PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SEKOLAH DASAR No Panggil SPOR NOO p-2012.

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, B. Kusumah, J. (2010). Aplikasi Statistika Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Abdullah. (2008). Pengertian Pendidikan Jasmani. [Online]. Tersedia: http://ahmesabe.wordpress.com [16 Maret 2012]

Arends, R.I. (2008). Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Dimiyati dan Modjiono (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hasan, A. (2011). Senam Lantai. [Online]. Tersedia: http://vhariss.wordpress.com

[23 Maret 2012]

Hendriana.(2011). Pengaruh metode progresif terhadap peningkatan tembakan bebas pada cabang olahraga basket. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Husdarta. (2011). Manajemen Pendidikan Jasmani. Bandung : Alfabeta.

Husdarta dan Saputra, T. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. (2009). Model-Model Pengajaran.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Juliantine et al. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Dalam Pendidikan Jasmani Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa Sekolah Dasar. Disertasi Doktor Pendidikan Olahraga UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Juliantine et al. (2010). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Juliantine et al. (2011). Model-Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.


(2)

Kardi, S. dan Nur, M. 2000 . Pengajaran Langsung. Surabaya: Unesa.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Filsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas.

Mahendra, Agus. (2008). Teori dan Metode Pembelajaran Senam. Bandung: FPOK UPI.

Narbuko, C. dan Achmadi, A. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Ghalia Indonesia – IKAPI Bogor.

Nugraha, A. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Teaching games For Understanding Terhadap Hasil Belajar Permainan Bola Tangan SMP Negri 2 Karangtanjung Pandeglang. Skripsi Sarjana Pendidikan FPOK UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Nurhasan et al. (2008). Statistika. Bandung: FPOK UPI.

Nurhasan et al. (2010). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung: FPOK UPI. Sagala, S. (2005) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Schembri, Gene. (1989). Gym Skill. Dingley Vic: The Australian Gymnastics Federation Inc.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suherman, A. (1998). Revitalisasi keterlantaran Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: IKIP Bandung Press.

Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

TN. (2012). Strategi Model Pembelajaran Lansung. [Online]. Tersedia: http://www.inforppsilabus.com. [28 April 2012]

TN. (2012). Pengertian Pengaruh. [Online]. Tersedia: http://www.KamusBahasaIndonesia.Org. [17 Oktober 2012]


(3)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting di berbagai aspek kehidupan dewasa ini, pendidikan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri setiap individu. Selain itu, pendidikan juga sangat berperan dalam meningkatkan taraf hidup seseorang, melalui proses pendidikan baik formal maupun non formal yang di mulai sejak usia dini dapat mengasilkan individu-individu yang berkualitas yang siap untuk menghadapi tantangan di era globalisasi. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan dalam memberikan kontribusi untuk mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan jasmani dapat diartikan pendidikan melalui aktivitas jasmani yaitu aktivitas jasmani sebagai media dalam upaya mewujudkan tujuan untuk mengembangkan diri setiap individu baik dalam aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

Menurut Abdul Gafur:1983 (Mutohir, 1992; dalam Abdullah,

http://ahmesabe.wordpress.com [4 November 2008]) definisi pendidikan jasmani adalah sebagai berikut:

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang


(5)

harmonis dalam rangka pembentukan manusia Indonesia berkualitas berdasarkan Pancasila.

Kemudian Husdarta (2011:3) mengemukakan bahwa : “Pendidikan jasmani dan kesehatan pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan kesehatan untuk menghasilkan perubahan

holistik dalam kualitas individu”. Selanjutnya Suherman (1998:14) menjelaskan

bahwa : “Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dari dan melalui gerak, dan harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan arti yang dikandungnya”. Banyak aspek yang dapat menunjang dan mempengaruhi tingkat keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah dasar dalam mengembangkan potensi peserta didik dan meningkatkan keterampilan peserta didik, diantarnya adalah : kualitas guru, strategi pembelajaran, model pembelajaran, metode, sarana prasarana, dan lain-lain.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud) sebagai institusi tertinggi yang membidangi bidang pendidikan di Indonesia telah melakukan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas. Salah satu upaya tersebut adalah penyempurnaan kurikulum. Saat ini pemerintah sedang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya yang lebih menekankan pada kemampuan kelulusan yang harus dicapai dengan standar kompetensi, yaitu kemampuan minimum yang harus dicapai. KTSP tidak hanya menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh suatu lulusan jenjang pendidikan tetapi juga lebih kepada kemampuan siswa memahami pelajaran yang disampaikan walaupun tidak semua


(6)

tujuan pembelajaran dapat dicapai sepenuhnya. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan yang harus diemban menjadi tugas setiap guru. Salah satu tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah bagaimana cara untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa mampu menguasai dan memahami apa yang diajarkan oleh gurunya.

Salah satu isi program pengajaran dalam kurikulum sekolah dasar (SD) adalah membangun manusia seutuhnya secara spesifik adalah mengembangkan fisik motorik melalui latihan aktivitas jasmani atau olahraga dan melatih kemampuan mental berupa disiplin, sportifitas dan semangat. Agar pembelajaran pendidikan jasmani sesuai dengan tuntutan kurikulum untuk dapat mengembangkan aspek-aspek dalam diri peserta didik seperti aspek kognitif, afektif, dan psikomotor diperlukan sebuah pembelajaran yang di dalamnya terkandung nilai-nilai tersebut.

Terdapat beberapa materi ajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar, setiap materi tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan juga memerlukan metode, strategi, dan model pembelajaran yang berbeda-beda pula. Hal ini diperlukan agar pembelajaran lebih efektif sehingga nilai-nilai dan tujuan yang terkandung dalam pembelajaran tersebut dapat tersampaikan dengan baik. Senam merupakan salah satu materi ajar dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar. Peter H. Werner:1994 (Mahendra, 2008:9) menjelaskan bahwa : „Senam dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang dirancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan,


(7)

kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh‟. Sedangkan menurut Widijoto:2008 (Hasan, http://vhariss.wordpress.com [20 Oktober 2011])

mengemukakan : „Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan

berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan harmonis‟. Lebih lanjut Widijoto (2008:1) dalam Hasan menyatakan ciri-ciri dan kaidah senam sebagai berikut:

1) Gerakannya selalu dibuat atau diciptakan dengan sengaja. 2) Gerakan-nya harus selalu berguna untuk mencapai tujuan tertentu (meningkatkan kelentukan, memperbaiki sikap dan gerak/keindahan tubuh, menambah keterampilan, meningkatkan keindahan gerak, dan meningkatkan kesehatan tubuh). 3) Gerakannya harus selalu tersusun secara sistematis.

Senam dapat membantu mengembangkan komponen fisik dan kemampuan gerak siswa SD karena dalam senam terdapat beberapa karakteristik, diantaranya : daya tahan otot, kekuatan, power, kelentukan, koordinasi, kelincahan, serta keseimbangan. Karakteristik tersebut sangat diperlukan dalam perkembangan diri siswa agar kaya akan gerak dan tidak kaku untuk menghadapi tugas-tugas gerak lainnya yang lebih kompleks di masa yang akan datang. Selain bermanfaat bagi fisik, pembelajaran senam juga dapat mengembangkan mental dan sosial siswa SD, dalam pembelajaran senam siswa dituntut untuk dapat berfikir tentang perkembangan keterampilannya. Siswa harus berusaha dan berfikir untuk mampu memecahkan masalah-masalah geraknya, dengan begitu kemampuan mental siswa akan berkambang dengan sendirinya.


(8)

Kemudian Mahendra (2008:19) mengemukakan:

Diyakini bahwa terdapat sumbangan yang sangat besar dari program senam dalam meningkatkan self-concept (konsep diri). Ini bisa terjadi karena kegiatan senam menyediakan begitu banyak pengalaman dimana anak mampu mengontrol tubuhnya dengan keyakinan dan tingkat keberhasilan yang tinggi, sehingga memungkinkan membantunya membentuk konsep diri yang positif.

Salah satu materi senam dalam pendidikan jasmani di SD adalah senam lantai. Dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar diperlukan adanya pengawasan dari guru langsung, dalam arti lain guru dapat lebih berperan aktif dalam kegiatatan belajar mengajar senam lantai. Seperti yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan jasmani di sekolah begitu juga dalam pembelajaran senam lantai. Mahendra (2008:16) mengemukakan bahwa : “Dalam senam kependidikan anak belajar pada tingkatnya masing-masing, untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menerapkan konsep-konsep gerak”. Pembelajaran senam sangat bermanfaat bagi perkembangan keterampilan dan konsep gerak siswa, namun kurangnya pemahaman guru penjas tentang didaktik metodik pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah termasuk pembelajaran senam lantai yang kian hari kian berkembang sesuai dengan perkembangan keilmuan yang ada membuat kegiatan pembelajaran senam lantai di sekolah dasar kurang efektif dan menyebabkan kurang berkembangnya keterampilan peserta didik dalam pembelajaran senam lantai.


(9)

Ada banyak faktor yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang akan diajarkan. Menurut Burden & Byrd:1999 (Juliantine et al. 2011:8) : „Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar‟. Dengan model pembelajaran yang sesuai, kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan lebih terarah sehingga materi yang diajarkan dapat tersampaikan. Terdapat beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani dengan karakteristik dan sintaks yang berbeda-beda. Dalam hal ini Metzler (Juliantine, 2010:16,17) mengungkapkan 7 model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu:

1) Model pembelajaran langsung (direct instructional model). 2) model pembelajaran personal (personalized system for instruction model). 3) model pembelajaran kerjasama (cooverative learning model). 4) model pembelajaran pendidikan olahraga (the sport education model). 5) model pembelajaran kelompok (pear teaching model). 6) model pembelajaran inkuiri (inquiri teaching model). 7) model pembelajaran taktis (the tactical game).

Model pembelajaran langsung adalah suatu model yang sudah tidak asing lagi di kalangan pengajar, namun pada kenyataannya tidak sedikit guru yang kurang faham tentang model pembelajaran ini. Secara garis besar model pembelajaran langsung adalah suatu model yang berpusat kepada guru, dalam model pembelajaran langsung guru lebih berperan aktif dari pada siswanya pada saat kegiatan pembelajaran. Tetapi hal ini tidak cukup untuk menggambarkan model pembelajaran langsung. Tentu dengan adanya hal ini timbul pertanyaan


(10)

tentang apa itu model pembelajaran langsung? Bagaimana tahapan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran langsung berlangsung?

Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang berpusat kepada guru, dalam model pembelajaran ini guru lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Killen:1998 (Juliantine et al., 2011:30) bahwa :

Direct instruction merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik.

Tujuan utama pembelajaran langsung (direktif) adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar siswa. Beberapa temuan dalam teori perilaku diantaranya adalah pencapaian siswa yang dihubungkan dengan waktu yang digunakan oleh siswa dalam belajar/tugas dan kecepatan siswa untuk berhasil dalam mengerjakan tugas sangat positif. Dengan demikian, model pembelajaran langsung dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar terstruktur dan berorientasi pada pencapaian akademik. Gerten:1999 (Juliantine et al., 2011:30,31) mengemukakan :

Pembelajaran langsung dapat didefinisikan sebagai model pembelajaran dimana guru mentransformasikan informasi atau keterampilan secara langsung kepada siswa dan pembelajaran berorientasi pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. Model ini sangat cocok jika guru menginginkan siswa menguasai informasi atau keterampilan tertentu.


(11)

Dengan model pembelajaran langsung yang dapat diterapkan oleh seorang guru penjas, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan senam lantai khusunya guling depan, karena menurut penulis pembelajaran senam lantai memerlukan pengawasan yang ketat dari seorang guru pada saat kegiatan belajar mengajar terjadi. Dengan peran seorang guru yang lebih dominan dalam pembelajaran dan tugas-tugas terstruktur siswa dapat terus diamati perkembangannya, penulis menganggap dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai khusunya guling depan. Selain itu dengan model pembelajaran langsung ini waktu belajar siswa dapat lebih efektif serta dengan pengawasan ketat dari guru pada saat pembelajaran dapat menghindari cedera pada peserta didik, hal ini dikarenakan pembelajaran senam dapat beresiko apabila kurang pengawasan dari guru dan juga perkembangan anak sekolah dasar yang cenderung suka bermain-main dan kurang memperhatikan keselamatan.

Berdasarkan kenyataan di lapangan dari hasil obeservasi dan pengamatan, pembelajaran senam lantai di sekolah dasar khususnya yang berada di daerah pedesaaan kurang efektif . Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kurang efektifnya pembelajaran senam lantai yang berdampak terhadap minimnya pemahaman dan keterampilan dasar siswa dalam pembelajaran senam lantai, faktor-faktor tersebut diantaranya adalah : fasilitas yang kurang memadai, latar belakang guru penjas, metode pembelajaran, model pembelajaran, dan sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut yang menjadi fokus perhatian dari penulis adalah model pembelajaran, dengan model pembelajaran yang sesuai yang dapat diterapkan dalam pembelajaran senam lantai pada siswa sekolah dasar pada


(12)

saat kegiatan belajar mengajar akan berdampak positif terhadap keefektifan pembelajaran sehingga diharapkan pemahaman dan keterampilan dasar siswa dalam pembelajaran senam lantai dapat meningkat dan berkembang.

Dalam pembelajaran senam lantai diperlukan peran aktif seorang guru dalam mengontrol kegiatan pembelajaran agar jumlah waktu aktif belajar siswa dapat dioptimalkan. Selain itu terstrukturnya kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran senam lantai dari mulai menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa, mereviu pengetahuan dan keterampilan, menyampaikan materi pelajaran, melaksanakan bimbingan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih, menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik dan memberikan latihan mandiri akan berdampak terhadap peningkatan pemahaman dan keterampilan dasar siswa. Tetapi pada kenyataan- nya hal ini kurang diperhatikan oleh guru pada saat pembelajaran senam lantai berlangsung, pada saat pembelajaran berlangsung guru hanya memberitahukan kepada siswa materi yang akan diajarkan tanpa memberikan penjelasan yang cukup tentang materi yang akan diajarkan dan tujuan dari pembelajaran tersebut, kemudian guru mendemonstrasikan materi yang akan dipelajari, yaitu pembelajaran senam lantai termasuk di dalamnya keterampilan guling depan. Setelah itu peserta didik mencobanya satu-persatu bergantian tanpa ada pengawasan yang ketat dari seorang guru, yang hanya sesekali melakukan evaluasi kepada peserta didik. Kecenderungan anak SD yang masih senang bermain-main dan bercanda dengan sesama temannya mengakibatkan pembelajaran senam lantai kurang efektif, sehingga pemahaman peserta didik


(13)

tentang keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai tidak bisa di optimalkan. Dengan keadaan pembelajaran seperti itu juga dikhawatirkan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada peserta didik, yaitu terjadinya cedera, karena pembelajaran senam lantai beresiko kecelakaan apabila guru tidak memperhatikan keselamatan peserta didik karena kurangnya pengawasan yang ketat dari seorang guru.

SDN Cibeureum 02 adalah sebuah SD yang terletak di Kabupaten Bandung, pembelajaran senam lantai di SD tersebut kurang efektif dikarenakan terdapat beberapa faktor, salah satunya adalah guru penjas di SD Cibeureum 02 bukan berlatar belakang pendidikan jasmani, sehingga kurang memahami didaktik, metodik, dan pembelajaran penjas khususnya materi senam lantai. Hal ini berdampak terhadap kurangnya pemahaman dan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai.

Atas pemaparan yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis, yaitu : “pengaruh model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam

lantai di sekolah dasar”. Dengan diadakannya penelitian ini penulis berharap

model pembelajaran langsung dapat menjadi alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran senam lantai terutama untuk meningkatkan pembelajaran guling depan di sekolah dasar. Dengan model pembelajaran ini pula diharapkan dapat bermanfaat dalam mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik, termasuk dalam segi mental, emosional dan spiritual.


(14)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka timbul permasalahan yang akan di kaji lebih lanjut. Adapun permasalahan dalam

penelitian ini adalah : “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan

model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar?”.

C.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu : “Untuk mengetahui pengaruh

model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan

dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar”.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah pemahaman tentang model pembelajaran langsung dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran senam lantai khususnya keterampilan guling depan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru adalah sebagai bahan referensi model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran senam lantai.


(15)

b. Bagi siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah untuk menumbuhkan motivasi siswa dan meningkatkan keterampilan siswa dalam pembelajaran senam lantai. c. Bagi Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah sebagai sumber informasi untuk lebih meningkatkan dan memperhatikan program pengajaran di sekolah.

E.Pembatasan Masalah

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan untuk menghindari penafsiran yang lebih luas maka dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitiannya.

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran langsung.

2. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi, dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah keterampilan guling depan.

3. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Cibeureum 02 Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung yang berjumlah 34 orang.

4. Sampel penelitian ini adalah siswa laki-laki kelas V SDN Cibeureum 02 yang berjumlah 20 orang.


(16)

F. Definisi Oprasional

1. Pengaruh, adalah daya yang ada atau timbul dari suatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. (Tn, http://www.KamusBahasaIndonesia.Org)

2. Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. (Burden & Byrd, 1999; Juliantine et al., 2011: 8). 3. Direct instruction atau model pembelajaran langsung merujuk pada berbagai

teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Pendekatan dalam model pembelajaran ini berpusat pada guru dimana guru menyampaikan isi akademik dalam format yang sangat terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa, dan mempertahankan fokus pencapaian akademik. (Roy Killen, 1998; Juliantine et al., 2011:30).

4. Senam, dapat diartikan sebagai bentuk latihan tubuh pada lantai atau pada alat yang di rancang untuk meningkatkan daya tahan, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh. (Peter H. Werner, 1994; Mahendra, 2008:9).

5. Guling depan adalah gerak berguling yang halus dengan menggunakan tubuh bagian tubuh yang berbeda untuk kontak dengan lantai, ke tengkuk, lalu ke bahu, ke punggung, pinggang dan pantat, sebelum akhirnya ke kaki kembali. (Mahendra, 2008:211).


(17)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis dan menyimpulkan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dengan menggunakan metode penelitian yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Disamping itu penggunaan metode tergantung kepada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain penggunaan suatu metode dilihat dari efektivitasnya, efisienya dan relevansinya metode tersebut. Suatu metode dikatakan efektif apabila selama pelaksanaan dapat terlihat adanya perubahan positif menuju tujuan yang diharapkan. Sedangkan suatu metode dikatakan efisien apabila penggunaan waktu, fasilitas, biaya, dan tenaga dapat dilaksanakan sehemat mungkin namun dengan hasil yang maksimal. Metode dikatakan relevan apabila waktu penggunaan hasil pengolahan dengan tujuan yang hendak dicapai tidak terjadi penyimpangan.

Dalam hal ini Arikunto (2006:160) menjelaskan bahwa: “Metode

penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

penelitiannya”. Dalam suatu penelitian, untuk dapat mencari jawaban terhadap

masalah penelitian diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian. Terdapat beberapa bentuk metode penelitian yang biasa digunakan


(18)

dalam penelitian suatu masalah, seperti: metode historis, deskriptif dan eksperimen.

Metode penelitian harus disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitian, hal ini dilakukan untuk kepentingan pemerolehan dan analisis data. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Sudjana dan Ibrahim (2001:64) sebagai berikut:

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan kepada masalah-masalan aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Hal serupa yang dikemukakan oleh M.Iqbal (2002:22) bahwa, “Metode

deskriptif merupakan metode penelitian yang di maksudkan untuk pengumpulan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, yaitu gejala yang

apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat digambarkan sifat dari metode deskriptif selain untuk mengumpulkan informasi atau data, metode deskriptif juga memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah yang aktual. Kemudian, karena dalam penelitian ini bertujuan untuk mencari dan menetapkan hubungan antara variable satu dengan variable lain, maka dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan teknik korelasional.


(19)

Mengenai langkah pelaksanaan metode deskriptif, Surakhmad (2004:129)

mengatakan: “… tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan pengolahan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu”. Data yang diperoleh

dari hasil tes masih merupakan data mentah yang harus diolah sehingga data tersebut mempunyai arti. Selanjutnya Surakhmad (2004:140) mengemukakan ciri-ciri metode penelitian deskriptif sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kembali dianalisis.

Berdasarkan ciri-ciri metode deskriptif dengan teknik korelasi maka dapat penulis kemukakan bahwa dalam penelitian ini data yang diperoleh dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisis. Hal ini untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai kontribusi kekuatan otot lengan dan fleksibilitas panggul terhadap hasil panjat dinding kategori rintisan (lead) pada cabang olahraga panjat dinding.

B. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan agar proses penelitian terarah dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Sudjana dan Ibrahim (2009:196) menjelaskan, “Rencana penelitian atau usulan penelitian atau reseach proposal adalah rancangan yang menggambarkan atau menjelaskan apa yang

hendak diteliti dan sebagaimana penelitian dilaksanakan”. Pada penelitian ini


(20)

r x1.x2.y

r x1.y

r x2.y

a. Menetapkan populasi dan sampel penelitian b. Mengumpulkan data dan pelaksanaan tes c. Mengolah data

d. Menganalisis data e. Menetapkan kesimpulan

Sedangkan desain penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai berikut: 1. Variabel bebas : kekuatan otot lengan dan fleksibilitas panggul

(X1,X2)

2. Variabel terikat : Hasil panjat dinding kategori rintisan (Y)

Adapun rancangan atau desain dalam penelitian ini dapat kita lihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1. Desain Penelitian Sumber: Sugiyono (2010:10) Keterangan :

X1 : Kekuatan otot lengan X2 : Fleksibilitas panggul

X1

X2


(21)

Y : Hasil panjat dinding kategori rintisan r x1.y : Koefisien Korelasi X1 dan Y

r x2.y : Koefisien Korelasi X2 dan Y r x1.x2.y : Koefisien Korelasi X1.X2 dan Y

Berdasarkan desain penelitian tersebut di atas, maka penulis dapat membuat langkah-langkah penelitian dalam pengumpulan data sebagai berikut:

Gambar 3.2. Langkah-langkah Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Tes panjat dinding kategori rintisan

Pengolahan Dan Analisis Data

Kesimpulan Tes flexibilitas

Panggul DATA Tes kekuatan otot

lengan

POPULASI


(22)

Untuk memperoleh pemecahan masalah tentu diperlukan adanya data. Data termaksud diperoleh dari objek penelitian atau populasi yang diselidiki. Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang mempunyai sifat-sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (2006:130), menjelaskan

sebagai berikut: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian”. Lebih lanjut menurut M.Iqbal (2002:58), jelaskan bahwa: “Populasi adalah totalitas dari semua

objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang

akan diteliti”. Populasi dalam penelitian ini mahasiswa pencinta alam PAMOR FPOK UPI yang masih aktif kuliah.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi sebagai sumber informasi/data. Sampel yang akan diambil sebagai percobaan harus diperhatikan. Menurut Arikunto (2006:131), dikatakan sebagai berikut : “Sampel dalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono

(2002:56) menjelaskan bahwa : “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Adapun cara-cara pengambilan sampel dalam penelitian dapat dilakukan sebagai berikut: sampel random, sampel berstrata, sampel wilayah, sampel proporsi, sampel bertujuan, sampel kuota, sampel kelompok, sampel kembar. (Arikunto, 2006).

Berdasarkan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampel bertujuan atau sampling purposive dalam menentukan sampel, karena tidak semua anggota PAMORFPOK UPI bandung


(23)

yang dijadikan sampel tapi hanya anggota PAMOR yang masih aktif dalam perkuliahan.“Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu.” Arikunto (2006:139). Seperti yang dikemukakan Sugiyono (2002:61)

sebagai berikut: “Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sampel sebanyak 20 orang. Adapun populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah para anggota PAMOR FPOK UPI yang aktif kuliah.

D. Instrumen Penelitian

Guna tercapainya keberhasilan penelitian yang akan diselenggarakan penulis, maka instrumen penelitian yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian dan menguji hipotesis, penulis menggunakan alat ukur sebagai media atau alat pengumpulan data. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan dan atau pengukurannya. Sebagaimana yang dikatakan Arikunto

(2006:150) bahwa “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Adapun alat

ukur yang penulis gunakan terdiri dari 3 (tiga) item tes yaitu :

1. Tes kemampuan kekuatan otot lengan, tujuannya untuk mengukur kemampuan kekuatan otot lengan. Alat ukur yang digunakan adalah Tes


(24)

Angkat Tubuh (pull-up) 60 detik. Dinilai banyaknya mengangkat yang syah atau dengan benar.

2. Tes fleksibilitas panggul, tujuannya untuk mengukur kelentukan panggul. Alat ukur yang digunakan adalah flesi (flexometer) dengan realibitas tes 0,92 validitas tes face validity.

3. Tes panjat dinding kategori rintisan , tujuannya untuk mengetahui prestasi dalam menghitung point yang tergapai oleh seorang pemanjat, menghitung titik terakhir pencampaian pemanjatan dan menhitung catatan waktu pemanjatan.

E. Prosedur Pelaksanaan Tes Dan Pengukuran

Tujuan dari prosedur pelaksanaan tes dan pengukuran ini untuk memudahkan teste dalam melakukan tes sehingga pelaksanaan dan hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

1. Tes Kekuatan Otot Lengan

a. Tujuan : mengukur kekuatan otot lengan b. Alat/Fasilitas :tes angkat tubuh (pull-up) 60 detik c. Pelaksanaan tes :

1) Testee bergantung pada palang tunggal, sehingga kepala, badan, dan tungkai lurus.


(25)

3) Kemudian testee mengangkat tubuhnya, dengan membengkokan kedua lengan, sehingga dagu menyentuh atau melewati palang tunggal, kemudian kembali kesikap semula.

4) Lakukan gerakan tersebut secara berulang-ulang, tanpa istirahat selama 60 detik.

d. Penskoran :

Data yang diambil dari testee sebagai data penelitian adalah jumlah kemampuan testee dalam hasil mengangkat tubuh sebanyak-banyaknya dalam waktu 60 detik dengan alat tes angkat tubuh (pull-up).


(26)

Gambar 3.3

Tes angkat tubuh (pull-up) 2. Tes Fleksibilitas Panggul

a. Tujuan : Mengukur fleksibilitas

b. Alat/fasilitas : - Tangga tembok tegak 90 deajat/ bangku swedia - Pita pengukur

c. Pelaksanaan :Orang coba berdiri tegak di atas alat ukur dengan kedua kaki rapat dan kedua ujung ibu jari kaki rata dengan pinggir alat ukur. Badan dibungkukan kebawah, tangan lurus, renggutkan badan perlahan-lahan, sejauh mungkin , kedua tangan menelusuri alat ukur dan berhenti pada jangkauan yang terjauh.

d. Penskoran : jarak jangkauan yang terjauh yang dapat dicapai oleh orang coba dari dua kali percobaan, yang diukur dalam cm (senti meter).

Mengenai alat ukur ini secara umum terdiri dari bangkuyang terbuat dari kayu, danukuran yang sudahtersediaoleh pita ukur, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4:


(27)

Gambar 3.4

Flesi (flexometer) Flexibilitas 3. Tes Panjat Dinding Kategori Rintisan

a. Tujuan : mengukur prestasi dalam satuan waktu, menghitung point yang tergapai oleh seorang pemanjat, menghitung titik terakhir penyampaian pemanjatan

b. Alat dan Fasilitas : papan panjat, harnest, carabiner, karmantel, figure eight, stopwatch, dan alat tulis.

c. Pelaksanaan tes :Testee bersiap melakukan pemanjatan di bawah papan panjat Setelah mendengar aba-aba testee melakukan pemanjatan seperti pertandingan sesungguhnya, memasangkan carabiner di setiap hanger yang telah di pasang di papan panjat. Waktu dihidupkan saat mengawali start dan diberhentikan saat testee selesai mengaitkan seluruh carabiner ke hanger.


(28)

d. Penskoran : mengukur waktu dalam pemanjatan, menghitung point yang tergapai oleh seorang pemanjat, menghitung titik terakhir penyampaian pemanjatan

F. Prosedur Pengolahan Dan Analisis Data

Setelah data diperoleh dari tes dan pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengolahnya dengan menggunakan rumus-rumus statistika. Rumus-rumus

statistika yang digunakan dalam penelitian ini di kutip dari buku ”Hand Out Statistika” Nurhasan (2002) dan buku “Metode Statistika” Sudjana (1989).

Adapun langkah- langkah pengolahan data dalam penelitian ini terdapat di halaman berikutnya:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel.

Menurut Nurhasan (2002: 21) “rata-rata adalah suatu nilai yang

mencerminkan keadaan suatu kelompok secara keseluruhan”.

Rumus untuk menghitung rata-rata adalah:

Keterangan:

 : Nilai rata-rata yang dicari

i : Jumlah skor yang didapat

n : Banyak sampel

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. =

n Xi


(29)

Menurut Nurhasan (2002: 35) “simpangan baku adalah rentang penyebaran

skor-skor dan besarnya penyimpangan suatu skor dari nilai rata-rata yang di

standarisir”.

Rumus yang digunakan adalah:

= Σ( 1− )

2

� −1

Keterangan :

S : Simpangan baku 1 : Nilai yang didapat

� : Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel 3. Menghitung T-skor

Menurut Nurhasan (2002: 41) “T-skor adalah suatu cara mengubah skor mentah (raw score) ke dalam skor baku (skor standar)”. T-skor berfungsi untuk menyetarakan skor-skor yang berbeda satuan ukurannya, membandingkan skor yang diperoleh dan mempunyai bobot yang berbeda dan menggabungkan skor tes yang berbeda satuan ukurannya.

Rumus yang digunakan adalah:


(30)

= 50 + 10 (� −�)( untuk Waktu )

Arti unsur-unsur pada halaman sebelumnya adalah T-skor = skor standar yang dicari

X = skor yang diperoleh seseorang/peristiwa

� = nilai rata-rata S = Simpangan baku

4 Menguji normalitas dristibusi data dengan menggunakan pendekatan Uji Liliefors.

5 Menguji normalitas data, untuk mengatahui apakah data tersebut normal atau tidak, maka harus mengadakan uji normalitas secara non parametrik dengan menggunakan uji Liliefors.

Prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Pengamatan X1,X2,...Xn dijadikan bilangan baku 1, 2...n dengan menggunakan rumus:

S X Xi

i

 

( X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel )


(31)

b. Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian menghitung peluang.

  

Z

i

P

Z

i

Z

i

F

c. Selanjutnya dihitung proporsi 1,2....n yang lebih kecil atau sama dengan i. Jika ini dinyatakan oleh S (1), maka

 

n

yang

Banyaknya

S

n i

i

1

,

2

,...

d. Hitung selisih F

 

i -S

 

i kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini adalah Lo. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lo dengan nilai kritis yang diambil dari daftar untuk taraf

nyata α yang dipilih. Kriterianya adalah tolak hipotesis nol bahwa

populasi berdistribusi normal, jika Lo yang diperoleh dari data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis diterima. f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan nilai kritis Lo yang diambil dari daftar nilai kritis untuk uji Leliefors, dengan taraf nyata  = 0,05.

Kriterianya adalah:

1. Hipotesis diterima apabila Lo < L = Normal 2. Hipotesis ditolak apabila Lo > L = Tidak normal


(32)

1. Menghitung koefisien korelasi

Perhitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel. Dengan rumus sebagai berikut:

nxy –(∑x) (∑y) rxy =

{nx2–(∑x)2} {ny2 –(∑y)2}

= Korelasi yang dicari

� =Jumlah sampel x =Skor pada variabelx y =Skor pada variabel y x = Jumlah x

y =Jumlah y xy =Jumlah x kali y x =Jumlah dari kuadrat x y =Jumlah dari kuadrat y

2. Menghitung uji signifikan korelasi dengan rumus:

ℎ� �� = � −

2

1− 2

Keterangan :


(33)

r : Koefisien korelasi yang dicari n : banyaknya sampel

Kriteria : -t (1- ½α )< < t(1- ½α )

3. Menghitung derajat hubungan tiga variable atau koefisien korelasi multipel dengan menggunakan rumus:

12 = 1

2 + 2 2 2

1. 2. 12

1− 122

Keterangan :

Ry12 : kolerasi berganda yang dicari

ry1 : koefisien kolerasi antara variabel y dan x1 ry2 : koefisien kolerasi antara variabel y dan x2 ry12 : koefisien kolerasi antara variabel x1 dan x2

4. Menghitung signifikan koefisien korelasi. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana korelasi variabel-variabel dengan hasil prestasi panjat dinding kategori rintisan (lead).

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

�ℎ� �� = �

2 / 1−�2 ( 1)

Keterangan :

F = Nilai signifikan ganda k = Jumlah variabel bebas


(34)

R = Korelasi ganda antara �1 dan �2 n = Jumlah sampel

5. Langkah terakhir adalah mencari seberapa besar presentase dukungan atau kontribusi dari tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan rumus determinan sebagai berikut :

Keterangan :

D: determinan atau presentase dukungan r2: kuadrat dari korelasi

100% :konstantatetap D = r2 x 100%


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Senam lantai merupakan materi yang terdapat dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dipelajari di sekolah dasar. Salah satu materi dalam senam lantai adalah keterampilan guling depan. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan model pembelajaran langsung terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar. Dengan menggunakan model pembelajaran langsung, kegiatan belajar mengajar lebih terstruktur karena dilakukan selangkah demi selangkah dengan bimbingan dan pengawasan langsung dari guru sehingga tujuan akademik dapat terfokus dan berdampak terhadap peningkatan keterampilan siswa dan pemahaman siswa tentang guling depan.

Selain itu, peran aktif seorang guru dalam memberikan penugasan, latihan terbimbing, dan umpan balik yang terdapat dalam tahapan model pembelajaran langsung pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung membantu siswa dalam mempelajari keterampilan guling depan. Hal lain yang patut diperhatikan yaitu model pembelajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur dengan waktu belajar yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.


(36)

B.Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi para guru mata pelajaran pendidikan jasmani khususnya di sekolah dasar, dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran langsung sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran senam lantai dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan guling depan. Dalam hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar pada siswa laki-laki kelas V SDN Cibeureum 02.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pengaruh suatu model pembelajaran terhadap peningkatan suatu keterampilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani khsusunya di sekolah dasar dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran langsung dengan populasi dan sampel yang berbeda, lebih banyak dan representatif dengan terlebih dahulu mengkaji teori-teori yang mendasarinya, sehingga hasilnya akan lebih baik dan dapat memberikan gambaran yang lebih nyata.

3. Bagi peneliti lanjut yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan apa yang telah diteliti oleh penulis, sebaiknya melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada tingkat sekolah dasar ataupun satuan pendidikan yang lebih tinggi dengan menggunakan suatu model pembelajaran dengan


(37)

kajian teori yang mendalam sehingga hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya materi senam lantai dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(38)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Pembatasan Masalah ... 12

F. Definisi Oprasional ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR, HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A.Kajian Pustaka ... 14

1. Belajar dan Pembelajaran ... 14

2. Model Pembelajaran ... 17

3. Model Pembelajaran Langsung ... 24

4. Senam ... 34

B. Anggapan Dasar ... 42

C.Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A.Metode Penelitian... 45

B. Populasi dan Sampel ... 46

C.Desain Penelitian ... 48

D.Instrumen Penelitian... 50

1. Tes Keterampilan Guling Depan ... 51


(39)

3. Format Penilaian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Analisis Data ... 53

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 55

3. Uji Hipotesis ... 56

G.Prosedur Penelitian... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 61

C.Diskusi Penemuan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A.Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

LAMPIRAN A ... 73

LAMPIRAN B ... 146

LAMPIRAN C ... 150

LAMPIRAN D ... 156

LAMPIRAN E ... 159

LAMPIRAN F ... 167


(40)

DAFTAR TABEL

TABEL

3.1 Pre test and Post test Group Design ... 48

4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 59

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 60


(41)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

2.1 Sistematika Gerakan Guling Depan ... 41 3.2 Tahap-tahap Penelitian ... 49


(1)

67

Nugraha M Noor, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Peningkatan Keterampilan Guling Depan Dalam Pembelajaran Senam Lantai Di Sekolah Dasar

B.Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi para guru mata pelajaran pendidikan jasmani khususnya di sekolah dasar, dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran langsung sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran senam lantai dalam rangka untuk meningkatkan keterampilan guling depan. Dalam hal ini, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menunjukkan bahwa model pembelajaran langsung memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan keterampilan guling depan dalam pembelajaran senam lantai di sekolah dasar pada siswa laki-laki kelas V SDN Cibeureum 02.

2. Bagi rekan mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang pengaruh suatu model pembelajaran terhadap peningkatan suatu keterampilan dalam pembelajaran pendidikan jasmani khsusunya di sekolah dasar dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran langsung dengan populasi dan sampel yang berbeda, lebih banyak dan representatif dengan terlebih dahulu mengkaji teori-teori yang mendasarinya, sehingga hasilnya akan lebih baik dan dapat memberikan gambaran yang lebih nyata.

3. Bagi peneliti lanjut yang akan melakukan penelitian berkaitan dengan apa yang telah diteliti oleh penulis, sebaiknya melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar pada tingkat sekolah dasar ataupun satuan pendidikan yang lebih tinggi dengan menggunakan suatu model pembelajaran dengan


(2)

68

kajian teori yang mendalam sehingga hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya materi senam lantai dalam pembelajaran pendidikan jasmani.


(3)

Nugraha M Noor, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Peningkatan Keterampilan Guling Depan Dalam Pembelajaran Senam Lantai Di Sekolah Dasar

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Pembatasan Masalah ... 12

F. Definisi Oprasional ... 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA, ANGGAPAN DASAR, HIPOTESIS PENELITIAN ... 14

A.Kajian Pustaka ... 14

1. Belajar dan Pembelajaran ... 14

2. Model Pembelajaran ... 17

3. Model Pembelajaran Langsung ... 24

4. Senam ... 34

B. Anggapan Dasar ... 42

C.Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A.Metode Penelitian... 45

B. Populasi dan Sampel ... 46

C.Desain Penelitian ... 48

D.Instrumen Penelitian... 50

1. Tes Keterampilan Guling Depan ... 51


(4)

3. Format Penilaian ... 53

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

F. Analisis Data ... 53

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 55

3. Uji Hipotesis ... 56

G.Prosedur Penelitian... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59

A.Hasil Pengolahan dan Analisis Data ... 59

B. Pengujian Hipotesis ... 61

C.Diskusi Penemuan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A.Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72

LAMPIRAN A ... 73

LAMPIRAN B ... 146

LAMPIRAN C ... 150

LAMPIRAN D ... 156

LAMPIRAN E ... 159

LAMPIRAN F ... 167


(5)

Nugraha M Noor, 2012

Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Peningkatan Keterampilan Guling Depan Dalam Pembelajaran Senam Lantai Di Sekolah Dasar

DAFTAR TABEL

TABEL

3.1 Pre test and Post test Group Design ... 48

4.1 Hasil Perhitungan Rata-rata dan Simpangan Baku ... 59

4.2 Hasil Uji Normalitas ... 60


(6)

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

2.1 Sistematika Gerakan Guling Depan ... 41 3.2 Tahap-tahap Penelitian ... 49


Dokumen yang terkait

VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN SENAM LANTAI DALAM PEMBELAJARAN TERBIMBING DI SMKN 1 METRO

0 18 122

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GULING DEPAN PADA PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MELALUI MODEL PERMAINAN PADA KELAS V SD NEGERI 1 MERGASANA KECAMATAN KERTANEGARA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2012

0 7 81

UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN GULING DEPAN DALAM SENAM LANTAI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS XI SMK SWASTA EKA PRASETYA MEDAN TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 11

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI.

0 3 35

PENGARUH MODEL EDUCATIONAL GYMNASTICS TERHADAP PENINGKATAN GERAK DASAR GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI.

1 9 37

Pengaruh Model Pembelajaran Langsung Terhadap Tingkat Kepercayaan Diri Pada Keterampilan Guling Belakang Kaki Lurus Pembelajaran Senam Lantai Kelas X Di SMAN 11 Kota Bandung”.

0 1 54

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GULING BELAKANG DI SMAN 1 TANJUNGSARI.

0 0 30

UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GULING DEPAN MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 REJASA KLATEN.

0 1 114

PERSEPSI SISWA KELAS VI TERHAD PEMBELAJARAN SENAM LANTAI GULING DEPAN DI SD N KEPEK KABUPATEN KULON PROGO DIY TAHUN 2015.

0 2 72

PENERAPAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN GULING DEPAN DALAM PEMBELAJARAN SENAM - repository UPI S SDP 1104381 Title

0 0 4