OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN
TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN”
DI TRANS 7.

SKRIPSI

Oleh :

MAYA RETNASARI
0543310446
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWATIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI
REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7

Disusun Oleh :
Maya Retnasar i
NPM . 0543310446

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi
Menyetujui,
Pembimbing

Dra. Her lina Suksmawati, M.SI
NIP.196412251993092001

Dekan

Dr a. Ec. Hj. Supar wati. M.Si
NIP. 195507181983023001

ii


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

OPINI
PEMIRSA
SURABAYA
TERHADAP
TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7
J udul Skripsi :

Nama Mahasiswa
: Maya Retnasar i
NPM
: 0543310446
Pr ogr am Studi
: Ilmu Komunikasi
Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Telah diuji dan diseminarkan pada tanggal : 20 Apr il 2012

Pembimbing
Tim Penguji
1. Ketua

Dra.Her lina Suksmawati, MSi
NIP. 196412251993092001

J uwito, S.Sos M.Si
NPT.367049500361
2. Sekr etar is

Drs.Kusnar to, M.Si
NIP.195808011984021001
3. Anggota

Dra.Her lina Suksmawati, M.Si
NIP. 196412251993092001
Mengetahui,
DEKAN


Dr a. Ec. Hj. Supar wati. M. Si
NIP. 195507181983023001

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa, Sang Pemberi nafas hidup
pada

seluruh

mahluk.

Hanya

kepadaNya-lah


syukur

dipanjatkan

atas

terselesaikannya Skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat memang
sulit adanya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri, karena itu
kebanggaan penulis bukan hanya sampai di sini, tetapi penulis bangga telah
berusaha untuk menundukkan diri sendiri.
Hal ini bertujuan untuk dijadikan bahan acuan penulis dalam penyelesaian
Skripsi nantinya. Selama melakukan penulisan

ini, tak lupa penulis

menyampaikan ucapan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu
penulis selama melakukan penulisan dan pengajuan skripsi ini.
Adapun penulis sampaikan rasa terima kasih, kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Teguh Soedarto, MP, Selaku Rektor UPN ”Veteran”

Jawa Timur
2. Ibu Dra. Hj. Suparwati. M. Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Juwito, S.Sos., M.Si., Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi
4. Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, S.Sos., M.Si., Sekretaris Program Studi Ilmu
Komunikasi.
5. Ibu Dra. Herlina Suksmawati, M.SI, Dosen Pembimbing Skripsi penulis.
Sekali lagi, terima kasih.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Dosen-dosen Ilmu Komunikasi yang telah banyak memberikan ilmu dan
dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibuku tercinta di rumah dan seluruh keluargaku
Serta tak lupa penulis ucapkan rasa terima kasih secara khusus kepada :
1. Terima kasih buat adikku tersayang dan saudara penulis yang memberi
semangat dan masukan selama Skripsi.

2. Terima kasih kepada orang-orang terdekat yang aku sayangi dan cintai minto
jais, teguh, dan indah yang selalu mendampingi dan memberikan semangat
kepada penulis.
3. Teman-teman kost-kost ku yang memberikan masukan kepada penulis selama
bimbingan proposal maupun saat kuliah, dan terima kasih buat sahabatsahabat terbaik yang telah membantu dan memberi semangat guna kelancaran
proses praktek maupun penulisan skripsi.
4. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis. Penulis
menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam penyusunan
ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima
Kasih.
Sungguh penulis menyadari bahwa

ini belum sempurna dan penuh

keterbatasan. Dengan harapan bahwa ini Insya Allah berguna bagi rekan-rekan di
Program Studi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun
sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, April 2012
Penulis


v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK

Maya Retnasari
0543310446, Opini Pemirsa Surabaya
Terhadap Tayangan Televisi Reality Show “ (Masih) Dunia Lain” Di
Trans 7
Penelitian ini didasarkan pada fenomena munculnya acara reality show
yang berjudul “(Masih) Dunia Lain”. Acara ini mengundang kontroversi di
masyarakat karena mengangkat hal-hal ghaib dan tentang makhluk halus. Dalam
acara ini seseorang diuji keberaniannya untuk tinggal di suatu tempat yang
dianggap angker, dan melihat hal mistik apa yang terjadi disana.
Dalam acara ini, hal tersebut diberi nama “Uji Nyali”. Sebagian pemirsa
setuju terhadap hal ini karena acara ini seru dan hanya dianggap sebagai hiburan
semata. Sebagian lagi berpendapat tidak setuju karena tidak semua masyarakat
kita percaya terhadap makhlk ghaib.

Populasi penelitian ini adalah semua penduduk surabaya yang telah
berusia 17 tahun keatas yang berjumlah 2.929.528 jiwa yang tersebar di 5 wilayah
surabaya.
Sampel diperoleh melalui metode multi stage cluster sampling. Teori yang
digunakan adalah teori S-O-R (Stimulus – Organism – Response). Metode yang
digunakan adalah analisis data yang dilakukan dengan menggunakan tabel
frekuensi dan data yang telah diklasifikasikan dihitung untuk ditampilkan dalam
presentase yaitu presentase dan masing-masing data yang ada dengan kategori
tertentu dan selanjutnya diinterpretasikan agar bisa memberikan suatu kesimpulan
dari data yang diperoleh.
Dan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa opini penonton
terhadap acara “(Masih) Dunia Lain” mendapatkan respon netral karena
masyarakat sudah menganggap biasa dan tidak mempermasalahkan dengan
adanya acara yang membahas tentang penampakan makhluk ghaib. Mereka tidak
menentang tapi juga tidak terlalu mendukung.
Kata kunci: Opini, “(Masih) Dunia Lain, U

xiii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRACT
Maya Retnasari
0543310446, Audience Opinion Surabaya
Society About Reality Show “ (Masih) Dunia Lain” in Trans 7.
This research is based on a television program called “(Masih) Dunia
Lain”. This reality show is so controversial because this reality show discuss
about a mysterious and invisible things. In this reality show, a person must have a
bravery to stay in a terrible place and to see the mysterious thing happen in there.
Not all of our people believe about invisible things.
A part of our people said that they are not believe in mysterious and
invisisble thisngs, and the other said that they like this reality show because the
program is exciting and fun. Some people said that the crew used a camera trick to
show the mysterious things. On this research is to know how the public respons
about this reality show.
The population on this research is al people who live in Surabaya and
attain the age of 17 years old and more. The total number of population is
2.929.528 person and spread in 5 region in Surabaya. The sampling method that
used in this research is random sampling. S-O-R theory is used on this research.

Frequency tabel is used to analyze data and the result shows in precentage
of each category and we give a comment of each category so we can get the
conclusion. The result of this research is people have a netral respons about this
reality show. They don’t refuse this reality show, but they are not like this reality
show too much. They said that this reality show was only a fun. They don’t like to
debate the hollow and invisible thing that show in this reality show.
Keywords: Opinion, “(Masih) Dunia Lain”, Bravery Test.

xiv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ...............................................................................................

i

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI……..

ii

HALAMAN PERSETUJ UAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI………………

iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................

iv

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................

viii

DAFTAR TABEL ...................................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................

xii

ABSTRAKSI ...........................................................................................................

xiii

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................

1

1.1

Latar Belakang Masalah ........................................................................

1

1.2

Perumusan Masalah ..............................................................................

9

1.3

Tujuan Penelitian ..................................................................................

9

1.4

Kegunaan Penelitian .............................................................................

9

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA ...........................................................................

11

2.1

Landasan Teori ......................................................................................

11

2.1.1 Komunikasi Massa .......................................................................

11

2.1.2 Media Televisi ..............................................................................

16

2.1.3 Televisi Sebagai Penyampaian Informasi ....................................

20

Pengertian Masyarakat ..........................................................................

23

2.2.1 Definisi/Pengertian Masyarakat ...................................................

23

2.3

Pemirsa Sebagai Khalayak Media Massa .............................................

24

2.4

Opini ......................................................................................................

25

2.5

Teori S-O-R ...........................................................................................

28

2.6

Reality Show .........................................................................................

31

2.6.1 Pengertian Reality Show ..............................................................

31

2.2

vi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.6.2 Reality Show “Masih Dunia Lain” ..............................................

32

2.7

Pengertian Dunia Lain dalam Reality Show “Masih Dunia Lain” .......

34

2.8

Kerangka Berpikir .................................................................................

35

BAB III

METODE PENELITIAN ...................................................................

37

3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................................

37

3.1.1 Opini .............................................................................................

37

3.1.2 Pengukuran Variabel ....................................................................

40

Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ..................................

43

3.2.1 Populasi ........................................................................................

43

3.2.2 Sampel dan Penarikan Sampel .....................................................

44

3.3

Teknik Pengumpulan Data ....................................................................

49

3.4

Metode Analisis Data ............................................................................

49

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................

51

4.1

Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data ......................

51

4.1.1 Gambaran Umum Trans7 .............................................................

51

4.2.2 Program Masih Dunia Lain ..........................................................

52

Penyajian Data dan Analisis Data .........................................................

52

4.2.1 Identitas Responden .....................................................................

52

4.2.2 Deskripsi Subyek .........................................................................

56

4.2.3 Opini Responden Mengenai Acara Reality Show (Masih) Dunia

58

3.2

4.2

Lain di Trans7 .......................................................................................
4.3

Arah Opini Pemirsa (Positif, Netral, Negatif) Tentang Acara Reality

72

Show (Masih) Dunia Lain .....................................................................
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................

74

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

75

LAMPIRAN .............................................................................................................

77

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Di jaman yang modern ini manusia saling melakukan komunikasi,
antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi di jaman modern ini
banyak dikembangkan dengan adanya sarana peralatan yang canggih sehingga
dapat menunjang cara berkomunikasi dengan baik. Sarana atau media
berkomunikasi tersebut, misalnya media massa pers, televisi, radio, dan lainlainnya. Dalam hal ini proses komunikasi massa (peran yang dimainkan) semakin
banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini seiring dengan kian
meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam
masyarakat. Hal ini bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa media memiliki fungsi
penting. Misalnya media televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang
mainan atau sesuatu yang baru, dari pada sebagai penemuan yang serius atau
sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial. Keduanya lahir
dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya. (Mc Quil, 1991
: 16).
Media televisi mempunyai daya tarik yang lebih tinggi sebagai media
elektronik, dibandingkan dengan radio yang sifatnya auditif (hanya dapat
didengar) sedangkan televisi memiliki unsur visual atau gambar bergerak (moving
picture) sehingga segalanya seolah-olah terlihat “hidup” dan audiens merasa

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

seperti ikut didalamnya. Pada perkembangannya televisi selain memberikan
informasi juga menayangkan acara-acara hiburan yang pada umumnya dapat
mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi yang menontonnya
(Effendy, 1997 : 41).
Di Indonesia sendiri, dunia pertelevisian, semakin berkembang pesat
terbukti dengan bermunculannya pertelevisian swasta di Indonesia seperti TRANS
TV, SCTV, TPI, AN TV, dan masih banyak lagi program televisi swasta yang
lain. Pada akhir tahun 1980 dan 1990 an, dunia pertelevisian di Indonesia
menampakkan suasana cerah, hal ini pemerintah memberikan kebebasan dalam
bidang pertelevisian di Indonesia. Dengan adanya kebebasan dalam bidang
pertelevisian atau dengan kata lain terjadinya swastanisasi pertelevisian di
Indonesia, maka muncullah badan televisi swasta pertama di Indonesia, yaitu
TRANS 7 berdiri dengan nama TV 7 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan
dan Penindustrian Jakarta Pusat dengan nomor 809/BH.09.05/III/2000. Pada
bulan Agustus 2006 TV 7 telah resmi dibeli oleh pihak PT.TRANS CORPORA.
Dengan dilakukannya re-launch pada bulan Desember 2006, muncullah TRANS
7. TRANS 7 itu sendiri juga ikut serta dalam melakukan proses pencerdasan
bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik.
TRANS 7 hidup hanya dari iklan, hal ini menyebabkan tayangannya memilih
program yang menarik bagi pemirsa secara ekonomis. Sepenuhnya bergantung
pada iklan hingga dibatasi sampai 20% dari seluruh jam siaran, dan masih
dikurangi beberapa persen untuk TVRI. Dengan keberadaan yang demikian,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

sampai saat ini TRANS 7 mampu menjadi kader televisi swasta pertama di
Indonesia. (Kuswandi 1996 : 35).
Pada dasarnya, siaran bukanlah sekedar tontonan, tetapi juga suatu
kenyataan yang sering di uji secara ideologis dan normatif. Oleh karenanya
pengelola televisi tidak hanya melayani motif-motif psikologis yang lazim bagi
dunia tontonan, tetapi juga harus memperhitungkan ideologi dan norma yang
dianut sebagian besar dalam masyarakat, walaupun persaingan didunia
pertelevisian semakin ketat. Semakin banyaknya stasiun televisi baru menambah
ketatnya persaingan terutama di segmen hiburan, dari situlah banyak televisi
swasta nasional kita yang melakukan terobosan-terobosan baru agar dapat tetap
eksis di pertelevisian dan meraih acara rating tertinggi.
Dalam kaitan ini, salah satu program siaran televisi di segmen hiburan
yang menarik untuk dicermati adalah reality show. Reality show adalah program
acara yang dibintangi oleh orang-orang yang bukan aktor dan aktris, tetapi walau
pun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang di tulis oleh
produser. (John Vivian, 2005 : 203) Reality show secara istilah berarti pertunjukan
yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari
keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat.
Tetapi pada kenyataannya reality show mengalami bias dari konsep aslinya,
hampir menjadi simpang siur atas kebutuhan pemirsa yang menginginkan suatu
progam reality show dengan konsep apa adanya dengan tanpa direkayasa.
Dalihnya reality show, akan tetapi dasar dari semuanya supaya dapat membuat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

penonton terharu dengan dilakukan penambahan-penambahan (rekayasa) agar alur
ceritanya menjadi sendu.

Sudah ada beberapa stasiun TV yang juga menayangkan progam
reality show yang berasal dari negara lain. Indosiar pernah menayangkan Survivor
yaitu persaingan sekelompok orang yang dikumpulkan dipulau terpencil,
Apprentice yaitu seorang penguasaha kaya yang sedang mencari satu orang untuk
dipekerjakan diperusahaannya. TV 7 dengan Simple Life sebuah kisah
persahabatan dua orang selebritis yaitu Paris Hilton dan Nicole Richie yang
dihadapkan pada dunia nyata dimana mereka harus mencari uang dengan bekerja.
Trans TV juga pernah menayangkan produk reality dari luar seperti Bachelerote
yaitu seorang lelaki kaya yang mencari seorang perempuan untuk menjadi
pasangan hidupnya.
Banyaknya

tampilan-tampilan

hiburan

dan

infotainment

mengakibatkan keberadaan reality show yang kerap menampilkan tayangantayangan kehidupan seseorang secara fulgar menjadi pilihan tontonan yang
berbeda. Ada beberapa program-program reality show yang ditayangkan seperti
kontes bakat, yang berbau mistis, ajang mencari jodoh, cinta , sampai mengerjai
orang. Tayangan reality show yang dapat menjadi contoh diantaranya yaitu:
Indonesian Idol(RCTI), Take Me Out (Indosiar), Minta Tolong (RCTI),
Mendadak dangdut(TPI), KDI (TPI), Langsung Beken(TPI), Gong Show(Trans
TV), Masih Dunia lain (Trans 7), Uya Emang Kuya(SCTV), Bedah Rumah
(RCTI), Cinta Emang Kuya (SCTV), Termehek-mehek(Trans TV), Realigi (Trans

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

TV), Seleb ngamen(ANTV), Jail(Trans TV), Super Pop-Group (TPI), Be a
man(Global TV), Aku Ingin Menjadi (Trans TV), Masihkah Kau Mencintaiku
(RCTI), Mata Lelaki (Trans 7), Scary Job (Trans 7), dan lain-lain.
Tema reality show di Indonesia masih sederhana namun tidak
dipungkiri banyaknya reality show yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi
Indonesia sudah cukup banyak, hal ini terbukti dari banyaknya jumlah acara
reality show yang tayang di seluruh stasiun televisi swasta setiap harinya,
sehingga dapat diartikan bahwa banyak pula peminat tayangan reality show, dan
para stasiun televisi berlomba menayangkan acara yang bertema reality show.
Tema yang diangkat dalam program tayangan reality show televisi salah satunya
adalah segala sesuatu yang berbau mistis, yaitu Masih Dunia Lain Trans 7.
Program acara (Masih) Dunia Lain merupakan format baru dari program acara
yang pernah menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia yaitu, "Dunia
Lain". Masih mengedepankan segmen "Uji Nyali" dengan perbedaan menjadi
selama 2 hari berturut-turut dan menggunakan alat yang dapat mendeteksi
langsung keberadaan makhluk gaib. Syuting diadakan selama dua hari di tempat
yang sama, dan peserta uji nyali juga akan menempati tempat uji nyali yang sama
pula. Yang diharapkan oleh tim (Masih) Dunia Lain adalah meningkatnya aktifitas
gaib di tempat tersebut di hari yang kedua, apabila peserta menyerah sebelum hari
kedua atau tidak bisa melanjutkan hingga acara berakhir, maka peserta akan di
gantikan oleh peserta selanjutnya. (www.trans7.co.id)
Diakui atau tidak pengaruh media massa sebagai alat komunikasi
dalam masyarakat mempunyai andil dalam mengubah tingkah laku maupun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

psikologi manusia seperti dikemukakan Carl I Hovland. Hal ini bukannya tanpa
alasan, kehadiran televisi sebagai sebuah jarum suntik, Hypodermilk needle
maupun peluru ajaib (magic bullet)-mempunyai peran penting dalam mengubah
perilaku masyarakat secara luas dalam satu waktu penayangan.
Dalam Pasal 36 UU No 32 Ayat 1 Tahun 2002 tentang penyiaran
disebutkan, dalam setiap isi siaran di media massa wajib mengandung informasi,
pendidikan dan hiburan. Selain itu juga disebutkan isi siaran harus bermanfaat
untuk pembentukan intelektualitas, watak dan moral, kemajuan, kekuatan bangsa,
menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
Indonesia. Juga dalam Ayat 3 disebutkan, isi siaran wajib memberikan
perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan
remaja. Masih dalam ayat ini disebutkan dalam menyiarkan mata acara
diwajibkan oleh stasiun televisi agar menyiarkan tayangan pada waktu yang tepat
serta lembaga penyiaran wajib mencantumkan atau menyebutkan klasifikasi
khalayak sesuai dengan isi siaran.
Menyikapi tayangan televisi yang berbau mistik yang seharusnya tidak
ditayangkan dalam jam acara utama semestinya timbul kesadaran kita akan
bahaya acara tersebut bagi anak-anak dan remaja. Acara tersebut banyak
mengeksploitasi ketakutan dibandingkan untuk mempertebal rasa keimanan anak anak dan remaja. Penggambaran peristiwa yang diakui sebagai kisah nyata
diambil dalam sebuah majalah, kemudian disajikan dalam bentuk visual oleh
sutradara dengan menggunakan efek-efek menakutkan; bisa membawa dampak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

yang berbeda terhadap orang-orang tertentu terutama anak-anak yang belum bisa
mencerna setiap informasi yang diterimanya.
Namun di lain sisi, reality show ini mengandung banyak polemik
ditengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terhadap acaranya, yaitu karena
melanggar norma-norma agama dan norma-norma dalam bermasyarakat, hal
tersebut akan menimbulkan suatu opini masyarakat. Opini masyarakat bersifat
kontroversial karena setiap individu mempunyai pandangan yang tidak sama
antara satu dengan yang lain. Adapun pengertian opini itu adalah suatu pernyataan
atau sikap terhadap rangsangan (stimuli) yang diberikan, kemudian timbul respon
dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini.
Fenomena-fenomena yang terjadi diatas disebabkan karena pemirsa (television
watcher, television viewer) adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang
heterogin dan masing-masing mempunyai kerangka acuan (frame of reference)
yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda dalam latar belakang sosial dan
kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan
hidup, agama, dan kepercayaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan, dan
lain sebagainya. (Effendy, 1993:85)
Berikut adalah beberapa aduan dari masyarakat sebagai pemirsa televisi mengenai
acara Masih Dunia Lain kepada KPI Pusat:
1. Nanda, Surabaya :
“Tolong dihapus program-program bermuatan mistis…tidak mendidik sama
sekali. Mo dibawa kemana Bangsa ini kalo rakyatnya percaya tahayul… kita
Negara Pancasila KETUHANAN YANG MAHA ESA.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

2. KPID J ATIM, Surabaya :
“KPID Jatim meminta klarifikasi ke Trans 7 perihal tayangan program acara
Masih Dunia Lain. Klarifikasi ini diminta karena didasarkan pemantauan dan juga
adanya aduan dari masyarakat yang menilai tayangan tersebut direkayasa. ”
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya opini pemirsa Surabaya terhadap Reality Show “Masih Dunia Lain” di
TRANS 7. Opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk
memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat
berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan
atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan
beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.
Dipilihnya pemirsa Surabaya sebagai obyek penelitian ini dikarenakan
banyaknya pengaduan pemirsa Surabaya mengenai acara masih dunia lain
(www.kpi.go.id/index.php?option=com_aspirasi...id...). Sedangkan Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun sampai
usia 60 tahun karena dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki
kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap dan pandangan
yang lebih realitas terhadap lingkungan. (Mappiare, 2004 : 9)
Peneliti berdasarkan pada teori S – O – R yang nantinya berguna
untuk memberikan gambaran efek media, dimana teori tersebut menunjukkan
bagaimana opini dari audience selaku komunikan dalam menanggapi stimulus
berupa program acara reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS 7. Uraian

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

diatas merupakan yang melatar belakangi ketertarikan peneliti untuk meneliti
opini pemirsa Surabaya terhadap program acara.
1.2. Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan
masalah dalam upaya penelitian adalah :
“Bagaimana opini pemirsa Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih
Dunia Lain” di TRANS 7.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui opini pemirsa Surabaya terhadap tayangan Reality Show
“Masih Dunia Lain” di TRANS 7.
1.4. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini berguna dalam menambah wawasan peneliti untuk berpikir
secara kritis dan ilmiah tentang fenomena yang terrjadi di tengah-tengah
masyarakat terhadap suatu progam acara, serta pengetahuan untuk mengukur
opini masyarakat dan menganalisis melalui teori-teori komunikasi yang
sudah ada. Juga diharapkan penelitian dapat menambah kajian ilmu
komunikasi yang berkenaan dengan studi opini terhadap progam acara
televisi sehingga dapat berguna bagi penelitian serupa di masa yang akan
datang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

2. Kegunaan Praktis
a. Penulis
Penulis memberikan bahan masukan bagi masyarakat, khususnya kepada
pemirsa Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih Dunia Lain”.
b. Televisi
Dalam hal ini penulis memberikan bahan masukan bagi stasiun televisi
yang berkaitan dengan opini pemirsa Surabaya terhadap tayangan Reality
Show “Masih Dunia Lain” di TRANS 7.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teor i
2.1.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau
khalayak ramai). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan
(komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu
sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa tidak menghasilkan
feedback (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu relatif.
Ciri-ciri massa yaitu, jumlahnya besar, antara individu tidak ada hubungan
atau organisatoris dan memiliki latar belakang sosial berbeda.
Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara
komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah media yaitu
televisi. Komunikasi massa televisi bersifat periodic. Dalam komunikasi
massa media tersebut, lembaga penyelenggara media komunikasi bukan
secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dalam organisasi
yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat
transitory (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampaikan
melalui media tersebut, tidak hanya dapat didengar tetapi juga dapat dilihat
dalam gambar yang bergerak (audiovisual).

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

Perkembangan komunikasi media televisi cukup mambawa pengaruh
yang besar dalam kehidupan sistem komunikasi massa internasional,
khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak dan radio.
Sejak tahun 1948, arah kecenderungan para pemasang iklan semakin
berubah, dari siaran yang semula sifatnya hanya bersuara, menjadi siaran
yang berisi gambar bergerak dan bersuara. Ini berarti kerugian besar bagi
media komunikasi radio.
Komunikasi massa media televisi, pada prakteknya menekankan para
reporter, penulis, dan penganalisis untuk menampilkan bagian-bagian
terpenting dari beritanya. Berita-berita terkenal dari CBS yang ditampilkan,
“Dauglas dengan berita” dapat dijadikan contoh yang baik dari kelompok
kerja itu.
Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media
televisi, secara tegas memperlihatkan, bahwa dalam setiap pesan yang
disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta
akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi
memiliki sifat-sifat, yaitu Publisitas, Perodisitas, Universitas, Aktivitas dan
Kontinyuitas. (Kuswandi, 1996:16)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

Josep A. Devito dalam bukunya “Communicology: An Introduction
To The Study Of Communication” menyatakan komunikasi massa sebagai
berikut:
1. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada
massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak
berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua
orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi,
agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umum yang
agak sukar didefinisikan.
2. Komunikasi massa adalah komunikasi yang dipancarkan oleh
pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi akan lebih
mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi,
radio, surat kabar, majalah, buku, film dan pita.
Komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media
massa. Maka ciri-ciri komunikasi media massa adalah:
1. Komunikator komunikasi massa bersifat melembaga, berarti
bahwa komunkatornya betindak atas nama lembaga. Contoh
komunikator media massa adalah wartawan, penyiar radio,
reportase,

televisi,

sutradara

film,

karena

media

yang

dipergunakan adalah suatu lembaga dan dalam menyebar luaskan
bertindak atas nama lembaga.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

2. Pesan yang disampaikan media massa bersifat public (umum).
Karena ditujukan kepada umum yang mengenal kepentingan
umum.
3. Proses komunikasi massa bersifat satu arah yang berarti bahwa
tidak terdapat arus balik dari komunikan terhadap komunikator.
Dengan kata lain perkataan penyiar televisi atau wartawan tidak
mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang
dimaksud tidak mengetahui disini ialah tidak mngetahui saat
proses komunikasi itu berlangsung.
4. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, beragam dalam
jenis usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, status sosial, status
ekonomi, hobbi dan sebagainya. Selain itu komunikan komunikasi
massa juga bersifat anonim, tidak dikenal oleh komukatornya.
5. Media komunikasi massa menimbulakn keserempakan berarti
pendengar radio atau pemirsa televisi scara serempak bersamasama dan serentak pada saat yang sama memperhatikan acara yang
sama. (Effendy,1990:23)
Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri, komunikasi massa menitik
beratkan pada penyampaian pesan melalui media massa, baik cetak maupun
elektronik. Menurut Mc Quail, pesan yang disampaikan melalui media
massa merupakan suatu suatu produk dan komoditas yang memiliki nilai
tukar secara umum simbolik yang mengandung nilai kegunaan. Jadi setiap
pesan yang ditayangkan stasiun televisi berada dalam posisi sebagai produk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

yang ditawarkan dalam rangka mencapai salah satu tujuan yaitu dikonsumsi
khalayak.
Selanjutnya Mc Quail (1991:53) mengatakan bahwa media massa
berperan sebagai:
1. Pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan
kita mampu memahami apa yang terjadi disekitar diri kita, tanpa
campur tangan pihak lain atau sikap memihak.
2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap
peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas.
3. Pembawa atau penghantar informasi atau pendapat.
4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan
penerima melalui berbagai macam umpan balik.
5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukkan arah,
memberikan bimbingan atau instruksi.
6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberikan
perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya.
7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat itu sendiri.
8. Tirai dan penutup yang menutupi kebenaran demi mencapai tujuan
propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.1.2 Media Televisi
Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang
menghadirkan suatu peradaban, khusunya dalam proses komunikasi dan
informasi. Setiap media massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang
bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan
televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut
menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi
sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul
televisi berubah total sama sekali. Pengaruh dari televisi lebih kuat
dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan
audio visual televisi menyentuh segi kejiwaan pemirsa. Pada intinya media
televisi menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era
informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran
televisi menembus ruang dan jarak geografis. (Kuswandi, 1996: 21-23)
Televisi meruapak bagian media massa elektronik yang paling akhir
kehadirannya meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang
paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat
luas karena perkembangan teknologinya yang begitu pesat. Dengan modal
audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam
memberikan pesannya. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai
upaya pembentukan sikap, perilaku dan sekaligus perubahan pola pikir.
Televisi merupakan daya tarik yang kuat yang disebabkan unsur katakata, music sound effect, dan unsur visual berupa gambar bergerak yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

mampu memberikan kesan yang mendalam kepada penonton. Daya tarik ini
selain melebihi radio juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat
dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman dan juga pesawat yang kecil
itu selain dapat menayangkan film, juga dapat menayangkan acara menarik
lainnya. (Effendy, 1993:177).
Televisi secara umum adalah melihat jauh, hal ini sesuai dengan
kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari
kota-kota yang jauh dari rumah masing-masing. Dengan demikian televisi
adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar
sebagai reproduksi dari kenyataan yang disiarkannya melalui gelombang
elektronik, sehingga dapat diterima oleh penerima dirumah. (Effendy,
1993:180)
Televisi meruapak paduan audio dari segi penyiaran (broadcast) dan
video dari segi gambar bergeraknya (moving image). Para pemirsa tidak
akan

menangkap

siaran

televisi

jika

tidak

prinsip

radio

yang

mentransmisikan, dan juga tidak dapat melihat gambar jika tidak ada unsur
film yang memvisualisasikan. (Effendy, 1993:21).
Jadi dapat dikatakan bahwa media televisi mempunyai kelebihan
terutama sebagai media yang menggabungkan unsur suara (audio) dan
gambar (visual). Televisi mempunyai kelebihan dalam menyampaikan
pesan karena berlangsung secara bersamaan, sinkron dan aktual, terlebih

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

lagi dalam siaran langsung (life broadcast) dan dapat menjangkau wilayah
yang sangat luas.
Menurut Onong Uchjana, fungsi televisi sebagai media massa adalah :
1. Fungsi penerangan (information function), yaitu memberikan
informasi acara televisi, seperti acara kuis, pilihan sinetron, di
setiap stasiun televisi.
2. Fungsi pendidikan (education function) yaitu memberikan
informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan
penalaran masyarakat.
3. Fungsi hiburan (entertainment function) yaitu acara yang
ditayangkan di televisi dapat meberikan hiburan kepada khalayak
luas seperti acara sinetron atau parodi komedi.
Khalayak media massa tersebut mempunyai kecenderungan untuk
memilih pesan mana yang diinginkan. Dalam buku “Taksonomi Konsep
Komunikasi” yang disusun oleh Blake dan Haroldsen, kecenderungan
memilih pesan dalam media massa diistilahkan sebagai selective perception
yang meliputi:
1. Selective Exposure: Kecenderungan manusia membuka diri pada
pesan komunikasi yang sama dan sesuai dengan kebutuhan dan
pendapatnya, menghindarkan komunikasi yang tidak sesuai
dengan kepentingan dan pendapatnya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2. Selective Attention: kecenderungan manusia memperhatikan pesan
yang sesuai dengan kebutuhan serta minatnya.
3. Selective Retention: Kecenderungan manusia untuk mengingat isi
pesan yang menarik serta sesuai dengan kebutuhan serta minatnya.
(Blake dan Haroldsen, 2005: 84)
Berdasarkan teori tersebut, khalayak akan memilih pertemuan
khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis perspektif
perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan
sosial. Dalam perspektif perbedaan individual (individual difference theory),
memandang bahwa sikap dan organisasi personal-psikologis individu akan
menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan
bagaimana individu memberi makna pada stimuli tersebut. Atas dasar
pengakuan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya,
kepercayaanya maupun nilai-nilainya, maka dengan sendirinya selectivitas
merka terhadap komunikasi massa juga berbeda. (Liliweri, 1991:106).
Mengacu pada penyataan tersebut individu memiliki kepribadian
masing-masing yang akan mempengaruhi juga pada preferensi mereka
dalam menanggapi sesuatu. Khalayak lebih menyukai suatu program televisi
tertentu dibandingkan dengan yang lain jika dirasa program tersebut dapat
mendukung berbagai kepentingan, kepercayaan, dan nilai-nilai yang dianut
tersebut.
Selanjutnya, berdasarkan perpektif kategori sosial (social categhory
theory), dikatakan bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

sosial, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Anggotaanggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang
sama dan akan memberi respon kepadanya dengan cara yang hampir sama
pula.(Rakhmat, 2003: 203-204). Penggolongan kelompok sosial umumnya
didasarkan pada ciri-ciri usia, jenis kelamin, pendapatan, pendidikan,
pemukiman, atau pertalian yang bersifat religius. Persamaan gaya, orientasi
dan perilaku yang seragam. (Effendy, 2003 :267). Berdasarkan theory
tersebut, terdapat golongan tertentu dalam masyarakat yang memiliki
perilaku samadalam menanggapi suatu bentuk komuniaksi. Dan hal ini
mempengaruhi pendengar dalam memilih serta menyimak suatu program
acara televisi.
2.1.3 Televisi Sebagai Media Penyampaian Infor masi
Dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan
bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan media televisi, tentu saja
mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik,
baik secara langsung maupun tidak langsung. (Kuswandi, 1996:17)
Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi adalah:
1. Untuk menghibur
2. Untuk mendidik
3. Sebagai kontrol sosial
4. Sebagai bahan informasi
Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia, seperti
berita, informasi finansial, ataupun katalog berbagai macam produk si

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

barang. Pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak
diketahui melalui media televisi. Pada akhirnya, televisi menjadikan
pemirsa “hamba-hamba kecil” yang pola pikirnya siap diprogram oleh
materi isi media tersebut. (Kuswandi, 1996:30)
Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih
berdasarkan karakterisitknya, yaitu televisi publik, televisi komersial, dan
televisi pendidikan. Tipologi ini biasa digunakan dalam menilai pola siaran
media televisi. Masing-masing tipe media ini memberikan penekanan
spesifik atas fungsi tertentu. Secara umum, setiap media audiovisual dituntut
mampu memberikan hiburan, tetapi televisi publik memberikan penekanan
pada penyebaran ide-ide dan realitas sosial, televisi komersial pada fungsi
hiburan, dan televisi pendidikan pada materi faktual-idealistis (pendidikan
dan pengajaran). (Siregar, 2001:15)
a. Daya Tarik Televisi
Televisi bisa dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan
untuk mempengaruhi khalayak. Televisi mempunyai daya tarik
yang kuat dengan memiliki unsur audiovisual yang berupa katakata, musik, sound effect, dan gambar. Gambar ini merupakan
gambar bergerak (motion picture) yang mampu menimbulkan
kesan yang mendalam pada pemirsa. Daya tarik ini melebihi radio
dan surat kabar.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

b. Isi Pesan Televisi
Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan
media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan
ditafsirkan scara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Sehingga
dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini terjadi
karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa terhadap isi
pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi
serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.
Dengan demikian apa yang disampaikan televisi sebagai suatu acara
yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi
khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan
kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itu, timbul
pendapat pro dan kontra terhadap acara televisi, yaitu:
1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada
didalam masyarakat.
2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat
3. Acara televisi dapat membentuk nilai-nilai baru yang ada dalam
masyarakat. (Kuswandi, 1996:99)
Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal
yang wajar, karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan
dengan institusi sosial lain yang ada di masyarakat, serta adanya perbedaan
sudut pandang dari khalayak sasaran.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

2.2 Penger tian Masyar akat
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk
menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan disekitarnya. Dengan
menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dsb. Manusia memberi
reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial
dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
2.2.1

Definisi / Penger tian Masyarakat
Berikut dibawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa
ahli sosiologi dunia.
1. Menurut Selo Sumardjan, masyarakat adalah orang-orang yang hidup
bersama dan menghasilkan kebudayaan.
2. Menurut Karl Marx, masyarakat adalah suatu struktur yang menderita
suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya
pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
3. Menurut Emile Durkheim, masyarakat merupakan kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan angotanya.
4. Menurut Paul B. Horton dan C. Hunt,

masyarakat merupakan

kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam
waktu yang cukup lama, tinggal disuatu wilayah tertentu, mempunyai
kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam
kelompok / kumpulan manusia tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

MenurutSoerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsurunsur sebagai berikut:
1. Minimal beranggotakan dua orang
2. Anggotanya sadar sebagai suatu kesatuan
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat.
4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat. (sumber:
http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteriamasyarakat-dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia.html, 2009.)
2.3 Pemirsa Sebagai Khalayak Media Massa
Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai
penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Nasution
(1993:20) dalam sosiologi komunikasi massa penerima adalah mereka yang
menjadi khalayak tersebut diatas bersifat luas, heterogen dan anonim.
Sifat khalayak

yang demikian menyulitkan komunikator dalam

menyebarkan pesannya dalam media massa, setiap individu dari khalayak
ialah dengan mengelompokkan mereka menurut jenis tertentu misalnya jenis
agama,

pendidikan,

dan lain-lain.

(Effendy,

1993:20).

Berdasarkan

pengelompokan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok
tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan
sebagai khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain.
Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja,
mahasiswa, dewasa, petani, ABRI, pemeluk agama Islam, dan lain-lain.
(Effendy,1993:20). Pemirsa yang berusia 17 tahun keatas merupakan
khalayak sasaran (target audience).
2.4 Opini
Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan, tanggapan yang
disusun melalui interpretasi personal yang diturunkandan turut membentuk
citra. Setiap opini merefleksikan organisasi yang kompleks dan terdiri atas tiga
komponen. Kepercayaan, nilai dan penghargaan. (Rahmat, 2006:10)
Menurut Kasali (2003:19) opini dapat dinyatakan secara aktif maupun
pasif. Opini dapat dinyatakan secara verbal, terbuka dengan kata-kata yang
dapat ditakdirkan secara jelas, ataupun melalui pilihan-pilihan kata yang sangat
halus dan tidak secara langsung dapat diartikan (konotatif). Opini dapat pula
dinyatakan melalui perilaku, bahasa tubuh, raut muka, simbol-simbol tertulis,
pakaian yang dikenakan, dan oleh tanda-tanda lain yang tidak terbi

Dokumen yang terkait

PENGARUH TAYANGAN REALITY SHOW MASIH DUNIA LAIN DI TRANS 7 TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT PADA MISTIS (Studi Pada Masyarakat di Kelurahan Jelakombo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

14 74 27

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

0 0 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

3 9 109

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 0 85

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

0 4 88

MOTIF PEMIRSA MENONTON REALITY SHOW BELAJAR INDONESIA (Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Acara Reality Show “Belajar Indonesia” di Trans TV).

0 1 98

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 1 19

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 0 19

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7)

0 0 27