REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN MUHAIMIN - Raden Intan Repository

  

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN MUHAIMIN

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

  

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister

Dalam Ilmu Pendidikan Islam

  Oleh

  

UJANG SUTISNA

NPM: 1786108025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KONSENTRASI ILMU PEDIDIKAN ISLAM

  

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2019 M / 1440 H

  

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN MUHAIMIN

TESIS

Diajukan Kepada Program Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

  

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister

Dalam Ilmu Pendidikan Islam

  Oleh

  

UJANG SUTISNA

NPM: 1786108025

Pembimbing I : Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd.

Pembimbing II : Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

KONSENTRASI ILMU PEDIDIKAN ISLAM

  

PROGRAM PASCASARJANA (PPs)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

  

ABSTRAK

Tesis

Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia Dalam Perspektif Pemikiran

Muhaimin

  

Oleh: Ujang Sutisna, NPM: 1786108025 Program Studi: Pendidikan Agama Islam,

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

  Masalah pendidikan tidak pernah selesai diperbincangkan. Hal ini dikarenakan pendidikan bersifat dinamis, yaitu selalu berkembang sesuai tuntutan dan perkembangan zaman. Selain itu, perkembangan pemahaman serta tuntutan masyarakat terhadap pendidikan mengalami perubahan. Dari pasif menjadi proaktif bahkan memberikan sumbangsih yang sifatnya kritik maupun saran pada perkembangan pendidikan dan lulusan yang dihasilkan oleh pendidikan.

  Demikian juga pendidikan Islam, yang tidak terlepas dari pengaruh perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan masyarakat yang semakin proaktif. Untuk menjawab tantangan tersebut, perlu kiranya pendidikan Islam merekonstruksi (menata ulang dan menyusun kembali strategi pengembangannya) supaya aktualisasinya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

  Jenis penelitian ini adalah studi pustaka (library research), yaitu penelitian yang dilakukan diperpustakaan dengan mengumpulkan data-data yang di butuhkan di perpustakaan, data yang dipakai adalah buku-buku. Sifat penelitiannya adalah deskriptif-analitis atau menggambarkan secermat mungkin penelitian yang di bahas, kemudian dilakukan analisis data/isi (content analisys), yang dalam penelitian ini adalah menggambarkan secara cermat pemikiran Muhaimin mengenai rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia.

  Sumber data penelitian ini diperoleh dari dua sumber, yaitu: sumber data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yakni buku karya Muhaimin dan sumber data sekunder, adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dengan yang aslinya yakni dari buku-buku lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini.

  Dengan menggunakan metode tersebut, dapat disimpulkan bahwa rekonstruksi pendidikan Islam yang di tawarkan oleh Muhaimin adalah agar pendidikan Islam di Indonesia (baik yang sifatnya lembaga maupun materi pendidikan) mau mengembangkan, menata ulang dan menyusun kembali seluruh aspek komponennya secara riil di dalam praktiknya. Supaya pendidikan Islam dapat menjawab tantangan perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan masyarakat. Tujuan utamanya adalah supaya pendidikan Islam semakin maju dan berkembang serta memberikan

  

PERNYATAAN ORISINALITAS / KEASLIAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : UJANG SUTISNA NPM : 1786108025 Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Konsentrasi : Ilmu Pendidikan Islam Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang berjudul

  “REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN MUHAIMIN

  ” adalah karya asli saya, kecuali yang disebutkan sumbernya. Apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

  Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

  Bandar Lampung, 28 Februari 2019 Yang Menyatakan

  Materai 6000

UJANG SUTISNA

  

MOTTO

            

           

  Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang- orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman

  ”. (Q.S. Yusuf/12: 111).

  

PERSEMBAHAN

Tesis ini penulis persembahkan untuk ayahanda dan Ibunda tercinta,

yakni ayah Marja dan Ibunda Kurnia serta untuk adindaku tersayang Ai Kusmiyati,

juga Almamater yang penulis banggakan Program Pascasarjana (PPs)

UIN Raden Intan Lampung

  

RIWAYAT HIDUP

Ujang Sutisna dilahirkan di Desa Air Bakoman, kecamatan Pulau Panggung

  Tanggamus pada tanggal 10 Oktober 1991 dari keluarga yang cukup sederhana, putra ke-enam dari tujuh bersaudara dari pasangan Bapak Marja dan Ibu Kurnia. Orang tua berprofesi sebagai petani dan sekaligus buruh tani. Dengan memiliki 6 saudara, dua kaka laki-laki, tiga kaka perempuan dan satu adik perempuan.

  Jenjang pendidikan yang penulis mulai dari pendidikan rumah yang diberikan orang tua, yang kemudian melanjutkan pendidikan formal di SDN 2Air Bakoman, pada tahun 1998 dan lulus pada tahun 2004. Selanjutnya pada tahun yang sama meneruskan ke jenjang menengah pertama di MTs Nurul Islam Airbakoman, dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan ke jenjang menengah atas yakni di MA Nurul Islam Air Bakoman kecamatan Pulau Panggung Kabupaten Tanggamus dan lulus pada tahun 2010.

  Di tahun yang sama penulis mencoba mendaftarkan diri di kampus IAIN Raden Intar Lampung Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Alhamdulillah di tahun yang sama pula penulis diterima sebagai salah satu Mahasiswa di IAIN Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam program Strata 1 (S1) reguler.

  Pada tahun 2016 baru menyelesaikan studi S1 nya di Kampus IAIN Raden Intan Lampung, yang kemudian di tahun 2017 melanjutkan pendidikan jenjang program pascasarjana UIN Raden Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan

  Selama menjadi siswa dan mahasiswa penulis pernah aktif dalam berbagai kegiatan Intra dan Ekstra Sekolah maupun Kampus.

  Berikut ini beberapa jenis kegiatan yang pernah penulis ikuti: 1. 2008-2010 tercatat sebagai anggota paskibra sekolah 2. 2011-2012 pernah mengikuti kegiatan mahasiswa UKM INKAI

  3. Pernah menjadi anggota BEM-J PAI tahun 2012

  4. Pernah menjadi anggota BEM-F Tarbiyah dan Keguruan tahun 2013

  5. Pernah Mengajar di SD Al-Kautsar sebagai Guru pengganti sementara selama 3 Bulan terhitung dari bulan Agustus sampai bulan November 2014

  6. Dan sekarang penulis tercatat sebagai salah satu tenaga pengajar di sekolah Tunas Mekar Indonesia, Salah satu sekolah Swasta di Bandar Lampung.

  Selain berbagai kegiatan kemahasiswaan diatas, penulis juga aktif menjadi tenaga pengajar honorer dan guru private mengaji serta kegiatan komuinitas sosial lainnya yang berada di Bandar Lampung.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kekuatan dan petunjuk-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesisini yang berjudul:

  “REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN MUHAIMIN ”. Shalawat

  dan salam Allah semoga tercurahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW., Tesisini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Megister Pendidikan, dalam program studi Pendidikan Agama

  Islam (PAI) konsentrasi Ilmu Pendidikan Islam pada Program Pascasarjana (PPs) UIN Raden Intan Lampung.

  Dalam penyelesaian tesisini, penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta dengan tidak mengurangi rasa terimakasih atas bantuan semua pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, maka melalui kata pengantar ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Idham Kholid, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung.

  2. Bapak Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd. sebagai pembimbing I dan Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd. sebagai pembimbing II dalam penyusunan tesis yang telah memberikan bimbingan dan pengarahannya dalam penulisan tesis ini.

  3. Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Studi Pendidikan Agama Islam,Konsentrasi kepada penulis selama menuntut ilmu di Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung.

  4. Teman-teman Angkatan tahun 2017 Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung yang selalu mendorong, memotivasi dan membantu penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan tesis ini.

  5. Kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu pada pengantar ini diucapkan terimakasih atas segala motivasi, dorongan dan do’a kalian semua, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.

  6. Keluarga besar jamaah masjid Baiturrahman Waydadi Baru Sukarame Bandar Lampung, yang telah memberikan berbagai macam dukungan dan motivasi kepada penulis dari awal hingga akhir, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik sesuai yang diharapkan. Penulis sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan, disebabkan keterbatasan kemampuan ilmu atau teori penelitian yang dikuasai. Untuk itu kepada pembaca kiranya dapat memberikan masukan dan saran-sarannya kepada penulis sehingga skripsi ini akan lebih baik dan sempurna lagi.

  Mudah-mudahan jasa-jasa yang telah ikhlas diberikan kepada penulis, menjadi amal sholeh dan tercatat dilauhul mahfudz sebagai kebaikan yang mendatangkan pahala dari Allah SWT. Aamiin.

  Akhirnya harapan penulis, semoga tesis ini dapat memenuhi syarat sebagai tugas yang dibebankan kepada penulis dan almamater penulis, juga dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran untuk kamajuan dibidang ilmu pendidikan Islam baik dalam ranah kurikulum maupun kelembagaan.

  Bandar Lampung, 27 Februsri 2019 Penulis

  Ujang Sutisna

  NPM. 1786108025

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

PERSETUJUAN ................................................................................................. iii

PENGESAHAN ................................................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 16 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................ 17 D. Metode Penelitian ....................................................................................... 18 BAB II LANDASAN TEORI A. Pendidikan Islam ...................................................................................... 25 B. Pengertian Pendidikan Islam .................................................................... 28 C. Dasar-dasar Pendidikan Islam .................................................................. 32 D. Tujuan Pendidikan Islam........................................................................... 38 E. Materi Pendidikan Islam .......................................................................... 42 F. Metode Pendidikan dalam Pendidikan Islam ............................................ 45 G. Pendidik dan Peserta Didik dalam Pendidikan Islam ............................... 51 H. Evaluasi Pendidikan dalam Pendidikan Islam .......................................... 55

  BAB III BIOGRAFI SINGKAT MUHAIMIN A. Kelahiran dan Keluarga Muhaimin ........................................................... 59 B. Pendidikan dan Karirnya ........................................................................... 60 C. Pemikiran dan Karya-karyanya ................................................................. 62 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data ........................................................................................ 67 A. Rekonstruksi Pendidikan Islam Perspektif Muhaimin ........................ 67 B. Langkah-langkah merekonstruksi Pendidikan Islam perspektif Muhaimin ............................................................................................ 68

  1. Reaktualisasi dan Reposisi Pendidikan Islam dalam Merespons Tantangan dunia Pendidikan ..................................... 68

  2. Model-Model Pengembangan PAI di Sekolah/ Perguruan Tinggi ........................................................................... 94

  3. Perbincangan Pendidikan Islam di Indonesia ............................... 101

  4. Memadukan Sekolah dan Pesantren sebagai upaya membangun Akhlak yang Mulia ................................................... 115

  5. Pengembangan Interelasi PAI dan PKN di Madrasah .................. 131

  6. Pengembangan Kurikulum Fakultas Tarbiyah: Suatu upaya sinkronisasi dengan pendidikan Nasional........................... 139

  7. Analisis kritis terhadap Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Mata Pelajaran PAI di SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA....................................................................................... 148

  8. Tantangan Fakultas/Jurusan Tarbiyah Program Studi PAI di Era Otonomi Daerah ................................................................. 156

  9. Peninjauan kembali terhadap strategi pembelajaran PAI.............. 161 B.

   Analisis Data ........................................................................................... 181

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 203 B. Saran ......................................................................................................... 205 C. Penutup ...................................................................................................... 207 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR GAMBAR DAN TABEL A. DAFTAR GAMBAR

  1. Gambar 1: Skema Model Interelasi antara PAI dan PKN .................. 136 B.

   DAFTAR TABEL

  1. Tabel 1 Pilar-pilar Pembelajaran PAI ................................................. 88

  2. Tabel 2 Contoh Pengintegrasian Nilai-nilai Akhlak Mulia dalam kegiatan yang diprogramkan di Sekolah Terpadu .................... 127

  3. Tabel 3 Contoh Kerangka Teoretik Pengembangan Kurikulum Fakultas Tarbiyah Program Studi PAI ................................................ 140

  4. Tabel 4 Contoh Format Silabus Mata Kuliah ..................................... 145

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses

  pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

  1

  mendewasakan peserta didiknya. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan memiliki arti sebagai berikut: “Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan

  (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan. Pendidikan sebagai kata benda berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

  2 pelatihan”.

  Adapun pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) adalah sebagai berikut:

  “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

  3 masyarakat, bangsa, dan Negara”.

  Rechey menjelaskan pengertian pendidikan sebagai berikut:

  The term “education‟ refers to the broad function of preserving and improving

the life of the grouf through bringing new members into its shared concern.

Education is thus a far broader process than that which accors in schools. It is an

essencial social activity by which communities continue to exist. In complex

communities this function is specialized and institutionslized in formal education, but

1 2 A. Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), h. 1.

  Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. Cit. h. 263.

  

there is always the education outside the school with which the formal process in

  4 related.

  Menurutnya, istilah pendidikan berkenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama untuk memperkenalkan warga masyarakat baru (generasi muda) pada pengenalan terhadap kewajiban dan tanggung jawabnya di tengah masyarakat. Jadi, proses pendidikan jauh lebih luas dari pada proses yang berlangsung di sekolah. Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial penting yang berfungsi untuk menstransformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangatlah erat, sehingga pendidikan mungkin mengalami proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan modern. Meski demikian, proses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan

  5 dari proses pendidikan informal yang berlangsung diluar sekolah.

  Berdasarkan pada beberapa pengertian dan makna pendidikan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang menuntut manusia untuk senantiasa berusaha semaksimal mungkin dalam mengembangkan potensi dirinya, baik dari segi materi maupun non materi. Artinya dengan adanya pendidikan, kehidupan manusia bisa berubah dari keadaan yang kurang baik menjadi lebih baik. Karena telah diketahui bersama bahwasa pendidikan itu adalah usaha sadar dan terencana untuk melatih, mendidik, serta mengembangkan potensi manusia (peserta didik) agar manusia tersebut menjadi manusia yang berguna dan bermanfaat baik bagi 4 Mahmud, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h.19. dirinya, keluarganya, masyarakatnya, bangsa dan negaranya juga bermanfaat bagi agamanya.

  Untuk mencapai itu semua, tentunya banyak hal yang harus dilalui oleh dunia pendidikan itu sendiri, yakni banyak tantangan yang harus dihadapi supaya tujuan pendidikan bisa tercapai sesuai harapan. Masalah pendidikan memang tidak akan pernah selesai dibicarakan. Hal ini berdasarkan pada beberapa alasan antara lain:

  Pertama: Sudah merupakan fitrah setiap orang bahwa mereka menginginkan

  pendidikan yang lebih baik sekalipun mereka kadang-kadang belum mengetahui mana sebenarnya pendidikan yang lebih baik. Kedua; teori pendidikan akan selalu ketinggalan zaman, karena ia dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang selalu berubah pada setiap tempat dan waktu. Karena adanya perubahan itu, maka masyarakat tidak pernah puas dengan teori pendidikan yang ada. Ketiga; perubahan pandangan hidup juga ikut berpengaruh terhadap ketidakpuasan seseorang dengan keadaan pendidikan, sehingga pada suatu saat seseorang telah puas dengan sistem pendidikan yang ada (karena sesuai dengan pandangan hidupnya) dan pada saat yang lain seseorang terpengaruh kembali oleh pandangan hidup lainnya yang semula

  6 dianggap memuaskan menjadi kurang memuaskan.

  Ajaran Islam membenarkan akan adanya sifat tidak puas yang terdapat dalam diri manusia, sebagaimana terkandung di dalam Al- Qur’an Surat Al-Hasyr [59]: 18, berikut ini:

  

               

   

  Artinya:

  “Hai Orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok

(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa

  7 yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-Hasyr [59]: 18).

  Sedangkan di dalam buku rekonstruksi pendidikan Islam karangan Muhaimin, ayat diatas di terjemahkan sebagai berikut ini : “Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri (individu) melakukan nazar terhadap segala sesuatu (ide, konsep, atau rencana kerja) yang telah diajukan atau di tawarkan untuk hari esok (masa depan) dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya

  8 Allah Maha Pemberi khabar terhadap prestasi kerjamu”.

  Menurut Al- Asfahani (1972) bahwa “nazar” dapat berarti “at-taammul wa al

  

fakhsh”, yakni melakukan perenungan atau menguji dan memeriksanya secara cermat

  dan mendalam; dan bisa berarti

  “taqlib al-bashar wa al-bashirah li idrak al-syai‟ wa

ru‟yatihi”, yakni melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran

  (kerangka fikir) untuk menangkap dan melihat sesuatu. Termasuk didalamnya adalah berpikir dan berpandangan alternatif serta mengkaji ide-ide dan rencana kerja yang

7 Al-

  Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma‟ Al-Malik Fahd Li Thiba‟at Al-Mush-Haf Asy-Syarif Medinah Munawwarah (Kerajaan Saudi Arabia: 1421 H/2000 M), h. 919. telah dibuat dari berbagai perspektif guna mengantisipasi masa depan yang lebih baik.

  Pada ayat diatas dinyatakan bahwa sebelum perintah melakukan nazar, ada kalimat

  “ittaquw Allah” (bertakwalah kepada Allah), demikian pula sesudahnya,

  yaitu wattaquw Allah. Ini mengandung makna bahwa sebelum seseorang melakukan nazar sebenarnya sudah berusaha menjalankan perbuatan-perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan-perbuatan negatif, tetapi ia masih disuruh untuk melakukan nazar, melakukan penilaian secara cermat dan akurat terhadap proses dan hasil kerja sebelumnya, atau bahkan melakukan perubahan pandangan (cara pandang) dan cara penalaran (kerangka pikir) karena tantangan-tantangan yang dihadapinya kedepan jauh berbeda dengan periode sebelumnya, sehingga dapat melakukan perbaikan- perbaikan terhadap sisi-sisi yang dianggap kurang baik guna melangkah kedepan

  9 yang lebih baik.

  Demikianlah penjelasan ayat diatas, apabila dikaitkan dengan proses pendidikan yang terjadi di Indonesia khususnya pendididikan Islam, sedikit demi sedikit perubahan dunia pendidikan di Indonesia baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam mulai mengalami perubahan sejak masa awal masuknya Islam ke indonesia hingga sampai saat ini. Pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dari berbagai aspek, dimulai dari aspek manajemen, kurikulum, pendanaan, materi, hingga pada peraturan pemerintah yakni yang hasil akhirnya saat ini adalah Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003. Semua ini dilakukan dengan tujuan supaya pendidikan di tanah air ini bisa maju dan berkembang lebih baik lagi, sesuai dengan tuntutan zaman, kebutuhan peserta didik, masyarakat, Bangsa dan Negara, dan inipun sebagai salah satu cara dalam menghadapi persaingan global yang terjadi di dunia internasional.

  Islam sebagai paradigma ilmu pendidikan cukup menarik untuk dicermati. Islam sabagai wahyu Allah yang merupakan pedoman hidup untuk mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat, baru dapat dipahami, diyakini, dihayati, dan diamalkan setelah melalui pendidikan. Nabi Muhammad sendiri diutus sebagai pendidik umat manusia.

  Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa ajaran Islam sarat dengan konsep-konsep pendidikan, sehingga bukan pekerjaan mengada-ada bila Islam diangkat sebagai

  10 alternatif paradigma ilmu pendidikan.

  Menurut Achmadi, Islam sebagai alternatif paradigma pendidikan, di samping pendidikan sebagai ilmu humaniora yang termasuk ilmu normatif, juga masalah pendidikan sekarang di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, para ahli lebih cenderung menerapkan teori-teori atau filsafat pendidikan Barat yang pada umumnya bersifat sekuler, yang belum tentu sesuai dengan kebanyakan masyarakat Indonesia yang bersifat religius. Apalagi disadari bahwa Islam yang sarat dengan nilai-nilai ternyata sangat memungkinkan dijadikan sudut pandang dalam

10 Abd. Rahman Abdullah, Aktualisasi Konsep Dasar Pendidikan Islam; Rekontruksi Pemikiran

  menganalisis persoalan-persoalan yang berkaitan dengan gejala-gejala pendidikan.

  11 Dalam kerangka inilah kedudukan Islam dapat menjadi paradigma ilmu pendidikan.

  Dalam Al- Qur’an ditegaskan bahwa Allah menciptakan manusia agar menjadikan tujuan akhir atau hasil segala aktifitasnya sebagai pengabdiannya kepada

12 Allah semata. Penjelasan ini terdapat di dalam Surat Ad-Dzariyat: 56, berikut ini:

        

  Artinya:

  “Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya

  13 mereka menyembah- Ku”. (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 56)

  Selanjutnya, aktivitas yang dimaksud pada ayat diatas telah tersimpul dalam ayat

  14 Al-

  Hal ini Qur’an yang menegaskan bahwa manusia adalah Khalifah Allah. tercantum di dalam Al-

  Qur’an Surat Al-Baqarah [2]: 30, sebagai berikut:

  

              

              



  Artinya:

  “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:

„sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang Khalifah di muka bumi‟. Mereka

berkata: „Mengapa Engkau hendak menjadikan (Khalifah) di bumi orang yang akan

11 12 Ibid. h. 2.

  Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam; Pada Periode Klasik dan Pertengahan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 9. 13 Al- Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit. h. 862.

  

membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa

bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau ?‟ Tuhan berfirman:

„Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui‟. (Q.S. Al-Baqarah [2]:

  15 30).

  Pada ayat ini Allah SWT. Memberikan isyarat bahwa Dia hendak menjadikan manusia sebagai khalifah (pemimpin, pengatur, pengurus dan pemakmur) muka bumi, maka berkaitan dengan hal ini Allah SWT. Meneruskan Firmannya dalam surat Hud ayat 61, berikut ini: ...

                ...

   

  Artinya:

  ”...Shaleh berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak

ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan

16 menjadikan kamu pemakmurnya..

  .” (Q.S. Hud [11]: 61).

  Dalam statusnya sebagai khalifah, manusia hidup di alam dunia ini mendapat tugas dari Allah untuk memakmurkan bumi sesuai dengan konsep (aturan/tuntunan) yang telah di tetapkan-Nya (sejalan dengan pedoman Al- Qur’an dan Al-Hadits). Manusia sebagai khalifah Allah memikul beban yang sangat berat. Tugas ini dapat diaktualisasikan jika manusia dibekali dengan pengetahuan. Dan pengetahuan

  17 tersebut, hanya dapat terpenuhi dengan melalui proses pendidikan.

  Pendidikan Islam ini terjadi sejak zaman Nabi Muhammad SAW. diangkat menjadi Rasul, tepatnya di Makkah dan beliau sendiri sebagai gurunya. Pendidikan di 15 Al- 16 Qur’an dan Terjemahnya, Op. Cit. h. 13.

  Ibid. h. 336. masa ini merupakan prototype yang terus menerus dikembangkan oleh umat Islam demi kepentingan pendidikan pada zamannya. Jika disepakati, kalau pendidikan Islam itu merupakan sebuah proses pembentukan individu berdasarkan ajaran Islam agar manusia mencapai derajat yang tinggi dihadapan tuhan dan manusia sehingga mampu menunaikan tugas dan fungsi kekhalifahannya dan berhasil mewujudkan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, setiap pendidik dan perancang kurikulum pendidikan harus menentukan falsafah dan tujuan serta menggariskan prinsip juga dasar yang perlu ditransferkan sehingga terciptanya usaha-usaha pendidikan berdasarkan kepada peserta didik, masyarakat, dan umat

18 Islam secara keseluruhan.

  Ilmu perkembangan abad mutakhir, tepatnya pada abad millenium baru, Peran globalisasi terasa sangat mendominasi aktivitas masyarakat. Kebutuhan akan format suatu sistem pendidikan yang Komprehensip-Kondusif (menyeluruh dan sesuai dengan kebutuhan) rasanya sangat perlu untuk di upayakan. Kondisi ini disebabkan karena sangat pentingnya pendidikan dalam pembinaan anak didik. Keberadaannya harus dilaksanakan secara komprehensif dan simultan antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan, serta kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan. Pendidikan yang demikian itulah merupakan syarat bagi terlaksananya proses “pembudayaan”, yaitu bekal untuk mempersiapkan seorang anak manusia yang bisa menjalani kehidupan secara baik dan mampu beradaptasi dengan suasana pekerjaan yang menjadi sumber mata pencaharian secara lebih baik. Hal ini sebagaimana statement Peter Druker yang meramalkan bahwa masyarakat modern mendatang adalah masyarakat knowledge society, dan siapa yang menempati posisi penting adalah educated person. Suatu masyarakat yang setiap anggotanya adalah manusia yang bebas dari ketakutan, bebas berekspresi, bebas untuk menentukan arah kehidupannya di dalam wadah persatuan dan kesatuan nasional. Sehingga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan sudah sepenuhnya tertanam

  19 kuat dalam tradisi masyarakat luas.

  Indonesia sebagai Negara yang potensial dalam perkembangan pendidikan tentu saja harus bisa menyesuaikan dengan masa atau kondisi kekinian. Keniscayaan akan format pendidikan yang lebih baik dan berkualitas sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban kita bersama dalam usaha merealisasikannya. Melakukan suatu usaha pembebasan terhadap pendidikan yang selama ini banyak diwarnai dengan nilai-nilai yang meng-hegemoni kreatifitas berfikir anak didik, telah mengharuskan kita berusaha merubah sembari memberikan konsep baru tentang pendidikan yang sebenarnya. Memberikan sepenuhnya peluang kepada anak didik dalam rangka mengembangkan kemampuan sesuai dengan talent-nya yang dimiliki. Hal ini akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan dan perkembangannya secara alamiah.

  Kondisi semacam ini tentu sangat berkaitan erat dengan sistem pendidikan yang mau tidak mau harus bertanggung jawab atas terjadinya kondisi seperti ini. Kita tidak bisa memungkiri bahwa sebenarnya yang menjadi embrio dalam peningkatan kualitas manusia bermutu tentu harus melalui jalur pendidikan. Sistem pendidikan bagi umat Islam harus mengoperasikan bidang keagamaan, spiritual, sosial, dan politik. Sistem nilai tersebut telah menciptakan beberapa perbedaan dasar antara sistem pendidikan Islam dan modern baik di Timur maupun di Barat. Perbedaan yang menonjol antara keduanya terletak pada sikap atau pandangan terhadap hidup itu sendiri, di mana Islam menganggap hidup bukan suatu akhir dari segalanya melainkan alasan untuk mencapai tujuan-tujuan spiritual setelah hidup (yakni alam akhirat). Sedangkan dalam pandangan Barat hidup adalah kenikmatan di dalamnya adalah sebagai tujuan akhir

  20 hidup itu sendiri yang didukung oleh materi yang berkecukupan.

  Keadaan pendidikan yang demikian apabila dikaitkaan dengan fenomena Pendidikan Islam era klasik dan era kontemporer di Indonesia terkesan adanya perubahan yang sangat fenomenal, salah satu di antaranya menyangkut eksistensi pendidikan agama Islam (PAI) di lembaga pendidikan umum. Posisi PAI di lembaga pendidikan umum secara yuridis formal kedudukannya sudah kuat, akan tetapi dalam pelaksanaannya masih belum kuat dan tergugat. Di antara indikatornya antara lain ialah masih terdengarnya suara miring dari masyarakat, yang menyatakan bahwa pendidikan agama gagal dalam membina sikap dan perilaku remaja, di mana terlihat banyaknya remaja yang berperilaku menyimpang, dengan mengabaikan norma-norma agama dan adat istiadat. Dalam kondisi seperti ini yang sering disalahkan adalah guru

  21 agama.

  20 21 Ibid. h. xiv.

  Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam; Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan Metodologi Dalam tataran praktis pendidikan Islam, timbul isu kurikulum, (materi) PAI terlalu didominasi oleh materi normatif, ritual, dan eksatologis. Materi disampaikan masih dengan semangat ortodoksi keagamaan, suatu cara dimana peserta didik dipaksa tunduk pada suatu “meta narasi” yang ada, tanpa diberi peluang untuk melakukan telaah secara kritis. Pendidikan Islam tidak fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran PAI, lebih mengacu pada aktifitas verbal dan formal saja, untuk menghabiskan materi atau kurikulum yang

  22 telah diprogramkan dengan batas waktu yang telah ditentukan.

  Isu lain adalah sebuah purbasangka pembelajaran PAI dianggap kurang memberikan kontribusi bagi kehidupan peserta didik. Fenomena ini sudah dilansir sejak tahun 2004 semenjak dilaksanakannya Kurikulum Berabasis Kompetensi (KBK) di Madrasah dan di Sekolah Umum. Setelah ditelusuri, PAI menghadapi beberapa kendala, antara lain; waktu yang disediakan hanya dua jam pelajaran dengan muatan materi yang begitu padat dan memang penting, yakni menuntut pemantapan pengetahuan hingga terbentuk watak dan kepribadian/karakter yang berbeda jauh dangan tuntutan terhadap mata pelajaran lainnya.

  Fenomena kegagalan PAI di sekolah yang ada kaitannya dengan guru, Abifasa dalam online-2009 pernah meliputi fenomena menarik berhubungan dengan perilaku siswa remaja sedang berkembang. Ia mencatat, ada sebagian anak remaja/pelajar tergoda dengan hal-hal yang menurut agama tidak boleh dilakukan (haram/berdosa) tetapi di kalangan anak-anak remaja/pelajar hal itu sudah dianggap lumrah, misalnya pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan, cara berpakaian ketat, setengah terbuka dan jenis you can see yang mempertontonkan aurat, tawuran antar pelajar bahkan rasa hormat terhadap orang tua dan guru sudah hampir pudar. Mereka menganggap bukanlah cinta sejati namanya kalau tidak penuh pengorbanan dan atau tidak mengumbar sex, tidaklah dikatakan modern jika berpakaian harus menutup seluruh tubuh, tidaklah dikatakan setia kawan jika tidak ikut tawuran, bahkan lebih parah lagi jika mereka beranggapan bahwa bila memperlakukan orang tua dan guru

  23 dengan penuh rasa hormat adalah perilaku ortodok dan ketinggalan zaman.

  Fenomena karakter pelajar seperti diatas bukanlah berakar pada warisan sejarah, akan tetapi adalah perilaku yang menyimpang yang muncul sebagai dampak negatif dari globalisasi, di mana budaya Barat, berupa liberalisme, hedonisme, rasionalisme, pragmatisme, ikut berbonceng melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang memang mencapai puncaknya di era globalisasi ini, yang turut menggusur norma adat dan agama yang selama ini telah dianut oleh masyarakat secara mapan.

  Namun yang dijadikan kambing hitam disini adalah guru agama. Kritik dari masyarakatpun ke luar dengan tajam: “Pendidikan Agama Islam gagal” atau

  “Pendidikan Agama Islam tidak berhasil”. Seiring dengan kritikan yang keluar dari masyarakat, para guru pendidikan agama Islam pun membela diri dengan alasan klise yang tidak menunjukkan kreatifitasnya: “kami kurang berhasil karena waktu yang tersedia untuk pembelajaran PAI hanya dua jam pelajaran saja setiap minggunya, tidak seimbang dengan perubahan perilaku anak dan pengaruh global yang dihadapinya”. Sementara guru lain (yang bukan guru PAI) terkadang merasa masa bodoh, tidak peduli, dan merasa bahwa masalah itu hanya menjadi tanggung jawab guru agama saja, padahal pembinaan karakter peserta didik bukanlah tanggung jawab guru agama semata namun juga menjadi tanggung jawab semua tenaga pendidik, dan

  24 tenaga kependidikan yang ada di sekolah atau madrasah.

  Pada dasarnya pendidikan Islam itu telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan adanya dakwah Islam yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Berkaitan dengan hal itu, pendidikan Islam memiliki corak dan karakteristik yang berbeda sejalan dengan upaya pembaruan yang dilakukan secara terus menerus pasca Nabi, sehingga dalam perjalanannya pendidikan Islam terus mengalami perubahan baik dari segi kurikulum, maupun dari segi lembaga pendidikannya. Ini menunjukkan bahwa adanya upaya perubahan (walaupun hanya sedikit) yang benar-benar telah tampak

  25 dan terjadi secara alamiah (nature) dalam pendidikan Islam.

  Sedikitnya ada 5 fase yang bisa dijadikan acuan dalam memahami dan menjelaskan periodisasi pendidikan Islam. Pertama, masa pembinaan pendidikan Islam, kondisi awal pendidikan Islam yang terjadi pada masa awal kerasulan Nabi Muhammad SAW; Kedua, masa pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, yaitu kondisi pendidikan Islam yang terjadi pada masa Nabi Muhammad dan masa Khulafaurrasyidin; Ketiga, masa kejayaan pendidikan Islam, satu kondisi pendidikan yang banyak mengunakan dua pola pemikiran berbeda, dari pola pemikiran yang 24 Ibid. bersifat tradisional (sufistik) menuju pemikiran yang rasional (berdasarkan akal pemikiran). Masa ini terjadi pada pemerintahan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah;

  

Keempat, masa kemunduran pendidikan Islam, satu masa di mana kondisi umat Islam

  saat itu lebih banyak bertumpu pada cara berpikir yang tradisional (sufistik) dan tidak lagi mau menggunakan pola berpikir rasional. Kondisi ini terjadi kira-kira abad ke

  VIII hingga abad ke XIII Masehi; dan yang Kelima, masa pembaruan pendidikan Islam. Sebuah totalitas kesadaran kolektif umat Islam terhadap kekurangan dan problematika pendidikan Islam yang kemudian berusaha untuk memperbaiki dan

  26 memperbaruinya sesuai dengan kemajuan zaman.

  Tidak jauh berbeda dengan penjelasan diatas, disini perlu kiranya pemikiran yang mendalam untuk kemajuan dan keberhasilan pendidikan Islam. Maka pada tulisan ini akan dibahas mengenai pandangan tokoh pemikir pendidikan Islam yang turut melibatkan dirinya dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan Islam, yang telah banyak menghasilkan karya-karya pemikirannya dalam pendidikan, yakni beliau adalah pemikir pendidikan Islam yang bernama Muhaimin, beliu merupakan tokoh pendidikan Islam yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya beliau seorang Guru Besar pada Ilmu Pendidikan Islam di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Bagaimana beliau telah berkontribusi dengan cukup besar dalam dunia pendidikan baik melalui karya-karyanya maupun pemikiran-pemikirannya, sehingga hasil pemikiran beliau dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk kemajuan pendidikan khususnya pendidikn Islam di tanah air kita Indonesia.