PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA NON-BSE UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA.

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM BUKU PELAJARAN
BAHASA INDONESIA NON-BSE
UNTUK SISWA SMP DI SURAKARTA
Joko Purwanto, Sarwiji Suwandi, Nugraheni Eko Wardhani
Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan muatan pendidikan
multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE tingkat SMP, dan (2)
mendeskripsikan dan menjelaskan kualitas muatan pendidikan multikultural dalam
buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE tingkat SMP.
Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini
adalah buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE untuk siswa SMP di Kota Surakarta dan
informan, yaitu para penulis buku yang dianalisis. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik analisis konten, angket, dan wawancara mendalam. Uji validitas
data dengan teknik triangulasi teori dan sumber, sedangkan analisis data menggunakan
teknik analisis interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) muatan pendidikan

multikultural dalam buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE yang dianalisis belum
sepenuhnya memuat dimensi-dimensi pendidikan multikultural. Hal ini terbukti dari
dari lima dimensi yang seharusnya ada hanya ada tiga dimensi yang dimunculkan, yakni
dimensi integrasi materi, dimensi pengurangan prasangka, serta dimensi penguatan
budaya sekolah dan struktur sosial. Sedangkan dua dimensi yang lain, yakni dimensi
konstruksi pengetahuan dan dimensi penyesuaian metode pembelajaran tidak
ditemukan dalam lima buku pelajaran tersebut; (2) kualitas muatan pendidikan
multikultural dalam lima buku pelajaran tersebut masih sangat kurang memadai. Hal ini
karena belum semua dimensi multikultural terintegrasi dalam buku-buku pelajaran
tersebut.
Kata kunci: pendidikan multikultural, buku pelajaran bahasa Indonesia non-BSE
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan

contoh konflik yang terjadi antarberbagai

dengan berbagai letak geografis serta

suku dan agama yang ada di Indonesia.


kondisi

Hal itu adalah masalah yang dihadapi

sosial

budaya

yang

beragam

memberikan gambaran yang jelas bahwa

bangsa

Indonesia sebagai negara multikultural.

dicarikan solusinya.


Namun, keragaman tersebut seringkali

Kemajemukan

Indonesia

dan

harus

atau

segera

keberagaman

menimbulkan masalah yang sangat hebat.

bangsa


Sering

antarsuku,

diibaratkan sebagai pisau bermata dua.

golongan, agama, bahkan di kalangan

Keberagaman itu, di satu sisi, merupakan

pelajar

sampai

khazanah

menimbulkan pertumpahan darah dan

dipelihara


korban

Sampit,

dengan baik akan dapat memunculkan

Ambon, Poso, dan Papua adalah beberapa

berbagai inspirasi dan kekuatan dalam

terjadi

dan

jiwa.

konflik

mahasiswa


Kerusuhan

yang

di

12 
 

Indonesia

yang

tersebut

pantas

karena

jika


bisa

disyukuri
bisa

dan

dikelola

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
upaya

pembangunan

bangsa.

keharmonisan


mampu

golongan, ras, bahasa, maupun agama.

mendinamisasikan kita sebagai sebuah

Oleh sebab itu, menurut Sitti Mania (2010:

bangsa. Di sisi lain, keberagaman itu

78-79), pendidikan multikultural adalah

dapat

Keberagaman

itu

pula


terjadinya

pula

akan

merupakan

friksi

yang

antarbudaya,

titik

pangkal

jawaban


dapat

memicu

kemajemukan itu.

konflik (Sarwiji Suwandi, 2008: 1).

atas

beberapa

Pendidikan

Perbaikan dalam dunia pendidikan

suku,

problematika


multikultural

tidak

sekadar merekatkan kembali nilai-nilai

diperlukan karena pemecahan masalah

persatuan,

tersebut

bernegara tetapi memberikan pemahaman

belumlah

cukup

jika

hanya

kesatuan,

berbangsa

mengandalkan peran dari aparat penegak

tersendiri

terhadap

hukum

sendiri.

Pendidikan

saja.

mempunyai

Dunia

yang

multikultural,

menurut Yaqin (2005: 5) merupakan salah

terhadap

satu alternatif melalui konsep pendidikan

berbagai konflik tersebut. Terbangunnya

dan penerapan strategi yang didasarkan

konsep

pada pemanfaatan berbagai keragaman

memberikan

kesadaran

toleransi,

sangat

pun

kebangsaan

besar

dalam

peran

pendidikan

rasa

dan

solusi

akan

saling

pentingnya

menghargai,

dan

yang ada di masyarakat, khususnya yang

kedamaian bisa diwujudkan melalui dunia

ada pada siswa. Mansouri dan Trembath

pendidikan.

(2005: 516) memberikan penegasan bahwa

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

pendidikan

multikultural

diperlukan

pada Bab III pasal 4 ayat 1 tentang Sistem

untuk menggabungkan dinamika sosial-

Pendidikan Nasional, telah mensyaratkan

politik di luar batas faktor sekolah dan

bahwa

harus

keluarga

diselenggarakan secara demokratis dan

dinamis.

pendidikan

berkeadilan
dengan

serta

nasional

tidak

menjunjung

diskriminatif
hak

bisa

berlangsung

lebih

Pada jenjang pendidikantidak akan

asasi

bisa dilepaskan dari penggunaan buku

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural,

pelajaran. Buku pelajaran dapat menjadi

dan kemajemukan bangsa. Berdasar pada

pegangan

undang-undang

referensi utama ataupun menjadi buku

seyogyanya

tinggi

agar

tersebut,

bila

sudah

pendidikan

yang

guru

pendamping

dan

dalam

siswa

proses

sebagai

belajar

dilaksanakan harus mampu membentuk

mengajar.

karakter

untuk

bahasa Indonesia tentu juga tidak akan

humanis,

terlepas dari penggunaan buku pelajaran

diskriminatif.

bahasa Indonesia. Dalam hal ini, konsep

Pencarian bentuk pendidikan alternatif

maupun praktik pendidikan multikultural

mutlak diperlukan, yaitu suatu bentuk

dapat

pendidikan

pelajaran bahasa Indonesia.

para

mempunyai
demokratis,

peserta
jiwa

dan

yang

didik

yang
tidak

berusaha

menjaga

13 
 

Dalam

proses

diintegrasikan

pembelajaran

dalam

buku

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Menurut

Banks

(2010:

23)

sekolah-sekolah yang menggunakan buku

pendidikan multikultural memiliki lima

pelajaran

dimensi yang saling berkaitan, yaitu: (1)

Padahal

content

Perbukuan Departemen Pendidikan dan

integration,

mengintegrasikan

bahasa

Indonesia

pemerintah,

non-BSE.

melalui

Pusat

berbagai budaya dan kelompok untuk

Kebudayaan,

mengilustrasikan

(Buku Sekolah Elektronik) yang dapat

konsep

mendasar,

sudah

menerbitkan

generalisasi dan teori dalam pelajaran; (2)

digunakan

the

mendukung proses pembelajaran.

knowledge

membawa

contruction

siswa

untuk

process,

oleh

pihak

sekolah

KAJIAN TEORI

pelajaran;

Pendidikan Multikultural

an

menyesuaikan
dengan

equity

metode

kondisi

paedagogy,
pembelajaran

terjadinya

pergesekan

maupun pertentangan atas nama suku,

reduction, mengidentifikasi karakteristik

etnis, bahkan agama yang terjadi beberapa

ras

tahun

dan

(4)

Sering

prejudice

siswa

siswa;

untuk

memahami

implikasi budaya ke dalam sebuah mata
(3)

BSE

menentukan

metode

belakangan

ini

seharusnya

pembelajaran mereka, kemudian melatih

memberikan

kelompok

berharga kepada setiap individu tentang

untuk

berpartisipasi

dalam

pelajaran

yang

sangat

olahraga, berinteraksi dengan seluruh staf

pentingnya

dan siswa yang berbeda etnis dan ras

Dalam

dalam

disepakati, baik dalam undang-undang,

upaya

menciptakan

budaya

pendidikan

multikultural.

konsep-konsep

yang

telah

akademik yang toleran dan inklusif. (5)

peraturan

empowering

social

sebagainya,

dan

pengakuan

tentang

kultur sekolah. Kelima dimensi tersebut

keragaman,

baik

hendaknya ada dalam buku pelajaran,

bahasa, bahkan agama. Namun, dalam

dalam hal ini adalah buku pelajaran

praktik nyata di lapangan, hal itu belum

bahasa Indonesia. Oleh karena itu, perlu

bisa memberikan hasil yang signifikan.

dilakukan suatu analisis terhadap buku-

Konflik

buku pelajaran bahasa Indonesia yang

mengatasnamakan

digunakan dalam proses pembelajaran

bahkan agama masih saja sering terjadi.

bahasa Indonesia.

Hal itu menjadi bukti bahwa adanya

structure,

school culture

mengonstruksi

and

struktur

Dalam penelitian ini, buku pelajaran

pemerintah,
memang

lain

sudah

ada

adanya

etnis,

dan

dan

suku,

berbagai
budaya,

kekerasan

yang

antarsuku,

etnis,

undang-undang serta peraturan-peraturan

yang dianalisis adalah buku pelajaran

lainnya

bahasa

mengarahkan masyarakat memahami dan

Indonesia

non-BSE

(non-Buku

Sekolah Elektronik) untuk siswa SMP kelas

di

sekolah,

yakni

masih

Dari

banyak

untuk

gambaran

di

atas,

jelaslah

bahwa pendidikan multikultural memiliki

14 
 

cukup

menghormati adanya keberagaman.

VIII. Hal ini didasarkan pada realita yang
ada

belumlah

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
suatu tanggung jawab yang besar, yaitu

Singkatnya,

menyatukan

dari

seharusnya mencakup semua aspek dalam

berbagai macam budaya dan menyiapkan

pendidikan seperti: kurikulum, pendidik,

bangsa

materi,

bangsa

untuk

yang

siap

terdiri

menghadapi

arus

pendidikan

metode,

dan

multikultural

lain-lain.

Semua

budaya luar di era globalisasi. Jika kedua

peserta didik harus memperoleh hak dan

tanggung jawab besar itu dapat dicapai,

perlakuan yang sama di sekolah meskipun

kemungkinan

mereka berasal dari latar belakang yang

munculnya

perpecahan

konflik

bangsa

dapat

dan

dihindarkan.

berbeda-beda.

Konflik-konflik kedaerahan sering terjadi

Zamroni (2011: 140) menyatakan

karena tidak adanya pemahaman tentang

bahwa

masyarakat yang multikultur. Oleh karena

merupakan

suatu

bentuk

itu, salah satu cara yang bisa diterapkan

pendidikan

yang

bertujuan

untuk

memberikan kesempatan yang setara bagi

mencegah

atau

meminimalkan

pendidikan

multikultural
reformasi
untuk

konflik tersebut adalah penerapan dan

semua

pengembangan pendidikan multikultural.

belakangnya sehingga semua siswa dapat

Pentingnya

penerapan

pendidikan
di

siswa

tanpa

memandang

latar

meningkatkan kemampuan secara optimal

multikultural,

khususnya

sekolah,

didasarkan

pada

adanya

lima

pertimbangan

tentang

kenyataan

yang

Sejalan dengan pemikiran di atas,

terjadi di lapangan, yakni: keragaman

Hilda Hernandez (dalam Choirul Mahfud,

budaya, ketidakmampuan hidup secara

2011:

harmoni,

pendidikan

tuntutan

menguasai/memahami
kesetaraan
kesempatan

pendidikan,

pengembangan

citra

diri

bakat yang dimiliki.

untuk

bahasa

dalam

sesuai dengan ketertarikan, minat, dan

176)

mengungkapkan

bahwa

multikultural

adalah

lain,

perspektif yang mengakui realitas politik,

memperoleh

sosial, dan ekonomi yang dialami oleh

dan

proses

masing-masing individu dalam pertemuan

yang

positif

manusia yang kompleks dan beragam

(Cardinas, 1975: 23).

secara

kultur,

dan

merefleksikan

Banks (2002: 14) juga menyatakan

pentingnya budaya, ras, seksualitas dan

bahwa pendidikan multikultural adalah

gender, etnisitas, agama, status sosial,

cara

ekonomi dalam proses pendidikan.

memandang

berpikir

tentang

realitas
adanya

dan

cara

keberagaman

Berdasarkan beberapa pendapat di

kelompok, etnis, ras, dan budaya. Suatu

atas,

konsep

memberikan

pendidikan

kesempatan secara adil kepada semua

pendidikan

peserta didik dengan tanpa memandang

kesetaraan

adanya perbedaan etnik, ras, agama, kelas

tinggi nilai kemanusiaan, kebersamaan,

sosial, dan karakteristik kultural mereka.

serta mengakui, menerima, menghargai,

pendidikan

yang

15 
 

dapat

disimpulkan
multikultural
yang

dan

adalah

didasarkan

keadilan,

bahwa

pada

menjunjung

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dan menghormati adanya keragaman dan

pembelajaran

perbedaan

“dendam sejarah” di berbagai wilayah.

budaya

yang

dimiliki

oleh

masing-masing individu.

yang

bisa

mengatasi

Bisa jadi ada buku-buku pelajaran
yang ada selama ini dan bahkan mungkin

Buku

Pelajaran

Bahasa

Indonesia

sudah

Berperspektif Pendidikan Multikultural
Seperti

yang

telah

dipergunakan

pembelajaran

dibahas

macam

dalam

proses

mengandung

berbagai

berkaitan

dengan

bias

sebelumnya bahwa buku pelajaran adalah

multikultural. Dalam hal ini, Gollnick &

buku yang memuat materi pembelajaran

Chinn

tertentu yang disusun secara sistematis

mengemukakan enam bagian dari bias-

berdasarkan aturan-aturan standard yang

bias yang bisa jadi ada dalam buku

telah ditetapkan yang digunakan untuk

pelajaran, yakni: bias yang tidak kelihatan,

mendukung

pemberian

proses

pembelajaran

(Abdullah

Aly,

label,

2011:

137)

selektivitas

dan

sehingga siswa akan dapat dengan mudah

ketidakseimbangan,

memahami materi yang disampaikan. Di

realitas, pembagian isolasi, dan bahasa.

dalam buku pelajaran bahasa Indonesia

tidak

mengacu

Buku-buku pelajaran yang ada saat

pun tentunya juga harus memuat materi-

ini

materi yang harus diajarkan dan dipahami

pembahasan

oleh para siswa. Dalam hal ini adalah

mayoritas

materi

budaya minoritas. Inilah yang dimaksud

dan

pemahaman

tentang

pendidikan multikultural.
Agar

bisa

memilih

pada

umumnya
pada

dan

budaya-

dengan bias yang tidak kelihatan. Bias
materi

yang

lainnya adalah adanya pemberian label
kepada

kelompok

dan

maupun

negatif.

harus

budaya-budaya

mengabaikan

berperspektif multikultural, pihak sekolah
guru

menekankan

menelaah

secara

lain,
Bias

baik
ini

positif

dinamakan

mendalam serta kritis tentang materi dan

dengan stereotyping. Selain itu, buku-buku

buku-buku pelajaran yang akan digunakan

pelajaran

dalam proses pembelajaran. Hal ini perlu

menggunakan

agar tidak terjadi bias tentang apa hakikat

mayoritas

dari

perspektif budaya minoritas. Inilah yang

multikultural

tersebut.

Choirul

yang

dan

ada

selama

ini

perpspektif

juga

budaya

mengabaikan

terhadap

Mahfud (2011: 200) menyatakan bahwa di

disebut

Indonesia masih diperlukan usaha yang

ketidakseimbangan.

panjang

buku-buku

terdapat dalam buku pelajaran adalah

pelajaran agar mengakomodasi kontribusi

tidak mengacu pada realitas. Maksudnya

dan partisipasi yang lebih inklusif bagi

buku-buku

warga dari latar belakang

suku, agama,

mengacu pada data-data riil yang ada di

budaya,

berbeda.

lapangan. Oleh sebab itulah, buku-buku

Indonesia

dalam

dan

merevisi

etnis

juga

yang

memerlukan

Di

materi

pelajaran

16 
 

bias

selektivitas

pelajaran

yang

ada

Bias

lain

tersebut

hendaknya

dan
yang

tidak

tidak

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
memunculkan keenam bias tersbut dalam

siswa akan memiliki sikap dan perilaku

penyajiannya.

yang

Zamroni (2011: 157) menyenaraikan

multikultural

siswa, termasuk pula yang tentunya harus

nasional,

1) Kemampuan individu untuk menerima,

sebagai

sudah memiliki sikap yang menghargai
akan lebih bisa ditingkatkan pada tahapan

atas

faktor

yang lebih baik lagi.

yang

METODOLOGI PENELITIAN

mempengaruhi perbedaan kultur.
3) Setiap

individu

melakukan

pengembangan

global.

ada bisa dibentuk sedangkan siswa yang

dari

pengetahuan dan “bias kultural” yang
dimilikinya

masyarakat

menghargai berbagai kebudayaan yang

dirinya.
menyadari

maupun

Dengan demikian sikap siswa yang belum

membangun

kerjasama dengan siapapun juga yang

individu

akan

dalam masyarakat, baik lokal, regional,

multikultural tersebut antara lain:

2) Setiap

diharapkan

menghargai kebudayaan-kebudayaan lain

pelajaran bahasa Indonesia. Kompetensi

perbedaan-perbedaan

tentu

mampu membentuk sikap siswa dalam

termuat dalam sajian yang ada dalm buku

memiliki

keberadaan

Buku pelajaran yang berperspektif

harus diberikan dan dimiliki oleh para

dan

terhadap

masyarakat yang multikultural.

berbagai kompetensi multikultural yang

menghormati

positif

Bentuk
upaya

deskriptif

penelitian

kualitatif.

ini

adalah

Sumber

datanya

pengetahuan,

dokumen, yakni buku pelajaran bahasa

keterampilan, sikap dan perilaku yang

Indonesia non-BSE tingkat SMP di Kota

memungkinkannya

Surakarta

berinteraksi

memahami

secara

efisien

dan

dengan

konten,

Kembali pada konsep pendidikan
(2010:

buku.

Teknik

mendalam.

angket,
Uji

dan

validitas

wawancara
data

dalam

23)

penelitian ini menggunakan triangulasi

menjelaskan adanya lima dimensi dalam

teori dan sumber. Analisis data dengan

implementasi

teknik analisis interaktif.

yakni:

Banks

penulis

pengumpulan data dengan teknik analisis

orang yang memiliki perbedaan kultur.

multikultural,

dan

pendidikan

conten

multikultural,

integration,

knowledge

construction, equity pedagogy, prejudice

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

reduction, and empowering school culture.

Muatan Pendidikan Multikultural dalam
Buku Pelajaran Bahasa Indonesia non-

Kelima dimensi ini hendaknya juga
harus

tercantum

pelajaran,
bahasa

termasuk

Indonesia.

diharapkan

tujuan

dalam
buku

pelajaran

Dengan

demikian,

dari

BSE Tingkat SMP.

buku-buku

Setelah dilakukan analisis secara
keseluruhan terhadap lima buku pelajaran
Bahasa Indonesia non-BSE untuk siswa

pendidikan

SMP kelas VIII, ternyata kelima buku

multikultural dapat dicapai sehingga para

17 
 

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pelajaran ini belum sepenuhnya memuat

Dari

lima

buku

pelajaran

yang

atau mengintegrasikan dimensi-dimensi

dianalisis, subdimensi budaya ditemukan

pendidikan

dalam

multikultural.

Hal

ini

empat

buku

pelajaran

bahasa

didasarkan pada hasil temuan yang telah

Indonesia

didapatkan pada proses analisis terhadap

Sastra Indonesia untuk SMP dan MTs

kelima buku pelajaran tersebut.

Kelas VIII karya Ratna Purwaningtyastuti,

Dari

lima

dimensi

yang

terbagi

Seribu

non-BSE,

Pena

yakni

Bahasa

Bahasa

Indonesia

dan

untuk

menjadi empat belas subdimensi yang

SMP/MTs Kelas VIII karya Tim Abdi Guru,

dijadikan pedoman dalam menganalisis,

Mandiri Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs

ternyata dari kelima buku tersebut hanya

Kelas VIII karya E. Kosasih dan Restuti

ditemukan

Murwaningrum, serta Bahasa Indonesia

dalam

tiga

enam

multikultur.
adalah

dimensi

yang

subdimensi
Ketiga

dimensi

terbagi

pendidikan

dimensi

tersebut

integrasi

materi,

untuk SMP Kelas VIII

karya Nurhadi,

Dawud, Yuni Pratiwi.
Dalam

buku

Bahasa

dan

Sastra

pengurangan prasangka, dan penguatan

Indonesia untuk SMP dan MTs Kelas VIII

struktur dan budaya sekolah. Keenam

karya

subdimensinya

subdimensi

ditampilkan bacaan tentang budaya dari

sosial/ekonomi,

daerah Solo (hal. 93) tentang kehidupan

keadilan, demokrasi, dan budaya sekolah.

masyarakat Solo yang sangat dipengaruhi

Sedangkan

(proses

oleh tatanan budaya keraton yang menjadi

dan

pusat kebudayaan dan kesenian Jawa,

penyesuaian metode pembelajaran) serta

tempat-tempat yang ada di Solo, seperti

delapan

subdimensi

Pasar Klewer, hingga ciri khas Solo sebagai

konsep,

aplikasi,

agama,

suku/ras/etnis,

budaya,

adalah

sastra,

status

dua

merekontruksi

dimensi
pengetahuan

lainnya

individu,

(bahasa,
kelompok,

dan

Kota

struktur

Ratna

Batik.

Purwaningtyastuti

Ditampilkan

pula

budaya

Madura (hal. 95) tentang ciri khas Madura

sosial) tidak terdapat dalam kelima buku

yakni

pelajaran

ditampilkan pula budaya Semarang (hal.

tersebut.

Kemunculan

tiga

dimensi dan enam subdimensi pendidikan

tentang

subdimensi

hasil

yang

Selain

itu,

Dalam buku Seribu Pena Bahasa

pada masing-masing buku pelajaran.
lengkap

Sapi.

97) berupa kesenian wayang orang.

multikultural itupun tidak semuanya ada

Deskripsi

Karapan

Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karya

analisis

Tim Abdi Guru disajikan bacaan tentang

ditemukan

kebudayaan dari daerah Brebes, Jawa

dalam kelima buku pelajaran tersebut

Tengah

dipaparkan dalam penjelasan berikut ini.

diekspor

ke

mancanegara.

Bacaan

ini

a. Subdimensi budaya (bagian dimensi

terdapat

di

halaman

Selain

itu,

integrasi materi)

disajikan

sebagai

pula

produsen

ciri

1-2.
khas

teh

dari

yang

Kota

Tasikmalaya di soal uraian halaman 18.

18 
 

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Dalam buku Mandiri Bahasa Indonesia

kepedulian

untuk SMP/MTs Kelas VIII karya E. Kosasih

Kutipan novel “Belenggu” karya Armijn

dan Restuti Murwaningrum ditampilkan

pane di halaman 69 yang berkisah tentang

kekhasan Kota Yogyakarta, baik dari sisi

persamaan hak antara pria dan wanita.

kesenian maupun makanannya. Hal ini
ditampilkan

dalam

bacaan

Kedua,

buku

sesama

teman.

Mandiri

Bahasa

di

Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VIII karya

halaman 7. Sedangkan dalam buku Bahasa

E. Kosasih dan Restuti Murwaningrum.

Indonesia untuk SMP Kelas VIII karya

Dalam buku ini subdimensi sastra muncul

Nurhadi,

Pratiwi

di cuplikan teks drama “Sumur Tanpa

daerah

Dasar” karya Arifin C. Noer di halaman 42,

Batavia (nama Kota Jakarta pada zaman

cuplikan novel “Azab dan Sengsara” karya

penjajahan Belanda), Museum Bahari, dan

Merari Siregar di halaman 47, cuplikan

pelabuhan Sunda Kelapa yang di masa

novel “Ronggeng Dukuh Paruk” karya

sekarang

Ahmad Tohari di halaman 49, cuplikan

Dawud,

dimunculkan

Yuni

seluk-beluk

ini

soal

terhadap

dari

tempat-tempat

tersebut

menjadi tempat wisata andalan.
Namun,

perlu

novel “Salah Asuhan” karya Abdul Muis di

dipahami

bahwa

halaman

98,

dan

cuplikan

novel

budaya-budaya yang ditampilkan dalam

“Kenanga” karya Oka Rusmini di halaman

buku pelajaran ini masih perlu diperbaiki

129.

karena baru menampilkan budaya yang

Ketiga, buku Bahasa Indonesia untuk

berasal dari daerah Jawa saja dan belum

SMP Kelas VIII karya Nurhadi, Dawud,

merambah budaya dari wilayah luar Jawa.

Yuni

Selain itu, dari sekian banyak bacaan yang

pemunculannya terdapat pada sinopsis

ada, baru tiga bacaan yang memunculkan

novel “Seperti Bintang” karya Regina Feby

aspek

dapat

di halaman 8-9, peserta didik diberikan

disimpulkan bahwa budaya yang beragam

pembelajaran berkaitan dengan berbagai

belum diintegrasikan dalam kelima buku

keragaman

pelajaran tersebut.

remaja. Hal-hal yang berkaitan dengan

multikultural.

b. Subdimensi

sastra

Jadi,

(bagian

dimensi

Pratiwi.

yang

persahabatan,

integrasi materi)

hingga

Di

pada

dalam

terjadi

buku

dalam

pertikaian

ini,

dunia

antarsahabat,

akhirnya

diberikan

Subdimensi sastra ditemukan dalam

pemahaman akan arti pentingnya menjaga

tiga buku yang dianalisis, yakni: pertama,

persahabatan. Di halaman 107, dalam

buku Seribu Pena Bahasa Indonesia karya

penggalan teks drama “Majalah Dinding”

Tim

karya Bakdi Sumanto, peserta didik juga

Abdi

guru.

Dalam

buku

ini

subdimensi sastra muncul dalam latihan-

diberikan

latihan soal, yakni: Teks drama “Sang

sekolah yang harus diterapkan oleh para

Pahlawan” karya Ajie Sudarmaji Mukhsin

peserta

di halaman 48-50 yang berkisah tentang

drama tersebut, peserta didik diberikan

19 
 

pemahaman

didik.

Dalam

akan

budaya

penggalan

teks

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
pemahaman agar mampu bersikap sopan

seseorang harus dinilai dan dipandang

dalam

dari

menyampaikan

saran/kritikan

bagaimana

ia

berperilaku

dan

kepada guru-guru atau kepala sekolah

berprestasi dalam kehidupan ini. Secara

mereka.

diberikan

realita, tidak jarang seorang anak yang

cara

berasal dari keluarga kaya justru hanya

baik.

menjadi beban bagi keluarganya. Tidak

Jangan sampai menimbulkan konflik atau

jarang pula, seorang anak yang berasal

perseteruan

dari keluarga sederhana yang miskin dan

Peserta

pemahaman

didik
bagaimana

menyampaikan

aspirasi

antara

dengan

siswa

dengan

guru/kepala sekolah.
Namun,
disajikan

papa, tetapi ia justru mampu menorehkan

rata-rata

baru

berasal

novel

prestasi

dalam

kehidupannya.

Prestasi

beberapa

dan kegemilangannya dalam menapaki

daerah yang ada di Sumatra, selain itu

kehidupan ini mampu membuat diri dan

para penulisnya juga masih didominasi

keluarganya bangga dan bahkan mampu

oleh angkatan lama.

menorehkan tinta emas bagi keharuman

c. Subdimensi
(bagian

dari

yang

status

sosial/ekonomi

dimensi

pengurangan

nama bangsa dan negara di mata dunia.
Temuan

prasangka)

subdimensi

status

sosial/ekonomi juga didapatkan dalam

Subdimensi status sosial/ekonomi

buku Bahasa dan Sastra Indonesia karya

hanya ditemukan dalam dua buku dari

Suharma,

lima buku yang dianalisis. Buku tersebut

pendahuluan pelajaran 9 yang ada di

adalah Bahasa dan Sastra Indonesia untuk

halaman

SMP dan MTs Kelas VIII karya Ratna

pemahaman

Purwaningtyastuti dan Bahasa dan Sastra

diharapkan untuk memiliki kepedulian

Indonesia karya Suharma, dkk.. Dalam

dan saling menghargai keberadaan orang

buku

lain meskipun dengan status sosial yang

karya

Ratna

Purwaningtyastuti,

dkk..

Dalam

124,

bagian

diberikan

bahwa

sebuah

peserta

didik

subdimensi sosial/ekonomi ada dalam

berbeda-beda.

Pada

petikan kalimat naskah drama yang ada di

peserta didik

selain

bacaan pada tema 2 halaman 30-32.

individu juga sebagai makhluk sosial. Jadi,

Di halaman 30-32

dalam buku

dengan

status

hakikatnya,
sebagai

setiap

makhluk

sosial/ekonomi

yang

tersebut diberikan sebuah pembelajaran

berbeda-beda itu justru setiap peserta

tentang

dan

didik diharapkan bisa saling melengkapi,

penghormatan terhadap berbagai latar

menerima, dan saling memberi. Sikap-

belakang sosial/ekonomi yang beragam.

sikap

Seseorang tidak boleh dipandang sebelah

dipupuk dan dikembangkan pada setiap

mata hanya disebabkan ia berasal dari

diri peserta didik.

keluarga yang kurang berada atau dari

Berdasarkan

ekonomi

pentingnya

kelas

penghargaan

bawah.

Seharusnya

itu

hendaknya

paparan

yang

terus

telah

dikemukakan di atas, dapat disimpulkan

20 
 

semacam

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
bahwa

muatan

subdimensi

status

pengertian

dan

pemahaman

bahwa

sosial/ekonomi belum bisa sepenuhnya

mereka tidak diperkenankan untuk saling

dimunculkan atau diintegrasikan dalam

membanding-bandingkan.

lima buku pelajaran bahasa Indonesia

hakikatnya

non-BSE tersebut.

dengan ciri khas masing-masing. Semua

d. Subdimensi keadilan (bagian dimensi

itu seharusnya bisa digunakan dengan

pengurangan prasangka)
Berdasarkan

setiap

Pada

manusia

diciptakan

sebaik-baiknya, bukan digunakan untuk

hasil

analisis,

membanding-bandingkan

perbedaan

subdimensi keadilan ditemukan dalam

antarsesama. Perbedaan yang tidak bisa

dua buku pelajaran, yakni buku Seribu

dikelola

Pena Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs

menimbulkan

Kelas VIII karya Tim Abdi Guru serta buku

mampu dikelola dengan baik, perbedaan

Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas

itu justru akan mampu memperkaya dan

VIII

bisa membuat seseorang menjadi sangat

karya

E.

Kosasih

dan

Restuti

dengan

baik

konflik.

Murwaningrum. Di dalam buku karya Tim

produktif

(Ujan,

Abdi

bukanlah

makhluk

Guru,

subdimensi

keadilan

ditemukan dalam latihan soal yang ada di

Setiap

soal

latihan

Namun,

2011:16).
yang

bisa
jika

Manusia

bisa

hidup

sendiri. Manusia butuh orang lain.

unit 6 halaman 83.
Dalam

akan

tersebut

individu,

termasuk

para

peserta didik diharapkan untuk selalu

diketahui bahwa peserta didik diharapkan

bersyukur

memiliki

suatu

bahwa

dianugerahkan kepadanya. Mereka harus

keadilan

berhak

diberikan

berusaha berbuat dan memberikan yang

kepada siapa saja, termasuk pula kepada

terbaik dalam kehidupan ini dengan cara

para kaum wanita. Dalam petikan soal itu,

mereka masing-masing. Tanpa perlu lagi

kaum

saling membeda-bedakan.

wanita

mengangkat

pemahaman
dan

wajib

diharapkan

derajat

apapun

yang

telah

masing-

Berdasarkan penjelasan yang telah

masing. Jangan pernah menggantungkan

disampaikan di atas, ternyata subdimensi

hidup kepada kaum lelaki apalagi sampai

keadilan hanya ditemukan dalam dua

diperalat oleh kaum lelaki. Sekali lagi,

buku pelajaran saja. Hal itupun hanya

keadilan

terdapat dalam beberapa butir nomor soal

juga

mereka

mampu

atas

berhak

diberikan

dan

dimiliki oleh kaum wanita.

saja dari ratusan soal yang ada dalam

Sementara itu, dalam buku karya E.

buku-buku pelajaran tersebut. Oleh sebab

Kosasih, subdimensi keadilan ditemukan

itu, dapat disimpulkan bahwa subdimensi

dalam soal latihan UAS 1 yang ada di

keadilan

halaman 65 serta soal latihan mandiri 12

sepenuhnya ke dalam lima buku pelajaran

yang ada di halaman 92. Dari soal tersebut

bahasa Indonesia non-BSE tersebut.

diketahui bahwa peserta didik diberikan

21 
 

belum

bisa

diintegrasikan

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
e. Subdimensi demokrasi (bagian dimensi

kehidupan masyarakat masih terdapat

pengurangan prasangka)

kelemahan-kelemahan.

Subdimensi demokrasi ini terdapat

Misalnya

saja

dalam proses pemilu. Seringkali proses

dalam buku ‘Seribu Pena Bahasa Indonesia

demokrasi

untuk SMP/MTs Kelas VIII’ karya Tim Abdi

waktu

Guru.

ini

dipahami bahwa proses demokrasi ini

tentang

tetap menjadi pilihan yang baik dalam

Di

disajikan

dalam

buku

sebuah

pelajaran

materi

ini

dan

dicap

membuang-buang

anggaran.

Namun,

perlu

pentingnya menghargai dan menghormati

masyarakat

perbedaan pendapat dalam diskusi. Hal

keberagaman ini. Sebagaimana pendapat

ini dapat diketahui pada materi semester

Ujan (2011: 45) bahwa demokrasi tetap

II

menyampaikan

dianggap sebagai budaya yang paling

persetujuan, sanggahan, dan penolakan

memadai dalam masyarakat multikultural

pendapat dalam diskusi disertai dengan

karena

bukti atau alasan pada halaman 75. Di

kesetaraan. Kelemahan-kelemahan dalam

dalam materi tersebut, siswa diberikan

demokrasi

pemahaman agar dapat menghargai dan

asalkan demokrasi dilakukan dengan akal

menghormati perbedaan pendapat dalam

yang sehat, untuk kepentingan bersama,

diskusi

dan atas pertimbangan yang matang dan

kompetensi

serta

dasar

memberikan

sanggahan

dengan bahasa yang sopan dan cara yang

yang

menghargai

Peserta didik diberikan pemahaman

telah

salah

keputusan

perbedaan

pendapat.

benar

Harus

dalam

dipahami

pengambilan

Dalam

proses

diskusi,

mendasarinya.
boleh

pedoman

mementingkan

pasti

yang

dihindari

diperkuat

yang

formalitas

alasan

Ujan

memberi

bahwa dalam setiap perbedaan pendapat,
ada

bisa

dan

oleh

Andrik (2003: 326) bahwa demokrasi juga

bahwa tidak harus mengartikan ada yang
yang

kebebasan

sebenarnya

Pendapat

ada

dengan

mendalam.

santun.

dan

penuh

saja

menyentuh

pengambilan

tidak

aspek

legalitas

semata,

tetapi

keputusan
dukungan

hanya

justru

itu

dan

dan

dapat

pengakuan

menerima satu pendapat dan boleh pula

yang tulus dari masyarakatnya. Demokrasi

menolaknya. Namun, yang harus dipahami

mampu menjunjung tinggi nilai-nilai lokal,

bahwa semua itu harus dilakukan dengan

seperti aspirasi, adat istiadat, seni, dan

cara-cara yang santun. Jangan sampai

gagasan-gagasan

menimbulkan hal-hal yang justru akan

daerah.

mampu memecahbelah kebersamaan dan
keharmonisan

dalam

Berdasarkan

kehidupan

pelajaran

Tak bisa dipungkiri bila demokrasi
selama

ini

berlangsung

subdimensi

dalam

analisis

di

mengenai

bahasa

Indonesia

demokrasi

ini

non-BSE,
hanya

ditemukan dalam salah satu buku dari

22 
 

berkembang

subdimensi demokrasi dalam buku-buku

bermasyarakat.

yang

yang

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
lima buku yang dianalisis. Pembahasan

dan diajak untuk bisa memilik sikap dan

tentang pentingnya demokrasi ini pun

perilaku yang saling mengerti dan mau

hanya terdapat dalam satu materi dalam

menolong teman/sahabat yang sedang

satu KD saja. Padahal dalam satu buku

menghadapi kesulitan dalam kondisi dan

pelajaran ada 37 KD. Oleh sebab itu,

suasana

diperlukan perbaikan dan penambahan

sebagaimana yang dilakukan oleh Ani

tentang materi demokrasi ini agar para

kepada

siswa benar-benar mampu memiliki rasa

bukanlah saudara kandung, berasal dari

penghargaan dan penghormatan, serta

latar

perilaku yang positif terhadap berbagai

mereka berusaha untuk saling mengerti

perbedaan yang ada.

dan berbagi. Sesulit apapun permasalahan

Oleh sebab itu, dapat disimpulkan

suka

Nina.

maupun

Meski

belakang

yang

duka.

Hal

mereka

berbeda,

ini

berdua

namun

yang dihadapi, mereka berdua berusaha

subdimensi demokrasi ini pun belum

untuk

sepenuhnya

diintegrasikan,

Sikap dan perilaku semacam ini sangat

dimunculkan, atau diaplikasikan dalam

patut untuk ditiru. Dengan diterapkannya

lima buku pelajaran bahasa Indonesia

sikap dan perilaku seperti ini, tentu akan

non-BSE tersebut.

tercipta

f.

harmonis di antara sesama.

bisa

Subdimensi budaya sekolah (bagian
dimensi penguatan budaya sekolah

menghadapinya

suasana

bersama-sama.

persahabatan

yang

Dalam buku karya E. Kosasih dan

dan struktur sosial)

Restuti

Pengintegrasian muatan pendidikan

budaya

Murwaningrum,
sekolah

subdimensi

dimunculkan

dalam

multikultural, dalam hal ini subdimensi

latihan mandiri 12 yang ada di halaman

budaya sekolah, ditemukan dalam tiga

92 tepatnya pada soal nomor 3. Peserta

buah buku pelajaran, yakni karya Ratna

didik diberikan pemahaman agar mereka

Purwaningtyastuti, karya E. Kosasih dan

mampu

Restuti

pendapat yang disampaikan oleh teman

Murwaningrum

serta

karya

Nurhadi, dkk.
Dalam

menghormati

dan

memahami

mereka. Sedangkan dalam buku karya
buku

Purwaningtyastuti,

karya

Nurhadi,

Dawud,

dan

Yuni

Pratiwi,

budaya

subdimensi budaya sekolah dimunculkan

sekolah ini ditemukan dalam bacaan tema

dalam bacaan yang ada di halaman 8-9.

4

Melalui bacaan tersebut peserta didik

di

halaman

subdimensi

Ratna

61-63.

Tepatnya

pada

pembelajaran KD: Mengevaluasi pemeran

diberikan

tokoh

drama,

dalam menjaga persahabatan yang telah

khususnya yang ada dalam bacaan di

terjalin sangatlah perlu untuk dilakukan.

halaman 61-63. Dari teks dialog antara

Peserta didik harus senantiasa menjaga

Ani dan Nina dalam bacaan tersebut

komunikasi,

diketahui bahwa para siswa diharapkan

menghargai, dan saling menghormati.

dalam

pementasan

23 
 

pemahaman

bahwa

keterbukaan,

upaya

saling

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
Namun, buku pelajaran ini masih
harus

diperbaiki

menampilkan

karena

sedikit

contoh

kelompok, agama, suku/ras/etnis, serta

baru

struktur sosial tidak ada satupun yang

yang

dimunculkan dalam lima buku pelajaran

berkaitan dengan budaya-budaya positif
yang

bisa

diterapkan

sekolah/kelas.

Selain

di
itu,

tersebut.

lingkungan
juga

Kualitas

hanya

multikultural

ditemukan dalam dua buku saja dari lima

bisa

disimpulkan

pula

tersebut

bahwa

sepenuhnya

diintegrasikan

buku

dalam

masih

pelajaran

bukan

Multikultural

juga

sangat

kurang.

tersebut.

Rendahnya

kualitas muatan pendidikan multikultural

non-BSE tersebut.
Muatan

atau

mampu tercakup dengan baik dalam lima

dalam

lima buku pelajaran bahasa Indonesia

Kualitas

dimunculkan

Keseluruhan dimensi multikultural belum

subdimensi budaya sekolah juga belum
bisa

yang

pendidikan

diintegrasikan dalam buku-buku pelajaran

buku pelajaran yang dianalisis. Oleh sebab
itu,

muatan

hanya

dari

sisi

jumlah

saja,

Pendidikan

melainkan juga dari sisi materi, latihan

Pelajaran

soal, maupun tugas-tugas yang diberikan

Buku

Bahasa Indonesia non-BSE Tingkat SMP.

kepada para peserta didik. Hal ini dapat

Berdasarkan hasil penelitian pada

kita ambil dari contoh tentang materi dari

lima buku pelajaran bahasa Indonesia

subdimensi budaya. Materi-materi budaya

non-BSE SMP kelas VIII, ditemukan bahwa

yang

hanya terdapat tiga dimensi multikultural

pelajaran tersebut masih cenderung pada

dari

budaya yang berasal dari daerah Jawa,

lima

dimensi

multikultural

yang

dimunculkan

dalam

buku-buku

seharusnya ada. Dimensi yang ada, yakni

khususnya

dimensi integrasi materi, pengurangan

Materi budaya dari daerah lain yang ada di

prasangka, penguatan budaya sekolah dan

Indonesia belum dimunculkan.

struktur

sosial.

konstruksi

Sedangkan

pengetahuan

dan

dimensi

penulis

tersebut

adalah

aplikasi,

Dari

hasil

oleh

muatan

oleh

belum

pendidikan

pihak

yang

berkepentingan agar dimasukkan dalam
buku pelajaran, kurangnya pengetahuan

individu,

24 
 

disebabkan

multikultural

budaya sekolah. Sedangkan subdimensi
konsep,

pelajaran.

disosialisasikannya

status

sosial/ekonomi, keadilan, demokrasi, dan

bahasa,

buku

non-BSE untuk tingkat SMP kelas VIII

dalam buku pelajaran tersebut. Enam

sastra,

muatan

dalam buku pelajaran bahasa Indonesia

belas subdimensi yang seharusnya ada

budaya,

kualitas

kualitas muatan pendidikan multikultural

ditemukan enam subdimensi dari empat

subdimensi

Tengah.

wawancara diketahui bahwa rendahnya

buku pelajaran tersebut. Selain itu, hanya

dimunculkan

Jawa

pendidikan multikultural juga diakui oleh

ada satupun yang muncul dalam lima

yang

daerah

Rendahnya

dimensi

penyesuaian metode pembelajaran tidak

subdimensi

dari

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
dan pemahaman penulis buku pelajaran

sangat

terhadap

bahkan pengubahan dalam masing-masing

pendidikan

multikultural,

diperlukan

adanya

perbaikan

penulisan buku pelajaran lebih banyak

buku,

terpengaruh oleh budaya sang penulis

maupun

sendiri, dan keinginan atau kesukaan

kepada peserta didik. Seluruh dimensi

penulis mengungkap budayanya sendiri.

multikultural

buku

memperkuat

tersebut

hasil

materi,

tugas-tugas

latihan

yang

tersebut

soal

diberikan

hendaknya

tersebut. Hal ini agar tujuan pendidikan

semakin

penelitian

dari

diterapkan dalam buku-buku pelajaran

Faktor-faktor yang dinyatakan para
penulis

baik

multikultural yang hendak diraih benar-

yang

benar bisa diwujudkan.

dilakukan oleh peneliti. Hasilnya bahwa
kualitas muatan pendidikan multikultural

SIMPULAN DAN SARAN

yang ada dalam lima buku pelajaran

Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

bahasa Indonesia non-BSE untuk tingkat

pembahasan, diberikan simpulan berikut:

SMP kelas VIII tersebut memang sangatlah

1. muatan

kurang dan sangat perlu untuk diadakan

belum

pembenahan

dalam

dengan

dan

adanya

perbaikan.

multikultural

sepenuhnya

diintegrasikan,

lima buku pelajaran bahasa

pendidikan

Indonesia non-BSE SMP kelas VIII yang

multikultural yang memadai akan bisa

diteliti. Dari lima dimensi pendidikan

terbangun sebuah dinamika kehidupan

multicultural hanya ada tiga dimensi

yang serasi, selaras, dan penuh dengan

yang

keharmonisan. Akan terbangun sebuah

integrasi

komunikasi multikultural yang baik.

prasangka, penguatan budaya sekolah

Dengan
komunikasi

muatan

Padahal

pendidikan

terbangunnya

dimensi

tersebut,

untuk

memperoleh

pemahaman

antarrasial,

antaragama,

antargolongan,

dalam

masyarakat,

tidak

antaretnik,

sehingga

yang

penyesuaian

tingkat

dan

materi,

dimensi

pengurangan

lain,

yakni

dimensi

konstruksi pengetahuan dan dimensi

menurut Andrik (2003: 45) akan dapat
diarahkan

yakni

dan struktur sosial. Sedangkan dua

sebuah

multikultural

dimunculkan,

metode

ditemukan

pembelajaran

dalam

lima

buku

pelajaran tersebut;

kelas

2. kualitas

tercipta

muatan

multikultural

harmonitas kehidupan dalam kerangka

pelajaran

hidup berdampingan secara damai.

pendidikan

dalam

tersebut

lima
masih

buku
kurang

memadai. Hal ini karena belum semua
dimensi multikultural terintegrasi dan

Berdasarkan paparan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kualitas penerapan

menyebar

materi pendidikan multikultural dalam

bagian isi buku, mulai dari pengantar,

lima buku pelajaran tersebut kualitasnya

materi,

masih sangat kurang memadai. Masih

25 
 

secara

latihan

merata

soal,

ke

setiap

tugas-tugas,

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra
ISSN: 1693-623X Vol 1, No 1, 2013 (hal 12-26)
http://jurnal.pasca.uns.ac.id
maupun

evaluasi

yang

diberikan

segala sesuatu yang berkaitan dengan

kepada para peserta didik.

pendidikan multikultural.

Seluruh pihak yang berkepentingan

tujuan pendidikan multikultural dapat

(penulis buku, guru, pengambil kebijakan)
hendaknya

betul-betul

hal ini agar

diwujudkan.

memperhatikan

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Aly. 2011. Pendidikan Islam Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Andrik

Purwasito. 2003.
University Press.

Komunikasi

Multikultural.

Surakarta:

Muhammadiyah

Banks, J. A.. 2002. An introduction to Multicultural Education, Boston-London: Allyn and
Bacon Press.
Banks, J.A.. 2010. Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham Heights,
Massachusetts : Allyn and Bacon.
Cardinas, Jose A.. 1975. Multicultural Education: A Generation of Advocacy. America:
Simon & Schuster Custom Publishing.
Choirul Mahfud. 2011. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mansouri, Fethi dan Anna Trembath. 2005. ““Multicultural Education and recism: The
chase of Arab-Australia students in contemporary Australia”. International
Education Journal. Vol. 6. no. 4. Hal. 516-529.
Sarwiji Suwandi. 2008. “Peran Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Menghasilkan
Generasi Multikultur.” Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Peran
Pembelajaran
Bahasa
Indonesia
dalam
Konteks
Multikultural
yang
diselenggarakan HIMA Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang, 2 November 2008.
Sitti Mania. 2010. Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran. dalam
Lentera Pendidikan Vol. 13 No. 1 Juni 2010: 78-91.
Ujan, Andre Ata, dkk.. 2011. Multikulturalisme: Belajar Hidup Bersama dalam
Perbedaan. Jakarta: PT Indeks.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yaqin, M. Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural; Cross-Cultur Understanding untuk
Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.
Zamroni. 2011. Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta:
Gavin Kalam Utama.

26