Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016-2017 Dalam Mengenal Sains Melalui Metode Eksperimen

  

Kemampuan Kognitif Anak Kelompok B TK Rokhaniyah

Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016-2017 Dalam

Mengenal Sains Melalui Metode Eksperimen

  • Rusdiah Hayati

  

Taman Kanak-Kanak Rokhaniyah Muslimat NU Barabai

Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan

  • • Terima: 10-12-2017 • Revisi: 10-02-2018 • Terbit Daring: 16-02-2018

  

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya aktivitas dan hasil belajar kemampuan kognitif anak dalam mengenal sains di

kelompok B TK Rokhaniyah sebesar 25% atau 5 dari 20 anak yang tuntas. Tujuan penelitian untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar anak kelompok B dalam mengenal sains melalui penerapan metode eksperimen. Jenis penelitian adalah

Penelitian Tindakan Kelas dengan dua siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Teknik

pengumpulan data melalui observasi dan hasil belajar anak pada setiap akhir siklusnya. Data dikumpulkan melalui lembar

observasi aktivitas guru, anak, dan hasil belajar anak.Teknik analisis data adalah analisisi kualitatif dan kuantitatif. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam

mengenal sains, terlihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar anak pada setiap siklusnya. Aktivitas siklus I persentasi

ketuntasan 50% dan siklus II mencapai 100%. Hasil belajar terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. © 2018 Rumah

Jurnal. All rights reserved Kata-kata kunci: Kognitif, mengenal sains, eksperimen * ———

  Korespondensi. Rusdiah Hayati: E-mail: rusdiahhayati@gmail.com

1. Pendahuluan

  Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya, masyarakat telah menunjukkan kepedulian terhadap masalah pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan anak usia dini untuk usia 0 sampai dengan 6 tahun dengan berbagai jenis layanan sesuai dengan kondisi dan kemampuan yang ada, baik dalam jalur pendidikan formal maupun non formal.(Permendiknas, No. 58 Tahun 2009: 3).

  Perkembangan anak pada tahun-tahun pertama sangat penting dan akan menentukan kualitasnya di masa depan. Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (eksploration), menemukan (finding), mengekspresikan (ekspression) perasaannya dan berkreasi (creation). Selain itu, bermian juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat ia berada.. (Luluk Asimawati, 2008; 1.3)

  Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, tetapi mengasyikkan. Melalui aktifitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud. Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena akan memperoleh hadiah atas pujian. Bermain adalah salah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, di mana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif. Bila anak bermain secara bebas, sesuai kemauan maupun sesuai kecepatannya sendiri, maka ia melatih kemampuannya. (Conny R. Semiawan, 2002; 20).

  Keterampilan yang penting dan perlu dikenalkan sejak usia dini, yaitu keterampilan proses sains. Menurut Nugraha (2008:1) mengemukakan bahwa pengembangan pembelajaran sains pada anak memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan adanya pembentukan sumber daya manusia yang diharapkan. Pembelajaran sains yang menyeluruh sehingga pembelajaran sains terintegrasi dengan bidang pengembangan lainnya. Menurut Solehuddin (2000:75) kegiatan pembelajaran itu tidak hanya diarahkan untuk membuat anak menguasai sejumlah konsep pengetahuan melainkan juga diarahkan untuk mengembangkan sikap dan minat belajar serta berbagai potensi dan kemampuan dasar anak.

  Kegiatan mengenal sains untuk anak usia dini sebaiknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak dan berdasarkan uraian yang telah dikemukakan seyogyanya guru tidak hanya mengenalkan sains pada aspek perkembangan kognitif saja tetapi juga aspek perkembangan afektif, psikomotor serta aktivitas anak dalam kegiatan bermain sains. Selain itu dikemukakn juga bahwa pembelajaran sains untuk anak lebih ditekankan pada proses bukan pada hasil.

  Berdasarkan observasi saya di lapangan, hanya 5 orang (25%) dari 20 anak yang memiliki kemampuan kognitif dalam mengenal sains. Sedangkan sisanya sebanyak 15 orang (75%) masih rendah kemampuan kognitifnya dalam mengenal sains. Seharusnya kriteria kemampuan minimal yang dicapai seluruh anak adalah bintang tiga (***).

  Sebagian besar anak kurang memiliki kemampuan kognitif yang maksimal, hal ini terlihat ketika anak-anak melaksanakan kegiatan belajar sambil bermain. Anak-anak lebih banyak diam, mereka kurang memiliki motivasi yang kuat untuk memiliki rasa ingin tahu sehingga timbul kurang rasa percaya diri pada anak untuk berimajinasi dan mengambil risiko dan juga menggunakan diri sebagai sumber dan pengalaman belajar. Kenyataan di lapangan, juga terlihat kurangnya motivasi anak dalam melaksanakan kegiatan belajar sambil bermain karena guru terlalu monoton dalam mengajar. Disamping itu keterbatasan alat atau sumber belajar yang berfungsi untuk kegiatan-kegiatan kreatif kurang memadai, sehingga aktivitas dan kemampuan kognitif anak tidak berkembang secara maksimal sesuai dengan usia perkembangan dan pertumbuhan anak.

  Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian Pembelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu

  Eksperimen termasuk salah satu metode pembelajaran kooperatif. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan- persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya. Agar penggunaan metode eksperimen itu efisien dan efektif dengan demikian siswa diharapkan mampu memahami materi dengan mudah dan seluruh siswapun akan aktif dalam melaksanakan kegiatan dengan menggunakan metode eksperimen.

2. Metodologi

  Metodologi memberikan gambaran yang jelas terhadap pencapain tujuan penelitian (Dalle, 2010). Penelitian Tindakan Kelas ini berupa siklus dan dalam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus mencakup tahap-tahap meliputi: a) perencanaan, b) pelaksanaan, c) pengamatan, dan d) refleksi. Penelitian Tindakan Kelas ini berupa siklus dan dlam pelaksanaan tindakan pada tiap siklus mencakup tahap-tahap meliputi: a) perencanaan, b) pelaksanaan,

  c) pengamatan, dan d) refleksi. Adapun alur pelaksanaan PTK dapat digambarkan seperti gambar di bawah ini:

  Penelitian dilaksanakan di TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai pada kelompok B usia 5-6 tahun berjumlah 20 orang yang terdiri dari 10 orang perempuan dan 10 orang laki-laki. Penelitian dilakukan di semester ganjil Tahun Pelajaran 2016/2017.

  Pengambilan subyek penelitian berdasarkan hasil wawancara kepada guru pengajar dan kepala sekolah serta berdasarkan observasi awal yang dilakukan di kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai. Pada saat proses belajar mengajar berlangsung, banyak sekali siswa yang pasif dalam pembelajaran dan lebih banyak guru yang aktif dan juga guru banyak menggunakan metode tanya jawab dan pemberian tugas.

  Alasan peneliti memilih tempat penelitian tindakan kelas pada TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai karena: (1) Rendahnya kemampuan kognitif anak dalam indikator mengenal sains (2) Peneliti bertugas di TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017 pada kelompok

  B, (3) Untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengenal sains, dan (4) karena capaian perkembangan belum tercapai.

  Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah (1) Faktor guru, untuk menilai kemampuan guru dalam perencanaan yang dipersiapkan dan tahapan-tahapan dalam menyajikan materi mengenal sains dengan metode eksperimen pada anak kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017, dari kegiatan awal sampai akhir pembelajaran; (2) Faktor anak, untuk mengamati aktivitas anak dalam hal aktivitas bermain, kerjasama kelompok, dan motivasi dalam kegiatan mengenal sains dengan menggunakan metode eksperimen di kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017; dan (3) Faktor peningkatan kemampuan anak, yaitu untuk mengukur kemampuan anak setelah proses belajar kognitif dalam mengenal sains dengan metode eksperimen pada anak kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017.

  Pelaksanaaan rencana tindakan memiliki karakter perjuangan materiil, sosial, dan politis kearah perbaikan. Mungkin negosiasi dan kompromi diperlukan, tetapi harus dilihat dalam konteks strateginya. Komaidi, N dan Wijayati, W (2011:79). Skenario pembelajaran yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dua kali pertemuan.

  Sumber data penelitian adalah aktivitas guru, aktivitas anak dalam pembelajaran, dan peningkatan kemampuan mengenal sains yang dilaksanakan di TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang.

  Jenis data yang disajikan berupa data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari data kuantitatif, berupa data tentang kemampuan mengenal sains, dan data kualitatif, berupa data tentang aktivitas guru dan data aktivitas anak dalam kegiatan pembelajaran

  Aktivitas guru dan aktivitas siswa dianalisis dengan menggunakan teknik prosentase, sedangkan hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan kategori symbol bintang dengan indikator keberhasilan (1) aktivitas guru dikatakan berhasil apabila guru dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak dalam mengenal sains menggunakan metode eksperimen dengan kategori rata- rata berada pada kategori minimal baik dengan skor > 80; (2) partisipasi dan aktivitas anak dikatakan berhasil apabila aktivitas anak dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengenal sains menggunakan metode eksperimen memperoleh kategori Aktif ≥ 80%; dan (3) tingkat pencapaian perkembangan anak dalam mengenal sains memperoleh nilai bintang tiga atau (***) dan bintang empat (****) secara klasikal apabila mencapai > 80 % ke atas.

3. Hasil dan Pembahasan

  Penelitian Tindakan Kelas ini mengangkat metode eksperimen untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengenal sains di TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai dengan jumlah murid yang dijadikan sampel penelitian yaitu di kelompok B berjumlah 20 orang terdiri dari 10 orang anak laki-laki dan 10 orang anak perempuan. Metode eksperimen lebih menekankan pada adanya aktivitas siswa dalam kegiatan mengenal sains. Adapun hasil observasi dan evaluasi pada penelitian ini baik siklus I maupun siklus II dapat disajikan sebagai berikut :

  Dengan menggunakan metode eksperimen pada proses belajar mengajar aktivitas guru semakin baik terbukti dengan penelitian ini guru dapat memperbaiki cara mengajar dan selalu membimbing anak baik secara individual maupun kelompok. Dalam pembelajaran guru menggunakan konsep belajar sambil bermain, karena dengan bermain anak memperoleh dan sekaligus memproses informasi belajar tentang hal-hal baru serta melatih ketrampilan yang ada, juga melalui bermain dapat mengembangkan kreativitas anak sehingga kemampuan anak dalam dalam kegiatan mengenal sains yang diberikan guru semakin terarah.

  Permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi-imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah. Diharapkan berbagai jenis permainan sains tidak hanya dikembangkan dan divariasikan oleh guru TK, tetapi juga adanya partisipasi aktif orang tua dirumah.

  Belajar tentang fenomena alam atau makhluk hidup terkadang dapat terlihat “menakutkan”, tetapi sebaliknya dapat juga membantu anak-anak mengalahkan ketakutan mereka sendiri. Mislanya, saat belajar tentang terjadinya petir. Selama ini anak takut mendengar suara petir yang menggelegar karena menganggap dewa sedang marah, tetapi setelah terlibat langsung dalam percobaan terjadinya petir bersama gurunya, maka anak tidak lagi menjadi takut. Melalui penjelajahan sains akan muncul berbagai rasa keheranan dan atau menambah rasa kegembiraan anak-anak sebagai ungkapan

  Metode eksperimen menurut Djamarah (2002) adalah cara penyajian Pembelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar, dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

  Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen pada pengembangan kognitif diharapkan anak mampu melakukan eksplorasi dan berinteraksi dengan dunia sekitar sehingga dengan pengetahuan yang dimilikinya tersebut anak berani melakukan investigasi, kreasi, menemukan dan memotivasi mereka agar lebih mandiri serta semakin membuka wawasan dengan dunia sekitarnya. Dengan demikian anak mengalami secara nyata bagaimana berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan dorongan emosi yang dirasakannya.

  Menurut Roestiyah (2001:80) Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.

  Peningkatan dari segi aktivitas anak ini disebabkan oleh ketepatan guru dalam melaksanakan dan menerapkan metode eksperimen dalam kegiatan mengenal sains. Pada pembelajaran dengan metode eksperimen guru menggunakan media asli sebagai media utama dalam kegiatan pembelajaran dan merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan anak. Hal ini sesuai dengan manfaat metode eksperimen yaitu; membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya, dalam membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, dan hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran umat manusia.

  Dengan menggunakan metode eksperimen pada pengembangan kognitif hasil belajar pada setiap pertemuan mengalami peningkatan. Hal tersebut berarti metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran dengan prinsip bermain sambil belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan mengenal sains.

  Kognitif berhubungan dengan intelegensi. Kognitif bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu, sedangkan intelegensi lebih bersifat aktif yang merupakan aktualisasi atau perwujudan dari daya atau potensi tersebut yang berupa aktivitas atau perilaku.

  Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi, (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat intelegensi (batas maksimal).

  Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) mencirikan seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar.

  Secara umum permainan sains di Taman Kanak- Kanak bertujuan agar anak mampu secara aktif mencari informasi tentang apa yang ada disekitarnya.

  Untuk memenuhi rasa keingintahuannya melalui eksplorasi di bidang sains anak mencoba memahami dunianya melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan. Permainan sains bermanfaat bagi anak karena dapat menciptakan suasana yang menyenangkan serta dapat menimbulkan imajinasi- imajinasi pada anak yang pada akhirnya dapat menambah pengetahuan anak secara alamiah.

  Selain peningkatan aktivitas anak, peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat mulai dari siklus I sampai siklus II, Persentase ketuntasan klasikal dalam hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan pertama persentase ketuntasan hanya mencapai 30%, meningkat pada pertemuan kedua menjadi 50%. Sedangkan pada siklus II pertemuan pertama persentasi ketuntasan meningkat menjadi 75% dan akhirnya mencapai 100% pada pertemuan kedua.

  Berdasarkan hasil observasi siklus I pada pertemuan pertama dan kedua serta siklus II juga pada pertemuan pertama dan kedua dapat diketahui bahwa aktivitas guru, aktivitas anak, dan hasil belajar anak telah meningkat, sehingga telah mencapai bahkan ada yang melebihi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini berhasil dan hipotesis yang menyatakan Jika digunakan metode pembelajaran eksperimen maka pengembangan kemampuan kognitif anak dalam mengenal sains di kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun

  Pelajaran 2016/2017, akan meningkat” dapat diterima.

  4. Simpulan dan Saran

  Berdasarkan hasil pembahasan maka dapat disimpulkan (1) aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada asfek kognitif pada kegiatan mengenal saina melalui metode eksperimen pada kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017 terlaksana sesuai dengan langkah-langkah dengan kriteria sangat baik; (2) Aktivitas anak dalam proses pembelajaran pada asfek kognitif anak pada kegiatan mengenal sains melalui metode eksperimen di kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai Tahun Pelajaran 2016/2017 terlaksana dengan baik dengan kriteria sangat aktif pada akhir siklus II; (3) Hasil belajar anak dalam proses pembelajaran pada asfek kognitif anak pada kegiatan mengenal sains melalui metode eksperimen di kelompok B TK Rokhaniyah Muslimat NU Tahun Pelajaran 2016/2017 mengalami peningkatan baik secara individual maupun klasikal. Adapun hasil perolehan akhir siklus I pada hasil belajar anak secara individu adalah 6 anak dan mengalami peningkatan pada akhir siklus II menjadi 20 orang anak.

  Berdasarkan kesimpulan disarankan (1) bagi Guru. Diharapkan kepada guru agar turut menggunakan metode eksperimen dalam kegiatan pembelajaran di kelas, dan juga agar lebih aktif dalam melatih kemampuan kognitif anak dalam kegiatan mengenal sains; (2) bagi kepala TK. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif atau bahan masukan dalam pembelajaran di TK, juga dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas para pengajar / guru dengan membekali berbagai metode dan model pembelajaran agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar di sekolah, khususnya di TK Rokhaniyah Muslimat NU Barabai; dan (3) kepada peneliti diharapkan dapat menjadi pelopor dalam kemajuan pendidikan di sekolah khususnya di Taman Kanak-kanak.

  Daftar Rujukan Asimawati, L. (2008). Pengelolaan kegiatan pengembangan anak usia dini . Jakarta: Universitas Terbuka. Buletin PADU: Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini: Menu Pembelajaran Padu. Jakarta.

  PADU Ditjend PLSP Depdiknas. Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Conny. R. (2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini (Pendidikan Prasekolah Dan Sekolah Dasar).

  Jakarta: PT Ikrar Mandiri Abadi. Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia.

  Depdiknas. (2004). Acuan pembelajaran pada kelompok bermain. Jakarta: Direktorat PADU Dirjen PLSP. Gulo, W. (2002). Strategi belajar-mengajar. Jakarta: Grasindo.

  Masitoh. (2008). Strategi pembelajaran tk. Jakarta: Universitas Terbuka. Musfiroh, T. (2005). Bercerita untuk anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sofian, A. (2010). Modul pembelajaran. Banjarmasin: UNLAM. Solehuddin. (2000). Konsep dasar pendidikan prasekolah. Bandung: FKIP UI. Sujiono, Y. N. (2005). Metode pengembangan kognitif. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. Sujiono, Y. N. (2007). Konsep dasar pendidikan anak usia dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar pendidikan anak usia dini. Yogyakarta: Hikayat Publishing.