OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7).

(1)

(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya terhadap Tayangan Reality Show ”Masih Dunia Lain Di Trans 7)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Oleh:

ENDRI RESTU ASIH NPM. 0643010258

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

DI TRANS 7

(STUDI DESKRIPTIF OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW ”MASIH DUNIA LAIN DI TRANS 7)

Oleh :

ENDRI RESTU ASIH NPM. 0643010258

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada 2 Desember 2010

Pembimbing Tim Penguji: 1. Ketua

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi Ir. H. Didiek Tranggono, MSi

NIP. 195812251990010001 NIP. 195812251990010001

2. Sekretaris

Dra. Diana Amalia, M.Si NIP. 196309071991032001 3. Anggota

Dra. Herlina Suksmawati, M.Si

NPT. 196412251993092001

Mengetahui, Dekan

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 19550718 198302 2 00 1


(3)

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)”

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini banyak terdapat kekurangan, hal ini disebabkan sangat terbatasnya ilmu dan kurangnya pengalaman Penulis dalam penyusunan skripsi. Meskipun demikian, dalam penyusunan skripsi ini Penulis telah mendapatkan bimbingan Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Dra. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.


(4)

  nya selama ini.

5. Untuk semua pihak yang mendukung baik semangat maupun doa-nya yang Peneliti tidak dapat sebutkan satu per satu.

Demikian atas segala bantuan, baik moril maupun materiil yang telah diberikan, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Penulis menyadari bahwa ini semua masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

Surabaya, November 2010 Penulis


(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

ABSTRAKSI... viii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 11

2.1.1. Pengertian Reality Show ... 11

2.1.2. Komunikasi Massa ... 12

2.1.3. Televisi Sebagai Media Penyampaian Informasi... 14

2.2 Pengertian Masyarakat ... 17

2.3 Opini ... 19

2.4 Teori S – O – R ... 21

2.5 Reality Show “Masih Dunia Lain” ... 23

2.6 Kerangka Berpikir... 25


(6)

3.2 Pengukuran Variabel... 28

3.3 Opini ... 31

3.4 Program Tayangan Masih Dunia Lain ... 31

3.5 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 33

3.5.1 Populasi ... 33

3.5.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 33

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 38

3.7 Metode Analisa Data... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 47

4.1.1. Penghargaan ... 49

4.1.2. Program Masih Dunia Lain... 50

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data ... 50

4.2.1. Identitas Responden ... 50

4.2.2. Identitas Responden ... 53

4.2.3. Opini responden mengenai acara reality show Masih Dunia Lain di TRANS 7. ... 57

4.3. Arah opini pemirsa (positif, netral, negatif) tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7. ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

Halaman

Tabel 1 Responden berdasarkan Usia... 51

Tabel 2 Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 3 Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 53

Tabel 4 Menonton Reality Show Masih Dunia Lain ... 54

Tabel 6 Frekuensi Menonton Reality Show Masih Dunia Lain ... 55

Tabel 7 Menonton Reality Show Masih Dunia Lain dari awal hingga akhir acara... 56

Tabel 8 Opini tentang peserta mengikuti Uji Nyali dalam Acara ”Masih Dunia Lain” dipilih berdasarkan suara terbanyak di facebook... 57

Tabel 9 Opini Responden tentang Peserta Uji Nyali yang dipilih berdasarkan suara terbanyak di Facebook membuat acara ”Masih Dunia Lain” cukup menarik dan dinamis... 58

Tabel 10 Opini Responden Tentang Uji Nyali yang ditampilkan dalam program acara ”Masih Dunia Lain” sangat menghibur ... 59

Tabel 11 Opini Responden Uji Nyali dalam setiap episode yang ditayangkan berbeda-beda, hal ini membuat pemirsa tidak bosan dalam menonton ”Masih Dunia Lain” ... 60

Tabel 12 Opini tentang penampakan dalam setiap episode acara ”Masih Dunia Lain” membuat Anda percaya adanya makhluk gaib ... 61

Tabel 13 Opini tentang Penampakan selalu ada pada program ”Masih Dunia Lain” ... 62

Tabel 14 Opini tentang Penampakan pada program ”Masih Dunia Lain” bukan merupan tipuan atau trick kamera selalu ditempat angker. ... 63


(8)

Tabel 16 Opini tentang Lokasi tempat uji nyali selalu berubah-ubah, hal ini membutktikan bahwa acara uji nyali tidak hanya

bergantung pada setingannya ... 65 Tabel 17 Opini tentang Paranormal dalam Acara ”Masih Dunia Lain”

memiliki kemampuan dalam mensugesti ... 66 Tabel 18 Opini tentang Sugesti yang diberikan paranormal dalam

Acara ”Masih Dunia Lain” ... 67 Tabel 19 Opini tentang Paranormal dalam Acara ”Masih Dunia Lain”

merupakan salah satu paranormal terkenal di Indonesia

pemirsa tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7.... 68 Tabel 20 Opini pemirsa tentang Reality Show Masih Dunia Lain

di TRANS 7 ... 69


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 : Teori S – O – R ... 22 Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Masyarakat

Terhadap reality show ”Masih Dunia Lain” ... 26


(10)

viii ABSTRAKSI

Endri Restu Asih, OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

Reality show “Masih Dunia Lain” mengandung banyak polemik ditengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terhadap acaranya, yaitu karena melanggar norma-norma agama dan norma-norma dalam bermasyarakat, hal tersebut akan menimbulkan suatu opini masyarakat. Opini masyarakat bersifat kontroversial karena setiap individu mempunyai pandangan yang tidak sama antara satu dengan yang lain.Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap Reality Show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan opini masyarakat terhadap reality show “Masih Dunia Lain”. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang menjadi pemirsa televisi dan berumur 17 tahun ke atas

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan pada tiap–tiap tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan teori Stimulus-Organism-Response yang dipakai dalam penelitian ini, responden bersikap positif terhadap Reality Show Masih Dunia Lain yang ditayangkan di TRANS 7, karena menganggap menarik terhadap unsur-unsur dalam Reality Show. Responden juga bersikap banyak memberikan opini positif terhadap pernyataan adanya materi-materi Reality Show yang bertemakan mengenai dunia lain, karena responden berpendapat bahwa acara tersebut mengingatkan kita akan kematian dan pertanggungjawaban kita seletah mati di akhirat.


(11)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Di jaman yang modern ini manusia saling melakukan komunikasi, antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi di jaman modern ini banyak dikembangkan dengan adanya sarana peralatan yang canggih sehingga dapat menunjang cara berkomunikasi dengan baik. Sarana atau media berkomunikasi tersebut, misalnya media massa pers, televisi, radio, dan lain-lainnya. Dalam hal ini proses komunikasi massa (peran yang dimainkan) semakin banyak dijadikan sebagai objek studi. Gejala ini seiring dengan kian meningkatnya peran media massa itu sendiri sebagai suatu institusi penting dalam masyarakat. Hal ini bertitik tolak dari asumsi dasar bahwa media memiliki fungsi penting. Misalnya media televisi yang pada mulanya dipandang sebagai barang mainan atau sesuatu yang baru, dari pada sebagai penemuan yang serius atau sesuatu yang memberikan sumbangan terhadap kehidupan sosial. Keduanya lahir dengan memanfaatkan semua media yang sudah ada sebelumnya. (Mc Quil, 1991 : 16).

Media televisi mempunyai daya tarik yang lebih tinggi sebagai media elektronik, dibandingkan dengan radio yang sifatnya auditif (hanya dapat didengar) sedangkan televisi memiliki unsur visual atau gambar bergerak (moving picture) sehingga segalanya seolah-olah terlihat “hidup”


(12)

dan audiens merasa seperti ikut didalamnya. Pada perkembangannya televisi selain memberikan informasi juga menayangkan acara-acara hiburan yang pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan bagi yang menontonnya (Effendy, 1997 : 41).

Di Indonesia sendiri, dunia pertelevisian, semakin berkembang pesat terbukti dengan bermunculannya pertelevisian swasta di Indonesia seperti TRANS TV, SCTV, TPI, AN TV, dan masih banyak lagi program televisi swasta yang lain. Pada akhir tahun 1980 dan 1990 an, dunia pertelevisian di Indonesia menampakkan suasana cerah, hal ini pemerintah memberikan kebebasan dalam bidang pertelevisian di Indonesia. Dengan adanya kebebasan dalam bidang pertelevisian atau dengan kata lain terjadinya swastanisasi pertelevisian di Indonesia, maka muncullah badan televisi swasta pertama di Indonesia, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (TRANS TV) yang beroperasi sejak bulan April 1989. TRANS TV itu sendiri juga ikut serta dalam melakukan proses pencerdasan bangsa melalui tayangan yang menghibur sekaligus informatif dan mendidik. TRANS TV hidup hanya dari iklan, hal ini menyebabkan tayangannya memilih program yang menarik bagi pemirsa secara ekonomis. Sepenuhnya bergantung pada iklan hingga dibatasi sampai 20% dari seluruh jam siaran, dan masih dikurangi beberapa persen untuk TVRI. Dengan keberadaan yang demikian, sampai saat ini TRANS TV mampu menjadi kader televisi swasta pertama di Indonesia. (Kuswandi 1996 : 35).


(13)

Pada dasarnya, siaran bukanlah sekedar tontonan, tetapi juga suatu kenyataan yang sering di uji secara ideologis dan normatif. Oleh karenanya pengelola televisi tidak hanya melayani motif-motif psikologis yang lazim bagi dunia tontonan, tetapi juga harus memperhitungkan ideologi dan norma yang dianut sebagian besar dalam masyarakat, walaupun persaingan didunia pertelevisian semakin ketat. Semakin banyaknya stasiun televisi baru menambah ketatnya persaingan terutama di segmen hiburan, dari situlah banyak televisi swasta nasional kita yang melakukan terobosan-terobosan baru agar dapat tetap eksis di pertelevisian dan meraih acara rating tertinggi.

Dalam kaitan ini, salah satu program siaran televisi di segmen hiburan yang menarik untuk dicermati adalah reality show. Reality show adalah program acara yang dibintangi oleh orang-orang yang bukan aktor dan aktris, tetapi walau pun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang di tulis oleh produser. (John Vivian, 2005 : 203) Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat. Tetapi pada kenyataannya reality show mengalami bias dari konsep aslinya, hampir menjadi simpang siur atas kebutuhan pemirsa yang menginginkan suatu progam reality show dengan konsep apa adanya dengan tanpa direkayasa. Dalihnya reality show, akan tetapi dasar dari semuanya supaya


(14)

dapat membuat penonton terharu dengan dilakukan penambahan-penambahan (rekayasa) agar alur ceritanya menjadi sendu.

Sudah ada beberapa stasiun TV yang juga menayangkan progam reality show yang berasal dari negara lain. Indosiar pernah menayangkan Survivor yaitu persaingan sekelompok orang yang dikumpulkan dipulau terpencil, Apprentice yaitu seorang penguasaha kaya yang sedang mencari satu orang untuk dipekerjakan diperusahaannya. TV7 dengan Simple Life sebuah kisah persahabatan dua orang selebritis yaitu Paris Hilton dan Nicole Richie yang dihadapkan pada dunia nyata dimana mereka harus mencari uang dengan bekerja. Trans TV juga pernah menayangkan produk reality dari luar seperti Bachelerote yaitu seorang lelaki kaya yang mencari seorang perempuan untuk menjadi pasangan hidupnya.

Banyaknya tampilan-tampilan hiburan dan infotainment mengakibatkan keberadaan reality show yang kerap menampilkan tayangan-tayangan kehidupan seseorang secara fulgar menjadi pilihan tontonan yang berbeda. Ada beberapa program-program reality show yang ditayangkan seperti kontes bakat, yang berbau mistis, ajang mencari jodoh, cinta , sampai mengerjai orang. Tayangan reality showyang dapat menjadi contoh diantaranya yaitu: Indonesian Idol(RCTI), Take Me Out (Indosiar), Minta Tolong (RCTI), Mendadak dangdut(TPI), KDI (TPI), Langsung Beken(TPI), Gong Show(Trans TV), Masih Dunia lain (Trans 7), Uya Emang Kuya(SCTV), Bedah Rumah (RCTI), Cinta Emang Kuya (SCTV), Termehek-mehek(Trans TV), Realigi (Trans TV), Seleb ngamen(ANTV),


(15)

Jail(Trans TV), Super Pop-Group (TPI), Be a man(Global TV), Aku Ingin Menjadi (Trans TV), Masihkah Kau Mencintaiku (RCTI), Mata Lelaki (Trans 7), Scary Job (Trans 7), dan lain-lain.

Tema reality show di Indonesia masih sederhana namun tidak dipungkiri banyaknya reality show yang ditayangkan di stasiun-stasiun televisi Indonesia sudah cukup banyak, hal ini terbukti dari banyaknya jumlah acara reality showyang tayang di seluruh stasiun televisi swasta setiap harinya, sehingga dapat diartikan bahwa banyak pula peminat tayangan reality show, dan para stasiun televisi berlomba menayangkan acara yang bertema reality show. Tema yang diangkat dalam program tayangan reality show televisi salah satunya adalah segala sesuatu yang berbau mistis, yaitu Masih Dunia Lain Trans7. Program acara (Masih) Dunia Lain merupakan format baru dari program acara yang pernah menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia yaitu, "Dunia Lain". Masih mengedepankan segmen "Uji Nyali" dengan perbedaan menjadi selama 2 hari berturut-turut dan menggunakan alat yang dapat mendeteksi langsung keberadaan makhluk gaib. Syuting diadakan selama dua hari di tempat yang sama, dan peserta uji nyali juga akan menempati tempat uji nyali yang sama pula. Yang diharapkan oleh tim (Masih) Dunia Lain adalah meningkatnya aktifitas gaib di tempat tersebut di hari yang kedua, apabila peserta menyerah sebelum hari kedua atau tidak bisa melanjutkan hingga acara berakhir, maka peserta akan di gantikan oleh peserta selanjutnya. (www.trans7.co.id)


(16)

Diakui atau tidak pengaruh media massa sebagai alat komunikasi dalam masyarakat mempunyai andil dalam mengubah tingkah laku maupun psikologi manusia seperti dikemukakan Carl I Hovland. Hal ini bukannya tanpa alasan, kehadiran televisi sebagai sebuah jarum suntik, Hypodermilk needle maupun peluru ajaib (magic bullet)-mempunyai peran penting dalam mengubah perilaku masyarakat secara luas dalam satu waktu penayangan.

Dalam Pasal 36 UU No 32 Ayat 1 Tahun 2002 tentang penyiaran disebutkan, dalam setiap isi siaran di media massa wajib mengandung informasi, pendidikan dan hiburan. Selain itu juga disebutkan isi siaran harus bermanfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak dan moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kersatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. Juga dalam Ayat 3 disebutkan, isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja. Masih dalam ayat ini disebutkan dalam menyiarkan mata acara diwajibkan oleh stasiun televisi agar menyiarkan tayangan pada waktu yang tepat serta lembaga penyiaran wajib mencantumkan atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

Menyikapi tayangan televisi yang berbau mistik yang seharusnya tidak ditayangkan dalam jam acara utama semestinya timbul kesadaran kita akan bahaya acara tersebut bagi anak-anak dan remaja. Acara tersebut banyak mengeksploitasi ketakutan dibandingkan untuk mempertebal rasa


(17)

keimanan anak -anak dan remaja. Penggambaran peristiwa yang diakui sebagai kisah nyata diambil dalam sebuah majalah, kemudian disajikan dalam bentuk visual oleh sutradara dengan menggunakan efek-efek menakutkan; bisa membawa dampak yang berbeda terhadap orang-orang tertentu terutama anak-anak yang belum bisa mencerna setiap informasi yang diterimanya. Bayangkan saja anak -anak lebih suka mengompol daripada pergi ke kamar mandi setelah melihat tayangan "ih serem" atau "dunia lain" di televisi. Sungguh suatu hal yang menyebabkan mental anak-anak menjadi kerdil di kemudian hari.

Namun di lain sisi, reality show ini mengandung banyak polemik ditengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terhadap acaranya, yaitu karena melanggar norma-norma agama dan norma-norma dalam bermasyarakat, hal tersebut akan menimbulkan suatu opini masyarakat. Opini masyarakat bersifat kontroversial karena setiap individu mempunyai pandangan yang tidak sama antara satu dengan yang lain. Adapun pengertian opini itu adalah suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (stimuli) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini.

Fenomena-fenomena yang terjadi diatas disebabkan karena pemirsa (television watcher, television viewer) adalah sasaran komunikasi melalui televisi siaran yang heterogin dan masing-masing mempunyai kerangka acuan (frame of reference) yang berbeda satu sama lain. Mereka berbeda


(18)

dalam latar belakang sosial dan kebudayaan, sehingga pada gilirannya berbeda pula dalam pekerjaan, pandangan hidup, agama, dan kepercayaan, pendidikan, cita-cita, keinginan, kesenangan, dan lain sebagainya. (Effendy, 1993:85)

Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya opini masyarakat Surabaya terhadap Reality Show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV. Opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

Berikut adalah beberapa aduan dari masyarakat sebagai pemirsa televisi mengenai acara Masih Dunia Lain kepada KPI Pusat:

1. Nanda, Surabaya :

“Tolong dihapus program-program bermuatan mistis…tidak mendidik sama sekali. Mo dibawa kemana Bangsa ini kalo rakyatnya percaya tahayul… kita Negara Pancasila KETUHANAN YANG MAHA ESA. 2. KPID JATIM, Surabaya :

“KPID Jatim meminta klarifikasi ke Trans 7 perihal tayangan program acara Masih Dunia Lain. Klarifikasi ini diminta karena didasarkan pemantauan dan juga adanya aduan dari masyarakat yang menilai tayangan tersebut direkayasa. ”


(19)

Dipilihnya masyarakat Surabaya sebagai subyek penelitian ini dikarenakan banyaknya pengaduan masyarakat Surabaya mengenai acara masih dunia lain. Sedangkan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya usia 17 tahun ke atas karena dengan alasan pada usia ini seseorang telah memiliki kemampuan berfikir yang lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap dan pandangan yang lebih realitas terhadap lingkungan. (Mappiare, 2004 : 9). Selain itu mampu memberikan alasan yang bisa dijadikan data peneliti. Tercatat masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun keatas sebesar 1.873.179 jiwa (Sumber : BPS Surabaya,2008).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka perumusan masalah dalam upaya penelitian adalah :

“Bagaimana opini masyarakat Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih Dunia Lain” di TRANS 7.

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui opini masyarakat Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih Dunia Lain” di TRANS 7.


(20)

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis, penelitian ini berguna dalam menambah wawasan peneliti untuk berpikir secara kritis dan ilmiah tentang fenomena yang terrjadi di tengah-tengah masyarakat terhadap suatu progam acara, serta pengetahuan untuk mengukur opini masyarakat dan menganalisis melalui teori-teori komunikasi yang sudah ada. Juga diharapkan penelitian dapat menambah kajian ilmu komunikasi yang berkenaan dengan studi opini terhadap progam acara televisi sehingga dapat berguna bagi penelitian serupa di masa yang akan datang.

2. Kegunaan Praktis a. Penulis

Penulis memberikan bahan masukan bagi masyarakat, khususnya kepada masyarakat Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih Dunia Lain”.

b. Televisi

Dalam hal ini penulis memberikan bahan masukan bagi stasiun televisi yang berkaitan dengan opini masyarakat Surabaya terhadap tayangan Reality Show “Masih Dunia Lain” di TRANS 7.


(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi Massa

Komunikasi massa adalah berkomunikasi dengan massa (audiens atau khalayak ramai). Massa disini dimaksudkan sebagai para penerima pesan (komunikan) yang memiliki status sosial dan ekonomi yang heterogen satu sama lainnya. Pada umumnya proses komunikasi massa tidak menghasilkan “feed back” (umpan balik) yang langsung, tetapi tertunda dalam waktu yang relatif. Ciri-ciri massa yaitu, jumlahnya besar, antara individu tidak ada hubungan atau organisatoris dan memiliki latar belakang sosial yang berbeda.

Komunikasi massa media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa televisi bersifat periodic. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara media komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dalam organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena media televisi bersifat transitory (hanya meneruskan), maka pesan-pesan yang disampaikan melalui media tersebut, hanya dapat didengar tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak (audiovisual).


(22)

Perkembangan komunikasi massa media televisi, cukup membawa pengaruh yang besar dalam kehidupan sistem komunikasi massa Internasional, khususnya terhadap sistem komunikasi massa media cetak dan radio.

Sejak tahun 1948, arah kecenderungan para pemasang iklan semakin berubah, dan siaran yang sifatnya hanya bersuara, sampai kesiaran yang bergerak dan bersuara, ini berarti kerugian besar bagi media radio.

Komunikasi massa media televisi, pada prakteknya menekankan para reporter, penulis, dan penganalisis untuk menampilkan bagina-bagian terpenting dari beritanya. Berita-berita terkenal dari CBS yang ditampilkan, “Dauglas dengan berita” dapat dijadikan contoh yang baik dari kelompok kerja itu.

Memasukkan paradigma Lasswell dalam komunikasi massa media televisi, secara tugas memperlihatkan, bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam menyampaikan isi pesannya, komunikasi massa media televisi memiliki sifat-sifat, yaitu Publisitas, Perodisitas, Universitas, Aktivitas dan Kontinyuitas (Kuswandi, 1996 : 16).


(23)

Josep A. Devito dalam Effendy dalam bukunya “ Communicology : An Introduction To The Study Of Communication “ menyatakan komunikasi massa sebagai berikut :

1. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umum yang agak sukar untuk didefinisikan.

2. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan visual. Komunikasi akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.

Komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa. Maka ciri-ciri komunikasi media massa adalah :

1. Komunikator komunikasi massa bersifat melembaga, berarti bahwa komunikatornya bertindak atas nama lembaga. Contoh komunikator media massa adalah wartawan, penyiar radio, reportase televisi, sutradara film, karena media yang dipergunakan adalah suatu lembaga dan dalam menyebar luaskan bertindak atas nama lembaga.

2. Pesan yang disampaikan media massa bersifat umum ( public ) karena ditujukan kepada umum yang mengenal kepentingan umum.


(24)

3. Proses komunikasi massa bersifat satu arah yang berarti bahwa tidak terdapat arus balik dari komunikan terhadap komunikator. Dengan lain perkataan penyiar televisi atau wartawan tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan tidak mengetahui dalam keterangan diatas ialah tidak mengetahui waktu proses komunikasi itu berlangsung.

4. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, beragam dalam jenis usia, jenis kelamin, pendidikan, agama status sosial, status ekonomi, hobbi dan sebagainya. Selain komunikan komunikasi massa juga bersifat anonim, tidak dikenal oleh komunikatornya.

5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan berarti pendengar radio atau pemirsa televisi secara serempak bersama-sama dan serentak pada saat yang sama memperhatikan acara yang sama (Effendy, 1990 : 23 ).

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri komunikasi menitikberatkan pada penyampaian pesan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Menurut Mc Quail pesan yang disampaikan melalui media massa merupakan suatu produk dan komoditas yang memiliki nialai tukar secara umum simbolik yang mengandung nilai kegunaan. Jadi setiap pesan yang ditayangkan stasiun televisi berada dalam posisi sebagai produk yang ditawarkan dalam rangka mencapai salah satu tujuan yaitu dikonsumsi khalayak.

Selanjutnya Mc Quail (1991 : 53) mengatakan bahwa media massa berperan sebagai :


(25)

1. Pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi disekitar diri kita, tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak.

2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa tau hal yang terpisah dan kurang jelas.

3. Pembawa atau penghantar informasi atau pendapat.

4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui berbagai macam umpan balik.

5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukan arah, memberikan bimbingan atau instruksi.

6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberikan perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya.

7. Cermin yang memantulkan citra masyarakat itu sendiri.

8. Tirai dan penutup yang menutupi kebenaran demi mencapai tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.

2.1.2. Media Televisi

Munculnya media televise dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradapan, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melahirkan satu efek social yang bermuatan perubahan nilai-nilai social dan budaya manusia. Kemampuan televise dalam menarik perhatian massa menunjukknan bahwa media tersebut menguasai jarak secrara goegrafisdan sosiologis. Daya tarik media


(26)

televise sedemikian besar sehingga pola dan kehidupanmanusia sebelum muncul televise berubah total sama sekali. Pengaruh dari pada televise lebih kuatdibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjai Karen kekuatan audiovisual televise yang menyentuh segi-segi ketiwaan pemirsa. Pada intinya media televise menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalm era informasi dan komunikasi yang semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa. {Kuswandi, 1996 : 21-23}.

Televisi merupakan bagian media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya meskipun demikian televise dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karenaperkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini di sebabkan oleh sifat audio Visualnya yang tidak lain penanganya mempunyai jangkauan yng relative tidak terbatas dengan modal audio Visual yang dimiliki siara televise sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televise sangat bermaneaat sebagai upaya pembentukan sikap, poerilaku dan sekaligus perubahan pola piker, pengaruh televise lebih kuat di bandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual yang menyentuh segi- segi kejiwaan.

Televisi merupakan daya tarik kuat yang disebabkan unsure-unsur,kata- kata, musik sound effect, dan unsure visual berupa gambar hidup yang mampu menimbulkan kesan yag mendalam pada penonton.


(27)

Daya tarik ini selain melebihi radio juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman, sedangkan pesawat yang kecil mungil itu dapat menghilangkan selain film juga program menarik lainnya { Effendy,1993 : 177}. Faktor lain adalah ukuran layr. Layer televise hanya kecil saja sehingga padanya tak mungkintersajikan suatu program dengan jumlah orang sebagai pelakunya yang banyak, lain dengan layer bioskop yang besar yang tidak menimbulkan kesulitan untuk memasukkan pelaku-pelaku dalam jumlah yang banyak {Effendy,1993 : 180}.

Televisi secara umum adalah melihat jauh,hal ini sesuai dengan kenyataannya bahwa saat sekarang kita dapat melihat siaran langsung dari Jakarta atau kata- kata lain dari rumah masing- masing. Dengan demikian televise adalah salah satu media massa yang memancarkan suara dan gambar yang sebagai reproduksi darikenyataan yang di siarkannya melalui gelombang-gelombang elektronik, sehingga dapat diterima oleh pesawat penerima dirumah { Effendy, 1993 : 180}.

Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaran {broadcast} dan video dari segi gambar bergeraknya {moving images}. Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televise, kalau tidak prinsip-prinsip radio yangmentransmisikan : dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yag melihat atau hidup, jika tidak ada unsure- unsure film yang menvisualisasikannya, jadi paduan audio dan Video {Effendy,1993 : 21}. Jadi dapat dikatakan bahwa media televise mempunyai kelebihan terutama


(28)

sebagai media menggabungkan antara unsure suara {audio} dan gambar { visual}. Televise mempunyai kelebiahan dalam menyampaikan pesan – pesannya karena pesan – pesan yang disampaiakan melalui suara atau audio dan gambar atau visual tersebut berlangsung secara bersamaan {sinkron} dan hidup, sangat cepat atau actual, terlebih lagi dalam siaran- siaran langsung {life broadcast} dan dapat menjangkau peluang yang sangat luas.

Menurut Onong UchjanaEffendy {1993 : 24 }, Fungsi televise sebagai media massa adalah :

1. Fungsi penerangan {the information Eunction } yaitu memberikan informasi – informasi acara televise seperti acara kuis, pilihan sinetron, di setiap stasiun televisi.

2. Fungsi Pendidikan {the enducationalo function} yaitu memberikan ineormasi pendidikan yakni untuk meningkatka pengeahuan dan penalaran masyarakat.

3. Fungsi hiburan {the entertainment function} acara- acara yang ditanyangkan di tlevisi seperti acara sinetron di setiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

Khalayak media massa tersebut mempunyai kencendrungan untuk memilih pesan mana yang diinginkan menurut barelson, Steiner dank lapper dalam buku Taksonomi Konsep Komunikasi yang disusun oleh Blake dan Haroldsen, kecendrungan memilih pesan dalam media massa diistilahkan sebagai, selective perception. Selective Preception meliputi :


(29)

1. Selective Exposure :

Kecendrungan manusia membuka diri (expose ) pada pesan komunikasi yang sama dan sesuai dengan kebutuhan dan pendapatnya, menghindarkan komunikasi yang tidak sesuai dengan kepentingan dan pendapatnya.

2. Selective Attention :

Kecendrungan manusia memperhatikan pesan yang sesuai dengan kebutuhan serta minatnya.

3. Selective Retention :

Kecendrungan manusia untuk mengingat isi pesan yang menarik serta sesuai dengan kebutuhan serta minatnya. ( Blake dan Haroldsen, 2005 : 84)

Berdasarkan teori tersebut, khalayak akan memilih pertemuan khalayak dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis perspektif perbedaan individual, perspektif kategori social, dan perpektif hubungan social. Dalam perspektif perbedaan individual ( individual differences theory ), memandang bahwa sikap dan organisasi personal – psikologis individu akan menentukan bagaimana individu memilih stimuli dari lingkungan dan bagaimana individu memberi makna pada stimuli tersebut. (Rakmat, 2003 : 203-204). Atas dasar penagkuan bahwa tiap individu tidak sama perhatiannya, kepentingannya, kepercayaannya maupun nilai- nilainya maka dengan sendirinya selectivitas mereka terhadap komunikasi massa juga berbeda. ( Liliweri, 1991 : 106 ). Mengacu pada pernyataan


(30)

tersebut individu memiliki kepribadian masing- masing yang akan mempengaruhi juga pada preferensi mereka dalam menanggapi sesuatu. Khalayak lebih menyukai suatu program televise tertentu dibandingkan dengan yang lain jika dirasa program tersebut dapat mendukung berbagai kepentingan, kepercayaan, dan nilai- nilai yang dianut tersebut.

Selanjutnya, berdasrkan perspektif kategori social ( Social Category theory), dikatakan bahwa :“ Perspektif kategori social berasumsi bahwa dalam masyarakat terdapat kelompok- kelompok social, yang reaksinya pada stimuli tertentu cenderung sama. Anggota- anggota kategori tertentu akan cenderung memilih isi komunikasi yang sama dan akan memberi respon kepadanya dengan cara yang hamper sama pula.” (Rakhmat, 2003 : 203- 204). Penggolongan kelompok social umumnya didasarkan pada cirri – cirri usia, jenis kelamin ( sex ), pendapatan pendidikan, permukiman, atau pertalian yang bersifat relegius. Persamaan gaya, orientasi, dan perilaku yang seragam. ( Effendy, 2003 : 267 ). Berdasarkan toeri tersebut, terdapat golongan- golongan tertentu dalam masyarakat yang memiliki perilaku sama dalam menaggapi sati bentuk komunikasi. Dan hal ini mempengaruhi pendengar dalam memilih serta menyimak suatu program acara televisi.


(31)

2.1.3. Televisi Sebagai Media Penyampaian Informasi

Televisi merupakan media dari jaringan komunikasi yang berlangsung satu arah. Komunikatornya melembaga, mempunyai pesan yang bersifat umum atau luas, sasarannya menimbulkan keserempakan serta komunikannya bersifat heterogen.

Dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan media televisi, tentu saja mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Kuswandi, 1996 : 17).

Tujuan akhir dari penyampaian pesan media televisi adalah : 1. Untuk menghibur

2. Untuk mendidik 3. Sebagai kontrol sosial 4. Sebagai bahan informasi

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia, keseluruhan, seperti berita cuaca, informasi finansial atau katalog berbagai macam produksi barang. Pemirsa akan selalu terdorong untuk mencari sesuatu yang tidak diketahui melalui media televisi. Pada akhirnya, televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut. (Kuswandi, 1996:30)

Secara umum, dikenal tiga tipe media televisi yang dipilih berdasarkan karakteristikya, yaitu televisi publik, televisi komersial dan


(32)

televisi pendidikan. Tipologi ini biasa digunakan dalam menilai pola siaran media televisi. Masing-masing tipe media ini memberikan penekanan spesifik atas fungsi tertentu. Secara umum, setiap media audiovisual dituntut mampu memberi hiburan, tetapi televisi publik memberikan penekanan pada penyebaran ide-ide dan realitas sosial, televisi komersial pada fungsi hiburan, dan televisi pendidikan pada materi faktual-idealistis (pendidikan dan pengajaran). (Siregar, 2001:15)

a. Daya Tarik Televisi

Televisi bisa dilihat sebagai media yang memiliki kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Televisi mempunyai daya tarik yang kuat dengan memiliki unsur audio-visual yang berupa kata-kata, musik, sound effect dan juga berupa gambar. Dan gambar ini bukan gambar mati, melainkan gambar bergerak (motion picture) yang mampu menimbulkan kesan yang mendalam pada audience. Daya tarik ini melebihi radio, juga melebihi film bisokop, sebab segalanya dapat dinikmati dirumah dengan aman dan nyaman.

b. Isi Pesan Televisi

Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, maka isi pesan itu juga akan ditafsirkan secara berbeda-beda menurut visi pemirsa. Sehingga dampak yang ditimbulkan berbeda-beda pula. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman dan kebutuhan pemirsa


(33)

terhadap isi pesan acara televisi berkaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situasi dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi.

Dengan demikian apa yang disampaikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa. Belum tentu penting bagi khalayak. Jadi efektif tidaknya isi pesan itu tergantung dari situasi dan kondisi pemirsa dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan hal itu, timbul pendapat pro dan kontra terhadap acara televisi (efek), yaitu:

1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada di dalam masyarakat.

2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.

3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan masyarakat. (Kuswandi,1996:99)

Perbedaan pendapat tentang dampak acara televisi merupakan hal yang wajar. Karena media televisi dalam operasionalnya berhubungan dengan institusi sosial lain yang ada di masyarakat, serta adanya perbedaan sudut pandang dari khalayak sasaran.


(34)

2.1.4. Pengertian Reality Show

Beberapa definisi reality show adalah:

4. Reality Show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat masyarakat. reality show tak sekadar mengekspose kehidupan seseorang, tetapi juga menjadi ajang kompetisi, bahkan menjahili orang. (Widyaningrum dan Cristiastuti, Aguatus, 2004)

5. Reality Show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat. Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat. (Motulz Media Center, Mei, 2005)

Jadi reality show adalah suatu acara yang menampilkan realitas nyata asli kehidupan masyarakat sehari-hari yang diambil dari seseorang yang bukan selebriti (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan TV, sehingga bisa dilihat oleh masyarakat.

Dalam penyajiannya acara reality show ini terbagi menjadi 3 jenis yaitu:

1. Dacusuap (Dokumenter dan soap opera) yaitu gabungan dari

rekaman asli dan plot. Disini penonton dan kamera menjadi pengamat pasif dalam mengikuti orang-orang yang sedang menjalani kegiatan sehari-hari mereka, baik yang profesional maupun yang pribadi. Dalam hal ini produser menciptakan plot


(35)

sehingga enak ditonton oleh pemirsa. Pra kru menggabungkan setiap kejadian sesuai dengan yang mereka inginkan sehingga akhirnya terbentuk cerita berdurasi 30 menit tiap episode. Contohnya: MTV’s Real World, The Temptation Island, dll.

2. Hidden Camera yaitu sebuah kamera tersembunyi merekam

orang-orangdalam situasi yang sudah di-set. Contohnya: Sponta, ngacir, dll.

3. Reality Game Show yaitu sejumlah kontestan yang direkam

secara intensif dalam suatu lingkungan khusus guna memperebutkan hadiah. Focus dari acara ini para konstestan menjalani kontes dengan penuh tipu muslihat, sampai reaksi yang menag dan kalah. Contohnya: Survivor, Joe Millionaire, American Idol, Indonesian Idol, dll. (Harmandini, September, 2005).

2.2. Pengertian Masyarakat

Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan, dsb. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.


(36)

A. Arti Definisi / Pengertian Masyarakat

Berikut di bawah ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia.

1. Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

2. Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.

3. Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.

4. Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut.

B. Faktor-Faktor / Unsur-Unsur Masyarakat

Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini :

1. Berangotakan minimal dua orang. 2. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.


(37)

3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.

4. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

(http://organisasi.org/pengertian-masyarakat-unsur-dan-kriteria-masyarakat dalam-kehidupan-sosial-antar-manusia,13 april 2009 pukul 10.19)

2.3. Pemirsa Sebagai Khalayak Media Massa

Setiap proses komunikasi selalu ditunjukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan oleh komunikator. Menurut Nasution (1993 : 20 ) dalam sosiologi komunikasi massa, penerima adalah mereka yang menjadi khalayak tersebut diatas bersifat luas, heterogen dan anonim.

Sifat khalayak yang demikian menyulitkan komunikator dalam menyebarkan pesannya dalam media massa, setiap individu dari khalayak ialah dengan mengelompokan mereka menurut jenis tertentu, misalnya jenis agama, pendidikan, hobi, dan lain–lain (Effendy, 1993:20). Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan bagi kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya untuk khalayak sasaran ( target


(38)

audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, musik dan lain-lain. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, petani, ABRI, pemeluk agama Islam dan lain-lain (Effendy, 1993:20). Pemirsa Surabaya yang berusia 17 tahun keatas merupakan khalayak sasaran (target audience).

2.4. Opini

Menurut Leonard W. Doob, dalam buku yang berjudul Public Opinion and Propaganda yang diterbitkan pada tahun 1984, pengertian opini publik adalah sikap orang-orang mengenai suatu soal, dimana mereka merupakan anggota dari sebuah masyarakat yang sama.

Dengan demikian maka opini publik itu berhubungan erat dengan sikap manusia yaitu sikap secara pribadi maupun sebagai anggota kelompok yang membentuk opini publik itu adalah sikap pribadi seseorang ataupun sikap kelompoknya, karena itu sikapnya ditentukan oleh pengalamannya dan dalam kelompoknya itu pula.

Suatu opini publik dianggap kompeten atau mampu memenuhi syarat opini publik dalam arti khas bila :

a. Fakta yang dipakai sebagai titik tolak dari perumusan opini publik diberi nilai “baik” oleh masyarakat luas.


(39)

b. Dalam menggunakan fakta (ataupun keadaan dimana suatu sikap justru diambil karena tidak adanya fakta), orang yang sampai pada kesimpulan dan kesepakatan mengenai tindakan yang harus diambil untuk memecahkan persoalan.

Dengan demikian maka dalam penilaian kompeten tidaknya atau mampu memenuhi syarat-syarat sebagai opini publik dalam arti khas harus ditinjau pada, fakta, nilai, opini publik, kompetensi.

Dan dengan sendirinya pembentukan opini publik dibentuk oleh publik yang selektif, karena itu untuk setiap masalah selalu ada publiknya sendiri-sendiri.

Dalam hubungan ini Leonard W. Doob, mengemukakan pula batas-batas kemampuan opini publik antara lain : (Sunarjo, SU. Djoenaesih 1997:27).

1. Perhatian orang terhadap suatu masalah itu sangat tergantung pada pengetahuan dan pendidikannya masing-masing.

2. Kebijaksanaan tergantung juga dari penilaian serta seleksi publik terhadap fakta dan nilainya sendiri.

3. Pada kenyataannya bahwa setiap persoalan atau masalah mempunyai banyak segi sehingga untuk hal-hal yang kompeten yang menimpa masyarakat luas, opini publik itu sendiri dari banyak publik.

4. Tidak adanya standard ataupun ukuran dalam penyelesaian sesuatu masalah, lebih-lebih masalah sosial dimana setiap masalah mempunyai ciri khas sendiri-sendiri.


(40)

Secara sederhana opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami, dan dipergunakan karena mempunyai kekuatan tersendiri. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah yaitu seperti di bawah ini :

1. Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu.

3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju. (Effendy, 1990 : 85).

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa, opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan.

2.5. Teori S – O – R

Teori S – O – R sebagai peringatan dari Stimulus – Organism – Response, ini semula berasal dari psikolog. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena obyek material dari psikolog.


(41)

Ilmu komunikasi adalah sama, yakni manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, konasi.

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesucian antara pesan dan reaksi komunikan.

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah, bagaimana merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap, tampak bahwa sikap dapat dirubah. Hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi seperti yang semula, jadi unsur-unsur dalam model ini adalah : (Effendy, 1993 : 154).

a. Pesan (Stimulus – S ) b. Komunikan (Organism – O) c. Efek (Response – R)

Teori S – O – R, dapat digambarkan sebagai berikut : (Effendy 1993 : 255)

Organism : - Perhatian - Pengertian - Penerimaan

Respon Stimulus


(42)

Dari teori di atas, maka masyarakat Surabaya memperoleh pesan dari media massa elektronik, yang dimana disini adalah televisi yang menayangkan acara reality show “Masih Dunia Lain” merupakan stimulus atau pesan dan masyarakat Surabaya memberikan perhatian, pengertian, penerimaan dari pesan yang disampaikan tersebut, sehingga akan menghasilkan opini yang merupakan respon dari masyarakat Surabaya setelah melihat acara reality show “Masih Dunia Lain” di televisi.

Dengan adanya pengetahuan dan pengertian (kognitif) dari masyarakat setelah melihat tayangan acara reality show tersebut, maka ia akan mengerti isi pesan apa yang ada pada tayangan reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV. Setelah melihat kemudian dimengerti oleh masyarakat, maka kemampuan dari masyarakat sebagai komunikan akan melanjutkan prosesnya yaitu masyarakat akan mengolahnya dan menerimanya, sehingga terjadilah kesediaan untuk merubah respon atau efek.

2.5. Reality Show “Masih Dunia Lain”

Reality show adalah program acara yang dibintangi oleh orang-orang yang bukan aktor dan aktris, tetapi walau pun demikian program acara tersebut masih diatur oleh skenario yang di tulis oleh produser. (John Vivian, 2005 : 203) Reality show secara istilah berarti pertunjukan yang asli (real), tidak direkayasa, dan tidak dibuat-buat.


(43)

Kejadiannya diambil dari keseharian, kehidupan masyarakat apa adanya, yaitu realita dari masyarakat.

Program acara (Masih) Dunia Lain merupakan format baru dari program acara yang pernah menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia yaitu, "Dunia Lain". Masih mengedepankan segmen "Uji Nyali" dengan perbedaan menjadi selama 2 hari berturut-turut dan menggunakan alat yang dapat mendeteksi langsung keberadaan makhluk gaib.

Syuting akan diadakan selama dua hari di tempat yang sama, dan peserta uji nyali juga akan menempati tempat uji nyali yang sama pula. Yang diharapkan oleh tim (Masih) Dunia Lain adalah meningkatnya aktifitas gaib di tempat tersebut di hari yang kedua, apabila peserta menyerah sebelum hari kedua atau tidak bisa melanjutkan hingga acara berakhir, maka peserta akan di gantikan oleh peserta selanjutnya. Yang meliputi unsur-unsur:

1. Peserta

Adalah pemilihan peserta Masih Dunia Lain yang dipilih lewat facebook.

2. Uji Nyali

Adalah inti dari acara Masih Dunia Lain yang merupakan uji nyali dari peserta dari gangguan makhluk gaib


(44)

3. Penampakan

Adalah makhluk halus yang tertangkap dari kamera acara Masih Dunia Lain

4. Setting

Adalah tempat berlangsungnya acara Masih dunia Lain yang mengambil tempat keramat dan angker

5. Paranormal

Adalah pendukung acara Masih Dunia Lain yang mengawal dari awal sampai akhir acara, paranormal bertugas mengomentari dan mengawal peserta uji nyali

2.6. Kerangka Berfikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang mempunyai pengaruh paling kuat pada kehidupan manusia. Televisi dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan dibanding media massa yang lain yaitu dapat disajikan dalam bentuk audio dan visual. Dapat menggambarkan suatu peristiwa secara langsung dan tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di suatu negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang (Effendy, 2000:176-177).

Melalui media televisi, masyarakat dapat menyaksikan program – program acara mulai hiburan sampai berita (news) yang disuguhkan oleh


(45)

stasiun televisi. Apalagi sekarang semakin banyak stasiun televisi yang bermunculan dan berlomba – lomba menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhannya.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana sebenarnya opini masyarakat Surabaya yang berusia 17 tahun ke atas terhadap progam acara reality show ”Masih Dunia Lain” di TRANS TV dilihat dari isi acara progam acara tersebut.

Model kerangka berfikir yang digunakan peneliti di dalam penelitian ini tampak pada gambar di bawah ini :

Positif

Netral

Negatif OPINI

Masyarakat Surabaya

(usia 17 tahun keatas) Acara reality show

“Masih Dunia Lain” di Trans 7 1. Peserta 2. Uji Nyali 3. Penampakan 4. Setting 5. Paranormal

Gambar 2.2: Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Opini Masyarakat Terhadap reality show ”Masih Dunia Lain”


(46)

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, hubungan antara variabel tidak dibicarakan oleh peneliti karena dalam penelitian ini hanya ada satu variabel, yaitu opini. Sehingga dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan opini masyarakat terhadap reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV. Opini didefinisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (Stimulus) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Sedangkan secara operasional opini dapat dikategorisasikan menjadi 3 (tiga) bagian :

a. Positif : Adalah opini yang mendukung atau memberikan pernyataan yang setuju terhadap acara reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV.

b. Netral : Adalah opini yang memberikan pernyataan kurang setuju atau tidak berpendapat terhadap acara reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV.

c. Negatif : Adalah opini yang bersifat tidak mendukung atau memberikan pernyataan tidak setuju terhadap acara reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV.


(47)

Dalam hal ini, stimulus (pesan) dari obyek penelitian adalah acara reality show “Masih Dunia Lain” di TRANS TV. Komponen-komponen acara reality show “Masih Dunia Lain” yang menjadi polemik ditengah-tengah masyarakat antara pro dan kontra terhadap acaranya, meliputi:

1. Acara yang tidak mendidik 2. Menyebarkan pengaruh negatif.

3. Melanggar batas-batas norma yang berlaku dalam masyarakat.

Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif, dengan menggunakan metode survei dalam melakukan pengumpulan data dengan kuesioner sebagai instrumen. Jenis survei dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu untuk menggambarkan (mendeskripsikan) populasi yang sedang diteliti. Dalam survei, proses pengumpulan dan analisis data sosial bersifat sangat terstruktur dan mendetail melalui kuesioner sebagai instrumen utama untuk mendapatkan informasi dari sejumlah responden yang diasumsikan mewakili populasi secara spesifik.

3.2. Pengukuran Variabel

Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan model Skala Likert (Hasan, 2002 : 72) dijabarkan menjadi indikator variabel yang kemudian dijadikan titik tolak penyusunan item-item instrument, bisa berbentuk pernyataan atau pertanyaan yang kemudian harus di jawab oleh responden. Pengukuran ini menggunakan 4 pilihan jawaban yaitu: sangat


(48)

setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Dalam kategorisasi ini, alternatif jawaban “Ragu-ragu” (undecided) ditiadakan, alasannya, menurut Hadi (1986 : 20) adalah sebagai berikut :

a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat memberikan jawaban, netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda instrument.

b. Tersedianya jawaban tengah menimbulkan multi interpretable ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring responden.

Pada tahap selanjutnya, 4 kategori jawaban diatas akan diberi skor sesuai dengan jawaban yang harus dipilih oleh responden. Sedangkan pemberian bobot skor sebagai berikut :

1. Sangat Setuju (SS) : skor 4 2. Setuju (S) : skor 3 3. Tidak Setuju (TS) : skor 2 4. Sangat Tidak Setuju (STS) : skor 1


(49)

Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap item dari setiap angket, sehingga diperoleh skor total dari setiap pertanyaannya tersebut untuk masing-masing responden. Selanjutnya, tiap-tiap indikator untuk opini diukur melalui pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada kuesioner. Kemudian jawaban yang telah dipilih dari skor dan di total. Total skor dari setiap kategori, dikategorisasikan kedalam 3 interval, yaitu negatif, netral, dan positif. Penentuan interval dilakukan dengan menggunakan range. Range masing-masing kategori ditentukan dengan :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah Jenjang yang diinginkan Keterangan :

Range : Berdasarkan dari setiap tingkatan

Skor tertinggi : Perkalian antara nilai tertinggi dengan jumlah item pertanyaan

Skor terendah : Perkalian antara nilai terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan

Jenjang : 3

Masing-masing jumlah item dalam kuesioner untuk topik pembicaraan adalah 12, sehingga skor tertinggi diperoleh dari skor pernyataan tertinggi dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 4 x 12 = 48. Skor terendah diperoleh dari skor pernyataan terendah dikalikan dengan total item untuk masing-masing masalah, yaitu : 1 x 12 = 12.


(50)

Dengan demikian formulasi R (Range) adalah : R (range) = 48 – 12 / 3 = 12

Sehingga R (Range) berikut tingkatan yang didapatkan :

Opini Negatif : dengan skor antara 12 sampai dengan 23 Opini Netral : dengan skor antara 24 sampai dengan 35 Opini Positif : dengan skor antara 36 sampai dengan 48

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap – tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan dianalisis. 3.3. Opini

Opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon), terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberi individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan

Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah yaitu seperti di bawah ini :

1. Positif, jika responden memberikan pernyataan setuju. 2. Netral, jika responden memberikan pernyataan ragu-ragu. 3. Negatif, jika responden memberikan pernyataan tidak setuju.


(51)

3.4. Program Tayangan Reality Show Masih Dunia Lain

Program acara Reality Show Masih Dunia Lain merupakan format baru dari program acara yang pernah menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia yaitu, "Dunia Lain". Masih mengedepankan segmen "Uji Nyali" dengan perbedaan menjadi selama 2 hari berturut-turut dan alat yang dapat mendeteksi langsung keberadaan makhluk gaib.

Syuting akan diadakan selama dua hari di tempat yang sama, dan peserta uji nyali juga akan menempati tempat uji nyali yang sama pula. Yang diharapkan oleh tim (Masih) Dunia Lain adalah meningkatnya aktifitas gaib di tempat tersebut di hari yang kedua, apabila peserta menyerah sebelum hari kedua atau tidak bisa melanjutkan hingga acara berakhir, maka peserta akan di gantikan oleh peserta selanjutnya.

Untuk mempermudah dalam penyampaian opini tentang tayangan masih dunia lain, perlu melihat unsur-unsur yang meliputi :

1. Peserta

Adalah pemilihan peserta Masih Dunia Lain yang dipilih lewat facebook.

2. Uji Nyali

Adalah inti dari acara Masih Dunia Lain yang merupakan uji nyali dari peserta dari gangguan makhluk gaib


(52)

3. Penampakan

Adalah makhluk halus yang tertangkap dari kamera acara Masih Dunia Lain

4. Setting

Adalah tempat berlangsungnya acara Masih dunia Lain yang mengambil tempat keramat dan angker

5. Paranormal

Adalah pendukung acara Masih Dunia Lain yang mengawal dari awal sampai akhir acara, paranormal bertugas mengomentari dan mengawal peserta uji nyali

3.5. Masyarakat Sebagai Khalayak

Secara universal dan sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan masyarakat sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki beberapa karakteristik yaitu memiliki jumlah yang besar, bersifat heterogen, menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi sosial sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc.Quail, 1994 : 201).

Menurut Winarsa (2005 : 73-74) kontroversi lain dalam studi mengenai khalayak berkaitan dengan apakah khalayak begitu pasif dan dapat dengan mudah dipengaruhi secara langsung oleh media ataukah


(53)

relative aktif dalam menyusun kualitasnya sendiri. Tegangan ini berkaitan denagn tingkat pengaruh media terhadap khalayak, dan berhubungan dengan tegangan komunitas massa. Sebagian besar teori-teori massa cenderung memasukkannya ke dalam konsepsi khalayak dalam konsepsi khalayak yang pasif, meskipun tidak semua teori khalayak pasif dapat disebut sebagai masyarakat massa. Demikian pula sebagian besar teori-teori komunikasi yang memasukkannya dalam gagasan khalayak aktif, dan meskipun sebagian besar teori khalayak aktif mengakui keabsahan gagasan komunitas, teori-teori tersebut tidak semuanya secara langsung menjadikannya sebagai pedoman.

Riset terhadap khalayak merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Tujuannya agar pesan yang disampaikan dapat mengena pada sasaran target sasaran yang kita tuju. Karena itu, riset-riset tentang khalayak ini bukan hanya dilakukan oleh praktisi public relation saja, tetapi oleh praktisi lain seperti jurnalistik, broadcasting, pemasar, dan sebagainya. Dalam bidang pemasaran misalnya, studi tentang khalayak ini salah satunya bertujuan untuk mengetahui perilaku konsumen guna menentukan segmentasi pasar (market segmentation) (Kriyantono, 2006 : 330-331).

3.6. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.6.1. Populasi

Populasi yang akan diteliti adalah seluruh masyarakat penduduk Surabaya, (yang memiliki kartu identitas menetap atau menetap sementara


(54)

di kota Surabaya) yang menjadi pemirsa televisi dan berusia 17 tahun ke atas sebesar 1.873.179 jiwa (Sumber : BPS Surabaya,2007).

3.6.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan nonpropobability sampling dengan metode purposive sampling. Dimana nonpropobability sampling yaitu teknik yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel sedangkan sampling purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2003:61) yaitu masyarakat yang menjadi pemirsa televisi dan berumur 17 tahun ke atas. Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane sebagai berikut :

1 Nd

N

n 2

 

Keterangan :

N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian)

1 (0.1) . 14.537

14.537

n 2

 


(55)

37 , 146 14.537

n = 99,56 = 100 orang

Dalam penelitian ini untuk lebih akurat, peneliti menyebar kuesioner ke 100 orang.

3.7.Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini, menurut cara memperolehnya dilakukan dua pendekatan. Pertama dengan melakukan pengumpulan data primer, kedua dengan pengumpulan data sekunder.

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan wawancara pada responden berdasarkan kuesioner.

Sedangkan data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua seperti perpustakaan, pusat pengolahan data, internet, dan lain sebagainya.

3.8. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan analisis.


(56)

Dalam penelitian ini data yang akan diolah dengan tahap-tahap : a. Editing atau Seleksi Angket, yaitu data yang digunakan untuk

mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak dipergunakan sehingga data yang diperoleh adalah data valid.  b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan

jawaban. 

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada. (Rakhmat, 2002 :134) 

Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: F

P = × 100 % N

Keterangan :

P = presentase responden F = frekuensi responden N = jumlah responden

Dengan rumus tersebut, maka akan diperoleh prosentase yang diinginkan dalam kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah dibaca dan diinterpresentasikan.


(57)

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MASIH

DUNIA LAIN” DI TRANS 7

PROPOSAL

Diajukan oleh :

ENDRI RESTU ASIH NPM. 0643010258

YAYASAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS

PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SURABAYA


(58)

Judul Penelitian : OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7

Nama Mahasiswa : ENDRI RESTU ASIH

NPM : 0643010258

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Seminar

Menyetujui Pembimbing Utama

Ir. H. Didiek Tranggono, MSi NPT. 19581225199001001

Mengetahui,

Ketua Progdi Ilmu Komunikasi

Juwito, S.Sos, M.Si NPT : 3 6704 95 0036 1


(59)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2008, Surabaya Dalam Angka 2009, Surabaya

Effendy, Onong uchjana, 1993, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : Remadja karya

____________________, 2000, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

___________________, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung : PT .Remaja Rosdakarya

Gerungan, 2000, Psikologi Sosial, Bandung : PT. Refika Adi Tama

Hadi, Sutrisno, 1981, Metodologi Research : PenulisanPaper, Skripsi, Thesis, dan Disertasi, Yogjakarta : Yayasan Penerbit Psikologi UKM

Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta : Erlangga

Mappiare, Andi, 1982, Psikologi Remaja, Usaha Nasional, Surabaya

MC. Quail, Dennis, 1993, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga

_______________, 1994, Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga

Mulyana, Deddy, 1997, Bercinta dengan televisi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Nadia, Zunlly, 2005. Waria Laknat atau Kodrat, Yogyakarta : Galang Press Purwanto, N, M, 1988, Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Rakhmad Jalaludin, 1996, Jallaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja

Rosdakarya

Rakhmad, Jalaludin, 1997, Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta : Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi Dan Sosial (LP3ES)

_________________, 1998, Psikologi Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya


(60)

Rakhmad, Jalaludin, 1999, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

_________________, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sastro, Darmanto, S, 1992, Televisi Sebagai Media Hiburan Atau Pendidikan : Duta Wacana University Pers

Singarimbun, Masri, 1987, Metode Penilaian Survai, Jakarta : Pusat LP3ES Indonesia


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian dan Penyajian Data 4.1.1. Gambaran Umum TRANS 7

Trans TV atau Televisi Transformasi Indonesia adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia, yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung dengan grup Para-nya. Stasiun ini melakukan siaran pertama kali pada tahun 2001. Dengan motto "Milik Kita Bersama", konsep tayang stasiun ini tidak banyak berbeda dengan stasiun swasta lainnya. Trans TV adalah anak perusahaan PT Trans Corpora. Kantor Pusat stasiun ini berada di Studio TransTV, Jalan Kapten Pierre Tendean, Jakarta Selatan. Direktur Utama Trans TV saat ini adalah Wishnutama

Trans7 berdiri dengan nama TV7 berdasarkan izin dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000 yang sahamnya sebagian besar dimiliki oleh Kelompok Kompas Gramedia (KKG). Pada tanggal 22 Maret 2000 keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Pada 4 Agustus 2006, Para Group melalui PT Trans Corpora resmi membeli 49% saham PT Duta Visual Nusantara Tivi 7. Dengan dilakukannya re-launch pada tanggal 15 Desember 2006, tanggal ini ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7.


(62)

LOGO

Logo Trans TV berbentuk berlian, yang menandakan keindahan dan keabadian. Kilauannya mereflesikan kehidupan dan adat istiadat dari berbagai pelosok daerah di Indonesia sebagai simbol pantulan kehidupan serta budaya masyarakat Indonesia. Huruf dari jenis serif, yang mencerminkan karakter abadi, klasik, namun akrab dan mudah dikenali.

VISI :

Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan masyarakat.

MISI :

Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.


(63)

4.1.2. Penghargaan

PANASONIC AWARD 2009

1. Program Reality Show Terfavorit: Termehek-Mehek 2. Program Komedi/Lawak Terfavorit: Extravaganza 3. Program Kuis & Game Show Terfavorit: Gong Show

4. Program News Magazine Terfavorit: KPK (Kumpulan Perkara Korupsi)

5. Presenter Infotainment Terfavorit: Cut Tary (Insert)

6. Pelawak Terfavorit: Olga Syahputra Presenter Reality Show Terfavorit

FESTIVAL FILM BANDUNG 2009

Sinetron Lepas Terpuji: Bioskop Indonesia “Baju Seragam Anak Pemulung”

SWA Sembada

Word of Mouth Marketing Award (Most First Recommended Brand 2009) TRANS TV : First Winner in Broadcast Television Category

KPID JAWA BARAT

TRANS TV: Diversity of Content

LOMBA JURNALISTIK 2009 oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI)

“Juara II” Kategori Jurnalis Televisi


(64)

4.1.3. Program Masih Dunia Lain

Program acara (Masih) Dunia Lain merupakan format baru dari program acara yang pernah menjadi fenomena di dunia pertelevisian Indonesia yaitu, "Dunia Lain". Masih mengedepankan segmen "Uji Nyali" dengan perbedaan menjadi selama 2 hari berturut-turut dan menggunakan alat yang dapat mendeteksi langsung keberadaan makhluk gaib.

Syuting akan diadakan selama dua hari di tempat yang sama, dan peserta uji nyali juga akan menempati tempat uji nyali yang sama pula. Yang diharapkan oleh tim (Masih) Dunia Lain adalah meningkatnya aktifitas gaib di tempat tersebut di hari yang kedua, apabila peserta menyerah sebelum hari kedua atau tidak bisa melanjutkan hingga acara berakhir, maka peserta akan di gantikan oleh peserta selanjutnya.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden yang dimaksud adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan pendidikan responden. Selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut :


(65)

a. Usia Responden

Tabel 1

Responden berdasarkan Usia (n = 100)

No Usia F %

1 17-27 80 80

2 28-38 19 19

3 39-49 1 1

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner no A-1

Dari karakteristik responden berdasarkan usia diketahui jumlah usia minimal populasi yaitu 17-27 tahun sebanyak 80 responden dan usia 28-38 tahun dengan jumlah 19 responden. Dari tabel karakteristik responden berdasarkan usia diatas menginformasikan bahwa pemirsa menonton acara reality show “Masih Dunia Lain” di Trans TV yang bertempat tinggal di Surabaya mayoritas berusia 17 sampai 27 tahun. Usia 17 sampai 27 tahun merupakan masa awal kedewasaan seseorang, dimana usia tersebut seseorang cenderung merasa ingin tahu hal-hal baru terutama yang berhubungan dengan informasi pencarian orang hilang. Acara reality show Masih Dunia Lain di TRANS 7 merupakan sebuah alternatif tayangan yang bisa ditonton oleh mereka yang ingin tahu lebih banyak pengetahuan tentang pencarian orang hilang.


(66)

b. Jenis Kelamin Responden

Tabel 2

Responden berdasarkan Jenis Kelamin (n=100)

No Jenis Kelamin F %

1 Laki-laki 89 89

2 Perempuan 11 11

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner no A-2

Dari tabel 2 di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin yang paling banyak ialah laki-laki sebesar 89 responden atau 59%, sedangkan untuk responden perempuan sebanyak 11 responden atau 11%. Perbedaan banyak responden yang mempunyai jenis kelamin laki-laki dan perempuan disini tidaklah terlalu besar, jumlah tersebut cukup dapat mempengaruhi penilaian responden terhadap acara Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7 karena acara Reality Show Masih Dunia Lain merupakan acara hiburan dalam bentuk Reality Show yang dimana disini acara ini tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik penontonnya.


(67)

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 3

Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan (n=100)

No Tingkat Pendidikan F %

3 SMU / Sederajat 36 36

4 Akademi / Diploma 23 23

5 Sarjana / Pascasarjana 41 41

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner A-3

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki dan responden lebih banyak pada tingkat Sarjana/Pasca Sarjana sebanyak 41% atau 41 responden paling banyak memberikan pendapatnya tentang acara Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7, Akademi atau Diploma hanya 23% atau 23 responden, dan untuk SMU / sederajat sebanyak 36% atau 36 responden.

4.2.2. Deskripsi Subyek

1. Menonton Reality Show Masih Dunia Lain

Responden pada umumnya Menonton Reality Show Masih Dunia Lain seperti tampak pada tabel berikut ini :


(68)

Tabel 4

Menonton Reality Show Masih Dunia Lain

No. Menonton Iklan F Prosentase (%)

1. Ya 100 100

2. Tidak 0 0

Jumlah 100 100

Sumber Data : Kuesioner Bagian B No. 1

Tabel 4 memberikan bukti bahwa responden yang pernah Menonton Reality Show Masih Dunia Lain 100 orang (100 %). Sedangkan responden yang tidak pernah melihat Menonton Reality Show Masih Dunia Lain tidak ada ( 0 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden seluruhnya pernah Menonton Reality Show Masih Dunia Lain. Hal ini menunjukkan bahwa Reality Show Masih Dunia Lain tersebut sudah tidak asing lagi di masyarakat. Acara ini dulu sempat menjadi fenomenal dan hampir setiap penayangannya ditunggu-tunggu para manusia yang gemar dan penasaran dengan dunia yang dihuni para pocong, kuntilanak, tuyul dan teman-temannya. Apalagi setelah gosip-gosip yang beredar di dunia maya (internet) yang memberitakan bahwa salah satu peserta uji nyali Dunia Lain seminggu setelah melakukan uji nyali meninggal dunia tanpa sebab yang jelas.


(69)

2. Frekuensi Menonton Reality Show Masih Dunia Lain Tabel 5

Frekuensi Menonton Reality Show Masih Dunia Lain

No. Frekuensi Menonton F Prosentase (%)

1. 1 -2 kali 20 20

2. 3-4 kali 80 80

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Bagian B No. 2

Dari tabel 5 tersebut tampak bahwa frekuensi menonton paling banyak adalah menonton 3-4 kali sebanyak 80 orang 80 %) dalam 1 bulan sedangkan yang menonton 1-2 kali dalam 1 bulan sebanyak 20 orang (29 %),. Hal ini mengindikasikan bahwa respon masyarakat dalam menonton Tayangan Reality Show Masih Dunia Lain sangat tinggi, bahkan hamper tiap minggu responden menyaksikan acara tersebut. Adanya uji nyali yang membuat mereka menunggu-nunggu Tayangan Reality Show Masih Dunia Lain, adanya penampakan yang membuat terkejut pemirsa membuat acara ini selalu dinanti responden.


(70)

3. Menonton Reality Show Masih Dunia Lain dari awal hingga akhir acara Responden pada umumnya menonton reality show masih dunia lain dari awal hingga akhir acara seperti tampak pada tabel berikut ini :

Tabel 6

Menonton Reality Show Masih Dunia Lain dari awal hingga akhir acara

No. Menonton Iklan F Prosentase (%)

1. Ya 80 80

2. Tidak 20 20

Jumlah 100 100

Sumber Data : Kuesioner Bagian B No. 3

Tabel 6 memberikan bukti bahwa responden yang Menonton Reality Show Masih Dunia Lain dari awal hingga akhir acara 80 orang (80 %). Sedangkan responden yang tidak pernah melihat Menonton Reality Show Masih Dunia Lain sampai akhir ( 20 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa responden hampir seluruhnya Menonton Reality Show Masih Dunia Lain sampai akhir acara.


(71)

4.2.3. Opini responden mengenai acara reality show Masih Dunia Lain di TRANS 7.

Berikut adalah data yang menunjukkan tentang opini responden dalam menonton acara hiburan Reality Show reality show Masih Dunia Lain di TRANS 7.

A. Opini Responden Terhadap Peserta

Opini ini berkaitan dengan peserta “Masih Dunia Lain” .

a. Opini tentang peserta mengikuti Uji Nyali dalam Acara ”Masih Dunia Lain” dipilih berdasarkan suara terbanyak di facebook.

Tabel 7

Opini tentang peserta mengikuti Uji Nyali dalam Acara ”Masih Dunia Lain” dipilih berdasarkan suara terbanyak di facebook

(n=100)

No Kategori Jawaban F %

1 Sangat Setuju 87 87

2 Setuju 9 9

3 Tidak Setuju 4 4

4 Sangat Tidak Setuju 0 0

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Bagian C-I No 1

Lebih dari setengah (87%) dari responden yang menyatakan setuju dengan pertanyaan tentang peserta mengikuti Uji Nyali dalam Acara ”Masih Dunia Lain” dipilih berdasarkan suara terbanyak di facebook sudah sangat bagus, hal ini dikarenakan pemirsa merasa cukup adil jika ditentukan berdasarkan suara terbanyak lewati facebook. Sedangkan 4 (4%) responden


(72)

menyatakan setuju, dengan pertanyaan tersebut. Untuk sisanya yaitu sekitar 9 (9%) responden menyatakan setuju terhadap pemilihan peserta lewat facebook.

b. Opini tentang Peserta Uji Nyali yang dipilih berdasarkan suara terbanyak di Facebook membuat acara ”Masih Dunia Lain” cukup menarik dan dinamis.

Tabel 8

Opini Responden tentang Peserta Uji Nyali yang dipilih berdasarkan suara terbanyak di Facebook membuat acara ”Masih Dunia Lain”

cukup menarik dan dinamis (n=100)

No Kategori Jawaban F %

1 Sangat Setuju 67 67

2 Setuju 28 28

3 Tidak Setuju 0 0

4 Sangat Tidak Setuju 5 4

Jumlah 100 100

Sumber : Kuesioner Bagian C-I No 2

Peserta Uji Nyali yang dipilih berdasarkan suara terbanyak di Facebook membuat acara ”Masih Dunia Lain” cukup menarik dan dinamis, dinyatakan setuju oleh 67 (67%) responden. Ini disebabkan karena responden merasa spontanitas dan berbagai macam karakter individu bisa muncul dalam acara uji nyala. Sedangkan 5 (5%) responden saja yang sangat tidak setuju bahwa acara Reality Show ini dapat lebih menarik karena adanya


(1)

4.3. Arah opini pemirsa (positif, netral, negatif) tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7.

Pada tabel 19, ditunjukkan jumlah secara keseluruhan dari semua responden berdasarkan tabel-tabel sebelumnya, untuk mendapatkan opini pemirsa tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7, setelah menjawab pertanyaan dari keseluruhan tabel 7 sampai 18 mengenai opini pemirsa tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7.

Tabel 19

Opini pemirsa tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7

(n=100)

No Arah Opini Pemirsa Televisi F %

1 Positif 73 73

2 Negatif 15 15

3 Netral 12 12

Jumlah 100 100

Sumber berdasarkan data primer

Berdasarkan penyajian data yang sudah ada sebelumnya maka data yang telah didapat yang kemudian dianalisis secara deskriptif. Setelah dianalisis, hasil dari penelitian ini adalah pemirsa mempunyai opini yang positif terdapat acara Reality Show Masih Dunia Lain yang ditayangkan di TRANS 7, opini positif dari pemirsa yang dijadikan responden penelitian ini adalah bahwa pemirsa menganggap bahwa acara Reality Show Masih Dunia Lain yang dinyatakan di TRANS 7 adalah menarik.


(2)

70

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 100 responden, 73% responden atau 73 pemirsa televisi menyatakan atau memberikan opini positif tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7, dan 15% responden atau 15 pemirsa televisi menyatakan opini netral tentang Reality Show Masih Dunia Lain di TRANS 7, sedangkan sebagian kecil responden memberikan opini negatif yaitu sekitar 12% responden atau 12 pemirsa televisi.

Berdasarkan teori Stimulus-Organism-Response yang dipakai dalam penelitian ini, responden bersikap positif terhadap Reality Show Masih Dunia Lain yang ditayangkan di TRANS 7, karena menganggap menarik terhadap unsur-unsur dalam Reality Show.

Responden juga bersikap banyak memberikan opini positif terhadap pernyataan adanya materi-materi Reality Show yang bertemakan mengenai dunia lain, karena responden berpendapat bahwa acara tersebut mengingatkan kita akan kematian dan pertanggungjawaban kita seletah mati di akhirat.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan data yang telah di uraikan pada bab 4 maka diperoleh kesimpulan bahwa berdasarkan teori Stimulus-Organism-Response yang dipakai dalam penelitian ini, responden bersikap positif terhadap Reality Show Masih Dunia Lain yang ditayangkan di TRANS 7, karena menganggap menarik terhadap unsur-unsur dalam Reality Show. Responden juga bersikap banyak memberikan opini positif terhadap pernyataan adanya materi-materi Reality Show yang bertemakan seram dan horor.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka saran yang digunakan untuk Program Reality Show Masih Dunia Lain yang ditayangkan di TRANS 7 yang mengungkap tentang dunia lain dan alam ghaib :

1. Progam acara yang bisa mendidik dan menghibur pemirsa di televisi yang sifatnya menambah pengetahuan atau informasi sebaiknya di tambah, karena semakin bertambahnya acara tersebut membuat pemirsa menjadi lebih paham akan kehidupan setelah mati.


(4)

48

2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat melanjutkan dan mengembangkan penelitian pada acara yang sama yaitu Masih Dunia Lain, tentunya selain pada opini pemirsa dalam acara Masih Dunia Lain, tetapi dapat dikembangkan lagi, missal : Tingkat kepuasan pemirsa.


(5)

Arah Varian Kontemporer). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ketiga Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka.

Effendy, Onong Uchjana. 2000. Televisi Siaran, Teori, dan Praktek. Bandung: CV Mandar Maju

____________________. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. 2000. Metodologi Polling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Jefkins, Frank. 2000. Periklanan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Kasali, Rhenald. 2003. Manajemen Periklanan, Konsep, dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Kuswandi, Wawan. 2000. Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi). Jakarta: PT Rhineka Cipta.

McQuail, Dennis, 2004. Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Jakarta : Erlangga.

Morrisan. 2004. Periklanan, Komunikasi Pemasaran Terpadu, Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Ramdina Prakarsa.

Nazir, Mohammad 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Ghalia Indonesia


(6)

35

Rakhmat, Jalaluddin. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Siregar, Ashadi. 2001. Menyikapi Media Penyiaran, Membaca Televisi, Melihat Radio. Yogyakarta: Penerbit LP3Y.

Shimp, Terence. 2003. Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sulaksana, Uyung. 2005. Integrated Marketing Communications. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumartono. 2001. Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alphabeta.

Sutisna. 2003. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Widyatama, Rendra. 2006. Pengantar Periklanan. Yogyakarta: Kelompok Penerbit Pinus.

Non buku:


Dokumen yang terkait

PENGARUH TAYANGAN REALITY SHOW MASIH DUNIA LAIN DI TRANS 7 TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT PADA MISTIS (Studi Pada Masyarakat di Kelurahan Jelakombo Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang)

14 74 27

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

0 0 109

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7).

3 9 109

OPINI MASYARAKAT TENTANG TAYANGAN MATA LELAKI DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Tentang Tayangan Mata Lelaki Di Trans 7).

0 2 80

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 0 85

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 1 85

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP TAYANGAN REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7(Studi Deskriptif Opini Masyarakat Surabaya Terhadap Tayangan Reality Show “ Masih Dunia Lain: di Trans 7)

0 0 20

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 1 19

OPINI PEMIRSA SURABAYA TERHADAP TAYANGAN TELEVISI REALITY SHOW “MASIH DUNIA LAIN” DI TRANS 7.

0 0 19

OPINI MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PROGRAM REALITY SHOW “ORANG PINGGIRAN” DI TRANS 7 (Studi Deskriptif Opini Masyarakat di Surabaya Tentang Program Reality Show “Orang Pinggiran” di Trans 7)

0 0 27