PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK Pengembangan Kemampuan Berperilaku Mulia Melalui Story Telling Di Kelompok B TK Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014.
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU
MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK
DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO,
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat S-1
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
NOVI NUR ENDAH RAHAYU
A 520090023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama
: Novi Nur Endah Rahayu
NIM
: A 520 090 023
Fakultas/Jurusan
: FKIP / Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jenis
: Skripsi
Judul
: “ Pengembangan Kemampuan Memahami
Perilaku Mulia Melalui Story Telling Di
Kelompok B TK Dharma Wanita
Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar
Tahun Ajaran 2012/2013”
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya,
serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya
Surakarta, 12 Maret 2014
Yang Menyatakan
( Novi Nur Endah Rahayu)
ABSTRAK
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA
MELALUI STORY TELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA
KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Novi Nur Endah Rahayu, A520090023, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan memahami perilaku
mulia melalui story telling. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Metode pengumpulan
data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis
dengan metode deskriptif interaktif (pengumpulan data, reproduksi data, dan
menarik kesimpulan). Subyek penelitian anak TK Dharma Wanita Krendowahono,
dengan banyak anak didik 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan dengan story
telling dapat mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia anak.
Pencapaian prosentase pada siklus I adalah 76,75% dan siklus II adalah 84,5%.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa melalui story telling dapat
meningkatkan pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia di TK
Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar tahun pelajaran
2012/2013.
Kata Kunci : pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia, story telling
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang
dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarga agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Melalui pendidikan, kita
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mampu
menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya.
Secara teoritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak
menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Anak dilahirkan dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, dan
bila otak berkembang dengan baik, kemampuan belajar akan bertambah dan
kemungkinan kegagalan di sekolah dan di kehidupan selanjutnya semakin kecil
(Anwar dan Arsyad, 2009: xviii).
Memahami Perilaku mulia dapat diajarkan kepada anak melalui berbagai teknik
pembelajaran salah satunya adalah Storytelling. Storytelling merupakan sebuah
seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai
pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Storytelling
merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya,
senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek
kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya berfantasi, dan imajinasi anak yang
tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan.
Berbicara mengenai storytelling, secara umum semua anak-anak senang
mendengarkan storytelling, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang
telah beranjak remaja bahkan orang dewasa. Dalam kegiatan storytelling, proses
bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari
cerita tersebut dapat sampai pada anak. Pada saat proses storytelling berlangsung
terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada
audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman seorang anak dan menjadi tugas
gurulah untuk menampilkan kesan menyenangkan pada saat bercerita (Asfandiyar,
2007:2).
Landasan teori
Menurut Kohlberg pada awalnya anak berperilaku adalah agar mendapatkan
pujian dan terhindar dari hukuman, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta
terhindar dari kecaman orang lain. Sementara pandangan ahli psikologi perilaku
mulia adalah hasil pemberian penguatan “hukuman” dan perilaku “model” dari
orang tua (Eprilia Hanny, 2007:15). Menurut Adler (1974) (dalam PUT,
2004:1.22) perilaku mulia adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang
harus dimiliki manusia. Perilaku adalah cara berfikir atau cara pandang seseorang
yang akan tercermin dalam pola pikir dan tindak seperti bersikap, berbicara, atau
mengekspresikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana anak berada
(Depdiknas, 2007:6.7). Menurut Santrouck (2007) (dalam Eprilia Hanny, 2007:1)
pengembangan perilaku adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku
standar benar dan salah. Perkembangan moral anak menurut beberapa pakar di
dalam
bidang
pengembangan
moralitas
anak.
Ada
baiknya
jika
mempertimbangkan teori tersebut dibuat berdasarkan pola pikir karena jati diri
banyak dipengaruhi para pakar. Masalah ini hanya bersifat ilmiah. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa memahami perilaku mulia
adalah strategi atau cara individu untuk mengetahui pembentukan karakter serta
kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai atau tuntutan norma yang berlaku
sehingga dapat diterima oleh masyarakat lingkungan setempat dan dapat
dikembangkan melalui pembelajaran.
Kerangka pemikiran
Kondisi awal anak dalam memahami perilaku mulia pada kelompok B di TK
Dharma Wanita Krendowahono belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh salah
satunya metode pembelajaran yang diberikan guru yang kurang menarik serta
kurang adanya kegiatan storytelling yang diberikan. Kemudian dilakukan
tindakan yakni dalam pembelajaran guru menggunakan storytelling. Kelebihan
dari storytelling yakni anak mampu memperhatikan dan mendengarkan isi cerita
dari awal sampai akhir dengan baik, membuat anak tidak mudah jenuh dan anak
mampu berani bertanya tentang cerita yang diberikan. Selain hal tersebut,
storytelling juga mampu mengembangkan perilaku mulia pada anak didik
kelompok B, melalui kondisi awal, siklus 1, siklus 2, dst sampai mencapai target
yang diharapkan dan kondisi akhir.
Hipotesis tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari
suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai
kebenarannya masih harus di uji. Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Storytelling bisa
mengembangkan kemampuan memahami Perilaku Mulia.
Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Dharma Wanita, Krendowahono, Gondangrejo,
Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian Pelaksanaan penelitian
direncanakan pada Semester I bulan September 2013. Subyek penelitian adalah
dalam satu kelas yaitu siswa kelompok B yang anak didiknya berjumlah 20 anak
terdiri dari 10 anak laki – laki dan 10 anak perempuan. Pemilihan dan penentuan
subyek penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan memahami perilaku
mulia anak. Jenis penelitian yang di gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap
tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Proses penelitian ini
berbentuk siklus yang berlangsung beberapa kali, sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan. Dalam setiap siklus terdiri dari empat pokok yaitu : 1). Perencanaan
2). Tindakan 3). Observasi 4). Refleksi. Data dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
Instrumen penelitian
Instrument digunakan untuk mencatat atau memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian. Berikut butir amatan pedoman observasi perkembangan
memahami perilaku mulia melalui storytelling.
Indikator penelitian
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun
indikator pencapain setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan memahami
perilaku mulia melalui storytelling anak mencapai 76,75% pada siklus I, 84,5%
pada siklus II.
Hasil penelitian
Peneliti melakukan pengamatan lebih dulu pada hari Senin - Jumat tanggal 16 –
20 September 2013. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai
dengan selesai. Pada hari Senin - Rabu tanggal 16 - 18 September 2013, peneliti
melakukan observasi. Pembelajaran dilakukan didalam kelas, guru kelas memberi
pembelajaran kepada anak yaitu
meronce dengan manik-manik, menempel
gambar bunga pada buku menempel, mewarnai gambar dan membedakan
perbuatan baik (diberi tanda contreng) dan perbuatan buruk (diberi tanda silang).
Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 19–20 September 2013, peneliti melakukan
observasi lagi. Pembelajaran masih dilakukan di dalam kelas, guru kelas
melakukan pembelajaran kepada anak yaitu anak melakukan kegiatan story telling
(bercerita didepan kelas sebelum kegiatan) dan membatik. Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan. Peneliti dapat disimpulkan banyak anak yang tidak
mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Pada tahap prasiklus ini
prosentase mencapai 40,5%. Hal ini belum ada pertimbangan dikarenakan Anak
yang tidak mau mendengarkan cerita yang disampaikan teman tersebut
disebabkan anak masih asik bermain sendiri, anak tidak memperhatikan teman
ketika maju kedepan kelas. Dengan Hasil amatan prasiklus dapat dijadikan
peneliti sebagai tolak ukur untuk melangkah pada tahap siklus. Pada siklus I
sudah mencapai prosentase 76,75% dikarenakan masih banyak anak yang belum
sesuai dengan pencapaian keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti karena masih
ada anak yang belum mampu mendengarkan storytelling dengan baik yang
disampaikan guru sehingga pengembangan kemampuan perilaku mulia melalui
storytelling pada anak didik kelompok B masih rendah. Dari analisa tersebut
peneliti merasa belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti membuat perencanaan
pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Proses pelaksanaan pada siklus II berjalan
dengan baik, kelemahan yang ada pada siklus I dapat sedikit teratasi dan
memuaskan kemampuan anak sudah mengalami pengembangan pada siklus I
yaitu 76,75% dan pada siklus II ini mengalami pengembangan yang signifikan
yaitu 84,5% hal ini dapat dilihat dari hasil refleksi pada siklus II yaitu mampu
mendengarkan storytelling dengan baik. Berdasarkan dari refleksi diatas, tindakan
pada siklus II dinyatakan berhasil. Pengembangan kemampuan memahami
perilaku mulia anak melalui storytelling meningkat jika dibandingkan pada siklus
I. Kegiatan melalui storytelling yang telah dilakukan menunjukan peningkatan
dan sudah mencapai target yang diharapkan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II dapat diketahui
bahwa perkembanagan memahami perilaku mulia akan mengalami peningkatan
pada prasilkus 40,5%, siklus I 76,75%, siklus II 84,5%. Prosentase perkembangan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak dari prasiklus ke
siklus I mengalami peningkatan sebesar 36,25% hal ini dikarenakan pada siklus I
anak masih dalam proses pengenalan dalam kegiatan storytelling, perkembangan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling masih dalam tahap
permulaan, anak-anak masih banyak yang belum mampu mengikuti kegiatan dan
masih banyak anak yang ramai sendiri tidak memperhatikan guru. Prosentase
perkembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu 7,75% hal ini dikarenakan
anak-anak sudah tertarik dengan storytelling, banyak anak-anak yang antusias dan
sangat senang menikmati kegiatan tersebut.
Kesimpulan
Melalui serangkaian penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terdapat
perubahan mengenai storytelling pada anak. Dari tindakan penelitian yang telah
dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Dengan
menggunakan kegiatan melalui storytelling sebagai metode dan media belajar
yang menarik serta proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan serta
melibatkan
anak
untuk
mendengarkan
storytelling.
Telah
mampu
mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling pada
anak kelompok usia 6 - 7 tahun di TK B Dharma Wanita Krendowahono
Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012 / 2013. Adapun peningkatan ratarata prosentase kerjasama anak dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II
yakni prasiklus mencapai 40,55%, siklus I mencapai 76,75%, dan siklus II
mencapai 84,5%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a) Guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang menarik serta
sesuai minat anak.
b) Guru hendaknya berani dalam memilih metode dan media pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Supaya anak
tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan dalam
pembelajaran. Sehingga anak dapat berkembang dengan optimal.
c) Guru sebaiknya mengoptimalkan mengembangkan kemampuan anak
didik baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang
pembelajaran
2. Bagi Orang Tua Anak
Peran serta orang tua terhadap pendidikan anak sangat menentukan
keberhasilan anak. Usaha yang dilakukan guru tidak akan berhasil
maksimal apabila tanpa bantuan orang orang tua. Bimbingan orang tua
sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut
yang serupa dengan penelitian ini, terutama untuk mengembangkan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:
Depdiknas.
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Maimunah, Hasan. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: DIVA
Press.
Eprilia, Hanny. 2007. Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial Dan Emosi.
Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Satibi. 2004. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama .
Jakarta: Universitas Terbuka.
Susilowati, Wiwik. 2013. Pengembangan Perilaku Mulia Melalui Metode
Bercerita Dengan Papan Flanel. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kusumastuti, Dina Nurcahyani. 2010. Pengaruh Kegiatan Story Telling Terhadap
Pertumbuhan Minat Baca Siswa . Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
MULIA MELALUI STORYTELLING DI KELOMPOK B TK
DHARMA WANITA KRENDOWAHONO, GONDANGREJO,
KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat S-1
Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini
Oleh :
NOVI NUR ENDAH RAHAYU
A 520090023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Bismillahirrahmanirrohim
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya
Nama
: Novi Nur Endah Rahayu
NIM
: A 520 090 023
Fakultas/Jurusan
: FKIP / Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Jenis
: Skripsi
Judul
: “ Pengembangan Kemampuan Memahami
Perilaku Mulia Melalui Story Telling Di
Kelompok B TK Dharma Wanita
Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar
Tahun Ajaran 2012/2013”
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk :
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan
2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya,
serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya
Surakarta, 12 Maret 2014
Yang Menyatakan
( Novi Nur Endah Rahayu)
ABSTRAK
PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PERILAKU MULIA
MELALUI STORY TELLING DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA
KRENDOWAHONO, GONDANGREJO, KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
Novi Nur Endah Rahayu, A520090023, Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta 2013
Penelitian ini bertujuan untuk pengembangan kemampuan memahami perilaku
mulia melalui story telling. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas
(PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi. Metode pengumpulan
data yang digunakan observasi, wawancara, dokumentasi. Data dianalisis
dengan metode deskriptif interaktif (pengumpulan data, reproduksi data, dan
menarik kesimpulan). Subyek penelitian anak TK Dharma Wanita Krendowahono,
dengan banyak anak didik 20 orang. Hasil penelitian menunjukkan dengan story
telling dapat mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia anak.
Pencapaian prosentase pada siklus I adalah 76,75% dan siklus II adalah 84,5%.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa melalui story telling dapat
meningkatkan pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia di TK
Dharma Wanita Krendowahono, Gondangrejo, Karanganyar tahun pelajaran
2012/2013.
Kata Kunci : pengembangan kemampuan memahami perilaku mulia, story telling
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani, serta perkembangan kejiwaan peserta didik yang
dilakukan di dalam maupun di luar lingkungan keluarga agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Melalui pendidikan, kita
mentransfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik agar mampu
menyerap, menilai dan mengembangkan secara mandiri ilmu yang dipelajarinya.
Secara teoritis dan fisiologis tujuan pendidikan adalah membentuk pribadi anak
menjadi seorang dewasa yang berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Anak dilahirkan dengan suatu kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, dan
bila otak berkembang dengan baik, kemampuan belajar akan bertambah dan
kemungkinan kegagalan di sekolah dan di kehidupan selanjutnya semakin kecil
(Anwar dan Arsyad, 2009: xviii).
Memahami Perilaku mulia dapat diajarkan kepada anak melalui berbagai teknik
pembelajaran salah satunya adalah Storytelling. Storytelling merupakan sebuah
seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai
pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak. Storytelling
merupakan suatu proses kreatif anak-anak yang dalam perkembangannya,
senantiasa mengaktifkan bukan hanya aspek intelektual saja tetapi juga aspek
kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, daya berfantasi, dan imajinasi anak yang
tidak hanya mengutamakan kemampuan otak kiri tetapi juga otak kanan.
Berbicara mengenai storytelling, secara umum semua anak-anak senang
mendengarkan storytelling, baik anak balita, usia sekolah dasar, maupun yang
telah beranjak remaja bahkan orang dewasa. Dalam kegiatan storytelling, proses
bercerita menjadi sangat penting karena dari proses inilah nilai atau pesan dari
cerita tersebut dapat sampai pada anak. Pada saat proses storytelling berlangsung
terjadi sebuah penyerapan pengetahuan yang disampaikan pencerita kepada
audience. Proses inilah yang menjadi pengalaman seorang anak dan menjadi tugas
gurulah untuk menampilkan kesan menyenangkan pada saat bercerita (Asfandiyar,
2007:2).
Landasan teori
Menurut Kohlberg pada awalnya anak berperilaku adalah agar mendapatkan
pujian dan terhindar dari hukuman, dan diterima oleh lingkungan sekitar serta
terhindar dari kecaman orang lain. Sementara pandangan ahli psikologi perilaku
mulia adalah hasil pemberian penguatan “hukuman” dan perilaku “model” dari
orang tua (Eprilia Hanny, 2007:15). Menurut Adler (1974) (dalam PUT,
2004:1.22) perilaku mulia adalah dalam rangka pembentukan kepribadian yang
harus dimiliki manusia. Perilaku adalah cara berfikir atau cara pandang seseorang
yang akan tercermin dalam pola pikir dan tindak seperti bersikap, berbicara, atau
mengekspresikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dimana anak berada
(Depdiknas, 2007:6.7). Menurut Santrouck (2007) (dalam Eprilia Hanny, 2007:1)
pengembangan perilaku adalah perubahan penalaran, perasaan, dan perilaku
standar benar dan salah. Perkembangan moral anak menurut beberapa pakar di
dalam
bidang
pengembangan
moralitas
anak.
Ada
baiknya
jika
mempertimbangkan teori tersebut dibuat berdasarkan pola pikir karena jati diri
banyak dipengaruhi para pakar. Masalah ini hanya bersifat ilmiah. Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa memahami perilaku mulia
adalah strategi atau cara individu untuk mengetahui pembentukan karakter serta
kepribadian anak sesuai dengan nilai-nilai atau tuntutan norma yang berlaku
sehingga dapat diterima oleh masyarakat lingkungan setempat dan dapat
dikembangkan melalui pembelajaran.
Kerangka pemikiran
Kondisi awal anak dalam memahami perilaku mulia pada kelompok B di TK
Dharma Wanita Krendowahono belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh salah
satunya metode pembelajaran yang diberikan guru yang kurang menarik serta
kurang adanya kegiatan storytelling yang diberikan. Kemudian dilakukan
tindakan yakni dalam pembelajaran guru menggunakan storytelling. Kelebihan
dari storytelling yakni anak mampu memperhatikan dan mendengarkan isi cerita
dari awal sampai akhir dengan baik, membuat anak tidak mudah jenuh dan anak
mampu berani bertanya tentang cerita yang diberikan. Selain hal tersebut,
storytelling juga mampu mengembangkan perilaku mulia pada anak didik
kelompok B, melalui kondisi awal, siklus 1, siklus 2, dst sampai mencapai target
yang diharapkan dan kondisi akhir.
Hipotesis tindakan
Hipotesis adalah dugaan sementara yang dianggap dapat dijadikan jawaban dari
suatu permasalahan yang timbul. Hipotesis merupakan kesimpulan yang nilai
kebenarannya masih harus di uji. Berdasarkan uraian dan kerangka pemikiran di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian yaitu: Storytelling bisa
mengembangkan kemampuan memahami Perilaku Mulia.
Metode penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Dharma Wanita, Krendowahono, Gondangrejo,
Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Penelitian Pelaksanaan penelitian
direncanakan pada Semester I bulan September 2013. Subyek penelitian adalah
dalam satu kelas yaitu siswa kelompok B yang anak didiknya berjumlah 20 anak
terdiri dari 10 anak laki – laki dan 10 anak perempuan. Pemilihan dan penentuan
subyek penelitian ini yaitu untuk mengetahui perkembangan memahami perilaku
mulia anak. Jenis penelitian yang di gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis, reflektif
terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penilaian terhadap
tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Proses penelitian ini
berbentuk siklus yang berlangsung beberapa kali, sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan. Dalam setiap siklus terdiri dari empat pokok yaitu : 1). Perencanaan
2). Tindakan 3). Observasi 4). Refleksi. Data dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
Instrumen penelitian
Instrument digunakan untuk mencatat atau memperoleh data yang diperlukan
dalam penelitian. Berikut butir amatan pedoman observasi perkembangan
memahami perilaku mulia melalui storytelling.
Indikator penelitian
Penelitian ini dianggap berhasil jika memenuhi indikator yang ditetapkan. Adapun
indikator pencapain setiap siklus adalah jika rata-rata kemampuan memahami
perilaku mulia melalui storytelling anak mencapai 76,75% pada siklus I, 84,5%
pada siklus II.
Hasil penelitian
Peneliti melakukan pengamatan lebih dulu pada hari Senin - Jumat tanggal 16 –
20 September 2013. Pengamatan dilakukan mulai dari kegiatan awal sampai
dengan selesai. Pada hari Senin - Rabu tanggal 16 - 18 September 2013, peneliti
melakukan observasi. Pembelajaran dilakukan didalam kelas, guru kelas memberi
pembelajaran kepada anak yaitu
meronce dengan manik-manik, menempel
gambar bunga pada buku menempel, mewarnai gambar dan membedakan
perbuatan baik (diberi tanda contreng) dan perbuatan buruk (diberi tanda silang).
Pada hari Kamis dan Jumat tanggal 19–20 September 2013, peneliti melakukan
observasi lagi. Pembelajaran masih dilakukan di dalam kelas, guru kelas
melakukan pembelajaran kepada anak yaitu anak melakukan kegiatan story telling
(bercerita didepan kelas sebelum kegiatan) dan membatik. Berdasarkan observasi
yang telah dilakukan. Peneliti dapat disimpulkan banyak anak yang tidak
mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Pada tahap prasiklus ini
prosentase mencapai 40,5%. Hal ini belum ada pertimbangan dikarenakan Anak
yang tidak mau mendengarkan cerita yang disampaikan teman tersebut
disebabkan anak masih asik bermain sendiri, anak tidak memperhatikan teman
ketika maju kedepan kelas. Dengan Hasil amatan prasiklus dapat dijadikan
peneliti sebagai tolak ukur untuk melangkah pada tahap siklus. Pada siklus I
sudah mencapai prosentase 76,75% dikarenakan masih banyak anak yang belum
sesuai dengan pencapaian keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti karena masih
ada anak yang belum mampu mendengarkan storytelling dengan baik yang
disampaikan guru sehingga pengembangan kemampuan perilaku mulia melalui
storytelling pada anak didik kelompok B masih rendah. Dari analisa tersebut
peneliti merasa belum maksimal. Oleh sebab itu, peneliti membuat perencanaan
pada siklus selanjutnya yaitu siklus II. Proses pelaksanaan pada siklus II berjalan
dengan baik, kelemahan yang ada pada siklus I dapat sedikit teratasi dan
memuaskan kemampuan anak sudah mengalami pengembangan pada siklus I
yaitu 76,75% dan pada siklus II ini mengalami pengembangan yang signifikan
yaitu 84,5% hal ini dapat dilihat dari hasil refleksi pada siklus II yaitu mampu
mendengarkan storytelling dengan baik. Berdasarkan dari refleksi diatas, tindakan
pada siklus II dinyatakan berhasil. Pengembangan kemampuan memahami
perilaku mulia anak melalui storytelling meningkat jika dibandingkan pada siklus
I. Kegiatan melalui storytelling yang telah dilakukan menunjukan peningkatan
dan sudah mencapai target yang diharapkan.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siklus I, dan siklus II dapat diketahui
bahwa perkembanagan memahami perilaku mulia akan mengalami peningkatan
pada prasilkus 40,5%, siklus I 76,75%, siklus II 84,5%. Prosentase perkembangan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak dari prasiklus ke
siklus I mengalami peningkatan sebesar 36,25% hal ini dikarenakan pada siklus I
anak masih dalam proses pengenalan dalam kegiatan storytelling, perkembangan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling masih dalam tahap
permulaan, anak-anak masih banyak yang belum mampu mengikuti kegiatan dan
masih banyak anak yang ramai sendiri tidak memperhatikan guru. Prosentase
perkembangan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling anak
dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan yaitu 7,75% hal ini dikarenakan
anak-anak sudah tertarik dengan storytelling, banyak anak-anak yang antusias dan
sangat senang menikmati kegiatan tersebut.
Kesimpulan
Melalui serangkaian penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan terdapat
perubahan mengenai storytelling pada anak. Dari tindakan penelitian yang telah
dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Dengan
menggunakan kegiatan melalui storytelling sebagai metode dan media belajar
yang menarik serta proses pembelajaran yang berlangsung menyenangkan serta
melibatkan
anak
untuk
mendengarkan
storytelling.
Telah
mampu
mengembangkan kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling pada
anak kelompok usia 6 - 7 tahun di TK B Dharma Wanita Krendowahono
Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012 / 2013. Adapun peningkatan ratarata prosentase kerjasama anak dari sebelum tindakan sampai dengan siklus II
yakni prasiklus mencapai 40,55%, siklus I mencapai 76,75%, dan siklus II
mencapai 84,5%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dikemukakan
sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a) Guru hendaknya melaksanakan proses pembelajaran yang menarik serta
sesuai minat anak.
b) Guru hendaknya berani dalam memilih metode dan media pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Supaya anak
tertarik mengikuti pembelajaran dan tidak merasa bosan dalam
pembelajaran. Sehingga anak dapat berkembang dengan optimal.
c) Guru sebaiknya mengoptimalkan mengembangkan kemampuan anak
didik baik di dalam maupun di luar kelas sebagai penunjang
pembelajaran
2. Bagi Orang Tua Anak
Peran serta orang tua terhadap pendidikan anak sangat menentukan
keberhasilan anak. Usaha yang dilakukan guru tidak akan berhasil
maksimal apabila tanpa bantuan orang orang tua. Bimbingan orang tua
sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan pendidikan anak.
3. Bagi Peneliti Berikutnya
Kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut
yang serupa dengan penelitian ini, terutama untuk mengembangkan
kemampuan memahami perilaku mulia melalui storytelling.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta:
Depdiknas.
IGAK Wardhani, Kuswaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Maimunah, Hasan. 2010. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Jakarta: DIVA
Press.
Eprilia, Hanny. 2007. Perkembangan Nilai Moral, Agama, Sosial Dan Emosi.
Jakarta: Erlangga.
Hidayat, Satibi. 2004. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama .
Jakarta: Universitas Terbuka.
Susilowati, Wiwik. 2013. Pengembangan Perilaku Mulia Melalui Metode
Bercerita Dengan Papan Flanel. Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Kusumastuti, Dina Nurcahyani. 2010. Pengaruh Kegiatan Story Telling Terhadap
Pertumbuhan Minat Baca Siswa . Skripsi. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.