PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN
DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Oleh
ANTOK DWI PRAMONO
NIM

: Q 100100162

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN
DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI


TELAH DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I

PEMBIMBING II

Prof. Dr. BUDI MURTIYASA, M.Kom.

Dr. HARYOTO, M.Sc.

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN
DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI
Oleh
1
Antok Dwi Pramono , Budi Murtiyasa2, dan Haryoto3
1

Guru MAN Paron kabupaten Ngawi, antokdwipramono@yahoo.co.id
2
Staf Pengajar UMS Surakarta, bdmurtiyasa@yahoo.com
3
Staf Pengajar UMS Surakarta, haryo62@gmail.com
Abstract
There are three research objectives to be achieved. 1. Describe the physical
characteristics of the study using an experimental method in Paron MAN Ngawi. 2. Describe the
characteristics of the activity of physics teachers in learning to use an experimental method in
MAN Paron Ngawi, 3. Describe the characteristics of the student activity in learning physics
using an experimental method in MAN Paron Ngawi. The research was conducted in MAN Paron
Ngawi. This type of research uses a qualitative research approach to the design of applied
research in this study is an ethnographic study. Techniques of data analysis consists of three
flow events occurring simultaneously, namely: 1) data reduction, 2) data display
3) conclusion drawing / verification. In this study the data is presented in descriptive form,
which is taken from observations, interviews, documentation studies. From these data sources
the researcher conducted triangulation techniques. There are three things that produced this
research are: 1. The main equipment in the physics laboratory at the SMA / MA consists of kit
equipment, namely: mechanics kit, optics kit, electricity and magnetism kit, hydrostatics and
heat kit. 2. Learning physics using the experimental method, begins with demonstration

activities, in order to facilitate students in conducting experiments. 3. Learning physics
experimental methods can increase student motivation, and can instill the values of strong
character education on students, among other things: responsibility and cooperation.
Key words: learning physics, experimental methods
Pendahuluan
Dalam usaha membantu siswa untuk memperoleh kemudahan belajarnya, ada banyak
unsur atau elemen yang harus diperhatikan. Unsur-unsur itu adalah tujuan yang ingin dicapai,
karakteristik siswa, isi bahan yang dipelajari, cara atau metode atau strategi yang digunakan,
alat ukur atau evaluasi, serta balikan. Walaupun semua unsur telah diseleksi pada dasarnya kita
kembali pada tujuan yang ingin dicapai (Setyosari, 2009: 11).
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Paron telah memiliki laboratorium fisika cukup baik
guna menunjang proses pembelajaran, di mana laboratorium fisika tersebut merupakan
laboratorium yang direncanakan dan diadakan dari bantuan pemerintah melalui program MEDP
(Madrasah Education Development Program), pengadaan laboratorium fisika merupakan usaha
madrasah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di MAN Paron kabupaten Ngawi.
Namun berdasarkan pengamatan sementara, pembelajaran fisika di laboratorium tersebut
belum dapat dilaksanakan secara optimal.
1

Metode pembelajaran dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula

diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik
pendekatan dan/ atau strategi yang dipilih, misalnya metode tanya jawab, diskusi, eksperimen,
dan pendekatan beberapa model pembelajaran. Maksud pendekatan dalam kajian ini adalah
pendekatan seluruh unsur yang terkait dalam pembelajaran (Sumiati dan Asra, 2008: xiii).
Langkah-langkah dalam melakukan eksperimen adalah: merumuskan tujuan yang jelas
tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa, mempersiapkan semua peralatan yang
dibutuhkan, memeriksa apakah semua peralatan itu dalam keadaan berfungsi atau tidak,
menetapkan langkah pelaksanaan agar efisien, memperhitungkan / menetapkan alokasi waktu.
mengatur tata ruang yang memungkinkan seluruh siswa dapat memperhatikan pelaksanaan
demonstrasi, menetapkan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan, seperti: apakah perlu
memberi penjelasan panjang lebar sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman luas,
apakah siswa diberi kesempatan mengajukan pertanyaan, apakah siswa diharuskan membuat
catatan tertentu, memberikan penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan dalam
eksperimen, membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, materi
pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang perlu dicatat,
menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen, menetapkan
apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen (Sumiati dan Asra, 2008: 102).
Menurut Rusyan dalam Sagala (2006: 220) orang mengaburkan pengertian eksperimen
dengan kerja laboratorium, meskipun kedua pengertian ini mengandung prisnsip yang hampir
sama, namun berbeda dalam konotasinya. Eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan

suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu. Eksperimen bisa dilakukan pada suatu laboratorium
atau di luar laboratorium, pekerjaan eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat,
karena itu dapat dimasukkan ke dalam metode pembelajaran.
Metode eksperimen mempunyai kebaikan sebagai berikut: (1) metode ini membuat
siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya

sendiri

daripada hanya menerima kata guru atau buku saja, (2) dapat mengembangkan sikap untuk
mengadakan eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seseorang ilmuwan
(3) metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan
mengalami dan mengamati sendiri suatu proses atau kejadian (b) siswa terhindar jauh dari
verbalisme, (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat obyektif dan realistis,
2

(d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah, dan (e) hasil belajar akan tahan lama dan
internalisasi (Sagala, 2006: 220-221).
Selain kebaikan tersebut, metode eksperimen mengandung beberapa kelemahan
sebagai berikut: (1) pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan
bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan murah, (2) setiap eksperimen tidak selalu

memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di
luar jangkauan kemampuan atau pengendalian, dan (3) sangat menuntut penguasaan
perkembangan materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir (Sagala, 2006: 221).
Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas
penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan
nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna di dalam
tugas sekolah. (Johnson, 2010 : 35).
Menurut kamus, laboratorium berarti tempat untuk mengadakan percobaan
(penyelidikan, dan sebagainya segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu fisika, kimia, dan
sebagainya. Sedangkan menurut Emha dalam Sugiharto (2008) laboratorium sekolah
merupakan suatu tempat atau lembaga tempat peserta didik belajar serta mengadakan
percobaan (penyelidikan) dan sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika dan lain-lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Karelina dan Etkina (2007) di laboratorium ISLE
(Investigative Science Learning Environment), peneliti meneliti perilaku siswa di laboratorium.
Siswa memperoleh kemampuan ilmiah, seperti kemampuan merancang percobaan untuk
memecahkan masalah, kemampuan mengumpulkan dan menganalisis data, kemampuan
berkomunikasi dalam diskusi dan bertindak seperti ilmuwan dalam melakukan eksperimen.
Penelitian di MAN Paron, peneliti berasumsi siswa berpikir dan bertindak seperti ilmuwan, akan
tetapi siswa dalam merancang percobaan dan memecahkan masalah perlu pengamatan lebih
mendalam, sehingga penelitian di MAN Paron layak untuk dilaksanakan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Claudia dan Stefan (2007) membahas tentang
kegiatan siswa dalam berpikir dan belajar selama melakukan eksperimen di laboratorium. Siswa
diharapkan dapat memahami fenomena melalui kegiatan ilmiah. Salah satu tujuan
pembelajaran fisika di laboratorium fisika adalah menghubungkan teori dan praktik, sehingga
eksperimen sering dipilih untuk menunjukkan konsep-konsep tertentu. Hasil penelitian ini
menunjukkan selama di laboraratorium siswa jarang mengungkapkan pengetahuan konseptual
3

secara eksplisit, eksperimen yang dilakukan sebatas menemukan dan menstabilkan
pemahaman konseptual ketika belajar fisika. Selanjutnya siswa dapat mengembangkan konsep
yang berhubungan dengan kejadian-kejadian serupa, daripada konsep-konsep yang muncul dari
teori. Penelitian ini dilakukan di Universitas Hannover Jerman. Penelitian di MAN Paron
kabupaten Ngawi, peneliti menggunakan jurnal ini untuk membandingkan adanya persamaan,
seperti aktivitas siswa selama kegiatan di laboratorium. Akan tetapi juga terdapat perbedaan,
sehingga dapat ditemukan pengembangan teori yang ada.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sokoloff, Lows, dan Thornton (2007) di Amerika
Serikat. Penelitian ini mendeskripsikan kurikulum laboratorium Real Time Physics (RTP), dengan
melengkapi panduan kurikulum berupa modul, yakni: Modul 1: Mekanika; Modul 2: Panas dan
Termodinamika; Modul 3: Sirkuit Listrik; Modul 4: Cahaya dan Optik. Tujuan utama dari RTP ini
adalah: 1 Siswa memperoleh pemahaman konsep-konsep fisika yang terkait. 2 Siswa memiliki

pengalaman dunia fisik secara langsung melalui mengumpulkan, menampilkan dan
menganalisis data. 3 Siswa mengembangkan kempetensi keterampilan laboratorium
tradisional. 4 Siswa menguasai topik yang dibahas di kelas. Alat dan bahan yang berada di
laboratorium ini cukup lengkap, sehingga siswa dapat menggunakan secara efektif. Peneliti
mengacu jurnal ini, berkaitan dengan karakteristik tempat pembelajaran laboratorium.
Penelitian di MAN Paron terdapat persamaan peralatan yang digunakan di laboratorium fisika,
akan tetapi juga terdapat perbedaan berkaitan kurikulum yang diterapkan, sehingga temuan
penelitian di MAN Paron dapat mengembangkan teori.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ng dan Nguyen (2006) di beberapa sekolah tinggi
Vietnam. Penelitian ini membahas integrasi fenomena sehari-hari dan kegiatan praktik
(demonstrasi dan kegiatan laboratorium). Hasilnya sebagian besar guru memberikan contoh
fenomena sehari-hari dalam kegiatan pembelajaran, namun tidak membahasnya secara
mendalam konsep-konsep atau teori yang berkaitan dengan fenomena tersebut. Sebagian
besar dari guru berpikir bahwa menggunakan konteks sehari-hari membantu siswa memahami
konsep-konsep fisika yang lebih baik dan pembelajaran fisika menjadi bermakna. Semua guru
yang berpartisipasi dalam penelitian ini, melakukan demonstrasi sebagai bagian pengajaran
mereka. Sebagian besar guru percaya bahwa melakukan eksperimen yang diawali dengan
kegiatan demonstrasi membantu pemahaman siswa dalam pemahaman konseptual. Hanya tiga
guru yang mengatakan bahwa mereka mengintegrasikan eksperimen melalui demonstrasi
4


untuk meningkatkan keterampilan praktis siswa. Siswa tidak melakukan kegiatan laboratorium
atau eksperimen disebabkan sebagian besar guru memberikan alasan karena fasilitas tidak
lengkap. Alasan lainnya para guru tidak melaksanakan eksperimen dalam pembelajaran adalah
kendala waktu, tidak ada laboran di sekolah-sekolah dan pekerjaan eksperimen tidak dinilai.
Seorang guru mengatakan ia belum dilatih untuk mengajarkan eksperimen. Peneliti di MAN
Paron menggunakan jurnal ini, untuk membandingkan persamaan aktivitas guru dalam
pembelajaran menggunakan metode eksperimen. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Ng
dan Nguyen menggunakan investigasi berkaitan fenomena dengan metode demonstrasi dan
metode eksperimen.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Keban dan Erol (2011) di Dokuz Eylul University,
Turkey. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah IPLAT (Introductory Physics
Laboratory Achievement Test) dengan topik Listrik Magnet. Peneliti membahas pentingnya
strategi pembelajaran dalam kegiatan laboratorium fisika. Tujuan kegiatan laboratorium dalam
pendidikan sains adalah membantu siswa belajar ilmu pengetahuan melalui pendekatan
konseptual dan teoritis. Siswa dapat melakukan penyelidikan ilmiah dalam kegiatan
laboratorium, dan kegiatan laboratorium memberikan kontribusi efektif pada pembelajaran
fisika. Untuk menginternalisasi konsep dan hukum-hukum listrik dan magnet, membangkitkan
kemampuan membuat asumsi-asumsi sebelumnya, serta merencanakan langkah-langkah
kegiatan laboratorium sampai membuat kesimpulan. Peneliti di MAN Paron menggunakan

jurnal ini untuk membandingkan perbedaan topik yang dibahas, dalam penelitian Keban dan
Erol menggunakan metode IPLAT berkaitan topik listrik dan magnet saja, sedangkan penelitian
yang dilakukan di MAN Paron berkaitan dengan semua konsep fisika yang menggunakan
metode eksperimen, sehingga peneliti dapat mengembangkan teori-teori yang ada.
Fokus pada pe elitia

i i adalah:

Pe gelolaa

pe

elajara

fisika

etode eksperi e di MAN Paro ka upate Ngawi . Fokus pe elitia i i diri i

e ggu aka
e jadi tiga


sub fokus sebagai berikut: 1) Bagaimana karakteristik tempat pembelajaran fisika menggunakan
metode eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi? 2) Bagaimana karakteristik aktivitas guru
dalam pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi?
3) Bagaimana karakteristik aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan metode
eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi?

5

Sesuai dengan fokus penelitian tersebut di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut: 1. Mendeskripsikan karakteristik tempat pembelajaran fisika menggunakan metode
eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi. 2. Mendeskripsikan karakteristik aktivitas guru
dalam pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi.
3. Mendeskripsikan karakteristik aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan
metode eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi.
Metode Penelitian
Sesuai dengan pembelajaran yang akan diteliti, yaitu menyangkut masalah pengelolaan
pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen, maka desain penelitian yang diterapkan
dalam penelitian ini adalah studi etnografi.
Pemilihan latar penelitian ini di dasarkan pada data awal dari subyek yang
direkomendasi memiliki laboratorium fisika baru dan penambahan peralatan fisika serta
prestasi akademik yang cukup baik. Waktu yang dibutuhkan untuk pengumpulan data di MAN
Paron kabupaten Ngawi adalah tiga bulan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) observasi
partisipasi/ berperan (participant observation); (2) wawancara mendalam (in depth interview),
dan (3) dokumentasi (documentation). Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi partisipatif atau berperan serta. Wawancara semi terstruktur menurut
Sugiyono (2011: 320), jenis wawancara ini sudah termasuk in-depth interview, dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Dokumen dalam
penelitian ini berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, jurnal pembelajaran di laboratorium,
foto peralatan dan tata ruang laboratorium, foto kegiatan guru dan siswa selama proses
pembelajaran.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data
yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis.
Analisis dalam penelitian ini dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan,
dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono,2011:335-336). Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan
yang terjadi secara bersamaan yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data 3) penarikan kesimpulan
verifikasi (Miles and Huberman, 2011: 15-16).
Selanjutnya dalam menguji keabsahan data dalam penelitian ini mengarah pada
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Menurut Sugiyono (2011: 373), triangulasi sumber
6

untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber.
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan
wawancara , lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Untuk melengkapi atau merevisi data
yang baru, maka data yang ada tersebut diangkat dan dilakukan audit trail yaitu mencek
keabsahan data sesuai dengan sumber aslinya (Sugiyono, 2011: 373-374).
Tempat pembelajaran fisika mengunakan metode eksperimen adalah laboratorium
fisika. Laboratorium fisika memiliki ukuran 7 m x 15 m, memiliki peralatan yang cukup
memadai, tetapi mengalami kendala teknis dalam pemeliharaannya. Laboratorium ini memiliki
jurnal pelaksanaan pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen. Laboratorium ini
memiliki utama berupa kit-kit, yaitu: kit mekanika, kit optika, kit listrik dan magnet, serta kit
hidrostatika dan panas, serta peralatan penunjang lainnya seperti power supply, generator dan
neraca Ohauss. Laboratorium fisika belum memiliki tenaga laboran yang bertugas menyiapkan
alat dan bahan eksperimen, serta memelihara peralatan yang ada.
Langkah-langkah guru dalam pelaksanaan eksperimen sebagai berikut: membentuk
siswa berkelompok, mendemonstrasikan di depan ruang, membimbing pelaksanaan
eksperimen, membimbing penyusunan laporan, membimbing presentasi hasil laporan dan
membantu siswa menyimpulkan hasil eksperimen. Guru merencanakan pembelajaran dalam
bentuk RPP di awal semester, sesuai dengan silabus pembelajaran yang mengacu pada KTSP
2006 dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa 2010. Guru memulai pelaksanaan
eksperimen dengan demonstrasi, agar siswa mempunyai bekal eksperimen, sehingga siswa
lebih jelas dan mudah melaksanakan eksperimen. Guru mengaitkan materi fisika yang akan
dieksperimenkan dengan fenomena alam yang ada. Guru menggabungkan metode eksperimen
dengan metode-metode pembelajaran lainnya, seperti metode informasi, demonstrasi, Tanya
jawan dan penugasan. Guru fisika telah mendapatkan pelatihan penggunaan peralatan yang
berada di laboratorium fisika.
Siswa dibagi dalam kelompok kerja, diberi tugas membuat laporan kegiatan hasil
eksperimen, dilatih membuat kesimpulan setelah eksperimen selesai dan hasil laporan
dikumpulkan. Siswa selama melakukan eksperimen terlihat seperti peneliti. Siswa dapat
bersikap ilmiah dengan mengamati secara obyektif, mengumpulkan data, mendiskusikan
7

dengan teman, dan mengkomunikasukan hasil dengan guru. Siswa dapat meningkatkan
motivasi belajarnya. Siswa memperoleh nilai-nilai pendidikan karakter yang kuat, antara lain:
tanggung jawab dan kerjasama. Di samping itu juga nilai-nilai teliti, jujur, disiplin, sabar,
kreativitas, menghargai proses, terampil dan rasa ingin tahu.
Hasil dan Pembahasan
Temuan - temuan penelitian; Laboratorium fisika Temuan penelitian menunjukkan
laboratorium fisika MAN Paron kabupaten Ngawi memiliki ukuran 7 m x 15 m, laboratorium ini
berfungsi untuk pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen. Hal ini memperkuat
teori Emha dalam Sugiharto (2008), laboratorium sekolah merupakan suatu tempat atau
lembaga tempat peserta didik belajar serta mengadakan percobaan (penyelidikan) dan
sebagainya yang berhubungan dengan ilmu fisika dan lain-lain. Hal ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Karelina dan Etkina (2007), hasil penelitian yang dilakukan oleh
Claudia A. dan Stefan A. (2007), hasil penelitian yang dilakukan oleh Sokoloff, Lows, dan
Thornton (2007). Dari ketiga jurnal international tersebut mengindikasikan persamaanpersamaan yaitu tempat pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen adalah
laboratorium.
Laboratorium fisika MAN Paron kabupaten Ngawi telah memiliki peralatan yang cukup
memadai, tetapi mengalami kendala teknis dalam pemeliharaannya. Di MAN Paron kabupaten
Ngawi, belum ada kurikulum khusus yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan eksperimen di laboratorium, serta pembelajaran fisika di laboratorium telah
didokumentasikan dalam bentuk jurnal pembelajaran. Hal ini sedikit berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Sokoloff, Lows, dan Thornton (2007).
Peralatan utama yang ada di laboratorium fisika MAN Paron kabupaten Ngawi terdiri
dari kit peralatan, yaitu: kit mekanika, kit optika, kit listrik dan magnet, kit hidrostatika dan
panas, serta peralatan penunjang lainnya, seperti: power supply, generator, dan neraca Ohauss.
Hal ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Sokoloff, Lows, dan Thornton (2007)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Laboratorium ini belum memiliki laboran yang
bertugas menyiapkan alat dan bahan eksperimen, serta memelihara peralatan yang ada. Hal ini
terdapat persamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ng dan Nguyen (2006).

8

Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru mengelola kelas dengan membagi siswa
secara berkelompok, kemudian melakukan langkah-langkah: membuat lembar kerja siswa,
menyiapkan peralatan, mencoba peralatan yang akan digunakan, membentuk siswa
berkelompok, mendemonstrasikan di depan ruangan, membimbing pelaksanaan eksperimen,
membimbing penyusunan laporan, membimbing presentasi hasil laporan dan membantu siswa
menyimpulkan hasil eksperimen. Hal ini peneliti tidak menemukan pada lima jurnal
international yang dikaji, sehingga dapat menjadi pengembangan teori yang ada.
Hal ini mendukung teori Sumiati dan Asra (2008: 102) tentang langkah langkah
eksperimen: merumuskan tujuan yang jelas tentang kemampuan apa yang akan dicapai siswa,
mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan, memeriksa apakah semua peralatan itu
dalam keadaan berfungsi atau tidak, menetapkan langkah pelaksanaan agar efisien,
memperhitungkan / menetapkan alokasi waktu, memberikan penjelasan secukupnya tentang
apa yang harus dilakukan dalam eksperimen, membicarakan dengan siswa tentang langkah
yang ditempuh, materi pembelajaran yang diperlukan, variabel yang perlu diamati dan hal yang
perlu dicatat, menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen,
menetapkan apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen. Hal ini peneliti tidak menemukan pada
lima jurnal international yang dikaji, sehingga dapat menjadi pengembangan teori yang ada.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru merencanakan pembelajaran dalam
bentuk RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) di awal semester, sesuai dengan silabus
pembelajaran dan mengacu pada KTSP 2006 dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa
2010. Hal ini merupakan pengembangan teori Sumiati dan Asra (2008: 102) tentang langkahlangkah eksperimen.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa memulai pelaksanaan eksperimen dengan
demonstrasi, agar siswa mempunyai bekal eksperimen, sehingga siswa lebih jelas dan mudah
dalam melaksanakan eksperimen. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ng dan
Nguyen (2006). Di MAN Paron keadaannya sama, salah satu guru menyatakan dalam kegiatan
pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen, mengawalinya dengan kegiatan
demonstrasi, dengan alasan untuk memudahkan siswa dalam melakukan eksperimen.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru mengaitkan eksperimen yang akan
dilaksanakan dengan fenomena-fenomena alam. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Ng dan Nguyen (2006).
9

Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru menggabungkan metode eksperimen
dengan metode-metode pembelajaran lainnya, seperti metode informasi, demonstrasi, tanya
jawab, dan penugasan. Hal ini peneliti tidak menemukan pada jurnal-jurnal international yang
dikaji, sehingga dianggap sebagai pengembangan teori yang ada.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa guru-guru fisika di MAN Paron kabupaten
Ngawi telah mendapatkan pelatihan penggunaan peralatan yang berada di laboratorium fisika.
Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ng dan Nguyen (2006).
Temuan penelitian menunjukkan bahwa siswa dibagi dalam kelompok kerja, diberi tugas
membuat laporan kegiatan hasil eksperimen setelah eksperimen selesai, dan hasil laporan
dikumpulkan, siswa dilatih membuat kesimpulan dari hasil eksperimen. Hal ini merupakan
pengembangan teori Sumiati dan Asra (2008: 102) yang menyatakan salah satu langkah dalam
metode eksperimen adalah menetapkan apa follow-up (tindak lanjut) eksperimen.
Temuan penelitian menunjukkan siswa selama melakukan eksperimen terlihat seperti
peneliti. Hal ini mendukung teori hasil penelitian Karelina dan Etkina (2007).
Temuan penelitian menunjukkan siswa dapat bersikap ilmiah dengan mengamati secara
obyektif, mengumpulkan data, mendiskusikan dengan teman, dan mengkomunikasikan hasil
dengan guru. Hal ini mendukung teori hasil penelitian yang dilakukan oleh Sokoloff, Lows, dan
Thornton (2007).
Temuan penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya,
serta dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter yang kuat pada diri siswa, antara lain:
tanggung jawab dan kerjasama. Di samping itu juga nilai-nilai teliti, jujur, disiplin, sabar,
kreativitas, menghargai proses, terampil, dan rasa ingin tahu. Hal ini merupakan
pengembangan teori, karena peneliti tidak menemukan di jurnal-jurnal international yang
peneliti kaji.
Simpulan
Karakteristik tempat pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen fisika di
MAN Paron kabupaten Ngawi adalah laboratorium fisika. Laboratorium ini memiliki ukuran 7 m
x 15 m, memiliki peralatan yang cukup memadai, tetapi mengalami kendala teknis dalam
pemeliharaan peralatan. Laboratorium ini memiliki dokumen jurnal pembelajaran fisika
10

menggunakan metode eksperimen. Peralatan utama yang ada di laboratorium fisika MAN
Paron kabupaten Ngawi terdiri dari kit peralatan, yaitu: kit mekanika, kit optika, kit listrik dan
magnet, kit hidrostatika dan panas. Laboratorium ini belum memiliki laboran yang bertugas
menyiapkan alat dan bahan eksperimen, serta memelihara peralatan yang ada.
Karakteristik aktivitas guru dalam pembelajaran fisika menggunakan metode
eksperimen di MAN Paron kabupaten Ngawi adalah Guru mengelola kelas dengan membagi
siswa secara berkelompok, kemudian melakukan langkah-langkah: membuat lembar kerja
siswa, menyiapkan peralatan, mencoba peralatan yang akan digunakan, mendemonstrasikan di
depan ruangan, membimbing pelaksanaan eksperimen, membimbing penyusunan laporan,
membimbing presentasi hasil laporan dan membantu siswa menyimpulkan hasil eksperimen.
Guru merencanakan pembelajaran dalam bentuk RPP di awal semester, sesuai dengan silabus
pembelajaran dan mengacu pada KTSP 2006 dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa
2010. Guru memulai pelaksanaan eksperimen dengan demonstrasi, agar siswa mempunyai
bekal eksperimen, sehingga siswa lebih jelas dan mudah dalam melaksanakan eksperimen.
Guru mengaitkan eksperimen yang akan dilaksanakan dengan fenomena-fenomena alam,
menggabungkan pelaksanaan metode eksperimen dengan metode informasi, demonstrasi,
tanya jawab dan penugasan. Guru-guru fisika di MAN Paron kabupaten Ngawi telah
mendapatkan pelatihan penggunaan peralatan yang berada di laboratorium fisika.
Karakteristik aktivitas siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan metode
eksperimen adalah Siswa dibagi dalam kelompok kerja, diberi tugas membuat laporan kegiatankegiatan hasil eksperimen setelah eksperimen selesai, dan hasil laporan dikumpulkan. Siswa
selama melakukan eksperimen terlihat seperti peneliti. Siswa dapat meningkatkan motivasi
belajarnya, serta memperoleh nilai-nilai pendidikan karakter yang kuat, antara lain: tanggung
jawab dan kerjasama.
Laboratorium fisika sebagai tempat pembelajaran fisika menggunakan metode
eksperimen sebaiknya memiliki tenaga laboran yang bertugas membantu kepala laboratorium,
agar pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien. Guru fisika sebaiknya memahami
langkah-langkah penerapan metode eksperimen dalam pembelajarannya, agar pembelajaran
fisika efektif dan efisien. Guru fisika harus cerdas memilih materi, alokasi waktu dan tujuan
pembelajaran dalam mengimplementasikan metode eksperimen.
11

Siswa sebaiknya benar-benar dapat memanfaatkan fasilitas laboratorium fisika selama
melakukan pembelajaran menggunakan metode eksperimen, sehingga siswa memiliki
kompetensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai dan siswa akan memiliki nilai pendidikan karakter yang kuat.
Daftar Pustaka
Aufschnaiter C. & Aufschnaiter S., 2007, Uninersity Students Activities, Thinking And Learning
During Laboratory Work, Gerrmany, European Journal Of Physics, Vol. 3, Num. 28, 30
April 2007, p. S51-S60.
Johnson, Elaine B., 2002, CTL (Contextual Teaching & Learning), Terjemahan, Oleh Ibnu
Setiawan, Tahun 2010, Bandung: Kaifa Learning.
Karelina A. & Etkina E., 2007, Acting Like A Physicist: Student Approach Study To Experimental
Design, Physical Review Special Topics – Physics Education Research, New Jersey, USA,
The American Physical Society, Vol. 3, 19 Oktober 2007, p. 1-12.
Miles B. & Huberman M., 1992, Analisis Data Kualitatif, Terjemahan. Oleh Tjetjep Rohendi
Rohidi, Tahun 2007, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Ng W. & Nguyen V.T., 2006, Investigating The Integration Of Everyday Phenomena And Practical
Work In Physics Teaching In Vietnamese High Schools, Vietnam, International Education
Journal, Vol. 7, Num. 1, p. 36-50.
Sagala, S., 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Setyosari, P., 2009, Pemanfaatan Media, Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15, Universitas
Negeri Malang.
Sokoloff, D.R., Laws P.W., & Thornton R.K., 2007, RealTime Physics: Active Learning Labs
Transforming The Introductory Laboratory, USA, European Journal Of Physics, Vol. 3,
Num. 28, 30 April 2007, p. S83-S94.
Sugiharto, B., 20 Oktober 2008, Optimalisasi Pengelolaan Laboratorium IPA SMP,
http://bowobiologi.blogspot.com/2008/10/optimalisasi-pengelolaan-laboratorium.html,
Diakses jam 11.00 tanggal 31 Mei 2012.
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Bandung: Alfabeta.
Sumiati dan Asra, 2008, Metode Pembelajaran, Bandung: Wacana Prima.
Suyanto, K.E., 2009, Model Pembelajaran, Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 15, Universitas
Negeri Malang.

12

Dokumen yang terkait

PERAN GURU MTSN 1 PARON DI BENDO DALAM PENGEMBANGAN KEAGAMAAN DI DESA TEMPURAN, PARON, NGAWI TAHUN 2014 Peran Guru MTSN 1 Paron Di Bendo Dalam Pengembangan Keagamaan Di Desa Tempuran, Paron, Ngawi Tahun 2014.

0 4 21

PENDAHULUAN Peran Guru MTSN 1 Paron Di Bendo Dalam Pengembangan Keagamaan Di Desa Tempuran, Paron, Ngawi Tahun 2014.

0 4 22

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DI MAN PARON KABUPATEN NGAWI Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 1 14

PENDAHULUAN Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 1 8

PENUTUP Pengelolaan Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Paron Kabupaten Ngawi.

0 2 4

ANALISIS KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI.

0 1 5

BAHASA DAN BUDAYA DALAM ARSITEKTUR RUMAH LIMASAN DI KECAMATAN PARON, KABUPATEN NGAWI (KAJIAN ETNOLINGUISTIK).

0 0 18

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI PADI DI KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI.

0 2 3

Bagian ini menguraikan hasil – hasil penelitian pembelajaran menggunakan metode eksperimen pada materi getaran, gelombang dan bunyi. Hasil penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan metode eksperimen; (2) Hasil belajar kognitif,

0 0 24

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY (WTP) TERHADAP PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) DI KECAMATAN PARON KABUPATEN NGAWI (studi kasus Puskesmas Paron )

0 1 14