KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM - Raden Intan Repository

  

KONSEPSI MASYARAKAT MADANI

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

TESIS

  Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

  Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)

  Oleh

  

AHMAD RAMDANI

NIM: 1786108031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H / 2018

  

KONSEPSI MASYARAKAT MADANI

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

TESIS

  Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

  Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Manajemen Pendidikan (M.Pd)

  Oleh

  

AHMAD RAMDANI

NIM: 1786108031

  Pembimbing I : Dr. Zulhannan, M.Ag Pembimbing II : Dr. A. Fauzan, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

  

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

1439 H / 2018

PERNYATAAN ORISINALITAS

  Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : AHMAD RAMDANI Nomor Pokok Mahasiswa : 1786108031 Program Studi : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul : “KONSEPSI

  

MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM”

  adalah benar-benar karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya menjadi tanggung jawab saya.

  Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Bandar Lampung, Januari 2019 Yang Menyatakan,

AHMAD RAMDANI

  NPM. 1786108031

  

ABSTARK

  Penelitian ini mengkaji tentang “Konsepsi Masyarakat Madani dalam

  

Perspektif Pendidikan Islam” dengan fokus persoalan (1) kapan konsepsi

  masyarakat madani muncul? Mengapa harus muncul?; (2) Bagaimana konsepsi masyarakat madani dalam perspektif Pendidikan Islam?; dan (3) Apa upaya ideal untuk menuju masyarakat madani?. Dari fokus persoalan ini, maka tujuan penelitian dimaksud adalah (1) Mengeksplorasi secara mendalam tentang muncul-nya konsepsi masyarakat madani, dan keharusan masyarakat madani muncul; (2) Mendeskripsikan masyarakat madani dalam perspektif al-Qur’an; serta (3) Mengkaji lebih jauh upaya ideal untuk menuju masyarakat madani.

  Berdasarkan tujuan di atas, maka jenis penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yaitu secara eklusif memfokuskan peristiwa masa lalu yang mencoba merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam eksplorasi data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan serta memahami aktivitas atau peristiwa yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Sedangkan langkah-langkah penelitian ini dapat dilakukan secara heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Selanjutnya, prosedur pengolahan data, digunakan Content Analysis. Hal ini tentunya peneliti mengadakan ana-lisis terhadap validitas instrumen atau data yang hendak diukur, melalui proses tahapan pengolahan data sehingga data tersebut siap diinterpretasikan dan disimpulkan.

  Mencermati konteks di atas, maka temuan penelitian menunjukkan bahwa konsepsi masyarakat madani dalam perspektif pendidikan islam niscaya memiliki tiga dimensi, yaitu masyarakat madani harus memiliki identitas diri dibuktikan dengan kepemilikan wilayah dan masyarakat konkrit; masyarakat madani harus memiliki pemimpin yang adil dan bijak dibuktikan dengan aturan hukum dan perekonomoian mapan serta perpolitikan yang setabil; di samping masyarakat madani harus memiliki cendikiawan yang handal sebagai konsultan pemimpin di dalam menentukan kebijakan dan aturan hukum negara.

  Kata Kunci: Konsepsi, Masyarakat Madani, Pendidikan Islam

  

PERSETUJUAN

  Judul Tesis : KONSEPSI MASYARAKAT MADANI

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

  Nama Mahasiswa : AHMAD RAMDANI Nomor Pokok Mahasiswa : 1786108031 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah disetujui untuk diujikan dalam Ujian tertutup pada Program Pascasarjana (PPs) UIN Raden Intan Lampung.

  Bandar Lampung, Januari 2019 Menyetujui

  Koinisi Pembimbing Pembimbing I,

  Pembimbing I,

  Dr. A. Fauzan, M.Pd Dr. Zulhanan, M.Ag

  NIP. 19720818 200604 1 006 NIP. 19670924 199603 1 001 Mengetahui,

  Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam

  Prof. Dr. H. Achmad Asrori, MA

  NIP. 19550710 198503 1 003

  

PENGESAHAN

  Tesis yang berjudul “ KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM

  

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM” , ditulis oleh : AHMAD RAMDANI,

  NPM : 1786108031 telah diujian dalam Ujian Tertutup pada Program Pascasarajana (PPs) UIN Raden Intan Lampung.

  

TIM PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. H. Achmad Asrori, MA .....................................

  Sekretaris : Dr. Fauzan, M.Pd ..................................... Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd ..................................... Penguji II : Dr. Zulhannan, M.Ag .....................................

  Tanggal Lulus Ujian Tertutup : Januari 2019

  

PERSETUJUAN

  Judul Tesis : KONSEPSI MASYARAKAT MADANI

DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

  Nama Mahasiswa : AHMAD RAMDANI Nomor Pokok Mahasiswa : 1786108031 Program Studi : Pendidikan Agama Islam Telah disetujui untuk diujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarjana (PPs) UIN Raden Intan Lampung.

  Bandar Lampung, Juli 2017 Menyetujui

  Koinisi Pembimbing Pembimbing I,

  Pembimbing I,

  Dr. A. Fauzan, M.Pd Dr. Zulhanan, M.Ag

  NIP. 19720818 200604 1 006 NIP. 19670924 199603 1 001 Mengetahui,

  Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam

  Prof. Dr. H. Achmad Asrori, MA

  NIP. 19550710 198503 1 003

  

PENGESAHAN

  Tesis yang berjudul “ KONSEPSI MASYARAKAT MADANI DALAM

  

PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM” , ditulis oleh : AHMAD RAMDANI,

  NPM : 1786108031 telah di ujikan dalam Ujian Terbuka pada Program Pascasarajana (PPs) UIN Raden Intan Lampung.

  

TIM PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. H. Achmad Asrori, MA .....................................

  Sekretaris : Dr. Fauzan, M.Pd ..................................... Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd ..................................... Penguji II : Dr. Zulhannan, M.Ag .....................................

  Direktur Program Pascasarjana (PPs) UIN Raden Intan Lampung

  

Prof. Dr. Idham Kholid, M.Ag

  NIP. 19601020 198803 1 005 Tanggal Lulus Ujian Terbuka :.

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

  Madah Madah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf, transliterasi berupa huruf dan tanda yaitu : Pedoman transliterasi ini dimodifikasi dari : Tim Puslitbang Lektur

  Keagamaan, Pedoman Transliterasi Arab – Latin, Proyek Pengkajian dan Pengembangan Lektur Pendidikan Agama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta 2003.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan nikmat, Ilmu pengetahuan, kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga peNahdhatul Ulamalis dapat menyelesaikan tesis ini. Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang kita harapkan syafa

  ‟atnya nanti dihari akhir. Dalam proses penyelesaian tesis ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak baik berupa bantuan materil maupun dukungan moril. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Dengan segala kerendahan hati penulis ucapan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor UIN Raden Intan Lampung; 2. Bapak Prof. Dr. H. Idham Kholid, M.Ag., selaku Direktur program

  Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung; 3. Bapak Prof. Dr. H. Achmad Asrori, MA., dan Bapak Dr. Ahmad Fauzan,

  M.Pd. Selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Penddikan Agama Islam Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung; 4. Bapak Dr. Zulhannan, MA., dan Dr. Ahmad Fauzan, M.,Pd. Sebagai pembimbing I dan II yang telah memberikan arahan dan bimbingan secara maksimal, sehingga peNahdhatul Ulamalisn tesis ini selesai tanpa aral berarti;

  5. Bapak dan Ibu Dosen program pascasarjana UIN Raden Intan Lampung yang telah mendidik serta memberikan ilmu kepada peNahdhatul Ulamalis selama perkuliahan; 6. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, tempat menempuh studi dan menimba ilmu pengetahuan, semoga menjadi Perguruan Tinggi yang lebih baik kedepannya.

  Penulis berharap kepada Allah SWT semoga apa yang telah mereka berikan dengan segala kemudahan dan keikhlasannya akan menjadikan pahala dan amal yang barokah serta mendapat kemudahan dari Allah SWT. Amin. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca. Akhirnya peNahdhatul Ulamalis memohon Taufik dan Hidayah kepada Allah SWT dan semoga tesis ini bermanfaat untuk kita semua. Amin.

  Bandar Lampung, 2018 Penulis,

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................. iv

PERSETUJUAN ................................................................................... v

PENGESAHAN ..................................................................................... viii

PEDOMAN LITERASI ........................................................................ ix

KATA PENGANTAR ........................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................

  1 A.

  Latar Belakang Masalah .............................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................... 7 C. Tujuan Penelitian .......................................................... 7 D.

  Kontribusi Penelitian .................................................... 8 E. Tinjauan Pustaka .......................................................... 8 F. Kajian Teoritis .............................................................. 12 G.

  Metode Penelitian ......................................................... 16 H. Sistematika Penulisan ................................................... 18 BAB II LANDASAN KONSESI MASYARAKT MADANI ........

  20 A.

  Pengertian Masyarakat Madani .................................... 20 B. Karakteristik Masyarakat Madani ................................ 25 C. Azaz Filosofis dan Teologis Masyarakat Madani ......... 29

  BAB III MASYARAKAT MADANI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM ....................................................

  34 A.

  Perspektif Al-Qur’an tentang Ummah Wahidah Ummah Wasatha, dan Khairu Ummah .........................

  34 B. Perspektif Al-Qur’an Tentang Karakteristik Masyarakat Madani ....................................................

  48 C. Perspektif Al-Qur’an tentang Azaz Filosofis dan Teologis Masyarakat Madani ........................................

  70 BAB IV UPAYA DEAL MENUJU MASYARAKAT MADANI ..

  81

  A.

  Eksplorasi Identitas Diri Menuju Masyarakat Madani ........................................................................

  83 B. Pemberdayaan Masyarakat Menuju Masyarakat Madani ........................................................................

  88 C. Peran Ulama dan Cendekiawan Muslim Menuju Masyarakat Madani .....................................................

  95 BAB V PENUTUP ......................................................................... 102 A. Simpulan ..................................................................... 102 B. Rekomendasi ............................................................... 105

  DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 Secara historis masyarakat madani dengan terminologi “civil society”,

  merupakan terjemahan dari istilah latin “civilis societas”, mula-mula dipakai oleh Cicero (106-43 SM)–seorang orator dan pujangga Roma yang hidup pada abad pertama sebelum Kristus–yang penger-tiannya mengacu kepada gejala

  2

  budaya perorangan dan ma-syarakat. Di samping itu, istilah “civil society” sebenarnya telah beredar dalam pem-bicaraan tentang filsafat sosial pada abad

  3

  ke 18 di Eropa Barat dan masih berlanjut hingga abad 19”. Term ini tampaknya hilang dari pe-redaran dalam tenggang waktu yang cukup lama, sehingga “pada tahun 1990-an, muncul kembali dan diperdebatkan lagi di

4 Eropa Barat”.

  Namun Akhir-akhir ini berbagai pemikiran tentang civil society di Indonesia, yang diterjemahkan secara variatif menjadi “masyarakat sipil”,

  

“masyarakat war-ga/kewargaan” atau “masyarakat madani” menjadi kajian

ak-tual dan kontemporer . Konteks ini secara substansial adalah merupakan

  implikasi dari perkembangan pemikiran di dunia Barat dimaksud, “khususnya 1 Sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebuda-yaan yang

  

mereka anggap sama. Depdikbud., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990),

Cet. ke-3, h. 564 2 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Peru-bahan Sosial,

  (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1999), Cet. ke-1, h. 137 3 Ibid ., h. 133 di negara-negara industri maju kalangan Eropa Barat, Amerika Serikat, bekas

5 Uni Sovyet dan Eropa Timur”.

  Di Indonesia–keterkaitannya dengan konsep civil society–lebih banyak berbicara tentang demokratisasi politik atau liberalisasi ekonomi. Selanjutnya konsep civil society ini antara lain di Indonesia dipakai oleh Mansour Fakih, “karena istilah tersebut mengimplikasikan makna“ma-syarakat sipil” sebagai

  6

  lawan “masyarakat militer”. Interpretasi ini sesung-guhnya kurang tepat, sebab term ini ditanggapi dengan penuh kecu-rigaan, bahwa istilah “sipil” terkesan merupakan tandingan “militer”, padahal secara konseptual “sipil” merupakan mitra kerja “militer” dalam berbagai sektor.

  Berdasarkan konteks di atas, maka “dalam paradigma sosial po-litik Islam, dengan melacak sumber-sumber doktrinalnya, ada dua kata kunci yang bisa menghampirkan kita pada konsep masyarakat madani (civil society), yakni

  7

  kata “ummah” dan “madinah”. Terminologi “ummah” seperti yang diisyaratkan al-Qur’an dalam konteks masyarakat madani adalah menunjukkan suatu komunitas yang mempunyai basis solidaritas tertentu atas dasar komitmen keagamaan, etnis, dan moralitas. Lebih jauh al-Qur’an mengisyaratkan masyarakat madani dalam term “ummat wahidah”,“ummat

  8

wasatha”, dan “khairu ummat”. Kata“ummat wahidah” berulang kali

  terdapat dalam al-Qur’an, yaitu: QS. al-Baqarah (2):213, QS. al-Maidah 5 Ibid 6 ., 7 M. Dawam Rahardjo, Ibid., h. 134 M. Din Syamsuddin, Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, (Ja-karta:

  Logos, 2002), Cet. ke-2, h. 95 8 Said Agil Husin al-Munawar, Tuntunan al Qur’an Menuju Masyarakat Ma-dani dalam

  (5):48, QS. Yunus (10):19, QS. Hud (11):118, QS. al-Anbiya (21):92. Selanjutnya kata “ummat wasatha” terdapat dalam al- Qur’an, yaitu: QS. al- Baqarah (2): 143. Demikian juga halnya kata “khai-ru ummat” tertulis dalam

  9 al-Qur’an, yakni: QS. Ali Imran (3):110 dan QS. Ali Imran (3):104.

  Sedangkan dalam perspektif sejarah,“ummah” yang dibangun oleh Rasul Allah Saw di Madinah dimaksudkan “untuk membina solidaritas dikalangan

  10

  para pemeluk Islam (kaum Muhajirin dan kaum Anshar).” Konsep “ummah” khusus bagi kaum Muhajirin merupakan sistem sosial alternatif pengganti sistem sosial tradisional, sistem kekabilahan dan kesukuan yang mereka tinggalkan lantaran memeluk Islam. Sebagai sistem alternatif konsep

  

“ummah” bersifat lin-tas kesukuan atau kultural. Term “ummah” di atas,

  menurut hemat pene-liti adalah menunjukkan konotasi sosial, dan bukan konotasi politik.

  Lebih jauh al-Qur’an mengklasifikasikan pengertian“ummah”, yaitu dimulai dari interpretasi terhadap “ummah wahidah”,“ummah wasatha” dan

  

“khairu ummah” . Pengertian pertama, yakni; “ummah wahidah” dalam

  perspektif al-Qur’an adalah “suatu umat yang bersatu berda-sarkan iman kepada Allah dan mengacu kepada nilai-nilai kebajikan. Namun umat tersebut tidak terbatas kepada bangsa dimana mereka merupakan bagian, akan tetapi

  11

  mencakup seluruh umat manusia”. Selanjutnya Pengertian kedua, yakni: “ummah wasatha” adalah “umat mo-derat, yang posisinya berada ditengah, 9 Ibid., 10

  h. 209-216 M. Din Syamsuddin, Loc. Cit., h. 95

  12

  agar dilihat oleh semua pihak dan dari segenap penjuru”. Interpretasi ini dipertegas oleh M. Quraish Shi-hab, bahwa “ummah wasatha” adalah posisi pertengahan menjadikan ma-nusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, hal mana mengantar manusia berlaku adil. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapa pun dan dimana pun. Allah menjadikan ummat Islam pada posisi pertengahan agar menjadi saksi atas perbuatan manusia yakni ummat

  13

  yang lain”. Muhammad Qutb menampilkan sisi lain dari istilah “ummah

  

wasatha ”, Ia mengkorelasikan posisi Islam yang eksis ditengah dua sisi

  ekstrim, kapitalisme dan komunisme. Ia mengekspresikan tiga sistem kehi- dupan yang diperjuangkan dewasa inisistema kapitalisme, sistem komunis dan sistem Islam–hal ini dapat dijumpai sistem ekonominya, yang berkenaan dengan hak milik pribadi, misalnya, ada korelasi yang erat dengan konsep

  14

  kemasyarakatan. Sedangkan interpretasi al-Qur’an terhadap Pengertian ketiga, yakni: “khairu ummah” adalah “bentuk ideal masyarakat Islam yang identitasnya adalah integritas keimanan, komitmen kontribusi positif kepada kemanusiaan secara universal dan loya-litas kepada kebenaran dengan aksi amar ma’ruf nahi munkar seba-gaimana yang dideklarasikan oleh Allah dalam

15 QS. Ali Imran (3):110 dan 104.

  Dengan demikian, maka menurut hemat peneliti bahwa penger-tian “khairu ummah” adalah integritas kaum yang memiliki kesamaan budaya, 12 Ibid. 13 , h. 212

  Ibid 14 ., dalam M. Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, h. 325 Muhammad Qutb, Islam The Misunderstood Religion, (Kuwait: The Ministry of Huqaf and Islamic Affairs, 1954), h. 153-155 dimana budaya itu berorientasi kepada kebajikan, disamping memiliki mekanisme perintah untuk mengaktualisasikan kebaikan dan menghindari segala keburukan, tentunya yang berkaitan dengan aturan hukum yang berlaku atau pemerintahan yang adil dan beriman kepada Allah Saw.

  Sesungguhnya dua kata kunci di atas, ditegaskan oleh M. Din Syam- suddin, “memiliki eksistensi sosial kualitatif (memiliki keutamaan-keutamaan tertentu) inilah yang menjadi nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental bagi

  16

  terbentuknya masyarakat madani”. Suatu negara sebenarnya harus tumbuh dari masyarakat madani, sebab “Negara tanpa masyarakat madani yang kuat

  17

  akan menjadi lemah”. Masyarakat Ma-dani yang kuat itu dibuktikan dengan karakteristik ideal, yaitu: Pertama, masyarakat beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki pemahaman mendalam terhadap agama serta hidup ber-dampingan dan saling menghargai perbedaan agama masing- masing. Kedua, masyarakat demokratis dan beradab yang menghargai adanya perbedaan pendapat. Ketiga, masyarakat yang menghargai hak-hak asasi manusia, mulai dari hak untuk mengeluarkan pendapat, berkumpul, berserikat, hak atas kehidupan yang layak, hak memilih agama, hak atas pendidikan dan pengajaran, serta hak untuk memperoleh pelayanan dan perlindungan hukum yang adil. Keempat, masyarakat tertib dan sadar hukum yang direfleksikan dari adanya budaya malu apabila melanggar hukum. Kelima, masyarakat yang 16 Ibid 17 ., M. Dawam Rahardjo, ICMI, Masyarakat Madani dan Masa Depan Politik Indonesia:

  

Sebuah Catatan Akhir dalam ICMI Antara Status Quo dan Demokratisasi, (Bandung: Mizan, kreatif, mandiri dan percaya diri. Ma-syarakat yang memiliki orientasi kuat pada penguasaan ilmu penge-tahuan dan teknologi. Keenam, masyarakat yang memiliki semangat kompetitif dalam suasana kooperatif, penuh persaudaraan dengan bangsa-bangsa lain dilandasi semangat kemanusian universal

  18 (pluralistik).

  Mencermati konteks di atas, maka perspektif al-Qur’an tentang “masyarakat madani” adalah merupakan pemberdayaan masyarakat yang memiliki moral tinggi, demokratis, adil. aman, tertib, sejahtera dan punya paradigma baru. Paradigma baru dimaksud adalah paradigma kekuasaan menjadi paradigma yang memprioritaskan moral dan keadilan berdasarkan nilai-nilai agama. Hal ini relevan dengan masyarakat yang dibangun oleh Rasul Allah Saw di Madinah al-Munawwarah, yaitu masyarakat yang hidup penuh dengan toleransi, patuh terhadap aturan yang disepakati bersama serta persaudaraan yang tercipta secara har-monis dibawah bimbingan pemimpin yang adil dan bijak.

  Beranjak dari perspektif al-Qur’an tentang masyarakat madani dimak- sud, maka peneliti mencoba untuk menggagas secara representatif dengan memunculkan beberapa persoalan dalam rumusan masalah, yang terkait dengan “Masyarakat Madani Dalam Perspektif al-Qur’an”.

18 Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam: Membangun Masyarakat Ma-dani

B. Rumusan Masalah

  Mengacu kepada latar belakang masalah di atas, maka untuk memudahkan kajian penelitian ini, perlu dirumuskan secara spesifik berikut ini:“Bagaimana Konsepsi Masyarakat Madani Dalam Perspektif Pendidikan

  

Islam?” . Dari rumusan ini, perlu diajukan dalam bentuk pertanyaan sebagai

  berikut: 1.

  Kapan konsepsi masyarakat madani itu muncul? dan Mengapa harus muncul?

2. Bagaimana konsepsi masyarakat madani dalam perspektif pendidikan

  Islam? 3. Apa upaya ideal untuk menuju masyarakat madani?

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

  1. Mengeksplorasi secara mendalam tentang munculnya konsepsi masyarakat madani, dan keharusan masyarakat madani muncul.

  2. Mendeskripsikan masyarakat madani dalam perspektif pendidikan islam..

  3. Mengkaji lebih jauh upaya ideal untuk menuju masyarakat madani.

  D. Kontribusi Penelitian 1.

  Memberikan kontribusi tentang historikal masyarakat madani, terutama yang berkaitan dengan perspektif pendidikan islam, dan keharusan munculnya konsepsi masyarakat madani.

  2. Memberikan pemikiran produktif dalam khazanah pendidikan Islam yang berkaitan dengan konsepsi dan bagaimana upaya ideal untuk menuju masyarakat madani.

  3. Didarapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti berikutnya, di samping merupakan paradigma baru bagi masyarakat untuk mengetahui substansi masyarakat madani dalam perspektif pendidikan islam.

  E. Tinjauan Pustaka

  Dalam tradisi ilmiyah, tidak sedikit para pakar menulis dan men- cermati kajian yang berkaitan dengan masyarakat madani, hal ini dibuk-tikan dalam bukunya Bustanuddin Agus (2000), dengan judul“Konsep Islam dalam

  Membangun Masyarakat Madani” , Baitul Hikmah Press, Padang. Konklusi

  tulisannya memaparkan bahwa (1) masyarakat madani adalah masyarakat mandiri yang tidak dikerangkeng oleh kekuasaan politik yang diktator; (2) ajaran Islam memang bertujuan meningkatkan kualitas manusia dan jama’ah Islam merupakan pendekatan terpadu antara pengarahan wahyu dan langkah-langkah konkret serta rasional. Terpadu dimaksud, terpadu antara perhatian dan tanggung jawab penguasa terhadap hak-hak rakyat dengan inisiatif dan sosial kontrol yang ditegakkan oleh rakyat, terpadu antara lembaga sosial, pendekatan hu-kum dan peningkatan kesadaran serta tanggung jawab individu dalam segenap peran sosialnya. Term ini bisa diformat melalui ibadat shalat, puasa, zikir, lembaga sosial ekonomi dan pendekatan hukum; dan (3) mempertinggi internalisasi terhadap ajaran agama dan nilai luhur budaya dari setiap suku bangsa. Hal ini bisa dilakukan melalui rekonsiliasi dan dialog nasional, serta tindakan hukum yang tegas terhadap provokator dan tokoh intelektual dari tindakan kerusuhan massal.

  Keterkaitan dengan kajian yang sedang berlangsung adalah sama-sama mengkaji tentang interpretasi terhadap konsepsi masyarakat madani secara komprehensif. Sedangkan perbedaan yang dimunculkan kajian terdahulu adalah proses Islam menuju masyarakat madani, ke-mudian kajian sekarang adalah perspektif al-Qur’an tentang masya-rakat madani.

  Kajian selanjutnya dipaparkan oleh Nasrun Haroen (2000), dalam bukunya “Hijrah Dalam Konteks Pembangunan Masyarakat Madani”, Baitul Hikmah Press, Padang. Kesimpulan tulisannya memaparkan bah-wa (1) hijrah yang dilakukan Nabi Saw ke Yatsrib memiliki arti strategis dalam pengembangan Islam dan memiliki momentum yang tepat dalam upaya mempersiapkan masyarakat madani; (2) hijrah menuju masya-rakat madani menggambarkan makna sentral semangat kepatuhan hu-kum dan aturan sebagai tiang pancang masyarakat madani, sebab manu-sia makhluk sosial, tidak mungkin hidup sejahtera dalam isolasi. Keter-kaitan dengan penelitian yang sedang berlangsung adalah sama-sama mengkaji konteks pengembangan masyarakat madani, sedangkan perbe-daan prinsipil bahwa kajian terdahulu secara spesifik mengkaji tentang pengaruh hijrah dalam membangun masyarakat madani, selanjutnya kajian saat ini memfokuskan perspektif al- Qur’an tentang masyarakat madani.

  Ardinis Arbain (2000) dalam Bukunya yang berjudul “Masyarakat

  

Madani dalam Perspektif Sejarah”, Baitul Hikmah Press, Padang. Ia

  menyimpulkan bahwa: (1) masyarakat madani dalam perspektif sejarah adalah merupakn masyarakat ideal yang berperadaban, bermental kota atau berpola budaya pesisir. Lebih jauh masyarakat madani melekat se-jumlah atribut seperti: keadilan, demokrasi, transparansi dan persamaan; (2) masyarakat madani dalam perpektif sejarah adalah sebuah konsep masyarakat yang selalu mengalami evolusi, artinya ia dapat musnah dan berkembang, tergantung kepada daya adaptasi konsep tersebut terhadap persoalan-persoalan kemanusiaan. Keterkaitannya dengan penelitian saat ini adalah sama-sama mengkaji tentang konsepsi masyarakat madani secara holistik. Namun perbedaan yang signifikan adalah kajian terdahulu memfokuskan pada perspektif sejarah tentang masyarakat madani, sedangkan penelitian yang sedang berlangkung fokusnya adalah masyarakat madani dalam perspektif al- Qur’an.

  M. Dawam Rahardjo, (1999) dalam bukunya “Masyarakat Madani:

  

Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial”, LP3S, Jakarta. Dalam

  Kesimpulan tulisannya bahwa (1) Masyarakat Madani harus memiliki kekuatan politik, institusi yang kuat, tatanan hokum dan budaya kota; (2) Masyarakat Madani harus memiliki karakteristik, filosofis dan teologis. Keterkaitannya dengan penelitian saat ini adalah sama-sama mengkaji tentang konsepsi masyarakat madani. Namun perbedaan yang signifikan adalah kajian terdahulu memfokuskan pada perspektif agama, kelas menengah dan perubahan sosial dalam konteks masyarakat ma-dani, sedangkan penelitian yang sedang berlangkung fokusnya adalah Konsepsi Masyarakat Madani dalam perspektif al-Qur’an.

  Hujair AH. Sanaky, (2003) dalam bukunya “Paradigma Pendidikan

  

Islam; Membangun Masyarakat Madani Indonesia”, Safiria Insania Press,

  Yogyakarta. Dalam kesimpulan tulisannya bahwa (1) Pada era reformasi dalam konteks masyarakat madani-mengalami pergeseran paradigma, sehingga perubahan yang harus dilakukan pada aspek filosofis, visi, misi, tujuan, kurikulum, metodologi, manajemen serta strategi yang di-sesuaikan dengan kebutuhan; (2) Tujuan pendidikan Islam dalam kon-teks masyarakat madani perlu dirumuskan secara jelas dan tepat, karena akan menentukan arah, isi, motivasi, dan pelaksanaan pendidikan serta tolok ukur keberhasilannya. Keterkaitannya dengan penelitian saat ini adalah sama-sama mengkaji tentang konsepsi masyarakat madani secara komprehensif. Namun perbedaan yang signifikan adalah kajian terda-hulu memfokuskan pada perspektif Pendidikan dalam konteks masya-rakat madani, sedangkan penelitian yang sedang berlangkung fokusnya adalah masyarakat madani dalam perspektif al-Qur’an.

  Dari beberapa kajian buku di atas, tampaknya tidak ada yang secara fokus mengkaji tentang masyarakat madani dalam perspektif al-Qur’an, sebagaimana yang dimaksud dalam penelitian ini. Dengan dasar inilah peneliti tertarik untuk mencermati secara kritis-holistik sesuai dengan fokus rumusan masalah dimuka.

F. Kajian Teorities

  Terminologi “masyarakat madani” sebenarnya merupakan istilah yang baru muncul yaitu dari hasil pemikiran Muhammad al-Naguib al-Attas dalam studinya akhir-akhir ini. Ia menyatakan bahwa dalam lite-ratur Islam sebenarnya tidak mengenal istilah “masyarakat madani”, me-lainkan mengenal istilah yang serupa yaitu“al-madinah al-fadlilah” atau “negara

  

utama” (secara harfiyah “kota utama”), yang berasal dari pemi-kiran al-Farabi

  19

  pada abad pertengahan. Selanjutnya al-Naguib mene-gaskan bahwa secara etimologi masyarakat madani memiliki dua arti yaitu, Pertama, “masyarakat kota”, karena madani berasal dari kata baha-sa Arab madinah yang berarti kota; dan Kedua, “masyarakat berpera-daban”, karena madani berasal dari kata Arab tamddun atau madinah yang berarti peradaban, dengan demikian

  20

  masyarakat madani adalah “masya-rakat yang beradab”. Konsepsi masyarakat madani sesungguhnya mengacu kepada konsep negara “kota 19 M. Dawam Rahardjo, “Masyarakat Madani di Indonesia Sebuah Penjejakan Awal”,

  Jurnal Pemikiran Islam, PARAMADINA, Volume1, (Nomor 2), (Jakarta: Paramadina, 1999), h. 16

  Madinah” yang dibangun oleh Nabi Muhammad Saw pada tahun 622 M. Selain itu, istilah “masyarakat madani” juga mengacu kepada konsep

  

tamaddun yaitu masyarakat ber-peradaban, yang diperkenalkan oleh Ibn

Khaldun.

  Masyarakat berperadaban dimaksud, adalah masyarakat yang memiliki karakteristik free public sphere, demokratis, toleransi, pluralisme, keadilan

  21

sosial dan berkeadaban . Pengertian pertama, adanya ruang publik yang

  bebas sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat; Kedua, demokratis merupakan satu entitas yang menjadi penegak wacana ma-syarakat madani, dimana dalam menjalani kehidupan, warga negara memiliki kebebasan penuh untuk menjalankan aktivitas kesehariannya, termasuk dalam berinteraksi dengan lingkungannya; Ketiga, toleran merupakan sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menun-jukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain; Keempat, sebagai sebuah prasyarat penegakan ma-syarakat madani, maka pluralisme harus dipahami secara mengakar dengan menciptakan sebuah tatanan kehidupan yang menghargai dan menerima kemajemukan dalam konteks kehidupan sehari-hari; Kelima, keadilan sosial dimaksudkan untuk menyebutkan keseimbangan dan pembagian yang proporsional terhadap hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup seluruh aspek kehidupan; Keenam,

21 Dede Rosyada at all, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta:

  berkeadaban artinya sikap menghargai dan menerima pendapat orang lain dalam berbagai aspek.

  Keenam karakteristik di atas mencerminkan konsepsi masya-rakat madani yang pernah diterapkan oleh Rasul Saw di Madinah. Hal ini pernah ditegaskan oleh Rasul dalam hadisnya “tak ada satupun ma-syarakat di dunia

  

ini yang seideal masyarakat atau sebaik masa kecuali pada masaku ”. Terlepas

  dari status shahih atau dhaif hadits ini, harus diakui bahwa masyarakat madani yang dibangun oleh Rasul Saw sebagai masyarakat terbaik, karena masyarakat madinah yang dipimpin langsung oleh beliau merupakan prototype masyarakat ideal. Contoh konkrit yang paling mudah dideteksi adalah konsep tentang hak asasi manusia. Konsep ini, menyebar ke Barat melalui falsafah kemanusiaan.

  Disamping itu, al-Qur’an memerintahkan kepada umat manu-sia untuk memformat suatu masyarakat dengan kualitas tertentu. Masyarakat kualitas dimaksud tergambar dalam bentuk masyarakat ideal berdasarkan petunjuk al- Qur’an. Konteks ini terlihat dari term yang di-gunakan al-Qur’an untuk menunjukkan arti masyarakat madani dengan istilah ummat wahidah, umat

  

wasatha, dan khairu ummah. Ummat wahidah di-maksud adalah suatu yang

  bersatu berdasarkan iman kepada Allah dan mengacu kepada nilai-nilai kebajikan. Namun umat tersebut tidak ter-batas kepada bangsa dimana mereka merupakan bagian. Artinya, umat yang mencakup seluruh umat manusia. Dalam hal ini, seluruh bangsa adalah bagian dari umat yang satu. Dengan demikian, maka kesatuan masyarakat di dasarkan kepada doktrin kesatuan umat manusia. Selanjutnya, ummat wasatha adalah umat moderat, yang posisinya berada di tengah agar dilihat oleh semua pihak dan dari segenap penjuru. Posisi pertengahan menjadikan manusia tidak memihak ke kiri dan ke kanan, hal mana mengantar manusia berlaku adil. Posisi itu juga menjadikannya dapat menyaksikan siapapun dan dimanapun. Allah menjadikan umat Islam pada posisi pertengahan agar menjadi saksi atas perbuatan umat manusia yang lain. Muhammad Qutub menampilkan sisi lain dari istilah ummat wasatha, ia menghubungkannya dengan posisi Islam yang berada di tengah dua sisi ekstrim, kapitalisme dan komunisme. Ia mengeks- presikan bahwa jika kita memperhatikan tiga sistem kehidupan yang diperjuangkan dewasa ini-sistem kapitalisme, sistem komunis dan Islam-maka kita dapat menjumpai bahwa dalam hal sistem ekonominya, yang berkenaan dengan hak milik pribadi, misalnya, ada korelasi yang erat dengan konsep

  22

  kemasyarakatan. Sistem kapitalis didirikan di atas konsep bahwa individu adalah suatu makhluk suci yang hak-haknya tidak boleh diganggu gugat oleh masyarakat atau tidak boleh dihalang-halangi kebebasannya. Oleh karena itu dalam sistem kapitalisme ini miliki pri-badi diizinkan tanpa ada pembatas apapun. Sebaliknya, sistem komunis-me mendasarkan konsepnya atas landasan bahwa masyarakat itu adalah pokok yang terpenting, sehingga individu dengan sendirinya dianggap tidak mempunyai kekuasaan apapun. Dengan demikian, maka komu-nisme meletakkan seluruh hak milik pribadi berada di dalam kekuasaan negara sebagai wakil masyarakat dan hak milik individu tidak

  23

  diakui-nya. Kedua konsep ini-kapitalis dan komunis-berbeda dengan konsep- si Islam yang memilki sifat sebagai individu bebas dan memilki sifat sebagai salah satu anggota masyarakat. Kemudian, istilah khairu ummah adalah “bentuk ideal masyarakat Islam yang identitasnya adalah integri-tas keimanan, komitmen kontribusi positif kepada kemanusiaan secara universal dan loyalitas kepada kebenaran dengan aksi amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana yang dideklarasikan oleh Allah dalam QS. Ali Imran (3):110 dan 104.

  Prinsip-prinsip dasar khairu ummah itu pernah dirumuskan oleh Jam’iyah Nahdhatul Ulama dalam Mu’tamar ke-13 Tahun 1935 tentang mengobati kelemahan umat dan mengembangkan kekuatan sosial eko-nomi yang lebih populer dengan istilah mabadi’ khairu ummat; ash-shidq, al-

  24 amanah wal wafa bil ‘ahd, al-‘adalah, at-ta’awun dan al-istiqamah.

G. Metode Penelitian

  Jenis penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yaitu secara eklusif memfokuskan peristiwa masa lalu. Penelitian ini juga mencoba merekonstruksi apa yang terjadi pada masa lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam eks-plorasi data dilakukan secara sistematis agar mampu menggambarkan, menjelaskan serta memahami

  25

  aktivitas atau peristiwa yang terjadi bebe-rapa waktu yang lalu. Sedangkan langkah-langkah penelitian ini dapat dilakukan secara heuristik, kritik, 23 24 Ibid. 25 Said Agil Husein al-Munawar, Op.cit., h. 217-218 Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen, dalam Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian

  26

  interpretasi dan historiografi. Dalam konteks ini peneliti mencermati sumber- sumber primer maupun se-kunder yang berkitan dengan masyarakat madani dalam perspektif al-Qur’an. Kemudian sumber-sumber dimaksud dikaji secara integrated dan dianalisis secara holistik (utuh).

  Terkait dengan konteks di atas, maka ada dua sumber yang digunakan untuk memperoleh data yang akurat, yaitu sumber primer dan sumber

  

sekunder . Sumber primer adalah sumber yang memberikan doku-mentasi data

  langsung, berupa buku yang khusus mengkaji tentang masyarakat madani, seperti: “Masyarakat Madani; Agama Kelas Mene-ngah dan Perubahan Sosial”, “Etika Agama dalam Membangun Masya-rakat Madani”, dan “Indonesia Baru Menuju Masyarakat Madani”. Keti-ga buku ini dijadikan sumber primer peneliti, dengan landasan untuk mengetahui secara holistik dan komprehensif tentang historikal dan konsepsi masyarakat madani. Adapun sumber sekunder untuk mendu-kung penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan “al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki”, “ICMI Antara Status Quo dan Demokratisasi”, “Wawasan al-Qur’an”, “Islam Doktrin dan Per-adaban”, “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, “Islam”, dan “berbagai macam buku penelitian”.Untuk prosedur pengolahan data, digunakan Content Analysis. Hal ini tentunya peneliti mengadakan analisis terhadap validitas instrumen atau data yang hendak diukur, melalui proses 26 Lihat. Eva Rufaidah, Partisipasi Politik Nahdlatul Ulama Pasca Kembali ke Khittah

  

1926 (Studi Historis Mengenai Partisipasi Politik NU antara Tahun 1994-1997) dalam Model

Penelitian Agama dan Dinamika Sosial

  , (Jakarta: Raja Grafindo Per-sada, 2002), Cet. ke-1, h. 83- tahapan pengolahan data sehingga data tersebut siap diinterpretasikan dan disimpulkan.

  Berdasarkan metode di atas, maka penelitian ini akan mema-parkan beberapa persoalan yang diangkat dalam pertanyaan masalah yang berkaitan dengan (1) kapan konsepsi masyarakat madani muncul? dan mengapa harus muncul?; (2) bagaimana konsepsi masyarkat madani dalam perspektif al- Qur’an?; (3) apa upaya ideal untuk menuju masya-rakat madani?

  Ketiga pertanyaan masalah ini, akan dicermati secara kritis de-ngan menggunakan metode dimaksud, sehingga tampak jelas peta per-soalan yang dimunculkan, dan dapat terjawab secara valid dan akurat pada kesimpulan penelitian ini.

H. Sistematika Penulisan

  Substansi penelitian ini adalah berkaitan dengan “Konsepsi Ma- syarakat Madani Dalam Perspektif al-Qur’an”, yang formatnya diklasi- fikasikan menjadi lima bab, dengan rincian sebagai berikut: Bab pertama terdiri dari: Pendahulan, meliputi; latar belakang masalah, rumusan ma-salah, tujuan dan kontribusi penelitian, kajian pustaka, landasan teori, kerangka pikir, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  Bab kedua penelitian ini memaparkan tentang landasan konsep-tual

  masyarakat madani, mencakup; pengertian masyarakat madani, ka-rakteristik masyarakat madani, serta azas filosofis dan teologis masya-rakat madani.

  Bab ketiga penelitian ini mencermati konsepsi masyarakat madani

  dalam perspektif pendidikan islam, yang membahas tentang; ummah wahidah, ummah wasatha, dan khairu ummah, karakteristik masyarakat ma-dani, azas filosofis dan teologis masyarakat madani.

  Bab keempat penelitian ini mengetengahkan tentang upaya ideal

  menuju masyarakat madani, yang meliputi; eksplorasi identitas diri me-nuju masyarakat madani, pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat madani, serta peran ulama dan cendikiawan muslim menuju masyarakat madani.

  Selanjutnya bab kelima dari penelitian ini adalah penutup, yang mencakup kesimpulan dan rekomendasi. Dan berikutnya secara terpisah ditampilkan pula daftar kepustakaan.