PERANAN AUNG SAN SUU KYI DALAM MEMPERJUANGKAN DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1988-2012.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1857/UN.40.2.3/PL/2013

PERANAN AUNG SAN SUU KYI DALAM MEMPERJUANGKAN DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1988-2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Rani Anggia Puspita 0906689

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PERANAN AUNG SAN SUU KYI DALAM MEMPERJUANGKAN DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1988-2012

Oleh

Rani Anggia Puspita

Sebuah skripsi yang diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rani Anggia Puspita Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

.

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

RANI ANGGIA PUSPITA

PERANAN AUNG SAN SUU KYI DALAM MEMPERJUANGKAN DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1988-2012

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si NIP. 19630311 198901 1 001

Pembimbing II

Wawan Darmawan S.Pd., M. Hum. NIP. 19710101 199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M,Pd. NIP. 19570408 198403 1 003


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012”. Masalah utama yang diangkat dalam skripsi ini adalah “Bagaimana Proses Gerakan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012?”. Masalah tersebut kemudian dibagi menjadi empat pertanyaan penelitian, yaitu: (1) Bagaimana kondisi sosial dan politik di Myanmar pada masa pemerintahan junta militer? (2) Bagaimana upaya Aung San Suu Kyi melakukan gerakan demokrasi di Myanmar? (3) Mengapa pemerintahan junta militer melarang gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi? (4) Bagaimana dampak dari gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi terhadap kehidupan sosial dan politik Myanmar? Untuk mengungkap permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode historis dengan empat langkah penelitian, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, serta menggunakan pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep dari ilmu politik dan konsep ilmu sosiologi. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa pemerintah junta militer yang diberlakukan di Myanmar tidak mampu memberikan kemajuan dalam bidang ekonomi, sehingga rakyat melakukan gerakan menuntut turunnya pemerintah junta militer. Rakyat Myanmar berusaha melakukan gerakan perubahan di bawah pengaruh Aung San Suu Kyi yang memainkan peranannya untuk melakukan gerakan demokrasi tanpa menggunakan kekerasan. Pemerintah menentang gerakan demokrasi Aung San Suu Kyi hingga memenjarakannya dengan maksud menghentikan gerakan demokrasi yang dilakukannya. Akibat peristiwa ini, Myanmar dicap sebagai negara paling represif dan melakukan pelanggaran HAM terbanyak di Asia. Hal itu menjadikan Myanmar dikucilkan dari dunia internasional dan menerima banyak sanksi ekonomi. Upaya pemerintah memenjarakan Suu Kyi tidak mempengaruhinya untuk menghentikan semangat revolusinya. Sampai pada akhirnya pemerintah memutuskan membebaskan Aung San Suu Kyi dan keadaan Myanmar menjadi lebih demokratis setelah ia menjadi anggota parlemen. Peneliti berharap bahwa h asil penelitian ini dapat menambah sumber literatur dan khazanah kepustakaan mengenai Aung San Suu Kyi dan negara Myanmar bagi yang membacanya.


(5)

ABSTRACT

The title of this study is “The Role of Aung San Suu Kyi in struggling for democracy in Myanmar since 1988-2012. The main subject about this study is how Aung San Suu

Kyi’s movement process in struggling for democracy in Myanmar since 1988-2012. Those main problem is consist of four research question, (1) How is Myanmar’s social and politic condition when Junta Military Government held? (2) What did Aung San Suu Kyi do to struggle her democracy movement? (3) Why the junta military government banned her democracy movement (4) How the effect of Aung San Suu Kyi’s democracy movement for social and politic situation in Myanmar?. To solve the problems in this study, the writer is using the four part historical method, which are is heuristic, critic, interpretation, and historiography and also using inter disciplinary approach by using politic and sociology concept. Based of this research result, the writer can explain that the junta military government couldn’t give a progress for economy in Myanmar, so that the people started to demand for regime to fall. The people of Myanmar try to make a movement under Aung San Suu Kyi, whose the one that struggle her movement without violence. The government opposed Aung San Suu Kyi’s movement until house arrested her in purpose to stop her democracy struggle. For this incident Myanmar was labeled as a repressive state and the most human right abuse country in Asia. Furthermore, Myanmar also being isolated from international and received a lot of international economic sanctions. The government’s tactic house arrested her didn’t stop her revolution spirit. The government finally decide to release her and Myanmar situation became more democratic after she attend the parliament. The writer hope that this research can give a contributing for literature sources and knowledge/treasure of literature (wtf) about Aung San Suu Kyi and the state of Myanmar for the readers.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

1.6 Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

2.1 Teori Demokrasi... 12

2.2 Teori Konflik ... 17

2.3 Oposisi ... 21

2.4 Junta Militer ... 25

2.5 Penelitian Terdahulu ... 27

2.5.1 Penelitian Terdahulu dalam bentuk Skripsi ... 27

2.5.2 Penelitian Terdahulu dalam bentuk Jurnal ... 28

2.5.3 Kajian Buku tentang Aung San Suu Kyi dan Myanmar ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35


(7)

3.1.1 Penentuan Tema Penelitian ... 36

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 37

3.1.3 Proses Bimbingan ... 38

3.2 Pelaksanaan Penelitian ... 38

3.2.1 Heuristik ... 38

3.2.2 Kritik Sumber ... 41

3.2.2.1 Kritik Eksternal... 41

3.2.2.2 Kritik Internal ... 42

3.2.3 Interpretasi ... 44

3.2.4 Historiografi... 45

3.3 Laporan Hasil Penelitian ... 46

BAB IV AUNG SAN SUU KYI DAN GERAKAN DEMOKRASI DI MYANMAR TAHUN 1988-2012 ... 48

4.1 Kondisi Sosial dan Politik di Myanmar pada Masa Pemerintahan Junta Militer Myanmar... 48

4.1.1 Gambaran Umum Myanmar ... 48

4.1.2 Pemerintahan Junta Militer Myanmar ... 51

4.1.2.1 Masa Pemerintahan Jenderal Ne Win ... 52

4.1.2.2. Masa Pemerintahan Maung Maung sampai Jenderal Than Shwe ... 56

4.2 Gerakan Demokrasi Aung San SuuKyi ... 59

4.2.1 Biografi Singkat Aung San Suu Kyi... 59

4.2.2 Konsep Pemikiran Demokrasi Aung San Suu Kyi ... 62

4.2.3 Upaya Gerakan Demokrasi ... 65

4.2.3.1 Mengirim Surat Terbuka ... 66

4.2.3.2 Orasi di Depan Pagoda Shwedagon ... 68

4.2.3.3 Membentuk Partai NLD ... 71


(8)

4.2.3.5 Kampanye dan Pidato ke Berbagai Daerah ... 75

4.3 Reaksi Pemerintah Junta Militer terhadap Gerakan Demokrasi Aung San Suu Kyi ... 79

4.3.1 Hambatan Saat Berkampanye ... 79

4.3.2 Penangkapan terhadap Suu Kyi dan anggota NLD tahun 1989 81

4.3.3 Hasil Pemilu tahun 1990... 82

4.3.4 Penjara rumah dan Pembebasan tahun 1995 ... 87

4.3.5 Penahanan kembali tahun 2000 dan 2003 ... 92

4.3.6 Sanksi Internasional terhadap Myanmar ... 94

4.4 Dampak Gerakan Demokrasi Aung San Suu Kyi terhadap Keadaan Sosial dan Politik Myanmar ... 97

4.4.1 Pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemilu tahun 2010 ... 97

4.4.2 Pemilu tahun 2012 dan Masuknya Suu Kyi ke Parlemen ... 100

4.4.2.1 Myanmar Membuka Diri terhadap Dunia Internasional 103 4.4.2.2 Dicabutnya Sanksi Ekonomi Myanmar ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

5.1 Kesimpulan ... 108

5.2 Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Gejolak politik yang terjadi di Myanmar, amat disoroti dalam pemberitaan dunia internasional. Sistem pemerintahannya yang dipertahankan selama puluhan tahun yakni junta militer, dianggap sudah tidak mampu lagi menyelesaikan permasalahan yang ada, terutama masalah perekonomian, konflik etnis, dan keterlibatan militer yang terlampau jauh dalam politik. Selain itu, masyarakat sipil dibatasi untuk melakukan perkumpulan dan mengeluarkan pendapat, khususnya dalam mengkritisi keputusan pemerintah, sehingga tentara pemerintah banyak diturunkan untuk melakukan tindakan represif terhadap rakyat yang mencoba melakukan upaya tersebut.

Pemerintahan junta militer di Myanmar diberlakukan sejak tahun 1962 setelah Jenderal Ne Win melakukan kudeta terhadap U Nu yang saat itu menjabat sebagai Perdana Menteri Burma (sebelum berganti nama menjadi Myanmar). Kudeta yang dilakukan berdampak pada sistem pemerintahan yang segala halnya diatur oleh militer. Myanmar semakin tertutup dari dunia luar dengan semboyan yang dikeluarkan Ne Win “Jalan Burma (Myanmar) Menuju Sosialisme”. Perubahan nama Myanmar sendiri dibentuk oleh pemerintah junta militer SLORC (State Law and Order Restoration Council) pada tahun 1989 dengan alasan ingin membebaskan Myanmar dari sejarah kelam kolonialisme penjajahan Inggris dan meningkatkan rasa nasionalisme seluruh suku bangsadi bawah persatuan negara Myanmar (Col, 2005: 7).

Selama puluhan tahun pemerintahan junta militer menjabat, kehidupan rakyat Myanmar tidak mendapatkan kesejahteraan seperti yang dijanjikan oleh para pemimpinnya. Ekonomi Myanmar semakin memburuk di bawah pemerintahan junta militer dengan sistem politik partai tunggal dan ideologi sosialisme yang diusungnya. Harga bahan bakar minyak melambung tinggi, korupsi di kalangan pejabat


(10)

pemerintah junta militer, dan pertanian Myanmar yang menurun menyebabkan kemiskinan semakin bertambah. Dengan tidak selesainya permasalahan-permasalahan tersebut, rakyat Myanmar menganggap bahwa pemerintahan junta militer sudah tidak layak lagi untuk bertahan lebih lama. Puncak dari segala kekecewaan rakyat ditumpahkan dalam sebuah peristiwa yang disebut dengan “Uprising generation 88” (Kompas, 21 November 2010).

Pada tanggal 8 Agustus 1988, terjadi sebuah peristiwa demonstrasi besar-besaran di Yangon dan kota sekitarnya. Demonstrasi ini dimotori oleh mahasiswa dan didukung oleh biksu serta rakyat Myanmar lainnya menuntut turunnya rezim junta militer yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win. Aksi ini hampir serupa dengan peristiwa people power di Filipina ketika rakyat beserta Corazon Aquino istri dari Benigno Aquino, berdemonstrasi menuntut atas pembunuhan suaminya oleh oknum rezim Ferdinand Marcos (Munif, 2009: 6). Diikuti pula dengan kekecawaan rakyat terhadap situasi politik, sosial dan ekonomi Filipina yang carut marut di bawah kepemimpinan Marcos.

Aksi yang terjadi di Myanmar, merupakan bukti dari sebuah fenomena sejarah yang berulang dari peristiwa yang terjadi di Filipina. Rakyat Filipina menuntut turunnya rezim pemerintah otoriter yang sudah tidak sanggup menyelesaikan permasalahan negara dan menuntut Marcos atas pembunuhan oposisinya, Benigno Aquino. Akhirnya, Marcos tumbang dengan adanya peristiwa people power tersebut. Begitupun dengan yang terjadi di Myanmar, hasil dari aksi demonstrasi yang dilakukan di Myanmar pada tahun 1988 berdampak pada kudeta terhadap Jenderal Ne Win, namun belum mampu meruntuhkan rezim junta militer seutuhnya.

Peristiwa demonstrasi tersebut dibalas oleh tentara pemerintah yang dipimpin oleh Sein Lwin yang dikenal sebagai “The Butcher of Rangoon” atau “Penjagal dari Burma”. Tentara pemerintah atau yang disebut dengan Tatmadaw melakukan tindakan kekerasan hingga menembakkan peluru ke arah demonstran yang mengakibatkan terbunuhnya sekitar 3000 jiwa (Makkawaru et al, 2006: 255). Peristiwa ini yang mendorong seorang wanita bernama Aung San Suu Kyi untuk


(11)

turun tangan karena prihatin atas penindasan yang tidak seharusnya dilakukan kepada rakyat yang menginginkan perubahan.

Melihat kondisi rakyat Myanmar yang tidak kunjung mendapatkan kesejahteraan, baik secara ekonomi maupun sosial yang dipimpin oleh sistem politik yang diterapkan pemerintah junta militer, Aung San Suu Kyi yang juga kerap disapa dengan Suu atau Suu Kyi merasa tergerak untuk melakukan gerakan menuntut perubahan dan kebebasan mengusung tema demokrasi. Gerakannya memperjuangkan demokrasi terilhami dari cita-cita Aung San yang tidak lain adalah ayahnya yang merupakan orang yang berjasa dalam militer dan pahlawan kemerdekaan Myanmar, serta terinspirasi dari pemikiran Mahatma Gandhi yang terkenal dengan konsep Ahimsa, yakni ajaran menolak kekerasan.

Pemikiran Gandhi (Mehta, 2002: 244) adalah apabila kekerasan dibalas dengan kekerasan hanya akan melahirkan kebencian. Gandhi mengajarkan pada pentingnya memperjuangkan sesuatu berdasarkan kebenaran atau yang disebut dengan satyagraha. Ini merupakan metode untuk meraih hak-hak melalui perjuangan dengan cara menanggung penderitaan pribadi, yang bertentangan dengan perlawanan menggunakan senjata. Selanjutnya, perjuangan juga harus berada di jalan yang benar dan bermoral.

Setelah melihat kejadian demonstrasi yang dibalas dengan aksi anarkis tentara pemerintah, Suu Kyi melakukan upaya gerakan demokrasi pertamanya dengan mengirim surat terbuka kepada pemerintah junta militer pada tanggal 15 Agustus 1988. Surat tersebut berisi permintaan untuk diadakan susunan Komite Konsultatif Independen untuk pemilu multipartai. Sebelumnya, Jenderal Ne Win (Aung, 1993: 269) menyatakan akan mengundurkan diri dari jabatannya dan akan mengadakan Referendum Nasional, serta menanyakan kepada pihak partai tentang harus diadakan atau tidakkah sistem multipartai.

Mendengar pernyataan yang dikeluarkan oleh Jenderal Ne Win, Suu Kyi membentuk partai NLD (National League for Democracy) dan terpilih sebagai Sekretaris Jenderal dari partai tersebut. Ia dipercaya oleh orang-orang pro-demokrasi


(12)

Myanmar dapat memberikan perubahan yang berarti bagi demokratisasi kehidupan politik di Myanmar. Walaupun tidak dapat dipungkiri peran sosok ayahnya, Aung San mempengaruhi kepopuleran Suu Kyi. Gebrakannya di depan publik dimulai pada tanggal 26 Agustus 1988, dengan melakukan orasi di depan Pagoda Shwedagon yang dihadiri ratusan ribu orang dari berbagai kalangan dan profesi (Makkawaru et.al, 2006: 255).

Selain itu, untuk mendengarkan aspirasi rakyat dan mencari dukungan lebih kuat bagi gerakannya, Suu Kyi tidak hanya melakukan orasi di daerah kota seperti Yangon dan Mandalay, tetapi juga melakukan kunjungan dan kampanye ke daerah-daerah pelosok Myanmar untuk bertemu dengan suku-suku pribumi di wilayah perbatasan. Menurutnya, demokrasi hanya akan berjalan jika semua rakyat ikut bergabung (Clements, 1997:61). Tidak pernah terpikirkan oleh dirinya bahwa ialah orang yang memainkan peran penting dalam memperjuangkan demokrasi, namun posisinya merupakan bagian yang sama sepeti rakyat lainnya yang ikut melakukan gerakan perubahan.

Gerakan yang dilakukan oleh Suu Kyi dan pengikutnya tersebut memenangkan partai NLD di pemilu yang diadakan pada tahun 1990. Partai NLD memperoleh suara sebesar 80,82 persen dan menang mutlak dari partai SLORC pemerintah junta militer. Tetapi, hasil pemilu ini diabaikan oleh pemerintah dan sebelumnya dilakukan penahanan terhadap Suu Kyi di bawah status tahanan rumah. Rekan-rekan politiknya dan beberapa mahasiswa juga dijebloskan ke dalam penjara. Penahanan terhadapnya dilakukan pemerintah dengan tuduhan bahwa Suu Kyi merupakan biang dari segala ketidakstabilan di Myanmar dan pemberi dogma pemikiran Barat yang liberal. Ang Chin Geok (1998, 50) mengatakan bahwa Ne Win sebenarnya sangat tidak menyukai hal-hal yang berbau Barat, sehingga kekhawatirannya sudah muncul sejak Suu Kyi kembali ke Myanmar pada tahun 1988. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk menulis kajian mengenai gerakan demokrasi yang dilakukan oleh Suu Kyi, karena terdapat kesenjangan-kesenjangan yang ada dalam tema penelitian ini. Pertama, karena


(13)

pemerintahan junta militer banyak melakukan tindakan keras dan represif kepada rakyat yang mencoba melakukan protes terhadap pemerintahanya yang dianggap sudah tidak layak lagi bertahan lebih lama. Bersamaan dengan munculnya sosok Suu Kyi yang memperjuangkan demokrasi tanpa menggunakan kekerasan di Myanmar, di mana sebuah Negara yang pemerintahannya sangat tidak toleran terhadap demokrasi. Kedua, kesenjangan terjadi saat pemerintah junta militer mengabaikan hasil pemilu yang dimenangkan oleh partai NLD, sehingga banyak anggota-anggota NLD yang ditangkap dan dipenjara, termasuk Suu Kyi yang dikenai status tahanan rumah. Suu Kyi harus menetap di Myanmar dan merelakan waktu berharga dengan keluarganya dihabiskan dan dipisahkan oleh pemerintah untuk tetap memperjuangkan demokrasi di Myanmar, serta bagaimana dampak dari gerakan yang dilakukan Suu Kyi dan orang-orang yang mendukungnya terhadap masa depan demokrasi di Myanmar.

Melihat permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti gerakan demokrasi yang dilakukan oleh Suu Kyi yang dilakukan tanpa menggunakan kekerasan dan memposisikan dirinya sebagai oposisi pemerintah junta militer. Selain itu, masih kurangnya kajian mengenai Aung San Suu Kyi ataupun Myanmar yang dibahas dalam sebuah skripsi, sehingga peneliti memilih judul “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar Tahun 1988-2012”.

Pemilihan judul dimulai dari tahun 1988, ketika Suu Kyi untuk pertama kalinya datang kembali ke Myanmar, karena sejak tahun 1960 Suu Kyi mulai berpindah-pindah ke luar negeri. Pada tahun 1988 pula, gerakannya menuntut kebebasan dan perubahan dengan mengusung tema demokrasi mulai dilakukan di Myanmar. Suu Kyi dibebaskan untuk ketiga kalinya dari status tahanan rumah pada tahun 2010 dan dapat berkunjung ke luar negeri tanpa dilarang kembali ke Myanmar. Penelitian ini dibatasi sampai tahun 2012, tahun ketika Suu Kyi dan anggota partai NLD lainnya memenangkan pemilu dan mendapat kursi di parlemen, sehingga proses demokratisasi di Myanmar semakin terbuka lebar.


(14)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Proses Gerakan Aung San Suu Kyi untuk memperjuangkan demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012?”. Maka dari itu, peneliti membatasi masalah dengan beberapa pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana kondisi sosial dan politik Myanmar pada masa pemerintahan junta militer?

2. Bagaimana upaya Aung San Suu Kyi dalam melakukan gerakan demokrasi di Myanmar?

3. Mengapa pemerintahan junta militer melarang gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi?

4. Bagaimana dampak dari gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi terhadap kehidupan sosial dan politik Myanmar?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan kondisi sosial dan politik Myanmar pada masa pemerintahan junta militer

2. Menjelaskan upaya Aung San Suu Kyi dalam melakukan gerakan demokrasi di Myanmar

3. Menjelaskan alasan pemerintahan junta militer melarang gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi

4. Mendeksripsikan dampak dari gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi terhadap kehidupan sosial dan politik Myanmar

1.4Manfaat Penelitian


(15)

1. Mengetahui proses dari perjuangan demokrasi yang dilakukan oleh Aung San Suu Kyi di Myanmar pada tahun 1988-2012.

2. Menambah pengetahuan tentang gejolak sosial dan politik yang terjadi di Myanmar.

3. Bagi dunia pendidikan, diharapkan dapat menambah ilmu dan pengetahuan tentang sejarah kawasan, khususnya Asia Tenggara dan Myanmar serta biografi tokoh Aung San Suu Kyi yang berperan dalam memperjuangkan demokrasi di negara rezim junta militer Myanmar.

4. Sebagai perluasan materi di kelas XII jurusan IPS dengan Standar Kompetensi “Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia sejak Perang Dunia II sampai Perkembangan Mutakhir” serta Kompetensi Dasar “Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia dan Posisi Indonesia di Tengah Perubahan Politik dan Ekonomi Internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan Berakhirnya Perang Dingin”. Pada masa tersebut mulai dikenal ideologi -ideologi yang mempengaruhi negara-negara di dunia. Pengaruhnya juga masuk ke Indonesia dan Myanmar yang sama-sama merupakan negara berkembang, sehingga penelitian sejarah kawasan yang dilakukan oleh peneliti, dapat mencakup dalam pembahasan materi dalam SKKD tersebut. Bagi kehidupan sekolah serta para peserta didiknya, diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai karakter yang dapat ditanamakan dalam perjuangan yang dilakukan Aung San Suu Kyi, seperti disiplin, pantang menyerah, kerja keras dan tetap memakai jalan tanpa kekerasan dalam memperjuangkan demokrasi bersama rakyat Myanmar.

1.5Metode Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metode sejarah yang memang sudah lumrah digunakan dalam penelitian ilmu sejarah. Metode sejarah ini juga disebut dengan metode historis. Gottschalk (1983: 32) mengungkapkan bahwa, metode historis merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis, rekaman dan peninggalan


(16)

masa lampau. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengujian dan analisis terhadap sumber-sumber yang sesuai dengan tema yang akan dibahas.

Menurut Ismaun (2005: 23), metode historis memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses menguji dan menganalisis fakta dapat tercapai. Berikut langkah-langkah dalam penelitian sejarah:

1. Heuristik merupakan kegiatan menghimpun dan mengumpulkan sumber-sumber atau jejak masa lalu yang diperlukan untuk bahan penelitian. Upaya-upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber atau data-data yang berkaitan seperti mendatangi berbagai perpustakaan dan mencari atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan bahasan, atau jika memungkinkan dicari pula sumber lisan. Dalam penelitian ini hanya menggunakan sumber tertulis, dikarenakan sumber lisan untuk kajian peneliti agak sukar untuk diperoleh dan peneliti memiliki beberapa keterbatasan untuk melakukannya. Sumber lisan untuk mewawancarai tokoh yang dibahas berada di negara yang berbeda dengan peneliti, yakni di Myanmar.

2. Kritik Sumber merupakan kegiatan menyelidiki, menguji dan menilai keaslian jejak-jejak atau data sesuai dengan masanya. Kritik sumber ada dua aspek, yakni kritik eksternal dan kritik internal. Tujuan dari kegiatan ini adalah bahwa setelah penulis berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, peneliti tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis di sumber-sumber yang dapatkan itu.

3. Interpretasi merupakan kegiatan menafsirkan dari pemahaman atas sumber-sumber yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menafsirkan fakta dan data, dengan konsep-konsep dan teori-teori yang ditulis oleh para ahli atau penulis yang kajiannya berhubungan dengan Aung San Suu Kyi dalam memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012.

4. Historiografi adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahapan terakhir dari penelitian sejarah. Dalam kajian ini, peneliti akan menyusun hasil temuannya


(17)

ke dalam bentuk tulisan yang menggunakan tata bahasa yang jelas dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan yang baik dan benar.

1.6Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demorasi di Myanmar tahun 1988-2012. Di dalamnya, terdapat penjelasan ketertarikan peneliti untuk menulis tema atau judul tersebut. Agar permasalahan yang dikaji tidak melebar, maka peneliti memfokuskannya ke dalam rumusan masalah. Selain itu, terdapat sub bab manfaat dan metode penelitian yang akan digunakan untuk penelitian, lalu di bagian akhirnya terdapat struktur organisasi skripsi yang menjadi kerangka atau pedoman penulisan dalam skripsi ini.

Bab II Kajian Pustaka, dalam bab ini menjelaskan tentang kajian pustaka mengenai buku-buku atau sumber penelitian lainnya yang berkaitan dengan Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012, serta landasan berpikir penelitian berupa konsep-konsep atau teori yang relevan dengan tema yang diangkat. Selain itu, terdapat pemaparan penelitian terdahulu yang berisi sumber-sumber penelitian yang terdiri dari jurnal, skripsi maupun buku.

Bab III Metode Penelitian dalam bab ini dijelaskan mengenai metode atau langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode historis atau metode sejarah. Selain itu, peneliti juga menggunakan pendekatan interdisipliner yang dibantu dengan ilmu lainnya. Dalam hal ini, peneliti menggunakan ilmu bantu politik dan sosiologi untuk menunjang penelitiannya. Proses penelitian disesuaikan dengan Pedoman Penelitian Karya Ilmiah UPI dan berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Bab IV Aung San Suu Kyi dan Gerakan Demokrasi di Myanmar Tahun 1988-2012, dalam bab ini peneliti akan menguraikan seluruh hasil penelitian yang


(18)

dilakukan berdasarkan pada data dan fakta yang diperoleh selama penelitian dilakukan mengenai tema yang peneliti kaji.

Bab V Kesimpulan, dalam bab ini berisi tentang kesimpulan dari serangkaian penelitian yang dilakukan dari awal hingga akhir. Kesimpulan ini merupakan jawaban atas rumusan masalah yang ditanyakan.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi yang berjudul “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012”. Dalam penelitian ini, digunakan metode sejarah atau metode historis.Menurut Louis Gottschalk (1983: 32), metode historis merupakan proses menguji dan menganalisa secara kritis, rekaman dan peninggalan masa lampau.

Menurut Ismaun (2005: 23), metode sejarah memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan agar proses menguji dan menganalisis fakta dapat tercapai. Berikut langkah-langkah dalam penelitian sejarah:

1. Heuristik merupakan kegiatan menghimpun dan mengumpulkan sumber-sumber atau jejak masa lalu yang diperlukan untuk bahan penelitian. Upaya-upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber atau data-data yang berkaitan seperti mendatangi berbagai perpustakaan dan mencari atau membeli buku-buku yang berkaitan dengan bahasan, atau jika memungkinkan dicari pula sumber lisan. Namun, dalam penelitian ini, hanya menggunakan sumber tertulis, dikarenakan sumber lisan untuk penelitian agak sukar untuk diperoleh dan peneliti memiliki beberapa keterbatasan untuk melakukannya. Sumber lisan untuk mewawancarai tokoh yang dibahas berada di negara yang berbeda dengan peneliti, yakni di Myanmar.

2. Kritik Sumber merupakan kegiatan menyelidiki, menguji dan menilai keaslian jejak-jejak atau data sesuai dengan masanya. Kritik sumber ada dua aspek, yakni kritik eksternal dan kritik internal. Tujuan dari kegiatan ini adalah bahwa setelah penulis berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis di sumber-sumber yang dapatkan itu.


(20)

3. Interpretasi merupakan kegiatan menafsirkan dari pemahaman atas sumber-sumber yang digunakan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menafsirkan fakta dan data, dengan konsep-konsep dan teori-teori yang ditulis oleh para ahli, atau penulis yang kajiannya berhubungan dengan Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012.

4. Historiografi adalah penulisan sejarah. Historiografi merupakan tahapan terakhir dari penelitian sejarah. Dalam kajian ini, peneliti akan menyusun hasil temuannya ke dalam bentuk tulisan yang menggunakan tata bahasa yang jelas dan sesuai dengan EYD yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, penyusunan skripsi ini dijabarkan menjadi empat langkah penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Keempat langkah tersebut dibagi dalam tiga bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian. Berikut uraian lengkap penyusunan skripsi ini.

3.1 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan langkah awal dalam melaksanakan penelitian. Tahap ini akan menentukan tahap-tahap dalam penelitian lainnya. Berikut langkah-langkah yang ditempuh dalam persiapan penelitian:

3.1.1 Penentuan Tema Penelitian

Penentuan tema penelitian merupakan tahap yang paling dasar dalam memulai suatu penelitian. Dalam tahap ini, peneliti awalnya membaca beberapa literatur untuk menemukan tema yang akan diteliti. Kemudian peneliti menemukan tema sejarah kawasan Asia Tenggara, dan menspesifikasikan tentang Negara Myanmar. Peneliti memilih tema ini karena merasa tertarik untuk mengkajinya. Pengkajian tentang negara Myanmar, difokuskan pada peranan seorang tokoh yang bernama Aung San Suu Kyi yang memperjuangkan demokrasi.


(21)

Setelah menentukan tema, peneliti mengajukan rancangan judul penelitian kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS). Setelah mendapatkan persetujuan dari pihak TPPS, selanjutnya, peneliti menyusun rancangan penelitian. Rancangan penelitian dituangkan ke dalam bentuk proposal.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian merupakan langkah kedua yang dilakukan dalam proses persiapan penelitian. Rancangan penelitian dibuat dalam bentuk proposal, kemudian dilaporkan kepada pihak TPPS untuk melakukan seminar proposal. Proposal skripsi diantaranya memuat hal-hal berikut:

a. Judul

b. Latar Belakang Masalah Penelitian c. Rumusan Masalah

d. Tujuan Penelitian e. Manfaat Penelitian f. Kajian Pustaka g. Metode Penelitian

h. Struktur Organisasi Skripsi i. Daftar Pustaka

Setelah melakukan studi literatur dengan mencari dan mempelajari beberapa sumber sesuai dengan tema yang dipilih, peneliti segera melakukan seminar. Seminar proposal dilaksanakan pada tanggal 13 Februari 2013. Setelah proses seminar berlangsung, maka ditentukan pembimbing tetap bagi peneliti. Pihak TPPS menentukan bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa M.Si sebagai calon Pembimbing I dan bapak Wawan Darmawan S.Pd., M. Hum sebagai calon Pembimbing II.

Awalnya penelitian ini berjudul “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010”. Namun setelah seminar, dilakukan perbaikan-perbaikan dengan mengganti tahunnya sampai 2012.


(22)

Hal ini dilakukan setelah dipertimbangkan dengan maksud untuk memperjelas permasalahan agar lebih lengkap. Judul penelitian ini kemudian berganti menjadi “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012”.

3.1.3 Proses Bimbingan

Setelah SK (Surat Keputusan) dikeluarkan dengan nomor 004/TPPS/JPS/PEM/2013, pihak TPPS menetapkan Bapak Drs. H. Ayi Budi Santosa M.Si sebagai Pembimbing I dan Bapak Wawan Darmawan S.Pd., M. Hum sebagai pembimbing II. Kemudian, dimulai proses konsultasi atau bimbingan skripsi. Pada proses bimbingan ini dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Peneliti mendapatkan saran, arahan serta masukan yang sangat bermanfaat untuk perbaikan-perbaikan dalam proses penyusunan skripsi ini. Setiap hasil penelitian dikonsultasikan kepada kedua pebimbing yang tercatat dalam lembar bimbingan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada langkah ini, peneliti melakukan tahapan-tahapan metode sejarah atau metode historis, pemaparannya sebagai berikut:

3.2.1 Heuristik

Heuristik merupakan proses mencari sumber atau data-data yang berkaitan dengan tema atau permasalahan penelitian. Corrard (Sjamsuddin, 2007: 86), mengungkapkan bahwa heuristik atau dalam bahasa Jerman Quellenkunde, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, materi sejarah, atau evidensi sejarah. Sumber penelitian terdiri dari dua cara, yakni dengan menggunakan sumber tertulis dan lisan.

Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan sumber tertulis, dikarenakan sumber lisan untuk penelitian cukup sulit untuk diperoleh dan peneliti


(23)

memiliki beberapa keterbatasan untuk melakukannya. Sumber lisan untuk mewawancarai tokoh yang dibahas berada di negara yang berbeda dengan peneliti, yakni di Myanmar.

Peneliti melakukan pencarian sumber ke beberapa tempat, diantaranya perpustakaan UPI, perpustakan UI, perpustakan KAA, perpustakan Batoe Api, perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dan perpustakaan CSIS. Namun, tidak semua tempat yang peneliti kunjungi terdapat sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Berikut adalah daftar beberapa buku yang peneliti temukan di tempat-tempat tersebut:

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Pada perpustakaan ini, peneliti tidak menemukan sumber literatur yang berhubungan dengan Myanmar ataupun Aung San Suu Kyi. Namun, buku-buku yang didapatkan di tempat ini juga membantu peneliti dalam penyusunan skripsi. Buku-buku yang ditemukan berupa buku-buku yang berhubungan dengan demokrasi dan metode penelitian. Diantaranya adalah buku yang berjudul Menjelajah Demokrasi karya Suyatno (2008), Demokrasi dan Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga karya Jeff Haynes (2000), Teori Negara Hukum karya Nukthoh Arfawie Kurde (2005), Konsep Negara Demokrasi karya Munir Fuady (2010), dan Teori Sosiologi Modern karya Goerge Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010).

b. Perpustakaan Universitas Indonesia, Depok. Buku yang didapatkan dalam perpustakaan ini adalah buku yang berjudul The Voice of Hope/Aung San Suu Kyi karya Alan Clements (1997). Selain buku, peneliti juga menemukan skripsi yang berhubungan dengan tema penelitian yang ditulis oleh Mutiara Pertiwi dengan judul Penerapan Norma Non-Interference dalam Upaya ASEAN Mendorong Junta Myanmar Membebaskan Aung San Suu Kyi pada Tahun 2003. Skripsi S1, program pendidikan Ilmu Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia. Skripsi ini tidak diterbitkan.


(24)

c. Perpustakaan Konferensi Asia-Afrika. Di perpustakaan ini, peneliti mendapatkan buku yang berjudul Political Situation of Myanmar and Its Role The Region karya Col Ha Min (2005). Dengan buku ini, peneliti dapat mengetahui pandangan pemerintah Myanmar terhadap situasi yang terjadi di negaranya, termasuk dalam menjelaskan gerakan demokrasi yang dilakukan Aung San Suu Kyi dan pengikutnya menurut sudut pandang pihak pemerintah.

d. Perpustakan Batoe Api. Di perpustakaan ini, peneliti mendapatkan buku yang berhubungan dengan tema penelitian yang berjudul Bebas dari Ketakutan karya Aung San Suu Kyi. Dengan buku ini, peneliti dapat melihat pandangan Aung San Suu Kyi terhadap situasi yang dihadapinya di saat perjuangan demokrasi berlangsung di Myanmar. Buku ini berisi mengenai kumpulan esai, surat-surat Aung San Suu Kyi dan beberapa tulisan rekan-rekannya yang mengenal Suu Kyi.

e. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Di perpustakaan ini, peneliti mendapatkan beberapa buku yang diperlukan untuk menunjang penelitiannya. Buku-buku tersebut adalah buku yang berjudul Mengerti Sejarah karya Louis Gottschalk (1983) dan Towards a New Freedom karya dari Ang Chin Geok (1998). Untuk buku karya Ang Chin Geok, peneliti mendapatkan informasi mengenai biografi Suu Kyi dan analisis penulis bukunya terdahap gerakan demokrasi yang dilakukannya membawa pada sebuah era kebebasan yang baru.

f. Perpustakaan CSIS (Center for Strategic and International Studies). Di perpustakaan ini, peneliti mendapatkan jurnal yang berjudul The Spirit of Aung San Suu Kyi karya dari Birtukan Mideksa dan buku yang berjudul Southeast Asian Affairs 2010 dan 2013 yang disunting oleh Daljit Singh. Di dalam buku tersebut berisi artikel yang ditulis oleh Tin, M.M.T. yang berjudul Myanmar’s 2012 By-Election The Return of NLD. Kemudian terdapat pula artikel yang ditulis oleh Roberth H Taylor. Tulisan-tulisan tersebut membantu


(25)

peneliti mendapatkan informasi mengenai peristiwa yang terjadi di Myanmar pada tahun 2010 sampai 2013, seputar kegiatan pemerintahan dan kegiatan Suu Kyi di tahun-tahun tersebut. Selain itu di perpustakaan ini, peneliti mendapatkan satu artikel tentang kebebasan Suu Kyi di tahun 2010 dan dua artikel yang membahas pimpinan-pimpinan pemerintah junta militer yang berkuuasa di Myanmar.

Selain dari perpustakaan, peneliti juga menggunakan buku-buku koleksi pribadi sebagai bahan rujukan dalam penelitian skripsi ini. Buku-buku tersebut diantaranya adalah buku yang berjudul Pembunuhan-pembunuhan Massal Abad 20 karya Makawaru et.al, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer karya M.C. Ricklefs et.al, Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia karya Ahmad Munif, dan Surat Buat Diktator karya Aung Shwe.

3.2.2 Kritik Sumber

Tahap selanjutnya setelah peneliti mendapatkan sumber-sumber yang dianggap relevan bagi penelitian yang dikaji, adalah tahap kritik sumber. Kritik sumber merupakan kegiatan dalam penelitian yang menyelidiki, menguji dan menilai data-data yang diperoleh dari sumber. Data yang diperoleh dari sumber harus diuji kritis kebenarannya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, peneliti tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis di sumber-sumber yang dapatkan itu. Langkah selanjutnya, peneliti harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya. Kritik sumber-sumber sangat penting dilakukan karena sangat erat hubungannya dengan tujuan sejarawan mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007: 131).

Kebenaran sejarah sendiri tidak dapat didekati secara langsung dan karena sifat sumber sejarah itu sendiri tidak lengkap serta kesulitan menemukan


(26)

sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya (Ismaun. 2005: 48). Oleh sebab itu, dilakukanlah kritik terhadap sumber agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Kritik sumber terdiri dari dua macam, yakni kritik eksternal dan kritik internal.

3.2.2.1 Kritik Eksternal

Kritik eksternal merupakan upaya melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 132). Oleh karena itu, kritik eksternal pada dasarnya menitikberatkan pada menilai kelayakkan sumber-sumber sejarah dijadikan bahan dalam penelitian skripsi ini, baik secara lisan maupun tulisan. Kritik eksternal juga dilakukan untuk meminimalisir subjektivitas dari sumber-sumber yang peneliti gunakan dalam penelitiannya.

Kritik eksternal digunakan apabila penelitian menggunakan sumber primer seperti penggunaan dokumen atau arsip. Pada penyusunan skripsi ini, peneliti tidak melakukan kritik eksternal secara mendalam dikarenakan peneliti tidak mengkaji arsip asli (sumber primer). Ketika peneliti melakukan kritik eksternal, peneliti hanya melihat tahun terbit sumber disesuaikan dengan periode waktu yang peneliti ambil terhadap permasalahan yang dikaji, serta latar belakang dari pengarang dari sumber tersebut. Peneliti hanya menggunakan sumber sekunder berupa buku, surat kabar dan majalah yang didapatkan dari perpustakaan-perpustakaan serta melakukan browsing dari internet untuk mendapatkan jurnal dan artikel yang relevan untuk digunakan.

3.2.2.2 Kritik Internal

Kritik internal bertujuan melakukan pengujian terhadap substansi atau isi sumber. Kritik internal mencoba melihat atau menguji dari dalam reliabilitas dan kredibilitas isi dari sumber-sumber sejarah (Sjamsuddin, 2007: 143). Untuk melakukan kritik internal, peneliti awalnya membaca serta memahami keseluruhan isi sumber, kemudian membandingkan sumber-sumber lain yang telah dibaca sehingga memperoleh kepastian bahwa sumber-sumber tersebut dapat digunakan sesuai dengan


(27)

tema yang peneliti kaji. Hasil dari perbandingan tersebut diperoleh kepastian bahwa sumber mana yang relevan untuk digunakan dan sumber mana yang tidak bisa digunakan untuk permasalahan yang dikaji. Selanjutnya, data-data yang didapat digunakan sebagai bahan penulisan skripsi.

Peneliti mengelompokkan mana yang merupakan biografi Aung San Suu Kyi, Negara Myanmar, dan Pemerintahan Junta Militer. Setelah mengelompokkannya, sumber-sumber tersebut akan peneliti kritik, sehingga didapatkan fakta dan informasi yang benar. Misalnya, peneliti akan meneliti riwayat hidup Suu Kyi dan tentang pemerintah junta militer di Myanmar, maka peneliti mengumpulkan buku-buku tersebut seperti diantaranya buku yang ditulis oleh Aung San Suu Kyi yang berjudul Bebas dari Ketakutan, buku yang ditulis oleh Alan Clements yang berjudul The Voice of Hope/Aung San Suu Kyi, buku yang ditulis oleh Ang Chin Geok yang berjudul Aung San Suu Kyi Towards a New Freedom, buku yang ditulis oleh Ahmad Munif yang berjudul Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia, buku yang ditulis oleh Ready Susanto yang berjudul Ensiklopedi Tokoh-tokoh Wanita, buku yang ditulis oleh M.C. Ricklefs et.al yang berjudul Sejarah Asia Tenggara dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer, buku yang ditulis oleh Makkawaru et.al yang berjudul Pembunuh-pembunuh Massal Abad 20, buku yang ditulis oleh Myo Thant et.al yang berjudul Myanmar Facts and Figures, buku yang berjudul Political Situation of the Union Myanmar and It’s Role The Region yang ditulis oleh Col Ha Min, buku yang berjudul Surat Buat Diktator: Surat-surat Ketua NLD Aung Shwe kepada Pemimpin SLORC Jenderal Than Shwe yang ditulis oleh Aung Shwe, buku yang berisi artikel berjudul Southeast Asia: A Political Profile karya Demian Kingsbury, buku yang berisi artikel berjudul Southeast Asian Affairs 2013 yang ditulis oleh Tin Maung Maung Than, dan buku yang berjudul The State in Myanmar yang ditulis oleh Roberth H. Taylor.

Salah satu contoh kritik internal yang peneliti lakukan adalah ketika peneliti ingin mengetahui hasil pemilu tahun 1990 yang seharusnya kemenangan diberikan


(28)

Ketakutan”, Suu Kyi menyatakan bahwa pemerintah junta telah mencoreng pemilu yang berasakan demokrasi dengan mengabaikan hasil pemilu di tahun 1990. Pada tahun 1989, saat ia berada dalam tahanan rumah, para pejabat pemerintah menyampaikan surat kepadanya, berisi dokumen yang disiapkan oleh partainya untuk memperoleh persetujuannya agar menjadi calon dalam pemilihan umum bulan Mei 1990. Namun ketika hasil pemilu menyatakan partai NLD menang, pemerintah tidak mengakui hal tersebut, yang seharusnya anggota partainya mendapatkan sekitar 80,82 persen kursi di parlemen.

Berbeda dengan pendapat Col Hla Min dalam bukunya yang berjudul Political Situation of Myanmar and Its Role The Region yang mengatakan bahwa hasil pemilu tahun 1990 bukan untuk menghasilkan anggota parlemen seperti yang diperkirakan oleh anggota partai NLD dan pihak oposisi lainnya. Melainkan, setelah adanya pemilu tersebut akan dilakukan penyusunan konstitusi baru yang akan membawa sistem pemerintahan Myanmar ke arah yang lebih demokratis. Lalu perihal masalah Suu Kyi, Col berpendapat bahwa Suu Kyi sejak awal memang tidak mengikuti pemilu karena sedang berada dalam status tahanan rumah sejak 1989. Karena terdapat aturan bahwa tidak boleh ada anggota pemilu yang dibawah pengaruh atau pemikiran asing. Dalam hal ini, pemerintah menyatakan bahwa Suu Kyi menikahi seorang yang berkebangsaan asing dan selama 28 tahun berada di berada di luar Myanmar. Secara otomatis kewarganegaraannya pun ikut berubah menjadi orang berkebangsaan Inggris, sehingga ilegal baginya untuk ikut serta dalam pemilu.

Dari kedua pendapat di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa bila hasil pemilu 1990 tersebut bukan dihasilkan untuk penempatan anggota parlemen bagi partai yang memenangkan, setidaknya pemerintah harus mengikutsertakan pemenang pemilu dalam penyusunan konstitusi tersebut. Pada kenyataanya, pemerintah membuat konstitusi baru tersebut tanpa mengikutsertakan partai-partai pemenang pemilu, salah satunya partai NLD, sehingga konstitusi tersebut tidak sah dan tidak mengherankan bila banyak pihak yang menentangnya.


(29)

3.2.3 Interpretasi

Tahap selanjutnya adalah melakukan interpretasi atau penafsiran terhadap data atau fakta yang diperoleh. Setiap data akan dibandingkan dan dihubungkan dari satu fakta dengan fakta lainnya yang diperoleh dari berbagai sumber. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengungkapkan suatu peristiwa sejarah secara utuh dan memperoleh gambaran terhadap permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Semua data ataupun fakta dirumuskan, kemudian disusun dan ditafsirkan serta dihubungkan antara fakta yang satu dengan fakta yang lainnya, sehingga tercipta sebuah rekontruksi yang terstruktur yang membahas masalah-masalah pokok mengenai “Peranan Aung San Suu Kyi dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012”.

Fakta-fakta sejarah yang ditafsirkan di dalam suatu penulisan sejarah harus fakta-fakta sejarah yang objektif. Dengan kata lain, seorang penulis sejarah tidak boleh membuat tulisannya menurut keinginan kecenderungan pribadinya. Fakta-fakta yang objektif didapat melalui penelitian objektif terhadap sumber-sumber sejarah dengan penelitian yang cermat secara kritis dengan teknik penelitian sejarah dalam bentuk heuristik dan kritik sumber (Ismaun, 2005: 59). Fakta-fakta yang terdapat dalam sumber-sumber yang sudah dikumpulkan, satu sama lain harus dibandingkan dan tidak boleh direkayasa oleh peneliti. Penafsiran yang cermat harus dilakukan agar tidak menimbulkan penulisan yang subjektif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner, yakni dengan menggunakan ilmu-ilmu bantu lainnya, seperti ilmu sosiologi dan politik. Ilmu sosiologi digunakan peneliti dalam mengkaji teori-teori sosiologi yang digunakan sebagai landasan berpikir penelitian ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan teori konflik sebagai landasan penelitiannya, sedangkan ilmu politik digunakan peneliti dalam menganalisis bentuk kepemimpinan pemerintahan junta militer di Myanmar, konsep oposisi dan proses gerakan demokrasi yang dilakukan Suu Kyi di Myanmar.


(30)

3.2.4 Historiografi

Menurut Ismaun (2005: 28), secara harfiah historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang lalu yang disebut dengan sejarah. Sejarah sebagai pengetahuan tentang masa lalu diperoleh melalui suatu penelitian mengenai kenyataan masa lalu dengan metode ilmiah yang khas. Metode yang digunakan dalam ilmu sejarah disebut dengan metode historis atau metode sejarah.

Historiografi merupakan proses rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. Akan tetapi, imajinasi dalam sejarah terbatas, karena masa lampau yang digambarkan sebagai sesuatu yang sungguh terjadi jelas memberikan limit terhadap jenis rekaman dan imajinasi yang dapat dipergunakannya. Imajinasinya ditujukan terhadap re-kreasi, dan bukan ditujukan untuk kreasi (Gottschalk, 1983: 33).

Tahap ini diharapkan peneliti memiliki kemampuan analitis dan kritis sehingga hasil tulisannya tidak hanya menjadi karya tulis biasa, tetapi menjadi skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh hasil penelitian dituangkan dalam bentuk tulisan. Teknik penulisan yang digunakan adalah sistem Harvard dan menggunakan tata bahasa sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Teknik penulisan berdasarkan sistem ini disesuaikan dengan penelitian karya ilmiah yang memang lazim digunakan di Universitas Pendidikan Indonesia. Peneliti menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah tahun 2012 yang dikeluarkan UPI sebagai acuan teknik penulisan bagi penelitiannya.

3.3 Laporan Hasil Penelitian

Tahap ini merupakan tahap akhir dari prosedur penelitian yang dilakukan. Laporan penelitian dilakukan setelah peneliti menemukan sumber-sumber, kemudian menganalisisnya dan menafsirkannya pada tahap interpretasi. Fakta-fakta yang didapat disajikan menjadi satu kesatuan tulisan kemudian disusun dalam historiografi.


(31)

Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI, sehingga stuktur organisasi skripsi disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini terbagi ke dalam lima bab sebagai berikut:

Bab pertama, adalah bab pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah penelitian berupa alasan dan ketertarikan peneliti dengan tema yang dikaji. Kemudian terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan stuktur organisasi skripsi.

Bab dua berisikan kajian pustaka yang merupakan landasan berpikir dari penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini berisi mengenai sumber-sumber, konsep dan teori yang relevan digunakan untuk penelitian sesuai tema yang dikaji. Selain itu, terdapat pula penelitian terdahulu yang terdiri dari jurnal, skripsi dan buku.

Bab ketiga berisikan metodologi penelitian yang memaparkan metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah atau metode historis yang memang sudah lumrah digunakan dalam sebuah penelitian sejarah. Metode historis terdiri dari empat bagian, yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi. Penelitian ini juga memakai pendekatan interdisipliner yang menggunakan ilmu bantu lainnya, seperti ilmu sosiologi dan politik.

Bab keempat adalah hasil penelitian dari “Aung San Suu Kyi dan Gerakan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2012”. Dalam bab ini dipaparkan data dan fakta yang didapat dari berbagai sumber yang ditemukan. Tentunya, data dan fakta tersebut dipaparkan sesuai dengan yang ada di sumber. Selain itu, peneliti berusaha seobjektif mungkin dalam menafsirkan informasi yang didapat.

Bab kelima selanjutnya penelitian ini disesuaikan dengan kesimpulan sebagai rangkuman pembahasan peneliti sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji di dalam bab IV. Kemudian disajikan penafsiran peneliti terhadap hasil analisis dan


(32)

temuannya. Selain itu, dilengkapi pula dengan saran serta rekomendasi mengenai masalah yang dikaji.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Aung San Suu Kyi Dalam Memperjuangkan Demokrasi di Myanmar tahun 1988-2010”. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya. Terdapat empat hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas, yaitu:

Pertama, kondisi sosial politik di Myanmar pada masa pemerintahan junta militer. Pemerintahan junta militer Myanmar berlaku semenjak Jenderal Ne Win melakukan kudeta terhadap Perdana Menteri U Nu pada tahun 1962. Di bawah kekuasaan Ne Win, sistem politik Myanmar berubah dari demokrasi parlementer menjadi “Jalan Myanmar menuju Sosialisme”. Partai politik banyak dibubarkan dan hanya berdiri satu partai tunggal dengan nama BSPP. Myanmar terisolasi dari dunia luar karena Ne Win ingin Myanmar menjadi bangsa mandiri dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan asing yang mengakibatkan para pengusaha asing yang kebanyakan dari etnis Cina terpaksa pergi meninggalkan Myanmar. Selain itu, segala hal yang berbau Barat dilenyapkan dari Myanmar karena kekhawatiran terhadap pengaruh tersebut akan mengancam dan mempengaruhi kekuasaannya. Namun, keinginannya menjadikan Myanmar sebagai bangsa mandiri malah berakibat pada munculnya permasalahan-permasalahan baru, seperti munculnya black market dan banyaknya korupsi yang dilakukan pejabat militer.

Pemerintahan junta militer masih berlanjut meskipun peristiwa demonstrasi berdarah pada tanggal 8 Agustus 1988 berdampak pada kudeta terhadap Ne Win. Pemerintahan terus berlangsung di bawah pimpinan Maung Mang yang sedikit memberi celah bagi terbukanya demokratisasi di Myanmar dengan keputusan akan membubarkan partai pemerintah dan menggantinya dengan pemerintahan sipil. Namun, kudeta kembali terjadi dan Jenderal Saw Maung menggantikan posisi Maung


(34)

Maung. Di bawah pemerintahan Saw Maung, Myanmar kembali pada sistem pemerintahan mengandalkan militer sebagai panglima dengan dibentuknya pemerintahan bernama SLORC (Dewan Hukum dan Restorasi Negara) dan dikeluarkannya hukum Martial Law yang mengizinkan dilakukannya hukuman mati tanpa proses peradilan terhadap siapa saja orang yang dianggap mengancam keamanan dan perdamaian negara. Hukum tersebut sebenarnya hadir untuk mengancam dan menakut-nakuti rakyat agar tidak melakukan protes terhadap pemerintah. Saw Maung kemudian mengundurkan diri, dan digantikan oleh Jenderal Than Shwe yang juga merupakan orang militer. Namun Than Shwe hanya menjabat sebagai ketua partai dan menunjuk Khin Nyunt, Soe Win hingga Thein Shein untuk menjadi pimpinan negara. Akan tetapi keberadaan mereka hanya dianggap sebagai boneka Than Shwe.

Kedua, kedatangan kembali Aung San Suu Kyi ke Myanmar yang awalnya hanya untuk merawat ibunya yang sakit, berubah ketika ia menyaksikan kondisi sosial, politik dan ekonomi Myanmar semakin jauh dari apa yang ayahnya cita-citakan. Kemudian, Suu Kyi memutuskan untuk melakukan gerakan menuntut kebebasan bagi rakyat dan perubahan sistem politik pemerintah agar lebih demokratis. Konsep pemikirannya tentang gerakan demokrasi terilhami dari cita-cita Aung San dan gerakan tanpa menggunakan kekerasan dari Mahatma Gandhi. Suu Kyi mengirimkan surat terbuka kepada pemerintah pada tanggal 15 Agustus 1988 menuntut untuk membentuk tim penasihat yang ahli dalam bidang sosial, politik, pendidikan dan ekonomi guna menyelesaikan masalah-masalah yang sedang dihadapi Myanmar, serta menuntut adanya pemilu dengan sistem multipartai. Kemudian Suu Kyi juga melakukan orasi di depan Pagoda Shwedagon pada tanggal 26 Agustus 1988 yang membuat seluruh rakyat yang menyaksikannya kagum dengan sosok dan cara bicaranya yang seperti ayahnya. Lalu Suu Kyi membentuk partai NLD bersama Aung Gyi dan U Tin U yang merupakan mantan pejabat pemerintahan militer. Suratnya yang dikirimkan ke Amnesti Internasional dan para duta besar negara-negara anggota PBB perihal masalah pelanggaran HAM yang terjadi di Myanmar jatuh ke tangan


(35)

pemerintah dan ini membuat mereka geram. Saat pemilu diumumkan akan dilaksanakan pada Mei 1989, Suu Kyi dan rombongan partai NLD melakukan kampanye ke berbagai tempat di Myanmar, sampai ke daerah-daerah pedalaman yang masih dihuni oleh suku-suku asli.

Ketiga, saat melakukan kampanye, banyak hambatan-hambatan yang dialami Suu Kyi dan rombongannya. Tentara pemerintah selalu muncul dan membayang-bayangi perjalanannya, bahkan pernah ada upaya pembunuhan terhadap Suu Kyi secara langsung yang dilakukan tentara pemerintah. Tetapi, upaya tersebut gagal karena mental tentara pemerintah yang kalah bernyali dengan Suu Kyi yang menghadapi mereka hanya dengan tangan kosong. Pemerintah akhirnya menahan Suu Kyi dengan status tahanan rumah dan menangkap rekan-rekan NLD lainnya serta memenjarakan mereka di penjara Insein. Dengan status tahanan rumah yang diberlakukan pemerintah, Suu Kyi terpaksa tidak dapat berpartisipasi dalam pemilu 1990. Namun, hal ini tidak mempengaruhi rakyat untuk tidak memilih NLD, sehingga pemilu tersebut dimenangkan oleh NLD dengan kemenangan telak sebesar 80,82 persen. Anggota NLD yang terpilih seharusnya bisa duduk di parlemen sesuai aturan hasil pemilu yang berlaku, namun pemerintah menolak hasil tersebut dengan mengelak bahwa pemilu tersebut dilakukan bukan untuk menghasilkan anggota parlemen, namun membentuk Konvensi Nasional dengan tujuan sebagai proses demokratisasi di Myanmar. Partai NLD menolak menghadiri konvensi berkali-kali sebelum diadakannya dialog membahas perihal pembebasan Suu Kyi. Kecaman dan sanksi ekonomi terhadap Myanmar pun bermunculan.

Akhirnya Suu Kyi dibebaskan pada tahun 1995 dan kembali menjalankan kegiatan politiknya, namun pada tahun 2000 terjadi kembali penahanan terhadap dirinya dan beberapa orang NLD. Dua tahun kemudian dibebaskan setelah perwakilan PBB meminta pemerintah junta militer melakukan dialog dengan Suu Kyi. Pada tahun 2003, ketika Suu Kyi beserta rombongannya melakukan perjalan ke desa Depayin, daerah Kachin, terdapat sekumpulan tentara yang menyerang rombongannya. Peristiwa ini mengakibatkan penahanan kembali Suu Kyi sebagai


(36)

tahanan rumah untuk ketiga kalinya. Tindakan pemerintah yang berusaha menekan dan melumpuhkan Suu Kyi untuk berhenti melakukan gerakan demokrasi sama sekali tidak mempengaruhinya ketika ia harus dipenjara. Penjara di dalam rumah, sama sekali tidak membuatnya depresi atau berniat mundur dari gerakan demokrasi yang dilakukannya. Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa kerinduan terhadap keluarganya yang dilarang mengunjunginya sangat terasa, namun Suu Kyi tidak menyebut hal ini sebagai pengorbanan terbesar, karena ia tidak sendiri dan banyaknya pengorbanan orang lain yang lebih berat dari dirinya. Hal ini semakin membuat dunia internasional geram dan menambah sanksi ekonominya terhadap Myanmar. Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa terus melakukan sanksi ekonominya, tetapi Cina dan Thailand yang sudah melakukan hubungan sejak lama dengan Myanmar tidak mengindahkan hal tersebut.

Keempat, pemilu kembali dilakukan di Myanmar pada tahun 2010. NLD menolak ikut bergabung karena aturan dalam pemilu yang banyak merugikan NLD. Pemilu tersebut dimenangkan oleh partai pemerintah USDP dan membuat Thein Shein menjadi presiden Myanmar. NLD memboikot pemilu tersebut karena dicurigai terjadi kecurangan dalam prosesnya yang dilakukan partai pemerintah, karena tidak adanya pemantau dan jurnalis asing yang boleh memantau jalannya pemilu. Masa tahanan Suu Kyi yang seharusnya habis sebelum tahun 2010, kemudian diperpanjang karena menolong dan memberi tempat menginap selama beberapa hari kepada seorang pria Amerika yang berenang dari danau Inya menuju rumah Suu Kyi. Hal ini membuat geram pemerintah dan memutuskan memperpanjang masa tahanan rumahnya, sehingga Suu Kyi tidak bisa ikut serta dalam pemilu yang diadakan tahun 2010.

Suu Kyi kembali dibebaskan untuk ketiga kalinya pada tanggal 30 Novermber 2010. Ia diijinkan untuk kembali melakukan aktivitas politik di Myanmar. Pada tahun 2012, diadakan kembali pemilu untuk pemilihan anggota parlemen. Pemilu kali ini lebih bebas dan terbuka, karena jurnalis asing dan lokal dizinkan untuk memantau meskipun dengan batas waktu yang relatif singkat. NLD memenangkan pemilu dan


(37)

memenangkan 43 kursi dari total 45 kursi yang disediakan di parlemen. Akhirnya, Suu Kyi dan anggota NLD terpilih lainnya dilantik menjadi anggota parlemen, walaupun pada awalnya Suu Kyi bersikeras menolak pelantikan sebelum satu kata dalam sumpah diganti. Dengan kehadiran Suu Kyi dan anggota NLD lainnya di dalam parlemen, membuat semakin terbukanya peluang demokratisasi di Myanmar. Dengan kebebasan yangsudah diperolehnya, Suu Kyi bekerja di dalam parlemen demi terciptanya demokrasi dalam sistem politik Myanmar, meskipun orang-orang militer dan partai pemerintah masih menguasai suara yang besar terhadap setiap keputusan parlemen. Suu Kyi mendapatkan banyak kunjungan dari tokoh-tokoh dunia, salah satunya adalah perdana Menteri Inggris, David Cameron. Kunjungan ini dimanfaatkan Suu Kyi untuk meminta Inggris dan negara Uni Eropa lainnya mencabut sanksi ekonomi terhadap Myanmar. Suu Kyi juga melakukan perjalanan ke luar negeri tanpa takut tidak bisa kembali ke Myanmar. Kunjungannya ke Amerika Serikat dan bertemu Presiden Barack Obama memberi pengaruh yang besar terhadap dicabutnya sanksi ekonomi Amerika Serikat terhadap Myanmar.

Penguasa junta militer di Myanmar sudah beberapa kali silih berganti, namun gerakan demokrasi yang dilakukan Suu Kyi tidak pernah padam sejak tahun 1988. Meskipun penjara rumah bertahun-tahun dan terisolasi dari dunia luar harus dihadapinya, tetapi Suu Kyi tetap hidup dalam semangat revolusinya untuk melakukan perubahan di Myanmar. Dengan kebebasan yang diperolehnya setelah bebas sebagai tahanan rumah dan kedudukannya sebagai anggota parlemen, membuat semakin terbukanya proses demokratisasi di Myanmar. Kedudukannya di parlemen, diharapkan dapat membawa perubahan yang signifikan yang selama ini diinginkan rakyat Myanmar. Keberadaan dan peranan Suu Kyi sebagai tokoh yang terkenal dan disegani oleh pemimpin dunia, juga diharapkan dapat membawa dampak positif agar semakin terbuka dan membaiknya citra Myanmar di dunia internasional.


(38)

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dan menjadi sumber pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Materi dari penelitian ini sesuai dengan Standar Kompetensi (SK) kelas XII jurusan IPS yakni “Menganalisis perkembangan sejarah dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir”, dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu “Menganalisis perkembangan sejarah dunia Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin”. Pembahasan Myanmar sebagai negara yang sama-sama berada dalam satu wilayah kawasan Asia Tenggara dengan Indonesia, diharapkan dapat menjadi materi pembelajaran sejarah sesuai dengan SKKD tersebut. Myanmar dan Indonesia merupakan negara berkembang yang juga pernah mengalami gejolak politik. Selain itu, ideologi-ideologi yang bermunculan pasca Perang Dingin seperti demokrasi yang diusung dari pihak Amerika, dan komunis dari Rusia, mempengaruhi negara-negara lainnya, termasuk ke Myanmar dan Indonesia.

Selain itu, melalui penelitian ini juga memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya melalui kerangka berpikir penulis mengenai pembahasan yang belum dipecahkan atau belum diungkap secara jelas dalam penelitian ini. Keterbukaan Myanmar terhadap dunia internasional menjadi hal yang bermanfaat, namun masih banyak hal yang harus dibenahi di dalam negeri. Masih banyak masalah-masalah di dalam negeri yang harus diselesaikan, seperti pertentangan kaum etnis yang sejak dulu terjadi di Myanmar masih banyak terjadi. Terutama masalah pertentangan yang terjadi antara kaum Muslim dan kaum Buddha di daerah Arakan (Rakhine). Masalah-masalah pertentangan antar etnis dan lintas agama ini masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah dan anggota parlemen. Suu Kyi sebagai orang yang kini duduk di parlemen, juga ikut bertanggung jawab akan hal tersebut. Selain menangani masalah-masalah etnis yang masih bergejolak, jajaran pemerintahan Myanmar juga diharapkan dapat mempertahankan sistem politik yang demokratis dan meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya


(39)

agar lebih sejahtera. Tantangan pemerintah juga akan semakin meningkat untuk ke depan.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal:

Mideksa,B. (2012). “The Spirit of Aung San Suu Kyi. Dalam Journal of Democracy”. Journal of Democracy. 23, (3), 171-177.

Sumber Buku:

Agustono Y.et.al. (2010). Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan. Jakarta: Lentera Abadi.

Alwi, H. et.al. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Amal, I. (1988). Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ang, CG. (1998). Aung San Suu Kyi: Towards a New Freedom. New York: Prentice Hall.

Aung, SSK. (1993). Bebas dari Ketakutan. Penerjemah Sugiarta Wibowo. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Aung, S. (1998). Surat Buat Diktator: Surat-surat Ketua NLD Aung Shwe kepada Pemimpin SLORC Jenderal Than Shwe. Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.

Clements, A. (1997). The Voice of Hope/Aung San Suu Kyi. Toronto: Penguin Books.

Col, HM. (2005). Political Situation of the Union Myanmar and It’s Role The Region. Jakarta: Department of International Affairs and Research Ministry of Defence Union of Myanmar.

Fatah, E S. (1999). Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fuady, M. (2010). Konsep Negara Demokrasi. Bandung: Refika Aditama. Gottschalk, L. (1983). Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Susanto.

Jakarta: UI Press.


(41)

Haynes, J. (2000). Demokrasi dan Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Huntington, S. (1995). Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama press.

Kelsen, H. (2006). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Bandung: Nusamedia.

Kingsbury, D. (2001). Southeast Asia: A Political Profile. Oxford: Oxford University Press.

Kurde, N.A. (2005). Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Makkawaru, A, et.al. (2006). Pembunuh-pembunuh Massal Abad 20. Yogyakarta: Narasi

Mehta, V. (2002). Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mehden, FRVD. (1987). Politik Negara-negara Berkembang. Jakarta: Bina Aksara

Munif, A. (2009). Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia. Yogyakarta: Narasi.

Munif, A. (2007). 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia. Yogyakarta: Narasi. Myo, T, et.al. (2002). Myanmar Facts and Figures. Jakarta: Ministry of

Information Union of Myanmar.

Nasikun. (2010). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Naszir, N. (2009). Teori-teori Sosiologi. Bandung: Widya Pajajaran.

Ricklefs, MC, et al. (2013). Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu.

Ritzer, G. dan Douglas J.G. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(42)

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Stuktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, R. (2008). Ensiklopedi Tokoh-tokoh Wanita. Bandung: Nuansa Suyatno. (2008). Menjelajahi Demokrasi. Bandung: Humaniora.

Taylor, R H. (2009). The State in Myanmar. Singapura: NUS Press.

Taylor, R.H. (2010). Southeast Asian Affairs 2010: Myanmar in 2009 On the Cusp of Normality. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tin, M.M.T. (2013). Southeast Asian Affairs 2013: Myanmar’s 2012 By

-Election The Return of NLD . Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Usman, S. (2012). Sosiologi, Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Skripsi:

Pertiwi, M. (2004). Penerapan Norma Non-Interference dalam Upaya ASEAN Mendorong Junta Myanmar Membebaskan Aung San Suu Kyi pada Tahun 2003. Skripsi S1 pada program pendidikan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Depok: tidak diterbitkan.

Artikel dari majalah dan surat kabar:

Time. “The lady Returns, but Aung San Suu Kyi now has to become more than an icon of democracy”. (29 November 2010).

Time. “Burma’s Hard Man, Why the world is getting know one of its toughest rulers”. (19 Oktober 2009).

Tempo. “Suu Kyi Meminta AS untuk Mencabut Sanksi Ekonomi”. (19

September 2012).


(43)

Kompas. “Meliput di Negeri Aung San Suu Kyi”. (8 April 2012).

Kompas. “Aung San Suu Kyi tegar di tengah derita”. (21 November 2010).

Kompas. “Misi Damai bagi Pejuang Damai”. (16 Februari 1993).

Republika. “PBB Kecewa Penahanan Suu Kyi Diperpanjang”. (13 Agustus

2009).

BBC. “Aung San Suu Kyi dibebaskan”. (13 November 2010).

BBC. “Aung San Suu Kyi dilantik jadi anggota parlemen”. (2 Mei 2012)

Suara Merdeka “Diperketat, Penjagaan sekitar rumah Suu Kyi”. (28

September 2003)

Kompas. “Meliput di Negeri Aung San Suu Kyi”. (8 April 2012).

Kompas. “Aung San Suu Kyi tegar di tengah derita”. (21 November 2010). Kompas. “Misi Damai bagi Pejuang Damai”. (16 Februari 1993).

Sumber Internet:

Nardi, D. (2012). Burmese Change, Opportunities for Myanmar. Dalam Journal Spring 2012 University of Michigan. [Online]. Vol 2, 3 halaman.Tersedia:http://www.lsa.umich.edu/UMICH/ii/Home/II%20Jo urnal/Documents/2012spring_iijournal_article4_nardi.pdf[2 Juli 2013]. Asiaweek. (1 Juli 1989). The 1990 Election in Myanmar (Burma). [Online].

Tersedia:http://www.ibiblio.org/obl/docs/DT-Elections.html [14 September 2013].

Agus Husni. (4 Juli 2010). [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/10/07/04/123029-partai-suu-kyi-bersengketa-mengenai-lambang-topi-bambu. [13 Oktober 2013].

Bambang, Aris, S. (4 Januari 2013). [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2013/01/04/on-this-day-burma-merdeka-dari-inggris-364191 [14 Juli 2013]

Burma Partnership. (2010). [Online]. Tersedia:

http://burmapartnership.org/2010elections/wp-content/uploads/2010/05/constitutional-leaflet-indonesian.pdf. [14 September 2013].


(44)

Deutsche Welle. (3 Oktober 2012). [Online]. Tersedia: http://www.dw.de/suu-kyi-demokrasi-ala-myanmar/a-16280493 [20 Juli 2013].

Deutsche Welle. (1 Desember 2011). [Online]. Tersedia: http://www.dw.de/clinton-di-myanmar-satu-kunjungan-bersejarah/a-15569882. [13 Oktober 2013].

Muhamad Djibril. (26 Oktober 2010). [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/10/10/26/142401-myanmar-ganti-bendera-nama-resmi-lagu-kebangsaan. [13 Oktober 2013].

Global Voices. (8 Agustus 2012). [Online]. Tersedia:

http://globalvoicesonline.org/2012/08/08/historic-photos-commemorate-1988-myanmar-uprising-anniversary/. [13 Oktober 2013].

Khin Kyaw Han. (1 Februari 2003). Multi-Party Democracy General Election.[Online].Tersedia:http://www.ibiblio.org/obl/docs/1990_electi ons.htm[14 September 2013].

Map of World. (29 Agustus 2012). [Online]:

http://www.mapsofworld.com/myanmar/. [13 Oktober 2013].

Pablo Martinez. (19 November 2012). [Online]. Tersedia: http://m.voaindonesia.com/a/1549301/i9.html. [13 Oktober 2013]. Peterson Institute for International Economics. (Mei 1988). [Online].

Tersedia: http://www.piie.com/research/topics/sanctions/myanmar.cfm. [25 Januari 2013].


(1)

114

agar lebih sejahtera. Tantangan pemerintah juga akan semakin meningkat untuk ke depan.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Jurnal:

Mideksa,B. (2012). “The Spirit of Aung San Suu Kyi. Dalam Journal of Democracy”. Journal of Democracy. 23, (3), 171-177.

Sumber Buku:

Agustono Y.et.al. (2010). Ensiklopedia Pemerintahan dan Kewarganegaraan. Jakarta: Lentera Abadi.

Alwi, H. et.al. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Amal, I. (1988). Teori-teori Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta: Tiara Wacana

Ang, CG. (1998). Aung San Suu Kyi: Towards a New Freedom. New York: Prentice Hall.

Aung, SSK. (1993). Bebas dari Ketakutan. Penerjemah Sugiarta Wibowo. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Aung, S. (1998). Surat Buat Diktator: Surat-surat Ketua NLD Aung Shwe kepada Pemimpin SLORC Jenderal Than Shwe. Jakarta: Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia.

Clements, A. (1997). The Voice of Hope/Aung San Suu Kyi. Toronto: Penguin Books.

Col, HM. (2005). Political Situation of the Union Myanmar and It’s Role The Region. Jakarta: Department of International Affairs and Research Ministry of Defence Union of Myanmar.

Fatah, E S. (1999). Membangun Oposisi: Agenda-agenda Perubahan Politik Masa Depan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Fuady, M. (2010). Konsep Negara Demokrasi. Bandung: Refika Aditama. Gottschalk, L. (1983). Mengerti Sejarah. Penerjemah Nugroho Susanto.

Jakarta: UI Press.


(3)

115

Haynes, J. (2000). Demokrasi dan Masyarakat Sipil di Dunia Ketiga. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.

Huntington, S. (1995). Gelombang Demokrasi Ketiga. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung : Historia Utama press.

Kelsen, H. (2006). Teori Umum Tentang Hukum dan Negara. Bandung: Nusamedia.

Kingsbury, D. (2001). Southeast Asia: A Political Profile. Oxford: Oxford University Press.

Kurde, N.A. (2005). Telaah Kritis Teori Negara Hukum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Makkawaru, A, et.al. (2006). Pembunuh-pembunuh Massal Abad 20. Yogyakarta: Narasi

Mehta, V. (2002). Ajaran-ajaran Mahatma Gandhi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mehden, FRVD. (1987). Politik Negara-negara Berkembang. Jakarta: Bina Aksara

Munif, A. (2009). Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia. Yogyakarta: Narasi.

Munif, A. (2007). 50 Tokoh Politik Legendaris Dunia. Yogyakarta: Narasi. Myo, T, et.al. (2002). Myanmar Facts and Figures. Jakarta: Ministry of

Information Union of Myanmar.

Nasikun. (2010). Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers. Naszir, N. (2009). Teori-teori Sosiologi. Bandung: Widya Pajajaran.

Ricklefs, MC, et al. (2013). Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer. Jakarta: Komunitas Bambu.

Ritzer, G. dan Douglas J.G. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


(4)

Soekanto, S. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial: Sebuah Kajian Pendekatan Stuktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Susanto, R. (2008). Ensiklopedi Tokoh-tokoh Wanita. Bandung: Nuansa Suyatno. (2008). Menjelajahi Demokrasi. Bandung: Humaniora.

Taylor, R H. (2009). The State in Myanmar. Singapura: NUS Press.

Taylor, R.H. (2010). Southeast Asian Affairs 2010: Myanmar in 2009 On the Cusp of Normality. Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tin, M.M.T. (2013). Southeast Asian Affairs 2013: Myanmar’s 2012 By

-Election The Return of NLD . Singapura: Institute of Southeast Asian Studies.

Usman, S. (2012). Sosiologi, Sejarah, Teori dan Metodologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Skripsi:

Pertiwi, M. (2004). Penerapan Norma Non-Interference dalam Upaya ASEAN Mendorong Junta Myanmar Membebaskan Aung San Suu Kyi pada Tahun 2003. Skripsi S1 pada program pendidikan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia Depok: tidak diterbitkan.

Artikel dari majalah dan surat kabar:

Time. “The lady Returns, but Aung San Suu Kyi now has to become more than an icon of democracy”. (29 November 2010).

Time. “Burma’s Hard Man, Why the world is getting know one of its toughest rulers”. (19 Oktober 2009).

Tempo. “Suu Kyi Meminta AS untuk Mencabut Sanksi Ekonomi”. (19

September 2012).


(5)

117

Kompas. “Meliput di Negeri Aung San Suu Kyi”. (8 April 2012).

Kompas. “Aung San Suu Kyi tegar di tengah derita”. (21 November 2010).

Kompas. “Misi Damai bagi Pejuang Damai”. (16 Februari 1993).

Republika. “PBB Kecewa Penahanan Suu Kyi Diperpanjang”. (13 Agustus

2009).

BBC. “Aung San Suu Kyi dibebaskan”. (13 November 2010).

BBC. “Aung San Suu Kyi dilantik jadi anggota parlemen”. (2 Mei 2012)

Suara Merdeka “Diperketat, Penjagaan sekitar rumah Suu Kyi”. (28

September 2003)

Kompas. “Meliput di Negeri Aung San Suu Kyi”. (8 April 2012).

Kompas. “Aung San Suu Kyi tegar di tengah derita”. (21 November 2010). Kompas. “Misi Damai bagi Pejuang Damai”. (16 Februari 1993).

Sumber Internet:

Nardi, D. (2012). Burmese Change, Opportunities for Myanmar. Dalam Journal Spring 2012 University of Michigan. [Online]. Vol 2, 3 halaman.Tersedia:http://www.lsa.umich.edu/UMICH/ii/Home/II%20Jo urnal/Documents/2012spring_iijournal_article4_nardi.pdf[2 Juli 2013]. Asiaweek. (1 Juli 1989). The 1990 Election in Myanmar (Burma). [Online].

Tersedia:http://www.ibiblio.org/obl/docs/DT-Elections.html [14 September 2013].

Agus Husni. (4 Juli 2010). [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/10/07/04/123029-partai-suu-kyi-bersengketa-mengenai-lambang-topi-bambu. [13 Oktober 2013].

Bambang, Aris, S. (4 Januari 2013). [Online]. Tersedia: http://www.solopos.com/2013/01/04/on-this-day-burma-merdeka-dari-inggris-364191 [14 Juli 2013]

Burma Partnership. (2010). [Online]. Tersedia:

http://burmapartnership.org/2010elections/wp-content/uploads/2010/05/constitutional-leaflet-indonesian.pdf. [14 September 2013].


(6)

Deutsche Welle. (3 Oktober 2012). [Online]. Tersedia: http://www.dw.de/suu-kyi-demokrasi-ala-myanmar/a-16280493 [20 Juli 2013].

Deutsche Welle. (1 Desember 2011). [Online]. Tersedia: http://www.dw.de/clinton-di-myanmar-satu-kunjungan-bersejarah/a-15569882. [13 Oktober 2013].

Muhamad Djibril. (26 Oktober 2010). [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/breaking- news/internasional/10/10/26/142401-myanmar-ganti-bendera-nama-resmi-lagu-kebangsaan. [13 Oktober 2013].

Global Voices. (8 Agustus 2012). [Online]. Tersedia:

http://globalvoicesonline.org/2012/08/08/historic-photos-commemorate-1988-myanmar-uprising-anniversary/. [13 Oktober 2013].

Khin Kyaw Han. (1 Februari 2003). Multi-Party Democracy General Election.[Online].Tersedia:http://www.ibiblio.org/obl/docs/1990_electi ons.htm[14 September 2013].

Map of World. (29 Agustus 2012). [Online]:

http://www.mapsofworld.com/myanmar/. [13 Oktober 2013].

Pablo Martinez. (19 November 2012). [Online]. Tersedia: http://m.voaindonesia.com/a/1549301/i9.html. [13 Oktober 2013]. Peterson Institute for International Economics. (Mei 1988). [Online].

Tersedia: http://www.piie.com/research/topics/sanctions/myanmar.cfm. [25 Januari 2013].