ABSTRAKSI BIOMORFIS SEBAGAI EKSPRESI ESTETIS.

Dr. Drs. Narsen Afatara, M.S. lahir di Surabaya, 11 Juli 1950. Pria yang
memiliiki NIP 195007111979031004 adalah staf pengajar di Fakultas Sastra
dan Seni Rupa UNS. Riwayat pendidikan tinggi yang berhasil ditempuhnya
adalah tahun 1978 lulus Sarjana (S-1) bidang ilmu
Seni Lukis dari STSRI
”ASRI” Yogyakarta, lulusMagister (S-2) dari Universitas Gadjah Mada pada
tahun 1991 untuk bidang ilmu: Humaniora, dan pada tahun 2011 telah
berhasil menyelesaikan studi Doktor (S-3) dari ISI Yogyakarta untuk bidang
ilmu: Penciptaan dan Pengkajian Seni. Judul dan ringkasan Disertasi disajikan
dalam 2 (dua) versi bahasa Indonesia dan English sebagai berikut.
ABSTRAKSI BIOMORFIS SEBAGAI EKSPRESI ESTETIS. Kehidupan perupa
berbaur dengan berbagai subjek dalam transformasi budaya yang sedang mencair,
dari budaya lama menuju kekinian, dan terfokus dalam satu subjek yang jelas
adalah permasalahan utama. Data historis memberikan rekaman kehidupan yang
mengindikasikan kehidupan masyarakat yang mengalami depresi. Masyarakat
merasakan tekanan psikologis yang memberikan dampak tidak terpenuhinya
kebutuhan hidup secara baik. Masalah kemiskinan, ketidakadilan, budaya
kekerasan, bencana alam, danlain-lain melahirkan depresi kehidupan yang
tercermin dalam bentuk ekspresi tubuh dari makhluk hidup, khususnya manusia.
Subject matter yang dimunculkan dalam abstraksi biomorfis merupakan
simplifikasi dari ekspresi tubuh ke dalam bentuk estetis berupa transformasi

bentuk geometri (benda mati) dan biomorfis (benda hidup). Subjeknya adalah
ketidakberdayaan makhluk hidup, yang diekspresikan melalui proses estetik yaitu
abstraksi bentuk biomorfis sebagai materi subjek.
Penulisan disertasi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk
memahami tindakan-tindakan manusia ketika menciptakan suatu karya seni.
Metode ini mencatat, melukiskan, dan menggambarkan seluruh sifat dan
karakteristik objek penelitian yang telah ditentukan. Pendekatan hermeneutik atau
interpretasi juga digunakan untuk menafsirkan berbagai gejala atau peristiwa,
khususnya yang berkaitan dengan kebudayaan dan yang lebih khusus lagi adalah
karya seni (simbol nonverbal) dan bahasa (simbol-simbol yang verbal). Arahan dari
metode ini adalah untuk mencari pemahaman tentang makna melalui interpretasi.
Perwujudan itu didahului dengan studi bentuk melalui suatu eksperimen
dengan media animasi tiga dimensi (3d) tentang berbagaikemungkinan
pengembangan bentuk-bentuk biomorfis yang terus berproses. Format karya
berupa bentuk 3d dengan ketebalan antara 40 hingga 90 sentimeter, sedangkan
ukuran besarnya diperoleh dari perkalian yang ada. Keunikan karya ini dapat
dilihat dari masuknya monitor televisi dengan menampilkan film animasi berupa
abstraksi biomorfis. Hal itu menambah suatu asosiasi yang tidak terputus dalam
menikmati suatu kreativitas bentuk yang disajikan.
Bahan yang digunakan dalam penciptaan karya-karya ini dominan logam

tembaga dengan menggunakan teknik kenteng, dengan efek tekstur yang optis.
Karya ini membuka peluang besar untuk berkolaborasi dalam penciptaan karya
seni rupa antarpakar dunia dan dapat dikerjakan dengan baik oleh para ahli fisika,
elektronika, robotika, pakar konstruksi, dan lain-lain, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Mereka dapat menyatukan keahliannya dalam suatu ciptaan
seni rupa sebagai monumen perdamaian dunia. Abstraksi biomorfis merupakan
ekspresi estetis, bukan lagi milik perorangan atau milik suatu bangsa, melainkan
menjadi milik warga dunia. [Kata kunci: penciptaan, abstraksi biomorfis, dan
ekspresi depresi]

BIOMORFISM ABSTRACTION AS AESTETHIC EXPRESSIONS. The life of an
artist that blends with many in their cultural transformation, melting from old
culture to popular culture focused on one subject, is considered as the main
problem. Historical data gives the life record that indicates the depressed society.
They get the psychological pressure that causes the lack of the daily needs.
Poverty, injustice, violence, nature disaster, etc develop the life depression
described in the body of the living creatures, especially in human.
The developed subject matter is the biomorphic abstraction, the
simplification from body expression to aesthetic from that comes into geometric
transformation (in animate object) and biomorphic (animate object). The subject is

the living creatures powerlessness expressed through an aesthetic process called
the biomorphic abstraction.
This dissertation uses the descriptive qualitative method to understand human
activities in creating an art work. This method records and describes all of the
characteristics of the objects research, The hermeneutics approach or
interpretation are also used to explain al of the symptoms and phenomenon related
with culture, more specifically in art work (non verbal Symbol) and language
(verbal symbol). This method leads to seek the understanding of meaning through
interpretation.
The realization begin with shaping studies through an experiment with three
dimension animation media (3d) about many possibilities from the development of
biomorphic shapes. The form of the work is in 3d with 40 to 90 cm in thickness
whereas the largeness derives from the existed multiplication. The uniqueness of
this work can be seen from the television monitor presenting the animation film
called the biomorphic abstraction, This increases an un breaking association while
enjoying the presented creativity.
The materials used in creating this works are dominated by copper metal using the
hammering (kenteng) technique with an optic texture effect. This work opens an
opportunity to have collaboration in creating art work among the world expert.
They can unite their expertise within an art work as the world peace monument.

Biomorphic abstraction is an aesthetic expression. This work does not only belong
to an individual or nation but also belongs to the world. [Keywords: creation,
biomorphic abstraction and depression expression]