
121
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi ( IPTEK ), khususnya
teknologi sekarang ini telah memberikan dampa positif dalam aspek kehidupan
manusia termasuk dengan aspek pendidikan. Hal ini menempatkan matapelajaran
matematika sebagai pelajaran yanag penting untuk dipelajari, sebab matematika
merupakan salah satu dasar untuk memahami dan mengembangkan teknologi.
Randahnya tingkat hasil belajar matematika siswa sudah menjadi permasalahan
umum dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan matematika. “Hal ini
terlihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Semoel (2011) (http://wordpress.com) mengungkapkan :
”Rata-rata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling rendah, yaitu 7,49
dengan nilai tertinggi mencapai 9,90 dan yang terendah 0,80. Angka ini tak jauh
berbeda dengan rata-rata nilai mata pelajaran Matematika, yaitu 7,50, dengan nilai
tertinggi 10,00 dan terendah 0,80. Adapun mata pelajaran IPA, rata-rata nilainya
7,60 dengan nilai tertinggi 10,00 dan terendah 1,00. Sementara itu rata-rata nilai
Bahasa Inggris paling tinggi. Rata-ratanya mencapai 7,65 dengan nilai tertinggi
10,00 dan terendah 0,90.”
Sementara dari (http://waspada.co.id) mengungkapkan bahwa :
“Sebanyak 6.858 siswa SMP/SMPT/SMPBL/MTs di Provinsi Sumatera
Utara dinyatakan belum lulus dan harus mengikuti ujian ulangan.
Sementara untuk Medan sendiri siswa yang tidak lulus mencapai 2.155
orang atau 5,23 persen dari 41.173 peserta ujian”
Penyebab rendahnya mutu pelajaran matematika adalah disebabkan oleh beberapa
faktor . Menurut Tjahjono(2000:47) Hal ini disebabkan oleh:
1. siswa masih belum menyadari manfaat matematika dalam kehidupannya.
2. Banyak siswa bahwa matematika itu adalah pelajaran yang membosankan.
Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika
menimbulkan ketidaksukaan siswa pada pelajaran matematika, yang jelas
2
berdampak pada sikap siswa terhadap guru yang bersangkutan.. tidak sedikit guru
matematika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena
ketidakberhasilan siswa dalam belajar matematika. Nilai yang buruk dalam tes
formatif dan sumatif matematika, hal ini cenderung menempatkan guru sebagai
penyebab kegagalan dimata orang tua dan siswa itu sendiri. Sikap siswa akan
sangat berbeda terhadap guru lain misalnya guru kesenian , guru olahraga, dll.
Dimana pelajaran tersebut merupakan pelajaran favorit bagi kebanyakan siswa.
Rendahnya motivasi belajar matematika siswa ini jelas menyebabkan kurang
optimalnya proses pembelajaran selama di kelas. Prestasi matematika siswa pada
umumnya lebih rendah dibandingkan pelajaran lain.” Walaupun ada siswa
Indonesia yang menjuarai olimpiade matematika, tetapi kondisi umum motivasi
dan prestasi siswa pada pelajaran matematika di Indonesiamasih tergolong
rendah”. (http://www. Kabarindonesia.com)
Rendahnya motivasi belajar matematika siswa disebabkan beberapa hal,
diantaranya karena pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara teacher
centered dan kuranganya inovasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang
senang belajar matematika dan siswa kurang dilibatkan secara aktif. Berdasarkan
observasi di SMP Swasta GKPI Padang Bulan dan hasil Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMAN 1 Balige, kelemahan belajar matematika di antaranya
adalah (1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit
dan kurang menarik, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru,
(3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya
tentang materi yang belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode
mengajar yang digunakan guru.
Dalam proses belajar mengajar setiap guru harus mampu memilih dan
menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan
kebutuhan belajar siswa yang pada akhirnya tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Trianto(2007:3)..” Guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model
yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan”..
3
Seperti yang dikemukakan oleh Abbas (http://www.depdiknas.go.id)
bahwa :
“Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru didalam kelas.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta GKPI Padang Bulan.
Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, Bapak Elia Roma Sinaga, S.Si
mengatakan: ”Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal
kemudian siswa saya suruh mengerjakan latihan”. Kemudian apakah Lingkaran
materi
yang sulit
dipahami
siswa?,
Bapak
Elia
Roma Sinaga,
S.Si
menjawab:”Materi Lingkaran termasuk materi yang sulit dipahami siswa dan
siswa yang cenderung menghafal saja. Sehingga siswa cepat bosan dan mudah
lupa akibatnya ketika ujian nilai matematikanya rendah”
Dari uraian diatas jelas bahwa metode/ model mengajar itu sangat
mempengaruhi kemaksimalan dalam pembelajaran. Apabila guru mengajar
dengan metode yang kurang baik maka akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja,
cenderung menciptakan suasana belajar yang membosankan, sehingga minat
belajar siswa menjadi lemah. Oleh arena itu, guru dituntut menggunakan metode
lain atau metode – metode yang baru yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi
belajar , agar motivasi dan minat belajar siswa dapat tumbuh, atau denga kata lain
siswa akan belajar dengan semangat dan motivasi tinggi dan pada akhirnya tujuan
belajar yang efektif dan efisien dapat tercapai.
Sejalan dengan persoalan diatas dalam proses belajar mengajar
matematika pun diperlukan metode – metode yang baru dan inovatif yang dapat
membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan semangat tinggi. Salah satu
solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Untuk
membangun sikap terhadap matematika (Suherman, 2003:259) menyatakan
penerapan pembelajaran model kooperatif sangat bermanfaat dalam meningkatkan
4
sikap positif siswa terhadap matematika Slavin (dalam Isjoni, 2009:23)
mengatakan :
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini,
sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.
Selanjutnya Usman H.B (dalam Batubara, 2008:2) juga mengungkapkan
bahwa: ” Model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktifitas
matematika adalah model pembelajaran kooperatif.”
Ada
beberapa
tipe
model
pembelajaran
kooperatif
yang
dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah Pembelajaran
Quantum Teaching model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ..
Devorter (2003:3) mengatakan Bahwa:
..” Model pengajaran Quantum terfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas sehingga interaksi yang terjadi dapat mendirikan landasan dan
kerangka untuk landasan..”
Quantum
Teaching
adalah
suatu
metode
pembelajaran
yang
menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik.
Metode Quantum Teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa,
misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksiinteraksi yang terjadi di dalam kelas. Metode ini mempunyai model pembelajaran
berupa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan
). Ada beberapa alasan mengapa di dalam penelitian ini menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching, antara lain:
1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan
termotivasi untuk
2.
belajar.
Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menguaraikan tentang
cara-cara baru yang mempermudah proses
pembelajaran dan menekankan pada terciptanya
suasana yang
5
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan kemauan
untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (Bobbi Deporter, 2000:15).
Model kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif
yang berpasangan dan memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab,
dan saling membantu satu sama lainnya.
Model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS merupakan dua model
pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa
pada materi matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi,
mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari penjelasan di atas kedua model hampir sama menyebabkan peneliti
melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua model yaitu model
pembelajaran Quantum Teaching dan TPS pada materi Lingkaran. Selain dari
alasan itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat
tipe mana yang lebih efektif diajarkan pada materi Lingkaran
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
pernah dilakukan dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bonggal,(2009)
menyimpulkan “ yaitu sebesar 14,8 % setelah diterapkan model pembelajaran
Quantum Teaching. Hal ini bahwa pembelajaran Quantum Teaching dapat
dipergunakan untuk proses pembelajaran. Dan begitu juga menurut Adri Suhada,
(2011) menyimpulkan ada peningkatan pada hasil belajar pembelajaran siswa
menggunakan model TPS. Olehkarena itu, untuk lebih mengetahui keefektifan
kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMP
Swasta GKPI Padang Bulan. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang
diperoleh peneliti bahwa di sekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang
menerapkan model yang diteliti oleh peneliti.
Kenyataan – kenyataan seperti diatas itulah yang mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran
Quantum Teaching Dengan Pembelajaran Tipe TPS Pada Pokok Bahasan
6
Lingkaran Siswa Kelas VIII Semester Genap
di SMP Tahun Pelajaran
2010/2011 ”
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka diperoleh
bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Banyaknya siswa yang kurang tertarik pada mata pelajaran matematika
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep
matematika dengan benar khususnya dalam menghadapi soal
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih
bersifat terpusat pada guru.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan kemampuan,
waktu, maka peneliti perlu membuat batasan masalah penelitian ini. Adapun
batasannya yaitu: pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar
adalah pembelajaran Quantum Teaching dan Think Pair Share dengan materi
Lingkaran.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelititan ini adalah
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan menggunakan
model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS?.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah Untuk melihat
apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan pembelajaran Quantum Teaching
7
1.6 Maanfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi mengenai pengaruh Quantum Teaching dalam mata
pelajaran matematika siswa pada materi Lingkaran.
2. Bagi
peneliti,
dapat
lebih
memperdalam
pengetahuan
mengenai
pembelajaran Quantum Teaching untuk dapat diterapkan dimasa
mendatang.
3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari bentuk pembelajaran.
4. Membantu meningkatkan konsentrasi belajar tanpa menegangkan.
5. Menumbuhkan rasa senang terhadap bidang studi matematika.
6. Siswa yang motivasinya belajarnya rendah, dengan diterapkannya model
pembelajaran Quantum Teaching diharapkan motivasi belajarnya tinggi
menuju prestasi belajar yang baik.
54
DAFTAR PTISTAKA
Abbas (htp://q'\\'w.depdiknas go.id) bahwa :"Iiaktor yang mcnjadi penyehah
rendahnya ka-"Inpuun pemccahan masalah matemalika siswa Sal:rh saturrya
olch guru
adalah ketidaktepatan penggunaan n1odel pembelajaran yang digunakan
didalam kelas. Kenyaiaan menunjukkan bahq'a selama ini ntodel pcmbelajaran
yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru
Ancholo, (2009),
"
hI!]l
karaktedstik-matenatika/
Ariknnto, S.,(2005),Dasat Dasar Evaluasi I'endidikan, Bumi Aksara:Jakarta
Armanto,Dian, (2009), http,,ha.riuninttdwordpl9!!.q]ll1 -_?0094
matematika-mcnjadi-pelajaran-n]clryenanekan/
Asti,, C..
(2001), Betaiat Dan Pemhelaiaran' llineka Cipta, Jakarta'
Bonggal,S.,(2009),Pc ngaruh Motlel Pembelaiaran Quantum Teaching.Tet*adap
netal"i Fisika Pada Mate Listrik Dinani:i SMP,Skripsi
'- aisl
di
FMIPA Unimed Medan
Dcponer Bobbi. Mark Reardon. Sarah Sigcr Nourer'(2000), Quuntum Teaching
Mefipraklekfu) Quanlufi Learning di Rralg KeLrs,Kalit'a: llandung
Fakultas Matematika dan llmu Pengelahuan Alam Universitas Neged Medan'
(2009), Buku Pcdttman I'enulivan Skripsi Llan Proposal Penelitian
Maha siswa
P rogyam Studi Pendi
dikan. I:\4IPA Llnimed'
Foster,B.,(2000),rVal emdt ika Telpadu Sll'tP lelas
tr1{ Erlangga:Jakafta
http://waspada. co. id rnengungkapkan bahrva
:
I/SMPBLMI s di Provinsi Sumatera Utara
untuk
l;iatian belum lulus dan harus meltgikuti ujian ulangan Sementara
ii"iun r.nai.i siswa yang tidak lulus mencapai 2 155 omng atau 5,23 persen dari
I1.173 pesefla uj ian'
''Scban,vak 6.858 siswa SMP/SMP
I>joni, (2009), ?enbe lai aran Kooperatif. Pustaka Pelajar' Yogyakalla'
'. ntoro,.l.Drs.,2006.-11umns Lengk lp Mdten?.rli*a SrvP.wahyumedia:Dcpok
l\anginan.M..(2007),M.r
te nati
ka Unluk S MI'
ke
las VI I I,Erlangga Jakafia
\azir. Moh, (2009),I1etode I'enelitian Ghalia Indoncsia. Jakarta
l:rnvanto,( 1990) Psito ktgi Pendidi kan,PT Remaja Rosa Karya:Bandung
55
PLrrwanto (1990:84)." Belajar merupakan sualu proses yang tidak dapat dilihat
dengan nyata, prose situ terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami
be1ajar".
Sanjaya.W.,(2006),Sna
te gi
? e mb e laj ar an.Koncana:Bandung
Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :"Pembelajaral kooperatif merupakan
model penbelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru
mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu scperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya Dalam melakukan
proses belajar mengaiar guru tidak lagi mcndonrinasi seperti lazimrya pada saat
ini. sehingga siswa dituntut untuk berbagi infomasi deDgan siswa yang lailnya
dan saling belajar mengajar sesama mereka".
Soekamto dalam (Slameto,2003:4) .."model pembelajaran adalah kerangka
konseplual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar teflentu, dan berlirngsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar yang
merencanakan aktivitas belajar mengajar."
Sudjana,N.,(1990),Melode .Sldlr-!li*, I arsilo:Bandung
Trianto(2007:3).." Guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang
sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusifagar proses
belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan"..
(1989:36)," Belajar. merupakan suatu aktivitas menlal / psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan., nenghasilkan perubahan
p€rubahal da]am pengetahuan, pemahamal, keterampilan, nilai dan Sikap"
\\
htel
QUANTUM TEACHING DENGAN PEMBELAJARAN TIPE TPS PADA
POKOK BAHASAN LINGKARAN SISWA KELAS VIII SEMESTER
GENAP DI SMP SWASTA GKPI PADANG BULAN MEDAN
TAHUN PEMBELAJARAN 2011/2012
OLEH :
HENDRA PRIMA SIDABUTAR
NIM. 0510310662
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2012
"Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan
Pembelajaran Quantum Teaching Dengan
Judul
Pembelajaran
Tipe TPS Pada Pokok
Lingkarad Siswa Kelas
VIII
Bahasan
Senester Genap di SMP
Swasta GKPI Padang Bulan Medan Tahun Pelajaran
2t11/2012
'.
Nama Mahasiswa
Hendra Prima Sidabutar
NIM.
0510310662
Program Studi
Pendidikan Matematika
.Irlrosrn
Matematika
Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi
Dr. Mukhtar. M.Pd
NrP. 195908071983031033
Mengetahui
:
Jurusan Matematik,
Kelu,
Z:l..jtii'"\
ct-t
i:
t
,3
;lt
-.+-
-,-'!t: ttabel yaitu 1,724 > 1,667 sehingga H0 ditolak dan Ha diterima.
Maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan
menggunakan model kooperatif tipe Quantum Teaching
lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model
kooperatif tipe TPS pada pokok bahasan lingkaran kelas VIII SMP Swasta GKPI
Padang Bulan Medan T.A. 2011/2012.
DAFTAR ISI
..................................................................................................................... Halaman
Lembar Pengesahan
i
Abstrak
ii
Daftar Isi
iii
Daftar Gambar
iv
Daftar Tabel
v
Daftar Lampiran
vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Identifikasi Masalah
1.3 Batasan Masalah
1.4 Rumusan Masalah
1.5 Tujuan Penelitian
1.6 Manfaat Penelitian
1
1
6
6
6
6
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis
2.1.1 Model Pembelajaran
2.1.2 Pengertian Belajar
2.1.3 Strategi Belajar Mengajar
2.1.4 Hasil Belajar
2.1.4.1 Pengertian Hasil Belajar
2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
2.1.4.3 Aktivasi dalam Belajar
2.1.5 Pembelajaran Quantum Teaching
2.1.5.1 Pengertian Quantum Teaching
2.1.5.2 Asas Utama Quantum Teaching
2.1.5.3 Prinsip – Prinsip Quantum Teaching
2.1.5.4 Pembelajaran Quantum Teaching dan Proses Belajar Mengajar
2.1.5.5 Kerangka Rancangan Pembelajaran Quantum Teaching
2.1.6 Petunjuk Pelaksanaan Quantum Teaching
2.1.7 Model Pembelajaran Tipe TPS
2.1.7.1 Langkah – langkah Pembelajaran tipe TPS
2.2
LINGKARAN
2.3
Kerangaka Berpikir
2.4
Hipotesis penelitian
8
8
8
8
9
10
10
11
11
11
11
11
13
13
16
18
23
24
25
31
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi Penelitian
3.2.2 Sampel Penelitian
3.3
Variabel Penelitian
3.4
Jenis dan Desain Penelitian
33
33
33
33
33
34
34
3.5
3.6
Instrumen Penelitian
Teknik Analisisa Data
34
34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1 Nilai Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.1.2 Nilai Postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
4.2
Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1 Uji Normalitas
4.2.2 Uji Homogenitas
4.2.3 Pengujian Hipotesis
4.2.3.1 Hasil Belajar
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
38
38
38
39
39
39
40
41
41
41
45
5.1.
Kesimpulan
5.2.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
45
45
47
DAFTAR TABEL
..................................................................................................................... Halaman
Tabel 2.1
Perbedaan Pembelajaran Quantum Teaching dengan TPS
24
Tabel 3.1
Desain Penelitian
34
Tabel 4.1.
Data Pretest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
44
Tabel 4.2.
Data postest Kelas Eksperimen I dan Kelas Eksperimen II
45
Tabel 4.3.
Ringkasan Rata-Rata Nilai Pretest dan Postest Kedua Kelas
39
Tabel 4.4.
Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar
40
Tabel 4.5.
Data Hasil Uji Homogenitas
40
DAFTAR GAMBAR
...........................
............. Halaman
Gambar 2.1
24
Gambar 2.2
26
Gambar 2.3
27
Gambar 2.4
28
Gambar 2.5
28
Gambar 2.6
29
Gambar 2.7
29
Gambar 2.8
30
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................................................... Halaman
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
48
Lampiran 2
Tes Kemampuan Awal (pre Test) Siswa
64
Lampiran 3
Lembar Aktivitas Siswa
68
Lampiran 4
Kisi-kisi Post Tes
77
Lampiran 5
Soal Post Tes
78
Lampiran 6
Lembar Jawaban Aktivitas Siswa
82
Lampiran 10 Lembar Validasi soal
87
Lampiran 11 Tabulasi Data Perhitungan Validitas Soal
88
Lampiran 12 Perhitungan Validitas Soal
90
Lampiran 13 Tabulasi Data Perhitungan Reliabilitas Soal
93
Lampiran 14 Perhitungan Reliabilitas Soal
95
Lampiran 15 Prosedur Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
97
Lampiran 16 Kelompok Atas dan Kelompok Bawah
99
Lampiran 17 Perhitungan Daya Pembeda Soal
101
Lampiran 18 Rangkuman Analisis Butir
103
Lampiran 19 Tabulasi Data Pretes Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
105
Lampiran 20 Tabulasi Data Postes Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
107
Lampiran 21 Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen I dan Kelas
Eksperimen II
110
Lampiran 22 Perhitungan Rata-Rata, Varians, Dan Simpangan Baku Hasil
Belajar Siswa Kelas Eksperimen I Dan Eksperimen II
114
Lampiran 23 Perhitungan Uji Normalitas Data Hasil Belajar
117
Lampiran 24 Perhitungan Uji Homogenitas Data Hasil Belajar
121
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi ( IPTEK ), khususnya
teknologi sekarang ini telah memberikan dampa positif dalam aspek kehidupan
manusia termasuk dengan aspek pendidikan. Hal ini menempatkan matapelajaran
matematika sebagai pelajaran yanag penting untuk dipelajari, sebab matematika
merupakan salah satu dasar untuk memahami dan mengembangkan teknologi.
Randahnya tingkat hasil belajar matematika siswa sudah menjadi permasalahan
umum dalam dunia pendidikan terutama dalam pendidikan matematika. “Hal ini
terlihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa.
Semoel (2011) (http://wordpress.com) mengungkapkan :
”Rata-rata nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling rendah, yaitu 7,49
dengan nilai tertinggi mencapai 9,90 dan yang terendah 0,80. Angka ini tak jauh
berbeda dengan rata-rata nilai mata pelajaran Matematika, yaitu 7,50, dengan nilai
tertinggi 10,00 dan terendah 0,80. Adapun mata pelajaran IPA, rata-rata nilainya
7,60 dengan nilai tertinggi 10,00 dan terendah 1,00. Sementara itu rata-rata nilai
Bahasa Inggris paling tinggi. Rata-ratanya mencapai 7,65 dengan nilai tertinggi
10,00 dan terendah 0,90.”
Sementara dari (http://waspada.co.id) mengungkapkan bahwa :
“Sebanyak 6.858 siswa SMP/SMPT/SMPBL/MTs di Provinsi Sumatera
Utara dinyatakan belum lulus dan harus mengikuti ujian ulangan.
Sementara untuk Medan sendiri siswa yang tidak lulus mencapai 2.155
orang atau 5,23 persen dari 41.173 peserta ujian”
Penyebab rendahnya mutu pelajaran matematika adalah disebabkan oleh beberapa
faktor . Menurut Tjahjono(2000:47) Hal ini disebabkan oleh:
1. siswa masih belum menyadari manfaat matematika dalam kehidupannya.
2. Banyak siswa bahwa matematika itu adalah pelajaran yang membosankan.
Rendahnya minat dan motivasi siswa untuk belajar matematika
menimbulkan ketidaksukaan siswa pada pelajaran matematika, yang jelas
2
berdampak pada sikap siswa terhadap guru yang bersangkutan.. tidak sedikit guru
matematika yang kurang mendapat simpati dari para muridnya karena
ketidakberhasilan siswa dalam belajar matematika. Nilai yang buruk dalam tes
formatif dan sumatif matematika, hal ini cenderung menempatkan guru sebagai
penyebab kegagalan dimata orang tua dan siswa itu sendiri. Sikap siswa akan
sangat berbeda terhadap guru lain misalnya guru kesenian , guru olahraga, dll.
Dimana pelajaran tersebut merupakan pelajaran favorit bagi kebanyakan siswa.
Rendahnya motivasi belajar matematika siswa ini jelas menyebabkan kurang
optimalnya proses pembelajaran selama di kelas. Prestasi matematika siswa pada
umumnya lebih rendah dibandingkan pelajaran lain.” Walaupun ada siswa
Indonesia yang menjuarai olimpiade matematika, tetapi kondisi umum motivasi
dan prestasi siswa pada pelajaran matematika di Indonesiamasih tergolong
rendah”. (http://www. Kabarindonesia.com)
Rendahnya motivasi belajar matematika siswa disebabkan beberapa hal,
diantaranya karena pembelajaran yang pada umumnya dilakukan secara teacher
centered dan kuranganya inovasi dalam pembelajaran membuat siswa kurang
senang belajar matematika dan siswa kurang dilibatkan secara aktif. Berdasarkan
observasi di SMP Swasta GKPI Padang Bulan dan hasil Program Pengalaman
Lapangan (PPL) di SMAN 1 Balige, kelemahan belajar matematika di antaranya
adalah (1) siswa menganggap bahwa matematika itu adalah pelajaran yang sulit
dan kurang menarik, (2) siswa kurang memperhatikan materi yang diberikan guru,
(3) siswa kurang dalam mengerjakan latihan-latihan soal, (4) siswa malu bertanya
tentang materi yang belum dimengerti, (5) siswa kurang menyukai metode
mengajar yang digunakan guru.
Dalam proses belajar mengajar setiap guru harus mampu memilih dan
menentukan model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran dan
kebutuhan belajar siswa yang pada akhirnya tercapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Trianto(2007:3)..” Guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model
yang sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif
agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang
diharapkan”..
3
Seperti yang dikemukakan oleh Abbas (http://www.depdiknas.go.id)
bahwa :
“Faktor yang menjadi penyebab rendahnya kemampuan pemecahan
masalah matematika siswa. Salah satunya adalah ketidaktepatan
penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru didalam kelas.
Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini model pembelajaran yang
bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru.”
Kutipan-kutipan di atas juga hampir sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan salah seorang guru matematika SMP Swasta GKPI Padang Bulan.
Ketika ditanya bagaimana guru mengajar, Bapak Elia Roma Sinaga, S.Si
mengatakan: ”Saya terangkan dulu materinya dan saya kasih contoh soal
kemudian siswa saya suruh mengerjakan latihan”. Kemudian apakah Lingkaran
materi
yang sulit
dipahami
siswa?,
Bapak
Elia
Roma Sinaga,
S.Si
menjawab:”Materi Lingkaran termasuk materi yang sulit dipahami siswa dan
siswa yang cenderung menghafal saja. Sehingga siswa cepat bosan dan mudah
lupa akibatnya ketika ujian nilai matematikanya rendah”
Dari uraian diatas jelas bahwa metode/ model mengajar itu sangat
mempengaruhi kemaksimalan dalam pembelajaran. Apabila guru mengajar
dengan metode yang kurang baik maka akan mempengaruhi belajar siswa yang
tidak baik pula. Guru yang biasa mengajar dengan metode ceramah saja,
cenderung menciptakan suasana belajar yang membosankan, sehingga minat
belajar siswa menjadi lemah. Oleh arena itu, guru dituntut menggunakan metode
lain atau metode – metode yang baru yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi
belajar , agar motivasi dan minat belajar siswa dapat tumbuh, atau denga kata lain
siswa akan belajar dengan semangat dan motivasi tinggi dan pada akhirnya tujuan
belajar yang efektif dan efisien dapat tercapai.
Sejalan dengan persoalan diatas dalam proses belajar mengajar
matematika pun diperlukan metode – metode yang baru dan inovatif yang dapat
membawa siswa kearah belajar yang lebih baik dan semangat tinggi. Salah satu
solusinya adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif. Untuk
membangun sikap terhadap matematika (Suherman, 2003:259) menyatakan
penerapan pembelajaran model kooperatif sangat bermanfaat dalam meningkatkan
4
sikap positif siswa terhadap matematika Slavin (dalam Isjoni, 2009:23)
mengatakan :
“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah
dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk
melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi
atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar
mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini,
sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang
lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.
Selanjutnya Usman H.B (dalam Batubara, 2008:2) juga mengungkapkan
bahwa: ” Model pembelajaran yang sesuai dimana siswa ikut serta dalam aktifitas
matematika adalah model pembelajaran kooperatif.”
Ada
beberapa
tipe
model
pembelajaran
kooperatif
yang
dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah Pembelajaran
Quantum Teaching model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think-Pair-Share) ..
Devorter (2003:3) mengatakan Bahwa:
..” Model pengajaran Quantum terfokus pada hubungan dinamis dalam
lingkungan kelas sehingga interaksi yang terjadi dapat mendirikan landasan dan
kerangka untuk landasan..”
Quantum
Teaching
adalah
suatu
metode
pembelajaran
yang
menyenangkan dengan interaksi antara guru dan siswa yang terjalin dengan baik.
Metode Quantum Teaching membantu dalam menciptakan lingkungan belajar
yang efektif dengan cara memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa,
misalnya rasa ingin tahu siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksiinteraksi yang terjadi di dalam kelas. Metode ini mempunyai model pembelajaran
berupa TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demontrasi, Ulangi, dan Rayakan
). Ada beberapa alasan mengapa di dalam penelitian ini menerapkan model
pembelajaran Quantum Teaching, antara lain:
1. Sebagai variasi dalam belajar sehingga siswa tidak merasa jenuh dan
termotivasi untuk
2.
belajar.
Quantum Teaching merupakan salah satu metode pembelajaran yang
menguaraikan tentang
cara-cara baru yang mempermudah proses
pembelajaran dan menekankan pada terciptanya
suasana yang
5
menyenangkan sehingga siswa termotivasi untuk belajar dan kemauan
untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar (Bobbi Deporter, 2000:15).
Model kooperatif tipe TPS merupakan model pembelajaran kooperatif
yang berpasangan dan memberi siswa waktu lebih banyak berpikir, menjawab,
dan saling membantu satu sama lainnya.
Model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS merupakan dua model
pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat membangkitkan ketertarikan siswa
pada materi matematika dan membuat siswa lebih aktif dan bersosialisasi,
mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu materi, sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari penjelasan di atas kedua model hampir sama menyebabkan peneliti
melakukan penelitian dengan melihat perbedaan dari kedua model yaitu model
pembelajaran Quantum Teaching dan TPS pada materi Lingkaran. Selain dari
alasan itu peneliti tertarik meneliti kedua metode karena peneliti ingin melihat
tipe mana yang lebih efektif diajarkan pada materi Lingkaran
Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching
pernah dilakukan dan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bonggal,(2009)
menyimpulkan “ yaitu sebesar 14,8 % setelah diterapkan model pembelajaran
Quantum Teaching. Hal ini bahwa pembelajaran Quantum Teaching dapat
dipergunakan untuk proses pembelajaran. Dan begitu juga menurut Adri Suhada,
(2011) menyimpulkan ada peningkatan pada hasil belajar pembelajaran siswa
menggunakan model TPS. Olehkarena itu, untuk lebih mengetahui keefektifan
kedua metode tersebut peneliti mencoba untuk melakukan penelitian di SMP
Swasta GKPI Padang Bulan. Sekolah ini dipilih karena menurut informasi yang
diperoleh peneliti bahwa di sekolah tersebut belum pernah ada penelitian yang
menerapkan model yang diteliti oleh peneliti.
Kenyataan – kenyataan seperti diatas itulah yang mendorong penulis untuk
mengadakan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk skripsi
dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pembelajaran
Quantum Teaching Dengan Pembelajaran Tipe TPS Pada Pokok Bahasan
6
Lingkaran Siswa Kelas VIII Semester Genap
di SMP Tahun Pelajaran
2010/2011 ”
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka diperoleh
bahwa:
1. Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
2. Banyaknya siswa yang kurang tertarik pada mata pelajaran matematika
3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami dan menerapkan konsep
matematika dengan benar khususnya dalam menghadapi soal
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan masih
bersifat terpusat pada guru.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup masalah serta keterbatasan kemampuan,
waktu, maka peneliti perlu membuat batasan masalah penelitian ini. Adapun
batasannya yaitu: pembelajaran yang digunakan selama kegiatan belajar mengajar
adalah pembelajaran Quantum Teaching dan Think Pair Share dengan materi
Lingkaran.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelititan ini adalah
Apakah terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan dengan menggunakan
model pembelajaran Quantum Teaching dan TPS?.
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah Untuk melihat
apakah ada perbedaan hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan
pembelajaran Think Pair Share (TPS) dengan pembelajaran Quantum Teaching
7
1.6 Maanfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi mengenai pengaruh Quantum Teaching dalam mata
pelajaran matematika siswa pada materi Lingkaran.
2. Bagi
peneliti,
dapat
lebih
memperdalam
pengetahuan
mengenai
pembelajaran Quantum Teaching untuk dapat diterapkan dimasa
mendatang.
3. Membantu guru matematika dalam usaha mencari bentuk pembelajaran.
4. Membantu meningkatkan konsentrasi belajar tanpa menegangkan.
5. Menumbuhkan rasa senang terhadap bidang studi matematika.
6. Siswa yang motivasinya belajarnya rendah, dengan diterapkannya model
pembelajaran Quantum Teaching diharapkan motivasi belajarnya tinggi
menuju prestasi belajar yang baik.
54
DAFTAR PTISTAKA
Abbas (htp://q'\\'w.depdiknas go.id) bahwa :"Iiaktor yang mcnjadi penyehah
rendahnya ka-"Inpuun pemccahan masalah matemalika siswa Sal:rh saturrya
olch guru
adalah ketidaktepatan penggunaan n1odel pembelajaran yang digunakan
didalam kelas. Kenyaiaan menunjukkan bahq'a selama ini ntodel pcmbelajaran
yang bersifat konvensional dan banyak didominasi oleh guru
Ancholo, (2009),
"
hI!]l
karaktedstik-matenatika/
Ariknnto, S.,(2005),Dasat Dasar Evaluasi I'endidikan, Bumi Aksara:Jakarta
Armanto,Dian, (2009), http,,ha.riuninttdwordpl9!!.q]ll1 -_?0094
matematika-mcnjadi-pelajaran-n]clryenanekan/
Asti,, C..
(2001), Betaiat Dan Pemhelaiaran' llineka Cipta, Jakarta'
Bonggal,S.,(2009),Pc ngaruh Motlel Pembelaiaran Quantum Teaching.Tet*adap
netal"i Fisika Pada Mate Listrik Dinani:i SMP,Skripsi
'- aisl
di
FMIPA Unimed Medan
Dcponer Bobbi. Mark Reardon. Sarah Sigcr Nourer'(2000), Quuntum Teaching
Mefipraklekfu) Quanlufi Learning di Rralg KeLrs,Kalit'a: llandung
Fakultas Matematika dan llmu Pengelahuan Alam Universitas Neged Medan'
(2009), Buku Pcdttman I'enulivan Skripsi Llan Proposal Penelitian
Maha siswa
P rogyam Studi Pendi
dikan. I:\4IPA Llnimed'
Foster,B.,(2000),rVal emdt ika Telpadu Sll'tP lelas
tr1{ Erlangga:Jakafta
http://waspada. co. id rnengungkapkan bahrva
:
I/SMPBLMI s di Provinsi Sumatera Utara
untuk
l;iatian belum lulus dan harus meltgikuti ujian ulangan Sementara
ii"iun r.nai.i siswa yang tidak lulus mencapai 2 155 omng atau 5,23 persen dari
I1.173 pesefla uj ian'
''Scban,vak 6.858 siswa SMP/SMP
I>joni, (2009), ?enbe lai aran Kooperatif. Pustaka Pelajar' Yogyakalla'
'. ntoro,.l.Drs.,2006.-11umns Lengk lp Mdten?.rli*a SrvP.wahyumedia:Dcpok
l\anginan.M..(2007),M.r
te nati
ka Unluk S MI'
ke
las VI I I,Erlangga Jakafia
\azir. Moh, (2009),I1etode I'enelitian Ghalia Indoncsia. Jakarta
l:rnvanto,( 1990) Psito ktgi Pendidi kan,PT Remaja Rosa Karya:Bandung
55
PLrrwanto (1990:84)." Belajar merupakan sualu proses yang tidak dapat dilihat
dengan nyata, prose situ terjadi dalam diri seseorang yang sedang mengalami
be1ajar".
Sanjaya.W.,(2006),Sna
te gi
? e mb e laj ar an.Koncana:Bandung
Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) mengatakan :"Pembelajaral kooperatif merupakan
model penbelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru
mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan
tertentu scperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya Dalam melakukan
proses belajar mengaiar guru tidak lagi mcndonrinasi seperti lazimrya pada saat
ini. sehingga siswa dituntut untuk berbagi infomasi deDgan siswa yang lailnya
dan saling belajar mengajar sesama mereka".
Soekamto dalam (Slameto,2003:4) .."model pembelajaran adalah kerangka
konseplual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar teflentu, dan berlirngsi sebagai
pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar yang
merencanakan aktivitas belajar mengajar."
Sudjana,N.,(1990),Melode .Sldlr-!li*, I arsilo:Bandung
Trianto(2007:3).." Guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang
sesuai dan dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusifagar proses
belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan"..
(1989:36)," Belajar. merupakan suatu aktivitas menlal / psikis, yang
berlangsung dalam interaksi aktif dan lingkungan., nenghasilkan perubahan
p€rubahal da]am pengetahuan, pemahamal, keterampilan, nilai dan Sikap"
\\
htel