DAMPAK PENDIDIKAN DINIYAH TERHADAP PERILAKU AGAMA ANAK D ID E SA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG JAWATENGAH SKRIPSI Disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ihnu tarbiyah

  DAMPAK PENDIDIKAN DINIYAH TERHADAP PERILAKU AGAMA ANAK D ID E SA SIDOMUKTI KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG JAWATENGAH SKRIPSI Disusun untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam ihnu tarbiyah JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERISALATIGA 2009

  Drs. H.Imam Baihaqi, M.Ag. Dosen STAIN Salatiga

  NOTAPEMBIM BING Salatiga, 19 Agustus 2009

  Lampiran : 3 eksemplar Perihal : Naskah Skripsi Sdr.SURYANI Kepada Yth.

  Ketua STAIN Salatiga Di

  Salatiga Assalam u'alaikum Wr. Wb.

  Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudara: N a m a : Suryani NIM :11407145

  Judul : Dampak Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

  Dengan ini kami mohon agar skripsi Saudara tersebut agar segera dimunaqosyahkan. Demikian surat ini kami buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

  W assalamu'alaikum Wr. Wb.

  Pembimbing

  

PENGESAHAN SKRIPSI

  Judul : Dampak Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah

  Nama : Suryani NIM :11407145

  Program Studi : Pendidikan Agama Islam (PAI) Ekstensi Salatiga, 19 Agustus 2009

  Dewan Penguji

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

  1. Peganglah dua hal yang bila kamu beijalan di atasnya kamu tidak akan sesat selamanya yaitu Al-Qur’an dan A1 Hadist.

  2. Tiada hari tanpa ibadah, belajar, dan olahraga.

  3. Dengan seni hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dan dengan ibadah hidup menjadi terarah

  4. Ilmu akan senantiasa bertambah jika selalu mengeluarkannya untuk diajarkan kepada orang lain berbeda denagn harta yang akan habis jikalau dikeluarkan secara terns menerus.

  PERSEMBAHAN

  1. Abi dan Ummi yang selalu memberikan dorongan supaya terus berusaha sampai akhir

  2. Istriku yang selalu mencintai dan memotivasiku.

  3. Anak-anakku tersayang.

  4. Semua teman-teman Jurusan Tarbiyah.

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN SKRIPSI

  Saya yang bertanda tangan di bawah i n i : Nama : Suiyani NIM :11407145

  Fakultas / Jurusan : Jurusan Tarbiyah Judul Tugas Akhir : Dampak Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama

  Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

  Menyatakan dengan sebenamya bahwa Skripsi yang saya tulis benar-benar merupakan hasil karya sendiri bukan merupakan pengambilan tulisan atau pikiran-pikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti Skripsi ini merupakan jiplakan, maka saya bersedia menerima sangsi apapun yang diberikan.

  Salatiga, 19 Agustus 2009 Yang membuat pemyataan,

  NIM 11407145

  DAFTARISI

  Halaman

  BAB IPENDAHULUAN

  

  

  

   BAB m LAPORAN HASIL PENELITIAN

  

  

  

  

  

  BAB IV ANALISIS DATA DAFTARPUSTAKA............................................................................................................................ LA M PIR A N ........................................................................................................................................... BIODATA................................................................................................................................................

  

B A B I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

  Manusia membutuhkan pendidikan dal am hidupnya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal atau diakui oleh masyarakat. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa, yang merupakan salah satu tujuan Negara Indonesia1.

  Pendidikan memiliki nilai yang strategis dan urgen dalam pembentukan suatu bangsa. Pendidikan itu juga berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut. Sebab lewat pendidikan akan diwarisikan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa tersebut1

  2. Sistem pendidikan nasional dilaksanakan secara semesta, menyeluruh, dan terpadu. Semesta dalam artian terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku diseluruh rakyat. Menyeluruh dalam artian kata mencakup semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Terpadu dalam arti adanya keterkaitan antara pendidikan nasional dengan seluruh usaha pembangunan nasional.

  1 Undang-undang Repulik Indonesia tentang Sisdiknas, BP Darina Bakti, Jakarta, 2003, hal v

  2 Haidar Dauiay, Prenada Media,

  

Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia,

  2

  Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan anak didik yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan ,kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat secara luas serta meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan. Asas pendidikan yang demikian itu diharapkan dapat merupakan upaya pembudayaan untuk mempersiapkan warga guna melakukan sesuatu pekeijaan yang menjadi mata pencahariannya dan berguna bagi masyarakat, serta mampu menyesuaikan diri secara konstruktif terhadap perubahan yang teijadi di lingkvmgan sekitamya.

  Masyarakat dan bangsa dihadapkan dengan berbagai masalah dan persoalan yang mendesak. Masalah-masalah yang paling menonjol ialah tekanan masalah penduduk, krisis ekonomi, pengangguran, arus urbanisasi dan lainnya. Sementara krisis nilai, terancamnya kepribadian bangsa, dekadensi moral semakin sering terdengar.

  Dalam upaya menggerakkan segala sumber yang ada dal am bidang pendidikan untuk memecahkan berbagai masalah tersebut, maka eksistensi pendidikan diniyah dan pondok pesantren akan lebih disorot, karena masyarakat dan pemerintah mengharapkan kedua lembaga tersebut memiliki potensi yang besar dalam bidang pendidikan.

  Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya 3

  3

  khasanah pendidikan di Indonesia. Salah satu jalur pendidikan non formal yang berada dan berkembang di masyarakat Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan adaiah Madrasah Diniyah atau Pendidikan Diniyah.

  Madrasah Diniyah yang berada di Desa Sidomukti melaksanakan kegiatannya dengan mengajarkan ilmu-ilmu agama. Pendirian Madrasah Diniyah tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan masyarakat menambah pengetahuan agama di sekolah yang dianggap masyarakat kurang memadai.

  Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya agama, terutama dal am menghadapi tantangan masa kini dan masa depan tel ah mendorong munculnya tingkat kebutuhan akan agama yang semakin tinggi.

  Sehingga berdasarkan uraian di atas penulis menetapkan judul sebagai b erik u t: “ Dampak Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah”.

B. RUMUSAN M ASALAH

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai b erik u t:

  1. Bagaimana pendidikan diniyah Roudhotuh Muttaqin di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan?

  2. Bagaimana perilaku agama anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan?

  3. Sejauh mana pengaruh pendidikan Diniyah Roudhotul Muttaqin

  4 C TUJUAN PENELITIAN

  Penelitian yang beijudul “Dampak Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang

  Jawa Tengah” bertujuan:

  1. Untuk mengetahui keadaan pendidikan diniyah Roudhotul Muttaqin di Desa Sidomukti kecamatan Bandungan

  2. Untuk mengetahui perilaku agama anak di Desa Sidomukti Kecamatan Sidomukti Bandungan.

  3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan diniyah Roudhotul Muttaqin terhadap perilaku agama anak di Desa Sidomukti

  D HIPOTESIS PENELITIAN

  Berdasarkan penjelasan dari Achmadi dalam Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikaan pada halaman 21 disebutkan tentang fungsi pendidikan islam yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insani yang ada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma islam. Dengan demikian Peneliti mengambil kesimpulan sementara bahwa terdapat hubungan yang p o sitif antara pendidikan diniyah

  dengan perilaku agama anak d i Desa Sidomukti Kecamatan Sidomukti Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

  E MANFAAT PENELITIAN

  Manfaat dari penelitian “ Dampak Pendidikan Diniyah terhadap

  6

  Pendidikan mempunyai arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

  Pendidikan Agama atau Diniyah adalah segala usaha berupa bimbingan yang lebih khusus untuk mengembangkan keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Agama Islam.4

  Dalam meneliti pendidikan diniyah digunakan metode interview, dokumentasi, dan observasi dengan membatasi objek penelitian pada: (a) visi-misi; (b) Kegiatan Pembelajaran; (c) Materi Ajar; (d) Model/Metode;(e) Managemen; (f) Sarana Prasarana;(g) Sejarah berdirinya.

  3. Perilaku Beragama Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tidak hanya badan tetapi dengan ucapan.

  Beragama atau keagamaan yaitu segala sesuatu mengenai agama5. Perilaku beragama memiliki pengertian perbuatan individu baik berupa sikap maupun tingkah laku dalam menjalankan kewajiban yang berkaitan dengan ketuhanan, dengan pengarahan yang diperoleh dari pembelajaran atau latihan.

  Indikator perilaku keagamaan: a Mendidik anak melakukan ibadah shalat. b Mendidik anak untuk melakukan bersuci. c Mendidik anak untuk melakukan puasa

  5

  Perilaku Agama Anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah” antara lain:

  1. Memberikan wacana kepada masyarakat terhadap pentingnya memberikan pendidikan agama yang cukup bagi anak supaya anak dapat menunjukkan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama.

  2. Melatih diri dalam memberikan sumbang saran yang berupa daya nalar yang kritis dan ilmiah serta berbobot dalam rangka menghadapi segala permasalahan yang mungkin timbul dalam kalangan masyarakat, baik masyarakat pendidikan maupun masyarakat awam.

F. PENEGASANISTILAH

  Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami pengertian yang sebenamya dari judul skripsi ini berikut akan penulis jelaskan pengertian istilah-istilah yang ada di dalamnya hingga membentuk pengertian yang utuh.Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini, yaitu pendidikan diniyah dan perilaku agama.

  1. Pengaruh: Dalam kamus Bahasa Indonesia pengaruh berarti daya yang ada dan timbul dari sesuatu (orang,dan benda) yang ikut membentuk watak dan kepercayaan atau perbuatan sekarang.

  2. Pendidikan Diniyah/Agama Pendidikan mempunyai arti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

  7

  d Mendidik anak untuk melakakukan akhlak terpuji e Mendidik anak untuk berdoa dan membaca Al-Qur’an.

  G. METODE PENELITIAN

  1. Metode Penentuan Subyek

  a. Populasi dan Sampel Populasi adalah jum lah keseiuruhan dan individu yang hendak diselidiki5. Sedangkan yang dimaksud dengan sampel adalah sejumlah individu yang diambil dari populasi yang mewakilinya6. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa Diniyah di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Sedangkan

  Sampel sebanyak 20 persen7 8 dari 133 anak Pendidikan Diniyah Roudhotul Muttaqin yaitu sebanyak 26 anak. Sampel yang diambil berasal dari kelas 3 dan kelas 4.

  Untuk menetapkan sampel digunakan teknik random sampling dengan cara imdiang. langkah-langkah random sampling diantaranya:(a) Buat suatu daftar yang berisis semua subyek, obyek, gejala peristiwa, atau kelompok- kelompok yang ada dalam populasi; (b) Beri kode pada lembar kertas kecil seperti kata “Ya” dan “Tidak” dengan jum lah yang ditetapkan; (c) Di bagi secara acak kepada siswa; (d) Siswa yang mendapatkan lembaran “Ya” digunakan sebagai sampel.

5 Soetrisno Hadi, M etodologi Research jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 2003, hal 70

  8

  2. Metode Pengumpulan Data

  a. Angket Angket merupakan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bimbingan atau bidang yang akan diketahui.

  Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pendidikan diniyah terhadap perilaku agama anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

  Indikator-indikator yang terdapat dengan metode angket antara lain berhubungan dengan: 1 .Perilaku agama yang wajib dilakukan dan yang sunnah.

  2. Akhlak dan adab sehari-hari sang anak.

  3. Kebiasaan-kebiasaan positif dimasyarakat yang dilakukan oleh anak.

  b. Metode Observasi Metode observasi merupakan metode dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.

  Beberapa aspek yang akan diteliti dengan metode observasi antara lain: (a) visi- misi,(b) Kegiatan pembelajaran, (c) materi Ajar, (d) Model/ metode, (e) Manajemen, (f) Sarana Prasarana, (g) Sejarah berdirinya

  c. Metode Interview

  Interview

  adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jaw ab sepihak yang dijalankan dengan tujuan penyelidikan

  9

  Metode ini penulis gunakan untuk menanyakan kegiatan agama yang berkaitan dengan perilaku keagamaan siswa Pendidikan Diniyah roudhotul Muttaqin Kecamatan Sidomukti Kabupaten Semarang Jawa Tengah. Aspek aspek yang akan diketahui dengan metode interview sama dengan aspek pada metode observasi.

  d. Metode Dokumentasi Dokumentasi berarti kumpulan data verbal berbentuk tulisan . Aspek yang akan di tampilkan sama dengan penggunaan metode observasi dan metode

  interview dalam meneliti tentang variabel Pendidikan Diniyah.

  3Metode Analisa Untuk mengetahui data yang telah terkumpul digunakan analisis statistik dengan rumus sebagai berikut:

  F

  a. Rumus Prosentasi: p = — x 100% N keterangan : P= Angka prosentase yang diberi

  F=Frekuensi dari jawaban N=Jumlah responden

  Rumus ini digunakan untuk mengetahui pengaruh Pendidikan Agama Madrasah Diniyah Roudhotul Muttaqin terhadap perilaku agama anak di Desa Sidomukti Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Jateng.

  b. Rumus Korelasi Dalam mengolah data penulis menggunakan analisis data kuantitatif.

  10

  r X Y =

  T , x r -

  I * - I y

  1 I * - £

  4 N T r y E i l

  JV

  r X Y:

  koefisien korelasi antara x dan y X : Skor variabel x Y : Skor variabel y N : Jumlah responden X2 : Hasil kuadrat variabel x Y2 : Hasil kuadrat variabel y

  XY : Produk dari x dan y

  2 ; Sigma (jumlah)

H. SISTEMATIKAPENULISAN SKRIPSI

  Skripsi ini disusun dalam 5 bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

  BAB IPENDAHULUAN A. Latar Belakang Masai ah B. Penegasan Istilah C. Rumusan Masalah D. Hipotesis E. Tujuan Penulisan Skripsi F. Metode Penelitian

  11

  BAB n LANDASAN TEORI

  A. Pendidikan Diniyah

  1. Pengertian pendidikan diniyah

  2. Tanggung jawab pendidikan diniyah

  B. Perilaku Beragama

  1. Pengertian perilaku agama

  2. Aspek-aspek perilaku agama

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agama

  C. Hubungan Pendidikan Diniyah terhadap Perilaku Agama BAB m LAPORAN HASIL PENELITIAN

  Dalam bab ini dijelaskan tentang sejarah berdirinya,visi dan misi, letak geografis, keadaan guru, dan data pendidikan agama Pendidikan Diniyah Roudhotul Muttaqin.

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Penelitian B. Analisis Uji Hipotesis BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup

  B A B II LANDASAN TEORI

A. PENDIDIKAN DINIYAH

  1. PENGERTIAN PENDIDIKAN DINIYAH

  Dalam Undang-Undang nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepriabadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya.1

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan mempunyai arti sebagai sebuah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan1

  2. Pengertian pendidikan dapat lebih diperluas cakupannya sebagai sebuah aktivitas dan fenomena. Pendidikan sebagai aktivitas berarti upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam

  1 Undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, BP.Dharma Bhakti, 2003, hlm.3

  2 Oepdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, hlm.263

  13

  mengembangkan pandangan hidup (bagaimana orang dalam menjalani dan memanfaatkan hidup dan kehidupannya), sikap hidup, dan ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual (petunjuk praktis) maupun mental dan sosial. Sedangkan pendidikan sebagai fenomena adalah peristiwa perjumpaan antara orang atau lebih yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup pada salah satu atau beberapa pihak3.

  Terdapat sebuah asumsi bahwa life is education and education is life , dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia adalah sebuah proses pendidikan.

  Islam memandang pendidikan sebagai proses yang terkait dengan upaya mempersiapkan manusia untuk mampu memikul tugas sebagai khalifah Allah di muka bumi. Untuk maksud tersebut, manusia deciptakan lengkap dengan potensinya berupa akal dan kemampuan belajar.Dalam sejarah umat islam,pendidikan beijalan sebagai sarana untuk menyampaikan petunjuk dan kebaikan kepada individu, masyarakat, dan seluruh umat manusia.

  Menurut Drs. Muhaimin dalam Paradigma Pendidikan Islam disebutkan tentang pendidikan agama sebagai sebuah upaya mendidikkan agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya agar menjadi way o f life (pandangan dan sikap hidup) seseorang.

  Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang *

  4

3 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2002, him. 43 4. him 39

  Ibid,

  14 Sistem Pendidikan Nasional Bab III pasal 4 disebutkan tentang perlunya

  pendidikan agama: (1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sitemik dengan sestemik dan sistem terbuka.

  (3) Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

  Menurut pengertian di atas maka pendidikan diniyah dapat berwujud: (1) Segenap kegiatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk membantu seseorang atau sekelompok peserta didik dal am menanamkan dan/atau menumbuhkembangkan ajaran agama; (2) Segenap fenomena atau peristiwa perjumpaan dua orang atau lebih yang dampaknya ialah tertanamnya dan/atau tumbuh kembangnya ajaran agama dan nilai-nilainya pada salah satu atau beberap pihak.

  Menurut Peraturan Menteri Agama nomor 13/1964 disebutkan tentang pengertian madrasah diniyah, yaitu sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran secara klasikal dalam pengetahuan agama islam kepada pelajar bersama-sama sedikitnya beijumlah 10 orang atau lebih, di antara anak yang berusia 7 sampai dengan 18 tahun.

  Walaupun istilah Pendidikan Agama atau Diniyah tersebut dapat dipahami

  15

  dengan cara berbeda, namun pada hakikatnya merupakan satu kesatuan dan mewujud secara operasional dalam satu sistem yang utuh. Teori kependidikan diniyah merupakan suatu teori yang dibangun dan berkembang serta dipahami sebagai perwujudan dari Al-Quran dan As-Sunah, mendapatkan justifikasi dan perwujudan secara operasional dalam proses pengembangan ajaran agama, budaya, dan peradaban agama islam dari generasi ke generasi, yang berlangsung sepanjang sejarah umat islam dan secara praktis dapat dipahami, dianalisis, dan dikembangkan dari proses pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi setiap muslim pada setiap generasi5.

  Dalam kaitannya dengan satuan pendidikan lain, khususnya sekolah umum dan madrasah, madrasah diniyah dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe6, yaiu: a. Madrasah Diniyah wajib, yaitu madrasah diniyah yang menjadi bagian tak terpisahkan dari sekolah umum atau madrasah. Siswa sekolah umum atau madrasah yang bersangkutan wajib menjadi siswa madrasah diniyah. Madrasah diniyah ini disebut juga madrasah diniyah komplemen, karena sifatnya komplementatif terhadap sekolah umum atau madrasah.

  b. Madrasah Diniyah pelengkap, yaitu madrasah diniyah yang diikuti oleh siswa sekolah umum atau madrasah sebagai upaya menambah atau melengkapi pengetahuan agama dan bahasa Arab yang sudah mereka peroleh di sekolah umum atau madrasah. Madrasah diniyah ini disebut juga madrasah diniyah suplementatif

  5 him. 30 Ibid,

6 Direktorat Jendral Kelembagaan agama Islam, Jakarta,

  Pondok Pesantren dan Marasah Diniyah, Depag, 2003, hlm.49

  16 terhadap sekolah umum atau madrasah.

  c. Madrasah Diniyah mumi, yaitu madrasah diniyah yang siswanya hanya menempuh pendidikan di madrasah diniyah tersebut dan tidak merangkap di sekolah umum maupun madrasah. Madrasah diniyah ini dinamakan madrasah diniyah independen, karena bebas dari siswa yang merangkap di sekolah atau madrasah.

  2. TANGGUNG JAWAB PENDIDIKAN DINIYAH Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

  Nasional ditetapkan, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggimgjawab.

  Ketentuan tersebut menempatkan pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada posisi yang amat strategis dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Pondok pesantren dan madrasah diniyah adalah bagian dari pendidikan keagamaan yang secara historis telah mampu memberikan peranannya dalam pembentukan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Dengan demikian secara historis, madrasah diniyah merupakan bagian intregal dalam sistem pendidikan nasional.

  Dari kegiatan mendidik dan para pendidik, dapat diketauhi bahwa nilai-nilai

  17

  kependidikan teijelma secara langsung atau tidak langsung dalam setiap keputusan yang diambil oleh pendidik. Nilai-nilai tersebut berhubungan dengan proses dan tujuan pendidikan dan banyak sudut, seperti dengan isi kurikulum, tujuan pengajaran berbagai mata pelajaran, pengelompokan siswa, motivasi pengajaran, dan dimensi-dimensi proses pendidikan lainnya.

  Madrasah diniyah memberikan peranan penting dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional7, yaitu: a) Peranan Instrumental. Upaya pendidikan secara nasional memerlukan sarana- sarana sebagai media untuk mengejawantahkan tujuan-tujuannya. Sarana-sarana tersebut selain dibentuk secara formal seperti halnya gedung sekolah, juga dibentuk secara informal tumbuh dan berkembang di Indonesia. Dalam tataran inilah madrasah diniyah berperan sebagai alat atau instrumen pendidikan nasional.

  b) Peranan Keagamaan. Pendidikan madrasah diniyah pada hakikatnya tumbuh dan berkembang sepenuhnya berdasarkan motivasi agama.

  c) Peranan dalam Memobilasasi Masyarakat. Dalam kenyataannya, usaha-usaha pendidikan nasional secara formal belum mampu menampung seluruh aktivitas pendidikan masyarakat Indonesia, disamping karena masih ada sebagian masyarakat yang kurang memiliki kesadaran dan pentingnnya pendidikan (sekolah), juga karena sarana yang masih terbatas, terutama di daerah pedesaan.

  d) Perananan Pembinaan mental dan Keterampilan. Dalam sistem pendidikan nasional diungkapkan tujuan pendidikan diantaranya menciptakan manusia

7 Op cit, hlm.64

  18 Indonesia yang memiliki kepribadian yang sehat, berilmu, cakap, kratif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

  Madrasah diniyah memiliki tujuan-tujuan dalam melaksanakan sistem pendidikan nasional. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu tujuan yang bersifat umum dan tujuan yang bersifat khusus8.

  1) Tujuan Umum Tujuan umum dari pendidikan diniyah adalah berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa, dan beribadah dengan baik kepada Allah, sehingga memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagaimana yang di firmankan Allah dalm surat A1 Jumuah ayat 2:

  0 & *

  ^ O b

  j

  Artinya: Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka dan mengajarkan kepada mereka (Q.s. al-Jumu'ah) 2) Tujuan Khusus

  Dari tujuan umum pendidikan diniyah tersebut dapat dirumuskan beberapa tujuan khusus sebagai berikut: a. Mendidik individu yang saleh dengan memperhatikan segenap dimensi

8 Hary Noer Aly, Watak Pendidikan Islam, Jakarta, Friska Agung Insani, 2003, him. 142

  19 pekembangannya, rohaniyah, emosional, sosial, intelektual,dan fisik.

  b. Mendidik anggota kelompok sosial yang saleh , baik dalam keluarga maupun masyarakat muslim c. Mendidik manusia yang saleh bagi masyarakat insani yang besar.

  Pendidikan Diniyah diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman ajaran agama Islam dari peserta didik, yang di samping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi juga sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Oleh karena itu, pembelajaran pendidikan agama Islam diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah.

  Pendidikan diniyah mendidik anak agar beijiwa suci dan bersih. Dengan ketenangan jiw a yang demikian, individu akan hidup dalam ketenangan bersama Allah, teman, keluarga, masyarakat, dan umat manusia di seluruh dunia. Dengan demikian, pendidikan diniyah telah ikut mengambil bagian dalam menanamkan kebaikan umum bagi individu anak, keluarga, masyarakat, dan umat manusia.

  Salah satu fase terpenting dalam perkembangan seseorang adalah fase anak- anak yaitu seorang yang berumur kira-kira antara 6-10 tahun. Masa-masa ini dapat digolongkan sebagai masa-masa bermain, sehingga anak akan cenderung senang bergerak dan bermain. Dalam kehidupan yang umum teijadi di masyarakat kebanyakan orang tua ataupun orang terdekat sang anak cenderung membatasi gerak dari anak itu sendiri. Ruang gerak mereka tidak seluas yang dibutuhkan bagi sang anak untuk melampiaskan keinginannya untuk bergerak. Dalam mendidik

  20 mencapai kematangan emosional karena agama mengakui bahwa seorang anak memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa pada umumnya.

B. PERILAKU AGAMA

  1. PENGERTIAN PERILAKU AGAMA Dari segi bahasa peilaku memiliki pengertian sebagai tangapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atas lingkungan9.

  Sedangkan menurut Hasan Langulung perilaku adalah segala aktivitas seseorang yang dapat diamati10 1 .

  1 Menurut Abadin Nata secara istilah agama merupakan ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun dan diwariskan oleh suatu generasi dengan tujuan untuk memberi tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akherat11.

  Jadi perilaku agama adalah suatu tingkah sebagai reaksi atau tanggapan yang dilakukan dalam suatu situasi yang dihadapinya didasarkan atas kesadaran adanya Tuhan YME. Dalam kaitannya dengan Islam maka perilaku agama merupakan serangkaian tingkah laku seseorang yang dilandasi oleh ajaran Agama Islam.

  2. ASPEK-ASPEK PERILAKU AGAMA DALAM ISLAM Perilaku agama pada dasamya bukan hanya terjadi ketika seseorang

  9 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, him. 755

  

10 Hasan Langulung, Beberapa Pemikiran tentang Pndidikan Islam , Bandung, Al-ma'arif,hlm. 139

  11 Abadin Nata, M etodologi Islam, Raja grafindo Persada, 2005, him. 15

  21 melakukan aktivitas ritual (beribadah), tetapi juga melakukan aktivitas lain.

  Disamping juga bukan hanya aktivitas yang tampak dan dapat dilihat mala, tetapi juga aktivitas yang tidak tampak dan teijadi dalam hati seseorang. Menurut d o c k dan Stark terdapat lima macam dimensi keberagamaan yaitu dimensi keyakinan, dimensi peribadatan atau praktek agama, dimensi penghayatan, dimensi pengalaman, dan dimensi pengetahuan agama.

  Dalam pembahasan ini penulis membahas tentang aspek ibadah dan aspek akhlak.

  a. Aspek Ibadah Aspek ibadah adalah semua yang dilakukan atau dipersembahkan untuk mencapai keridhan Allah Swt dan mengharapkan imbalan pahala di akherat kelak.

  Ibadah dibagi menjadi dua12, yaitu: 1) Ibadah Mahdlah

  Ibadah mahdlah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah Swt semata-mata yakni hubungan vertikal dan terbatas pada ibadah-ibadah khusus13.

  a) Shalat Kata shalat secara etimologi berarti doa. Adapun salat secara terminologi adalah seperangkat perkataan dan perbuatan yang dilakukan dengan beberapa

12 Abdul Aziz Dahlan, et al, Jakarta, Van Hoeve, 19%,him 592

  Ensiklopedia Hukum Islam, 13 him.593

  Ibid,

  22

  syarat tertentu dimulai dengan takbirdan diakhiri dengan salam14.Salat berfungsi membersihkan diri dan mensucikannya dan dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar. Allah Swt berfirman dalam Surat Al-Ankabut ayat 45:

  isCaii o! fi'j u&ii ;> aai u ya ’JK j f

  U ^ Alllj t <111 jSiT, jSSill .USkSI Artinya : Bacalah apa yang diwahtukan kepada mu dan dirikanlah shalat.

  Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.( Q.s. A1 Ankabut:45)

  b) Puasa Puasa (shaum) menurut bahasa adalah menahan dari sesuatu, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan dari bicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya.

  Sedangkan menurut istilah adalah menahan dari segala sesuatu yang membatalkannya satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam tnatahari dengan niat dan beberapa syarat.

  Ibadah puasa ini diperintahkan sejak datang islam. Adapun perintah itu terdapat dalam Al-Quran yang berbunyi:

14 Supriana dan M. Karman, Bandung, Remaja Rosdakarya,2003,

  Materi Pendidikan Agama Islam, hlm.635

  23 L J c , I j a

jjLTli t y< UaS C_Jj£ i j U (jjjlll l^jl U

  Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.(Q.s. Al-Baqarah: 183) 2) Ibadah Ghoiru Mahdlah

  Ibadah ghoiru mahdlah adalah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut hubungan dengan Allah Swt, tetapi yang berkaitan dengan hubungan sesama makhluk (hablum minallah wa haiblum mirtannas).

  Dalam ibadah ghoiru mahdlah ini penulis batasi dengan ibadah berdoa dan membaca Al-Quran.

  a) Berdoa Kata-kata berdoa banyak disebut dalam Al-Quran, dan masing-masing mempunyai makna tertentu.

  Adapun doa yang dimaksud di sini adalah doa dengan makna ibadah seperti yang disebutkan dalam firman Allah :

  j i it a s u i& i o u a j i i i Y j v u ^ b * t * v

  ( j a

  Artinya : Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat

  24

  dan tidak (pula) memberi mudharat. (Q.s. Yunus :106) Yang dimaksud dengan berdoa dalam ayat ini adalah ibadah. Janganlah kamu ibadah (menyembah) selain kepada Allah, yaitu sesuatu yang tidak kuasa mendatangkan manfaat dan tidak kuasa mendatangkan kemudharatan kepada manusia.

  b) Membaca Al-Quran Membaca Al-Quran merupakan amal perbuatan yang sangat mulia dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab yang dibaca tersebut merupakan kitab suci. Al-Quran sebagai kitab suci adalah sebaik-baik bacaan bagi seorang mukmin. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Baqarah ayat ke 121 yang berbunyi sebagai berikut:

  I j a j q j A jLaJj iilj3jl Ajjjjj iijg.ll

  Artinya : Orang-orang yang telah kami berikan A1 Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenamya, mereka itu beriman kepada- Nya.Dan barang siapa yang ingkar kepada-Nya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (Q.s.Al-Baqarah:121).

  Al-Qur'an juga menjadi penolong bagi orang-orang yang membacanya kelak di akherat (hari kiamat) sebagai mana sabda Rasulullah SAW: “Abu Immamah A1 Bahily berkata : Saya mendengar Rosulullah SAW bersabda:

  Bacalah A1 Quran karena ia akan datang pada hari kiamat menjadi penolong bagi

  25

  para pembacanya”.(Imam Abi Husain bin Hajjaj, Shahih Muslim juz 1) Dengan membaca A1 Quran tidak berarti akan dapat mengubah perilaku seseorang begitu saja, akan tetapi perubahan perilaku seseorang akan terwujud dengan mempelajari isi kandungan A1 Quran dalam bentuk tingkah laku yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan A1 Quran dalam kehidupan sehari-hari.

b. Aspek Akhlak

  Akhlak disebut etika yang berasal dari bahasa Yunani etos, yang berarti kebiasaan. Dalam buku A Dictionary o f Education dikatakan: “Ethics is

  

Educational Discourse contains mary references to moral educational and

development o f moral c o n c e p ts

  Yang artinya adalah wawasan pendidikan yang berisi referensi-referensi atau acuan-acuan terhadap pendidikan moral.

  Dengan membentuk akhlak mulia tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud yakni manusia yang ideal sempuma akhlaknya. Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami sebagai berikut:

  1) Akhlak terhadap Allah Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perubahan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk Tuhan sebagai khalik.

  Sikap atau perbuatan memili ciri-ciri:

  a) Beriman: meyakini bahwa Allah sungguh-sungguh ada. Dia memiliki segala sifat kesempumaan dan sunyi dari segala sifat kelemahan. Juga yakin bahwa malaikatnya, kitab yang diturunkannya, rosul-rosulnya dan nabinya, hari kemudian, dan qodlo yang telah ditetapkan.

  26

  b) Taat: Melaksanakan perintah-perintahnya dan meninggalkan laranganlarangannya.

  c) Ikhlas: yakni kewajiban manusia beribadah hanya kepada Allah Swt dengan ikhlas dan pasrah. Dalam beribadah kepada Allah caranya wajib mengikuti ketentuan-Nya sebagaimana yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rosulnya.

  d) Tawakal: mempercayakan did kepadanya dalam melaksanakan sesuatu pekerjaan yang telah direncanakan dengan mantap.

  e) Tasyakur dan Qona’ah: berterima kasih atas pemberian Allah dan merasakan kecukupan atas pemberian-Nya.

  2) Akhiak terhadap Sesama Manusia Selain memelihara hubungan dan komunikasi dengan Allah Swt kita perlu memelihara dan membina hubungan baik dengan sesama manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang sesuai dengan nilai dan norma agama.

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIPERILAKU AGAMA

a. Faktor Internal

  Faktor internal adalah faktor yang berasal dalam did manusia itu yaitu sesuai dengan daya pilihan sendid atau minat perhatiannya untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh yang datang dad luar dirinya.

  Menurut Djalaludin Rahmat, bahwa faktor internal digadskan pada dua faktor yaitu faktor biologis dan faktor rasio psikologis.

  27

  1) Faktor Biologis Adanya warisan biologis sampai muncul aliran baru yang memandang segala tindakan manusia termasuk agama, kebudayaan, moral dari struktur biologisnya. 2) Faktor Psikologis

  Manusia sebagai makhluk sosial memperoleh bebeberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya yang terdiri dari komponen-komponen, di antaranya:(a) Bakat, suatu kemampuan pembawaan yang potensial mengacu kepada perkembangan kemampuan akademis dan keahlian dalam berbagai kehidupan; (b) Insting atau gharizah adalah kemampuan berbuat atau bertingkah laku dengan tanpa melalui proses belajar; (c) Nafsu dan dorongan; (d) Karakter atau watak tabiat manusia merupakan kemampuan psikologis yang terbawa sejak kelahirannya; (e) Hereditas atau kemampuan merupakan faktor kemampuan dasar.

b. Faktor Eksternal

  Faktor eksternal merupakan segala hal yang diterima individu dari lingkungan15.

  Allah Swt berfirman dalam surat A1 Isra ayat 84 yang berbunyi:

  ^ jikt . y p et Aj]SUi Lit

  Artinya: Katakanlah “tiap-tiap orang berbuat menurut kadamya masing-masing” maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya (Q.s.Al Isra:84)

15 Hary Nocr Aly, Watak Pendidikan Islam, Jakarta, Friska Agung Insani, 2003, hlm.437

  28 Dari ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa perilaku yang diperlihatkan oleh

  individu bukan suatu yang dilakukan sendiri melainkan selalu daiam interaksinya dengan lingkungan. Demikian juga dengan sifat dan dimiliki individu sebagian besar diperoleh melalui interaksi atau hubungan dengan lingkungan. Adapun yang dimaksud denagn lingkungan di sini adalah segala faktor yang dapat mempengaruhi individu. Lingkungan tersebut mungkin berada di disekitar individu atau jauh dari individu, berada pada saat ini atau telah lama berialu, lingkungan yang efektif atau tidak efektif, lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan alam, geografis, ekonomis, dan sosial.

  Singgih D. Gunarsih menyatakan sebagai berikut: “Manusia dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar misalnya pengaruh-pengaruh yang diperoleh dari hubungan-hubungan dengan kawan-kawan sebaya, sekolah, dan lembaga keagamaan serta aspek aspek yang biasanya terdapat pada masyarakat modem”.

  Karena luasnya cakupan faktor-faktor ekstemal maka kami batasi pada tiga macam yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

  1) Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu segala sesuatu yang ada daiam keluarga baik yang berupa benda-benda dan orang-orang serta peraturan-peraturan dan adat istiadat yang berlaku daiam keluarga itu sangat berpengruh dan menentukan corak perkembangan anak.

  Sedangkan yang tetap berperan penting dan menentukan pendidikan anak adalah

  29 orang tua yaitu ayah dan ibu.

  Karena orang tua merupakan pembina pribadi yang pertama bagi anak , maka dia memiliki kepribadian yang baik atau berakhlak karimah, menyangkut sikap, kebiasaan dan perilakunya. Tata cara kedua orang tua merupakan unsur- unsur pendidikan yang secara tidak lansung memberikan pengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama anak.

  Menurut Syamsul Yusuf dalam bukunya yang beijudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja desibutkan bahawa sikap dan perilaku orangtua yang baik adalah yang mempunyai karakteristik:(a) Memberikan curahan hati kasih sayang yang ikhlas; (b) Bersikap respek/menghargai pribadi anak;(c) Menerima anak sebagaimana biasanya;(d) Mau mendengar pendapat dan keluhan anak;(e) Memaafkan kesalahan anak dan meminta m aaf bila temyata orangtua sendiri salah kepada anak, dan (f) Meluruskan kesalahan anak dengan pertimbangan dan alasan-alasan yang tepat.

  Dari sini timbulah tindakan, cara hidup dan bimbingan terhadap anak -anak seseuai dengan ajaran agama. Apabila si anak hidup dalam iingkungan keluarga yang beriman serta patuh menjalankan ibadah kepada Allah Swt, maka bibit pertama akan masuk kedalam pribadi si anak adalah apa yang dialami itu yaitu berupa ketrentaman hati dan kecintaan kepada Allah Swt. Tetapi sebaliknya jika pengalaman yang dialami si anak dalam masa permulaan dari pembinaan pribadi jauh dari unsur keagamaan maka akn jauh puialah rasa agama dari si anak.

  30 mem bentuk sikap dan perilaku keagamaan remaja.

  2) Lingkungan sekolah Sekolah merupakan pendidikan formal yang mempunyai program sistematik dalam melaksanakan bimbingan, pengajaran, dan latihan kepada anak/siswa agar mereka berkembang sesuai dengan profesinya.

  Menurut Syamsul Yusuf pengaruh sekolah terhadap kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan substitusi dari keluarga dan guru-guru merupakan substitusi dari orang tua.

  Dalam kaitannya dengan upaya mengembangkan fitrah beragama para siswa, maka sekolah terutama guru agama mempunyai peranan yang besar dan penting dalam mengembangkan wawasan dan pemahaman, pembiasaan mengembangkan ibadah, akhlak mulia yang sesuai dengan ajaran agama.

  Akan tetapi dalam peningkatan pendidikan agama di sekolah itu bukanlah pendidikan agama yang diberikan oleh guru agama saja melainkan oleh seluruh staf pengajar, staf pimpinan sekolah,pegawai, serta peraturan dan teknikberlaku di sekolah, maka setiap guru umum harus berjiwa agama, meskipun ia tidak mendalami namun kepribadian akhlak dan sikapnya hendaknya dapat mendorong anak didik untuk mencintai agama dan hidup sesuai dengan ajaran agama.

  3) Lingkungan Masyarakat Dalam masyarakat individu (terutama remaja) akan melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya atau anggota masyarakat lainnya.

  Apabila teman sepergaulannya menampil kanperilaku yang sesuai dengan

  31

  nilai-nilai agama (berakhlak baik) maka remaja pun cenderung akan berakhlak baik. Namun apabila temannya menampilkan perilaku yang tidak baik , maka remaja akan cenderung akan terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh perilaku tersebut. Hal ini teijadi apabila anak atau remaja kurang mendapatkan bimbingan agama dalam keluarga.

  Dengan demikian corak perilaku anak atau remaja merupakan cermin dari corak atau perilaku warga masyarakat (orang dewasa) pada umumnya. Oleh karena itu, di sini dapat dikemukakan bahwa kualitas perkembangan kesadaran beragama bagi anak atau remaja sangat tergantung pada kualitas perilaku atau pribadi orang dewasa atau warga masyarakat.