PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA SKRIPSI

  

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI

TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

T.ZULKHAIDIR

  

09C104320109

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS TEUKU UMAR

  

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI

TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

T.ZULKHAIDIR

  

09C104320109

  Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar

  

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

  

LEMBARAN PENGESAHAN

  Judul : Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil dussumierie) di Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda

  Nama : T. Zulkhaidir Nim : 09C10432109 Program Studi : Perikanan

  Disetujui, Komisi Pembimbing

  Ketua Anggota

  

Yuli Erina, S.Si., M.Si Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si

NIDN : 9901006379 NIDN : 1024088303

  Diketahui, Dekan Ketua Program Studi

  

Dr. Edwarsyah, SP., MP Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si

NIP : 19690211 199603 1 002 NIDN : 0102098301

  Tanggal Seminar : 10 Oktober 2014

  

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dussumierie) DI

TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

  Yang disusun oleh : Nama : T. Zulkhaidir Nim : 09C10432109 Fakultas : Perikanan dan Ilmu Kelautan Program Studi : Perikanan Telah diuji didepan dewan penguji pada tanggal 10 Oktober 2014 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

  1. Yuli Erina, S,Si., M.Si (………………….)

  (Dosen Penguji I)

  2. Afizal Hendri, S.Pi., M.Si (…………………..)

  (Dosen Penguji II)

  3. Husni Yulham, S.Pi., M.IL (………………….)

  (Dosen Penguji III)

  4. Erlita, S.Pi (………………….)

  (Dosen Penguji IV) Dekan

  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

  

Dr. Edwarsyah, SP., MP

NIP : 19690211 199603 1 002

  

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

  Dengan ini saya menyatakan skripsi “Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil

  

dusemmerie) Di Tinjau Dari Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda” adalah

  karya saya sendiri dengan arahan semua pembimbing dan belum pernah di ajukan dalam bentuk apapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak. Diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumka dalam daftar pustaka di bagian akhir sripsi.

  Meulaboh, Januari 2015 Penulis

  

PERTUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil dusemmerie) DI

TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA

Oleh

  1) 2) 2)

T. Zulkhaidir Yuli Erina Afrizal Hendri

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie). Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April 2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Rancangan Acak lengkap yang digunakan terdiri atas 4 taraf perlakuan dengan masing – masing 3 kali ulangan, dan kontrol. Sehingga jumlah satuan percobaan adalah 12 unit percobaan. Dari hasil tabel diketahui bahwa kondisi kualitas air pada saat pemeliharaan benih ikan belanak

  o (Mugil dussumierie) yaitu salinitas 20 ppt, suhu 29

  C, pH 6 dan oksigen terlarut (DO) 4,7 mg/L. Penggunaan jenis pakan segar yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan benih ikan belanak (Mugil dussumierie).

  (F hitung <F tabel ).

  Kata kunci : Pakan, Ikan Belanak, Mugil dussumierie.

  

THE GROWTH OF THE SEED MULLET FISH (Mugil dusemmerie)

REVIEW OF GIVING IN A DIFFERENT KIND OF FEED

by

  1) 2) 2)

T. Zulkhaidir Yuli Erina Afrizal Hendri

ABSTRACT

  This study aims to complement the insight / knowledge in the field of aquaculture, especially different types of fresh feed on mullet seed, and can be used as guidelines for consideration by the reader to open the cultivation of mullet (Mugil dussumierie). This study was conducted over six teen days, in March to April 2014 in the Village pond Samatiga Kuala Bubon West Aceh district. The experimental design to be used is completely randomized design (CRD). Used a complete randomized block design consisting of four levels with each treatment - three foreign replicates, and controls. So the number of units is eleven twolev units of experimental trials. From the results table is known that water quality conditions at the time of seed maintenance mullet

  

(Mugil dussumierie) is 20 ppt salinity, temperature 29 ° C, pH 6 and dissolved

  oxygen (DO) 4.7 mg / L. The use of different types of fresh feed does not give significant effect on seed growth mullet (Mugil dussumierie). (F arithmetic <F table ).

  Keywords: Feed, mullet, Mugil dussumierie.

  1)

  Students of the Faculty of Fishery and Marine Sciences of Teuku Umar University

  2)

  

RINGKASAN

T. ZULKHAIDIR, 09C10432109. PETUMBUHAN BENIH IKAN BELANAK (Mugil

dusemmerie) DI TINJAU DARI PEMBERIAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA. Di

bawah bimbingan Yuli Erina, S.Si., M.Si dan Afrizal Hendri, M.Si.

  Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. karena mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang tinggi di sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi masyarakat, lkan Belanak dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie).

  Penelitian ini dilaksanakan selama 60 hari, pada bulan Maret sampai dengan April 2014 di tambak Gampong Kuala Bubon Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 3 taraf perlakuan dengan masing – masing 3 kali ulangan, dan kontrol. Wadah pemeliharaan yang di gunakan adalah keramba jaring tancap, 40 cm x 40 cm. Ikan uji yang digunakan adalah benih ikan belanak. Benih ikan yang digunakan total sebanyak 300 ekor dengan ukuran benih 3-5 cm. Pakan yang diberikan pada benih ikan belanak adalah pakan segar yaitu Lada laut (Caulerpa sp), hidrylla (Hidrila verticillata), kelapa (Cocos nucifera). Sebanayak 5% dari bobot. Berat dan panjang benih ikan belanak (Mugil dussumierie) di timbang dan di ukur setiap 15 hari sekali dari awal penelitian hingga akhir penelitian.

  Hasil penelitian terlihat bahwa pertumbuhan spesifik benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 (0.32 %) dan yang terendah pada perlakuan P1 (0,30 %) dan P2 (0,30 %). Serta kontrol juga tidak jauh berbeda (0.32 %). Pengukuran panjang mutlak benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P2 sebesar (0,66 cm) dan yang terendah diperoleh pada perlakuan P1 (0.6 cm) dan P3 (0,63cm). Namun jika dibandingkan dengan kontrol jauh berbeda ( 0.73 cm). Persentase tingkat kelangsungan hidup benih ikan belanak yang tertinggi diperoleh pada perlakuan P1 (63,3 %) sedangkan terendah diperoleh pada perlakuan P2 (60 %) dan P3 (60 %). Namun jika dibandingkan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  Penulis dilahirkan di Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, pada tanggal 03 Juni 1991. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga orang bersaudara. Buah hati dari pasangan T.M. Basir dan Marwanah, S.Pdi. Pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Langung, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di sekolah MTsS Meureubo dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2009 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di MAN 1 Meulaboh Aceh Barat. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah atas penulis mengikuti Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di Universitas Teuku Umar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan serta lulus sebagai mahasiswa Universitas Teuku Umar Angkatan 2009.

  Penulis pada tahun 2010-2011 menjabat sebagai anggota Badan Eksekutif Mahasiswa Perikanan di bidang Divisi Pendidikan. Penulis pada tahun 2012-2013 menjabat sebagai Ketua divisi Pendidikan (BEM). Penulis pada tahun 2011-2013 menjadi peseta Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan oleh dikti di tingkat provinsi. Penulis pada tahun 2012 Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat Provinsi. Penulis pada tahun 2013 menjadi peserta Mou Universitas Teuku Umar (UTU) dengan Universitas Teringganu Malaysia (UTM) di Malaysia.

  Penulis juga pernah terlibat sebagai panitia dalam berbagai kegiatan Seminar Nasional Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar. Salah satunya seminar Nasional yang bertema “Membangun Aceh dengan Industrialisasi

  Sebagai penambah wawasan pendidikan perikanan penulis mengikuti Praktek Kerja Lapang pada tahun 2012 di Stasiun Karantina Ikan Pengendalian mutu kelas I aceh dengan judul “identifikasi parasit pada lobster (panulirus sp.) yang dilalulintaskan di stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu Kelas I Aceh”. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Program Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pulo Tengoh Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Untuk memperoleh gelar sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar penulis menulis tugas akhir/Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Benih Ikan Belanak (Mugil

  dusemmerie) Di Tinjau Dari Pemberian Jenis Pakan Yang Berbeda”.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang berjudul : Petumbuhan Benih Ikan Belanak

(Mugil dussumierie) di Tinjau dari Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda.

Selanjutnya salawat beserta salam kita sanjungkan kehadirat Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kebodohan kealam berilmu pengetahuan.

  Dalam penyusunan Skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan pengarahan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kami kepada :

  1. Ibu Dr. Edwarsyah, SP., MP selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah memberikan bantuan administrasif dalam penyusunan skripsi penulis.

  2. Ibu Yuli Erina S.Si., M.Si selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis.

  3. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si selaku Pembimbing II yang juga telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan kepada penulis.

  4. Bapak Husni Yulham, S.Pi., M.IL dan Ibu Erlita S.Pi selaku Penguji I dan II yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

  5. Syarifah Zuraidah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Program Studi pada yang telah memberikan bantuan dalam pengurusan administratif.

  6. Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta yang telah bekerja keras dan tak henti-henti berdoa demi kesuksesan anaknya dan segenap keluarga besar yang juga telah memberikan dukungan dan doa serta perhatian kepada penulis.

  7. Teman-teman angkatan 2009 serta rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam setiap proses penyelesaian skripsi ini.

  8. Serta seluruh Civitas Akademik Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan yang telah memberikan dukungan serta motivasi sehingga penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan.

  Akhir kata tiada gading yang tak retak begitu juga dengan Skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Semoga rahmat dan hidayah serta lindungan-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Amin…

  Meulaboh, Januari 2015 Penulis

  

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR ............................................................................. xi DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xvi I. PENDAHULUAN ....................................................................

  22 3.4 Prosedur Kerja...................................................................

  17 2.8 Klasifikasi Kelapa (Coco nucifera) ..................................

  18 2.8.1 Habitat dan Manfaat ................................................

  20 III. METODOLOGI PENELITIAN..............................................

  22 3.1 Waktu dan Tempat ............................................................

  22 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................

  22 3.3 Metode Penelitian..............................................................

  23 3.4.1 Persiapan Wadah ....................................................

  14 2.7 Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut(Caulerpa sp)..........

  23 3.4.2 Persiapan Ikan Uji ...................................................

  23 3.4.3 Pemeliharaan Benih Ikan Belanak...........................

  24 3.4.4 Pemberian Pakan .....................................................

  24 3.5 Pengamatan Pertumbuhan Benih ......................................

  24 3.6 Parameter Uji ....................................................................

  25 3.7 Analisis Data .....................................................................

  16 2.7.1 Habitat dan Manfaat.................................................

  12 2.6.1 Habitat dan Manfaat ...............................................

  1 1.1 Latar Belakang ..................................................................

  4 2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Belanak ..............................

  1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................

  2 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................

  2 1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................

  3 1.5 Hipotesis............................................................................

  3 II. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................

  4 2.1 Klasifikasi dan Identikasi Ikan Belanak............................

  5 2.3 Pertumbuhan Ikan .............................................................

  11 2.6 Klasifikasi dan Morfologi (Hidrilla verticillata) ..............

  6 2.3.1 Kesehatan Benih Ikan ..............................................

  6 2.3.2 Keseragaman Ukuran Benih Ikan ............................

  7 2.3.3 Faktor Air.................................................................

  7 2.3.4 Serangan Hama dan Penyakit .................................

  8 2.3.5 Kondisi Pakan Ikan..................................................

  8 2.4 Kebiasaan Makan dan Jenis Makanan ..............................

  8 2.5 Luas Relung dan Tumpang Tindih Makan........................

  27

  IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................

  28 4.1 Hasil .................................................................................

  28 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ..........................

  28 4.1.2 Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) ................

  28 4.1.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)..........................

  29 4.1.4 Parameter Kualitas Air.............................................

  29 4.2 Pembahasan.......................................................................

  30 4.2.1 Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) ..........................

  30 4.2.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm).........................

  31 4.2.3 Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)..........................

  32 4.2.4 Parameter Kualitas Air.............................................

  33 V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................

  34 5.1 Waktu dan Tempat ............................................................

  34 5.2 Saran..................................................................................

  34 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................

  35 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Halaman

  1. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Hydrilla verticillata .........

  15 2. Komposisi Kandungan Kimia Tumbuhan Lada Laut (Caulerpa sp) ...

  17 3. Komposisi Kandungan Kimia Kelapa (Coco nucifera) .........................

  20 4. Bahan Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie). ............................

  22 5. Alat Penelitian Ikan Belanak (Mugil dussumierie) ................................

  22 6. Tabulasi Data..........................................................................................

  23

  7. Data Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR), Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm), dan Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Selama Penelitian. ..................................................................................

  28 8. Nilai Parameter Kualitas Air Selama Penelitian ....................................

  29 9. Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR).........................................................

  30 10. Data Rata - Rata Panjang Benih Ikan Belanak (LM) ............................

  31 11. Data Rata - Rata Kelulushidupan Benih Ikan Belanak (SR).................

  32

  

DAFTAR GAMBAR

Halaman

  1. Ikan Belanak (Mugil dussumierie) .......................................................

  4 2. Hydrilla verticillata ................................................................................

  13 3. Lada Laut (Caulerpa sp) ........................................................................

  16 4. Kelapa (Coco nucifera) ..........................................................................

  19 5. Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik (SGR) .............................................

  30 6. Grafik Laju Pertumbuhan Panjang Mutlak (Lm) ..................................

  31 7. Grafik Tingkat Kelangsungan Hidup (SR)............................................

  33

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Diantara ikan-ikan laut dan payau, ikan-ikan dari famili Mugilidae mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan ini umumnya banyak ditemukan di daerah pantai, muara sungai, dan perairan tawar. Di Indonesia banyak tertangkap di daerah pantai dan kolam-kolam air payau. Ikan ini memiliki potensi yang baik untuk dibudidayakan karena mampu beradaptasi dengan baik di lingkungan tambak, benih mudah diperoleh sepanjang tahun dalam jumlah yang tinggi di sekitar daerah pertambakan, daging dan telurnya cukup disenangi masyarakat, lkan Belanak dikonsumsi baik sebagai ikan segar atau sebagai ikan yang telah diawetkan.

  Kabupaten Aceh Barat, terutama Gampong Kuala Bubon memiliki potensi perikanan baik perikanan tangkap, perikanan budidaya, maupun pengolahan hasil perikanan. Menurut petani ikan/nelayan perairan Gampong Kuala Bubon sendiri mempunyai keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi dan salah satu diantaranya yaitu ikan Belanak (Mugil dussumierie).

  Ikan belanak banyak terdapat di daerah kuala bubon, baik dalam segi budidaya maupun alam liar. Ikan belanak tersebut banyak diminati oleh masyarakat baik untuk produksi, maupun komsumsi.

  Makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Studi mengenai pemberian jenis pakan segar yang berbeda terhadap ikan belanak (Mugil dussumierie) merupakan salah satu hal penting bagi usaha pakan yang terbaik dari jenis-jenis pakan yang diberikan terhadap ikan belanak, dan nutrien pakan. Penelitian ini sangat penting dalam budidaya sehingga teknik pakan dan pemberian pakan dapat dirancang untuk mendorong atau pembesaran untuk produksi, konsumsi, kelangsungan hidup serta pertumbuhannya.

  Dalam penelitian ini pakan yang digunakan adalah Lada laut (Caulerpa

  

sp) , Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) dan pakan

  komersil sebagai kontrol, pakan yang digunakan dalam penelitian ini sangat mudah didapatkan dengan harga ekonomis.

  1.2. Perumusan Masalah

  • Cukup banyaknya tambak yang membudiayakan ikan belanak (Mugil

  dussumierie), namun belum tersedianya solusi pakan pengganti dimana petani

  tambak masih bergantung kepada pakan komersil ?

  • Benih ikan belanak (Mugil dussumierie) yang dibudidayakan sangat melimpah namun tingkat pertumbuhannya lamban.
  • Melihat perbedaan pertumbuhan benih ikan belanak (Mugil dussumierie) dengan pemberian pakan Lada laut (Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila

  verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) ?

  1.3. Tujuan Penelitian

  • Untuk mengetahui pakan yang terbaik dari jenis pakan segar seperti Lada laut

  (Caulerpa sp) , Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera) . Sebagai sulusi pengganti pakan komersil.

  • Untuk melengkapi wawasan/pengetahuan di bidang budidaya perairan khususnya jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak, dan bisa dijadikan pedoman sebagai bahan pertimbangan pembaca untuk membuka usaha budidaya ikan belanak(Mugil dussumierie).

  1.4. Manfaat Penelitian

  • Mengetahui jenis pakan segar yang terbaik Lada laut (Caulerpa sp), Hydrilla (Hidrila verticillata), Ampas kelapa (Cocos nucifera).
  • Mengetahui pertumbuhan yang maksimal dengan pemberian jenis pakan segar yang berbeda terhadap benih ikan belanak(Mugil dussumierie).

  1.5. Hipotesis Penelitian

  H : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil

  dussumierie).

1 H : Pemberian jenis pakan segar yang berbeda tidak mempengaruhi

  pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan belanak(Mugil dussumierie).

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Identifikasi

  Ikan Belanak (Mugil dussumierie) berdasakan sistematikanya dapat di klasifikasikan sebagai berikut ( P at r icia S . R .

  20 2 ) :

  Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Percesoces Famili : Mugilidae Genus : Mugil Spesies : M. dussumieri Nama umum (Inggris) : Mullet Nama lokal : Belanak (Gresik) Bentuk Ikan Belanak dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini : Gambar 1. Ikan Belanak (Mugil dussumierie).

  Ikan Belanak mempunyai badan memanjang, bagian depan subsilindris, sedangkan bagian belakang agak kompres, kepala mendatar pada bagian atas dan bila dipotong melintang berbentuk seperti segitiga. Celah insang lebar, mulut di ujung dan mendatar. Selaput agar-agar pada mata berkembang dengan lebar ruang antar mata sedangkan lebar ruang antar mata lebih kurang dua kali diameter mata, dan diameter mata itu sendiri lebih kurang sama dengan panjang moncong. Di depan mata terdapat sisik-sisik. Moncong depres tulang rahang atas nampak ketika mulut mengatup. Sirip punggung dengan jari-jari yang kuat, pada yang jantan tinggi jari- jari keras sirip punggung kadang-kadang lebih pendek daripada panjang kepala tanpa moncong, dasar permukaan sirip punggung pertama agak lebih dekat ke dasar sirip ekor daripada ke ujung mulut. Permulaan dasar sirip punggung pertama terletak pada sisik yang kesembilan atau ke-10 pada linea lateralis pertarna. Di depan sirip punggung pertama terdapat 18-19 sisik yang dihitung mulai dari moncong. Permulaan dasar sirip punggung yang kedua bertepatan dengan baris sisik yang ke-18, 19, atau 20.

  Setengah dari sirip dubur sebelum sirip punggung yang kedua. Sirip punggung dan sirip dubur bersisik, berlekuk, sama tinggi, lebih rendah atau lebih tinggi dari sirip pungguug yang berjari-jari keras. Sirip dada agak pendek. Pada ikan belanak yang besar umumnya lebih pendek daripada panjang kepala.Ujung sirip dada mencapai baris sisik yang ketujuh atau delapan. Tanpa sisik-sisik tambahan atau dengan sisik-sisik tambahan tetapi kecil. Panjang batang ekor kira-kira sama dengan tingginya atau 2 / 3 dari panjang kepala. Warna kehijauan pada bagian atas dan keperakaupada bagian bawah, seringkali terdapat garis hitam yang membujur yang sesuai dengan susunan sisik pada sisi tubuh ( P at r icia S . R .

  20 2 )

2.2. Habitat dan Penyebaran

  Ikan Belanak hidup di laut dangkal yang beriklim hangat dan bervegetasi, Namun ada juga yang hidup di muara sungai di kawasan tropis, subtropis, dan ppt dan mempunyai toleransi terhadap suhu cukup luas. Famili Mugilidae mempunyai penyebaran yang luas. Di Indonesia, Mugil dussumierii banyak ditemukan di Sumatera (Bagan Siapi-api, Langkat, Pantai Deli, Bengkulu, Trusan, Padang, Bintang, Bangka), Kalimantan (Singkawang, Stragen, Balik papan, Kota Bam), Jawa (L. Jawa, Banten, Jakarta, Perdana, Semarang, Pasuruan), Sulawesi (Makasar, Danau Sinderaug, Sungai Minlarang), Bali, Lombok, Flores, Timor, Buton. Mugil dussumierii juga banyak ditemukan di Singapura, India, Andamau, Ceylon, New Guinea, Philipina dan Australia ( Effendie M.1. 2002)

2.3. Pertumbuhan Ikan

  Menurut Effendie (2002), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu. Selain itu juga bisa didefinisikan sebagai perubahan ukuran atau jumlah material tubuh baik perubahan positif maupun negatif, temporal maupun dalam jangka waktu yang lama. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sulit dikontrol seperti keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Faktor luar yang utama mempengaruhi petumbuhan ikan yaitu suhu dan makanan (Effendie, 2002).

2.3.1. Kesehatan Benih Ikan

  Kesehatan benih ikan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan. Karena jika ikan sakit maka tahap pertama energi yang dipengaruhi oleh ikan tersebut akan digunakan sebagai penganti sel-sel yang rusak, serta anti toksin atau kekebalan tubuhnya akan melawan penyakit yang ada. Dari persoalan ini jelas dipergunakan untuk penyembuhan, atau melawan penyakit sehingga otomatis pertumbuhannya terganggu. Jika penyakit tersebut ternyata kondisinya lebih kuat maka ikan tersebut tidak sembuh hingga mati (Gufran dan Kordi, 2010).

  2.3.2. Keseragaman Ukuran Benih Ikan

  Keseragaman ukuran benih ikan secara keseluruhan akan mempengaruhi produksi total. Jika benih satu sama lain tidak sama ukurannya, maka benih yang kecil pertumbuhannya akan lebih lambat untuk periode tertentu atau tidak meningkat pertumbuhannya hingga panen. Banyak terjadi benih yang ukurannya lebih kecil pada periode starter tetap lebih kecil ukurannya tetapi setelah melewati periode grower pertumbuhannya menjadi seimbang. Hal ini disebabkan bahwa laju pertumbuhan ikan dari waktu ke waktu atau periode ke periode berbeda (Basahudin, 2009).

  2.3.3. Kualitas Air Kualitas air mempunyai 3 faktor yaitu faktor fisika, kimia dan biologi.

  Yang termasuk faktor fisika adalah suhu, kecerahan dan kekeruhan. Faktor kimia meliputi kelarutan oksigen, CO

  2 , NH 3 – N dan pH. Sedangkan faktor biologi

  adalah kandungan plankton dan lain-lain. Apabila suhu berubah maka faktor kimia air akan berubah dan apabila suhu naik maka segala proses dipercepat termasuk metabolisme tubuh hingga pada batas tertentu. Sudah menjadi gejala alam apabila kondisi cuaca cerah, intensitas cahaya matahari tinggi, suhu air meningkat (nafsu makan meningkat) sehingga pertumbuhan ikan pun menjadi cepat. Hal itu terjadi kebalikan apabila kondisi cuaca mendung, suhu air menurun akibatnya nafsu makan ikan menurun atau kondisi air kekurangan oksigen sehingga pertumbuhan ikan terhambat (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

  2.3.4. Serangan Hama dan Penyakit

  Hama dan penyakit akan muncul jika lingkungan media hidup ikan kurang baik. Akibat dari kondisi lingkungan media yang tidak sesuai maka lama kelamaan stamina ikan akan menurun sehingga rentan dan mudah terserang penyakit. Sebagai akibat pertama adalah nafsu makan ikan menurun. Dibutuhkan energi untuk menaikkan stamina bahkan penyembuhan penyakit tersebut. Dengan demikian sudah jelas energi tidak digunakan untuk pertumbuhan. Jika serangan hama dan penyakit lebih kuat dari stamina ikan, maka ikan akan mati. Untuk menghindari kematian ikan perlu diusahakan kualitas air tetap baik. (Afrianto dan Liviawaty, 1992).

  2.3.5. Kondisi Pakan Ikan

  Pada perairan umum secara liar atau dipelihara secara tradisional tidak begitu masalah pemberian pakannya. Tetapi pada pemeliharaan sistem instensif pemberian pakan mesti instensif yaitu jumlah dan pemberian pakannya harus teratur. Apabila jumlah pakan yang diberikan kurang maka energi yang dibutuhkan tidak terpenuhi sehingga perutumbuhannya terhambat. Begitu juga kandungan proteinnya apabila kurang dari 20 % maka pertumbuhannya pun akan terhambat. Kondisi protein ini bisa diakibatkan karena rusak oleh jamur sehingga kandungan protein menurun (Afrianto dan Liviawaty, 2005).

2.4. Kebiasaan Makanan dan Jenis Makanan

  jumlah ikan di suatu perairan, karena merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan di suatu perairan ( Effendie, 2002).

  Kelimpahan suatu orgauisme makanan ikan yang ada di suatu perairan selalu berfluktuasi yang disebabkan oleh dan hidup, iklim, dan kondisi lingkungan. Kelimpahan suatu organisme makanan yang potensial sering mendominasi walaupun makanan tersebut akan dimakan oleh ikan ataupun tidak.

  ( Effendie, 2002).

  M e n u r u t Sulistiono, Arwani, dan Aziz. (2001) kekuraugan makanan adalah kemungkinan yang paling umum ditemukan di perairan, serta merupakan faktor pembatas yang serius terhadap populasi ikan di perairan umum. Faktor yang mempengaruhi produksi makanan di suatu perairan adalah kondisi perairan itu sendiri. Kebiasaan makanan ikan (food habits) adalah kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan memakan (feeding habits) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan waktu, tempat dan caranya makanan itu didapatkan oleh ikan. Setiap jenis ikan beradaptasi untuk mendapatkan makanan tertentu, dalam hal ini alat sensor diadaptasikan untuk mencari makanan, rongga mulut diadaptasikan terhadap ukuran makanan, dan usus diadaptasikan terhadap proses pencernaan makanan ( P at r icia, 20 2 ).

  Makanan utama ikan belanak adalah Bacillariophyceae, makanan pelengkapnya adalah detritus, lumpur campur partikel pasir, desmidiceae, sedangkan makanan tambahannya adalah Chlorophyceae, Cyanophyceae, dan Nematoda. Hasil penelitian di Muara Sungai Cimanuk memperlihatkan bahwa adalah detritus, Chlorophyceae, lumpur campur pasir, sedangkan makanan tambahannya adalah Cyanophyceae dan organisme tidak teridntifikasi. Ikan belanak mempunyai cara-cara tertentu dalam mengambil makanannya. antara lain sebagai berikut (Sulistiono, Arwani, dan Aziz. 2001).

  a. Dengan cara menghisap lapisan atas permukaan air melalui mulut untuk memakan mikroalgae.

  b. Dengan menjulurkan premaxilla uutuk memakan algae yang terdapat pada benda dalam air. Kemudian premaxilla dinaikkan lagi seperti mencium benda tersebut. Material yang masuk ke dalam mulut akan disaring dalam farink. Material yang cocok akan tentu masuk sedangkan yang tidak cocok akan dikeluarkan.

  c. Dengan cara menghisap bagian atas permukaan lumpur dasar perairan. Cara ini banyak dilakukan, karena dengan demikian mikroalgae dan detritus tanaman yang membusuk akan terambil untuk dimakan.

  d. Untuk memakan butir pasir, ikan belanak menukikkan kepala dan tubuhnya membentuk sudut 15-20 ke permukaan sedimen sambil menonjolkan premaxilla dan mencaplok sedimen tersebut. Kadangkala mulut digeserkan untuk kemudian menghisap sedimen bagian atas. Material yang berukuran besar akan dimuntahkan lagi, hal ini terlihat dari atas permukaan air dimana dasar perairan akan keruh seperti gumpalan awan.

  e. Dalam kondisi normal ikan belanak mengambil makanannya secara terus menerus, tetapi intensitasnya tergantung pada isi lambung. Bila mengambil makanan secara intensif maka perutnya akan selalu penuh, tetapi bila sebagian.

  f. Beberapa faktor yang dapat menentukan apakah suatu jenis ikan akan memakan suatu organisme makanan atau makanan adalah ukuran makanan. Ketersediaan makanan, warna makanan, dan selera ikan terhadap makanan. Jumlah makanan yang dibutuhkan oleh suatu jenis ikan tergantung pada macam makanan.

  Kebiasaan makanan, suhu air, dan kondisi umum dari jenis ikan itu sendiri ( Sesakumar , dan Cruz, 1992). Ukuran ikan juga berpengaruh terhadap jumlah konsumsi makanan perhari.

  Pertumbuhan ikan selain ditentukan oleh sifat genetik juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti fisika, kimia air, musim, iklim, tekanan, populasi makanan dan zat hara perairan. Persaingan dalam memperoleh makanan akan mempengaruhi pertumbuhan dan hanya ikan-ikan yang kuat dalarn persaingan saja yang akan tumbuh dengan baik ( Sesakumar , dan Cruz. 1992).

  P at r icia S . R . ( 20 2) mengemukakan bahwa urutan kebiasaan makanan ~

  ~

  ikan terdiri dari makanan utama, makanan pelengkap dan rnakanan tamban hal

  1 . valkana 11 utama yaitu makauan yang dimakan dalam jumlah yang paling besar. Makanan pelengkap yaitu makanan yang ditemukan dalarn saluran pencemaran makanan dalam jumlah yang lebih sedikit. Makanan tambahan adalah makanan yang terdapat dalam jumlah yang paling sedikit dalam saluran pencemaran.

2.5. Luas Relung dan Tumpang Tindih Makanan

  Luas relung makanan mencerminkan adanya selektivitas kelompok ukuran ikan baik antar spesies maupun antar individu dalam suatu spesies yang sama bersifat general atau spesifik dalam memilih makanannya. Ikan yang tidak selektif dalam memilih makanannya memiliki luas relung makanan yang besar sedangkan ikan yang selektif memiliki luas relung yang kecil.

  Menurut Hartadi, Reksohadiprodjo, dan Tillman ( 1997) semakin besar ukuran (tumbuh) ikan merubah dietnya dan secara bersama sama mengisi dua macam relung makanan atau lebih, luas relung (niche breadth) makanan suatu kelompok ikan dapat menunjukkan kebiasaan makanan ikan dalam memanfaatkan makanannya. Tumpang tindih relung adalah pengunggulaan bersama atas sebuah atau lebih sumberdaya oleh dua atau lebih spesies. Adanya pemanfaatan jenis makanan yang sama menggambarkan adanya pengunggulaan bersama terhadap sumberdaya makanan yang ada oleh dua atau lebih kelompok ikan (Hartadi, Reksohadiprodjo dan Tillman. 1997).

  Apabila nilai tumpang tindih relung tinggi (nilai berkisar 1) maka kedua kelompok yang dibandingkan memiliki jenis makanan yang sarna dan sebaliknya bila nilai = 0, berarti tidak didapatkan makanan yang sama antar kelompok yang dibandingkan ( Effendie, 2002). Tumpang tindih dalam meugkonsumsi sumberdaya antar kelornpok ukuran dalam satu spesies terjadi jika salah satu kelornpok ukuran ingin mengkonsumsi sumberdaya yang terbatas dan akhirnya akan mengurangi surnberdaya yang tersedia untuk kelompok ukuran lainnya. (Pianka (1974) dalam Yunanto (2000).

2.6. Klasifikasi dan Morfologi Hydrilla (Hidrila verticillata)

  Menurut Sinaga, (2007) Hydrilla (rumput air) adalah jenis tanaman air yang hanya terdiri dari satu spesies. Meskipun beberapa ahli botani membaginya

  

Ovalifolica . Hydrilla Verticillata memiliki rimpang putih kekuningan yang

  tumbuh di sedimen bawah air sampai dengan kedalaman 2 m. Panjang batang yang tumbuh sekitar 1-2 m.

  Klasifikasi Hydrilla (Hidrila verticillata) sbb : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom :Tracheobionta ( Tumbuhan berpembuluh ) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Alismatidae Ordo : Hydrocharitales Famili : Hydrocharitaceae Genus : Hydrilla Spesies : Hydrilla verticillata

  Gambar 2 . Hydrilla sp Hydrilla adalah tanaman produktif dalam air yang dapat tumbuh dengan cepat dan dapat berkembang dalam air dari beberapa sentimeter sampai 20 meter.

  Daun kecil (1 / 2 - 3 / 4 inci) berbentuk segitiga-lancip yang berada di ulir dari 4-8 daun di sepanjang batang dengan lebar masing-masing daun 5-20 mm dan panjang lebar 0,7-2 mm. Tidak seperti tanaman air asli, daun Hydrilla memiliki tepi bergerigi atau duri kecil menonjol dan seperti gundukan di sepanjang pelepah matahari menjadi kuning atau coklat. Batang bercabang banyak dekat permukaan dan tumbuh secara horisontal, membentuk tikar padat vegetasi. Umbi kecil ada di dasar akar tanaman. Pelepah daun Hydrilla sering kemerahan jika segar. Tanaman air ini termasuk monoecious, yaitu bunga jantan dan betina diproduksi secara terpisah di sebuah tanaman tunggal. Bunga-bunga kecil dengan tiga sepal dan tiga kelopak, panjang kelopak 3-5 mm, transparan dengan garis-garis merah. Tetapi ada pula yang termasuk dioecious, yaitu tumbuhan yang terdiri dari hanya tumbuhan androecious (bunga hanya mempunyai stamen atau benang sari saja, dan disebut bunga jantan) dan Ginoecious (bunga hanya mempunyai karpel atau putik saja dan disebut bunga betina). (Murtidjo, B.A. 2001).

  Ikan yang tergolong dalm hebivora biasanya menkomsumsi jenis tumbuhan Hydrilla salah satu ikan belanak dan memiliki habitat yang sama atau air payau.

2.6.1. Habitat dan Manfaat

a. Habitat

  Hydrilla memiliki beberapa metode reproduksi. didalam air, cabang atau

  akar fragmen dari tanaman yang rusak dapat hanyut ke daerah baru. Selain itu, dapat menyebar ke daerah lain melalui cabang/akar fragmen yang melekat pada perahu dan trailer. Tunas kecil, kompak tunas yang terbentuk di axils daun sepanjang batang dapat melayang ke daerah-daerah baru. Studi di University of Minnesota telah menunjukkan bahwa tunas bentuk monoecious cenderung bertahan di iklim utara. Bentuk dioecious tampaknya kurang toleran dingin. mengalir air, dangkal dan mendalam. Hydrilla verticillata merupakan ancaman serius bagi danau dan sungai karena adaptasi nya (Nurjana D. J. 2010).

b. Manfaat

  Hydrilla verticillata sebagai sumber hara pada sistem budidaya kacang

  tanah. Sebagai tumbuhan air Hydrilla verticillata mengandung beberapa unsur hara yang penting sehingga dapat dijadikan sebagai sumber pupuk organik yang berguna untuk kegiatan pertanian. Menurut Tungka dan Rondo (1991) persentase kandungan gizi dari Hydrilla verticillata adalah : Tabel 1 : Komposisi Hydrilla Verticillata

  Komposisi Persentase %

  Protein 1,74

  Lemak 0,54

  Serat kasar 1,82

  Abu 1,51

  Karbohidrat 3,97

  Air 90,42

  Sumber : Tungka dan Rondo (1991)

  Tanaman Hydrilla verticillata dapat menurunkan kadar logam Cr dalam limbah penyamakan kulit hingga 95,85 % dengan waktu penyerapan 8 hari.

  Penyerapan Cu dengan tanaman air jenis Hydrilla verticillata cenderung meningkat sampai hari ke-15. Pada penelitian yang telah dilakukan juga terlihat bahwa tanaman air jenis Hydrilla verticillata ini masih tetap berwarna hijau segar hingga pengamatan pada hari ke-15, berbeda dengan daun tanaman air lainnya yang sudah mulai menguning dan agak layu. Jadi Hydrilla verticillata juga berfungsi sangat baik untuk penyerapan Cu pada suatu perairan yang tercemar limbah.

2.7. Klasifikasi dan Morfologi Lada Laut (Caulerpa sp)

  Ganggang Hijau (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis ganggang hijau yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya mencapai beberapa desimeter, berguna untuuk asimilasi disebut dengan assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang merayap, tidak berwarna yang mengandung leukoamiloplas dan rhizoid Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Thallophyta Sub Divisi : Algae Classis : Chlorophyceae Ordo : Siphonales Familia : Caulerpaceae Genus : Caulerpa Species :Caulerpa sp.

  Gambar 3. Lada laut (Caulerpa sp)

  Caulerpa sp. (ganggang hijau) berbentuk seperti anggur Termasuk dalam

  ordo Siphonales karena thallusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang, sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)

2.7.1. Habitat dan Manfaat

a. Habitat

  Makroalga ini hidup diberbagai macam tempat diantaranya ialah, Tanaman lembut ini biasanya ditemukan pada daerah tropis, perairan yang tenang di kolam pasang surut atau berpasir, terumbu karang. menempel pada pasir dan patahan-patahan karang. Alga hijau ini adalah tanaman asli Hawaii, dan sangat umum di seluruh dunia. Spesies ini terdapat di Hawaii dengan morfologi yang kecil, halus dan tumbuh di tempat kecil yang tenang, perairan hangat dan di terumbu karang. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)

  Tabel 2 : Komposisi Pada Lada Laut (Caulerpa sp)

  

Komposisi Persentase %

  Abu 28,70 Karbohidrat 27,20 Air

  20 Serat Kasar 15,50 Protein 10,70 Lemak 0,30 Sumber : (Turangan, 2000).

  Tumbuh merambat pada substrat batu atau pasir di berbagai mulai dari pinggir pantai rataan terumbu sampai ke sisi luar terumbu. Jenis ini adalah umum di dapat dan memiliki sebaran tumbuh yang luas di perairan Indonesia. Makroalga ini juga biasanya tumbuh di daerah berpasir dangkal, sering antara terumbu dangkal yang dilindungi, di daerah hutan bakau. (Kordi, K. Ghufran, H.K. 2004)

b. Manfaat