ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

BAB VIII
ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
DALAM PEMBANGUNAN BIDANG
CIPTA KARYA DI KABUPATEN ACEH
TENGGARA
RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal
lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan
infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di
perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi
acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial,
analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi
perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

8.1. ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan
RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara telah
mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :

1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup:
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
Mengenai
Lingkungan

Dampak

Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Upaya Pemantauan Lingkungan

Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan

(UKL-UPL)

dan


Surat

Pemantauan Lingkungan

Hidup (SPPLH)”

1

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan

prinsip-prinsip


pembangunan

yang

berkelanjutan

secara

konsisten di segala bidang”
3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan ; peningkatan
kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”


4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian
Lingkungan Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan
untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan
dapat diminimalkan

5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen
Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun
dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Aceh, dan
pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara dalam aspek lingkungan terkait bidang

Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:
1. Pemerintah Pusat
a. Menetapkan kebijakan nasional.
2

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.
d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan
hidup.
f.

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian
dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon.

g. Melakukan


pembinaan

dan

pengawasan

terhadap

pelaksanaan

kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.
h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
i.

Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat.

j.

Menetapkan standar pelayanan minimal.


2. Pemerintah Provinsi
a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Melakukan
kebijakan,

pembinaan
peraturan

dan

pengawasan

daerah,

dan

terhadap


peraturan

pelaksanaan

kepala

daerah

kabupaten/kota.
e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
f.

Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada
kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3


RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

3. Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.
b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten
c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKLUPL.
d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.
e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS,
adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana,
dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:
1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah
karena

RPI2-JM

bidang

Cipta

Karya

berada

pada

tataran

Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsipprinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPI2-JM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah sebagai instansi yang memiliki
tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar
instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai
4

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan.
Bagian ini berisikan quick assement KLHS RPI2-JM. Diagram alir pentahapan
pelaksanaan KLHS adalah sebagai berikut :

Gambar 8-1. Diagram Alir Pentahapan Pelaksanaan KLHS

Beberapa identifikasi/kajian yang dilakukan dalam rangka KLHS RPI2-JM dapat
mengutip dokumen KLHS yang disusun dalam perumusan RTRW.
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program
dalam RPI2-JM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1)
perubahan

iklim,

(2)

kerusakan,

kemerosotan,

dan/atau

kepunahan

keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4)
penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih
fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin
atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
(7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
5

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi
menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.
Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel
8.1.

No
(1)
1.

2.

Tabel 8. 1.
Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan
Bidang Cipta Karya
Penilaian
Kriteria Penapisan
Uraian
Pertimbangan*
(2)
(3)
Perubahan Iklim
Program perubuhan iklim untuk
perkotaan adalah peningkatan
ruang terbuka hijau (RTH)
Kerusakan,
kemerosotan, Kemerosatan dalam pengelolaan
dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati
keanekaragaman hayati

Kesimpulan:
(Signifikan/Tidak)
(4)
Signifikan

Tidak

Tidak ada wilayah bencana di
Kota Sabang, yang ada hanya
hanya daerah yang sering banjir
disebabkan karena limpahan air
pada
waktu
hujan
karena
kapasitas drainase kurang.

Tidak

3.

Peningkatan intensitas dan
cakupan wilayah bencana
banjir, longsor, kekeringan,
dan/atau kebakaran hutan
dan lahan,
Penurunan mutu dan
kelimpahan sumber
alam

Penggunaan sumber daya alam
tidak
dibarengi
dengan
pengelolaan
yang
sehingga
terjadi penurun mutu

Tidak

4.

Sebagian
kawasan
hutan
dan/atau lahan telah menjadi
tempat hunian masyarakat
Meningkatan jumlah penduduk
miskin
karena
tingkat
pendapatannya dibawah UMR

Tidak

Adanya
jaminan
kesehatan
rakyat Aceh (JKRA)
telah
membantu menurunkan resiko
terhadap
kematian
dan
mengurangi beban kemiskinan

Signifikan

5.

6.

7.

daya

Peningkatan alih fungsi
kawasan
hutan
dan/atau
lahan,
Peningkatan
jumlah
penduduk
miskin atau terancamnya
keberlanjutan
penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan risiko terhadap
kesehatan dan keselamatan
manusia

Tidak

Tahap ke-2
Setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas
tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM tidak berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup
No.

9/2011

tentang

Pedoman

Umum

KLHS,

Tim

Satgas

RPI2-JM

Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
6

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPI2-JM dengan
persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPI2-JM.
Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPI2-JM berpengaruh
terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPI2-JM didukung dinas
lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS.
Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut :
1. Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: Menentukan
secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan KLHS;
2. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
3. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik;
4. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 8.2
Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat dalam penyusunan KLHS
Bidang Cipta Karya
Masyarakat dan Pemangku
Kepentingan
Lembaga
(1)
Pembuat Keputusan
Penyusun kebijakan, rencana
dan/atau program
Instansi

(2)
a. Bupati
b. DPRD
Bappeda & Dinas PU Bidang Kecipta Karyaan

a. Dinas PU-Cipta Karya
b. BPLHD
Masyarakat yang memiliki informasi a. Asosiasi Profesi
dan/atau
keahlian b. Forum-forum pembangunan berkelanjutan dan
(perorangan/tokoh/ kelompok)
c Ekosistem
Leuser
lingkungan
hidup
d. Perorangan dan tokoh
e. Kelompok yang memiliki data dan informasi yang
a.
Lembaga
Adat SDA.
berkaitan
dengan
Masyarakat terkena Dampak
b. REI/ Gapensi, Gapeknas
c. Tokoh masyarakat
d. Organisasi masyarakat
e. Pawang Uteun, Blang Kejeren
e. Kelompok Masysrakat tertentu (petani, dan lain-lain)

7

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
1) Penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek
sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek
tersebut;
2) Pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
3) Membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 8.3.
Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Pengelompokan Isu-isu Pembangunan
Berkelanjutan Bidang Cipta Karya
Penjelasan Singkat
(1)
Lingkungan Hidup Permukiman
Isu 1: Kecukupan air baku untuk air minum

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh
Infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal
Contoh : pencemaran tanah oleh
septictank yang bocor, pencemaran badan
air oleh air limbah permukiman
Isu 3: Dampak kawasan kumuh terhadap
kualitas lingkungan
Contoh : Kawasan kumuh menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan
Ekonomi
Isu4: Kemiskinan berkorelasi dengan
kerusakan Lingkungan
Contoh: pencemaran air mengurangi
kesejahteraan masyarakat disekitar
aliran sungai atau DAS
Sosial
Isu 5: Pencemaran menyebabkan
berkembangnya wabah penyakit
Contoh: menyebarnya penyakit diare di
permukiman kumuh

(2)
Kabupaten
Aceh
Tenggara
mempunyai sumber air baku dari
sungai Alas dan sungai Kali Bulan
Perlu adanya pembangunan infrastruktur
yang baik sehingga dapat mencegah
pencemaran terhadap daerah aliran
sungai/DAS
Dengan tidak tertatanya bangunan
kumuh mengakibatkan kualitas disekitar
lokasi menjadi sumber penyakit, karena
terjadinya
penumpukkan
sampah
dimana-mana
Akibat dari Kemiskinan terjadi efek
negatif terhadap pemukiman akan terjadi
pencemaran lingkungan, karena sampah
rumah tangga langsung di buang
disekitar DAS.
Perlu adanya penertiban pembuangan
sampah dengan menyediakan tempattempat pembuangan sampah, pada titiktitik tertentu, sehingga diharapkan
adanya lingkungan bersih dari wabah
penyakit

8

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 8.4.
Identifikasi KRP
No.
(1)
1.

2.

3.

4.

Komponen Kebijakan /
Rencana / Program
(2)
Pengembangan Permukiman
1. Pembangunan Perumnas
2. Pembangunan Rusunawa

Kegiatan
(3)
1. Pembangunan
RUSUNAWA
2. Pembangunan Komplek
Perumahan

Lokasi (Kecamatan /
Kelurahan (jika ada)
(4)
- Kecamatan Badar
- Kecamatan Lawe Bulan
- Kecamatan Lawe Sumur

Penataan Bangunan dan
Lingkungan
1. Pembangunan Drainase
Primer
2. Pembangunan Drainase
Skunder
3.
Pembangunan
Pengembangan AirDrainase
Minum

Pembangunan Saluran
Seluruh Kawasan Kumuh
Drainase baik Kota maupun
perdesaan

Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman

1. Penyuluhan dan
Seluruh Kawasan Kumuh
kampanye mendorong
partisipasi masyarakat
dalam pengelolaan Air
Limbah Domestik (pada
daerah yang berpotensi
untuk dibangun MCK
Umum)
2. Pembentukan
Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSMSANIMAS)
3. Perencanaan Detail
(DED) Pembangunan
MCK Umum
4. Pembangunan MCK
Umum & Septick Tank
Percontohan
5. Biaya Operasi dan
Pemeliharaan MCK
Umum

Perbaikan Saluran-Saluran Seluruh Kawasan Kumuh
Penghubung Air Minum ke
Permukiman

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

9

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Tabel 8.5.
Kajian Pengaruh KRP terhadap
Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
Bobot
Lingkungan Hidup Permukiman
No

(1)
1.

2.

Komponen
kebijakan, rencana dan/atau
program*

(3)

Isu 2:
Pencemaran
Lingkungan oleh
Infrastruktur yang
tidak Berfungsi
Maksimal
(4)

Review Dokumen SPPIP menjadi
RP2KP
Penyusunan DED Infrastruktur
Kawasan Kumuh
Pembangunan Infrastruktur Kawasan
Kumuh

1

Bobot Ekonomi

(5)

(6)

Isu 1:
Kemiskinan
Berkorelasi
dengan
Kerusakan
Lingkungan
(7)

-1

1

1

1

3

1

1

1

1

1

5

1

1

1

1

1

5

Supervisi Pembangunan Infra Kaw.
Kumuh
Pembangunan Rusunawa

1

1

1

1

1

5

1

1

1

1

1

5

Pembangunan Infrastruktur Kawasan
Permukiman Perdesaan
Penataan Bangunan & Lingkungan
Pembangunan RTH

1

1

1

1

1

5

1

1

1

1

1

5

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

5
5

1

1

1

1

1

5

Advokasi dalam Penguatan
Manajemen

-1

-1

1

1

1

1

Perkuatan Kelembagaan (Capacity
Building)

1

1

1

1

1

5

(2)

Isu 1:
Kecukupan Air
Baku untuk Air
Minum

Isu 1:
Dampak Kawasan
Kumuh Terhadap
Kualitas
Lingkungan

Isu 2:
Pencemaran
Menyebabkan
Berkembangnya
Wabah Penyakit

Total
Bobot
***

Isu 2:


(8)

(9)

Pengembangan Permukiman

Pembangunan Lahan Parkir
Rehabilitasi Saluran Drainase
disepanjang Jalan Perdagangan
Pembangunan Pedestrian pada
sepanjang Jalan Perdagangan
3

Bobot Sosial

Pengembangan Air minum

10

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan**
Bobot
Lingkungan Hidup Permukiman
No

Komponen
kebijakan, rencana dan/atau
program*

(5)

(6)

1

1

1

1

5

-1

-1

1

1

1

1

PDAM Terfasilitasi

1

1

1

1

1

5

Melakukan Kontrol Secara Berkala
Melakukan Program Kalibrasi atau
Penggantian Meter Air
Mengaktifkan Kembali Sambungan
yang Selama ini Tidak Mengalir
PDAM yang Memperoleh Pembinaan

1
-1

1
-1

1
1

1
1

1
1

5
1

1

1

1

1

1

5

-1

-1

1

1

1

1

2

1

1

1

6

(2)
Pembuatan Baleho, Brosur dan
Audio Visual
RISPAM (Rencana Induk Sistem
Pengelolaan Air Minum)

4

(3)
1

Bobot Ekonomi
Isu 1:
Kemiskinan
Berkorelasi
dengan
Kerusakan
Lingkungan
(7)

(1)

Isu 2:
Pencemaran
Lingkungan oleh
Infrastruktur yang
tidak Berfungsi
Maksimal
(4)

Bobot Sosial

Isu 1:
Kecukupan Air
Baku untuk Air
Minum

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman
1
Perencanaan DED PS Air Limbah
Kawasan

Isu 1:
Dampak Kawasan
Kumuh Terhadap
Kualitas
Lingkungan

Isu 2:
Pencemaran
Menyebabkan
Berkembangnya
Wabah Penyakit

Isu 2:


(8)

Total
Bobot
***

(9)

Pembebasan Lahan / Tanah
Pembangunan IPAL Kawasan

1

1

1

2

1

6

Pembangunan IPAL Kawasan

1

1

1

1

1

5

Sosialisasi Rencana Pembangunan
SANIMAS
MCK Umum Permukiman

1

2

1

1

1

6

1

2

1

1

1

6

Ket:

*) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya
**) ditentukan melalui diskusi antar pemangku kepentingan, dengan melihat data dan
kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll.

11

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati
bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan
dampak negatif pada

pembangunan berkelanjutan, maka

dikembangkan

beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan,
rencana

dan/atau

program

yang

ada.

Beberapa

alternatif

untuk

menyempurnakan dan atau mengubah rancangan KRP mempertimbangkan
antara lain:
a.

Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b.

Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana,
dan/atau program.

c.

Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.

d.

Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

12

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Tabel 8.6.
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
No.
(1)
1

No.
(1)

Komponen Kebijakan/Rencana Program
(2)
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1). Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Alternatif Penyempurnaan KRP
(3)

Pembangunan Infra. Kaw. Kumuh

Nihil

Supervisi Pembangunan Infra Kaw. Kumuh

Nihil

Komponen Kebijakan/Rencana Program
(2)

Alternatif Penyempurnaan KRP
(3)

Peningkatan Kualitas Permukiman

Nihil

Supervisi Pembangunan Infrastruktur Kaw.
Permukiman Perdesaan

Nihil

Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman

Nihil

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Pembinaan penyelenggara Bidang penataan bangunan
dan lingkungan

Nihil

2). PPIP
2

No.
(1)

3

4

Fasilitasi penyusunan RTBL
Komponen Kebijakan/Rencana Program
(2)
Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK)
Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang
Terbuka Hijau (RTH)
Permukiman Tradisional Bersejarah
Fasilitasi penguatan kelembagaan pendataan
bangunan dan lingkungan
PENGEMBANGAN AIR MINUM
1). Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi
Pembinaan PDAM
PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
1). Infrastruktur Limbah
Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem
Terpusat Skala Kota
Studi Pra Kelayakan/Kelayakan/AMDAL
Perencanaan Teknis (DED)
DED Pengelolaan Air Limbah Kawasan
MCK Umum Permukiman (lanjutan)
Pembangunan IPLT (hanya instalasi
pengolahan)
MCK Umum Permukiman

No.
(1)

Komponen Kebijakan/Rencana Program
(2)
Pembangunan MCK
Pembangunan MCK pada Fasilitas Publik (2
unit)
Pembangunan IPAL Pasar
2). Infrastruktur Drainase Kota
Jumlah Kawasan yang terlayani Infrastruktur
Drainase Perkotaan

Nihil
Alternatif Penyempurnaan KRP
(3)
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

Nihil

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Alternatif Penyempurnaan KRP
(3)
Nihil
Nihil
Nihil

Nihil

13

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

No.
(1)

Saluran Lingkungan Permukiman
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Komponen Kebijakan/Rencana Program

Nihil
Nihil
Nihil
Alternatif Penyempurnaan KRP

(2)
Supervisi Pembangunan Drainase Kota
Konsultan Review & Supervisi Pembangunan
Drainase
Pengawasan Teknik dan Supervisi
3). Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Stasiun Transfer TPA
Pembangunan Pagar Beton TPA
Pembangunan Kantor TPA
Fisik Penunjang
Alat Berat TPA
Alat Berat TPA
Pengadaan Excavator
Pengadaan Buldozer
Pengadaan Truck Sampah
Pengadaan Truck Sampah

(3)
Nihil
Nihil

No.

Komponen Kebijakan/Rencana Program

Alternatif Penyempurnaan KRP

(1)

(2)
4). Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Terpadu/3 R
Review Master Plan Persampahan
Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas TPA
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas
Pengolahan Sampah
Pengadaan bin sampah
Pengelolaan konteiner sampah
Pengelolaan konteiner sampah

(3)

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

14

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 8.7.
Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS
No.
(1)
1

Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Rekomendasi Perbaikan KRP dan
Pengintegrasian Hasil KLHS

(2)

(3)

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
1). Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh
Pembangunan Infra. Kaw. Kumuh

Nihil

Supervisi Pembangunan Infra Kaw. Kumuh

Nihil

Peningkatan Kualitas Permukiman
Supervisi Pembangunan Infrastruktur Kaw.
Permukiman Perdesaan
Supervisi Peningkatan Kualitas Permukiman

Nihil
Nihil
Nihil

2). PPIP
2

3

4

Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Pembinaan penyelenggara Bidang penataan bangunan dan
lingkungan
Fasilitasi penyusunan RTBL
Fasilitasi penyusunan Rencana Induk Sistem
Proteksi Kebakaran (RISPK)
Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka
Hijau (RTH)
Permukiman Tradisional Bersejarah
Fasilitasi penguatan kelembagaan pendataan
bangunan dan lingkungan
PENGEMBANGAN AIR MINUM
1). Penyelenggaraan SPAM Terfasilitasi
Pembinaan PDAM
PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
1). Infrastruktur Limbah
Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Terpusat Skala
Kota
Studi Pra Kelayakan/Kelayakan/AMDAL
Perencanaan Teknis (DED)

Nihil

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

Nihil

Nihil
Nihil
Nihil

DED Pengelolaan Air Limbah Kawasan

Nihil

MCK Umum Permukiman (lanjutan)

Nihil

Pembangunan IPLT (hanya instalasi pengolahan)

Nihil
Nihil
Nihil

MCK Umum Permukiman
Pembangunan MCK
Pembangunan MCK pada Fasilitas Publik (2 unit)
Pembangunan IPAL Pasar
2). Infrastruktur Drainase Kota
Jumlah Kawasan yang terlayani Infrastruktur Drainase
Perkotaan
Saluran Lingkungan Permukiman
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Supervisi Pembangunan Drainase Kota
Konsultan Review & Supervisi Pembangunan Drainase
Pengawasan Teknik dan Supervisi
3). Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Stasiun Transfer TPA
Pembangunan Pagar Beton TPA

Nihil
Nihil

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

Pembangunan Kantor TPA

Nihil

Fisik Penunjang

Nihil

Alat Berat TPA

Nihil

Alat Berat TPA
Pengadaan Excavator

Nihil
Nihil

15

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Pengadaan Buldozer

Nihil

Pengadaan Truck Sampah

Nihil

Pengadaan Truck Sampah

Nihil

4). Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Terpadu/3 R
Review Master Plan Persampahan
Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas TPA
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas Pengolahan
Sampah
Pengadaan bin sampah
Pengelolaan konteiner sampah
Pengelolaan konteiner sampah

Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil
Nihil

Kabupaten Aceh Tenggara yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS
RTRW Kabupaten Aceh Tenggara, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut
dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPI2JM.
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencanaprogram. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang
lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 8.8
menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan AMDAL.

8.1.2. Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana
Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup, yaitu:
1.

Proyek wajib AMDAL

2.

Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

3.

Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

16

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Tabel 8.8.
Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL
Deskripsi

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

a) Rujukan
Peraturan
Perundangan

1. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
2. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum
KLHS

b) Pengertian
Umum

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,
dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
program.
Pemerintah dan Pemerintah Daerah

c) Kewajiban
pelaksanaan
d) Keterkaitan
studi
lingkungan
dengan:
e) Mekanisme
pelaksanaan

f) Muatan Studi
Lingkungan

1.
2.

Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP dan
RPJM
Kebijakan, rencana dan/atau program yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
resiko lingkungan

Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/ atau
program terhadap kondisi lingkungan
hidup di suatu wilayah;
ii. perumusan
alternatif
penyempurnaan
kebijakan, rencana, dan/atau program; dan
iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan kebijakan, rencana, dan/atau
program yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan.
1.
2.
3.

Isu Strategis
terkait
Pembangunan
Berkelanjutan
Kajian pengaruh rencana/program dengan
isu-isu
strategis
terkait
pembangunan
berkelanjutan
Alternatif
rekomendasi
untuk
rencana/program

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
1.
2.
3.

UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatan bidang PU wajib UKL UPL
Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha
dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan
terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.
Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib
AMDAL (Pemerintah/swasta)
Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

1.

Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompeten sebagai penyusun AMDAL

2.

Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yang dibentuk oleh Menteri,
Gubernur, atau Bupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.
Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasi berupa kelayakan atau
ketidaklayakan lingkungan kepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai
dengan kewenangannya.
Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan rekomendasi komisi penilai
AMDAL menerbitkan Keputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

3.

4.

1. Kerangka acuan;
2. Andal; dan iii. RKL-RPL.
Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib
sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

17

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
g) Output
h) Outcome

i) Pendanaan

Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau
program pembangunan dalam suatu wilayah.
1.

Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat
untuk
melakukan
perbaikan
kebijakan,
rencana, dan/atau program pembangunan
yang melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
2. Segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
APBD Kabupaten/Kota

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai
kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.
1.
2.
3.

Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang tercantum dalam RKL RPL.

1.
2.

Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL- RPL) didanai oleh pemrakarsa,
Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL
dibebankan pada APBN/APBD
Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi AMDAL dan tim teknis dibiayai
oleh pemrakarsa.
Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota

3.
4.
j) Partisipasi
Masyarakat

Masyarakat adalah salah satu komponen dalam
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah:
i.
Yang terkena dampak;
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

k) Atribut Lainnya:
a. Posisi

Hulu siklus pengambilan keputusan

Akhir sklus pengambilan keputusan

b. Pendekatan

Cenderung pro aktif

Cenderung bersifat reaktif

c. Fokus
analisis

Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d. Dampak
kumulatif
e. Titik
berat
telaahan
f. Alternatif
g. Kedalaman

Peringatan dini atas adanya dampak komulatif

Amat terbatas

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan
berkelanjutan
Banyak alternatif
Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk
mengarahkan visi dan kerangka umum

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
Alternatif terbatas jumlahnya
Sempit, dalam dan rinci

18

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
h. Deskripsi
proses
i. Fokus
pengendalia n
dampak
j. Institusi
Penilai
h) Outcome

Proses multi pihak, tumpang tindih komponen,
KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan

i) Pendanaan

APBD Kabupaten/Kota

j) Partisipasi
Masyarakat

Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan
Akhir
Menangani gejala kerusakan lingkungan

Tidak diperlukan institusi yang berwenang Diperlukan institusi yang berwenang memberikan
memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
penilaian dan persetujuan AMDAL
i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidak layakan lingkungan
untuk
melakukan perbaikan kebijakan, ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkan
rencana, dan/atau program pembangunan iii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang
tercantum dalam RKL RPL.
yang melampaui daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telah
melampaui daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidak
diperbolehkan lagi.
i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL) didanai oleh pemrakarsa,
ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dan sekretariat Penilai AMDAL dibebankan
pada APBN/APBD
iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisi
AMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.
iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan pada anggaran instansi lingkungan
hidup pusat, provinsi dan kabupaten/kota
Masyarakat adalah salah satu komponen dalam Masyarakat yang dilibatkan adalah:
kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen
i.
Yang terkena dampak;
pelaksanaan KLHS
ii.
Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
iii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL

19

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib
dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:
Tabel 8.9
Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No.
A.

Jenis Kegiatan
Persampahan:
a.

Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem
Controh : Landfill/sanitary landfill:

- luas kawasan TPA, atau
- Kapasitas Total
b. TPA di daerah pasang surut:
- luas landfill, atau
- Kapasitas Total

B.

C.

D

Skala/Besar

> 10 ha
> 100.000 ton
semua
kapasitas/
besaran

c. Pembangunan transfer station:
- Kapasitas
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas
e. Pengolahan dengan insinerator:
- Kapasitas
f. Composting Plant:
- Kapasitas
g. Transportasi sampah dengan kereta api:
- Kapasitas
Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota metropolitan, luas
b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas
d. keperluan settlement transmigrasi
Air Limbah Domestik
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas
penunjang:
Luas, atau
Kapasitasnya
b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk
fasilitas penunjangnya:
Luas, atau
Kapasitasnya
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
Luas layanan, atau
Debit air limbah
Pembangunan Saluran Drainase
dan/atau sekunder) di permukiman

> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
semua kapasitas
> 500 ton/hari
> 500 ton/hari
> 25 ha
> 50 ha
> 100 ha
> 2.000 ha

> 2 ha
> 11 m3/hari

> 3 ha
> 2,4 ton/hari
>500 Ha
>10 Ha

(Primer

a. Kota besar/metropolitan, panjang
b. Kota sedang, panjang::

>5 Km
>10 Km

Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan
a.
b.
c.
d.
e.

Pembangunan jaringan distribusi
Luas layanan

>500 Ha

b. Pembangunan jaringan transmisi
panjang

>10 Km

20

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi
dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan
kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel
8.10

Tabel 8.10.
Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL
Sektor Teknis CK
Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a.

Persampahan

b.

Air Limbah
Domestik/
Permukiman

c. Drainase
Permukaan
Perkotaan

d.

Air Minum

i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem
controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:
Luas kawasan, atau < 10 Ha
Kapasitas total < 10.000 ton ii. TPA daerah
pasang surut
Luas landfill, atau < 5 Ha
Kapasitas total < 5.000 ton iii. Pembangunan
Transfer Station
Kapasitas < 1.000 ton/hari
iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah
Terpadu
Kapasitas < 500 ton v. Pembangunan
Incenerator
Kapasitas < 500 ton/hari
vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha
i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) termasuk fasilitas penunjang
Luas < 2 ha
Atau kapasitas < 11 m3/hari
ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah
Luas < 3 ha
Atau bahan organik < 2,4 ton/hari
iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site
sanitation system) diperkotaan/permukiman
Luas < 500 ha
Atau debit air limbah < 16.000 m 3/hari
i. Pembangunan saluran primer dan sekunder
Panjang < 5 km
ii. Pembangunan
kolam
retensi/polder
pemukiman
Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

di area/kawasan

i. Pembangunan jaringan distribusi:
luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

21

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

e.

Pembangunan
Gedung

f.

Pembangunan
Gedung

ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d 50 lps s.d. < 100 lps
v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:
Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara
SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah
tanah:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan
gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara,
dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk
Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi
prasarana dan atau sarana umum:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung
perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan
rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan:
5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara,
dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib
dilengkapi UKL dan UPL
iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air:
1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan,
perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan
gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2
2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola,
bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara,
dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan
pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan
bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan
dan
keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib
dilengkapi UKL dan UPL

22

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
1. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
 Luas kawasan: < 10 ha
2. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan
f.Pengembangan
sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks
kawasan permukiman
transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
baru
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
 Luas kawasan: < 10 ha
3. Pengembangan
kawasan permukiman baru dengan pendekatan
Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)
 Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
 Luas kawasan: < 10 ha
i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan
dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar
(basic
need)
pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
ii. Pembangunan
kawasan
tertinggal,
perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
g.Peningkatan
Kualitas Permukiman

h.Penanganan
Kawasan Kumuh
Perkotaan

terpencil, kawasan

iii.Pengembangan
kawasan
perdesaan
untuk meningkatkan
ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih
pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
i.
Penanganan menyeluruh terhadap kawasan
kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan
pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan
pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan
penyediaan bangunan rumah susun

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas
wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi
dokumen UKL-UPL

tetapi

wajib

dilengkapi

dengan

Surat Pernyataan

Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

23

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

No.
(1)
1.

2.

3.
4.

Tabel 8.11.
Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya
Komponen Kegiatan
Lokasi
Amdal
UKL/UPL
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengembangan Permukiman
Seluruh Kawasan Kumuh
v
Pembangunan Infra. Kaw. Kumuh
Seluruh Kawasan Kumuh
Supervisi Pembangunan Infra Kaw. Kumuh
Seluruh Kawasan Kumuh
v
Peningkatan Kualitas Permukiman
Seluruh Kawasan Kumuh
Supervisi Pembangunan Infrastruktur Kaw.
Permukiman Perdesaan
Seluruh Kawasan Kumuh
Supervisi Peningkatan Kualitas
Permukiman
Seluruh Kawasan Kumuh
v
Pembangunan Infrastruktur Perdesaan
Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kutacane
v
Fasilitasi penyusunan RTBL
Kutacane
v
Fasilitasi penyusunan Rencana Induk
Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK)
Kutacane
v
Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang
Terbuka Hijau (RTH)
Kutacane
v
Permukiman Tradisional Bersejarah
Kutacane
v
Fasilitasi penguatan kelembagaan
pendataan bangunan dan lingkungan
Pengembangan Air Minum
Kutacane
Pembinaan PDAM
Pengembangan Penyehatan
Lingkungan Permukiman
Kutacane
v
Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem
Terpusat Skala Kota
Kutacane
v
Studi Pra Kelayakan/Kelayakan/AMDAL
Kutacane
v
Perencanaan Teknis (DED)
Kutacane
v
DED Pengelolaan Air Limbah Kawasan
Kutacane
v
MCK Umum Permukiman (lanjutan)
Kutacane
v
Pembangunan IPLT (hanya instalasi
pengolahan)
Kutacane
v
MCK Umum Permukiman
Kutacane
v
Pembangunan MCK

24

SPPLH
(6)

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019
Pembangunan MCK pada Fasilitas Publik
(2 unit)
Pembangunan IPAL Pasar
Saluran Lingkungan Permukiman
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Pembangunan Saluran Primer dalam Kota
Supervisi Pembangunan Drainase Kota
Pengawasan Teknik dan Supervisi
Stasiun Transfer TPA
Pembangunan Pagar Beton TPA
Pembangunan Kantor TPA
Fisik Penunjang
Alat Berat TPA
Alat Berat TPA
Pengadaan Excavator
Pengadaan Buldozer
Pengadaan Truck Sampah
Pengadaan Truck Sampah
Review Master Plan Persampahan
Peningkatan /Pembangunan/TPS/3R
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas
TPA
Peningkatan dan Pembangunan Fasiltas
Pengolahan Sampah
Pengadaan bin sampah
Pengelolaan konteiner sampah
Pengelolaan konteiner sampah

Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane

v
v
v
v
v

v
v
v

Kutacane
Kutacane
Kutacane
Kutacane

25

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

8.2. ASPEK SOSIAL
Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang
Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan,
maupun

pasca

pembangunan/pengelolaan.

Pada

taraf

perencanaan,

pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek
sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti
pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat
pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan
proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun
permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan
perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut
membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Dasar

peraturan

perundang-undangan

yang

menyatakan

perlunya

memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:
1.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga
dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok
masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan
masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah
bencana
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak
di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik
gender.

2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan
Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal

3:

Pengadaan

Tanah

untuk

Kepentingan

Umum

bertujuan

menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan

26

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan
tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan

untuk

penanggulangan

kemiskinan

dan

penciptaan

kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan,
kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
4.

Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan
Kemiskinan
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta
masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui
bantuan

sosial,

pemberdayaan

masyarakat,

pemberdayaan

usaha

ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan
kegiatan ekonomi.
5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan
nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan
fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Tugas

dan

wewenang

Pemerintah

Pusat,

Pemerintah

Provinsi,

dan

Pemerintah Kabupaten/Kota terkait aspek sosial Bidang Cipta Karya adalah:
1. Pemerintah Pusat:

27

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

a.

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

b.

Menjamin

tersedianya

pendanaan

untuk

kepentingan

umum

yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.
c.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
pusat.

d.

Melaksanakan

pengarusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
atas kebijakan dan program pembangunan nasional berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
2. Pemerintah Provinsi:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat
regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat
provinsi.
d. Melaksanakan

pengurusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan dan program pembangunan di tingkat provinsi berperspektif
gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota:
a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

28

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

b. Menjamin

tersedianya

pendanaan

untuk

kepentingan

umum

di

kabupaten/kota.
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta
program

lain

dalam

rangka

peningkatan

ekonomi

di

tingkat

kabupaten/kota.
d. Melaksanakan

pengarusutamaan

gender

guna

terselenggaranya

perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas
kebijakan

dan

program

pembangunan

di

tingkat

kabupaten/kota

berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Kemiskinan
Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan
mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang
perlu

ditindak-lanjuti

adalah

isu

kemiskinan

sesuai

dengan

kebijakan

internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat
sesuai direktif presiden.

29

RPI-2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Aceh Tenggara Tahun 2015-2019

Tabel 8.12.
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kabupaten Aceh Tenggara
No.
(1)
1.

Jumlah
Penduduk
Miskin

Lokasi
(2)
Kawas an . NA..
Kelurahan …NA
Kecamatan NA.
.

2.

(3)
Jml
sPddk:…
Jml KK: …

NA

Kondisi
Umum

Permasalahan

(4)
Mata
Pencaharian
secara
umum
:
Petani dan Pekebun
Kondisi
lingkungan:

Kondisi
hunian
umum: …
Status
kepemilikan
hunia