BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar dan Bahan Ajar - PENGEMBANGAN LKS BERMUATAN KARAKTER ISLAMI PADA MATERI HIMPUNAN UNTUK SISWA SMP KELAS VII - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar dan Bahan Ajar Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses

  perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010).

  Sedangkan yang disebut dengan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

  Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Majid, 2011).

B. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

  1. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Menurut Diknas, lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaiakan suatu tugas. Tugas tersebut haruslah jelas kompetensi dasar yang akan dicapai.

  LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang dicapai (Prastowo, 2011).

  Perlu ditekankan bahwa tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh siswa secara baik jika tidak didampingi oleh buku atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas-tugas teoritis dan/atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca sebuah artikel/ cerita tertentu, membuat resume untuk dipresentasikan, dan lain sebagainya. Adapun tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabai dalam kurun waktu tertentu disuatu tempat (Majid, 2011).

  2. Fungsi LKS Berdasarkan pengertian dan penjelasan awal mengenai LKS yang disinggung pada bagian sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut :

  a. Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran guru, namun lebih mengaktifkan peran siswa, b. Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan, c. Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih, serta d. Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa. (Prastowo, 2011).

  3. Tujuan Penyusunan LKS Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu : a. Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan b. Menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan c. Melatih kemandirian belajar siswa, dan

  d. Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa (Prastowo, 2011).

  4. Unsur-unsur LKS sebagai Bahan Ajar Menurut Diknas, dilihat dari strukturnya, bahan ajar LKS lebih sederhana dari modul, namun lebih kompleks daripada buku. Bahan ajar LKS terdiri enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, tugas atau langkah-langkah kerja, dan penilaian (Prastowo, 2011).

  5. Macam-macam bentuk LKS Setiap LKS disusun dengan materi-materi dan tugas-tugas tertentu yang dikemas sedemikian rupa untuk tujuan tertentu, karena adanya perbedaan maksud dan tujuan pengemasan materi dari masing-masing LKS tersebut, mengakibatkan terdapat berbagai macam bentuk. Menurut Prastowo (2011), menyebutkan terdapat lima macam bentuk LKS yang umum digunakan oleh siswa, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut : a. LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep.

  LKS ini memuat apa yang harus dilakukan siswa, meliputi melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, diperlukan merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan analisis kepada siswa untuk mengaitkan fenomena yang mereka amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam benak mereka.

  b. LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

  Pada sebuah pembelajaran, setelah siswa mendapatkan konsep, maka siswa kita latih untuk menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari- hari atau sebaliknya. Caranya, dengan memberikan tugas kepada siswa yaitu dengan meminta mereka untuk berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab dan siswa dilatih untuk menghargai pendapat orang lain, maka hal ini telah memberikan sebuah jalan bagi terimplementasinya nilai-nilai demokrasi dalam diri siswa.

  c. LKS sebagai penuntun jalan LKS bentuk ini berisi pertanyaan atau irisan yang jawabannya ada didalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut, jika mereka membaca buku, sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat dalam buku.

  LKS ini juga sesuai untuk keperluan remidisasi.

  d. LKS yang berfungsi sebagai penguatan LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini lebih mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang terdapat di dalam buku pelajaran. Selain sebagai pelajaran pokok, LKS ini juga cocok untuk pengayaan. e. LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri, kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum kedalam kumpulan LKS.

  Dengan demikian, dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum merupakan salah satu isi dari LKS.

  Sesuai dengan latar belakang di atas, dimana pengembangan LKS ini untuk menerapkan konsep-konsep matematika yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-hari, yang ditekankan pada karakter Islam. Maka diambillah LKS pada jenis yang b yaitu LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.

C. Pendidikan Karakter

  Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (2007: 521), karakter merupakan tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Oleh karena itu karakter adalah nilai-nilai yang unik yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.

  Menurut Scerenko, mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Karakter sebagai suatu kombinasi kualitas atau ciri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi dari atribut, ciri-ciri atau kemampuan seseorang (Samani, 2011).

  Karakter dipengaruhi hereditas, dimana perilaku seseorang anak sering kali tidak jauh dari perilaku ayah atau ibunya. Pada bahasa Jawa dikenal dalam istilah “Kacang ora ninggal lanjaran” (pohon kacang panjang tidak pernah meninggalkan kayu atau bambu tempatnya melilit dan menjalar). Kecuali itu lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam membentuk karakter (Samani, 2011).

  Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut di atas, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karakter, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas (warisan) maupun pengaruh lingkungan, yang membedakan dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

  Pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembangan etik siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai-nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, keadilan (fairness), keuletan, dan ketabahan (fortitude) (Samani, 2011).

  Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya. Definisi lainnya dikemukaan oleh Fakry Gaffar, dimana pendidikan karakter merupakan sebuah proses transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu (Kesuma, 2012).

  Menurut Anne, pendidikan karakter sebagai setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama dengan lembaga masayarakat lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan mempengaruhi secara eksplisit (jelas) nilai-nilai kepercayaan non-relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut (Samani, 2011).

  Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada siswa untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikiran, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

D. Karakter Religius (Islam)

  Pada publikasi Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Karakter, menyatakan bahwa pendidikan karakter berfungsi: (1) mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural; (3) meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Dalam kaitan itu telah didefinisikan sejumlah nilai penbentuk karakter yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional tersebut adalah : (1) religius; (2) jujur; (3) toleransi; (4) disiplin; (5) kerja keras; (6) kreatif; (7) mandiri; (8) demokratis; (9) rasa ingin tahu; (10) semangat kebangsaan; (11) cinta tanah air; (12) menghargai prestasi; (13) bersahabat/komunikatif; (14) cinta damai; (15) gemar membaca; (16) peduli lingkungan; (17) peduli sosial; dan (18) tanggung jawab (Samani, 2012).

  Menurut Pusat kurikulum (Puskur) Kemendikbud, karakter religius merupakan suatu sikap dan prilaku dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain (Sahlan, 2012) . Jika berbicara tentang agama, masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Maka nilai- nilai pendidikan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. Di Indonesia, terdapat beberapa macam agama yang dianut oleh warga negaranya, diantaranya: Islam, Hindu, Budha, Kristen, dan Kong Hu Chu. Disetiap agama memiliki landasan karakter masing-masing. Disini, mengenai karakter religius pada 18 karakter bangsa akan dipersempit tentang pembahasannya, sehingga hanya akan membahas tentang karakter Islami saja. Karakter Islami ini didasarkan pada landasan kitab suci Al-Qur’an dan Hadis.

  Bermuatan karakter Islami adalah suatu sifat yang melekat pada diri seseorang yang menunjukan keislamannya yang mana akan terlihat dari cara berfikir, etika dan cara bertindaknya sesuai dengan aturan-aturan yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadis. Seseorang yang memiliki karakter islami akan menunjukan keteguhan hati terhadap keyakinannya, patuh terhadap segala sesuatu yang diperintahkan Allah dengan sepenuh hati dan hanya menginginkan ridho-Nya.

  Ajaran agama yang diambil dalam pengembangan LKS ini adalah ajaran agama Islam. Dalam agama Islam yang menjadi pedoman untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat adalah kitab suci Al-Qur’an dan Hadis. Menurut Samani dan Hariyanto (2012), ada beberapa landasan karakter Islam yang harus dimiliki oleh seorang muslim menurut Al-Qur’an dan Hadis antara lain : (1) menjaga harga diri; (2) rajin bekerja mencari rezeki; (3) bersilaturahmi dan menyambung komunikasi; (4) berkomunikasi dengan menebar salam; (5) jujur, tidak curang, menepati janji, dan amanah; (6) berbuat adil, tolong menolong, saling mengasihi, dan saling menyayangi; (7) sabar dan optimis; (8) bekerja keras; (9) kasih sayang dan hormat pada orang tua; (10) pemaaf dan dermawan; (11) selalu bersyukur; (12) punya rasa malu dan iman; (13) berkata yang baik atau diam; (14) konsisten atau istiqomah; (15) teguh hati dan tidak berputus asa; (16) berbudi pekerti (akhlak) luhur; (17) berbuat baik dalam segala hal; (18) haus mencari ilmu; (19) berlaku hemat; dan (20) bertanggung jawab.

  Jadi, dapat disimpulkan bahwa berkarakter Islam adalah berisi nilai-nilai atau karakter yang harus dimiliki seorang muslim menurut Al-Qur’an dan Hadis. Pada LKS Bermuatan karakter Islam ini dibatasi dalam penggunaan landasan karakter Islam. LKS ini hanya menggunakan beberapa landasan karakter Islam, diantaranya : (a) sabar dan optimis; (b) dermawan; dan (c) kasih sayang dan hormat pada orangtua.

  Hal ini dikarenakan landasan-landasan yang lain sudah terangkum di dalam 17 karakter bangsa yang lain, serta mengambil karakter Islam yang berkaitan dengan materi. Contoh hubungan antara landasan karakter Islam dalam matematika pada materi himpunan, diantaranya:

  1. Sabar dan optimis Al-Qur’an:

  “Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan orang yang berbuat kebaikan”(QS Hud: 115).

  Al-Hadist:

  “Sesungguhnya pertolongan itu datangnya bersama kesabaran, kesenangan bersama kesusahan, dan sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan” (HR Muttafaq’alaihi).

  Contoh: Amran adalah seorang anak yang rajin mengaji, sekarang dia mempunyai tugas oleh guru mengajinya untuk menghafal surat Al-Aadiyaat, Al-Ikhlas, Al-

  Falaq, An-Nas, Al-Mulk, Al-Kafirun, dan Al-Kautsar yang semuanya berada di dalam Al-Qur’an dan akan dinilai pada pertemuan selanjutnya. Setiap selesai sholat dengan rasa sabar dan optimis Amran berlatih untuk menghafal surat-surat tersebut. Alhamdulillah pada pertemuan selanjutnya, Amran berhasil menghafal semua surat yang ditugaskan oleh guru mengajinya.

  Kutipan di atas menyatakan surat-surat yang di hafal oleh Amran merupakan suatu himpunan yaitu himpunan surat-surat hafalan Amran. Kita misalkan himpunan surat-surat hafalan Amran adalah himpunan A, maka A = {Al- Aadiyaat, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Mulk, Al-Kafirun, Al-Kautsar }, maka semesta pembicaraan dari himpunan A adalah himpunan surat-surat Al- Qur’an atau dapat dinotasikan S = {himpunan surat-surat Al-Qur’an}.

  2. Dermawan Al-Hadist:

  “Bersedekah tidak mengusik harta kecuali bertambah, bersedekahlah kamu, pasti Allah akan mengasihi kamu” (HR Ibnu Abbidun-ya).

  Contoh:

  Seorang dermawan bernama Pak Amin selalu konsisten dalam bersedekah. Pak Amin merupaka seorang apoteker dan memiliki jiwa solidaritas yang tinggi. Contohnya pada saat Tsunami di Aceh, beliau menyumbangkan bermacam obat – obatan untuk P3K, diantaranya pembalut luka, antiseptic, parasetamol,dan minyak kayu putih.

  Kutipan di atas menyatakan obat – obatan untuk P3K merupakan suatu himpunan yaitu himpunan obat – obatan untuk P3K, dimana anggotanya adalah pembalut luka, antiseptic, parasetamol,dan minyak kayu putih.Kita misalkan himpunan himpunan obat – obatan untuk P3K adalah himpunan B, maka B = { pembalut luka, antiseptic, parasetamol, minyak kayu putih }.

  3. Kasih sayang dan hormat pada orangtua Al-Qur’an:

  “Dan Kami wasiatkan kepada manusia untuk berbuat baik kepada orangtuanya”(QS Al-Ankabut: 8).

  Contoh: Andi adalah seorang remaja yang masih duduk di bangku sekolah dan dia hidup bersama ibu tercintanya. Setelah pulang sekolah dia bekerja di tempat foto copy milik pamannya, karena dia ingin membelikan ibunya sebuah sepeda agar tidak berjalan kaki lagi ketika berjualan dan sekaligus membantu perekonomian keluarga.

  Uang hasil pekerjaannya sebagian dia simpan di dalam celengan bambu miliknya dan sebagian lainnya diberikan kepada sang ibu. Pada celengan bambu milik Andi terdapat beberapa macam nominal uang yang terdiri dari pecahan uang kertas: Rp 1.000,- sebanyak 5 lembar Rp 2.000,- sebanyak 10 lembar Rp 5.000,- sebanyak 4 lembar Rp 10.000,- sebanyak 3 lembar Rp 20.000,- sebanyak 5 lembar Rp 50.000,- sebanyak 4 lembar Rp 100.000,- sebanyak 3 lembar

  Alhamdulillah setelah 3 bulan menabung sudah tekumpul uang sebanyak Rp 675.000,- dan Andi pun sudah bisa membelikan ibunya sepeda guna membantu ibunya berjualan. Sang ibu pun terkejut ketika dibelikan sepeda oleh anaknya dan menangis sekaligus bahagia melihat anaknya yang bekerja keras guna meringankan pekerjaan sang ibu.

  Dari kutipan di atas, terdapat beberapa macam pecahan uang kertas yang ditabung Andi di dalam celengan bambu miliknya merupakan suatu himpunan yaitu himpunan pecahan uang kertas, dimana anggotanya adalah Rp1.000, Rp 2.000,- , Rp 5.000,-, Rp 10.000,- , Rp 20.000,-, Rp 50.000,- , dan Rp 100.000,. Kita misalkan himpunan pecahan uang kertas adalah himpunan C, maka C = { Rp1.000, Rp 2.000,- , Rp 5.000,-, Rp 10.000,- , Rp 20.000,-, Rp 50.000,- , Rp 100.000,- }, sehingga banyaknya anggota himpunan C adalah 7 anggota atau dapat dinotasikan n(C) = 7.

E. LKS dengan Bermuatan Karakter Islami

  LKS yang disusun dalam penelitian ini adalah LKS dengan pendekatan karakter Islam. Dalam penulisan LKS mengandung nilai-nilai Islam yang dikaitkan dengan kehidupan nyata. Sebelum menyusun LKS hal pertama yang dilakukan adalah identifikasi terhadap kompetensi dasar dan indikator-indikator yang akan diajarkan yang terdapat dalam silabus. Penyusunan LKS dengan karakter Islami secara umum sama dengan penyusunan LKS yang lain. Namun, ada sedikit perbedaannya yaitu materi yang diajarkan berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari yang dikaitkan dengan nilai-nilai Islam. Ada beberapa materi yang tidak dapat dikarakter Islamkan, karena sub materinya yang tidak dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan rasa hormat dan kasih sayang kepada otang tua, sabar dan optimis, serta dermawan disisipkan pada materi himpunan. Ditambahkan pula pengetahuan – pengetahuan tentang Islam yang diajarkan di dalam pendidikan agama Islam.

F. Model Pengembangan LKS

  Model pengembangan LKS pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan perangkat yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel ( Trianto, 2010), yaitu model 4-D. Model ini terdiri dari empat tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop dan Deseminate. Namun demikian pengembangan LKS pembelajaran dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap

  Develop . Sebab dalam penelitian ini tidak bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas kegiatan pembelajaran dengan LKS pembelajaran yang dikembangkan.

  Diagram 2.1 Model pengembangan perangkat pembelajaran 4-D Thiagarajan, Semmel, dan Semmel, 1974 (Trianto, 2010).

  Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut:

  1. Tahap Pendefinisian (Define) Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Tahap ini meliputi lima langkah pokok, yaitu (1) analisis awal- akhir, (2) analisis siswa, (3) analisis tugas, (4) analisis konsep, dan (5) perumusan tujuan pembelajaran.

  a. Analisis awal-akhir Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Dalam melakukan analisis awal-akhir perlu mempertimbangkan beberapa hal sebagai alternative pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan, dan tuntutan masa depan.

  Analisis awal-akhir diawali dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang tercantum dalam kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang diketahui siswa dengan apa yang seharusnya akan dicapai siswa memerlukan telaah kebutuhan akan materi sebagai penutup kesenjangan tersebut.

  b. Analisis siswa Tujuan analisis siswa adalah menelaah karakteristik siswa yang sesuai dengan rancang materi pelajaran. Karakteristik ini meliputi kemampun dan latar belakang pengalaman, pemilihan media, pemilihan format, bahasa yang digunakan dan perkembangan kognitif siswa.

  c. Analisis tugas Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam suatu pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk mencari isi materi ajar dalam bentuk garis besar. d. Analisis konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan meyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan dikembangkan berdasarkan analisis awal-akhir.

  e. Perumusan tujuan pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran ditunjukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan-tujuan khusus yang dinyatakan secara spesifik dan operasional sehingga dapat diamati dan diukur. Hal ini dimaksudkan agar hasil pengembangan desain dapat dikontrol keberhasilannya. Perincian tujuan pembelajaran khusus tersebut merupakan acuan dalam merancang/ menyusun tes dan rancangan peragkat pembelajaran sesuai dengan topik yang dipilih.

  2. Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah (a) penyusunan tes/ soal (b) pemilihan media, (c) pemilihan format, (d) desain awal/ rancangan awal. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.

  a. Penyusunan tes Dalam penyusunan tes diperhatikan dalam hal menyusun soal-soal dalam

  LKS, karena penyusunan soal-soal dalam LKS merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Soal disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran atau indikator. Soal-soal dalam LKS harus mengacu pada indikator sehingga soal tersebut mengukur apa yang diukur.

  b. Pemilihan media Kegiatan pemilihan media ini dilakukan untuk menentukan media yang tepat bagi materi pembelajan yang akan disajikan. Proses pemilihan media disesuaikan dengan analisis tugas, analisis konsep, dan karakter siswa.

  c. Pemilihan format Pemilihan format dalam hal ini mencakup format mendesainisi, pemilihan strategi, dan sumber belajar. Dalam pemilihan format ini misalnya dapat dapat dilakukan format-format perangkat yang sudah ada.

  d. Rancangan awal Rancangan awal suatu pengembangan perancangan pengembangan bahan ajardan penyusunan pengembangan bahan ajar. Rancangan awal yang yang disebut adalah LKS matematika yang telah dikembangkan disebut dengan Draft I.

  3. Tahap Pengembangan (Develop) Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan LKS matematika yang sudah direvisi dan divalidasi berdasarkan masukan dari para validator. Kegiatan- kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

  a. Validitas LKS matematika Dalam kegiatan validitas LKS matematika dilakukan langkah-langkah: i. Meminta pertimbangan para validator tentang kelayakan Draft I LKS matematika yang telah disusun. ii. Melakukan analisis terhadap hasil validasi. Dari hasil analsis dapat diketahui apakah Draft I LKS matematika perlu direvisi atau tidak.

  b. Uji pengembangan/ uji coba Apabila hasil analisis validasi para validator terhadap Draft I didapat hasil sangat valid atau valid sehingga tidak perlu diadakan revisi, maka dilanjutkan dengan uji coba Draft II. Namun apabila hasil analisis validasi para validator terhadap Draft I tidak memenuhi kriteria sangat valid atau valid maka harus diadakan revisi, sehingga mendapatkan Draft II. Artinya sudah didapat LKS matematika yang sudah layak untuk diujicobakan. Di dalam tahap uji coba draft II, setelah dilakukan tahap uji coba kemudian akan dianalisis apakah menghasilkan kriteria respon sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, atau tidak baik menurut penilaian dari para responden.

  4. Tahap Penyebaran (Desseminate) Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM. Namun dalam penelitian ini hanya sampai pada tahap pengembangan (develop) saja. Karena penelitian ini tidak menguji efektivitas perangkat pembelajaran, tetapi hanya untuk mengetahui bagaimana hasil validasi terhadap pengembangan LKS berdasarkan masukan para validator, serta untuk mengetahui bagaimana respon guru terhadap bahan ajar yang dikembangkan.

G. Pokok Bahasan Himpunan

  Himpunan merupakan salah satu pokok bahasan matematika di Sekolah Menengah Pertama. Materi ini diajarkan di kelas VII SMP Semester 2. Pada pengembangan ini akan diambil materi himpunan mengenai: Standar Kompetens :Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan masalah.

  Kompetensi Dasar : Memahami pengertian dan notasi himpunan serta penyajiannya Indikator :

  1. Menyatakan masalah sehari-hari dalam bentuk himpunan dan mendata anggotanya.

  2. Menyatakan suatu himpunan.

  3. Menyebutkan anggota dan bukan anggota, serta banyaknya anggota suatu himpunan.

  4. Mengenal himpunan berhingga dan himpunan tak berhingga

  5. Menjelaskan himpunan kosong dan himpunan nol, serta notasinya.

  6. Mengenal pengertian himpunan semesta, serta menyebutkan anggotanya.