REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiah

  Perpustakaan STAIN Salatiga iiniHiMiinn

  07TD1010911.01

REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

(Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid)

S K R I P S I

  

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Guna memperoleh gelar sarjana dalam ilmu-ilmu Tarbiah

  Ahmad Zazuli

  111 03 011

JURUSAN TARBIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

  

SALATIGA

2007

  D E P A R T E M E N A G A M A RI SEKO LAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI S A L A T I G A Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

  

DEKLARASI

Bismillahirrahmaanir rahim

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain,, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqasyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaKlumi.

  Salatiga, 20 September 2007 Penulis

  Ahmad Zazuli NIM. 11103011

  D E P A R T E M E N A G A M A RI SEKO LAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI

NOTA PEMBIMBING

  Assalamualaikum Wr. Wb

  NIP. 150 267 027

  Pembimbing

  Wassalamu’alaikum Wr. Wb

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudara tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama : Ahmad Zazuli NIM : 111 03 011 Jumsan/Progdi: Tarbiyah/PAI Judul : REKONSTRUKSI SISTEM

  di Salatiga

  S A L A T I G A

  Sdr. Ahmad Zazuli Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga

  Lampiran : 3 ( tiga) Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  2007

  Septem ber

  Salatiga, 20

  Dosen STAIN Salatiga Jl. Stadion NO. 03 Salatiga

  Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706 Dra. Siti Asdiqoh

PENDIDIKAN PESANTREN (TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN NURCHOLISH MADJID)

  D E P A R T E M E N A G A M A RI SEKO LAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI

  S A L A T I G A

  Jl. Tentara Pelajar No. 02 Salatiga 50721 Telp. (0298) 323433, 323706

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara: Ahmad Zazuli dengan Nomor Induk Mahasiswa 11103011 yang berjudul: Rekonstruksi Sistem Pendidikan Pesantren (Telaah Terhadap

  

Pemikiran Nurcholish Madjid) telah dimunaqasyahkan pada Sidang Panitia

  Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari: Senin, 01 Oktober 2007 M yang bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1428H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Saijana dalam Ilmu Tarbiyah 01 Oktoberber 2007 M.

  Salatiga, -------------------------- 19 Ramadhan 1428 H.

PANITIA UJIAN

  

Pembimbing

£ -

Dr. Mansur, M.Ag

NIP. 150 267 027

  

MOTTO

"Motivasi diri adalah bahan bakar bagi kehidupan "

"Percaya diri adalah gas penggera kehidupan "

  

"Tahu diri adalah rem yang mengendalikan"

  

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

  ❖ Bpk dan Ibu (Aim), yang telah mendidikku, menyayangiku dari kecil hingga aku dewasa.

  ❖ Saudara-saudara ku, kakak, Embak, yang telah banyak memberikan dukungan, motifasi demi tercapainya cita-cita ku ❖ Teman-teman kos gedung putih tampa terkecuali, yang senantiasa membuat penulis selalu bahagia, tempat berbagi suka maupun duka ❖ Teman-teman sepecial for Widi, Tengku, David, Jaya, onny, Naim, dan semua temen tarbiyah khususnya PAI angkatan 2003 yang sama-sama berjuang dan belajar bersama di STAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sekripsi ini. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjungan kita Rosulallah Muhammad Saw, beserta seluruh keluarga, sahabat, yang telah memberi petunjuk serta bimbungan melalui ajaran-ajarannya.

  Alhamdulillah

  dengan penuh rasa syukur, penulisan skripsi dengan judul REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN (TELAAH TERHADAP PEMIKIRAN NURGHOLISH MADJID) ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Kami haturkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini.

  Penulis yakin, skripsi ini tidak akan terwujud tanpa ada pertolongan dari Allah Swt dan bantuan berbagai pihak v mg telah memberikan kontribusi.

  Maka, dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan terima kasih kepada:

  1. Ketua STAIN Salatiga, Drs. Imam Sutomo, M.Ag.

  2. Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga, Drs. Sa’adi, M.Ag

  3. Ketua Program Studi PAI STAIN Salatiga, Fatchurrahman, M.Pd

  4. Pembimbing skripsi, Dr. Mansur, M.Ag, atas segala ilmu, waktu, tenaga dan bimbingan yang telah diberikan kepada kepada penulis dengan segala kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap dosen STAIN Salatiga yang telah memberi motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai Penulis yakin, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari siapa saja. Besar harapan kami, skripsi ini bisa bermanfaat kepada pihak-pihak terkait secara khusus, dan bagi semua pembaca secara umum. AMIN.

  Salatiga, 20 September 2007 Penulis

  Ahmad Zazuli NIM. 111 03 011

  

DAFTAR ISI

  

  BAB I PENDAHULUAN

  BAB III KONSEP PENDIDIKAN PESANTREN MENURUT NURCHOLISH MADJID

   B. Realitas dan Idealitas Pendidikan Pesantren Di Indonesia Dalam Lintas

  BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP

  

BABI

PENDAHULUAN

  A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren sejak jaman penjajahan, merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kita.

  Dalam catatan sejarah pendidikan Islam Indonesia, pondok pesantren atau lebih umum (di Jawa) disebut pesantren, adalah sistem pendidikan yang tumbuh dan lahir dari kultur asli Indonesia yang bersifat lndegenous.1 Eksistensi lembaga tersebut telah lama mendapat pengakuan masyarakat.

  Pesantren ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak hanya dalam segi moril, namun ikut serta pula dalam memberi sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya di Indonesia.

  Namun demikian, sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat, pesantren mengalami perubahan dan perkembangan berarti, diantara perubahan-perubahan itu yang paling penting menyangkut penyelenggaraan pendidikan. Dewasa ini tidak sedikit pesantren di Indonesia yang mengadopsi sistem pendidikan formal seperti yang diselenggarakan pemerintah. Akan tetapi tidak sedikit pula pesantren-pesantren yang masih lekat dan tetap mempertahankan kekhasanya yaitu pesantren tradisional atau sering pula disebut pesantren salaf.

  'Nurcholis Madjid, Jakarta, Pramadinah, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan,

  2 Dalam proses perubahan tersebut, nampaknya pesantren dihadapkan pada keharusan merumuskan kembali sistem pendidikan yang diselenggarakan. Di sini, pesantren tengah berada dalam proses pergumulan antara identitas dan keterbukaan. Disatu pihak pesantren dituntut untuk menemukan identitasnya kembali sebagai lembaga pendidikan Islam. Sementara dipihak lain, ia juga harus bersedia membuka diri terhadap sistem pendidikan moderen yang bersumber dari luar pesantren.

  Dari sini, penulis coba merujuk dari pemikiran Nurcholosh Madjid yang mana menurut beliau pesantren pada saat sekarang harus merumuskan kembali sistem pendidikan yang dicanangkan. Dalam artian pesantren yang lekat dengan sistem pendidikan tradisional, harus dapat merumuskan kembali sistem pendidikan. Karena pesantren sebagai sebuah sistem pendidikan tradisional memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Namun di sisi lain menurut Nurcholis Madjid lembaga pendidikan pesantren memiliki sisi kelemahan. Kritik Nurcolish Madjid mengenai pendidikan pesantren ini dianggap penting, sebab modernisasi pendidikan yang digagas nurcholish Madjid pada dasarnya berangkat dari potensi dasar yang dimiliki pesantren yang patut untuk dikebumikan kembali.2 selain itu juga mengingat saat ini wacana intlektual dari para santri dituntut untuk mampu bersaing dengan dunia luar. Pesantren harus menjadi institusi yang mampu mengakomodir berbagai persoalan dan menjadi fasilitas pemecahan problem tersebut.

2 Drs. Yasmadi, M.A. Modernisasi Pesantren, kriik Nurcholish Madjid Terhadap Quantum Teaching, Ciputat, Cetakan II, him 59.

  Pendidikan Islam Tradisional,

  3 Pondok pesantren sebagai pusat pendidikan Islam, pengkaderan dan pembinaan umat yang lahir dari budaya bangsa sendiri telah terbukti cukup mampu berkopetensi dengan corak zaman yang mengitarinya sehingga tidak sedikit pemimpin umat dan bangsa yang lahir dari pendidikan pesantren.

  Namun ketika kita lihat pesantren yang tumbuh berkembang saat sekarang ini, memiliki sistem pendidikan yang berbeda-beda. Artinya satu pesantren dengan pesantren yang lainnya dalam sistem pendidikan yang dilaksanakan tidak mesti sama. Tergantung pihak pengelola ataupun kebijaksanaan dari seorang kyai sebagai pemilik pesantren tersebut.

  Dengan adanya perbedaan sistem pendidikan tersebut menjadikan beragamnya corak dunia pesantren. Saat ini dunia pesantren dapat diklasifikasikan menjadi tiga katagori:3

  1. Pesantren Moderen

  a. Memiliki manajemen dan administrasi dengan standar moderen

  b. Tidak terikat pada figur kyai sebagai tokoh sentral

  c. Pola dan sistem pendidikan moderen dengan kurikulum tidak hanya ilmu agam tetapi juga pengetahuan umum d. Saran dan bentuk bangunan pesantren lebih mapan dan teratur

  2. Pesantren Tradisional

  a. Tidak memiliki manajemen dan administrasi moderen, sistem pengelolaan pesantren berpusat oleh aturan yang dibuat kyai dan diterjemahkan oleh pengurus pondok pesantren

3 Hamdan Farchan dan Sarifuddin,

  Titik Tengkar Pesantren: Resolusi Konflik Masarakat Pesantren, Pilar Media, Yogyakarta, 2005, him 1-2.

  4 b. Terikat kuat terhadap figur kyai sebagai tokoh sentral, setiap kebijakan pondok mengacu pada wewenang yang diputuskan kyai c. Pola dan sistem pendidikan bersifat konvensional berpijak pada tradisi lama, pengajaran bersifat satu arah, kyai mengajar sanlri mendengarkan secara seksama

  d. Bangunan asrama santri tidak tertata rapi, pondok pesantren menyatu dengan masyrakat sekitar, dalam artian tidak adanya pembatas antara wilayah pondok pesantren dan lingkungan mansyarakat sekitar.

  3. Semi Moderen Paduan Antara Tradisional dan Moderen Pesantren seperti ini bercirikan nilai-nilai tradisional masih kental dipegang, kyai masih memegang figur sentral, norma dan kode etik pesantren klasik tetap menjadi standar pola relasi dan norma keseharian. Tetapi mengadopsi sistem pendidikan moderen dan sarana fisik pesantren.

  Dengan ketiga corak tersebut sudah terlihat bahwa adanya perbedaan diantara setiap pondok pesantren tentang penyelenggaraan pendidikan.

  Namun di sini penulis lebih cendrung pada pembahasan khususnya mengenai pesantren trasisional dan pengelolaan pondok pesantren pada umumnya. Diman agenda penting pondok pesantren agar lebih eksis pada dasawarsa sekarang ini selain tetap mempertahankan kemurniannya sebagai lembaga Islam, yang tetap berpegang dan berlandaskan norma-norma Islam, juga harus dapat mempertimbangkan pada kehidupan dewasa ini yaitu memenuhi tantangan modernisasi. Yang menuntut tenaga trampil disektor- sektor kehidupan moderen. Dalam kaitanya dengan modernisasi ini;

  5 pesantren diharapkan mampu menyumbangkan SDM yang dibutuhkan dalam kehidupan moderen.

  Modernisme dan modernisasi sistem kelembagaan pendidikan Islam itu sebenarnya sudah berlangsung sejak awal abad XX an. Tetapi, modernisme sistem pendidikan dan kelembagaan Islam, berlangsung bukan tanpa problem dan kritik. Bahkan dalam beberapa tahun terakhir ini kritik yang berkembang di tengah masyarakat muslim, khususnya dikalangan pemikir pendidikan Islam dan pengelola pendidikan Islam itu sendiri.4

  Sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren juga harus mengadakan rekonstruksi ulang berkenaan dengan sistem pendidikan.

  Menurut Azyumardi Azra, pesantren perlu mengkaji ulang secara cermat dan hati-hati berbagai gagasan untuk mengorientasikan pesantren pada tantangan kekinian. Sebab, bukan tidak mungkin orientasi semacam ini akan menimbulkan implikasi negatif terhadap eksistensi dan fungsi pokok pesantren itu sendiri. Harus dipahami, bahwa dengan menyitakan hal ini, tidak berarti pesantren harus tidak peduli sama sekali terhadap perkembangan di iuar dunianya. Sebaliknya, pesantren harus menumbuhkan apresiasi yang sepatutnya terhadap perkembangan yang terjadi dimasa kini dan mendatang, sehingga dapat memproduksi calon ulama yang berwawasan luas.5 Dari sini diharapkan penataan kembali sistem pendidikan pesantren agar tetap dapat bersaing ditahun-tahun yang akan datang.

  4Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Melenium Baru, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, Cet I. 1999, him. 39.

  6 Nurcholish Madjid mengatakan faktor pertama yang menyebabkan kurangnya kemampuan pesantren mengikuti dan menguasai perkembangan zaman terletak pada lemahnya visi dan tujuan yang dibawa pendidikan pesantren. Relatif sedikit pesantren yang mampu secara sadar merumuskan tujuan pendidikan serta menuangkannya dalam tahapan-tahapan rencana kerja atau program. Kondisi ini menurut Nurcholish Madjid lebih disebabkan oleh adanya kecendrungan visi dan tujuan pesantren pada proses inprovisasi yang dipilih sendiri oleh seorang kyai atau bersama-sama para pembantunya.6 Berangkat dari pendapat-pendapat Nurcholish Madjid ini, sebenarnya merupakan sebuah kritikan yang membangun dikalangan pesantren. Harapannya, agar pesantren dapat merumuskan kembali tujuan pendidikan yang dilaksanakan. Sehingga adanya kejelasan visi dan tujuan yang akan dicapai pesantren.

  Hal yang sama juga dikemukakan oleh Endang Turmudi, dalam penetapan sistem pendidikan pesantren, bahwasanya salah satu faktor yang olehnya sistem pendidikan dibangun adalah kyai. Karena ia adalah orang yang memberi landasan sistem.7 Akibatnya hampir semua pesantren dalam pandangan Nurcholish Madjid merupakan hasil usaha pribadi atau individual, karena dari pancaran kepribadian pendirinyalah dinamika pesantren itu akan terlihat. Dalam hal ini Nurcholish Madjid melihat ketidak jelasan arah, sasaran yang ingin dicapai pesantren lebih disebabkan oleh

  6Yasmadi, modernisasi Pesantren , kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional, Quantum Teaching, Ciputat, Cetakan II, him 72.

  7Dr. Endang Turmudi, Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan , LKIS, Yogyakarta, 2004, him 35.

  7 faktor kyai yang memainkan peran cukup sentral dalam sebuah pondok pesantren.8 Maka dari sini sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kyai.

  Kritik Nurcholish Madjid tersebut di atas cukup beralasan bila dihadapkan pada pesantren salaf. Yang mana pesantren-pesantren salaf tersebut masih sangat besar pengaruh kyai terhadap sistem pendidikan pesantren. Hal lain juga tercermin dari sifat pesantren salaf yang menolak terhadap modernisasi, pesantren salaf pada umumnya masih terbelenggu dengan tradisi dan menolak untuk menerima perubahan. Konsekuensinya, tidaklah mengherankan pada giliranya pesantren hanya melahirkan produk- produk pesantren yang dianggap kurang siap dalam mewarnai kehidupan moderen. Atau dengan kata lain pesantren hanya memunculakn santri-santri dengan kemapuan terbatas.9

  Berangkat dari beberap pendapat di atas, penulis coba mengkaji bagaimana pendidikan pesantren dapat membuka diri terhadap sistem pendidikan moderen yang bersumber dari luar pesantren. Karena salah satu agenda penting pesantren pada dewasa ini adalah memenuhi tantangan zaman yaitu modernisasi. Yang menuntut pesantren tidak hanya mengkaji ilmi-ilmu keislaman semata namun lebih kepada semua cabang ilmu pengetahuan, yang diharapkan pesantren mampu menyumbangkan SDM yang dibutuhkan pada kehidupan moderen, sehingga pada akhirnya pesantren akan tetap mampu bersaing pada kehidupan dewasa ini. Lebih- 8Yasmadi, op. cit. him. 73 .

  ' W . , him. 74.

  8 lebih pada out put pesantren yang mampu menyumbangkan keahlianya dalam bidang tertentu.

  Dari sini, penulis tertarik untuk coba mengkaji pemikiran Nurcholish Madjid mengenai sistem pendidikan pesantren, maka penulis mengambil judul : ’’REKONSTRUKSI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN

  (Telaah Terhadap Pemikiran Nurcholish Madjid)”.

B. Penegasan Istilah

  Dalam penulisan ini, penulis terlebih dahulu menjelaskan beberapa istilah dalam judul, agar adanya pengertian dan pemahaman yang jelas serta menghindari kesalahan tulisan. Maka di sini perlu diuraikan sebagai berikut:

1. Rekonstruksi

  Rekonstruksi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia ialah ; pengembalian seperti semula, penyusunan (penggambaran) kembali.10 Namun di sini penulis lebih pada rekonstruksi dimaknai sebagai pembaharuan atau perbaikan.

2. Sistem Pendidikan

  a. Sistem Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani system yang berarti hubungan

  • •>

  fungsional yang teratur antara unit-unit atau komponen-komponen.11 Rumusan lain menyatakan, bahwa sistem adalah kumpulan berbagai

  ,0Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga , Balai Pustaka, Jakarta, 2001, hlm.942 "M . Ridwan Nasir, , Pustaka Pelajar,

  Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal Yogyakarta, Cetakan I, 2005, him. 27

  9 komponen yang berinteraksi satu dengan lainnya membentuk satu kesatuan dengan tujuan yang jelas.12

  Dengan demikian sudah jelas bahwa sistem adalah merupakan himpunan komponen atau hubungan yang saling berkaitan yang bersama- sama berfungsi untuk mencapai suatu tujuan,

  b. Pendidikan Pendidikan berasal dari kata didik, mendapat awalan pe-dan akhiran -an yang berarti bimbingan dan pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik untuk menuju terbentuknya kepribadian yang utama.13 Devinisi lain mengatakan bahwa pendidikan berasal dari kata "didik", lalu kata ini mendapat awalan

  me sehingga menjadi "mendidik", artinya memelihara dan memberi

  latihan. Dalam Bahasa Inggns, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develov) .14 *

  Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.

  Sedangkan yang agak luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

  nIbid., h!m. 27.

  13Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Islam , Bandung, Al Ma'arif, 1962, him. 19.

  14Muhibbin Syah, M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru , PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, Cet VIII, 2003, him. 10.

  10 pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.15

  Selain itu, dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada tahun 1973, dikemukakan tentang pengertian pendidikan, bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan satu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam ataupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.16

  Dari paparan di atas, maka yang dimaksud dengan sistem pendidikan dapat diartikan sebagai satu keseluruhan dari unsur-unsur pendidikan yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain serta saling mempengaruhi, dalam satu kesatuan.

3. Pesantren

  Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.17 Pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya belajar bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang lebih dikenal dengan sebutan kyai.18 Pesantren itu terdiri dari lima elemen pokok, yaitu ; kyai, santri, masjid, pondok, dan pengajaran kitab-kitab

  l9Ibid, him. 10.

  6 Coirul Mahftid, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Cetakan I, Pendidikan Multikultural, 2006, him.33.

  17 Zamakhsyari Dofier, Tradisi Pesantren, Setudi tentang Pandangan Hidup Kyai , Jakarta, LP3ES, 1994, him. 18. 18 him. 44.

  Ibid.,

  11 Islam klasik.19 Kelima elemen tersebut merupakan ciri khusus yang dimiliki pesantren yang membedakan dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

  C. Rumusan Masalah Seperti yang telah dijelaskan di atas, dapat diangkat beberapa topik yang menarik untuk dikaji lebih mendalam dalm skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana seting sosial yang melatar belakangi pemikiran

  Nurcholish Madjid?

  b. Bagaimana pemikiran Nurcholish Madjid tentang rekonstruksi sistem pendidikan pesantren? c. Bagaimana Implikasi Pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan pesantren?

D. Tujuan Penelitian

  Yang akan dicapai dari penulisan sekripsi ini adalah:

  a. Untuk mengetahui seting sosial yang melatar belakangi pemikiran Nurcholish Madjid.

  b. Untuk mengetahui pandangan Nurcholish Madjid tentang pendidikan pesantren.

  c. Untuk mengetahui implikasi pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan pesantren. P E R P U S T A K A A N m i l i k

19 Yasmadi, him. 63. STAIN SALATIGA

  12

E. Manfaat Hasil Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu :

  1. Manfaat Teoritis Dengan adanya penelitian, dapat diketahui konsep Nurcholis Madjid tentang sistem pendidikan pesantren

  2. Manfaat Praktis Setelah mengetahui beberapa sistem pendidikan dalam pesantren diharapkan bermanfaat bagi pembaca atau pengelola lembaga pendidikan Islam khususnya pesantren dan menambah khasanah pustaka Islami.

F. Metode Penelitian

  Di dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai acuan dalam penulisan karya ilmiah, diantaranya adalah:

1. Sumber Data

  Penelitian ini termasuk dalam penelitian literer, datanya bersumber dari literatur. Data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini penulis peroleh dari research kepustakaan {library research) yaitu hasil dari penelitian berbagai buku dan karya ilmiah yang ada relevansinya dengan permasalahan. Adapun sumberdata dibagi menjadi dua:

  a. Sumber Data Primer

  13 Sumbar data primer yaitu yang diambil dari sumber pokoknya.20 Data ini mengambil dari buku-buku karya Nurcholish Madjid.

  b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu, data yang dipergunakan untuk melengkapi, menunjang dan merupakan alat bantu untuk menganalisis permasalahan yang ada kaitanya dengan judul di atas.21 Adapun data ini diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan pesantren.

2. Analisa Data

  Mengingat obyek penulisan skripsi ini adalah buku-buku literatur yang termasuk kategori penelitian kepustakaan, maka penelitianya adalah "research kepustakaan".22 Untuk memperoleh data mengenai pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan pesantren.

  Untuk mencari interpretasi yang tepat mengenai pemikiran ini penulis menggunakan analisa deduktif, yaitu mengambil atau menarik kesimpulan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum kedalam hal-hal yang bersifat khusus. Dari interprestasi itu kemudian ditarik generalisasi dalam perspektif rekonstruksi sistem pendidikan pesantren, satu persatu dalam hubungan antara keduanya (induksi) dapat disimpulkan suatu sintensis (generalisasi baru).

  Agar memperoleh makna pemikiran yang kongkrit sebagaimana pemikiran Nurcholish Madjid tentang sistem pendidikan Islam penulis

  20 Winamo Surakhmad, , Tarsito,

  Dasar dan Tehnik Research Pengantar Metode Ilmiah Bandung, 1990, him 123.

  21 Ibid , him.

  22 Sutrisno Hadi, Metode Research Jilid /, Gema, Yogyakarta, 1982, him. 19.

  14 menggunakan metode interpretasi, yakni karya tokoh diselami untuk menangkap arti dan nuansa yang dimaksud tokoh itu secara khas.23

  Metode koherensi intern yang dimaksud untuk memperoleh interpretasi yang tepat mengenai pemikiran tokoh. Semua konsep dan aspek dilihat menurut keselarasan satu sama lainnya.24 Yaitu dengan menetapkan inti pemikiran yang mendasar dan topik-topik sentral yang ada pada tokoh itu semua, kemudian meneliti susunan logis dan sistematis dalam mengembangkan pemikirannya. Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data-data yang utuh setelah mengakumulasikan dan menyusun data dari karya Nurcholish Madjid yang berkaitan dengan rekonstruksi sistem pendidikan pesantren.

  Selanjutnya agar memperoleh gambaran pemikiran Nurcholish Madjid yang khusus tentang sistem pendidikan pesantren, yang membedakan dengan pemikiran umum penulis gunakan metode komparasi, yaitu dengan pemikiran yang lain baik yang dekat dengannya atau justru sangat berbeda.25 Selanjutnya untuk menyesuaikan dengan manuskrip atau naskah baru, atau (untuk terjemahan) berhubungan dengan perkembangan bahasa diusahakan menentukan dengan lebih tepat lagi istilah-istilah dan teks yang otentik, atau dicoba menemukan terjemahan baru yang lebih baik, maka penulis juga menggunakan metode heuristik.26

  23 Anton Bakker dan Ahmad Zubair, Metode Penelitian Filsafat , Kanisius, Yogyakarta, 1990, him. 63. 24 him. 64.

  Ibid., 25 Ibid, him, 65.

  26 Ibid, him. 75-76.

  15

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan yang dimaksud oleh penulis di sini adalah gambaran singkat tentang subtansi pembahasan secara garis besar. Agar dapat memberi gambaran yang lebih jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi, maka penulis membagi sistematika ke dalam lima bab sebagai berikut:

  1. Bab I Pendahuluan Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai pokok permasalahan yang mencakup : latar belakang pemilihan judul, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  2. Bab II Riwayat Hidup Nurcholish Madjid

  Bab ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya tentang, biografi Nurcholish Madjid, latar belakang pendidikan Nurcholish Madjid, Karya- karya tulis Nurcholish Madjid, arah pemikiran Nurcolish Madjid.

  3. Bab III Konsep Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid

  Bab ini membahas beberapa hal yaitu, Pengertian pendidikan pesantren, pesantren dilihat dari segi sejarah, Pemikiran Nurcholish Madjid tentang rekonstruksi sistem pendidikan pesantren.

  4. Bab IV Analisis Konsep Pendidikan Pesantren Menurut Nurcholish Madjid

  Dalm bab ini membahas tentang: Realitas dan Idealitas pendidikan Pesantren di Indonesia Dalam Lintas Sejarah, Konsep Pendidikan

  Pesantren Yang Ditawarkan Nurcholish Madjid Dalam Era Kekinian

  16

  Bab V Penutup Bab paling akhir ini terdiri d ari: Kesimpulan, saran dan penutup.

BAB II RIWAYAT HIDUP NUR CHOLISH MADJID A. Biografi Nurcholish Madjid Nurcholish, satu kata yang mungkin kita sering mendengar, kama

  begitu banyak orang memakai kata itu sebagai panggilan dalam berkomunikasi. Begitu juga nama Nurcholish Madjid yang akrab disapa Cak Nur, tentunya tidak asing lagi bagi sebagian besar orang Indonesia, terutama kita sebagai insan akademik yang sering menggunakan karya- karyanya sebagai rujukan dalam tugas-tugas perkuliahan. Nurcholis Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur, itu merupakan ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia. Ia cendekiawan muslim milik bangsa.

  Nurcholish madjid dilahirkan di Jombang, sebuah kota kabupaten di Jawa Timur, enam tahun menjelang Indonesia merdeka. Tepatnya, ia dilahirkan pada tanggal 17 Maret 1939 M, bertepatan dengan 26 Muharram 1358 H, dari keluarga kalangan pesantren tradisional.

  Ayahnya, bernama H. Abdul Madjid, adalah seorang kyai alim hasil godokan pesantren tebuireng, dan termasuk dalam keluarga besar Nahdatul 'Ulama (NU), yang secara personal memiliki hubungan sangat akrab dengan K.H. Hasyim Asy'ary, salah seorang dari founding father Nahdatul Ulama. Sementara ibunya, adalah adik dari rois akbar NU, dari

  18 ayah seorang aktivis syarikat dagang Islam (SDI) di Kediri, sewaktu organisasi ini masih banyak dipegang oleh para kyai.27

  Nurcholish Madjid kecil semula bercita-cita menjadi masinis kereta api. Namun, setelah dewasa malah menjadi kandidat masinis dalam bentuk lain, menjadi pengemudi lokomotif yang membawa gerbong bangsa. Sebenarnya menjadi masinis lokomotif politik adalah pilihan yang lebih masuk akal. Nurcholish muda hidup di tengah keluarga yang lebih kental membicarakan soal politik ketimbang mesin uap. Keluarganya berasal dari lingkungan Nahdlatul Ulama (NU) dan ayahnya, Kyai Haji Abdul Madjid, adalah salah seorang pemimpin partai politik Masyumi.

  Saat terjadi “geger” politik NU keluar dari Masyumi dan membentuk

  ^ Q partai sendiri, ayahnya tetap bertahan di Masyumi.

  Nurcholis Madjid menghembuskan nafas terakhir dengan wajah damai setelah melafalkan nama Allah pada Senin 29 Agustus 2005 pukul

  14.05 WIB di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Jakarta Selatan. Cendekiawan kelahiran Jombang, Jawa Timur, 17 Maret 1939, itu meninggal akibat penyakit hati yang dideritanya.Cak Nur, mengembuskan napas terakhir di hadapan istrinya Omi Komariah, putrinya Nadia Madjid, putranya Ahmad Mikail, menantunya David Bychkon, sahabatnya Utomo Danandjaja, sekretarisnya Rahmat Hidayat, stafnya Nizar, keponakan dan adiknya. Jenazah Rektor Universitas Paramadina itu disemayamkan di Auditorium Universitas Paramadina di Jalan Gatot Subroto, Jakarta.

  27 Siti Nadroh, Wacana Keagamaan dan Politik Nurcholish Madjid, Jakarta, Rajawali Pers, Cet I, 1999, Hlm.21.

  28 Http/www/ Dot Com, Tokoh Indonesia (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

  19 Kemudian jenazah penerima Bintang Mahaputra Utama itu diberangkatkan dari Universitas Paramadina setelah upacara penyerahan jenazah dari keluarga kepada negara yang dipimpin Menteri Agama

  Maftuh Basyuni, untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Selasa (30/8) pukul 10.00 WIB. Sementara, acari pemakaman secara kenegaraan di TMP Kalibata dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab.29

B. Latar Belakang Pendidikan Nurcholish Madjid

  Pendidikan dasar Nurcholish Madjid ditempuh didua sekolah tingkat dasar, yaitu di Madrasah al-Wathaniyah yang dikelola oleh orang tuanya sendiri dan di sekolah Rakyat (SR) di Mojoayar, Jomkbang. Kemudian, Nurcholish Madjid melanjutkan ke sekolah tingkat pertama (SMP) di kota yang sama. Jadi, sejak ditingkat pendidikan dasar,

  Nurcholish telah mengenal dua model pendidikan. Pertama, pendidikan dengan pola madrasah, yang sarat dengan penggunaan kitab-kitab kuning sebagai bahan rujukan. Kedua, Nurcholish juga memperoleh pendidikan umum secara memadai, sekaligus berkenalan dengan metode pengajaran moderat. Pada masa pendidikan dasarnya inilah, khususnya di madrasah al-Wathoniyah Nurcholish sudah menampakkan kecerdasannya dengan berkali-kali menerima penghargaan atas prestasinya.30

29 Http/www/ Dot Com, Tokoh Indonesia (Ensiklopedi Tokoh Indonesia) 30 Siti Nadroh, op. cit. him. 22.

  20 Selanjutnya, Nurcholish dimasukan ayahnya ke pesantren Darul

  Ulum Rojoso Jombang, Namun hanya bertahan dua tahun karena alas an politik. Ayah Nurcholish, K.H. Abdul Madjid, sebagai warga NU tetap memegang pilihannya pada masyum (sebuah Organisasi politik, yang memiliki masa Islam terbesar, pada mulanya juga merupakan pilihan politis warga NU termasuk para tokoh-tokohnya), sementara tokoh-tokoh NU lainya yang karena satu dan lain hal memilih keluar dari Masyumi.

  Sikap politik ayah Nurcholish yang tetap berafiliasi ke Masyumi inilah, yang berbeda dengan tokoh-tokoh NU lainnya, membawa dampak kehadiran Nurcholish di pesantren Darul Ulum kurang dapat sambutan hangat. Nurcholish diaggap sebagai anak Masyumi yang kesasar kekandang NU.31 Situasi inilah, maka Ayahnya memindahkan Nurcholish dari basis tradisional ke oesantren modem terkenal Darussalam Gontor Ponorogo. Menurut Nurcholish sendiri di sinilah masa palirg menentukan pembentukan sikap keagamaannya.32

  Gontor memang sebuah pondok pesantren yang moderen, malah sangat moderen untuk ukuran waktu itu. Yang membuatnya demikian adalah berbagai kegiatanya, sistem, orientasi, dan metodologi pendidikan, serta pengajaranya. Kemodemannya juga tampak pada materi yang diajarkannya. Dalam soal bahasa, di pesantren itu sudah diajarkan bahasa Inggris, bahasa Arab, termasuk bahasa Belanda sebelum akhirnya dilarang. Pera santri diwajibkan bercakap sehari-hari dalam bahasa Arab

  31 Ibid., him. 22.

  32 Ahmad Amir Aziz, Neo-Modernisme Islam di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, Him. 23.

  21 atau Inggris.33 Di pesantren inilah, Nurcholish masuk ke KMI (Kulliyat al-

  Mu'allimin al-Islamiyyah ) selama enam tahun (I960).34 Dengan

  pendidikan dasar dan menengah inilah kita sediki banyak dapat membaca bahv/a Nurcholish dididik dalam ilmu-ilmu keislaman, ditambah lagi dengan kemahirannya berbahasa internasional Arab dan Inggris sehingga memudahkan Nurcholish untuk mengakses buku umum yang cukup luas.

  Dari pesantren Gontor yang sangat moderen pada waktu itu, Nurcolish Madjid kemudian memasuki fakultas Adab, jurusan sastra Arab, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Sampai tamat sarjana lengkap (Drs.), pada 1968. pada tahun 1968 atas undangan departemen luar Negeri AS, Nurcolish berkesempatan untuk mengunjungi negeri tersebut. Selama itu, ia sampai keberbagai universitas. Dan Nurcholish Madjid kemudian mendalami ilmu politik dan filsafat Islam di Universitas Chicago, 1978-

  1984, sehingga mendapat gelar Ph.D. dalam bidang filsafat Islam (Islamic

  Thought, 1984)

  dengan disertasi mengenai filsafat dan kalam (teologi) menurut Ibnu Taimiyah.35 Kemudian, dorongan lain yang tidak bias dikesampingkan dalam membuat pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid berwawasan luas adalah pergaulannya dengan Prof. Dr. Buya Hamka. Kurang lebih 5 (lima) tahun Nurcholish Madjid sempat menjalin hubungan yang sangat akarab

  33 Budhy Munawar-Rachman, Ensiklopedi Nurcholish Madjid, Pemikiran Islam di Mizan, Jakarta, Cet 1, 2006, him. lv.

  Kanvas Peradaban, 34 Siti Nadroh, op cit, him. 23.

  35 Budhy Munawar-Rachman, op. cit. him. lvi.

  22 dengan Buya Hamka, pada saat :tu ia masih menjadi mahasiswa dan tinggal di Masjid Agung al-Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.

  Dari sedikit gambaran ataupun sejarah yang melatarbelakangi pendidikan Nurcholish Madjid ini, sedikit banyak kita dapat membaca dan mengambil pelajaran dari kisah perjuangannya dalam mencari ilmu. Nurcholish Madjid, seperti paparan di atas, tidak hanya seseorang yang mudah putus asa, tetapi Nurcholish Madjid juga tekun dan rajin dalam menuntut ilmu. Hingga pada akhirnya Nurcholish sering disebut sebagai ikon pembaruan pemikiran dan gerakan Islam di Indonesia.

  C. Karya-karya Tulis Nurcholish Madjid Nurcholish dapat digolongkan sebagai cendikiawan yang produktif. Dalam peijalanan hidupnya sudah banyak karya-karya ilmiah baik berupa artikel, makalah maupun artikel/makalah yang dibukukan, dan lain-lain. Di ranah pemikiran keislaman dan keindonesiaan, figure Nurcholish Madjid adalah fenomenal. Sebagai seorang yang well-versed dalam masalah-masalah keislaman, dalam kalitanya dengan khazanah klasik dan moderen, Nurcholish Madjid telah melakukkan jihad intlektual tanpa henti sampai akhir hayatnya.j6 Karyanya yang kini telah beredar dalam bentuk buku di pasaran Indonesia antara lain:3

  6

  37

1. Khazanah intlektual Islam (1984)

  36Abdul Halim, (Pengantar,) Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan Yang

Membebaskan: Refleksi atas Pemikiran Nurcholish Madjid , Paramadina, Kompas, Jakarta, 2006,

cet. 1, Him. vii.

37 Siti Nadroh, Him. 38-44.

  23 Karya ini dimaksudkan untuk memperkenalkan salah satu segi kejayaan Islam dibidang pemikiran, khususnya yang berkenaan dengan falsafah dan teologi. Nurcholish Madjid dalam buku ini memperkenalkan sarjana-sarjana muslim klasik, seperti halnya al- Kindi, Al-Asy'ary, Ibn Sina, Al-Ghazali, dan sarjana-sarjana muslim klasik lainnya.

2. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan (1987)

  Buku ini merupakan kumpulan tulisan-tulisan Nurcholish Madjid, sebagai respon terhadap berbagai persoalan dan isu-isu yang berkembang pada saat itu. Di bawah prinsip "untuk mencari kebenaran, secara tidak tx rkepulusa/i. Dan berkeyakinan luhan adalah kebenaran dan bahwa hannya Dia-lah kebenaran mutlak, Nurcholish Madjid melontarkan gagasan-gagasannya di sekitar kemoderenan, keislaman dan keindonesiaan.

3. Islam, Doktrin dan Peradaban: Sebuah telaah kritis Tentang Masalah Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemoderenan. (1992)

  Di dalamnya berisikan kumpulan-kumpulan makalah, yang ditulish Nurcholish Madjid pasca setudi di Chicago, buku ini mengungkapkan gagasan-gagasannya di bawah tema tauhid dan emansipasi harkat manusia, disiplin ilmu keislaman tradisional, membangun masyarakat etika, serta universalisme islam dan kemoderenan.

  24

  

4. Islam, Kerakyatan dan Keindonesiaan: Pikiran-Pikiran

Nurcholish "Muda" (1994)

  Dalam buku ini Nurcholish Madjid berbcara mengenai keislaman, keindonesiaan dan kemoderenan, dengan penekanan bagaimana menciptakan masyarakat yang berkeadilan berdasarkan prinsip- prinsip tauhid.

5. Pintu-Pintu Ijtihad (1994)

  Buku ini merupakan penjelasan yang lebih sederhana menenai ajaran yang inklusif dan universal yang menjadi tema besar dalam buku Islam Doktrin dan Peradaban. Dalam buku ini, tema-tema besar tersebut, mencakup masalah iman, peradaban, etika, moral dan politik Islam kontemporer, disajikan dengan bahasa yang lugas, ringan dan sederhana, sehingga mudah dimengerti.

  

6. Islam Agama Peradaban, Membangun Makna dan Relevansi

Doktrin Islam dalam Sejarah (1995)

  Pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid dalam buku ini merupakan analisis dan refleksi terhadap wacana keislaman secara mendasar.hanya saja, pemikiran Nurcholish yang tertuanga dalam buku ini lebih terarah pada makna dan implikasi penghayatan iman terhadap prilaku sosial. Nurcholish Madjid pada buku ini membahas tema-tema pokok ajaran Islam yang telah berkembang dan mengalami distorts ditengah umat Islam sendiri, sehingga menjadi mitos dan dongeng. Dalam pengertian lain seringkah sulit

  25 dibedakan antara nlai-nilai Islam yang bersifat subtansial dan fundamental dari ajaran yang sekunder dan terbuka untuk penafsiran bahkan perubahan.

  

7. Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi

Baru Islam Indonesia (1995)

  Buku ini menghadirkan ajaran Islam secara lebih human, adil, inklusif dan egaliter yang bertolak dari paradigma tauhid dan etika.

  Hanya saja pemikiran-pemikiran Nurcholish Madjid dalam buku ini, menyajikannya dengan wawasan yang lebih kosmopolit dan universal sekaligus mempertimbangkan aspek parsial dan kultural paham-paham keagamaan yang berkembang.

8. Masyarakat Riligius (1997)

  Buku ini mengetengahkan Islam dan konsep kemasyarakatan, komitmen pribadi dan sosial, konsep keluaga muslim. Prinsip medis dan kesehatan keluarga muslim serta konsep mengenai eskatologis dan kekuatan supra alami.

  

9. Tradisi Islam: Peran dan Fungsinya dalam Pembangunan di

Indonesia (1997)

  Buku ini berisikan kajian ilmiah terhadap Islam di Indonesia, sebagaiman peran umat Islam Indonesia menyongsong era tinggal landas. Dimensi sosial budaya dan pembangunan di Indonesia serta demokrasi di Indonesia. Dalam buku ini Nurcholish Madjid membahas peran dan fusngsi Pancasila, organisasi-organisasi

  26 politik dan golkar, pemilu, demokrasi, demokratisasi, oposisi, keadilan, dan dinamika perkembangan intelektaual Islam di Indonesia.

  10. Kaki Langit Peradaban Islam (1997)

  Buku ini berisi tiga bab. Pertama, mengetengahkan wawasan peradaban Islam. Kedua, menjelaskan sumbangan pemikiran- pemikiran para tokoh muslim. Dan ketiga, mengenai dunia Islam dan dinamika global.

  11. Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah (1997)

  Dalam buku ini, Nurcholish Madjid menyumbang 17 buah entry, di bawah tema-tema penafsiran Al-Qur'an, konsep dasar Al-Qur'an, disiplin ilmu keislaman trasisional, fiqih dan realitas umat Islam, dimensi esoteris ibadah dan implikasinya pada pengembangan etika sosial, serta dimensi social dari ajaran Islam.

12. Bilik-Bilik Pesantren, Sebauah Potret Perjalanan (1997)

  Buku ini memuat diskripsi dunia pesantren dengan segala dinamika perkembangannya, berhadapan dengan wacana modernisasi.

  Meskipun telah berlalu kurang lebih 20 tahun, kehadiran buku ini tetap menunjukkan signifikansinya dalam rangka mencari dan menemukan format baru dunia pesantren berhadapan dengan realitas eksternal yang mengitarinya.

  

13. Dialok keterbukaan, Artikulasi Nilai Islam dalam Wacana

Sosial Politik Kontemporer (1997)

  27 Buku ini merupakan kumpulan wawancara yang pernah dimuat dalam berbagai media masa dari sekitar tahun 1970-an sampai 1996-an, dengan tema yang sangat beragam dan sepontan, meliputi berbagai persoalan aktual; politik, budaya, pendidikan.

14. Cita-Cita Politik Isalm Era Reformasi (1999)

  Buku ini merupakan perjalanan panjang pandangan sosial politik Nurcholish madjid, dalam wacana perpolitikan di Indonesia.

Dokumen yang terkait

diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Ekonomi Pembangunan (S1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

0 4 64

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU TENTANG INFORMED CONSENT UNTUK PENCABUTAN GIGI POSTERIOR MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

0 0 13

TINGKAT KECEMASAN MASYARAKAT SAAT PENCABUTAN GIGI BERDASARKAN USIA, JENIS KELAMIN DAN ASAL DAERAH DENGAN SURVEI ONLINE SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

0 0 11

RANCANG BANGUN SISTEM PENDETEKSI BANJIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51 SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana

0 1 16

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN OBAT HERBAL BERDASARKAN PENYAKIT MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY METODE TSUKAMOTO SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer

0 1 12

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister bidang Obstetri dan Ginekologi

0 1 14

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Colloqium Doctum Ujian Seminar Sarjana Teknik Sipil

0 0 9

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister bidang Obstetri dan Ginekologi

0 0 23

SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Komputer

0 0 93

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN

0 1 14