PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF CHARACTER WORKSHEET
SCIENTIFIC APPROACH BASED OF NATURAL
SCIENCE STUDY AT SEVENTH
GRADE OF JUNIOR HIGH
SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG.
By
Ardiyanti
This research is aimed to (1) analyze the potential and condition in natural
Scicent workesheetto development, (2) describe the process of natural
Scicent development (3) produce natural Scicent scientific worksheet (4)
analize the effectiveness, (5) analize efficient (6) the ateractive natural
worksheet ussage. This research used reached and deplopment design, which is
done at junior high school in Bandar lampung. In collecting data,
research used the test and quisionneries. The data was analayzed by usingttes descriptive. Conclusions of research are: (1) Junior High School in Bandar
Lampung have potency to develop worksheet, (2) proses of worksheet
development which is done through the oretical and empirical, it was
validate by material experts, media experts and desaign which is tested
individually, small group, and large group, (3) it is produced natural sicence
worksheet as a complement, (4) the worksheet with the average of effective
workshet is 0,81 (5) the efficiency of the worksheet is 1,5 (6) the percentage

average of attractive worksheet is 80%.
Key word : Science, Character, Natural Science

ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER
BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

Oleh
Ardiyanti
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk

(1) menganalisis potensi dan kondisi

pengembangan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA,
(3) menghasilkan LKS IPA,
(4) menganalisis efektifitas, (5)
menganalisis


efisiensi, dan (6) kemenarikan pengunaan LKS IPA. Penelitian menggunakan
desain penelitian dan pengembangan, penelitian dilakukan di SMP Negeri di
Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket, data dianalisis
secara deskriptif serta uji-t. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP Negeri di

Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum KTSP berpotensi untuk
pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi
teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, media, dan desain yang
kemudian diuji secara perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, (3) dihasilkan
LKS IPA sebagai komplemen, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,81 (5)

efisiensi LKS dengan nilai 1,5 (6) LKS menarik untuk digunakan
dengan rata-rata persentase 80%.
Kata kunci : LKS, Karakter, Mata Pelajaran IPA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN

KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG


Oleh
ARDIYANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN


KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG

Tesis

Oleh
ARDIYANTI

PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman


2.1

Model proses kontrol pemrosesan informasi ...

2.2

Diagram Kerangka Berpikir ...

3.1

Modifikasi Model Pengembangan Borg and Gall ...

3.2

Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA
Bermuatan karakter ...

3.3

81


Desain Eksperimen One-Group Pretest -Posttest Design ...

4.1

Tampilan LKS Sebelum Direvisi ...

4.2

Tampilan LKS Setelah Direvisi ...

4.3

Grafik Nilai Pretest dan Postest ...

4.4

Grafik efektifitas uji perorangan

4.5


Grafik aspek karakter siswa ...

4.6

Grafik perbandingan pretes dan pontes ...

4.7

Grafik efektifitas kelompok kecil ...

4.8

Grafik aspek karakter siswa ...

4.9

Grafik nilai pretes dan postes uji lapangan ...

4.10


Grafik efektifitas uji lapangan ...

4.11

Grafik aspek karakter siswa ...

4.12

Grafik efesiensi uji kelompok kecil ...

4.13

Grafik efesiensi uji lapangan ...

4.14

Grafik uji kemenarikan ...

4.15


Grafik kemenarikan uji kelompok kecil ...

4.16

Grafik kemenarikan uji lapangan ...

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ... .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ... ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ... .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah ...


1.2

Identifikasi Masalah ...

10

1.3

Batasan Masalah ...

11

1.4

Rumusan Masalah ...

12

1.5


Tujuan Penelitian ...

13

1.6

Manfaat Penelitian ...

13

1.6.1 Teoritis ...

13

1.6.2 Praktis ...

14

Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ...

15

1.7

1

1.7.1 Produk Utama
1.7.2 Produk Pendukung ...

16

BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1

Teori Belajar dan Pembelajaran ...

17

2.1.1 Belajar Mandiri ...

25

2.1.2 Teori Pembelaj aran ...

27

2.1.3 Teori Pengembangan Piaget ...

29

2.1.4 Teori Pembelajaran Pemerosesan Informasi Gagne ...

30

2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis ...

33

2.1.6 Teori Belajar Behaviorisme

3

Pendidikan Bermuatan Karakter ...

35

2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ...

38

2.2.2 Penilaian Pendidikan Karakter ...

40

Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum KTSP ...

41

2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA ...

42

2.3.2 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran ...

45

2.4

Desain Sistem Pembelajaran ...

46

2.5

Lembar Kerja Siswa ...

56

2.5.1 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ...

57

2.5.2 Pengembangan LKS ...

61

2.5.3 Macam-macam bentuk LKS ...

62

2.6

Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ...

65

2.7

Keterampilan Proses Sains ...

67

2.8

Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ...

71

2.8.1 Pencemaran Udara ...

71

2.8.2 Pencemaran Air ...

72

2.8.3 Pencemaran Tanah ...

73

Penelitian Relevan ...

73

2.10 Kerangka Berpikir ...

75

2.11 Hipotesis ...

78

2.2

2.3

2.9

BAB III METODE PENELITIAN
3.1

Desain Penelitian ...

79

3.2

Tempat danWaktu Penelitian ...

80

3.3

Langkah-langkah Pengembangan ...

80

3.3.1 Studi Pendahuluan ...

82

3.3.2 Perencanaan ...

83

3.3.3 Pengembangan Produk Awal ...

83

3.3.4 Uj i Coba Terbatas Kelas ...

84

3.3.5 Revisi ...

85

3.3.6 Uji Lapangan ...

85

3.3.7 Produk Utama ...

87

xii

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi
Operasional...
3.4.1 Variabel Penelitian ...
3.4.2 Definisi Konseptual ...
3.4.3 Definisi Operasional ...
3.5

Instrumen Penelitian ...
3.5.1 Instrumen untuk Uji Ahli Materi ...
3.5.2 Instrumen untuk Uji Ahli Media ...

3.5.3 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil,
dan Uji Lapangan
3.6

Validitas dan Reliabilitas ...
3.6.1 Validitas Instrumen ...
3.6.2 Reliabilitas Instrumen ...

3.7

Teknik Pengumpulan Data ...

3.8

Teknik Analisis Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Hasil Penelitian ...

...

4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan LKS
105
4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...
4.1.3 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum ...
4.1.4 Efisiensi Penggunaan LKS ...
4.1.5 Kemenarikan LKS Panduan Praktikum ...
4.1.6 Penyempurnaan Produk Utama ...

4.2

Pembahasan

4.2.1 Efektivitas Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 13 8

4.2.2 Efisiensi Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 141
4.2.3 Kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter ...
4.2.4 Kelebihan Produk Hasil Pengembangan ...
4.2.5 Keterbatasan Penelitian ...

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1

Simpulan ...

5.2

Implikasi ...

5.3

Saran ...

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

Halaman

1.

Observasi Sarana dan Prasarana ...

156

2.

Lembar Observasi Hasil Uji Blok Siswa Kelas VII SMP Negeri 8
Bandar Lampung ...

157

Analisis Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan di
SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...

158

Analisis Aspek Karakter siswa (sikap/afektif) Kelas VII di SMP
Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...

164

3.
4.

5.

Instrumen Uji Penilaian Karakter Siswa Terhadap Pengembangan

LKS IPA ...

170

6.

Angket Analisis Kebutuhan Siswa ...

172

7.

Angket Analisis Kebutuhan Guru ...

173

8.

Format LKS Sebelum Dikembangkan ...

174

9.

Instrument Uji Ahli Desaign Pembelajaran ...

175

10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Pengembangan LKS..

176

11. Instrumen Uji Ahli Materi ...

177

12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Pengembangan LKS ...

178

13. Instrumen Uji Ahli media ...

179

14. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan Pengembangan LKS ...

180

15. Instrumen Uji kemenarikan ...

181

16. Silabus Pembelajaran ...

183

17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

189

18. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ...

212

19. Soal Pretest dan Posttest ...

215

20. Rubrikasi Penilaian Pretest dan Posttest ...

218

21. Uji Normalitas ...
22. Data Penelitian Uji Gain
23. Data Penelitian Uji Kemenarikan
24. Data Penelitian Uji Karakter ...

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

8

1.1

Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 ...

2.1

Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ...

2.2

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 39

3.1

Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ...

3.2

Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 94

3.3

Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran udara ... 95

3.4

Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran Air ...

3.5

Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran tanah...

97

3.6

Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ...

98

3.7

Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ...

3.8

Kategori penilaian aspek afektif ...

103

3.9

Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ...

103

3.10

23

93

96

102

Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan
LKS panduan praktikum IPA ...

104

4.1

Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana ...

106

4.2

Rata-rata uji blok semester genap tahun pelajaran 2013-2014 ...

109

4.3

Draft Produk Awal Pengembangan Panduan Praktikum LKS Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan ...

116

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar
magister pendidikan pada program studi pascasarjana teknologi pendidikan

Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan dukungan, bantuan, dan doa dari
orangtua, suami, para sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini , penulis
mengfucapkan terimakasih dengan tulus dan penuh hormat kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriandi Mat Akin, M.p., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Prof. Dr. sujarwo, M.p., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Selaku Dekan Universitas Lampung.
4. Dr. Riswantini Rini, M.,Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Dr. Herpratiwi, M.,Pd Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjna
Universitas Lampung.
6. Dr. Yulianti M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini
7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis
ini.
8. Bapak dan ibu staf administrasi Program Pasca Sarjana Tekonologi
Pendidikan Fakultas Kegurun Dn Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
9. Dr. adelina hasyim, M.Pd, dr. Sulton Djasmi, M.pd, Median agus pribadi,
S.Pd, M,Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis
ini.
10. Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 19 Bandar
Lampung, Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
11. Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung, SMP Negeri 19
Bandar Lampung, SMP Negeri 22 Bandar Lampung.

12. Teman-teman Pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakulktas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan
2013.
13. Rekan –rekan Mitra bentala yang telah mendukung dan member motifasi.
14. Semua pihak yang tealh medukukung, membantu, dan mendoakan.

Penulis mendoakan srmoga ALLAH SWT membalas budi baik semua belah
pihak diats, dan semodga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bandar lampung , desember 2015
Penulis,

Ardiyanti

MOTO

"Seseorang yang memakai mahkota maka is harus
menaggung beratnya"
(Ardiyanti)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Alloh SWT danjunjungan ku Nabi Muhammad SA W. Karya ini
kupersembahkan untuk :
1. Suami Ku Fredy Agusta, yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,
membantu dalam segala hal Berta memberikan
kasih sayang yang teramat
besar yang tak mungkin penulis balas dengan apapun.
2. Ayah dan Ibu ku yang selalu mendoakan, mengasihi, mendukung,
menyemangati, memotivasi, dalam segala hal untuk
keberhasilanku sehingga
aku dapat sukses dan dapat mengapai kebahagian di
dunia dan akhirat kelak.
3. Adik ku Dwi Ramadina dan Agum Muhammad Iqbal yang selalu memberi
semangat dukungan dan keceriannya.
4. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 april
1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Rahmat Anum dan Ibu Syamsil Nihar

Suryati, S. Pd.
Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-azhar pada
tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 2 Rawa
Laut Bandar Lampung tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 25 Gotong Royong Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Unila Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Penulis memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis
melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa

ini

banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas

pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan

tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, sepefii perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan

besar tertentu, gejala tersebut
meresahkan. Oleh karena

di kota-kota

telah sampai pada taraf yang

sangat

itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah

resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.

pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
siswa meliputi kemampuan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindak

untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter seperli jujur,
tanggung jawab, berperilaku santun, dan kerja sama perlu dikembangkan agar

pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi'

2

Pendidikan karakter juga sangat perlu dalam proses belajar mengajar karena
menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada

pasal

3, yang

menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter sefta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa'
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha

Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab'

jenjang
Berdasarkan fungsi dan tujuan nasional di atas pendidikan disetiap
sekolah mencagkup semua aspek yang ada dalam

uU yaitu

bukan hanya

saja
mengembangkan kemampuan kognitif atau mencerdaskan kehidupan

siswa
melainkan juga pada pengembangan karakter siswa. Adanya karakter

yang kurang baik yang sering ditemui seperti manipulasi data

saat

rasa
melaksanakan praktikum, tidak peduli terhadap ligkungan, kurangnya

tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hotmat tehadap
guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan

nasional. oleh karena itu perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran

di sekolah

tidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar
membentuk siswa yang mempunyai karakter. Siswa juga perlu menggunakan
media seperti Lembar Kerja.

3

Dari obserrrasi dilapangan sebagian siswa belum meliliki nilai karakter. Hal
tersebut terlihat dari perilaku siswa

di sekolah yang sangat memprihatinkan

seperti kejahatan terhadap teman, pencurian remqa, kebiasaan mencontek,

dan penyalahgunaan obat-obatan, pomoglafi, perampasan, dan perusakan

milik orang lain.
menunjukan

Secara khusus, sikap siswa pada saat proses pembelajaran

nilai karakter siswa masih sangat rendah. Pada

saat

pembelajaran, terlihat bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang hal tersebut

terlihat dari siswa laki-laki senang bergurau dan kurang memperhatikan
penjelasan guru, serta siswa perempuan mengobrol dengan teman di
sebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Siswa

kurang disiplin hal ini telihat saat masuk jam pelajaran banyak siswa yang
masih bermain di luar kelas. Pada saat mengajukan pertanyaan kepada guru

sikap siswa cendrung kurang sopan, kurang disiplin, kurang percaya diri

untuk mengemukakan pendapatnya. Saat proses pembelajaran berlangsung
dengan mengunakan metode praktikum siswa masih belum mandiri, banyak

siswa masih saling mengandalkan tugas praktikumnya pada teman

satu

kelompok. Saat istirahat berlangsung masih terlihat siswa yang kurang peduli

terhadap lingkungan

hal

tersebut terlihat dari masih ada siswa yang

membuang sampah tidak pada tempatnya.

Data yang diperoleh pada observasi awal penilaian karakter siswa dengan

jumlah siswa sebanyak 162. Penilaian karakter siswa yang di nilai yaitu
relegius, jujur, toleransi, kerjasama, disiplin, komunikatif, kreatif, mandiri,
rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan. Hasil penilai karakter siswa selama

4

proses pembelajalan menunjukan 12 siswa dengan

mencapai 87.50% sedangkan

4

nilai karakter terlinggi

siswa dengan nilai terendah 60%. Nilai

karakter siswa yang masih tergolong rendah yaitu pada nilai karakter,
disiplin, kerjasama, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan

Hal ini menjadi sangat penting untuk lebih di perhatikan karena lembaga
pendidikan harus mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas serta memiliki

nilai karakter. Nilai karakter tersebut dapat di lakukan melalui

proses

pembelajaraar- ya}g ada di lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan

salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah hendaknya menjadi tempat

pesefia didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa'

Pembelaj aran

holistik

(holi

sti

c

Ie

ar

ning) adalah pendekatan

pembelaj aran

yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan

topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan.

Pengetahuan

yang
tersebut akan terbangun dengan baik ketika proses pembelajaran

dilakukan dengan benar'

proses
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru agar terjadi

belajar pada

diri siswa.

Pembelajaran mencakup bagaimafla aara-cara guru

pembelaj aran,
dalam mengorganisasikan isi pembelaj aran, menyampaikan isi

dan mengelola pembelajaran. Dilapangan masih terlihat dalam proses
penggunaan
pembelajaraan dikelas kemampuan guru dalam mengelola kelas,

5

perangkat pembelajaran, alat bantu pembelajaran, proses evaluasi masih
belum maksimal.

Depdiknas (2005: 12) menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkait dengan

proses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian,

dan

pengawasan. Perencanaan pembelalatan merupakan acuan dalam membuat
gkan
tar get penc ap aian keberhasilan pembelaj aran. D al am perencanaan dituan

kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan
ajar, dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi tersebut.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika terjadi interaksi yang tepat antara
guru, siswa, dan sumber belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar

tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan pemilihan sumber belaiar
yang tepat. Dalam memilih sumber belajar, guru tentu harus menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan.

Metode praktikum adalah suatu cara membelajarkan, dimana

siswa

melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode praktikum yang digunakan dalam
pembelajaran IPA merupakan salah satu aplikasi Permen No. 41 Thn.2007

tentang standar proses yang menjelaskan bahwa dalam

pelaksanaan

6

pembelajaran,

guru memfasilitasi siswa melakukan percobaan di

laboratorium, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.

Pada pembelajaran dengan metode praktikum, siswa

memperoleh

pengalaman belajar secara nyata, siswa dapat terlibat sebagai subjek dalam

proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep

IPA

yang

abstrak, siswa juga dapatmenampilkan hakekat ipa sebagai proses, sikap, dan

produk ilmiah. Selain itu, berdasarkan kerucut pengalaman Dale, dalam
Sanjaya (2009: 166) menjelaskan bahwa dengan memberikan pengalaman
secara langsung misalnya melalui praktikum, proses belajar yang terjadi akan

memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dan hasil yang lebih
bermakna bila dibandingkan hanya memberikan pengalamar. yang abstrak,

misalnya hanya melalui bahasa verbal dan tidak melibatkan siswa secara
langsung.

Berkaitan dengan praktikum, Tabatabai (2009: 1) mengemukakan bahwa
untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk praktik diperlukan
Lembar Kerja Siswa

(LKS). LKS

merupakan salah satu bahan aJat yang

dapat dijadikan sebagai suatu panduan yang dapat membantu siswa dalam

beberapa

hal

diantaranya penggunaan

alat dan bahan

praktikum,

pengumpulan data, analisis hasil praktikum, dan mengaitkan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan dengan konsep-konsep IPA.

7

Berdasarkan observasi pada pelaksanaan praktikum IPA kelas

Negeri Bandar Lampung, guru selama

ini

VII di SMP 8

menggunakan buku pedoman,

belum ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa. Buku
pedoman yang digunakan tersebut hanya berisi tujuan, alat dan bahan, cara
kerja, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan teori yang sangat singkat
berkaitan dengan materi praktikum.

Selain

di sMP Negeri 8 Bandar Lampung, juga

dilakukan observasi dan

wawancara terhadap pelaksanaan praktikum ipa di beberapa kelas

Negeri

di Bandar

VII

SMP

Lampung, diantaranya adalah SMP Negeri 19 Bandar

Lampung dan SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara
terhadap guru mata pelajaran IPA kelas

vII di SMP tersebut, diketahui bahwa

LKS
tidak ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum IPA siswa'

yang ada hanya berisi materi-materi IPA, tugas-tugas, dan evaluasi yang
wawancara
berkaitan dengan materi-materi pada semester tersebut. Hasil
membuat
menunjukkan bahwa keterbatasan penyajian panduan praktikum

siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan karena pemahaman

awal tidak dikonstruksi terlebih dahulu dan setelah praktikum tidak

ada

pertanyaan-pefianyaan atau tugas lanjutan yang dapat lebih memperdalam
pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah dipraktikkan'

Pada pelaksanaan Praktikum

IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung,

iuga tidak ada LKS

digunakan sebagai panduan praktikum, yang

Yang

praktikum
digunakan sebagai Panduan adalah lembar kegiatan atau aktivitas

8

dalam buku paket IPA pada semester tersebut. Setelah dilakukan kajian,
kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam beberapa buku paket
hanya terbatas pada penyajian alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan,

dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi praktikum. Hal
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal

ini

dapat

dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama satu semester.

Dasar
Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

(KD) mata pelajaran IPA SMP kelas

vII

dapat

dilihat bahwa rata-rata hasil

uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

sebesar

71. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014

Nilai Rata-Rata Uji Blok
Materi Pokok

No.
1

2
a

J

4
5

Orsanisasai kehiduPan
Ekosistem
Keanekaragaman
mahluk hidup
Kepadatan populasi
manusia
Pencemaran dan
kerusakan lingkungan

Tahun Pelaiaran 2013 12014
Kelas VII B
Kelas VII A
67,16
63,45
66,75
64,50
63,20
64,77

Rata-Rata
65,31

65,67
63,98

65,22

69,15

67,37

63,25

63,55

63,40

iswa kelas

VII SMPN 8 Bandar lampung

Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa hasil

uji blok terendah terdapat

pada materi pencemaran dan keruskan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis

uji blok, terlihat bahwa niiai rata-rata terendah terdapat
karena

itu, KD 7.4 merupakan KD yang paling

pada

KD 7.4 Oleh

memungkinkan untuk

9

pengembangan LKS. Lebih lanjut, pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa hanya

4l,36yo darr 162 siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM padaKD 7.4
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika persentase ini
dikonversi ke dalam bentuk numerik, hanya terdapat 62 siswa yang mencapai

KKM.

Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemaharnat konsep

siswa terhadap materi pada
digunakan selama

KD 7.4 tidak optimal. Penyajian LKS

yang

ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

juga
siswa. Selain hasil belaj ar yarrg cenderung rendah, keadaan tersebut
dan
menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif

efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan
ulang materi tersebut.

Rendahnya hasil belajar siswa sebagai akibat

dari pengetahuan dan

pemahaman konsep siswa terhadap KD 7.4 yang disajikan melalui praktikum

tidak dapat berkembang secala optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar

yang selama

ini

digunakan sebagai LKS menjadi salah satu penyebab

masalah tersebut.

Berdasarkan pemaparan

di

atas, maka diperlukan LKS bermuatan karakter

dengan berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk

melakukan praktikum yang memasukan nilai-nilai karakter pada siswa
dengan menggunakan metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan

yang dapat mengkonstruksi pemahaman siswa tentang pencemaran

dan

10

kerusakan lingkungan sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat
materi dengan mudah dan memiliki nilai karater.

Pemahaman untuk belajar mengenai materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktek untuk
menambah dan memperkuat pemahaman konsep yang

dimiliki

siswa

terutama materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Maka, pendidik
harus tepat menggunakan model pembelajaral agff sesuai dengan kegiatan
praktikum.

pencemaran
Adanya LKS sebagai panduan praktikum IPA siswa pada materi

dan kerusakan lingkungan membuat bahan ajar menjadi semakin

kaya,

ini
menarik, dan efektif dalam pembelajaran. Selain itu, keberadaan LKS

juga menjadi sangat bermanfaat dalam mengaitkan teori atau konsep materi
yang
pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan percobaan langsung
materi
dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa terhadap

lebih mendalam dan tertanam tebih \ama sehingga berdampak

pada

peningkatan hasil belajar siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan

latar belakang masalah, maka

diidentifikasikan sebagai berikut:
1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria'

masalahnya

dapat

11

2. Buku pedoman atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam
buku paket digunakan sebagai panduan praktikum LKS IPA siswa.

3. Penyajian

LKS yang biasa digunakan dapat

terc ap ainy a tuj uan mata p elai uan IP

A

sec

mengakibatkan tidak

ara m ak s im al.

4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit
mengaitkan antara teori dengan percobaan.

5.

Alat dan bahan praktikum yang dimiliki sekolah terkadang tidak
mendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket

6. Belum ada LKS yang bermuatan karakter serta dapat membimbing siswa

untuk bersikap ilmiah dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadap
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

7. Siswa yang hasil belalamyamencapai KKM

pada

KD 7.4hanya4l,36o

.

1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian
pengembangan ini adalah

1. Adanya kesempatan dan potensi pengembangan LKS IPA bermuatan
karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'

2. Pengembangan

pertanyaan

-pertanyaan terstruktur

yang

bersifat

konstruktivis di dalam LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan.

3. Hasil pengembangan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan
kerusakan lingkungan.

12

4. Uji efektivitas pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran

dan

kerusakan lingkungan.

5. Uji efisiensi pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran

dan

kerusakan lingkungan.

6. Uji kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran

dan

kerusakan lingkungan.

1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian
pengembangan

ini adalah

1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan

LKS IPA

bermuatan

karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan?

2. Bagaimana proses pengembangan LKS IPA

bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan?

3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?

4. Bagaimana efisiensi

penggunaan LKS

IPA bermuatan karakter

materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan?

5. Bagaimana kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi
dan kerusakan lingkungan?

pencemaran

13

1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini
adalah

1. Menganalisi kondisi dan potensi untuk pengembangan

LKS

IPA

bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

2. Mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'

3. Menganalisis efektivitas

penggunaan

LKS IPA bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan'

4. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'

5. Menganalisis kemenarikan

LKS IPA

bermuatan karakter materi

pencemaran dan kerusakan lingkungan'

1.6 Manfaat Penelitian
ini
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan
adalah

1.6.1 Teoritis

1.

Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi
pendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA bermuatan karakter

yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi
cetak.

2.

Menjadi sumbangan pengetahuan pada desain bahan ajar'

l4

1.6.2 Praktis

1. Produk hasil penelitian yang dikembangkan, yaitu LKS

IPA

bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan lingkungan,
dapat menjadi salah satu bahan aiat yang menarik dan bermanfaat

dalam mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan
langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat

danpembelajaranmenjadisemakinefektifdanefisien.

2.

LKS IPA bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan
lingkungan yang dikembangkan memuat pefianyaan-pefianyaan
yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur

yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa
selama melakukan Praktikum.

3. LKS IPA bermuatan karakter

materi pencemaran dan kerusakan

lingkungan yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan
ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran

materi pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui metode
praktikum.

4.

Meniadi dasar pertimbangan bagi guru untuk merancang

dan

mengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS

IPA bermuatan karakter pada materi-materi yang lain'

5.

Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
pengembangan selanj utnYa.

15

1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah

1.7.1 Produk Utama
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan

ini berupa LKS

bermuatan

karakter berbasis pendekatan ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas VII
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan spesifikasi sebagai
berikut:

1.

Judul LKS: Panduan Praktikum IPA bermuatan Karakter Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan SMP Kelas

2.

VII

Semester

II

Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kerlas 44;

3. Bahan ajar yang dikembangkan ini

mengacu pada

tahapan

pembelajaran kurikulum KTSP;

4.

Produk yang dikembangkan berupa LKS panduan praktikum yang
memiliki pemahaman pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan mencoba,

mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengafang) sesuai dengan

yang dipelajari

di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut

Pandang atau teori.

5.

Materi penoemaran dan kerusakan lingkungan terdapat padaKD 7.4

t6

6.

Bagian-bagian LKS terdiri dan:

a)

Cover

b)

Kata pengantar

c)

Petunjukpenggunaan

d)

Tujuan pembelajaran

e)

Daftar Isi

0

Teori Dasar

g)

Percobaan

h)

Daftar Pustaka

1,7.2 Produk Pendukung

Produk pendukung yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metode pembelajaran

praktikum dan diskusi.

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan ploses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar yang dilakukan akan
menghasilkan perubahan dalam dirinya. Banyak teori yang dikemukakan oleh
para ahli yang berusaha memberi penjelasan tentang belajar'

Anderson (2001: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai

hasil dari pengalaman. Sardiman (2004:21) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan

jiwa

taga, psiko-fisik untuk menuju

ke

perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur

cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan
pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok,

yaitu (1) adanya perubahan

tingkah laku; (2) perubahan yang relatif

permanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.

Berdasarkan definisi

di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku yang terjadi atau unjuk kerja melalui serangkaian
kegiatan mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif sebagai hasil dari

18

pengalaman belajarnya. Perubahan pada aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa

dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga
belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut

akan semakin bermakna

jika dalam praktikum dilengkapi

dengan LKS

panduan praktikum.

Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner dalam Sagala (2012: 36)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dari partisipasi

aktif siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belqar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang

intuitif.

Berdasarkan pendapat

Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa

untuk belajar salah satunya melalui praktikum

di

mana siswa

dapat

termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis

data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS panduan praktikum yang memiliki daya tarik,
selain penggunaan buku Paket.

proses
Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu

kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses

belajar terjadi karena adanya interaksi antata seseorang

dengan

t9

lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja.

Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar ditunjukkan dengan adanya

perubahan tingkah laku pada

diri orang tersebut yang disebabkan

oleh

perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Gagne

(1985: 13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang
kompleks, hasil belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseolang

memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Munculnya

kemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan
sefta proses kognitif yang ditakukan oleh peserta

didik.

Dengan demikian

belajar adalah seperangkat ploses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi
lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.
Piaget memberikan dua macam pengefiian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti

sempit dan (2) dalam arti

luas.

Ginsburg dan Opper (1998: 141)

mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan
adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai
yang
suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas

disebut juga perkembangan adalah belajar untuk memperoleh

dan

menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di
berbagai situasi.

Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar

kita dapat meningkatkan

kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap,

kebiasaan, pemahaman, dayapikir dan penyesuaian diri yang nantinya dapat

20

digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus
ditakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan

tingkah laku diartikan sebagai suatu perubahan sebagai akibat dari
pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah

laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.
Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai

berikut:

1.

Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh

itu

diperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan.

2.

Perubahan bersifat positif, dalam arli sesuai dengan yang diharapkan atau

kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari
segi pendidik.

3.

perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif
tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan
seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri

di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, siswa dikatakan belajar ketika

terjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada
ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi

juga belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar

2t

tesebut akan semakin bermakna

jika dalam praktikum dilengkapi

dengan

LKS.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner (1966: 36) mengemukakan
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui partisipasi aktif siswa

dalam ploses pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belajar. Menurutnya, pengalamanbelajar yang seperti itu dapat dicontohkan

oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif. Berdasarkan

pendapat

Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa

untuk belajar salah satunya menggunakan metode praktikum di mana siswa
dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi

pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis

data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS yang memiliki daya tarik, selain penggunaan
buku paket.

Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai
berikut:
1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran

yang disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang
menyajikan informasi

itu

dalam bentuk final, maupun dalam bentuk

belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan.

22

2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapat
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang

telah dimilikinya maka belajar jadi bermakna. Tetapi jika

siswa

menghafalkan informasi guru itu, tanpa menghubungkan pada konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.

Berdasarkan pengklasifikasian belajar menurut Ausubel tersebut, maka siswa

yang belajar melalui praktikum di laboratorium dan dilengkapi dengan LKS
dapat diklasifikasikan ke dalam belajar dimensi pertama dan kedua' Dalam

hal ini, siswa menerima materi pelajaran dalam bentuk belajar

penemuan

melalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat

mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah

dimiliki

sebelumnya

lalu

mengembangkannya sehingga diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.
Piaget dan Inheld er (1969:164) menjelaskan tentang penerapan model belajar

konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam
interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini,
siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta

mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga
menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan

23

kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak berinteraksi
dengan lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan Piaget dan Inhelder, pengetahuan diperoleh dari

tindakan dan ditentukan dari keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan

dan berinteraksi aktif dengan lingkungan belajarnya salah satunya dengan
belajar di laboratorium menggunakan metode praktikum. Melalui praktikum

yang dilengkapi dengan LKS, siswa secala aktif dapat

membangun

pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran berdasarkan realitas

atau kenyataan yang diperoleh langsung dari serangkaian percobaan dan
analisis yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahamal tersebut kemudian
dapatdisajikan baik secara tulisan maupun lisan'

Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan
pada
carapandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat

Tabel 2.1 caraPandang Belajar Menurut Piaget dan vygotsky

Konstruktivitas

Belajar

Piaget
Membangun siswa aktif
berdasarkan pengetahuan

sebelumnya melalui
kesempatan-kesemPatan dan
proses untuk menghubungkan
aoa y ang sudah diketahui.

Peran

guru

Fasilitator, pembimbing,
mendengarkan konseP, ide,
dan pemikiran siswa.

Vygotsky
Membangun pengetahuan
kolaboratif berdasarkan
lingkungan sosial dan nilai
terbentuk melalui
kesempatan-kesemPatan sosial.

Fasilitator, pembimbing, dan
turut membantu membangun
pengetahuan, mendengar
konsep-konsep siswa Yang
dibangun secara sosial.

24

Konstruktivitas
Psikolosi/ Individu
Peran
teman

Piaget
Tidak perlu tetapi dapat
menstimulasi pemikiran dan
menimbulkan
o

Peran
siswa

Sosial

Vvsotsky
Bagian penting dalam proses
pembentukan pengetahuan.

ertanyaan-pertanYaan.

Membangun secara aktif
(dengan otak), pemikir aktif,
pemberi keterangan,
penerjemah, penanya.

dengan diri
pemikir
lain,
dan
orang
sendiri
aktif, pemberi keterangan,
penerj emah, penafiy a, parlisiPasi
aktif sosial.

Aktif membangun

Sumber: Woolfolk (2003 : 342)

Berdasarkan Tabel2.1, siswa sebagai si belajar adalah pihak yang aktif dalam
membangun pengetahuan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Piaget

siswa membangun pengetahuan dengan otak dan pemikiran sendiri,
sedangkan menurut Vygotsky siswa membangun pengetahuan melalui
interaksi sosial. Siswa sebagai makhluk individu tentu memiliki pengetahuan

yang tersimpan

di

dalam otaknya. Melalui praktikum yang dilakukan

berkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna
terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi

suatu pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu
tersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun lagi bersama-sama
dengan siswa lain dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan
perlanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.

Belajar akan diperkuat jika siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan,
pengetahuan yang telah

dimiliki siswa dapat dikembangkan sehingga

siswa

akan semakin paham dan mengingat pengetahuan tersebut' Miarso

dan

25

Suyanto

(2}ll:

3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat jika siswa

ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri,

(2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam
berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antata sesuatu
dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai

kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal
yang bertentangan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penugasan yang dapat memperkuat

pengetahuan siswa. Penugasan-penugasan tersebut dapat disajikan dalam

LKS.

Pengetahuan yang sudah dibangun dan

dimiliki siswa

praktikum dapat dituangkan secara lisan melalui penugasan
pertanyaan -pertanyaan

melalui
berupa

atau langkah kerja yang perlu dilakukan siswa'

Dengan demikian, siswa dapat semakin memahami materi pelajaran, dan
mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yanglama'
2.1.1 Belajar

Mandiri

Belalar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri merupakan
kegiatan atas prakarsa sendiri dalam mengintemalisasi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, tanpa tergantung atau tanpa mendapat bimbingan langsung

dari orang lain (Permendiknas No. 22 Thn. 2006). Miarso (2007: 267)
mengemukakan bahwa belajar mandiri erat hubungannya dengan belajar

menyelidik, yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan
memperoleh dan menggunakan pengetahuan.

diri

dalam

Z6

Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut

for

Distance

Eclucation of Maryland (Iniversity dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan
strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu

1.

:

Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat

dalam satu waktu.

2.

Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rinci
sefia akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan,

bimbingan menj awab pefianyaan -pertany aan yang diaj ukan pembelaj ar,
dan mengevaluasi karya-karya pembelaj ar.

3.

Komunikasi diantara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai

melalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperli

telepon, voice-mail,konferensi melalui komputer, surat elektronik
ataupun surat menyurat secara reguler'

Miarso (2007: 267) mettyatakan paling sedikit ada dua hal yang dapat
melaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang

mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta

didik

dengan

bantuan pendidik yang minimal, dan 2) melibatkan peserta didik dalam
perencanaan dan pelaks anaan ke giatan'

Berdasarkan urain di atas belajar mandiri merupakan belajar terprogram atau
terencana secara matang. Pada prinsipnya belajar mandiri didasarkan pada

kebutuhan pembelajar yang harus dipenuhi dengan motivasi instrinsik pada

diri peserla didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode praktikum yang dilengkapi

27

dengan

LKS

sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajar

mandiri. Melalui praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untuk
memperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan

dari materi serta pertanyaan-perta ny aan yang terdap at pada LI(S. Guru hanya
sebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan,
sikap, dan keterampilannYa.

2.L.2 T eori pembelajaraan
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004:

3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional
akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa

yang mereka pelajari. Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional

(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran
dapat dikatakan sebagai proses interaksi antata siswa, guru, dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaranyang dirancang