HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA WANITA MUSLIMAH BERCADAR USIA DEWASA AWAL DI KOTA BANDUNG.

(1)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Struktur Penulisan Skripsi ... 10

BAB II RELIGIUSITAS DAN RESILIENSI ... 12

A. Religiusitas ... 12

B. Resiliensi ... 25

C. Cadar ... 37

D. Penelitian Sebelumnya ... 42

E. Kerangka Berfikir ... 43

F. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 47

B. Desain Penelitian ... 48

C. Variabel dan Definisi Operasional ... 49

D. Instrumen Penelitian ... 51

E. Proses Pengembangan Instrumen ... 60


(2)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Analisis Data ... 67

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Hasil Penelitian ... 72

B. Pembahasan ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 91

A. Simpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA ... 95

LAMPIRAN ... 98


(3)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas ... 52

Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi ... 54

Tabel 3.3. Kategorisasi Religiusitas ... 56

Tabel 3.4. Kategorisasi Dimensi Keyakinan ... 57

Tabel 3.5. Kategorisasi Dimensi Peribadatan ... 57

Tabel 3.6. Kategorisasi Dimensi Pengamalan ... 57

Tabel 3.7. Kategorisasi Dimensi Pengalaman ... 58

Tabel 3.8. Kategorisasi Resiliensi ... 58

Tabel 3.9. Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi ... 59

Tabel 3.10. Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls ... 59

Tabel 3.11. Kaegorisasi Dimensi Optimisme ... 59

Tabel 3.12. Kategorisasi Dimensi Causal Analisis ... 60

Tabel 3.13. Kategorisasi Dimensi Empati ... 60

Tabel 3.14. Dimensi Self Efficacy ... 60

Tabel 3.15. Kategorisasi Dimensi Reaching Out ... 60

Tabel 3.16. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas ... 62

Tabel 3.17. Kisi-kisi instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba ... 63

Tabel 3.18. Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi ... 64

Tabel 3.19. Kisi-kisi instrumen Resiliensi Setelah Uji Coba ... 64

Tabel 3.20 Koefisien Reliabilitas Guilford ... 66

Tabel 3.21. Uji Normalitas ... 68

Tabel 3.22. Uji Kelinieran ... 70

Tabel 3.23. Pedoman Koefisien Korelasi ... 71

Tabel 3.24. Kriteria Signifikansi Korelasi ... 71

Tabel 4.1 Kategorisasi Religiusitas ... 72

Tabel 4.2 Gambaran Data Religiusitas ... 73

Tabel 4.3 Gambaran Data Religiusitas per Dimensi ... 74

Tabel 4.4 Kategorisasi Resiliensi ... 75


(4)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 4.6 Gambaran Data Resiliensi per Dimensi ... 76 Tabel 4.7 Korelasi Variabel Religiusitas terhadap Variabel Resiliensi .... 77 Tabel 4.8 Uji Kelinieran ... 79 Tabel 4.9 Besar Peranan Religiusitas terhadap Resiliensi ... 79 Tabel 4.10 Persamaan Linier ... 80


(5)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Gambaran Data Religiusitas ... 73 Grafik 4.2 Gambaran Data Resiliensi ... 75


(6)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1.1 Data Penelitian Kuesioner Religiusitas... 99

1.2 Data Penelitian Kuesioner Resiliensi ... 103

1.3 Skor Mentah Religiusitas ... 107

1.4 Skor Mentah Resiliensi ... 112

1.5 Hasil Uji Coba Instrumen Religiusitas ... 117

1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Resiliensi ... 119

1.7 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Religiusitas ... 121

1.8 Hasil Uji Validitas Variabel Religiusitas ... 121

1.9 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Resiliensi ... 123

1.10 Hasil Uji Validitas Variabel Resiliensi ... 123

1.11 Sebaran Data Variabel Religiusitas ... 126

1.12 Sebaran Data Variabel Religiusitas per Dimensi ... 127

1.13 Sebaran Data Variabel Resiliensi ... 129

1.14 Sebaran Data Variabel Resiliensi per Dimensi ... 130 1.15 Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing

1.16 Surat Izin Penelitian 1.17 Kartu Bimbingan Skripsi


(7)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut timbul karena tercantumnya pasal 29 ayat 1 dalam Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan juga adanya sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam dasar Negara Pancasila (Daradjat, 1989).

Sejak tahun 1980-an mulai tampak fenomena-fenomena yang mengindikasikan menguatnya religiusitas umat Islam. Fenomena-fenomena yang menunjukkan peningkatan religiusitas umat Islam di Indonesia ini salah satunya muncul dalam bentuk merebaknya penggunaan busana islami, Rahmat (dalam Wijayani, 2008).

Rahmat (dalam Wijayani, 2008) juga mengungkapkan bahwa salah satu fenomena menarik terkait dengan merebaknya penggunaan busana islami adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah.

Cadar dalam Islam adalah jilbab yang tebal dan longgar, yang menutupi seluruh aurat termasuk wajah dan telapak tangan (Shihab, 2010). Cadar biasa dikenakan oleh istri Rasullullah SAW dan isteri para sahabat. Dalam menyikapi hukum menggunakan cadar, para ulama ahli hadist


(8)

memiliki perbedaan pendapat, ada yang berpendapat hukumnya wajib (Mahzab Safi’i) dan ada yang mengatakan hukumnya sunnah dan merupakan keutamaan bila melakukannya (Mahzab Maliki dan Hanafi). Kedua pendapat tersebut berangkat dari penafsiran yang berbeda terhadap satu ayat pada Al Qur’an, yaitu surat Annur ayat 31 :

Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya janganlah menampakkan perhiasan mereka kecuali yang biasa nampak dari mereka dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka dan janganlah menampakkan perhiasan mereka, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau saudara laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau perempuan-perempuan muslim atau hamba-hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak punya hasrat (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kaki mereka agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kalian kepada Allah, wahai

orang-orang yang beriman supaya kalian beruntung.”

Dasar dari penggunaan cadar adalah untuk menjaga perempuan sehingga tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan muhrim (Stowasser, 1993).

Orang dewasa awal lebih memerhatikan hal-hal keagamaan jika dibesarkan di lingkungan yang erat dengan keagamaan serta memiliki tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi keagamaan (Hurlock, 1990).

Dalam konteks sosial, keberadaan perempuan bercadar masih belum dapat diterima secara penuh oleh masyarakat. Terdapat persepsi sosial yang negatif terhadap perilaku bercadar yang mereka lakukan. Penggunaan cadar yang dilakukan oleh para perempuan tersebut dianggap mengganggu proses


(9)

hubungan antar pribadi dalam bermasyarakat. Al- Asymawi (dalam Shihab, 2010) menganggap penggunaan cadar sebagai hambatan untuk menciptakan keadaan yang lebih baik, dimana hubungan positif di antara masyarakat menjadi semakin sulit karena melihat wajah adalah sesuatu yang fundamental dalam hubungan antar sesama (Shihab, 2010).

Kondisi yang berkembang saat ini juga menempatkan cadar lekat dengan fenomena teroris ataupun gerakan-gerakan islam radikal (Prasetyo, 2007). Fenomena radikalisme keagamaan akhir-akhir ini berupa teror peledakan yang melambungkan beberapa nama seperti Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Imron, kerap menyisakan sosok perempuan bercadar yang berada di balik mereka. Dengan dasar inilah kemudian sebagian masyarakat mengasosiasikan keberadaan setiap perempuan bercadar dengan teroris. Sikap yang ditunjukkan oleh masyarakat ini disebut oleh Baron dan Byrne (2004), dengan istilah prasangka.

Di sisi lain, bila di lihat dari sudut pandang psikologis perempuan memiliki kecenderungan untuk menarik perhatian dari lawan jenis untuk memenuhi kebutuhan tahap perkembangannya. Hyde dan Rosenberg (dalam Wijayani, 2008), mengungkapkan bahwa sejak pubertas perempuan telah mendapatkan sosialisasi dari masyarakat bahwa terdapat kelebihan dari bentuk tubuh perempuan yang menjanjikan penerimaan lingkungan, popularitas dan cinta. Ketika perempuan telah menginjak masa dewasa akan timbul kebutuhan seksualitas yang mendalam, dimana hal ini tidak akan terwujud bila ia tidak mampu menarik lawan jenisnya yang biasa dilakukan


(10)

dengan menggunakan pakaian yang menarik atau berdandan. Sedangkan di sisi lain, dalam Islam wanita diharuskan untuk menutup auratnya sesuai dengan perintah Allah SWT di dalam Q.S. Annur Ayat 31 agar tidak menjadi fitnah dan menarik perhatian laki-laki yang bukan muhrim (Stowasser, 1993). Sebagian masyarakat merasa bahwa keberadaan perempuan bercadar mengganggu proses integrasi sosial. Mereka beranggapan bahwa alasan di balik penggunaan cadar oleh muslimah adalah keengganan mereka untuk bersosialisasi dengan masyarakat. Cadar dikatakan sebagai sebuah simbol penolakan seorang individu untuk bergabung dengan masyarakat (Wijayani, 2008).

Dalam hal ini telah terjadi pemberian atribusi sosial yang negatif terhadap para perempuan bercadar. Atribusi yang dilakukan mencoba untuk mencari alasan dibalik penggunaan cadar bagi seorang perempuan muslimah. Atribusi adalah kecenderungan seseorang untuk menilai orang lain berdasarkan sifat-sifat, tujuan atau kemampuan tertentu, mengharuskan kita untuk membuat kesimpulan tentang mereka (Myers, 1996).

Myers (1996) juga menyatakan kecenderungan memberikan atribusi karena kita tidak memiliki akses tentang pikiran-pikiran pribadi, motif ataupun perasaan orang lain, kita membuat kesimpulan tentang sifat-sifat mereka berdasarkan perilaku yang dapat kita amati. Atribusi mencoba menemukan apa yang menyebabkan apa, atau apa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu.


(11)

Dengan adanya persepsi, prasangka dan pemberian atribusi sosial yang negatif terhadap keberadaan perempuan bercadar, mereka akan mengalami kesulitan untuk bergabung dan bersosialisasi dalam masyarakat. Hal ini menjadi satu permasalahan sendiri mengingat pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Cadar atau hijab merupakan salah satu indikator wanita dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Religiusitas dan agama memang merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam penggunaan cadar. Dilihat dari kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada suatu yang mengatur tata penyembahan manusia kepada Tuhan, sedangkan religiusitas lebih melihat aspek yang ada di lubuk hati manusia. Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama (Rakhmat, 2005). Agama dan religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang mempunyai dua kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah masyarakat (Shihab, 2010).

Peneliti juga melakukan wawancara dengan seorang wanita usia dewasa awal yang menggunakan kerudung cadar pada tanggal 15 Desember 2011 di Mesjid “X” Kota Bandung. Subjek menyatakan bahwa tidak sedikit yang beranggapan negatif tentang wanita muslimah yang menggunakan cadar, ketika subjek melewati sekelompok orang yang tidak menggunakan cadar mereka terlihat seperti berbisik sambil memandang ke arah dirinya, hal ini membuat subjek merasa terganggu dan sulit untuk bergaul dengan


(12)

masyarakat lainnya, dan tidak jarang pula masyarakat yang bertanya seputar cadar yang subjek gunakan kemudian dihubungkan dengan aksi terorisme yang terjadi di Indonesia, namun bagi subjek menggunakan cadar merupakan kewajiban yang tidak ada alasan untuk melanggarnya.

Keputusan yang dibuat seorang muslimah untuk pada akhirnya menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, baik konflik yang terjadi pada diri perempuan bercadar (within people) maupun konflik antara perempuan bercadar dengan orang lain atau masyarakat (between people), (Wijayani, 2008). Konflik yang ada akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman, cemas serta berbagai emosi yang akan mempengaruhi hidup dan hubungan sosialnya dengan lingkungan sekitar. Perempuan bercadar harus mampu menghadapi dan mengatasi konflik yang ada sehingga ia dapat meneruskan kehidupannya dengan lebih baik. Menurut Davis (1999), kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik yang ada disebut sebagai resiliensi.

Resiliensi adalah kemampuan seorang individu untuk mampu bertahan dan berkembang secara positif dalam situasi yang penuh tekanan, resiliensi harus dipahami sebagai kemampuan individu tidak sekedar berhasil dalam beradaptasi terhadap resiko atau kemalangan namun juga memiliki kemampuan untuk pulih, bahagia dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat, lebih bijak dan lebih menghargai kehidupan (Grotberg, 1995).

Seorang muslimah bercadar yang memiliki resiliensi akan mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, mengatasi tekanan, memandang


(13)

hidup secara positif, pulih dan berkembang menjadi individu yang lebih kuat dan bijak. Untuk dapat menjadi individu yang resilien, seseorang harus memiliki keahlian yang disebut oleh Reivich dan Shatte (2002) dengan istilah tujuh faktor resiliensi. Tujuh faktor resiliensi yaitu, regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, causal analysis, empati, self-efficacy dan reaching out. Masing-masing individu memiliki kekuatan yang berbeda-beda pada setiap faktor (Reivich dan Shatte, 2002). Perbedaan kekuatan pada setiap faktor resiliensi yang terdapat pada masing-masing individu akan mempengaruhi kemampuan resiliensi seorang individu.

Resiliensi sepenuhnya berada dalam kontrol individu dan kemampuan ini dapat dikuasai oleh individu manapun oleh proses latihan (Reivich dan Shatte, 2002). Ketika perempuan bercadar terus menerus berusaha untuk meningkatkan kemampuan tujuh faktor resiliensi yang ada pada dirinya, maka bersamaan dengan itu kemampuan resiliensi yang dimiliki dengan sendirinya akan meningkat.

Resiliensi tidak hanya ditekankan pada hasil akhir yang positif dimana individu mampu bertahan dan pada akhirnya mampu berkembang secara positif. Resiliensi juga harus dilihat secara utuh sebagai suatu proses, dengan melihat faktor-faktor pendukung yang berkontribusi dalam membentuk seorang individu yang resilien (Reivich dan Shatte, 2002). Tentunya mustahil bagi perempuan bercadar untuk dapat menjadi resilien tanpa sebelumnya terdapat sebuah proses yang didalamnya melibatkan faktor-faktor pendukung baik yang datang dari dalam individu tersebut maupun dari lingkungan.


(14)

Berangkat dari latar belakang tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian yang bertujuan untuk menelusuri lebih dalam mengenai Hubungan antara Religiusitas dengan Resiliensi pada Wanita Muslimah Usia Dewasa Awal Bercadar di Kota Bandung.

B. Rumusan Masalah

Fenomena menarik terkait dengan merebaknya busana islami adalah penggunaan cadar dikalangan muslimah. Cadar merupakan salah satu indikator muslimah usia dewasa awal memiliki nilai religiusitas. Keputusan yang di buat muslimah untuk menggunakan cadar sangat rentan akan konflik, kemampuan individu untuk menghadapi dan mengatasi konflik disebut sebagai resiliensi.

Guna mengetahui lebih lanjut mengenai sejauh mana hubungan antara religiusitas dengan resiliensi, maka dari itu pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran religiusitas pada muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung?

2. Bagaimana gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung?

3. Bagaimana hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Memperoleh gambaran religiusitas muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

2. Memperoleh gambaran resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

3. Memperoleh hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang hubungan religiusitas dengan resiliensi, selain itu diharapkan dapat menjadi sumber masukan empiris serta menambah referensi dan memperkaya keilmuan psikologi yang menyangkut religiusitas dan resiliensi.

2. Manfaat Praktis

Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak-pihak terkait seperti:


(16)

a. Bagi muslimah bercadar usia dewasa awal

Memberikan gambaran terhadap wanita muslimah bercadar usia dewasa awal untuk dapat bersosialisasi dan bermasyarakat dengan individu lain di luar komunitasnya, sehingga cadar tidak dianggap sebagai suatu hambatan untuk melakukan hubungan positif dengan masyarakat.

b. Masyarakat Umum

Memberikan gambaran religiusitas dan resiliensi muslimah bercadar usia dewasa awal, sehingga masyarakat dapat mengurangi atau menghilangkan asosiasi negatif dan atribusi negatif yang mereka berikan kepada wanita muslimah bercadar.

E. Struktur Penulisan Skripsi

BAB I Pendahuluan

a. Latar Belakang Penelitian b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian d. Manfaat Penelitian

e. Struktur Penulisan Skripsi

BAB II Konsep Dasar Religiusitas dan Resiliensi BAB III Metode Penelitian

a. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian b. Desain Penelitian


(17)

c. Metode Penelitian

d. Defisi Operasional Variabel e. Instrumen Penelitian

f. Teknik Pengumpulan Data g. Analisis Data

BAB IV Hasil dan Pembahasan BAB V Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka


(18)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah di beberapa mesjid yang tersebar di Kota Bandung, diantaranya Mesjid Daarutauhid (Geger Kalong), Mesjid Persis (Pajagalan), Mesjid Salman (Ganesha, ITB), Mesjid LDII (Riung Bandung), Mesjid Cipaganti (Cipaganti).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil populasi pada mesjid-mesjid tersebut karena dari fenomena di lapangan ditemukan banyak wanita usia dewasa awal yang menggunakan cadar pada mesjid tersebut dibandingkan dengan mesjid-mesjid lainnya.

Peneliti menggunakan teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2008).

Peneliti menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang yang menyebar di mesjid-mesjid dan komunitas pengajian wanita muslimah bercadar di Kota Bandung dengan kriteria:

a. Perempuan berusia 18 – 30 tahun

b. Sudah menggunakan cadar minimal 6 bulan c. Sudah tinggal di Kota Bandung minimal 6 bulan.

Arikunto (1997) menyatakan bahwa apabila jumlah subjek lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe (dalam Sugiyono, 2008) yang


(19)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengemukakan bahwa, ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500 orang.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendektan kuantitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Penelitian korelasional adalah penelitian yang betujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antar variabel, dan jika ada seberapa eratkah serta berarti atau hubungan itu (Arikunto, 1997). Dalam penelitian ini, metode deskriptif korelasional digunakan untuk mendapatkan gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai hubungan antara religiusitas dengan resiliensi pada wanita muslimah usia dewasa awal, sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan mudah.

C. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2008) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai


(20)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu religiusitas sebagai variabel bebas dan resiliensi sebagai variabel terikat

2. Definisi Operasional Variabel a. Religiusitas

Religiusitas pada penelitian ini adalah religiusitas seorang muslimah usia dewasa awal dalam menggunakan cadar yang diukur berdasarkan hal-hal di bawah ini, yaitu:

a) Keyakinan/akidah islam. Keyakinan seorang muslimah bercadar usia dewasa awal terhadap kebenaran ajaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang fundamental atau bersifat dogmatik. b) Praktik agama (syariah). Kepatuhan seseorang muslimah bercadar

usia dewasa awal dalam mejalankan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana dianjurkan dalam agamanya.

c) Pengamalan (akhlak). Bagaimana seseorang muslimah bercadar usia dewasa awal dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya, yaitu bagaimana muslimah bercadar usia dewasa awal berelasi dengan dunianya.

d) Pengetahuan (ilmu). Pengetahuan dan pemahaman seorang muslimah bercadar usia dewasa awal terhadap ajaran agamanya, sebagaimana yang termuat dalam kita sucinya (Al Quran) dan hadist.


(21)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e) Pengalaman (penghayatan). Bagaimana seorang muslimah bercadar usia dewasa awal dalam merasakan dan mengalami perasaan-perasaan serta pengalaman religius.

b. Resiliensi

Resiliensi dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan muslimah bercadar usia dewasa awal dalam menyikapi atau merespon setiap kejadian dalam hidupnya. meliputi:

1) Regulasi emosi (Emotional Regulation), kemampuan muslimah bercadar usia dewasa awal untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan.

2) Kontrol terhadap impuls (Impulse Control), kemampuan muslimah bercadar usia dewasa awal mengendalikan impuls atau dorongan-doroangan dalam dirinya.

3) Optimisme (Optimism), kepercayaan muslimah bercadar usia dewasa awal bahwa segala sesuatu akan menjadi lebih baik, mempunyai harapan terhadap masa depan dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol arah kehidupannya.

4) Kemampuan mnganalisis masalah (Causal Analysis), muslimah bercadar usia dewasa awal dapat mengidentifikasikan secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya.


(22)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5) Empati (Empathy), sebaik apa muslimah bercadar usia dewasa awal dapat membaca dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain.

6) Efikasi diri (Self Efficacy), keyakinan muslimah bercadar usia dewasa awal bahwa ia dapat memecahkan masalah yang dialaminya dan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mencapai kesuksesan.

7) Peningkatan aspek positif (Reaching Out), kemampuan muslimah bercadar usia dewasa awal untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian muslimah bercadar usia dewasa awal untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner dengan menggunakan skala Likert. Menurut Arikunto (1997), kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pemilihan metode kuesioner dipilih karena metode ini dianggap lebih efisien. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiyono, 2008).


(23)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Instrumen Religiusitas

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tingkat religiusitas adalah berdasarkan kelima dimensi religiusitas Glock (1996). Instrumen religiusitas pada penelitian ini dibagi menjadi lima bagian. Tiap bagian mengukur dimensinya masing-masing. Kisi-kisi instrumen religiusitas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Instrumen Religiusitas

Dimensi Indikator Nomor Item

Fav Unfav

1. Keyakinan (akidah)

1. Keyakinan Pada Allah

2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir

6. Keyakinan kepada qadha dan qadar

1,3,5,8 2,4,13, 6

2. Peribadatan (Syariah)

1. Melakukan shalat baik wajib ataupun shalat sunnah

2. Melakukan puasa baik puasa wajib (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab

7,21,10, 16 30,22, 31,9 3. Pengamalan (Akhlak)

1. Suka menolong 2. Suka bekerjasama 3. Suka berderma 4. Menyejahterakan dan

menumbuhkembangkan orang lain. 5. Suka memaafkan

6. Menjaga lingkungan hidup

11,17, 15, 32 18, 26, 27, 12 4. Pengetahuan (Ilmu)

1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus

diimani dan dilaksanakan

3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam

4. Pengetahuan tentang sejarah islam

33, 36, 37, 39 34, 35, 38, 40 5. Pengalaman (Penghayatan)

1. Perasaan dekat dengan Allah

2. Perasaan doa-doanya sering terkabul

14, 23, 29, 25

19, 28, 24,20


(24)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Perasaan tentram bahagia karena menuhankan Allah

4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah

5. Perasaan bergetar ketika mendengar adzan atau ketika ayat Al Qur’an dikumandangkan

6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau

pertolongan dari Allah.

2. Instrumen Resiliensi

Instrumen resiliensi pada penelitian ini yaitu:

Tabel 3.2. Instrumen Resiliensi

No Dimensi Indikator Nomor Item

Favorable Unfavorable

1 Regulasi

Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.

Keterampilan ini akan membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.

13, 25, 26, 56

2, 7, 23, 31

2 Pengendalian Impuls

Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

4,15, 42, 47 11, 36, 38, 55


(25)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri bahwa kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan

18, 27, 32, 53

3, 33,39, 43

4 Causal Analysis

Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi

12, 19, 21, 48

1, 41,44, 52

5 Empati Kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain

10, 34, 37, 46

24, 30, 50, 54

6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

5, 28, 29, 49 9, 17,20, 22

7 Reaching Out

Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa

6, 8, 14, 40 16, 35, 45, 51

3. Teknik Skoring

Skala yang digunakan dalam kuesioner religiusitas dalam penelitian ini adalah Skala Likert yang merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai penentuan nilai skalanya (Anwar, 2007). Responden diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Pernyataan yang disajikan memiliki rentang skor 1-4 yaitu terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS),


(26)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dimana setiap pernyataannya bernilai favourable (+) dan unfavourable (-). Namun terdapat satu bagian yag disajikan dengan alternatif jawaban benar dan salah dengan penilaian 1 dan 0.

Untuk kuesioner resiliensi, menggunakan skala Likert. Responden diminta untuk memilih salah satu respon yang sesuai dengan dirinya terhadap suatu pernyataan yang disajikan dalam kuesioner yang diberikan. Pernyataan yang disajikan memiliki rentang skor 1-5 yaitu terdiri dari Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Ragu-ragu (R), Sesuai (S) dan Sangat Sesuai (SS), dimana setiap pernyataannya bernilai favourable (+) dan unfavourable (-).

a. Kategorisasi Skala Religiusitas

Untuk variabel religiusitas, yang terdiri atas 40 item skala yang dibuat digolongkan menjadi empat kategori, dimana skor 1 untuk jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban S, dan skor 4 untuk jawaban SS, terdapat satu bagian yag disajikan dengan alternatif jawaban benar dan salah dengan penilaian skor 4 untuk jawaban benar dan skor 1 untuk jawaban salah. Empat kategorisasi religiusitas adalah :

Tabel 3.3.

Kategorisasi Religiusitas

Batas Kategori

X ≤ µ-1,5σ Sangat Rendah µ-1,5σ < X < µ Rendah

µ ≤ X ≤ µ+1,5σ Tinggi


(27)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan:

X = Skor subjek

μ = Mean (nilai rata-rata)

σ = Standard Deviation (deviasi standar)

(Azwar, 2007) Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala religiusitas, maka peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala religiusitas menurut dimensi-dimensinya. Lima kategorisasi skala dimensi religiusitas adalah :

1) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Keyakinan Tabel 3.4.

Kategorisasi Dimensi Keyakinan

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,27 Sangat Rendah 26,27 < X < 28,82 Rendah 28,82 ≤ X ≤ 31,37 Tinggi

31,37 < X Sangat Tinggi

2) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Peribadatan Tabel 3.5.

Kategorisasi Dimensi Peribadatan

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 27 Sangat Rendah 27 < X < 29,4 Rendah 29,4 ≤ X ≤ 31,8 Tinggi


(28)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengamalan Tabel 3.6.

Kategorisasi Dimensi Pengamalan

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,925 Sangat Rendah 26,925 < X < 29,55 Rendah 29,55 ≤ X ≤ 32,175 Tinggi

32,175 < X Sangat Tinggi

4) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengetahuan Tabel 3.7.

Kategorisasi Dimensi Pengetahuan

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 23,5 Sangat Rendah 23,5 < X < 28 Rendah 28 ≤ X ≤ 32,5 Tinggi

32,5 < X Sangat Tinggi

5) Gambaran umum Religiusitas dari dimensi Pengalaman Tabel 3.8.

Kategorisasi Dimensi Pengalaman

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 26,45 Sangat Rendah 26,45 < X < 29,6 Rendah 29,6 ≤ X ≤ 32,75 Tinggi

32,75 < X Sangat Tinggi

b. Kategorisasi Skala Resiliensi

Untuk variabel resiliensi, yang terdiri atas 56 item skala yang dibuat digolongkan menjadi lima kategori, dimana skor 1 untuk jawaban STS, skor 2 untuk jawaban TS, skor 3 untuk jawaban R, skor 4 untuk jawaban S, dan skor 5 untuk jawaban SS. Lima kategorisasi resiliensi adalah :


(29)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.9.

Kategorisasi Resiliensi

Batas Kategori

X ≤ µ-1,5σ Sangat Rendah µ-1,5σ < X ≤ µ-0,5σ Rendah µ-0,5σ < X ≤ µ+0,5σ Sedang µ+0,5σ < X ≤ µ+1,5σ Tinggi

µ+1,5σ < X Sangat Tinggi

Untuk lebih memperjelas kategorisasi skala resiliensi, maka peneliti membahasnya dengan memisah-misahkan besaran skala resiliensi menurut dimensi-dimensinya. Tujuh kategorisasi skala dimensi resiliensi adalah :

1) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Regulasi Emosi Tabel 3.10.

Kategorisasi Dimensi Regulasi Emosi

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 30,87 Sangat Rendah 30,87 < X < 32,97 Rendah 32,97 ≤ X ≤ 35,07 Sedang 35,07 < X ≤ 37,17 Tinggi

37,17 < X Sangat Tinggi

2) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Pengendalian Impuls

Tabel 3.11

Kategorisasi Dimensi Pengendalian Impuls

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 32,28 Sangat Rendah 32,28 < X < 34,03 Rendah 34,03 ≤ X ≤ 35,77 Sedang 35,77 < X ≤ 37,52 Tinggi


(30)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Optimisme Tabel 3.12

Kategorisasi Dimensi Optimisme

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,45 Sangat Rendah 31,45 < X < 33,71 Rendah 33,71 ≤ X ≤ 35,99 Sedang 35,99 < X ≤ 38,25 Tinggi

38,25 < X Sangat Tinggi

4) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Causal Analysis Tabel 3.13

Kategorisasi Dimensi Causal Analysis

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,08 Sangat Rendah 31,08 < X < 33,26 Rendah 33,26 ≤ X ≤ 35,44 Sedang 35,44 < X ≤ 37,62 Tinggi

37,62 < X Sangat Tinggi

5) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Empati Tabel 3.14

Kategorisasi Dimensi Empati

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 27,98 Sangat Rendah 27,98 < X < 30,73 Rendah 30,73 ≤ X ≤ 33,51 Sedang 33,51 < X ≤ 36,29 Tinggi


(31)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

6) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Self Efficacy Tabel 3.15

Kategorisasi Dimensi Self Efficacy

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 30,52 Sangat Rendah 30,52 < X < 32,69 Rendah 32,69 ≤ X ≤ 34,85 Sedang 34,85 < X ≤ 37,02 Tinggi

37,02 < X Sangat Tinggi

7) Gambaran umum Resiliensi dari dimensi Reaching Out Tabel 3.16

Kategorisasi Dimensi Reaching Out

Rentang Nilai Kategori

X ≤ 31,18 Sangat Rendah 31,18 < X < 33,04 Rendah

33,04 ≤ X ≤ 34,9 Sedang 34,9 < X ≤ 36,76 Tinggi

36,76 < X Sangat Tinggi

E. Proses Pengembangan Istrumen

Uji coba instrumen yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana instrumen penelitian dapat mengungkapkan dengan tepat gejala-gejala yang akan diukur dan sejauh mana instrumen tersebut dapat menunjukkan dengan sebenarnya gejala yang akan di ukur tidak dilakukan, instrumen yang dimiliki langsung dijadikan sebagai data untuk penelitian. Instrumen dilakukan kepada 40 orang muslimah usia antara 18-30 tahun yang berdomisili di Kota Bandung. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan bantuan software SPSS 19.0 for Windows untuk dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya.


(32)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Uji Validitas

Validitas instrumen menujukkan mampu atau tidaknya sebuah instrumen mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2008). Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Oleh karena itu, pengujian validitas ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat ketepatan dan keakuratan instrumen. Dalam penelitian ini, uji validitas instrumen dilakukan dengan menguji validitas isi (content validity).

Validitas isi menunjuk kepada sejauhmana tes yang merupakan seperangkat soal-soal, dilihat dari isinya memang mengukur apa yang dimaksud untuk diukur (Suryabrata, 2004). Untuk mengetahui validitas isi instrumen dilakukan melalui pendapat profesional (professional judgement) yang berjumlah satu orang. Judger melihat kesesuaian antara kisi-kisi dalam indikator dengan soal-soal yang terdapat dalam instrumen penelitian.

Setelah dilakukan professional judgement, maka dilakukan pengujian daya diskriminasi untuk mengetahui item yang layak dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 19. Item yang layak adalah item yang memiliki daya beda atau daya diskriminasi item, yaitu item yang mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2007).

Azwar (2007) mengemukakan bahwa semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya diskriminasinya dianggap


(33)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memuaskan. Namun, menurut Azwar apabila jumlah item belum mencukupi, maka dapat diturunkan sedikit batas kriteria 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai. Yang sangat tidak disarankan adalah menurunkan batas kriteria di bawah 0,20. Pada penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan 0,25 sehingga jumlah item yang diinginkan dapat tercapai.

a. Instrumen Religiusitas Muslimah Bercadar Usia Dewasa Awal

Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap 40 item dalam instrumen religiusitas, diperoleh 36 item yang memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan. Rincian item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.17.

Tabel 3.17

Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Religiusitas

Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 35, 36, 37

34, 38, 39, 40

Item-item yang terpilih kemudian digunakan dalam instrumen penelitian yang sebenarnya, sedangkan item-item yang tidak terpilih tersebut dihapus dan tidak dipergunakan kembali dalam instrumen penelitian yang sebenarnya karena tidak mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Adapun kisi-kisi religiusitas dapat dilihat pada tabel berikut:


(34)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.18

Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba

Dimensi Indikator Nomor Item

Fav Unfav 1. Keyakinan

(akidah)

1. Keyakinan Pada Allah

2. Keyakinan pada malaikat Allah 3. Keyakinan pada kitab-kitab Allah 4. Keyakinan pada Nabi dan Rasul Allah 5. Keyakinan tentang hari akhir

6. Keyakinan kepada qadha dan qadar

1,3,5,8 2,4,13, 6

2. Peribadatan (Syariah)

1. Melakukan shalat baik wajib ataupun shalat sunnah

2. Melakukan puasa baik puasa wajib (ramadhan) ataupun puasa sunnah 3. Menunaikan zakat, infak dan shadaqoh 4. Pelaksanaan haji, umrah dan kurban 5. Menggunakan hijab

7,21,10, 16 30,22, 31,9 3. Pengamalan (Akhlak)

1. Suka menolong 2. Suka bekerjasama 3. Suka berderma 4. Menyejahterakan dan

menumbuhkembangkan orang lain. 5. Suka memaafkan

6. Menjaga lingkungan hidup

11,17, 15, 32 18, 26, 27, 12 4. Pengetahuan (Ilmu)

1. Pengetahuan tentang isi Al-Qur’an 2. Pokok-pokok ajaran Islam yang harus

diimani dan dilaksanakan

3. Pengetahuan tentang hukum-hukum islam

4. Pengetahuan tentang sejarah islam

33, 36 35, 40

5. Pengalaman (Penghayatan)

1. Perasaan dekat dengan Allah

2. Perasaan doa-doanya sering terkabul 3. Perasaan tentram bahagia karena

menuhankan Allah

4. Perasaan bertawakkal (berpasrah diri secara positif) kepada Allah

5. Perasaan bergetar ketika mendengar adzan atau ketika ayat Al Qur’an dikumandangkan

6. Perasaan bersyukur kepada Allah 7. Perasaan mendapatkan peringatkan atau

pertolongan dari Allah.

14, 23, 29, 25

19, 28, 24,20


(35)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Intrumen Resiliensi

Setelah dilakukan perhitungan daya diskriminasi item terhadap 56 item dalam instrumen resiliensi, diperoleh 53 item yang memiliki indeks daya diskriminasi item yang dianggap memuaskan. Rincian item tersebut dapat dilihat dalam Tabel 3.19.

Tabel 3.19.

Hasil Indeks Daya Diskriminasi Instrumen Resiliensi

Item Yang Terpilih Item Yang Tidak Terpilih

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56

10, 20, 30

Tabel 3.18

Kisi-kisi Instrumen Religiusitas Setelah Uji Coba

No Dimensi Indikator Nomor Item

Favorable Unfavorable

1 Regulasi

Emosi Kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan.

Keterampilan ini akan membantu individu untuk mengontrol emosi yang tidak terkendali, menjaga fokus pikiran individu ketika banyak hal-hal yang mengganggu, serta mengurangi stres yang dialami oleh individu.

13, 25, 26, 56

2, 7, 23, 31

2 Pengendalian Impuls

Kemampuan Individu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri.

4,15, 42, 47 11, 36, 38, 55


(36)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3 Optimisme Memiliki kepercayaan diri bahwa kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan

18, 27, 32, 53

3, 33,39, 43

4 Causal Analysis

Kemampuan individu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi

12, 19, 21, 48

1, 41,44, 52

5 Empati Kemampuan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain

34, 37, 46 24, 50, 54

6 Self-Efficacy Sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan.

5, 28, 29, 49 9, 17, 22

7 Reaching Out

Kemampuan individu meraih aspek positif dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa

6, 8, 14, 40 16, 35, 45, 51

2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya dan diandalkan. Tinggi-rendahnya reliabilitas ditunjukan oleh suatu angka yang disebut koefisien reliabilitas (Azwar, 2007). Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengolahan data dengan menggunakan software


(37)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

SPSS 19.0 for Windows dan formula Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas.

Koefisien reabilitas menurut Guilford disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.17.

Koefisien Reliabilitas Guilford

Interval Kofisiensi Tingkat Hubungan

0,00 – 0,19 Sangat rendah 0,20 – 0,39 Rendah 0,40 – 0,59 Sedang 0,60 – 0,79 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat Kuat

1) Instrumen Religisuitas

Berdasarkan tabel, dapat dilihat bahwa hasil reliabilitas Cronbach Alpha dari 40 item religiusitas adalah 0,761. Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford, instrumen religiusitas ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat.

2) Instrumen Resiliensi

hasil reliabilitas Cronbach Alpha dari 56 item resiliensi adalah 0,776. Berdasarkan tabel koefisien realibilitas Guilford, instrumen resiliensi ini memiliki tingkat reliabilitas yang kuat. Kemudian, reliabilitas per dimensi dari instrumen resiliensi yakni untuk dimensi regulasi emosi sebesar 0,284 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah, dimensi pengendalian


(38)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

impuls sebesar 0,180 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas sangat rendah, dimensi optimisme sebesar 0,541 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas sedang, dimensi causal analysis sebesar 0,334 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah, dimensi empati sebesar 0,478 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas sadang, dimensi self efficacy sebesar 0,293 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas rendah, serta dimensi reaching out sebesar 0,088 yang berarti memiliki tingkat reliabilitas sangat rendah.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data berdasarkan kondisi nyata pada wanita muslimah usia dewasa awal yang menggunakan cadar yang tersebar di Kota Bandung dengan menggunakan teknik kuesioner, yakni dilakukan melalui penyebaran angket tertulis. Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan yang diajukan untuk dijawab oleh subjek penelitian.

G. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk mengukur apakah data penelitian berdistribusi normal, sehingga dapat dianalisis menggunakan statistik parametrik (Widhiarso, 2009). Uji normalitas


(39)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

adalah uji yang dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian kita berasal dari populasi yang sebarannya normal.

Uji normalitas untuk data religiusitas dan resiliensi ini menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov. Suatu data dikatakan berdistribusi normal, jika p lebih besar daripada 0,05. Sedangkan suatu data dikatakan tidak berdistribusi normal, jika p lebih kecil daripada 0,05. Uji normalitas untuk variabel religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal bercadar dapat dilihat pada table 3.18

Tabel 3.18. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Resiliensi

N 40 40

Normal Parametersa,b Mean 121,6000 227,9500 Std. Deviation 5,15304 9,19295 Most Extreme Differences Absolute ,129 ,127

Positive ,083 ,056

Negative -,129 -,127

Kolmogorov-Smirnov Z ,818 ,804

Asymp. Sig. (2-tailed) ,516 ,537

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Nilai p (Asymp. Sig.) untuk religiusitas (sig.=0,516) dan resiliensi (sig.=0,537), lebih besar dari 0,05 sehingga data religiusitas dan resiliensi berdistribusi normal.


(40)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Uji Kelinieran

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan Test for Linearity dengan pada taraf signifikansi 0,05. Kaidah uji linieritas adalah signifikansi > 0,05 maka regresi linier. Sebaliknya jika signifikasi ≤ 0,05 maka regresi tidak linier (Duwi, 2011). Secara umum persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2008):

Y’ = a + b X Keterangan:

Y’ = Nilai yang diprediksikan a = Konstanta

b = Koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun)

X = Nilai variabel independen

Hasil uji linieritas untuk kedua variabel dalam penelitian ini ditunjukkan dalam tabel 3.19.


(41)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.19 Uji Kelinieran

Berdasarkan hasil analisis diatas, dapat dilihat bahwa hasil signifikansi linearity < 0,05 yaitu 0,001. Artinya kedua variabel dalam penelitian ini memiliki model yang linier.

4. Uji Korelasi

Analisis hubungan antar variabel dalam penelitian ini menggunakan analisis korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mencari keeratan hubungan dan arah hubungan. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi Rank Spearman. Korelasi Spearman digunakan untuk menentukan hubungan atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif dua variabel yang datanya ordinal. Uji korelasi ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 19.0. Berikut rumus korelasi Spearman (Sugiyono, 2008):

ANOVA Table Sum of Squares df

Mean

Square F Sig. Resiliensi *

Religiusitas

Between Groups

(Combined) 1929,100 17 113,476 1,827 ,092 Linearity 886,585 1 886,585 14,270 ,001 Deviation from Linearity 1042,515 16 65,157 1,049 ,450 Within Groups 1366,800 22 62,127

Total 3295,900 39

= 1

6

�₁

2


(42)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan :

= Koefisien korelasi Spearman

�₁

= selisih nilai variabel religiusitas dan variabel resiliensi n = Jumlah sampel

Setelah diketahui koefisien korelasinya, maka langkah selanjutnya adalah menginterpretasikan koefisien korelasinya.

Tabel 3.20

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi

(Sugiyono, 2008) 5. Uji Signifikansi

Menurut Sugiyono (2009), uji signifikansi dilakukan untuk menguji apakah hubungan yang ditemukan signifikan atau tidak. Pada penelitian ini uji signifikansi diukur dengan membandingkan angka signifikansi/ Kriteria Signifikansi korelasinya dapat dilihat pada tabel 3.21.

Tabel 3.21

Kriteria Signifikansi Korelasi Kriteria

Probabilitas > 0,05 Ho diterima Probabilitas < 0,05 Ho ditolak

(Sugiyono, 2008)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat Rendah Rendah

Sedang Kuat


(43)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Religiusitas wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa wanita muslimah bercadar memiliki kemampuan yang baik dalam menampilkan perilaku beragama yang diwujudkan dalam bentuk keyakinan terhadap agama, praktek agama, pengalaman beragama, pengetahuan beragama dan pengamalan agama.

2. Resiliensi wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung berada pada kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa wanita muslimah beracadar memiliki kemampuan yang cukup baik dalam meregulasi emosi, mengendalikan impuls, tetap optimis, menganalisis penyebab masalah, berempati, efikasi diri dan meningkatkan aspek-aspek positif di dalam hidupnya (reaching out). 3. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara religiuistas dengan

resiliensi pada wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung dengan derajat korelasi sangat kuat. Hubungan ini berkorelasi positif yang artinya semakin tinggi religisuitas wanita muslimah bercadar di Kota Bandung maka semakin tinggi pula resiliensi wanita muslimah bercadar di Kota Bandung. Begitupula sebaliknya, semakin


(44)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

rendah religiusitas wanita muslimah bercadar di Kota Bandung maka akan semakin rendah pula resiliensi wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka berikut ini akan dikemukakan saran yang diharapkan dapat menjadi acuan informasi yang berperan dalam pengkajian lebih lanjut tentang permasalahan atau pengembangan penelitian yang berhubungan dengan religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal bercadar.

Saran bagi peneliti selanjutnya adalah : 1. Bagi Muslimah Bercadar

Wanita muslimah bercadar usia dewasa awal diharapkan dapat memilih dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang tidak hanya memperkaya pengetahuan mengenai agama tetapi juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga cadar tidak lagi dikatakan sebagai sebuah simbol penolakan wanita muslimah bercadar usia usia dewasa awal untuk bergabung dengan masyarakat.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat memberikan toleransi terhadap keputusan orang lain dalam menentukan pilihan hidupnya, termasuk dalam keputusan seorang muslimah untuk menggunakan cadar. Penting


(45)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bagi masyarakat umum untuk tidak mengolok-olok atau menjudge seseorang dari tampilan luarnya. Manusia tidak akan bisa saling menghargai dan bertoleransi selama merasa dirinya yang paling benar dan meremehkan orang lain. Perbedaan bukanlah suatu masalah yang dapat menghalangi kehidupan bersama yang rukun. Menghargai perbedaan berarti menerima realitas dan merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya melihat hubungan antara variabel religiusitas dan variabel resiliensi, oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memperhatikan beberapa hal berikut, sehingga diharapkan untuk kedepannya penelitian bisa dilakukan dengan lebih baik lagi.

1) Apabila tertarik dengan penelitian yang sama, sebaiknya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapat dapat saling mendukung, sehingga menghasilkan data yang lebih akurat mengenai gambaran religiusitas dan resiliensi subjek.

2) Dapat melakukan perluasan sampel yang akan digunakan. Dikarenakan keterbatasan sampel yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti merasakan kurang maksimal dalam mengumpulkan sampel


(46)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang digunakan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang akan digunakan.

3) Perluasan karakteristik sampel yang digunakan. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini hanya membatasi agama Islam yang dianut oleh sampel. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak membatasi karakteristik hanya berdasarkan satu agama saja sehingga penelitian akan lebih kaya data.

4) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan religiusitas dan resiliensi seperti usia, latar belakang ekonomi keluarga, suku, jenis kelamin dan hal-hal lain yang berkaitan dengan religiusitas dan resiliensi.


(47)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Daftar Pustaka

Ancok, D dan Suroso, F. N. (2001). Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Amrullah, N. (2008). Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam Kaitannya dengan Kinerja Guru di MAN 2 Banjarmasin. Tesis. Manajemen Pendidikan Islam. Universitas Negeri Malang. Diterbitkan.

Arikunto,S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar,S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron. R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Chaplin. J. P. (2007). KamusLengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Darajat,Z. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Darajat, Z. (1989). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Darwati, T.E., (2003), Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Davis, N.J. (1999). Resilience: Status od The Research Based Programs. ERIC Digest. University of Illinois at Urbana Champaign Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.

Departemen Agama RI. (2002). Al-qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit Dipenogoro

Dister, N.S. (1988). Psikologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Echols, J.M, and Shadily, H. (1983). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :Penerbit P.T. Gramedia.

Evanytha. (2011). Relationship between Mindfulness Ego Srength, and Resilience. Jakarta; Universitas Pancasila. Jounal of Psychology, LPSP3UI.

Grotberg, H. E. (2003). Resilience for Today: Gaining Strenght from Adversity. United States of America: PRAEGER


(48)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Glock and Stark. (1965). Religion and Society in Tension. Chicago: Rand McNally

Hidayat, M. (2010). Hubungan Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Survivor Gempa Bumi DIY. [online]. Tersedia: http://rac.usu.ac.id/server/document/public/20090508034144Skripsi-UII- F-psb-Psikologi-Hubungan-Religiusitas-Dengan-Kecemasan-Menghadapi-

Masa-Depan-Pada-Survivour-Gempa-Bumi-DIY-Hidayat-Marsal-99_files.pdf. [18Desember 2011].

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Indirawati, E. (2006). Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping Pada Mahasiswa Tarbiyah IAIN Yogyakarta, Yoyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Jurnal Gagasan. (2011). Apa Itu Resiliensi. [online] tersedia: http://resiliensi.wordpress.com (12 Juni 2012)

Madjid, R. (1997). Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung: Mizan Pustaka

Mangunwijaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia

Monks, F.J, Knoers, A.M.P & Haditono, S.R. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Myers, D. G. (1996). Social Psychology. New York: McGraw Bile.

Nashori, F.& Mucharam, R. D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogjakarta: Menara Kudus.

Paloutzian, R.F. (1996). Invitation to the Psychology of Religion. (second ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Paloutzian, R.F & Park, C.L. (2005). Handbook of The Psychologyof Religion and Spirituality. New York: The guildford press.

Percy. (2009). Perkembangan Seputar Dewasa Awal. [online]. Tersedia: perkembangan-seputar-dewasa-awal.html [18 Desember 2011].

Prasetyo, Y. E. (2007). Individualisasi Kaum Bercadar: Studi Kasus 3 Mahasiswi Muslim Bercadar di Universitas Negeri Solo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.


(49)

Qorryisza Mailani, 2013

Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Wanita Muslimah Bercadar Dewasa Awal di Kota Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Qisti, D. A. (2010). Hubungan antara Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri yang Beragama Islam. Skripsi Psikologi FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Rahmat, M. I. (2005). Arus Balik Islam Radikal. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resiliensce Factor: 7 Essential Skills for

Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. USA: Broadway Books.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Shalih, M. (2001). Hukum Cadar. Solo: At-Tibyan.

Stowasser, B. F. (2001). Reinterpretasi Gender Wanita dalam Al Quran, Hadist, dan Tafsir. Bandung: Pustaka Hidayah.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Surya. (2011). Aspek-aspek Religiusitas (dimensi keberagamaan) Menurut Stark dan Glock. [online]. Tersedia: aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html [20 November 2011].

Swatos, W. H. (2000). Encyclopedia of Religion and Society. [online]. Tersedia: http://hirr.hartsem.edu/ency/deprivation.htm [14 Juli 2012].

Thontowi, A. (2000). Hakekat Religiusitas. [online]. Tersedia: hakekatreligiusitas.pdf [18 Desember 2011].

Tugade & Fredrickson. (2001). Psychological Resilience and Positive Emotional Granularity. Journal of Personality, Blackwell Publishing.

Wijayani, M.R. (2011). The Reciliency Among Young Adulthood Veiled Muslim Women. Depok; Universitas Indonesia. Jounal of Psychology, LPSP3UI. Winarto, J. (2011). Teori Atribusi Berner Weiner dan Implementasinya dalam

Pembelajaran. [online]. Tersedia: Teori Atribusi Berner Weiner dan Implementasinya dalam Pembelajaran.htm [20 Desember 2011].


(1)

92

Qorryisza Mailani, 2013

rendah religiusitas wanita muslimah bercadar di Kota Bandung maka akan semakin rendah pula resiliensi wanita muslimah bercadar usia dewasa awal di Kota Bandung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka berikut ini akan dikemukakan saran yang diharapkan dapat menjadi acuan informasi yang berperan dalam pengkajian lebih lanjut tentang permasalahan atau pengembangan penelitian yang berhubungan dengan religiusitas dan resiliensi wanita muslimah usia dewasa awal bercadar.

Saran bagi peneliti selanjutnya adalah : 1. Bagi Muslimah Bercadar

Wanita muslimah bercadar usia dewasa awal diharapkan dapat memilih dan mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan yang tidak hanya memperkaya pengetahuan mengenai agama tetapi juga untuk bersosialisasi dengan masyarakat, sehingga cadar tidak lagi dikatakan sebagai sebuah simbol penolakan wanita muslimah bercadar usia usia dewasa awal untuk bergabung dengan masyarakat.

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat hendaknya dapat memberikan toleransi terhadap keputusan orang lain dalam menentukan pilihan hidupnya, termasuk dalam keputusan seorang muslimah untuk menggunakan cadar. Penting


(2)

93

Qorryisza Mailani, 2013

bagi masyarakat umum untuk tidak mengolok-olok atau menjudge seseorang dari tampilan luarnya. Manusia tidak akan bisa saling menghargai dan bertoleransi selama merasa dirinya yang paling benar dan meremehkan orang lain. Perbedaan bukanlah suatu masalah yang dapat menghalangi kehidupan bersama yang rukun. Menghargai perbedaan berarti menerima realitas dan merupakan salah satu bentuk kebijaksanaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hanya melihat hubungan antara variabel religiusitas dan variabel resiliensi, oleh karena itu, diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk memperhatikan beberapa hal berikut, sehingga diharapkan untuk kedepannya penelitian bisa dilakukan dengan lebih baik lagi.

1) Apabila tertarik dengan penelitian yang sama, sebaiknya menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapat dapat saling mendukung, sehingga menghasilkan data yang lebih akurat mengenai gambaran religiusitas dan resiliensi subjek.

2) Dapat melakukan perluasan sampel yang akan digunakan. Dikarenakan keterbatasan sampel yang dimiliki oleh peneliti, maka peneliti merasakan kurang maksimal dalam mengumpulkan sampel


(3)

94

Qorryisza Mailani, 2013

yang digunakan. Oleh karena itu, untuk peneliti selanjutnya dapat menambahkan jumlah sampel yang akan digunakan.

3) Perluasan karakteristik sampel yang digunakan. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini hanya membatasi agama Islam yang dianut oleh sampel. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya tidak membatasi karakteristik hanya berdasarkan satu agama saja sehingga penelitian akan lebih kaya data.

4) Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti variabel lain yang diperkirakan mempunyai hubungan erat dengan religiusitas dan resiliensi seperti usia, latar belakang ekonomi keluarga, suku, jenis kelamin dan hal-hal lain yang berkaitan dengan religiusitas dan resiliensi.


(4)

Qorryisza Mailani, 2013

Daftar Pustaka

Ancok, D dan Suroso, F. N. (2001). Psikologi Islami,. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar.

Amrullah, N. (2008). Religiusitas dan Kecerdasan Emosional dalam Kaitannya dengan Kinerja Guru di MAN 2 Banjarmasin. Tesis. Manajemen Pendidikan Islam. Universitas Negeri Malang. Diterbitkan.

Arikunto,S. (1997). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar,S. (2007). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Baron. R. A. & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Chaplin. J. P. (2007). KamusLengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers. Darajat,Z. (1991). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Darajat, Z. (1989). Peranan Agama dalam Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.

Darwati, T.E., (2003), Hubungan Antara Kemasakan Sosial Dengan Kompetensi Interpersonal Pada Remaja, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UII.

Davis, N.J. (1999). Resilience: Status od The Research Based Programs. ERIC Digest. University of Illinois at Urbana Champaign Clearinghouse on Elementary and Early Childhood Education.

Departemen Agama RI. (2002). Al-qur’an dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit Dipenogoro

Dister, N.S. (1988). Psikologi Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Echols, J.M, and Shadily, H. (1983). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta :Penerbit P.T. Gramedia.

Evanytha. (2011). Relationship between Mindfulness Ego Srength, and Resilience. Jakarta; Universitas Pancasila. Jounal of Psychology, LPSP3UI.

Grotberg, H. E. (2003). Resilience for Today: Gaining Strenght from Adversity. United States of America: PRAEGER


(5)

Qorryisza Mailani, 2013

Glock and Stark. (1965). Religion and Society in Tension. Chicago: Rand McNally

Hidayat, M. (2010). Hubungan Religiusitas dengan Kecemasan Menghadapi Masa Depan pada Survivor Gempa Bumi DIY. [online]. Tersedia: http://rac.usu.ac.id/server/document/public/20090508034144Skripsi-UII- F-psb-Psikologi-Hubungan-Religiusitas-Dengan-Kecemasan-Menghadapi-

Masa-Depan-Pada-Survivour-Gempa-Bumi-DIY-Hidayat-Marsal-99_files.pdf. [18Desember 2011].

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Indirawati, E. (2006). Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kecenderungan Strategi Coping Pada Mahasiswa Tarbiyah IAIN Yogyakarta, Yoyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.

Jurnal Gagasan. (2011). Apa Itu Resiliensi. [online] tersedia: http://resiliensi.wordpress.com (12 Juni 2012)

Madjid, R. (1997). Islam Kemoderenan dan Ke-Indonesiaan. Bandung: Mizan Pustaka

Mangunwijaya, Y. B. (1986). Menumbuhkan Sikap Religiusitas Anak. Jakarta: Gramedia

Monks, F.J, Knoers, A.M.P & Haditono, S.R. (1982). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Myers, D. G. (1996). Social Psychology. New York: McGraw Bile.

Nashori, F.& Mucharam, R. D. (2002). Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Yogjakarta: Menara Kudus.

Paloutzian, R.F. (1996). Invitation to the Psychology of Religion. (second ed.). Boston: Allyn and Bacon.

Paloutzian, R.F & Park, C.L. (2005). Handbook of The Psychologyof Religion and Spirituality. New York: The guildford press.

Percy. (2009). Perkembangan Seputar Dewasa Awal. [online]. Tersedia: perkembangan-seputar-dewasa-awal.html [18 Desember 2011].

Prasetyo, Y. E. (2007). Individualisasi Kaum Bercadar: Studi Kasus 3 Mahasiswi Muslim Bercadar di Universitas Negeri Solo. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM.


(6)

Qorryisza Mailani, 2013

Qisti, D. A. (2010). Hubungan antara Religiusitas dengan Kepuasan Pernikahan Pada Suami Istri yang Beragama Islam. Skripsi Psikologi FIP UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.

Rahmat, M. I. (2005). Arus Balik Islam Radikal. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resiliensce Factor: 7 Essential Skills for

Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. USA: Broadway Books.

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development. Jakarta: Erlangga. Santrock, J.W. (2003). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Shalih, M. (2001). Hukum Cadar. Solo: At-Tibyan.

Stowasser, B. F. (2001). Reinterpretasi Gender Wanita dalam Al Quran, Hadist, dan Tafsir. Bandung: Pustaka Hidayah.

Sugiyono. (2007). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R & D. Bandung: Alfabeta.

Surya. (2011). Aspek-aspek Religiusitas (dimensi keberagamaan) Menurut Stark dan Glock. [online]. Tersedia: aspek-aspek-religiusitas-dimensi.html [20 November 2011].

Swatos, W. H. (2000). Encyclopedia of Religion and Society. [online]. Tersedia: http://hirr.hartsem.edu/ency/deprivation.htm [14 Juli 2012].

Thontowi, A. (2000). Hakekat Religiusitas. [online]. Tersedia: hakekatreligiusitas.pdf [18 Desember 2011].

Tugade & Fredrickson. (2001). Psychological Resilience and Positive Emotional Granularity. Journal of Personality, Blackwell Publishing.

Wijayani, M.R. (2011). The Reciliency Among Young Adulthood Veiled Muslim Women. Depok; Universitas Indonesia. Jounal of Psychology, LPSP3UI. Winarto, J. (2011). Teori Atribusi Berner Weiner dan Implementasinya dalam

Pembelajaran. [online]. Tersedia: Teori Atribusi Berner Weiner dan Implementasinya dalam Pembelajaran.htm [20 Desember 2011].