Hubungan Antara Sikap Terhadap Penempatan kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen

  Hubungan Antara Sikap Terhadap Penempatan kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen

  S k r i p s i Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  Oleh : Wahyu Eko Mardani NIM : 049114108 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

  

MOTTO

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktu-Nya ( Pengkotbah 3:11 )

  “ Rancangan-Ku adalah rancangan damai

sejahtera. Untuk memberikan kepadamu hari depan

yang penuh harapan (Yeremia 29:11)

  

Untuk mendapatkan cinta penuhilah diri kita dengan

cinta hingga anda menjadi magnet. ( Charles Haanel)

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Karya ini kupersembahkan Untuk …… :Tuhanku,Yesus Kristus buat Kasih dan Berkat- Nya…………….

   Papa dan Mamaku tersayang atas Doa, Kasih Sayang dan Kesabarannya menjagaku.

   Adek – adekku tercinta Nia & Lidya Ari Tunggul S. Christanto S.T . yang setia, sabar menunggu, menemani dan memotivasiku.

   Serta teman dan Sahabatku yang selalu memotivasiku……..

  

ABSTRAK

  Wahyu Eko Mardani (2009). Hubungan Antara Sikap Terhadap Penempatan

Kerja dan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen.

Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Sikap Terhadap Penempatan Kerja dengan Mutu Pelayanan Umum para Bidan Desa di Kabupaten Kebumen. Hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum yang diberikan para bidan desa.

  Subyek dalam penelitian ini adalah para bidan desa di Kabupaten Kebumen dan berjumlah 58 orang. Data dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran skala sikap terhadap penempatan kerja, sedangkan mutu pelayanan umum bidan desa diperoleh dari hasil penilaian 2 rater. Data sikap yang diperoleh tersebut kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS for windows versi

16.00. Koefisien reliabilitas dari skala sikap terhadap penempatan kerja adalah

  0,953, sedangkan reliabilitas antar rater penilaian mutu pelayanan umum bidan desa adalah sebesar 0,896. Untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum para bidan desa digunakan korelasi Product Moment Pearson.

  Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum umum para bidan desa di Kabupaten Kebumen dengan koefisien korelasi sebesar 0,585 dengan taraf signifikansi 0,01. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi atau positif sikap terhadap penempatan kerja yang dijalani semakin tinggi atau baik pula mutu pelayanan yang diberikan.

  Kata Kunci: Sikap terhadap Penempatan Kerja, Mutu Pelayanan, Bidan Desa

  

ABSTRACT

  Wahyu Eko Mardani (2009). The midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. Yogyakarta: Sanata Dharma University.

  The aim of the research was to find the correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. The hypothesis of this research was there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality.

  The sample of this study were the midwives in Kebumen and there were 58 participant. The data was collected by distributing the scale of attitude toward job placement and the midwives service quality collected by took 2 rater. For the data analysis, this study used SPSS for Windows version 16.00. The. Reliability coefficient for the scale of attitude toward job placement was 0,953 and reliability coefficient for quality service was 0,896. This study used Product Moment Pearson to find the relationship between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen.

  The result show there was a positive correlation between the midwives attitude toward job placement and their service quality in Kebumen. It was shown by the amount of correlation coefficient, which was 0,585 at the level of significant 0,01. We can conclude that the higher or positive the midwives attitude toward job placement gets, the higher midwives service quality will gets too. Keywords: Job placement, service quality, the midwives

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan atas limpahan berkat, arahmat, dan kasih-Nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. Dalam menyelesaikan skripsi ini, saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, berupa moral, material maupun spiritual, sehingga pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ucapan matur sembah nuwun kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis,

  1. Pak Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi dan wakil-wakilnya, atas segala kesempatan dan kemudahan yang diberikan selama menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi.

  2. Mbak Henrietta P.D.A.D.S., S. Psi., selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih buat bimbingan dan dukungannya sampai saya bisa menyelesaikan study di fakultas psikologi ini. Makasih Mbak…

  3. Pak Agung terima kasih atas bimbingan serta pengetahuan tentang statistiknya.

  Terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

  4. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, Pak Cahyo, Pak Siswo, Bu Christine, Bu Susan, Bu Lusi, Bu Titik, Bu Anantasari dan Bu Sylvia, Pak Heri, Pak Priyo, Pak Supratiknya dan semuanya saja terimakasih atas segala ilmu dan pengetahuannya yang sangat membantu dalam menyelesaikan studi di sini.

  5. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, Mas Muji, dan Pak Gie yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada saya dan rekan-rekan mahasiswa selama ini.

  6. Kepala Dinas Kabupaten Kebumen Bpk. Drs. Dr. Budi Satrio M.Kes serta Kepala Puskesmas Kutowinangun,Poncowarno, Ambal II dan Alian. Terima kasih telah memberikan ijin kepada saya untuk mengadakan penelitian ini.

  7. Bapak Milyono. SH selaku kepala badan Kesbang Polinmas Kabupaten Kebumen dan Bapak Sukamto. S.Sos,M.T selaku kepala BAPPEDA Kabupaten Kebumen. Terima kasih atas bantuan dan kerja samanya

  8. Seluruh keluargaku khususnya mama, papa adekku ( Nia & Lidya ) yang selalu mendoakan,memberi kasih sayang, dukungan,motivasi,nasehat serta keceriaan yang tak pernah habis buatku. I luv u all,,,,,,

  9. Ari Tunggul S.C terima kasih buat kesetiaan, kesabaran, dukungan, motivasi dan buat semua yang udah dikasih sampai akhirnya bisa menyelesaikan skripsi ini. ( Akhirnya adek nepati janji lulus tahun ini n nyusul mas….lup u…^_^)

  10. “ The Three Sista”, 3 beruang, 3 kurcaci ( Dhany,Lita, Fenny ). Tenkyu sist, buat semua keceriaan yang udh kalian kasih. Suka, duka, tawa, tangis.

  Pokoknya kalian the best. Jaga komunikasi ya, coz qta bakal pulang ke daerah masing2. Pokoknya keep contact. Mpe kapanpun qta tetep 3 sodara perempuan.

  ( ayo semangat, qta wisuda bareng….)

  11. Buat temen – temen angkatan 2004. Wah angkatan qta cepet – cepet banget sieh lulusnya. Ngejar apa sieh kalian ini?? Buat yang belum lulus, jangan patah

  lagi kesepian or lagi butuh bantuan kekosmu ya!!!hahaha….Susi tenkyu udah diajarin spss yo.

  12. Temen2 Smanda Boement yang masih sering kumpul. Wah gokil abis pokoknya. Sasa, Pena, Ardhy, Tyo, Aji, Nana, Icha, Ubus…..dll. Ayo cah ndang nyusul Pena wkwkwkkkk…..

  13. Temen-temenku gereja. Aku bosen denger kalian tanya kapan aku lulus tau……….!!!!!. Mas Pur ( mas pendeta.heee…) yang seneng banget ngerjain dengan kata ndang luluso nduk…..( duh panas nie kuping). Tapi tengkyu jadi termotivasi kok…

  14. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu yang telah membantu saya hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih banyak.

  Akhir kata, penulis juga hendak menyampaikan permintaan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja ataupun yang tidak disengaja. Semoga skripsi ini bisa berguna untuk siapa saja yang membacanya.

  Penulis Wahyu Eko Mardani

  DAFTAR ISI

  Halaman Judul .................................................................................................... i Halaman Persetujuan ............................................................................................. ii Halaman Pengesahan .......................................................................................... iii Halaman Motto ................................................................................................... iv Halaman Persembahan ........................................................................................ v Halaman Pernyataan Keaslian Karya................................................................... vi Abstrak ............................................................................................................... vii Abstract .............................................................................................................. viii Halaman Persetujuan Publikasi Karya ................................................................ ix Kata Pengantar.................................................................................................... x Daftar Isi............................................................................................................. xiii Daftar Tabel........................................................................................................ xvii Daftar Lampiran.................................................................................................. xviii BAB I PENDAHULUAN .............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah...............................................................

  1

  C. TujuanPenelitian…………………………………………………. 7 D. Manfaat Penelitian .......................................................................

  7 1. Manfaat Teoritis .............................................................

  7 2. Manfaat Praktis ...............................................................

  7 BAB II TINJAUAN TEORITIS .....................................................................

  8 A. Sikap ...........................................................................................

  8 1. Sikap...............................................................................

  8

  2. Karakteristik Sikap.......................................................... 9

  3.Komponen Sikap.............................................................. 10 4.Faktor-faktor Pembentuk Sikap ........................................

  10 5.Penempatan Kerja di Desa................................................

  12 6.Sikap Terhadap Penempatan Kerja ...................................

  15 B. Mutu Pelayanan Umum..............................................................

  16 1. Pelayanan Umum ...........................................................

  16 2. Standar Pelayanan Umum...............................................

  17 3. Mutu Pelayanan Umum ..................................................

  19 4. Faktor – Faktor Mutu Pelayanan Kesehatan....................

  20 C. Hubungan Antara Sikap terhadap Penempatan Kerja dengan

  D. Hipotesis ....................................................................................

  24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 25 A. Jenis Penelitian .............................................................................

  25 B. Identifikasi Variabel......................................................................

  25 C. Definisi Operasional...................................................................... 26 D. Subjek Penelitian ..........................................................................

  27 E. Metode Pengumpulan Data............................................................ 27

  F. Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 33 1. Validitas ...................................................................................

  33

  2. Analisis Item............................................................................. 33 3. Reliabilitas................................................................................

  36 G. Analisis Data ................................................................................ 37

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 38 A. Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 38 B. Deskripsi Data Penelitian .............................................................. 39

  1. Uji Normalitas ........................................................................

  42 2. Uji Linearitas ..........................................................................

  43

  3. Uji Hipotesis ............................................................................ 44 D.Analisis Tambahan...........................................................................

  45 E. Pembahasan ..................................................................................

  46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 50

  A. Kesimpulan................................................................................... 50 B. Saran.............................................................................................

  50 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

  52 LAMPIRAN ……….........................................................................................

  54

  DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja ......... 29Tabel 3.2 Distribusi Item Untuk Skala Sikap terhadap Penempatan Kerja

  ( setelah analisis item) ....................................................................... 35

Tabel 4.1 Persentase Berdasarkan Usia ............................................................. 39Tabel 4.2 Persentase Berdasarkan Status Kepegawaian ..................................... 40Tabel 4.3 Norma Kategorisasi Skor................................................................... 41Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Sikap Terhadap Penempatan Kerja ....................... 41Tabel 4.5 Kategorisasi Skor Mutu Pelayanan umum ......................................... 42Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 43Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas............................................................................ 44Tabel 4.8 Korelasi Antara Tiap Aspek Dengan Mutu Pelayanan Umum ............ 45

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Instrumen Penelitian

  1. Skala Sikap Terhadap Penempatan Kerja

  2. Tugas – tugas Standar Pelayanan Minimal Bidan

  3. Kategorisasi Standar Pelayanan Bidan Lampiran 2. Reliabilitas Antar Rater Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Lampiran 4. Uji Normalitas Lampiran 5. Uji Linearitas Lampiran 6. Korelasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah merupakan faktor penting bagi pertumbuhan serta

  perkembangan suatu negara. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang bekerja keras dalam menangani masalah kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Di Indonesia, masalah kematian dan kesakitan ibu masih merupakan suatu masalah yang besar. Angka kematian ibu masih mencapai 262 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini 3-6 kali lebih besar di wilayah ASEAN serta merupakan angka tertinggi (Media Indonesia, 28 Juni 2008).

  Tingginya angka ini menunjukkan bahwa kesejahteraan keluarga belum terwujud dengan baik, padahal kesejahteraan sebuah keluarga merupakan tonggak bagi terwujudnya kesejahteraan bangsa yang baik (Setyowanto, 2005).

  Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu, salah satunya disebabkan oleh kualitas pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak yang tidak atau kurang memenuhi standar kesehatan sehingga membahayakan jiwa pasien tersebut, hal seperti ini biasanya terjadi di daerah pedesaan (Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004). Menurut Manuaba (1998), 70% masyarakat Indonesia tinggal di daerah pedesaan yang jauh dari layanan kesehatan yang memadai karena situasi

  Sebagai upaya untuk menangani permasalahan ini pemerintah melalui Departemen Kesehatan Republik Indonesia berusaha mempercepat penurunan angka kematian ibu dengan meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan khususnya kebidanan kepada setiap masyarakat atau ibu yang membutuhkan yaitu dengan cara menempatkan bidan di setiap desa yang disebut sebagai bidan desa melalui badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan Indonesia, 2004).

  Mutu pelayanan itu sendiri adalah merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch dan Davis, 1994). Menurut Azwar (1994) mutu pelayanan kesehatan merupakan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan yang dapat menimbulkan kepuasan pada salah satu pihak dalam hal ini pasien atau masyarakat yang membutuhkan dan di lain pihak merupakan kesesuaian antara pelayanan dan standar pelayanan profesi yang diterapkan. Baik buruknya atau keberhasilan mutu pelayanan kesehatan yang diberikan sangat berkaitan dengan pelayanan perawatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada pasiennya (Kretartho, 1999). Pelayanan perawatan ini juga merupakan sikap dan tingkah laku bidan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya (Keraf dalam Hartanti, 1995).

  Tidak mudah bagi seorang bidan untuk memberikan kualitas pelayanan yang bermutu karena banyak faktor yang harus dihadapi. Tiffin & Cormick (1965) menyebutkan faktor yang mempengaruhi kualitas suatu pekerjaan digolongkan menjadi 2 hal, yaitu variabel individu itu sendiri dan variabel lingkungan. Dalam hal ini setiap bidan desa pasti mempunyai kondisi yang berbeda satu sama lain dan menghadapi hal yang berbeda baik dalam lingkungan kerjanya maupun diluar kerjanya.

  Seorang bidan desa harus siap memberikan pelayanan kesehatan secara mandiri dan selama 24 jam penuh dan terkadang harus rela mengesampingkan kepentingan pribadinya. Selain hal ini, seorang bidan desa pasti mempunyai permasalahan lain di dalam keluarganya maupun dilingkungan masyarakatnya. Situasi seperti ini akan mempengaruhi baik fisik maupun psikis yang harus dirasakan seorang bidan desa dalam menjalani tugas penempatan kerjanya di sebuah desa sehingga akan menimbulkan respon emosional serta kognitif yang akan terorganisir menjadi sebuah sikap (Mac.Dougall dalam Gerungan, 1998).

  Sikap itu sendiri adalah sejumlah afeksi positif atau negatif yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap suatu objek (Thurstone Louis,dalam Azwar, 1988). Menurut Mac.Dougall (dalam Gerungan, 1998) menambahkan bahwa sikap merupakan totalitas dari instink – instink yang terorganisir, yang berkaitan erat dengan emosi – emosi dan semuanya menjadi sumber penyebab tingkah laku manusia sehingga menimbulkan bentuk tingkah laku yang berkesinambungan, teratur dan berlangsung cukup lama. Sikap terhadap profesi merupakan sekumpulan elemen kognitif, afektif serta konatif dalam diri seorang individu yang berhubungan dengan manfaat tugas, pelaksanaan tugas, rasa senang dan puas, kerja keras untuk menjalankan tugasnya (Mulyono, 2002).

  Penyebaran dan penempatan bidan desa ini dilakukan di seluruh propinsi dan kabupaten di Indonesia dengan harapan agar pelayanan kesehatan mudah dijangkau dan merata pada semua lapisan masyarakat. Pemerintah berupaya dengan cara melakukan program penempatan kerja melalui program Pegawai Tidak Tetap (PTT) di seluruh propinsi dan kabupaten untuk lebih mendekatkan sarana kesehatan di desa. Salah satunya adalah di propinsi Jawa Tengah khususnya di kabupaten Kebumen. Angka kematian ibu dan bayi di kabupaten Kebumen masih tergolong tinggi yaitu sebesar 102 per 100.000 (KebumenKab.go.id) sehingga peran tenaga kesehatan masih sangat dibutuhkan khususnya adalah para bidan.

  Peran dan tanggung jawab seorang bidan desa tidak hanya dalam usaha menurunkan angka kematian ibu dan bayi namun juga meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat di wilayahnya serta berbagai usaha untuk pencegahan dan penanggulangan berbagai macam penyakit seperti TBC, Aids, malaria, demam berdarah, diare (SPK, 1999). Dilihat dari tanggung jawab mereka inilah maka peran seorang bidan desa sangat penting.

  Kompleksitas kerja yang telah dibahas menunjukkan bahwa penempatan kerja tidak hanya sekedar pemerataan kesejahteraan kesehatan saja tetapi juga menyangkut implikasi psikologis yang bidan desa hadapi selama menjalani penempatan kerja tersebut. Pelayanan yang diberikan bidan desa tidak terlepas dari kepentingan masyarakat yang ada di desa tersebut. Bersentuhan dengan masyarakat berarti bidan desa berinteraksi secara langsung dengan berbagai aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat. Masyarakat desa adalah masyarakat yang masih sangat kuat dalam memegang prinsip adat atau tradisi dalam komunitasnya. Kondisi sosial seperti ini akan memberikan tekanan serta kecemasan tersendiri bagi para bidan desa dalam menjalani tugasnya secara profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan karena seorang bidan desa mendapatkan lokasi penempatan kerjanya sesuai dengan kebijakan pemerintah.

  Seorang bidan desa mengalami ketakutan – ketakutan tertentu untuk berhadapan dengan masyarakat, misalnya bagaimana mereka harus bersikap atau berperilaku terhadap masyarakat. Di dalam kode etik internasional juga diungkapkan bahwa dalam praktik kebidanan, bidan bertidak sebagai panutan (Yayasan Kesehatan Perempuan, 2004). Seorang bidan dalam menjalankan tugasnya harus menghormati norma – norma yang berlaku didalam masyarakat (Sofyan,2001). Aktivitas kerja seorang bidan desa membutuhkan kerja langsung ke setiap sudut desa. Hal inilah yang mungkin saja menimbulkan ketidaksiapan dalam merespon tugas penempatan kerjanya.

  Respon emosi dan kognitif seorang bidan desa akan terorganisir menjadi sebuah sikap. Sikap terhadap penempatan kerja dapat dikatakan merupakan suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa yang mempunyai kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang berhubungan dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugasnya,rasa senang, puas terhadap pekerjaannya ,kerja keras dan sukses dalam menjalankan kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh. Jika seorang bidan menunjukkan suatu respon positif terhadap suatu stimulus yaitu penempatan kerja maka dia akan bekerja dengan baik dan memberikan pelayanan yang baik, begitu pula sebaliknya.

  Penelitian yang hampir sama telah dilakukan oleh Sa’dijah (1997) pada mahasiswa Matematika di IKIP Malang. Dia menyatakan bahwa sikap yang positif terhadap suatu obyek maka dia akan memberikan prestasi yang tinggi begitu pula sebaliknya.

  Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dengan mutu pelayanan umum yang diberikan oleh bidan desa kepada masyarakat di kabupaten Kebumen.

B. RUMUSAN MASALAH

  Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah ada hubungan antara sikap para bidan desa terhadap tugas penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang diberikan pada masyarakat?”

C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja di desa dengan mutu pelayanan umum yang diberikan para bidan desa kepada masyarakat.

D. MANFAAT PENELITIAN

  1. Secara teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi bidang psikologi khususnya dalam bidang psikologi industri dan organisasi serta diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi ataupun sebagai sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya.

  2. Secara praktis: Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan bahan refleksi bagi puskesmas dan khususnya bagi para bidan desa dalam menyikapi tugas penempatan kerja yang sedang dijalaninya yang tentunya tanggung jawabnya dapat meningkatkan kualitas atau mutu pelayanan yang bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang sebaik – baiknya.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Sikap

1. Sikap

  Sikap atau attitudes merupakan istilah populer dalam dunia psikologi. Thurstone dalam Azwar (1988) mendefinisikan sikap sebagai suatu jumlah afeksi positif atau negatif yang dirasakan seseorang terhadap suatu obyek. Sikap seseorang terhadap suatu perasaan yang mendukung (favorable) atau perasaan yang tidak mendukung (unfavorable) pada objek tersebut. Sedangkan Sudibyo (2003) yang menyatakan bahwa sikap adalah merupakan suatu organisasi keyakinan yang mengandung komponen kognitif, konatif dan afeksif (emosional) yang relatif akan bersifat tetap dan berkembang melalui pengalaman serta merupakan suatu kesiapan untuk mereaksi terhadap obyek tertentu secara positif maupun negatif dan dapat bervariasi kualitas dan intensitasnya.

  Berdasarkan pengertian – pengertian tersebut disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan yang mempunyai kecenderungan respon baik positif maupun negatif pada suatu obyek yang dihadapinya dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif dan konatif.

2. Karakteristik Sikap

  Sikap juga mempunyai beberapa karakteristik, menurut Bringham (1991). Karakteristik dasar dari sikap adalah sebagai berikut :

  a. Sikap mempunyai arah Sikap terbagi atas dua arah yaitu setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung terhadap suatu obyek sikap. Dimana sikap setuju,mendukung ini berarti mempunyai arah positif dan tidak setuju, tidak mendukung berarti mempunyai arah yang negatif.

  b. Sikap memiliki intensitas Yaitu kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama meskipun mempunyai arah yang tidak berbeda.

  c. Sikap mempunyai konsistensi Yaitu kesesuaian antara pernyataan sikap dan responnya terhadap obyek sikap termaksud, dimana konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar waktu.

  d. Sikap memiliki spontanitas Yaitu sejauh mana kesiapan individu untuk mengungkapkan sikapnya secara spontan. Dimana apabila spontanitas yang tinggi dapat diungkapkan secara terbuka tanpa harus melakukan desakan untuk diungkapkan.

3. Komponen Sikap Menurut skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen.

  Komponen – komponen sikap menurut skema triadik:

  1. Komponen kognitif (cognitive) Representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

  Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen afektif (affective)

  Komponen afektif adalah merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.

  3. Komponen konatif (conative) Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan objek sikap yang dihadapi seseorang. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku.

4. Faktor – faktor Pembentuk Sikap

  Sikap sosial terbentuk adanya interaksi sosial yang dialami oleh seorang individu. Dalam interaksi sosialnya seorang individu akan membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologisnya.ada banyak hal yang mendukung pembentukan sikap seseorang , yaitu :

  1. Pengalaman pribadi Untuk memberikan tanggapan yang baik terhadap suatu objek sikap yang dihadapi maka dia harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. Middlebrook, 1974 mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

  2. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

  3. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Orang yang dianggap penting bagi kita atau yang berarti khusus merupakan significant others yang akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu.

  4. Media massa Media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam memberikan informasi sebagai tugasnya, media massa membawa pula pesan – pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Walaupun media massa perannya tidak sebesar interaksi individu secaara langsung, namun peran media massa tidak kecil artinya.

  5. Institusi atau lembaga pendidikan atau lembaga agama Lembaga pendidikan atau lembaga agama sebagai suatu sistem pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

  6. Emosi dalam diri individu Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Terkadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai sarana penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

  Bimo (1978) juga berpendapat adanya faktor – faktor yang menentukan dalam pembentukan dan perubahan sikap: a. Faktor internal

  Faktor internal disini adalah bagaimana cara individu menerima atau menanggapi secara seleksi pengaruh dari luar sehingga tidak semua yang datang diterima atau dibuang.

  b. Faktor eksternal Faktor eksternal disini adalah keadaan yang ada diluar individu yang dapat mempengaruhi individu untuk membentuk atau menggubah sikapnya.

5. Penempatan kerja di desa

  Tugas adalah suatu tanggung jawab serta peran yang diberikan kepada seseorang dan wajib untuk dilaksanakan. Penempatan kerja bidan di desa adalah salah satu progam pemerintah melalui Departemen Kesehatan (DepKes) yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah pedesaan. Kebijakan ini didasarkan oleh surat edaran dari Direktorat jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Nomor 429/Binkesmas/DJ/III/89 tanggal 29 Maret 1989 (Depkes RI,1993).

  Peraturan Menteri Kesehatan RI Pasal 8 nomor 572/MENKES/PER/VI/1996 mengungkapkan bahwa penempatan bidan dimaksudkan dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan ditetapkan dengan urutan prioritas yaitu desa, Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Puskesmas/ Rumah Sakit di ibukota daerah tingkat I atau tingkat I.

  Tahun 1993 Depkes RI mengungkapkan juga bahwa bidan desa ditempatkan pada setiap desa yang belum terdapat fasilitas pelayanan kesehatan sehingga seorang bidan harus bertempat tinggal di desa tersebut dan bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas. Hal ini dilakukan dengan adanya program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah berlangsung sejak tahun 1991 (Depkes RI, 2005). Bidan PTT ini ditempatkn di daerah terpencil dalam kurun waktu 3 tahun. Tujuan dari penempatan seorang bidan di desa adalah untuk pemerataan peningkatan pelayanan kesehatan melalui puskesmas dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan bayi, Program KB, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup sehat.

  Jadi tugas penempatan kerja bidan di desa adalah program pemerintah yang dimaksudkan untuk memeratakan pelayanan kesehatan masyarakat agar lebih mudah dijangkau hingga unit terkecil terutama di daerah pedesaan hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

  Menurut Manuaba (1998) terdapat hambatan – hambatan dalam penempatan seorang bidan desa diwilayah : a. Bidan bukan berasal dari daerah sendiri b. Kesulitan menyesuaikan diri dalam masyarakat

  c. Kemampuan desa untuk membangun Polindes masih terbatas sehingga banyak di antara bidan desa yang kurang mendapat dukungan dari masyarakat

  d. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan desa dan berpindah mengikuti suami e. Bidan belum mendapat kepercayaan dari masyarakat sehingga orientasi terhadap dukun masih dominan

  Bidan desa adalah tenaga profesional dalam bidang kesehatan untuk masyarakat khususnya ibu dan anak yang telah mengikuti program pendidikan dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku (KEPMENKES No.900/MENKES/SK/VII/2002). Bidan juga bertugas memberikan penyuluhan – penyuluhan tentang kesehatan pada ibu di daerah wilayah binaannya. Bidan desa bertanggung jawab atas daerah binaannya tersebut yang terdiri dari 1-2 desa. Baik dalam peningkatan ibu dan anak maupun peningkatan kesehatan masyarakatnya. Hambatan – hambatan pada bidan desa: a. Umur bidan relatif muda dan bukan berasal dari daerah sendiri.

  b. Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat.

  c. Perkawinan bidan desa yang segera meninggalkan dan pindah ikut suaminya.

  d. Pendidikan belum cukup untuk mandiri sehingga bidan kurang berfungsi.

  e. Karena berusia muda maka bidan desa belum mendapat kepercayaan sehingga orientasi pada dukun masih dominan.

  Para bidan PTT atau yang mengikuti program penempatan kerja adalah mereka yang baru saja lulus dari pendidikan bidan maupun mereka yang baru saj adiangkat sebagai PNS. Bidan desa tersebut masih dalam tahap perkembangan dewasa awal. Dewasa awal menurut Hurlock (1999) adalah periode penyesuaian diri terhadap pola – pola dan harapan sosial yang baru. Menurut Erikson mereka berada dalam tahap keintiman vs isolasi yang berada pada rentang usia 20-30 tahun. Sebagai individu yang sedang menjalani proses menuju dewasa mereka terus saja menanyakan tentang siapa dirinya. Dalam perenungan inilah mereka sangat dipengaruhi oleh tuntutan sosial dan tuntutan sosial ini mungkin saja akan menimbulkan stress pada berbagai perubahan hidup.

6. Sikap terhadap penempatan kerja

  Sikap terhadap penempatan kerja merupakan bagian dari sikap seseorang terhadap suatu profesi yang sedang dijalaninya. Bidan desa juga merupakan suatu profesi yang sangat penting bagi kesejahteraan kesehatan di Indonesia. Sikap seorang bidan desa terhadap penempatan kerja merupakan sikapnya terhadap profesi bidan yang menjalani tugas penempatan kerja didesa. Oleh karena itu, peneliti menggunakan pendapat ahli tentang sikap terhadap profesi.

  Mulyono (2002) mengungkapkan bahwa sikap terhadap profesi dapat diartikan sebagai suatu keyakinan, pikiran dan perasaan, keinginan dan tanggung jawab yang menimbulkan kesiapan untuk bertugas sesuai dengan profesinya, mencintai tugas yang diembannya serta menjalankan panggilan tugas tersebut dengan suka cita yang berhubungan dengan manfaat tugas yang dijalaninya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras dalam menjalankan kewajibannya atau pekerjaannya.

  Jadi, berdasarkan uraian tersebut sikap terhadap profesi dalam hal ini adalah profesi bidan dalam menjalankan penempatan kerja adalah suatu bentuk reaksi atau evaluasi perasaan seorang bidan desa yang mempunyai kecenderungan respon baik positif atau negatif dan merupakan penggabungan dari komponen afektif, kogitif dan konatif yang berhubungan dengan manfaat tugasnya, pelaksanaan tugasnya, rasa senang dan puas, kerja keras menjalankan kewajibannya ketika dia ditempatkan di wilayah – wilayah kerjanya yaitu desa hingga memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

B. Mutu Pelayanan Umum

1. Pelayanan Umum

  Pelayanan umum itu sendiri adalah dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan

   ). Sedangkan pelayanan umum dalam penelitian ini adalah dalam bentuk pelayanan kesehatan yaitu bentuk jasa yang diberikan pada publik dalam rangka meningkatkan kesehatan baik secara fisik, sosial dan mental. Menurut Yacobalis dalam Rusmawati (1998) menyatakan bahwa pelayanan merupakan sutu kebutuhan yang sifatnya membantu atau mengarahkan sehingga dapat bermanfaat bagi orang lain.

  Sedangkan menurut Depkes RI (1988) menyatakan bahwa pelayanan kesehatan adalah segala upaya dan kegiatan pencegahan dan pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan para ahli pelayanan medis dan orang yang membutuhkan. Tujuan utama pelayanan kesehatan adalah tercapainya keadaan hidup sehat dan belum sampai pada hidup produktif. Pengertian tersebut sampai saat ini masih mempengaruhi upaya pelayanan kesehatan.

2. Standar Pelayanan Umum

  Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Suatu standar akan efektif apabila dapat diobservasi dan diukur, realistik, mudah dilakukan dan dibutuhkan (SPK, 2005). Maka pelayanan berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian, standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas pelayanan.

  Menurut peraturan Bupati Kabupaten Kebumen Nomor 109 tahun 2007 tentang pedoman standar pelayanan minimal pada dinas kesehatan Kabupaten Kebumen, disebutkan beberapa pelayanan yang harus dilakukan oleh tenaga bidan yaitu : A. Penyelenggaraan perbaikan gizi masyarakat

  1. Mengaktifkan Posyandu

  2. Memberikan penyuluhan KIA

  3. Pemeriksaan anak pra sekolah dan anak sekolah

  4. Pemberian vitamin A pada balita

  5. Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas

  6. Memberikan penyuluhan tentang KB

  7. Memberikan 90 tablet Fe pada ibu hamil

  8. Memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI)

  9. Memberikan berbagai jenis imunisasi

  10. Menimbang balita pada saat Posyandu

  B. Pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang

  1. Melakukan kunjungan neonatus

  2. Melakukan pertolongan persalinan

  3. Mampu bekerja sama dengan dukun bayi

  4. Melaporkan adanya ibu hamil resiko tinggi

  5. Melakukan pengukuran pita LILA pada ibu hamil 6. melakukan pengukuran pita LILA pada wanita usia subur

  7. Memberikan penyuluhan pada kader kesehatan

  8. Memberikan pembinaan pada dukun bayi

  9. Memberikan stiker P4K pada semua ibu hamil

  10. Memberikan pelayanan selama 24 jam

3. Mutu Pelayanan Umum

  Goetsch dan Davis (1994, p. 4) membuat definisi mengenai mutu yang lebih luas cakupannya. Definisi tersebut adalah mutu merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan Sujudi (1996) menyatakan bahwa pengertian mutu sebenarnya mengandung arti yang relatif karena itu harus dikaitkan dengan suatu pembanding atau standar yang digunakan.

  Menurut Azwar (1994) mutu pelayanan umum para tenaga kesehatan adalah tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang disatu pihak menimbulkan kepuasan pada tiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata- rata, sedangkan dilain pihak tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar profesi yang telah ditetapkan. Untuk menilai mutu pelayanan yang telah diberikan menurut Marr & Giebing (1996) diperlukan adanya sebuah evaluasi yang mengkaji kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan standar yang ditetapkan. Dia juga menjelaskan bahwa proses evaluasi meliputi pengamatan, pengumpulan dan pengorganisasian data secara sisitematis dan merupakan suatu proses yang berkelanjutan atau dalam jangka waktu tertentu. Penilaian mutu pelayanan umum ini berkaitan dengan standar pelayanan yang diterapkan. Melalui standar ini dapat dilakukan penilaian atau pengkajian apakah pelayanan kebidanan yang diberikan bermutu/ berkualitas dan apakah tujuan kebidanan telah tercapai. Karena itu sesuai dengan pengertian dan tujuan standar sebagai acuan yang harus dijadikan pedoman pelaksanaan pelayanan kebidanan dan harus dapat bertanggung jawab terhadap kualitas pelayanan yang dilaksanakan.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mutu pelayanan umum yang diberikan bidan desa adalah tingkat kesempurnaan pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan standar kebidanan yang telah ditentukan.

4. Faktor – faktor Mutu Pelayanan Kesehatan

  Menurut JCAHO (1993), ada beberapa faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan yaitu :

  1. Kelayakan. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan pasien dan memperoleh pengetahuan yang berhubungan dengan keadaannya.

  2. Kesiapan. Kesiapan adalah tingkat dimana kesiapan perawatan atau tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai keperluannya.

  3. Kesinambungan. Kesinambungan adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan bagi pasien terkoordinasi dengan baik setiap saat, diantara tim kesehatan dalam organisasi

  4. Efektifitas. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan terhadap pasien dilakukan dengan benar, serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai dengan keadaannya, dalam rangka memenuhi harapan pasien.

  5. Kemanjuran. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan yang diterima pasien dapat diwujudkan atau ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai harapan pasien.

  6. Efisiensi. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan bagi pasien terhadap sumber-sumber yang dipergunakan dalam memberikan layanan bagi pasien.

  7. Penghormatan dan perhatian. Penghormatan dan perhatian ini adalah tingkat dimana pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal tersebut perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan pasien serta harapan-harapannya dihargai.

  8. Keamanan. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, termasuk petugas kesehatan.

  9. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau tindakan diberikan kepada pasien tepat waktu sangat penting dan bermanfaat.

C. Hubungan antara sikap terhadap penempatan kerja dan mutu pelayanan umum para bidan desa.

  Peran seorang bidan sangat komplek dalam sebuah masyarakat. Bekerja sebagai bidan di masyarakat tentunya melayani masyarakat dengan memberikan pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Selain itu pula seorang bidan harus bisa mengajak masyarakat untuk bekerja sama agar mampu melakukan hidup sehat dan dapat menyebarkannya di lingkungan sekitar. Secara umum tugasnya adalah memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam memberikan pelayanan pada masyarakat tentunya membutuhkan respon atau sikap yang positif pada tugas yang dia terima dalam hal ini penempatan kerja.

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 46 87

Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Petugas Terhadap Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kabupaten Jember

0 8 20

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 11 87

PENDAHULUAN Hubungan Antara Cara Pembayaran Pelayanan Kesehatan dengan Mutu Pelayanan Pendaftaran Pasien Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Ponorogo.

0 0 6

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 10

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 5

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 3 19

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 1

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Bidan dengan Tindakan Audit Maternal-Perinatal dalam Meningkatkan Mutu Pelayanan KIA di RSU. Muhammadiyah Sumatera Utara Tahun 2013

0 0 30