Medan Athletic Arena (Struktur Sebagai Elemen Estetis)

(1)

MEDAN ATHLETIC ARENA

(STRUKTUR SEBAGAI ELEMEN ESTETIS)

LAPORAN PERANCANGAN

TKA 490 – STUDIO TUGAS AKHIR

SEMESTER A TAHUN AJARAN 2009/2010

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh

JOSEP TAMPUBOLON

040406045

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

MEDAN ATHLETIC ARENA

(STRUKTUR SEBAGAI ELEMEN ESTETIS)

OLEH

JOSEP TAMPUBOLON

NIM : 040406045

MEDAN, 18 MARET 2010

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

BENY O. Y MARPAUNG, ST, MT, Phd R. LISA SURYANI, ST, MT

NIP. 197110222002122001 NIP. 19776062003122003

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. Dwi Lindarto H, MT NIP : 196307161998021001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR (SHP2A)

Nama : JOSEP TAMPUBOLON

NIM : 040406045

Judul Proyek Akhir : MEDAN ATHLETIC CENTER

Tema Proyek Akhir : STRUKTUR SEBAGAI ELEMEN ESTETIS

Nilai Akhir

Nilai Akhir dengan huruf A B B+ C C+ D E

Dengan ini Mahasiswa yang bersangkutan, dinyatakan No Status Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pemb. A Paraf Pemb. B

Koordinator TGA-490

1 LULUS

LANGSUNG

2 LULUS

MELENGKAPI 3 PERBAIKAN TANPA SIDANG 4 PERBAIKAN DENGAN SIDANG

5 TIDAK LULUS

Medan, Maret 2010

Ketua Departemen Arsitektur Koordinator TGA-490

Ir. Dwi Lindarto H, MT Ir. Dwi Lindarto H, MT NIP : 196307161998021001 NIP : 196307161998021001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, saya panjatkan kehadirat Yesus Kristus., karena berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan seluruh proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur, Departemen Arsitektur Universitas Sumatera Utara.

Proses panjang dan penuh suka duka ini tidak bisa dilalui tanpa dukungan, doa, semangat, dan perhatian tiada henti dari Orang tua, abang, kakak, serta seluruh Keluarga besar

Tampubolon.

Terimakasih sebesar-besarnya tidak lupa saya ucapkan kepada :

Ibu Beny O.Y Marpaung, ST, MT, Phd. sebagai Dosen Pembimbing I atas bimbingannya yang sangat berarti dan selalu memberikan motivasi dari awal hingga akhir.

Ibu R. Lisa Suryani ST, MT. selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT, Bapak Imam Faisal Pane ST, MT, Ibu Amy Marisa ST,

MT, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, saran, dan kritik.

Bapak Ir. Dwi Lindarto H. MT. Sebagai Ketua Jurusan dan Koodinator Studio Tugas Akhir Semester A TA. 2009/2010.

 Para staf Pengajar dan Pegawai Tata Usaha di lingkungan Fakultas Teknik Departemen Arsitektur USU.

 Teman-teman saya Alam, Hezrin, Andi, Eric, Abdullah, Richard, Ronald Tarigan ST, MT, Siahaan, Sirait, Sinaga, Parda, Vanal dan yang terutama Lila. Teman – Teman angkatan 2004; Fadil, Alwi, Taufik, Nanda, Deva, Dedi, Azrul, Ula, Rangga, Dinda, Friska, Richie, Echo, Julia, Samuel, Romulus, Daniel, Kurniawan, Andi, Falex Dll. Abang – Kakak; 2001, Adik – Adik; 2007.

Akhir Kata, Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, 15 Maret 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul Dalam i

Surat Hasil Penilaian Proyek Akhir ii

Kata Pengantar iii

Daftar Isi iv

Daftar Tabel vii

Daftar Gambar viii

Daftar Diagram x

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan 3

I.3 Perumusan Masalah 3

I.4 Lingkup / Batasan 4

I.5 Pendekatan 4

I.6 Kerangka Berpikir 5

I.7 Sistematika Penulisan Laporan 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK 7

II.1 Terminologi Judul 7

II.2 Tinjauan Umum Proyek 7

II.2.1 Pengertian Atletik 7

II.2.2 Cabang-cabang Atletik 10

II.2.3 Persyaratan Sebuah Arena/Gelanggang 12

II.3 Tinajuan Lokasi 25

II.3.1 Deskripsi Proyek 25

II.3.2 Lokasi 26

II.3.2.a Tinjauan Pemilihan Kota Medan 26

II.3.2.b Kriteria Pemilihan Lokasi 27

II.3.3 Analisa Pemilihan Lokasi 28

II.3.4 Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan 33


(6)

II.4 Tinjauan Fungsi 35

II.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan 33

II.4.1.a Pengguna 33

II.4.1.b Kegiatan 34

II.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang 36

II.5 Studi Banding Proyek Sejenis 39

II.5.1 Stuttgart Stadion 39

II.5.2 Stadion Utama Gelora Bung Karno 41

II.5.3 Stadion Madya Tenggarong 42

BAB III ELABORASI TEMA 44

III.1 Struktur Sebagai Elemen Estetika 44

III.1.1 Pengertian Struktur 44

III.1.2 Pengertian Elemen 44

III.1.3 Pengertian Estetika 44

III.2 Interpretasi Tema 45

III.3 Pendekatan Struktur 46

III.4 Keterkaitan Tema dengan Judul 52

III.5 Studi Banding Tema Sejenis 54

III.5.1 Wembley Stadium 54

III.5.2 Millenium Dome 56

III.5.3 Beijing National Stadium 58

BAB IV ANALISA 61

IV.1 Analisis Existing 61

IV.1.1 Analisa Lokasi (Posisi Site Terhadap Kota-Kawasan Lingkungan) 61

IV.1.2 Kondisi Eksisting Lahan 62

IV.1.3 Tata Guna Lahan 63

IV.1.4 Batas Site 64

IV.1.5 Sarana dan Prasarana 65

IV.1.6 Skyline 66

IV.1.7 Ketebalan Bangunan 67


(7)

IV.2 Analisa Potensi dan Kondisi Site 69

IV.2.1 Analisa Sirkulasi 69

IV.2.2 Analisa Pencapaian 72

IV.2.3 Analisa View 75

IV.2.4 Analisa Kebisingan 76

IV.2.5 Analisa Vegetasi 79

IV.2.6 Analisa Matahari 80

IV.3 Analisa Bangunan 81

IV.3.1 Sirkulasi dan Penzoningan 81

IV.3.2 Analisa Teknologi 81

IV.3.3 Analisa Utilitas Bangunan 83

IV.4 Analisa Pengguna dan Kegiatan 86

IV.4.1 Analisa Pengguna 86

IV.4.2 Analisa Kegiatan 87

IV.4.3 Analisa Pengelompokan Kebutuhan Ruang 88

IV.5 Program Ruang 89

IV.5.1 Perkiraan Kebutuhan Parkir Pengunjung 92

BAB V KONSEP PERANCANGAN 94

V.1 Konsep Perancangan Tapak 94

V.2 Konsep Entrance 95

V.3 Konsep Vegetasi 96

V.4 Konsep Sirkulasi Ruang Luar 97

V.4.1 Kenderaan 97

V.4.2 Pejalan Kaki 98

V.5 Konsep View 99

V.6 Konsep Perancangan Bangunan 100

V.6.1 Konsep Bentukan Massa 100

V.6.2 Organisasi Ruang 100

BAB 6 PERANCANGAN ARSITEKTUR

6.1 Gambar Perancangan 106


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Gelanggang 13

Tabel 2.2 Lebar Minimum Pintu Keluar 22

Tabel 2.3 Potensi Pengembangan Kota Medan 25

Tabel 2.4 Kriteria Pemilihan Lokasi 27

Tabel 2.5 Tabel Perbandingan Lokasi Alternatif Site 30

Tabel 2.6 Kriteria Lahan Untuk Menentukan Lokasi 31

Tabel 2.7 Kebutuhan Ruang 34

Tabel 3.1 Jenis struktur 45

Tabel 4.1 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki 68

Tabel 4.2 Analisa Pencapaian Terhadap Inti Kota 71

Tabel 4.3 Analisa Pencapaian untuk Entrance 71

Tabel 4.4 Analisa Vegetasi 76

Tabel.4.5 Analisa pondasi 79


(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jarak Pandang Penonton Pada Gelanggang 12

Gambar 2.2 Zona Aman Gelanggang 12

Gambar 2.3 Geometri Lapangan 13

Gambar 2.4 Lintasan Atletik 14

Gambar 2.5 Tempat Duduk Penonton 18

Gambar 2.6 Garis Pandang Penonton 19

Gambar 2.7 Injakan dan Tanjakan pada Tribun 19

Gambar 2.8 Besar Gelanggang Sesuai Besaran Arah Pandang 19

Gambar 2.9 Kontrol dan Arah Pandang Vertikal 20

Gambar 2.10 Sumber Cahaya 23

Gambar 2.11 Peta Pembagian Wilayah Medan 27

Gambar 2.12 Peta Alternatif 28

Gambar 2.13 Peta Alternatif 28

Gambar 2.14 Peta Alternatif 29

Gambar 2.15 Peta Lokasi 32

Gambar 2.16 Eksterior Stadion Stuttgart 38

Gambar 2.17 Lintasan dan lapangan 38

Gambar 2.18 Potongan Struktur atap dan tribun Stadion 38

Gambar 2.19 Detil atap membran 38

Gambar 2.20 Penzoningan Stadion 39

Gambar 2.21 Denah penzoningan tribun dan struktur Stadion 40

Gambar 2.22 Eksterior Stadion Utama Bung Karno 40

Gambar 2.23 Tampak samping Stadion Madya 41

Gambar 2.24 Pengunaan Struktur atap Arch Space truss dan penutup atap membran

41

Gambar 3.1 Eksterior Wembley Stadium 51

Gambar 3.2 Interior Wembley Stadium 52

Gambar 3.3 View dari tribun Wembley Stadium 52

Gambar 3.4 Struktur bangunan Wembley Stadium 53

Gambar 3.5 Fasilitas pada Wembley Stadium 53


(10)

Gambar 3.7 Detail Struktur Kabel Millenium Dome 54

Gambar 3.8 Struktur Bangunan Millenium Dome 54

Gambar 3.9 Eksterior Beijing National Stadium 55

Gambar 3.10 Interior Beijing National Stadium 56

Gambar 3.11 Suasana Beijing National Stadium 57

Gambar 3.12 Struktur Beijing National Stadium 57

Gambar 4.1 Peta Lokasi site 58

Gambar 4.2 Kondisi eksisting lahan 59

Gambar 4.3 Peta tata guna lahan 60

Gambar 4.4 Peta batas – batas site 60

Gambar 4.5 Potongan Tapak A-A 63

Gambar 4.6 Potongan Tapak B-B 63

Gambar 4.7 Peta kawasan sekitar 64

Gambar 4.8 Peta eksisting bangunan sekitar 65

Gambar 4.9 Analisa Sirkulasi Kenderaan 66

Gambar 4.10 Analisa Sirkulasi Pejalan Kaki 67

Gambar 4.11 Analisa Sirkulasi Pencapaian 69

Gambar.4.12 Analisa View ke Luar 72

Gambar 4.13 Analisa View ke Dalam 73

Gambar 4.14 Analisa kebisingan 73

Gambar 4.15 Analisa Vegetasi 76

Gambar.4.16 Analisa Matahari 77

Gambar 5.1 Pembagian fungsi tapak 91

Gambar 5.2 Konsep Entrance 92

Gambar 5.3 Konsep Vegetasi 93

Gambar 5.4 Konsep sirkulasi kendaraan 94

Gambar 5.5 Konsep sirkulasi pejalan kaki 95

Gambar 5.6 Konsep View 96


(11)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman

Diagram 1.1 Kerangka berpikir merancang 5

Diagram 4.1 Elektrikal 80

Diagram 4.2 Plumbing Air Kotor 81

Diagram 4.3 Plumbing Air Bersih 81

Diagram 4.4 Plumbing Air Buangan 82

Diagram.5.1 Organisasi ruang utama 97

Diagram.5.2 Organisasi ruang atlit 98

Diagram.5.3 Organisasi ruang pelengkap 98

Diagram.5.4 Organisasi ruang coffe shop 99

Diagram.5.5 Organisasi ruang pengelola 100


(12)

BAB 1


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Olahraga merupakan kegiatan yang dapat memberikan kesehatan dan kesenangan kepada manusia. Olahraga juga merupakan satu keharusan dari aspek biologis manusia guna mengembangkan ketahanan yang bersifat menyeluruh, pembentukan ketrampilan hidup, ketrampilan sosial, ketrampilan berfikir, pembentukan prestasi, penghayatan nilai-nilai sportifitas, nilai-nilai-nilai-nilai moral dan estetika.

Olahraga terbagi atas1 :

 Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, ketrampilan, kesehatan, dan kebugaran jasmani.

 Olahraga rekreasi adalah olahraga yang dilakukan oleh masyarakat dengan kegemaran dan kemampuan yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi dan nilai budaya masyarakat setempat untuk kesehatan, kebugaran, dan kegembiraan.

 Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan

olahragawan secara terencana, berjenjang, dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.

 Olahraga amatir adalah olahraga yang dilakukan atas dasar kecintaan atau kegemaran berolahraga.

 Olahraga profesional adalah olahraga yang dilakukan untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran berolahraga.

 Olahraga penyandang cacat adalah olahraga yang khusus dilakukan sesuai dengan kondisi kelainan fisik dan/atau mental seseoarang

1


(14)

Saat ini dunia telah memasuki era keempat atau gelombang keempat yaitu dimana manusia diharapkan mampu meningkatkan industri dengan berbagai cara baru dengan kekreatifitasan yang tinggi begitu juga di bidang olahraga. Industri olahraga saat ini juga dituntut untuk menciptakan kreatifitas yang tinggi. Ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah gelanggang olahraga khususnya untuk industri olahraga profesional di dunia.

Pada masa sekarang ini olahraga juga memberikan pengaruh bagi citra suatu bangsa dan negara. Negara yang memiliki prestasi di banyak bidang olahraga akan menaikkan citra negara tersebut. Atletik adalah dasar segala cabang olahraga dimana membutuhkan ketahanan tubuh yang sangat tinggi sehingga ini membedakan dengan cabang olahraga lainnya. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.03 pasal 67 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan nasional disebutkan bahwa pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab atas perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan prasarana olahraga. Namun, Kota Medan tidak memiliki tempat pelatihan dan pembinaan atlet serta tempat pertandingan Atletik yang khusus. Berdasarkan survey yang dilakukan kebanyakan para atlet Atletik tersebut berlatih di lapangan – lapangan terbuka atau berlatih di lapangan sepak bola.

Oleh karena itu kota Medan sudah seharusnya memiliki fasilitas olahraga seperti gelanggang Atletik khususnya. Memang di kota Medan belum memiliki gelanggang Atletik tersendiri kebanyakan Atletik sering digabungkan dengan olah raga lain dalam suatu gedung serba guna yang terletak di depan Universitas Negeri Medan yang saat ini belum rampung pengerjaannya. Seharusnya Atletik memiliki gedung tersendiri sehingga dapat menaikkan tingkat prestasi Indonesia pada umumnya dan Sumatera Utara terkhususnya. Dengan penggabungan pusat latihan dan pertandingan di gedung serba guna sering akan mengalami kendala seperti sering terbenturnya jadwal latihan dan pertandingan, jika suatu cabang olahraga sedang mengadakan event maka cabang olahraga yang lain akan terganggu jadwal latihannya.

Sehingga dengan adanya Medan Athletic Arena ini merupakan salah satu nilai tambah yang dimiliki apabila kota Medan ditunjuk sebagai penyelenggara event-event pertandingan Atletik baik event nasional maupun internasional dan dapat menghimpun para atlet Atletik untuk mendapatkan pelatihan ataupun pengalaman di arena yang secara internasional sudah memadai sehingga dapat meningkatkan prestasi pada level nasional maupun internasional. Oleh sebab itu untuk meningkatkan kemampuan dan prestasi atlet – atlet Atletik yang ada di Indonesia pada umumnya dan Medan pada khususnya diperlukan suatu bangunan yang berfungsi sebagai pusat pelatihan Atletik serta tempat pertandingan


(15)

Atletik itu sendiri yang sampai saat ini Kota Medan belum memilikinya. Hal ini juga sebagai fasilitas penunjang menuju PON XX yang dimana Sumatera Utara melalui Gubernur Syamsul Arifin telah mengusulkan sebagai tuan rumah ke Menteri Pemuda dan Olahraga dan pada prinsipnya telah disetujui, cabang Atletik merupakan salah satu olahraga yang dipertandingkan di PON. Oleh karena itu Medan Athletic Arena akan mampu menfasilitasi pembinaan atlit-atlit Atletik.

I.2 Tujuan dan Sasaran Perancangan

Adapun maksud dan tujuan dari perencanaan dan perancangan Medan Athletic Arena adalah :

 Menciptakan wadah yang dapat menampung berbagai fasilitas yang dibutuhkan dalam perlombaan Atletik baik event nasional seperti PON, PORDASU maupun event internasional seperti SEA GAMES, ASIAN GAMES, dll.

 Dengan adanya gelanggang ini akan membuat atlit-atlit daerah Sumatera utara dapat berkembang khususnya atlit Atletik dan Sumatera Utara siap dengan event-event olahraga yang lain. Hal ini tentu berbanding lurus dengan penigkatan prestasi para atlit Atletik Indonesia umumya, Sumatera Utara khususnya.

I.3. Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan timbul yang berkaitan dengan kasus proyek ini adalah:

 Bagaimana menciptakan suatu sarana olahraga khususnya sarana lapangan dan lintasan yang nyaman dan dengan standar internasional.

 Bagaimana menentukan kebutuhan ruang dan besarannya yang dapat menampung semua aktivitas yang ada sesuai dengan fungsinya

 Bagaimana mewadahi beberapa kegitan pendukung lain yang memungkinkan untuk dilakukan di satu gelanggang Atletik

 Bagaimana menciptakan ruang luar dan ruang dalam yang nyaman untuk atlit maupun para penonton.

 Bagaimana merancang suatu bangunan dengan menggunakan konsep struktur dan konsep utilitas yang sesuai dengan kondisi tapak dan lingkungan fisik yang ada.


(16)

I.4. Lingkup Batasan

Lingkup perancangan yang akan dibahas dari kasus Medan Athletic Arena ini adalah seluruh aspek fisik dan perancangan kasus proyek bangunan, yang menyangkut lingkungan tapak, massa bangunan, pembentukan ruang dan arus sirkulasi dalam dan luar bangunan pada lokasi tapak perancangan.

Batasan proyek ini adalah pembahasan yang berkaitan dengan desain dan perancangan sebuah tempat yang dapat memfasilitasi kegiatan yang berhubungan dengan Atletik serta kegiatan lain yang memungkinkan menggunakan arena ini. Adapun penyelesaian permasalahan dibatasi pada :

 Perancangan yang dilakukan adalah Arena Atletik yang dapat menampung 30.000 penonton dan fasilitas pendukung yang lainnya.

 Perancangan struktur bentang lebar dilakukan pada prinsip struktur yang dianggap layak konstruksi.

 Perancangan sirkulasi luar dan dalam bangunan menjadi salah satu prioritas.

 Perancangan bangunan sesuai standar internasional.

I.5. Pendekatan

Hal-hal yang ditempuh dalam proses menuju desain akhir Proyek ini adalah:

 Pengumpulan data-data literatur untuk mendukung proses pembuatan program perancangan berupa data fisik dan data non-fisik. Data fisik berupa data-data jumlah calon pemakai bangunan, material dan struktur yang mempunyai potensi untuk dipakai, dan sebagainya. Data non-fisik berupa standar bangunan, peraturan dari pemerintah, data-data yang berkaitan dengan tema yang dipakai.

 Studi banding terhadap fungsi dan tema sejenis yang mendukung proses perencanaan dan perancangan yang diperoleh dari buku, internet maupun survey lapangan

 Melakukan survey untuk mengetahui kondisi site/ eksisting (pencapaian, vegetasi eksisting, kontur, saluran pembuangan limbah, dsb), bangunan sekitar dalam radius tertentu yang mendukung fungsi yang akan dibangun, dsb.

 Proses Asistensi/ diskusi/ feedback/ evaluasi untuk mematangkan pencarian dan penggunaan solusi desain yang akan diterapkan.


(17)

I.6. Kerangka Berpikir

Berikut kerangka berpikir dalam penyusunan laporan Medan Athletic Arena yang dapat dilihat pada Diagram 1.1 di bawah ini.

Diagram 1.1. Kerangka Berpikir (Sumber: Hasil Olah Data Primer)

LATAR BELAKANG

MAKSUD DAN TUJUAN

IDENTIFIKASI MASALAH

RUMUSAN MASALAH

STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA

ANALISA

MASALAH POTENSI PROSPEK

KONSEP

PRA-RANCANGAN


(18)

I.7. Sistematika Laporan

Secara garis besar, urutan pembahasan dalam penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisi uraian latar belakang, manfaat dan tujuan, masalah perancangan, metodologi, kerangka berpikir dan sistematika laporan.

BAB II DESKRIPSI PROYEK

Berisi tentang tinjauan umum proyek, teminologi judul proyek, lokasi proyek, analisa pemilihan lokasi proyek, tinjauan fungsi proyek, serta studi banding arsitektur yang mempunyai fungsi sejenis.

BAB III ELABORASI TEMA

Berisi kajian tentang pengertian tema, interpretasi dan keterkaitan tema dengan judul serta studi banding bangunan-bangunan yang menerapkan tema yang sama.

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

Berisi analisa kondisi lingkungan, analisa tata bangunan dan analisa fungsional (pemakai, program kegiatan dan kebutuhan ruang).

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Berisi konsep-konsep perancangan yang sesuai dengan tema lingkungan kajian digunakan dalam perancangan proyek tugas akhir ini.

BAB VI PERANCANGAN ARSITEKTUR

Berisi gambar-gambar site plan, ground plan, denah, tampak, potongan, rencana – rencana, detail, perspektif dan foto maket hasil perancangan.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi daftar pustaka yang digunakan sebagai sumber literatur dalam proses perencanaan dan perancangan proyek.


(19)

BAB 2


(20)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Terminologi Judul

Medan : Ibukota provinsi Sumatera Utara, tempat perancangan fasilitas ini. Athletic : Keolahragaan yang meliputi lari, lempar, lompat.

Arena : Tempat diadakannya suatu pertunjukan / pertandingan yang mampu menampung orang dalam jumlah yang cukup banyak2.

Medan Athletic Arena adalah fasilitas yang menjadi tempat kegiatan pertandingan Atletik di Kota Medan, baik untuk event nasional maupun internasional yang didalamnya tersedia wadah pusat pelatihan Atletik.

II.2. Tinjauan Umum Proyek

Tinjauan umum berisi pengertian atletik, cabang-cabang atletik dan persyaratan Arena atau gelanggang olahraga.

II.2.1 Pengertian Atletik

Atletik adalah induk segala cabang olahraga yang ada. Atletik berasal dari bahasa Yunani “Athlon” yang berarti kontes.3 Atletik adalah event asli dari Olimpiade pertama ditahun 776 sebelum Masehi dimana satu-satunya event adalah perlombaan lari atau stade. Ada beberapa “Games” yang digelar selama era klasik Eropa : Panhellenik Games The Pythian Game (dimulai 6 Sebelum Masehi) digelar di Argolid setiap dua tahun.The Isthmian Game (dimulai 523 Sebelum Masehi) digelar di Isthmus dari Corinth setiap dua tahThe Roman Games Berasal dari akar Yunani murni, Roman Games memakai perlombaan lari dan melempar. Bukannya berlomba kereta kuda dan bergulat seperti di Yunani, olahraga Etruscan memakai pertempuran galiatoral, yang juga sama-sama (527 Sebelum Masehi) digelar di Delphi tiap empat tahun. The Nemean Games (dimulai memakai panggung). Masyarakat lain menggemari kontes atletik, seperti bangsa Kelt,

2Hariyono, Rudi. dan Idel Antoni. 2005. Kamus Lengkap Inggris-Indonesia) 3


(21)

Teutonik, dan Goth yang juga digemari orang Roma. Tetapi, olahraga ini sering dihubungkan dengan pelatihan tempur. Di masa abad pertengahan anak seorang bangsawan akan dilatih dalam berlari, bertarung dan bergulat dan tambahan berkuda, memanah dan pelatihan senjata. Kontes antar rival dan sahabat sangat umum di arena resmi maupun tidak resmi.

Di abad 19 organisasi formal dari event modern dimulai. Ini termasuk dengan olahraga reguler dan latihan di rezim sekolahan. Royal Millitary College di Sandhurst mengklaim menggunakan ini pertamakali di tahun 1812 dan 1825 tetapi tanpa bukti nyata. Pertemuan yang paling tua diadakan di Shrewsbury, Shropshire di 1840 oleh Royal Shrewsbury School Hunt. Ada detail dari seri pertemuan tersebut yang ditulis 60 tahun kemudian oleh C.T Robinson dimana dia seorang murid disana pada tahun 1838 sampai 1841. Royal Military Academy dimana Woolwich menyelenggarakan sebuah kompetisi yang diorganisisr pada tahun 1849, tetapi seri reguler pertama dari pertemuan digelar di Exeter College, Oxford dari 1850.

Atletik modern biasanya diorganisir sekitar lari 400m di trek di hampir semua even yang ada. Acara lapangan (melompat dan melempar) biasanya memakai tempat didalam trek. Atletik termasuk didalam Olimpiade modern di tahun 1896 dan membentuk dasar-dasarnya kemudian Wanita pertamakali dibolehkan berpartisipasi di trek dan lapangan dalam event Olimpiade tahun 1928. Sebuah badan pengelola internasional dibentuk, IAAF dibentuk tahun 1912. IAAF menyelenggarakan beberapa kejuaraan dunia outdoor di tahun 1983. Ada beberapa pertandingan regional seperti kejuaraan Eropa, Pan-American Games dan Commonwealth Games. Sebagai tambahan ada sirkuit Liga Emas professional, diakumulasi dalam IAAF World Athletics Final dan kejuaraan dalam ruangan seperti World Indoor Championship. Olahraga tersebut memiliki profil tinggi selama kejuaraan besar, khususnya Olimpiade, tetapi yang lain kurang populer. Di Indonesia induk organisasi Atletik dinaungi oleh PB PASI (Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).

AAU (Amateur Athletic Union) adalah badan pengelola di Amerika Serikat sampai runtuh dibawah tekanan profesionalisme pada akhir tahun 1970. Sebuah badan baru bernama The Athletic Congress (TAC) dibentuk, dan akhirnya dinamai USA Track and Field (USATF atau USA T&F). Sebuah tambahan, organisasi dengan struktural yang lebih kecil, Road Runner Club of America (RRCA) juga ada di USA untuk mempromosikan balap jalanan. Di masa modern, atlet sekarang bisa menerima uang dari balapan, mengakhiri sebutan “amatirisme” yang ada sebelumnya.


(22)

A. Lintasan dan Lapangan Dalam Ruangan

Ada dua musim dalam lintasan dan lapangan. Ada musim indoor, selama musim dingin dan musim outdoor, digelar selama musim semi dan panas. Kebanyakan lintasan indoor adalah 200m dan terdiri dari empat atau enam jalur. Seringkali sebuah lintasan indoor memiliki belokan yang lurus untuk mengkompensasikan belokan yang ketat. Dalam lintasan indoor atlet berkompetisi sama dengan event lintasan di outdoor dengan pengecualian untuk lari 100m dan 110/100m haling rintang (diganti dengan sprint 60m dan 60 m hlang rintang di tingkat kebanyakan dan kadang 55m sprint dan 55m haling rintang di tingkat SMA) dan lari 10.000m, jalan cepat 300m, dan 400m haling rintang. Indoor juga mendapat tambahan lari 3000m yang normalnya pada tingkat kampus dan elit dibandingkan memakai 10.000m. marathon 5.000m adalah event lari jauh yang paling umum, walaupun ada situasi dengan jarak lebih jauh pernah dilombakan. Di medio abad 20, ada seri perlombaan duel di Madison Square Garden (New York) lintasan indoor, beberapa menampilkan dua orang berlomba marathon (26,2 mil). Tetapi, ini sangat jarang terjadi. Dalam keadaan tertentu, ada juga balapan 500m dibandingkan 400m yang ada normalnya di event outdoor, dan di kejuaraan kampus indoor dua-duanya dilombakan.

Di event lapangan, perlombaan indoor hanya menampilkan lompat tinggi, lompat galah, lompat jauh, lompat ganda dan menembak. Lembar lembing, lempar bola besi dan tolak peluru ditambahkan hanya untuk event outdoor, dimana normalnya tidak ada ruang yang cukup dalam stadion indoor pada perlombaan tersebut. Event unik dari perlombaan indoor (terutama di Amerika Utara) adalah lempar beban seberat 300, 600, 1000 dan 35 pon. Di Negara lain, terutama Norwegia, lompat jauh berdiri dan lompat tinggi berdiri juga dilombakan, bahkan di Kejuaraan Nasional untuk atlet multi-event ada Pentathlon untuk wanita (yaitu 60m halang rintang, lompat jauh, tolak peluru dan 800m) dan heptathlon untuk pria (yaitu 60m halang rintang, lompat jauh, tolak peluru, 60m lari, lompat galah dan 1000m lari) indoor. Untuk outdoor ada heptathlon untuk wanita dan decathlon untuk pria.

B. Lintasan dan Lapangan Luar Ruangan

Lintasan dan Lapangan luar ruangan biasanya dimulai dan diakhiri selama musim semi. Kebanyakan lintasan adalah berbentuk oval untuk keadaan 400m. Tetapi, beberapa lintasan tua berukuran 440 yard dimana ada beberapa lintasan yang tidak oval dan tidak 400m/440 yard karena keadaan geografis. Lintasan modern memakai permukaan yang dikaretkan, dan lintasan yang lebih tua memakai pasir atau kerikil. Lintasan normalnya memakai 6-10 jalur dan bisa termasuk sebuah jalur langkah dan selokan di salah satu


(23)

belokan. Jalur ini bisa ada di luar atau di dalam lintasan, membuat tikungan yang lebih sempit atau lebar. Sangat umum dimana lintasan itu akan mengelilingi sebuah lapangan bermain yang dipakai untuk American Football, sepak bola, atau lacrosse. Lapangan didalam ini biasanya dikenal dengan lapangan dalam dan permukaanya memakai rumput atau karpet buatan, dan tempat dimana tim menggelar kamping selama turnamen panjang. Tetapi lempar lembing, bola besi dan cakram biasanya dilombakan di luar lapangan di lapangan lain karena membutuhkan ruangan yang lebih luas, dan implementasinya mungkin bisa merusak lapangan yang dipakai atau lintasan.

II.2.2 Cabang-cabang Atletik

Ada variasi lain selain yang ditulis dibawah, tetapi lomba dengan panjang tidak biasa (contohnya 300m) dilangsungkan lebih jarang. Balapan yang tidak lazim biasanya digelar selama musim indoor karena lintasan 200m dalam ruangan. Dengan pengecualian lari mil, lomba berdasarkan jarak kerajaan jarang sekali digelar di lintasan sejak kebanyakan lintasan dirubah dari seperempat mil (402,3m) ke 400m. Hampir semua catatan rekor untuk jarak kerajaan tidak dilangsungkan kembali. Bagaimanapun, IAAF dalam buku rekornya masih memasukan rekor dunia mil (dipegang oleh Hicham El Guerroj dari Maroko dan Svetlana Masterkova dari Rusia untuk wanita) karena perbedaan signifikan yang mendunia.

A. Event Lintasan

Sprint: event yang termasuk 400m. Event yang umum adalah 60m (hanya didalam ruangan), 100m, 200m dan 400m.

 Jarak Menengah: event dari 800m sampai 3000m, 800m, 1500m, satu mil dan 3000m.

 Lari berintang – lomba (biasanya 300m) dimana pelarinya harus melewati rintangan seperti penghalang dan rintangan air.

 jarak Jauh: berlari diatas 5000 m. Biasanya 5000 m dan 10000 m. yang kurang lazim ialah 1, 6, 12, 24 jam perlombaan.

 Halang Rintang: 110 m halang rintang tinggi (100 m untuk wanita) dan 400 m haling rintang menengah (300 m di beberapa SMA).


(24)

 Estafet: 4 x 100m estafet, 4 x 400 m estafet , 4 x 200 m estafet , 4 x 800 m estafet , dll. Beberapa event, seperti estafet medley, jarang dilangsungkan kecuali estafet karnaval besar.

 Lari jalanan: dilangsungkan di jalanan terbuka, tapi biasanya diakhiri di lintasan. Event biasa adalah 5km, 10km, setengah marathon dan marathon.

 lomba jalan cepat event biasa adalah 10km, 20 km dan 50 km. B. Event lapangan

 Event melempar

- tolak peluru

- lempar peluru

- lempar lembing

- lempar cakram

 Event lompat

- lompat tinggi

- lompat galah

- lompat jauh

- lompat ganda

 Yang sangat tidak biasa

- lompat tinggi berdiri

- lompat jauh berdiri

- lompat ganda berdiri

C. Event ganda atau kombinasi

 Triathlon / Trilomba

 Pentathlon / Pancalomba

 Heptathlon


(25)

II.2.3 Persyaratan Sebuah Arena/Gelanggang

Berikut merupakan persyaratan-persyaratan yang harus ada pada sebuah arena/gelanggang.

A. Umum

Bangunan Gelanggang harus memenuhi ketentuan berikut:

1. Jarak pandang penonton terhadap suatu benda di lapangan minimal 90 m dari pusat lapangan, maksimal 190 m dari titik sudut lapangan, yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1. Jarak Pandang Penonton Pada Gelanggang

Keterangan :

R1 = Jarak pandang maksimal dari titik sudut lapangan, yaitu 190 m. R2 = Jarak pandang optimal dari titik sudut lapangan, yaitu 150 m. R3 = Jarak pandang optimal dari sudut lapangan 90 m.

2. Zona keamanan Gelanggang minimal 0,5 m2 x jumlah penonton yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 di bawah ini.


(26)

B. Klasifikasi

Gelanggang diklasifikasikan menurut Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Gelanggang

TIPE Kapasitas Penonton

A B C 30.000 – 50.000 10.000 – 30.000 5.000 – 10.000

Jumlah Lintasan lari

100 m

400 m

8 8 8

8 6 6

C. Geometri Gelanggang

Geometri Gelanggang harus memenuhi ketentuan berikut: 1. Untuk lapangan tengah

 Lapangan berbentuk empat persegi panjang

 Panjang lapangan ditentukan minimal 100 m, maksimal 110 m

 Lebar lapangan ditentukan minimal 64 m, maksimal 70 m

 Perbandingan antara lebar dan panjang lapangan ditentukan minimal 0,60 , maksimal 0,70

 Kemiringan permukaan lapangan ditentukan minimal 0,50 %, maksimal 1 % ke empat arah, yang dapat dilihat pada Gambar 2.3 di bawah ini.


(27)

Keterangan: L = 64 m – 70 m P = 100 m – 110 m a = 2 m

b = 3,50 m c = 11 m

2. Untuk lintasan atletik:

 Panjang lintasan harus diambil 400 m, mkasimal 400,03 m

 Panjang lintasan harus diukur dari garis imaginer yang terletak 30 cm dari sisi dalam kurb di dalam lintasan lari, lihat gambar 2.4

 Kemiringan lintasan pada arah memanjang (arah berlari) ditentukan 0 – 0,1 % dan pada arah melintang 0 – 1 %, yang dapat dilihatr pada Gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.4. Lintasan Atletik

 Lebar setiap lintasan ditentukan 122 cm

 Lengkung lintasan harus merupakan busur setengah lingkaran

 Panjang bagian lurus dari lintasan minimal 70 m, maksimal 80 m

 Kelengkapan photo finish berupa pipa saluran berikut kabel bawah tanah untuk mendeteksi pemenang lomba lari harus dibuat di bawah lintasan akhir atletik

 Lebar kurb maksimal 5 cm serta tidak mempunyai sudut yang tajam

 Lebar batas lintasan minimal 2,50 cm, maksimal 5 cm D. Orientasi lapangan

Lapangan harus berorientasi Utara - Selatan yang disesuaikan dengan letak geografis dari lokasi bangunan Gelanggang yang akan dibangun.


(28)

E. Fasilitas yang menunjang

Fasilitas penunjang harus memenuhi ketentuan berikut:

1. Ruang ganti atlit direncanakan untuk tipe A dan tipe B minimal 2 unit dan tipe C minimal 1 unit, dengan ketentuan berikut:

 Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada di bawah tempat-tempat duduk penonton

 Kelengkapan fasilitas tiap-tiap unit:

- toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci tangan, 4 buah peturasan dan 2 buah kakus

- ruang bilas pria dilengkapi minimal 9 buah shower

- ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi bangku panjang minimal 20 tempat duduk

- toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan 4 buah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin

- ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah 20 buah

- ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan benda-benda dan pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi bangku panjang minimal 20 tampat duduk

2. Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B minimal 1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan ketentuan, sebagai beriukut:

 Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui koridor yang berada di bawah tempat duduk penonton.

 Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal

- 1 buah bak cuci tangan

- 1 buah kakus

- 1 buah ruang bilas tertutup

- 1 buah raung simpan yang dilengkapi 2 buah tempat simpan dan bangku panjang 2 tempat duduk

 Ruang pijat direncankan untuk tipe A, B dan C minimal 12 m2 dan tipe C diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal buah tempat tidur, 1 buah cuci tangan dan 1 buah kulkas


(29)

 Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas dan direncanakan untuk tipe A, B, dan C minimal 1 unit yang dapat melayani 20.000 penonton dengan luas minimal 15 m2. Kelengkapannya minimal 1 tempat tidur untuk pemeriksaan, 1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah kakus yang mempunyai luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan pemeriksaan doping.

 Ruang pemanasan direncanakan untuk tipe A minimal 300 m2, tipe B minimal 81 m2 dan maksimal 196 m2, serta tipe C minimal 81 m2.

 Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang disesuaikan dengan alat latihan yang digunakan minimal 150 m2 untuk tipe A, 80m2 untuk tipe B dan tipe C diperbolehkan tanpa ruang latihan beban.

 Tempat duduk penonton direncanakan untuk tipe A, B dan C

- VIP, dibutuhkan lebar minimal 0,50 dan maksimal 0,60m, dengan ukuran panjang minimal 0,80 m dan maksimal 0,90 m.

- Biasa, dibutuhkan lebar minimal 0,40 m dan maksimal 0,50 m, dengan panjang minimal 0,80 m dan maksimal 0,90m.

 Toilet penonton direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan perbandingan penonton wanita dan pria adalah 1 : 4, yang penempatannya dipisahkan, fasilitas yang dibutuhkan minimal dilengkapi dengan:

- Jumlah kakus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 buah kakus untuk 200 penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus jongkok untuk 100 penonton wanita.

- Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan minimal 1 buah untuk 1 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100 penonton wanita

- Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100 penonton pria.

 Kantor pengelola lapangan tipe A dan B direncanakan, sebagai berikut:

- Dapat menampung minimal 10 orang, maksimal 15 orang dan tipe C minimal 5 orang dengan luas yang dibutuhkan minimal 5 m2 untuk tiap orang.

- Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan, petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing membutuhkan luas minimal 15 m2, untuk tipe C diperbolehkan tanpa ruang-ruang tersebut.


(30)

 Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat olahraga dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan atau alat olahraga yang digunakan.

- Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2 dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan.

- Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2 dan 20 m2 untuk gudang alat kebersihan.

- Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 20 m2 dan 9 m2 untuk gudang alat kebersihan.

 Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakkan dengan ruang staf teknik

 Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas ruang sesuai kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi mesin tidak menimbulkan bunyi bisisng yang mengganggu ruang arena dan penonton.

 Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C diperbolhkan tanpa ruangan kantin.

 Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe C

diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan.

 Tiket box direncanakan untuk tipe A dan B sesuai kapasitas penonton

 Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C, sebagai berikut:

- Lokasi harus berada di tribun barat

- Lokasi pengambilan foto harus berada di parit belakang gawang

- Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film

- Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex, sedangkan untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon dan telex.

- Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1 unit terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan

 Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk tempat wawancara khusus atau menerima tamu khusus

 Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut:

- Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian kendaraaan umum menuju pintu masuk stadion 1500 m.

- 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal untuk 4 orang pengunjung pada saat jam sibuk.


(31)

 Toilet penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B sedangkan untuk tipe C diperbolehkan tanpa toilet penyandang cacat, fasilitas yang dibutuhkan minimal, sebagai berikut:

- 1 unit yang terdiri dari 1 buah kakus, 1 peturasan, 1 buah bak cuci untuk pria dan 1 buah kakus duduk serta 1 buah bak cuci tangan untuk wanita.

- Toilet untuk pria harus dipisahkan dari toilet untuk wanita

- Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakkan di depan dan di samping kakus duduk setinggi 80 cm

 Jalur sirkulasi untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

- Tanjakan harus mempunyai kemiringan 8%, pankangnya maksimal 10 m

- Pada ujung tanjakan harus disediakan bagian datar minimal 180 cm.

- Permukaan lantai selasar tidak boleh licin, harus terbuat dari bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air

- Selasar harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran 180°.

F. Kompartemenisasi dan Tempat Duduk Penonton

Kompartemenisasi penonton dan tempat duduk penonton di tribun harus memenuhi ketentuan berikut :

 Daerah penonton harus dibagi dalam kompartemen yang masing-masing

menampung penonton minimal 2000 orang, maksimal 3000 orang.

 Antar dua kompartemen yang bersebelahan harus dipisahkan dengan pagar permanen trasnparan setinggi minimal 1,2 m, maskimal 2,0 m.

 Antara dua gang maksimal 48 tempat duduk, lihat Gambar 2.5

 Antara gang dengan dinding atau pagar maksimal 24 tempat duduk, lihat Gambar 2.5.

 Antara gang dengan gang utama maksimal 72 tempat duduk, lihat Gambar 2.5


(32)

P = tanjakan 0,15 m – 0,17 m L = injakan 0,28m – 0,30m

 Harus dihindari terbentuknya perempatan.

 Kapasitas yang disesuaikan dengan daya tampung penonton dalam 1 sektor atau kompartemen

 Tidak boleh ada kolong di bawah tempat duduk

 Garis pandangan agar seorang penonton tidak terhalang pandangan oleh penonton didepannya ditentukan 12 cm, lihat Gambar 2.6

Gambar 2.6. Garis Pandang Penonton

Untuk meningkatkan garis pandangan, sudut dasar tribun dapat dibuat dalam 2 atau lebih dengan sudut yang lebih besar yang didasarkan pada perhitungan injakan dan tanjakan yang digunakan lihat Gambat 2.7.

Gambar 2.7. Injakan dan Tanjakan pada Tribun

Tribun Dengan Lebih Dari Satu Macam

 Tribun dapat dibuat bertingkat, bila jarak pandang melebihi batas optimal, lihat gambar 2.8 dan gambar 2.9


(33)

Gambar 2.9. Kontrol dan Arah Pandang Vertikal

 Tribun khusus untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan berikut:

- Diletakkan di bagian depan atau paling belakang dari tribun penonton

- Lebar tribun untuk kursi roda minimal 1,40 m ditambah selasar dengan lebar minimal 0,90 m.

G. Pemisahan Lapangan dan Penonton

Lapangan dan daerah penonton, harus dipisahkan dengan pagar atau parit, atau kombinasi pagar dan parit.

Pemisah harus memenuhi ketentuan berikut:

 Untuk pemisah antara lapangan dengan daerah penonton

- Jarak minimal antara daerah penonton dengan batas lintasan atletik terluar harus diambil zoba bebas minimal 3 m, maksimal m, dimana lebar 1 m dari lintasan atletik harus benar-benar bebas terhadap perletakan barang dan peralatan.

- Diantara jarak 5.00 m di atas, bisa digunakan untuk tempat pemain cadangan dan parit pembatas.

- Lebar parit pembatas minimal 2,40 m

- Untuk pemisah antara kompartemen

- Searah dengan deretan kursi atau bangku minimal 1,20 m

- Disamping atau tegak lurus deretan tempat duduk minmal 1,20 m, maskimal 1,80 m.


(34)

H. Sirkulasi Pengunjung

Penonton, atlet, pelatih dan pengelola harus mempunyai jalur sirkulasi terpisah.

I. Tangga

Tangga harus memenuhi ketentuan berikut :

 Jumlah anak tangga minimal 3 buah, maksimal 16 buah, bila anak tangga diambil lebih besar dari 16, harus diberi bordes dan anak tangga berikutnya harus berbelok terhadap anak tangga dibawahnya

 Lebar tangga minimal 1,10 m, maksimal 1,80 m, bila lebar tangga diambil lebih besar dari 1,80 m, harus diberi pagar pemisah pada tengah bentang.

 Tinggi tanjakan tangga minimal diambil 15 cm, maksimal 17 cm dengan lebar injakan tangga minimal diambil 28 cm, maksimal 30 cm.

 Untuk menunggu antrian sebelum dan sesudah tangga harus diberi ruang khusus dengan panjang minimal 3 m.

 Tangga khusus untuk penyandang cacat yang menggunakan tongkat harus memenuhi ketentuan berikut:

- Pegangan tangga harus oval atau bulat dengan jarak 4 cm dari pegangan tangga sampai dinding, disediakan dua pegangan tangga yang mempunyai ketinggian 80 cm untuk orang dewasa dan 45 cm untuk anak-anak

- Ukuran anak tangga maksimal 15 cm dan lebarnya minimal 28 cm.

- Setiap maksimal 6 anak tangga harus disediakan bagian datar yang diperlebar minimal 2 kali bagian injakan anak tangga

- Warna bidang tegak anak tangga harus dibedakan dengan warna bidang datar (injakan)

- Jalan yang dilalui tidak boleh mempunyai ruang di bawah tanga yang terbuka dengan tinggi minimal 2,00 m.

J. Ramp

Kemiringan ramp harus diambil maksimal 8%. Khusus untuk penyandang cacat:

 Panjang ramp maksimal 10 m, bila lebih dari 10 m, tanjakan harus dibagi dalam beberapa bagian dan antara dua bagian ramp harus disediakan bagian yang datar.


(35)

K. Koridor/Selasar

Lebar koridor harus diambil minimal 1,10m, dan untuk koridor utama minimal 3,00 Koridor khusus untuk penyandang cacat :

 Permukaan lantai tidak boleh licin, harus terbuat dari bahan yang keras dan tidak boleh ada genangan air

 Untuk dua kursi roda berpapasan, lebar minimal 1,80 m.

 Koridor harus cukup lebar untuk kursi roda melakukan putaran 180o

 Perbedaan tinggi antara akhir koridor dengan lantai atau jalan maksimal 1,50 cm L. Pintu

Pintu stadion harus memenuhi ketentuan berikut:

 Lebar bukaan pintu minimal 1,1 m

 Lebar pintu total harus mampu menampung luapan arus pengunjung dalam waktu maksimal 5 menit, dengan perhitungan setiap lebar 55 cm bukaan untuk 40 orang/menit.

 Jarak satu pintu dengan lainnya maksimal 25 m

 Jarak antara pintu dengan setiap tempat duduk maksimal 20 m

 Pintu harus terbuka ke luar

 Pintu dorong tidak boleh digunakan

 Bukaan pintu khusus untuk penyandang cacat harus memenuhi ketentuan berikut:

 Lebar bukaan pintu minimal 90 cm

 Pada pintu biasa tinggi pegangan pintu 90 cm

Untuk mengatasi keadaan darurat harus tersedia minimal 2 buah pintu darurat. Lebar minimum pintu keluar dapat di lihat pada Tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2. Lebar Minimum Pintu Keluar

jumlah ( orang) total lebar minimum pintu keluar (m)

> 200 2,2

201 - 300 2,4

301 - 400 2,8


(36)

Untuk pertolongan pertama pada penonton diperlukan ruang penanganan dan istirahat 15 m2, gudang 2 m2, dan 2 toilet (Data Arsitek).

M. Tata Cahaya

Perencanaan tata cahaya didasarkan atas :

 Tingkat pencahayaan stadion

- Untuk latihan dibutuhkan minimal 100 lux

- Untuk pertandingan dibutuhkan minimal 300 lux

- Untuk pengambilan video dan audio dokumentasi dibutuhkan minimal 1000 lux

 Bila posisi cahaya diletakkan di dalam stadion, maka penempatan sumber cahaya, dapat dilihat pada gambar 2.10 sebagai berikut:

1) Penempatan sumber cahaya di ke empat sudut lapangan

 Dari titik tengah posisi penjaga gawang minimal membentuk sudut 10, maksimal 25o.

 Dari titik tengah sisi memanjang membentuk sudut 5o

Gambar 2.10 Sumber Cahaya

501 - 750 4,8

751 - 1000 6,4

1001 - 2000 14,4

2001 - 3000 20,8

Sumber cahaya


(37)

 Tinggi tiang lampu t merupakan fungsi dari jarak d dengan membentuk sudut 25o

2) Penempatan sumber cahaya di lisplang atap stadion atau di atap stadion diletakkan berderet

3) Bila posisi sumber cahaya diletakkan di luar stadion, maka penempatan sumber cahaya harus memenuhi ketentuan jarak antar 2 tiang lampu, yang berada di tengah sisi memanjang minimal 55 m, maksimal 60 m 4) Bila menggunakan tata cahaya buatan harus disediakan generator set

yang mempunyai kapasitas daya minimal 60% dari daya terpasang. Generator set harus dapat bekerja maksimal 10 detik pada saat aliran PLN padam.

N. Tata Suara

Tingkat kebisingan maksimal yang diproduksi oleh kegiatan stadion yang diizinkan ditentukan sebesar 75 desibel.

O. Tata Udara

Ventilasi pada ruang fasilitas pemain harus memenuhi ketentuan berikut:

 Jika menggunakan ventilasi alami, luas bukaan yang berada di dua dinding yang berhadapan minimal 6% dari luas lantai.

 Jika menggunakan ventilasi buatan, volume pergantian udara minimal 10 m2/jam/orang

P. Drainase

Ukuran atau dimensi drainase harus didasarkan pada ketentuan, bahwa lapangan harus dapat menyerap dan mengeringkan air hujan dengan curah 10,8 mm/m2 dalam waktu 90 menit atau perkolasi 120 liter/detik/ha dalam waktu 15 menit, sehingga diperlukan minimal satu lubang drainase dengan diameter 1 inci setiap 25m2 permukaan lapangan.


(38)

II.3. Tinjauan Lokasi

II.3.1. Deskripsi Proyek

Proyek ini merupakan Proyek dengan fungsi sebagai tempat latihan dan pertandingan olahraga atletik di Medan. Berdasarkan pengertian diatas, maka Medan Athletic Arena adalah suatu bangunan atau kelompok bangunan yang merupakan tempat aktifitas pertandingan dan latihan, khususnya untuk cabang olahraga atletik dengan tujuan untuk meningkatkan prestasi cabang atletik di Indonesia umumnya dan Medan khususnya

Berdasarkan RUTRK (Rencana umum tata ruang kota), wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Medan ditetapkan menjadi 5 wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP). Potensi pengembangan wilayah kota Medan dapat dilihat dalam tabel 2.3 di bawah ini.

Tabel 2.3 Potensi Pengembangan Kota Medan

WPP KECAMATAN PUSAT PENGEMBANGA N PERUNTUKA N WILAYAH PROGRAM KEGIATAN PEMBANGUNA N A Medan Belawan Medan Marelan Medan Labuhan Belawan Pelabuhan Industri Permukiman Rekreasi Maritim Jalan, baru, jaringan air minum, septic tank, saran pendidikan dan permukiman.

B Medan Deli Tanjung Mulia

Perkantoran Perdagangan Rekreasi Indoor Permukiman Jalan, baru, jaringan air minum, pembuangan sampah, sarana pendidikan. C Medan Timur Medan Perjuangan Medan Tembung Aksara Permukiman Perdagangan Rekreasi Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen,


(39)

Medan Area Medan Denai Medan Amplas sarana pendidikan dan kesehatan. D Medan Johor Medan Baru Medan Kota Medan Maimoon Medan Polonia Pusat Kota CBD Pusat Pemerintahan Hutan Kota Pusat Pendidikan Perkantoran Rekreasi Indoor Permukiman Perumahan permanen, pembuangan sampah, sarana pendidikan. E Medan Barat Medan Helvetia Medan Petisah Medan Sunggal Medan Selayang Medan Tuntungan Sei Sikambing Permukiman Perkantoran Perdagangan Konservasi Rekreasi Lapangan Golf Hutan Kota Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Sumber : RUTRK Medan

II.3.2. Lokasi

II.3.2.a Tinjauan Pemilihan Kota Medan

Pemilihan lokasi kota Medan untuk Medan Athletic Arena:

 Medan merupakan kota menuju metropolitan, kota terbesar ke-3 di Indonesia, dan ibukota Propinsi Sumatera Utara, sehingga menjadikannya pusat kegiatan di Sumatera Utara.

 Adanya fasilitas bandara taraf internasional sehingga menyebabkan seiringnys dikunjungi wisatawan mancanegara.

 Adanya transportasi darat yang baik menuju kota Medan.


(40)

II.3.2.b. Kriteria Pemilihan Lokasi

Kota Medan dijadikan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internacional. Untuk itu diperlukan pemilihan lokasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek ini. Kriteria pemilihan lokasinya dapat dilihat pada tabel 2.4 di bawah ini.

Tabel 2.4 Kriteria Pemilihan Lokasi

No Kriteria Lokasi

1. Tinjauan terhadap struktur kota

Berada di kawasan yang mendukung kegiatan yang dilakukan, dekat dengan pusat pendidikan dan pemukiman

2. Pencapaian

Dapat diakses dari seluruh penjuru kota, baik angkutan umum maupun pribadi Oleh karena itu bangunan diusahakan masih dapat terlihat dari bagian jalan tertentu

3. Area pelayanan

Berdasarkan RUTRK tentang Konsep Pola Hierarki Fasilitas Pelayanan Kota adalah antara 2-3 km. Adapun kriteria untuk area pelayanannya yaitu merupakan lingkungan permukiman dan pendidikan

4. Persyaratan lain

Tanah milik pemerintah atau pribadi. Tersedia jaringan utilitas


(41)

II.3.3. Analisa Pemilihan Lokasi

Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada Gambar 2.11dibawah ini:

Kelebihan :

 Berada pada jalan arteri primer, yaitu JL. Setia Budi dan JL. Ngumban Surbakti yang merupakan Ring Road

 Berada di pusat kota

WPP D

Pusat Bisnis(CBD), pusat pemerintahan, perumahan, hutan kota dan pusat pendidikan WPP E Perumahan, perkantoran, konservasi, sarana pendidikan dan kesehatan WPP A Merupakan Kawasan Pelabuhan, industri, pergudangan dan permukiman WPP B Merupakan kawasan perkantoran dan perdagangan WPP C Merupakan kawasan pemukiman,pendidikan,re kreasi, dan perdagangan

Alternatif 1

Lokasi ini berada di JL.Setia Budi Kec. Medan Baru dan berada di WPP D Luas Site ± 5,2 Ha

Peta Alternafif lokasinya dapat dilihat pada gambar 2.12 di samping.

Batas-batas site :

Utara : JL. Setia Budi dan pemukiman Selatan : JL. Ngumban Surbakti 2 Timur : JL. Ngumban Surbakti Barat : JL. Ngumban Surbakti 2

Gambar. 2.11.Peta Pembagian Wilayah Medan

Gambar. 2.12.Peta Alternatif Lokasi


(42)

 Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site.

 Memiliki akses pejalan kaki yang besar

 Memiliki utilitas yang baik

 Berada di kawasan pemukiman penduduk. Kekurangan :

 Merupakan daerah persimpangan lampu merah

Kelebihan :

 Berada pada jalan arteri primer, yaitu JL. A. H. Nasution

 Berada di pusat kota

 Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site

 Memiliki utilitas yang baik

 Berada di kawasan wisata kota Kekurangan :

 Berbatasan dengan sungai Babura

 Memiliki arus lalu lintas yang lumayan padat pada jam-jam kerja

Alternatif 2

Lokasi ini berada di JL.A. H Nasution Kec. Medan Johor dan berada di WPP D Luas Site ± 4,6 Ha

Peta Alternafif lokasinya dapat dilihat pada gambar 2.13 di samping.

Batas-batas site :

Utara : Pemukiman Penduduk Selatan : Jl. A. H. Nasution Timur : Pemukiman Penduduk Barat : Pemukiman Penduduk

Gambar. 2.13.Peta Alternatif Lokasi


(43)

Kelebihan :

 Berada pada jalan arteri primer, yaitu JL.Putri Hijau

 Berada di pusat kota

 Pencapaian mudah karena banyak angkutan umum yang melewati site

 Merupakan jalur one way (satu arah) di JL.Putri Hijau dan JL.Putri Merak Jingga

 Memiliki utilitas yang baik

 Berdekatan dengan hotel JW Mariot, Stasiun TVRI, Deli plaza, lap.Merdeka

 Berada di kawasan wisata kota

 Memilki akses pejalan kaki yang besar dan baik Kekurangan:

 Berdekatan dengan jalur kereta api.

Alternatif 3

Lokasi ini berada di JL.Putri Hijau Kec. Medan Barat dan berada di WPP E Luas Site ± 4,2 Ha

Peta Alternafif lokasinya dapat dilihat pada gambar 2.14 di samping.

Batas-batas site :

Utara :JL.Putri Hijau II, kantor BTPN, bangunan komersil & pemukiman. Selatan : Jalan Kecil, Kantor Polisi, pemukiman

Timur : JL.Putri Merak Jingga, bangunan komersil

Barat : JL.Putri Hijau, RSU Tembakau Deli.

f

Gambar. 2.14.Peta Alternatif Lokasi


(44)

II.3.4 Penilaian Alternatif Lokasi

Penilaian alternafif lokasi dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.

Kriteria Lokasi

Jl. Setia Budi JL. A. H. Nasution JL. Putri Hijau

Luas lahan 5,2 Ha 4,6 Ha 4,2 Ha

Tingkatan Jalan Jalan Arteri Primer Jalan Arteri Primer Jalan Arteri Primer Pencapaian ke Lokasi Mudah karena dapat

diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum,

berdekatan dengan bandara Polonia

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum,

berdekatan dengan stasiun kereta api

Mudah karena dapat diakses dari segala penjuru Medan baik dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum,

berdekatan dengan stasiun kereta api

Jangkauan terhadap Struktur kota

Kawasan pemukiman, perdagangan, perkantoran, pendidikan dan sosial

Kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi, pemukiman Kawasan perdagangan, pemukiman, social, pendidikan rekreasi, perkantoran

Fungsi Pendukung sekitar lokasi

Pemukiman, rumah sakit, mesjid, sekolah,

perkantoran, bangunan komersil.

Bangunan komersil, perdagangan, Perkantoran , , pemukiman.

Bangunan komersil, pemukiman, rumah sakit, hotel, mall, universitas, stasiun TVRI

Fungsi eksisting Pemukiman penduduk Lahan kosong Lahan kosong dan beberapa rumah yang tidak ditingali

Kontur Realtif datar Realtif datar Realtif datar Pengenalan Entrance  Baik

 Berada di

persimpangan jalan arteri primer

 Di apit 3 jalan arteri

 Baik  Baik

 Berada di persimpangan jalan arteri primer

Peringkat 2 2 1


(45)

Kriteria lahan untuk menetukan lokasi dapat dilihat pada tabel 2.6 di bawah ini.

No Kriteria Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

Jl. Setia budi JL. A. Haris Nasution

JL. Putri Hijau

1. Kawasan inti dari pusat pertunjukan dan galeri yang sudah ada

+++ ++ ++

2. Tingkat kenyamanan +++ ++ ++

3. Aksesbilitas

Kenderaan pribadi +++ +++ +++

Kenderaan umum +++ +++ +++

Pejalan kaki +++ +++ +++

4. Fasilitas pendukung

Pusat perbelanjaan ++ ++ +++

Hotel +++ +++ +++

Permukiman +++ +++ ++

Rumah makan +++ +++ +++

Sarana dan prasarana (radius 500 m) +++ +++ +++

5. Kesesuaian dengan RUTRK Medan +++ +++ +++

Jumlah 32 + 30+ 30+

Maka berdasarkan kriteria diatas dapat diambil kesimpulan bahwa lokasi yang tepat untuk Medan Athletic Arena adalah alternatif lokasi 1 yang terletak di jalan Setia Budi.


(46)

II.3.4. Deskripsi Lokasi Sebagai Tapak Rancangan

Berikut ini merupakan deskripsi lokasi sebagai tapak pada perancangan Medan Athletic Arena. Peta existing dapat dilihat pada Gambar 2.15 di bawah ini.

site


(47)

II.3.5. Deskripsi Kondisi Eksisting

 Kasus Proyek : Medan Athletic Arena

 Status Proyek : Fiktif

 Pemilik Proyek : KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia)

 Lokasi Tapak : Jln. Setia Budi, Kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan

 Batas-batas site

- Batas Utara : JL. Setia budi

- Batas Timur : JL. Ngumban Surbakti

- Batas Selatan : JL. Ngumban Surbakti 2

- Batas Barat : JL. Ngumban Surbakti 2

 Luas Lahan : + 5,2 Ha (+ 52.000 m2)

 Kontur : Datar

 KDB : 60 %

 KLB : 3-5 lantai

 GSB

- Jln. Setia Budi : 7,5 meter

- Jln. Ngumban Surbakti : 10 meter

- Jln. Ngumban Surbakti 2 : 5 meter

 Bangunan Eksisting : lahan kosong dan pemukiman

 Potensi Lahan :

- Terletak tidak jauh kota

- Jalan utama merupakan Ring Road

- Berada pada kawasan komersil dan pemukiman

- Transportasi lancar dan baik

- Luas site mendukung + 5, 2 Ha


(48)

II.4. Tinjauan Fungsi

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

II.4.1.1. Pengguna

Pengguna gelanggang atletik ini terdiri dari beberapa kelompok, yaitu: atlet dan pelatih, pengurus ikatan olahraga atletik PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia), pengunjung, pengelola, dan servis.

Pengunjung secara umum dapat dibedakan menjadi:

- Pengunjung yang menonton pertandingan

- Pengunjung yang menonton latihan

Dari segi kuantitas, pengunjung dapat dibedakan menjadi:

- Pengunjung yang datang secara individu (biasanya menggunakan kendaraan umum maupun kendaraan pribadi)

- Pengunjung yang datang secara berombongan (biasanya menggunakan bus)

II.4.1.2. Kegiatan

A. Kegiatan utama

 Olahraga, meliputi :

- Pelatihan Atletik

- Pertandingan

- Pertandingan dilakukan secara berkala, sesuai federasi olahraga yang menaungi, maupun KONI.

 Rekreatif

- Menonton pertandingan dan latihan.

B. Kegiatan pendukung

 Kegiatan pendukung pada fasilitas ini berupa :

- Toko Olahraga : menjual barang-barang olahraga khususnya perlengkapan atletik


(49)

- Ruang pertemuan : tempat diadakan pertemuan antar pejabat di bidang olahraga, undangan dan wartawan.

II.4.2. Deskripsi Kebutuhan ruang

Deskripsi kebutuhan ruang dapat dilihat pada tabel 2.7 di bawah ini.

Tabel 2.7 Kebutuhan Ruang

- Ruang Pemanasan

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Atlet Pemanasan Ruang pemanasan

2 Atlet Berganti pakaian, mandi, Ruang ganti atlet

3 Atlet Menyimpan barang Ruang locker

4 Atlet Membersihkan diri Toilet atlet

- Ruang Pertandingan

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Atlet, manajer, wasit Bertanding Lapangan dan lintasan atletik

2 Atlet Mengganti pakaian Ruang ganti

3 Atlet Istirahat Ruang istirahat

4 Atlet Menyimpan barang Ruang locker

5 Atlet Pemanasan Ruang pemanasan

6 Wartawan Meliput pertandingan Ruang pers dan media

7 Wasit Istirahat, berdiskusi Ruang wasit

8 Wasit Berganti pakaian, mandi, Ruang ganti wasit

9 Atlet, pegawai Memeriksa kesehatan atlet Ruang pemeriksaan kesehatan 10 Atlet, pelatih,

pegawai

Memberi pertolongan

pertama kepada atlet Ruang p3k

11 Pegawai Menyimpan peralatan Gudang

12 Pegawai Menyimpan peralatan Janitor room

13 Pengunjung Menonton pertandingan /


(50)

14 Pengunjung Membersihkan diri Toilet pengunjung

- Hall

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Pengunjung, atlet, pelatih,

pegawai Menunggu Lobby

2 Pengunjung, pegawai Menjual / membeli

tiket Ticket box

3 Pegawai Menjaga keamanan Ruang security

4 Pengunjung, pegawai Menanyakan /

memberikan informasi Information desk

- Ruang Pengelola

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Manager Mengurus administrasi Ruang manager

2 Ass manager Mengurus administrasi Ruang ass manager

3 Pegawai Mengurus administrasi Ruang kerja

4 Pegawai Rapat Ruang rapat

5 Pegawai, pengunjung Menunggu Ruang tunggu

6 Pegawai Istirahat Ruang pegawai

7 Pegawai Berganti pakaian Ruang ganti pegawai

8 Pegawai Membersihkan diri Km / toilet

9 Pegawai Menyiapkan

makanan/minuman Dapur

- Ruang Kegiatan Pendukung 1. Ruang pertemuan serbaguna

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Pegawai, wartawan, pelatih, atlet Rapat Ruang press confrens

2 Pegawai, wartawan, pelatih, atlet Menunggu Ruang tunggu


(51)

4 Pegawai, wartawan, pelatih, atlet Membersihkan diri Km / toilet

5 Pegawai Menyimpan peralatan Ruang peralatan

2. Toko olahraga

1 Pegawai, pengunjung Memilih barang yang

akan dibeli Display

2 Pegawai, pengunjung Membayar Kasir

3 Pegawai Menyimpn peralatan Gudang

- Ruang Utilitas

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Pegawai Mengoperasikan genset Ruang mesin

2 Pegawai Mengoperasikan pompa

air Ruang pompa

3 Pegawai Membuang/mengangkut

sampah Ruang sampah

4 Pegawai Mengawasi elekrikal

bangunan Ruang panel

5 Pegawai Mengawasi melalui cctv Ruang cctv

6 Pegawai Mengoperasikan sound

system & pabx Ruang pabx & sound system

7 Pegawai Pusat kontrol utilitas

bangunan Ruang kontrol

8 Pegawai Menyimpan peralatan Gudang

9 Pegawai Mengawasi persediaan

air Water reservoir

- Kebutuhan Ruang Luar

No Pengguna Jenis kegiatan Kebutuhan ruang

1 Pengunjung Memarkirkan

kendaraan Parkir pengunjung

2 Pegawai Memarkirkan


(52)

3 Pengelola Memarkirkan

kendaraan Parkir pengelola

4 Atlet, pelatih Latihan Area latihan outdoor

5 Pegawai Menjaga keamanan Pos jaga

II.5 Studi Banding Arsitektur yang Memiliki Fungsi Sejenis

II.5.1. Stuttgart Stadion

Stadion Stuttgart merupakan stadion sepakbola yang merupakan markas club sepakbola FC Stuttgart yang memiliki kapasitas penonton 48.000 orang setelah mengalami pemugaran. Sebelumnya stadion yang dibangun tahun 1933 telah banyak mengadakan event-event besar seperti kejuaraan atletik sedunia dan piala dunia 2006 dapat menampung penonton sekitar 100.000 orang.

Pada stadion ini terdapat lintasan atletik sehingga selain mengadakan pertandingan sepakbola stadion ini juga mengadakan banyak pertandingan atletik baik yang bertaraf internasional maupun lokal. Gambar mengenai exterior stadion Stuttgart dapat dilihat pada gambar 2.16 di bawah ini. Gambar lintasan dan lapangannya dapat dilihat pada hgambar 2.17 di bawah ini.

Pada atap stadion ini menggunakan bahan membran yang merupakan bahan atap yang sangat ringan sehingga struktur atap tidak banyak memikul beban yang disebabkan penutup atap. Pada gambar 2.18 dapat dilihat pada potongan terlihat struktur atap dan struktur bangunan terpisah sehingga dimensi kolom yang digunakan tidak terlalu besar ukurannya. Gambar potongan struktur atap dan tribun dapat dilihat pada gambar 2.18 di bawah ini. Gamabr detail atap membran dapat dilihat pada gamabar 2.19 di bawah ini.


(53)

Pembagian zoning ruang dalam pada stadion ini sangaat baik hal itu dapat dilihat pada gambar 2.18 yang membagi zoning tribun penonton berdasarkan view ke lapangan dari yang sangat baik hingga yang kurang baik, sehingga terjadi pembagian kelas tempat duduk dari yang kelas standart hingga kelas VIP. Juga pembagian yang jelas pada ruangan dibawah tribun penonton sangat jelasnya sirkulasi baik vertikal dan horizontal dapat dilihat pada gambar 2.20 dan gambar 2..21 dibawah ini.

Gambar. 2.18 Potongan Struktur atap dan tribun Gambar. 2.19. Detil atap membran


(54)

Interpretasi saya yaitu bentukan stadion yang elips terbentuk akibat lintasan atletik yang merupakan bentukan yang banyak dijumpai pada stadion karena bentukan dari lapangan yang memanjang serta lintasan yang berbentuk elips hal ini terjadi untuk pemaksimalan view penonton ke lapangan. Penggunaan material membran pada penutup atap membuat stadion ini terlihat lebih menarik tetapi hanya dapat dinikmati dari atas.

II.5.2. Stadion Utama Gelora Bung Karno

Stadion Utama Gelora Bung Karno berlokasi di Senayan, Jakarta selesai dibangun dan diresmikan pemakaiannya pada 21 juli 1962 memiliki kapasitas penonton 110.000 penonton dan menduduki peringkat ketiga stadion terbesar di Asia. Bangunan stadion utama terdiri dari sumbu pendek dan membentang dari timur ke barat sepanjang 325 meter, dan sumbu panjang membentang dari utara ke selatan sepanjang 354 meter. Dimensi tersebut membentuk stadion yang berbentuk oval. Bagian dalamnya terdapat lapangan berukuran 105 x 70 meter, berikut lintasan atletik berbentuk elips, dengan sumbu panjang 176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter. Berikut merupakan gamabar denah penzoningan tribun dan struktur stadion utama bung karno.


(55)

Struktur utama bangunan ini sendiri dibagi menjadi 12 ring. Dengan atap pada tribun sepanjang 48 meter yang hanya disanggah oleh kolom miring ditepi bangunan. Inilah yang menciptakan struktur khas bangunan stadion utama tersebut. Tetapi stadion ini memiliki permasalahan pada atap karena terlalu panjang maka pada tepi sisi dalam atap mengalami pelendutan dan hal itu diatasi dengan penambahan struktur temu gelang berbentuk oval pada tepi atap tersebut. Gambar exterior stadion utama bung karno dapat dilihat pada gambar 2.22 di bawah ini.

Interpetasi saya hampir sama dengan dengan stadion Stuttgart diatas, yang membedakan ekspose struktur atap dan penggabungan struktur atap dengan tribun membuat stadion ini lebih kelihatan lebih estetis.

II.5.3. Stadion Madya Tenggarong

Lokasi : Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur

Luas Lahan : 4,2 hektar

Luas Bangunan : 34.467 m2

Kapasitas : 25.000 penonton (stadion madya)

Stadion madya tenggarong ini hanya memiliki dua tribun yaitu pada sisi barat dan timur. Stadion ini dibangun untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) ke XVII yang merupakan komplek olahraga terpadu yang dibangun diatas lahan 70 hektar dan menjadi sebuah landmark kompleks tersebut. Stadion ini juga memiliki kelebihan yaitu penggunaan atap berbahan membran pertama di Indonesia. Gambar tampak samping stadion Madya dapat dilihat pada gambar 2.23 di bawah ini.

Gambar. 2.22 Eksterior Stadion Utama Bung Karno


(56)

Pengunaan Struktur atap Arch Space truss dan penutup atap membran pada stadion madya dapat dilihat pada Gambar. 2.24 di bawah ini.

Interpretasi saya bangunan ini lebih estetis karena bentukan yang tidak monoton, tampak yang berbeda pada dua sisinya berbeda dengan dua studi banding diatas dan juga pengekposan struktur atap dapat dirasakan baik didalam maupun di luar stadion.

Gambar. 2.23 Tampak samping Stadion Madya

Gambar. 2.24 Pengunaan Struktur atap Arch Space truss dan penutup atap membran


(57)

BAB 3


(58)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1 Struktur Sebagai Elemen Estetika

III.1.1 Pengertian Struktur

Struktur adalah sarana untuk menyalurkan beban yang diakibatkan penggunaan dan atau kehadiran bangunan diatas tanah sehingga memungkinkan bangunan berdiri kokoh. Pengertian struktur pada bangunan, dapat dimiripkan dengan tulang-tulang pada rangka manusia. Dengan adanya tulang rangka itulah maka badan manusia bisa tegak berdiri dan berfungsi menjalankan pekerjaannya dengan sempurna.

III.1.2 Pengertian Elemen

Elemen adalah bagian dari suatu kesatuan yang tidak akan memiliki fungsi jika terpisah dari suatu kesatuan tersebut.

III.1.3 Pengertian Estetika

Estetika berasal dari bahasa Yunani yaitu Aisthesis yaitu cabang filsafat yang membahas mengenai keindahan baik rasa, kaidah, maupun sifat hakiki dari keindahan. Cara menguji keindahan tersebut dengan perasaan dan pikiran manusia, pengaruh lingkungan dan tradisi atas penilaian dan apresiasi sebagai suatu kategori yang terpisahkan dari logika dan etika.

Menurut Webstus New School dan Office Dictionarys Acsthetios yaitu ilmu atau teori dari keindahan berada dalam perasaan ataupun suatu seni. Jadi dari penjabaran diatas dapat disimpulkan Estetika merupakan kata pengganti dari indah, bagus, menarik, dsb yang dimana semuanya itu bersifat subjektif dimana penilaian dan apresiasi atas indah, bagus, menarik berbeda-beda pada setiap manusia


(59)

III.2 Interpretasi Tema

Dari penjabaran di atas, maka diperoleh pengertian bahwa Struktur sebagai Elemen Estetika adalah estetis bangunan tercipta melalui inovasi logika struktur yang dipengaruhi oleh kaidah-kaidah estetika arsitektur yaitu kesatuan, keseimbangan, proorsi, skala, dan irama. Dalam hal ini inovasi-inovasi struktur didukung oleh pemakaian material struktur memegang peranan penting terciptanya estetika bangunan arsitektur.

Dalam bidang rancang bangunan arsitektur mempunyai landasan yaitu fungsi, struktur, dan estetika, maka hubungan struktur dan estetika saling terkait dan saling mempengaruhi. Untuk merancang suatu bentuk arsitektur seorang arsitek harus mampu mengaplikasikan landasan fungsi struktur dan estetika secara seimbang ditambah pemahaman yang luas terhadap faktor yang mempengaruhi fungsi struktur maupun estetika yang kemudian disusun kedalam keseluruhan yang tunggal. Dalam istilah arsitektur hal diatas dinyatakan suatu prinsip bahwa semua bangunan akan menjadi baik apabila ada kesatuan antara denah, tampak, potongan.

Bangunan yang menerapkan konsep ini memunculkan dan cenderung menonjolkan struktur bangunannya sebagai elemen estetis dimana bangunan lain pada umumnya lebih banyak menyembunyikan strukturnya sendiri, atau memakai material sebagai pelapis strukturnya untuk menambah nilai estetis dari bangunan itu. Penggunaan struktur yang tidak awam dan di ekspose merupakan karakter menonjol dari bangunan yang menerapkan tema ini.

Angus J. Macdonald dalam buku berjudul Struktur dan Arsitektur mengemukakan bahwa struktur sebagai elemen estetika adalah:

“Bangunan dimana batas dari apa yang mungkin secara teknis dikerjakan, tanpa memungkinkan kompromi terhadap persyaratan struktur.”

Andrew W Charleson dalam buku Structure as Architecture berpendapat struktur sebagai elemen estetis adalah:

“Dimana struktur memberikan kontribusi secara arsitektural, disamping fungsi utamanya sebagai pemikul beban, struktur memberikan kontibusi dengan menciptakan layer estetika dan kekayaan fungsional kepada desain. Hal ini akan meningkatkan minat dan kenikmatan akan bangunan, menambah nlai gunabangunan, dan meninggikan semangat dari pengguna.”


(60)

III.3 Pendekatan Struktur

Banyak hal yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektur, karena bentuk arsitektur tidak lahir begitu saja tanpa ada penyebabnya. Arsitektur dihadapkan pada persoalan baru untuk menjawab persoalan berkembangnya kebutuhan dan pengetahuan manusia, karena itu struktur dengan metode-metode baru mampu membuat langgam-langgam arsitektur yang baru dan kemudian memajukan bentuk arsitektur itu sendiri. Adalah wajar bila suatu bentuk arsitektur kemudian memunculkan atau menampilkan bentuk struktur yang dikandungnya. Perkembangan bentuk arsitektur ini kemudian menibulkan adanya persepsi dan konsep struktur yang berkembang menjadi sebuah langgam, yang memunculkan bentuk melalui permainan struktur.

Struktur bangunan yang paling ideal adalah yang paling stabil, kuat, fungsional, ekonomis dan estetis. Bila syarat fungsi, struktur dan bentuk sudah tepat maka segi estetikanya yang mencakup segi-segi arsitektur, ekonomi, politik, sosial budaya, sejarah, dan tradisi merupakan syarat selanjutnya yang harus diperhitungkan.

Dalam kasus proyek Medan Athletic Arena struktur yang akan dipergunakan adalah struktur bentang lebar. Struktur jenis ini memungkinkan untuk ruangan besar yang bebas kolom, sehingga dapat dimanfaatkan untuk lapangan pertandingan, yang sudah tentu harus bebas kolom.

Struktur bentang lebar Diklasifikasikan oleh Heinrich Engel dalam buku Structure System, 1987. Adalah sebagai berikut:

1. Vector Active Structure System

 Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik (tension) melalui garis vector (batang).

2. Surface Active Structure System

 Non rigid, fleksibel

 Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik (tension) melalui bidang permukaan.

3. Form Active Structure System

 Non rigid, fleksibel

 Struktur pembebenan berupa gaya tekan (compression) atau tarik (tension) melalui bidang permukaan.


(61)

Vector Active Structure System

 Rigid (portal) Frame

 Truss Frame (rangka kuda-kuda)

 Grid Structure

- Space Frame (Rangka Ruang)

- Folded Bracing

- Barrel Bracing

- Dome Bracing Surface Active Structure System

 Folded Plate (lipat)

- Lipat Piramidal (Limas/Pelana)

- Lipat Prismatis (perisai)

 Shell (cangkang)

- Shell Singly Curved (Melengkung Satu Arah)

- Shell Doubly Curved (Melengkung Dua Arah)

* Rotation Surface

* Translation Surface

* Ruled Surface

 Shell Free Form (bentuk Bebas) 4. Form Active Structure System

 Arch (pelengkung)

 Cable Structure (Struktur Kabel)

- Vertical Cable System (Kabel Gantung)

- Horizontal Cable System (Kabel Layer)

 Tent (Struktur Tenda)

 Pneumatic

o High Profile Air Supported Structures  Air-Inflated Structures

 Inflated Ribbed Structures o Low Profile Air Supported Structures


(62)

Perbandingan jenis-jenis struktur yang biasa dipakai sebagai struktur dalam bangunan terdapat pada tabel 3.1 di bawah ini.

Tabel. 3.1 Jenis struktur.

Jenis Struktur Contoh Bangunan

Vector Active Structure

System

Rigid / Portal Frame

Truss Frame

Grid Structure

Space Frame


(63)

Barrel Bracing

Dome Bracing

Surface Active Structure

System

Folded Plate

Lipat Piramidal

Lipat Prismatis

Shell Shell Singly Curved


(64)

Shell Doubly Curved

Shell Free Form

Form Active Structure

System

Arch

Cable Structure

Vertical Cable System


(65)

Horizontal Cable System

Tent

Pneumatic

High Profile Air Supported

Structures

Low Profile Air Supported

Structures

Dari banyak jenis struktur bentang lebar yang telah diklasifikasikan tersebut maka akan dipakai beberapa jenis untuk diterapkan kedalam proyek.


(66)

III.4 Keterkaitan Tema Dengan Judul

Roger H Clark dan Michael Pause dalam buku preseden dalam arsitektur berpendapat pada suatu tingkat dasar, struktur adalah sama dengan penopang, dan oleh karena itu ada pada semua bangunan. Pada suatu tingkat yang lebih berhubungan erat, struktur adalah berupa kolom, bidang, atau kombinasi dari kedua hal ini yang dapat dipergunakan oleh seorang perancang untuk suatu maksud tertentu guna memperkuat atau mewujudkan gagasan-gagasan. Dalam konteks ini, kolom, dinding dan balok, dapat dipikirkan dari segi konsep-konsep frekuensi, pola, kesederhanaan, keteraturan, kesembarangan, dan kerumitan. Demikianlah struktur dapat dipakai untuk menegaskan ruang, menciptakan unit-unit, menjelaskan sirkulasi, menyatakan gerakan, atau membentuk komposisi dan modulasi. Dalam cara ini, menjadi terkaitkan dengan tak mungkin terpisahkan kepada elemen-elemen itu juga yang menciptakan estetika, kualitas dan daya tariknya. Persoalan analisis ini memiliki daya untuk memperkuat persoalan-persoalan cahaya alamiah, perhubungan-perhubungan unit ke keseluruhan, dan geometri. Juga hal itu dapat memperkuat perhubungan sirkulasi ke ruang pakai dan penegasan akan simetri, keseimbangan, dan hierarki.

Angus J Macdonald dalam buku struktur dan arsitektur mengemukakan bahwa struktur dan arsitektur dapat berkaitan dalam berbagai cara yang beragam mulai dari dominasi struktur secara penuh pada arsitektur yang ekstrim hingga pengabaian sepenuhnya persyaratan structural dalam penentuan bentuk bangunan dan pengolahan estetikanya. Bentuk-bentuk hubungan tersebut dikelompokkan menjadi enam bidang berikut:

1. Ornamentasi struktur 2. Struktur sebagai ornament 3. Struktur sebagai arsitektur

4. Struktur sebagai penghasil bentuk 5. Struktur yang diterima

6. Struktur yang diabaikan

Dewasa ini manusia selaku objek dari arsitektur tentunya akan semakin dekat dengan bangunan yang digunakan dan menjadi tempat melaksanakan aktivitasnya. Semakin majunya teknologi struktur pada bangunan maka manusia akan semakin terbiasa dengan potensi bentuk yang mampu dihasilkan oleh struktur bangunan tersebut.

Dalam dunia, olahraga ibarat sebuah benda yang ada dimana-mana. Dapat dikatakan olahraga merupakan suatu bahasa universal, yang tidak mengenal suku, agama, budaya, dan batas geografis. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kesamaan cabang olahraga


(67)

disetiap negara, bahkan kebanyakan negara mengikuti perlombaan olahraga, baik tingkat regional, maupun tingkat internasioanal. Dalam olahraga tidak ada faktor pembeda antara satu bangsa dengan bangsa lain. Yang membedakan mereka hanyalah peraturan dari cabang olahraga yang dipertandingkan atau diikutinya.

Dari perkembangan bentuk-bentuk stadion kita juga dapat membuktikan bahwa olahraga merupakan sesuatu yang berkembang, dimana stadion yang awalnya tanpa tribun dan hanya sebagai tempat penyelenggara olahraga lama kelamaan berkembang menjadi tempat menonton pertandingan yang dilengapi dengan tribun. Dimana hal ini yang membuktikan pada kita bahwa olahraga ini diminati oleh banyak individu, yang merasa ingin untuk menyaksikan olahraga.

Dengan penerapan teknologi struktur pada bangunan-bangunan olah raga, khususnya gedung olahraga, maka pada saat ini pembangunan gedung olahraga yang modern dan canggih bertaraf internasional dan nasional telah menjadi tren di negara-negara maju. Kebutuhan yang pada awalnya hanya pada ruang berubah pada kebutuhan akan, kenyamanan dan keindahan yang kesemuanya berkembang sejalan dan teknologi struktur. Sehingga pada saat sekarang ini sulit untuk melepaskan hubungan antara gedung olahraga dengan aplikasi struktur bangunan.

Dalam kasus proyek Medan Atletik Arena akan digunakan struktur arch atau pelengkung yang akan dikombinasikan dengan struktur tenda. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan bentukan massa bangunan yang kelihatan lebih ringan. Struktur ini kemudian akan menjadi elemen utama pembentuk estetis massa bangunan.


(68)

III.5 STUDI BANDING TEMA SEJENIS

III.5.1 Wembley Stadium

Stadion yang awalnya bernama Empire Stadium ini, diarsiteki oleh Sir John Simpson, Maxwell Ayerton dan Sir Owen Williams. Pembangunannya hanya membutuhkan waktu 300 hari dengan biaya £750.000 dan dibangun dari 25.000 ton ferro beton, 1.000 ton baja, dan lebih dari setengah juta paku. Stadion ini diresmikan oleh Raja George V pada 23 April 1924. Gambar exterior wembley stadium dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini.

Gambar 3.1 Eksterior Wembley Stadium

Sejak tahun 2000, stadion ini ditutup untuk direnovasi. Renovasi ini melibatkan empat perusahaan konstruksi yang bertanggung jawab atas desain dan konstruksi Stadion Wembley baru, yaitu Multiplex, The World Stadium Team, The Mott Stadium Consortium, dan Connell Mott MacDonald. Peresmian Stadion Wembley yang baru ditandai dengan pertandingan persahabatan antara Inggris vs Jerman. Laga bergengsi itu digelar 22 Agustus 2007. Namun kesebelasan yang pertama kali merasakan bermain di stadion yang baru selesai direnovasi ini adalah Tim U-21 Inggris dan Italia yang menggelar pertandingan persahabatan pada 24 Maret 2007. Di stadion ini juga digelar partai final Piala FA 2007 antara Chelsea dan Manchester United pada 19 Mei 2007. Gambar-gambar interior wembley stadion dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini


(69)

Gambar 3.3 view dari tribun Wembley Stadium

Stadion Wembley baru ini akan menjadi ikon dari kota London, dengan ciri khas busur setinggi 133 meter yang berada di atas separuh sisi stadion utara. Busur ini empat kali lebih tinggi dari menara kembar pada Stadion Wembley terdahulu dan cukup tinggi untuk memandang seluruh kota London dapat dilihat pada gambar 3.3 diatas. Busur ini berfungsi untuk menopang 5000 ton struktur atap, menggantikan kebutuhan akan pilar-pilar. Pada sore yang cerah, busur ini akan terlihat dari Canary Wharf - 13 mil jauhnya. Busur ini memiliki berat 1750 ton, yang setara dengan 275 bis double decker atau 10 pesawat terbang jet, dan memiliki diameter 7 meter. Dengan bentangan 315 meter, busur ini merupakan struktur terpanjang di dunia - sepanjang tiga lapangan sepak bola. Stadion ini juga memiliki atap yang dapat digeser.

Dengan luas bangunan 180.000 meter persegi, stadion ini memiliki 8 lantai yang dilengkapi berbagai fasilitas untuk memanjakan pengunjung. Stadion Wembley memiliki kapasitas 90.000 tempat duduk – termasuk 310 tempat duduk untuk pemakai kursi roda. Hal ini menjadikannya sebagai stadion terbesar di dunia. Stadion ini memiliki 26 lift dan 30 eskalator yang akan membantu pengunjung untuk menjangkau setiap area tempat duduk. Selain itu, di stadion ini juga terdapat 60 bar, 41 restoran, 7 mesin ATM, 147 toilet, serta fasilitas pendukung lainnya seperti ruang pengobatan untuk pertolongan pertama dan toko-toko yang menjual suvenir. Di setiap lantai juga terdapat detektor asap, alarm kebakaran, dan CCTV untuk memudahkan pengawasan kepada setiap pengunjung. Gamabr struktur bangunan webley stadium apat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini .Semua fasilitas yang berada di stadion ini dapat digunakan secara mudah oleh para pengguna kursi roda.4

Gambar fasilitas pada wembley stadium dapat dilihat pada gambar 3.5 di bawah ini.

4


(1)

(2)

Perspektif Exterior


(3)

Perspektif Interior


(4)

Perspektif Exterior


(5)

Foto maket tampak dari Jl.Setia Budi

Foto maket tampak mata burung


(6)

DAFTAR PUSTAKA  Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka

Charleson, Andrew, (2005), Structure as Architecture, Architectural Press. De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building

Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

Engel, Heinrich, (1981), Structure System, Van Nostrand Reinhold Company. Mc Donald, Angus J, (2001), Structure And Architecture, Architectural Press. Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga.

White, Edward T, (1983), Site Analysis : Diagraming Information for Architectural Design, Architectural Media.