PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
ABSTRACT
THE DEVELOPMENT OF CHARACTER WORKSHEET
SCIENTIFIC APPROACH BASED OF NATURAL
SCIENCE STUDY AT SEVENTH
GRADE OF JUNIOR HIGH
SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG.
By
Ardiyanti
This research is aimed to (1) analyze the potential and condition in natural
Scicent workesheetto development, (2) describe the process of natural
Scicent development (3) produce natural Scicent scientific worksheet (4)
analize the effectiveness, (5) analize efficient (6) the ateractive natural
worksheet ussage. This research used reached and deplopment design, which is
done at junior high school in Bandar lampung. In collecting data,
research used the test and quisionneries. The data was analayzed by usingttes descriptive. Conclusions of research are: (1) Junior High School in Bandar
Lampung have potency to develop worksheet, (2) proses of worksheet
development which is done through the oretical and empirical, it was
validate by material experts, media experts and desaign which is tested
individually, small group, and large group, (3) it is produced natural sicence
worksheet as a complement, (4) the worksheet with the average of effective
workshet is 0,81 (5) the efficiency of the worksheet is 1,5 (6) the percentage
average of attractive worksheet is 80%.
Key word : Science, Character, Natural Science
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER
BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Ardiyanti
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk
(1) menganalisis potensi dan kondisi
pengembangan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA,
(3) menghasilkan LKS IPA,
(4) menganalisis efektifitas, (5)
menganalisis
efisiensi, dan (6) kemenarikan pengunaan LKS IPA. Penelitian menggunakan
desain penelitian dan pengembangan, penelitian dilakukan di SMP Negeri di
Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket, data dianalisis
secara deskriptif serta uji-t. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP Negeri di
Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum KTSP berpotensi untuk
pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi
teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, media, dan desain yang
kemudian diuji secara perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, (3) dihasilkan
LKS IPA sebagai komplemen, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,81 (5)
efisiensi LKS dengan nilai 1,5 (6) LKS menarik untuk digunakan
dengan rata-rata persentase 80%.
Kata kunci : LKS, Karakter, Mata Pelajaran IPA
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN
KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ARDIYANTI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN
KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Tesis
Oleh
ARDIYANTI
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Model proses kontrol pemrosesan informasi ...
2.2
Diagram Kerangka Berpikir ...
3.1
Modifikasi Model Pengembangan Borg and Gall ...
3.2
Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA
Bermuatan karakter ...
3.3
81
Desain Eksperimen One-Group Pretest -Posttest Design ...
4.1
Tampilan LKS Sebelum Direvisi ...
4.2
Tampilan LKS Setelah Direvisi ...
4.3
Grafik Nilai Pretest dan Postest ...
4.4
Grafik efektifitas uji perorangan
4.5
Grafik aspek karakter siswa ...
4.6
Grafik perbandingan pretes dan pontes ...
4.7
Grafik efektifitas kelompok kecil ...
4.8
Grafik aspek karakter siswa ...
4.9
Grafik nilai pretes dan postes uji lapangan ...
4.10
Grafik efektifitas uji lapangan ...
4.11
Grafik aspek karakter siswa ...
4.12
Grafik efesiensi uji kelompok kecil ...
4.13
Grafik efesiensi uji lapangan ...
4.14
Grafik uji kemenarikan ...
4.15
Grafik kemenarikan uji kelompok kecil ...
4.16
Grafik kemenarikan uji lapangan ...
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ... ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ... .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1.2
Identifikasi Masalah ...
10
1.3
Batasan Masalah ...
11
1.4
Rumusan Masalah ...
12
1.5
Tujuan Penelitian ...
13
1.6
Manfaat Penelitian ...
13
1.6.1 Teoritis ...
13
1.6.2 Praktis ...
14
Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ...
15
1.7
1
1.7.1 Produk Utama
1.7.2 Produk Pendukung ...
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Belajar dan Pembelajaran ...
17
2.1.1 Belajar Mandiri ...
25
2.1.2 Teori Pembelaj aran ...
27
2.1.3 Teori Pengembangan Piaget ...
29
2.1.4 Teori Pembelajaran Pemerosesan Informasi Gagne ...
30
2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis ...
33
2.1.6 Teori Belajar Behaviorisme
3
Pendidikan Bermuatan Karakter ...
35
2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ...
38
2.2.2 Penilaian Pendidikan Karakter ...
40
Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum KTSP ...
41
2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA ...
42
2.3.2 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran ...
45
2.4
Desain Sistem Pembelajaran ...
46
2.5
Lembar Kerja Siswa ...
56
2.5.1 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ...
57
2.5.2 Pengembangan LKS ...
61
2.5.3 Macam-macam bentuk LKS ...
62
2.6
Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ...
65
2.7
Keterampilan Proses Sains ...
67
2.8
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ...
71
2.8.1 Pencemaran Udara ...
71
2.8.2 Pencemaran Air ...
72
2.8.3 Pencemaran Tanah ...
73
Penelitian Relevan ...
73
2.10 Kerangka Berpikir ...
75
2.11 Hipotesis ...
78
2.2
2.3
2.9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian ...
79
3.2
Tempat danWaktu Penelitian ...
80
3.3
Langkah-langkah Pengembangan ...
80
3.3.1 Studi Pendahuluan ...
82
3.3.2 Perencanaan ...
83
3.3.3 Pengembangan Produk Awal ...
83
3.3.4 Uj i Coba Terbatas Kelas ...
84
3.3.5 Revisi ...
85
3.3.6 Uji Lapangan ...
85
3.3.7 Produk Utama ...
87
xii
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi
Operasional...
3.4.1 Variabel Penelitian ...
3.4.2 Definisi Konseptual ...
3.4.3 Definisi Operasional ...
3.5
Instrumen Penelitian ...
3.5.1 Instrumen untuk Uji Ahli Materi ...
3.5.2 Instrumen untuk Uji Ahli Media ...
3.5.3 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil,
dan Uji Lapangan
3.6
Validitas dan Reliabilitas ...
3.6.1 Validitas Instrumen ...
3.6.2 Reliabilitas Instrumen ...
3.7
Teknik Pengumpulan Data ...
3.8
Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian ...
...
4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan LKS
105
4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...
4.1.3 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum ...
4.1.4 Efisiensi Penggunaan LKS ...
4.1.5 Kemenarikan LKS Panduan Praktikum ...
4.1.6 Penyempurnaan Produk Utama ...
4.2
Pembahasan
4.2.1 Efektivitas Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 13 8
4.2.2 Efisiensi Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 141
4.2.3 Kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter ...
4.2.4 Kelebihan Produk Hasil Pengembangan ...
4.2.5 Keterbatasan Penelitian ...
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1
Simpulan ...
5.2
Implikasi ...
5.3
Saran ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Observasi Sarana dan Prasarana ...
156
2.
Lembar Observasi Hasil Uji Blok Siswa Kelas VII SMP Negeri 8
Bandar Lampung ...
157
Analisis Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan di
SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
158
Analisis Aspek Karakter siswa (sikap/afektif) Kelas VII di SMP
Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
164
3.
4.
5.
Instrumen Uji Penilaian Karakter Siswa Terhadap Pengembangan
LKS IPA ...
170
6.
Angket Analisis Kebutuhan Siswa ...
172
7.
Angket Analisis Kebutuhan Guru ...
173
8.
Format LKS Sebelum Dikembangkan ...
174
9.
Instrument Uji Ahli Desaign Pembelajaran ...
175
10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Pengembangan LKS..
176
11. Instrumen Uji Ahli Materi ...
177
12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Pengembangan LKS ...
178
13. Instrumen Uji Ahli media ...
179
14. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan Pengembangan LKS ...
180
15. Instrumen Uji kemenarikan ...
181
16. Silabus Pembelajaran ...
183
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
189
18. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ...
212
19. Soal Pretest dan Posttest ...
215
20. Rubrikasi Penilaian Pretest dan Posttest ...
218
21. Uji Normalitas ...
22. Data Penelitian Uji Gain
23. Data Penelitian Uji Kemenarikan
24. Data Penelitian Uji Karakter ...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
8
1.1
Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
2.1
Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ...
2.2
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 39
3.1
Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ...
3.2
Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 94
3.3
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran udara ... 95
3.4
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran Air ...
3.5
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran tanah...
97
3.6
Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ...
98
3.7
Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ...
3.8
Kategori penilaian aspek afektif ...
103
3.9
Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ...
103
3.10
23
93
96
102
Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan
LKS panduan praktikum IPA ...
104
4.1
Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana ...
106
4.2
Rata-rata uji blok semester genap tahun pelajaran 2013-2014 ...
109
4.3
Draft Produk Awal Pengembangan Panduan Praktikum LKS Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan ...
116
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar
magister pendidikan pada program studi pascasarjana teknologi pendidikan
Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan dukungan, bantuan, dan doa dari
orangtua, suami, para sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini , penulis
mengfucapkan terimakasih dengan tulus dan penuh hormat kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriandi Mat Akin, M.p., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Prof. Dr. sujarwo, M.p., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Selaku Dekan Universitas Lampung.
4. Dr. Riswantini Rini, M.,Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Dr. Herpratiwi, M.,Pd Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjna
Universitas Lampung.
6. Dr. Yulianti M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini
7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis
ini.
8. Bapak dan ibu staf administrasi Program Pasca Sarjana Tekonologi
Pendidikan Fakultas Kegurun Dn Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
9. Dr. adelina hasyim, M.Pd, dr. Sulton Djasmi, M.pd, Median agus pribadi,
S.Pd, M,Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis
ini.
10. Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 19 Bandar
Lampung, Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
11. Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung, SMP Negeri 19
Bandar Lampung, SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
12. Teman-teman Pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakulktas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan
2013.
13. Rekan –rekan Mitra bentala yang telah mendukung dan member motifasi.
14. Semua pihak yang tealh medukukung, membantu, dan mendoakan.
Penulis mendoakan srmoga ALLAH SWT membalas budi baik semua belah
pihak diats, dan semodga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bandar lampung , desember 2015
Penulis,
Ardiyanti
MOTO
"Seseorang yang memakai mahkota maka is harus
menaggung beratnya"
(Ardiyanti)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Alloh SWT danjunjungan ku Nabi Muhammad SA W. Karya ini
kupersembahkan untuk :
1. Suami Ku Fredy Agusta, yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,
membantu dalam segala hal Berta memberikan
kasih sayang yang teramat
besar yang tak mungkin penulis balas dengan apapun.
2. Ayah dan Ibu ku yang selalu mendoakan, mengasihi, mendukung,
menyemangati, memotivasi, dalam segala hal untuk
keberhasilanku sehingga
aku dapat sukses dan dapat mengapai kebahagian di
dunia dan akhirat kelak.
3. Adik ku Dwi Ramadina dan Agum Muhammad Iqbal yang selalu memberi
semangat dukungan dan keceriannya.
4. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 april
1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Rahmat Anum dan Ibu Syamsil Nihar
Suryati, S. Pd.
Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-azhar pada
tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 2 Rawa
Laut Bandar Lampung tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 25 Gotong Royong Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Unila Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Penulis memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis
melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini
banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, sepefii perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan
besar tertentu, gejala tersebut
meresahkan. Oleh karena
di kota-kota
telah sampai pada taraf yang
sangat
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.
pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
siswa meliputi kemampuan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindak
untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter seperli jujur,
tanggung jawab, berperilaku santun, dan kerja sama perlu dikembangkan agar
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi'
2
Pendidikan karakter juga sangat perlu dalam proses belajar mengajar karena
menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal
3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter sefta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa'
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab'
jenjang
Berdasarkan fungsi dan tujuan nasional di atas pendidikan disetiap
sekolah mencagkup semua aspek yang ada dalam
uU yaitu
bukan hanya
saja
mengembangkan kemampuan kognitif atau mencerdaskan kehidupan
siswa
melainkan juga pada pengembangan karakter siswa. Adanya karakter
yang kurang baik yang sering ditemui seperti manipulasi data
saat
rasa
melaksanakan praktikum, tidak peduli terhadap ligkungan, kurangnya
tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hotmat tehadap
guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan
nasional. oleh karena itu perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
di sekolah
tidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar
membentuk siswa yang mempunyai karakter. Siswa juga perlu menggunakan
media seperti Lembar Kerja.
3
Dari obserrrasi dilapangan sebagian siswa belum meliliki nilai karakter. Hal
tersebut terlihat dari perilaku siswa
di sekolah yang sangat memprihatinkan
seperti kejahatan terhadap teman, pencurian remqa, kebiasaan mencontek,
dan penyalahgunaan obat-obatan, pomoglafi, perampasan, dan perusakan
milik orang lain.
menunjukan
Secara khusus, sikap siswa pada saat proses pembelajaran
nilai karakter siswa masih sangat rendah. Pada
saat
pembelajaran, terlihat bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang hal tersebut
terlihat dari siswa laki-laki senang bergurau dan kurang memperhatikan
penjelasan guru, serta siswa perempuan mengobrol dengan teman di
sebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Siswa
kurang disiplin hal ini telihat saat masuk jam pelajaran banyak siswa yang
masih bermain di luar kelas. Pada saat mengajukan pertanyaan kepada guru
sikap siswa cendrung kurang sopan, kurang disiplin, kurang percaya diri
untuk mengemukakan pendapatnya. Saat proses pembelajaran berlangsung
dengan mengunakan metode praktikum siswa masih belum mandiri, banyak
siswa masih saling mengandalkan tugas praktikumnya pada teman
satu
kelompok. Saat istirahat berlangsung masih terlihat siswa yang kurang peduli
terhadap lingkungan
hal
tersebut terlihat dari masih ada siswa yang
membuang sampah tidak pada tempatnya.
Data yang diperoleh pada observasi awal penilaian karakter siswa dengan
jumlah siswa sebanyak 162. Penilaian karakter siswa yang di nilai yaitu
relegius, jujur, toleransi, kerjasama, disiplin, komunikatif, kreatif, mandiri,
rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan. Hasil penilai karakter siswa selama
4
proses pembelajalan menunjukan 12 siswa dengan
mencapai 87.50% sedangkan
4
nilai karakter terlinggi
siswa dengan nilai terendah 60%. Nilai
karakter siswa yang masih tergolong rendah yaitu pada nilai karakter,
disiplin, kerjasama, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan
Hal ini menjadi sangat penting untuk lebih di perhatikan karena lembaga
pendidikan harus mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas serta memiliki
nilai karakter. Nilai karakter tersebut dapat di lakukan melalui
proses
pembelajaraar- ya}g ada di lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan
salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah hendaknya menjadi tempat
pesefia didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa'
Pembelaj aran
holistik
(holi
sti
c
Ie
ar
ning) adalah pendekatan
pembelaj aran
yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan.
Pengetahuan
yang
tersebut akan terbangun dengan baik ketika proses pembelajaran
dilakukan dengan benar'
proses
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru agar terjadi
belajar pada
diri siswa.
Pembelajaran mencakup bagaimafla aara-cara guru
pembelaj aran,
dalam mengorganisasikan isi pembelaj aran, menyampaikan isi
dan mengelola pembelajaran. Dilapangan masih terlihat dalam proses
penggunaan
pembelajaraan dikelas kemampuan guru dalam mengelola kelas,
5
perangkat pembelajaran, alat bantu pembelajaran, proses evaluasi masih
belum maksimal.
Depdiknas (2005: 12) menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkait dengan
proses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
dan
pengawasan. Perencanaan pembelalatan merupakan acuan dalam membuat
gkan
tar get penc ap aian keberhasilan pembelaj aran. D al am perencanaan dituan
kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan
ajar, dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi tersebut.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika terjadi interaksi yang tepat antara
guru, siswa, dan sumber belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan pemilihan sumber belaiar
yang tepat. Dalam memilih sumber belajar, guru tentu harus menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
Metode praktikum adalah suatu cara membelajarkan, dimana
siswa
melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode praktikum yang digunakan dalam
pembelajaran IPA merupakan salah satu aplikasi Permen No. 41 Thn.2007
tentang standar proses yang menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan
6
pembelajaran,
guru memfasilitasi siswa melakukan percobaan di
laboratorium, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
Pada pembelajaran dengan metode praktikum, siswa
memperoleh
pengalaman belajar secara nyata, siswa dapat terlibat sebagai subjek dalam
proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep
IPA
yang
abstrak, siswa juga dapatmenampilkan hakekat ipa sebagai proses, sikap, dan
produk ilmiah. Selain itu, berdasarkan kerucut pengalaman Dale, dalam
Sanjaya (2009: 166) menjelaskan bahwa dengan memberikan pengalaman
secara langsung misalnya melalui praktikum, proses belajar yang terjadi akan
memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dan hasil yang lebih
bermakna bila dibandingkan hanya memberikan pengalamar. yang abstrak,
misalnya hanya melalui bahasa verbal dan tidak melibatkan siswa secara
langsung.
Berkaitan dengan praktikum, Tabatabai (2009: 1) mengemukakan bahwa
untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk praktik diperlukan
Lembar Kerja Siswa
(LKS). LKS
merupakan salah satu bahan aJat yang
dapat dijadikan sebagai suatu panduan yang dapat membantu siswa dalam
beberapa
hal
diantaranya penggunaan
alat dan bahan
praktikum,
pengumpulan data, analisis hasil praktikum, dan mengaitkan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan dengan konsep-konsep IPA.
7
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan praktikum IPA kelas
Negeri Bandar Lampung, guru selama
ini
VII di SMP 8
menggunakan buku pedoman,
belum ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa. Buku
pedoman yang digunakan tersebut hanya berisi tujuan, alat dan bahan, cara
kerja, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan teori yang sangat singkat
berkaitan dengan materi praktikum.
Selain
di sMP Negeri 8 Bandar Lampung, juga
dilakukan observasi dan
wawancara terhadap pelaksanaan praktikum ipa di beberapa kelas
Negeri
di Bandar
VII
SMP
Lampung, diantaranya adalah SMP Negeri 19 Bandar
Lampung dan SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara
terhadap guru mata pelajaran IPA kelas
vII di SMP tersebut, diketahui bahwa
LKS
tidak ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum IPA siswa'
yang ada hanya berisi materi-materi IPA, tugas-tugas, dan evaluasi yang
wawancara
berkaitan dengan materi-materi pada semester tersebut. Hasil
membuat
menunjukkan bahwa keterbatasan penyajian panduan praktikum
siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan karena pemahaman
awal tidak dikonstruksi terlebih dahulu dan setelah praktikum tidak
ada
pertanyaan-pefianyaan atau tugas lanjutan yang dapat lebih memperdalam
pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah dipraktikkan'
Pada pelaksanaan Praktikum
IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung,
iuga tidak ada LKS
digunakan sebagai panduan praktikum, yang
Yang
praktikum
digunakan sebagai Panduan adalah lembar kegiatan atau aktivitas
8
dalam buku paket IPA pada semester tersebut. Setelah dilakukan kajian,
kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam beberapa buku paket
hanya terbatas pada penyajian alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan,
dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi praktikum. Hal
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal
ini
dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama satu semester.
Dasar
Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
(KD) mata pelajaran IPA SMP kelas
vII
dapat
dilihat bahwa rata-rata hasil
uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar
71. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014
Nilai Rata-Rata Uji Blok
Materi Pokok
No.
1
2
a
J
4
5
Orsanisasai kehiduPan
Ekosistem
Keanekaragaman
mahluk hidup
Kepadatan populasi
manusia
Pencemaran dan
kerusakan lingkungan
Tahun Pelaiaran 2013 12014
Kelas VII B
Kelas VII A
67,16
63,45
66,75
64,50
63,20
64,77
Rata-Rata
65,31
65,67
63,98
65,22
69,15
67,37
63,25
63,55
63,40
iswa kelas
VII SMPN 8 Bandar lampung
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa hasil
uji blok terendah terdapat
pada materi pencemaran dan keruskan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis
uji blok, terlihat bahwa niiai rata-rata terendah terdapat
karena
itu, KD 7.4 merupakan KD yang paling
pada
KD 7.4 Oleh
memungkinkan untuk
9
pengembangan LKS. Lebih lanjut, pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa hanya
4l,36yo darr 162 siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM padaKD 7.4
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika persentase ini
dikonversi ke dalam bentuk numerik, hanya terdapat 62 siswa yang mencapai
KKM.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemaharnat konsep
siswa terhadap materi pada
digunakan selama
KD 7.4 tidak optimal. Penyajian LKS
yang
ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
juga
siswa. Selain hasil belaj ar yarrg cenderung rendah, keadaan tersebut
dan
menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif
efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan
ulang materi tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa sebagai akibat
dari pengetahuan dan
pemahaman konsep siswa terhadap KD 7.4 yang disajikan melalui praktikum
tidak dapat berkembang secala optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar
yang selama
ini
digunakan sebagai LKS menjadi salah satu penyebab
masalah tersebut.
Berdasarkan pemaparan
di
atas, maka diperlukan LKS bermuatan karakter
dengan berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk
melakukan praktikum yang memasukan nilai-nilai karakter pada siswa
dengan menggunakan metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mengkonstruksi pemahaman siswa tentang pencemaran
dan
10
kerusakan lingkungan sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat
materi dengan mudah dan memiliki nilai karater.
Pemahaman untuk belajar mengenai materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktek untuk
menambah dan memperkuat pemahaman konsep yang
dimiliki
siswa
terutama materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Maka, pendidik
harus tepat menggunakan model pembelajaral agff sesuai dengan kegiatan
praktikum.
pencemaran
Adanya LKS sebagai panduan praktikum IPA siswa pada materi
dan kerusakan lingkungan membuat bahan ajar menjadi semakin
kaya,
ini
menarik, dan efektif dalam pembelajaran. Selain itu, keberadaan LKS
juga menjadi sangat bermanfaat dalam mengaitkan teori atau konsep materi
yang
pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan percobaan langsung
materi
dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa terhadap
lebih mendalam dan tertanam tebih \ama sehingga berdampak
pada
peningkatan hasil belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria'
masalahnya
dapat
11
2. Buku pedoman atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam
buku paket digunakan sebagai panduan praktikum LKS IPA siswa.
3. Penyajian
LKS yang biasa digunakan dapat
terc ap ainy a tuj uan mata p elai uan IP
A
sec
mengakibatkan tidak
ara m ak s im al.
4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit
mengaitkan antara teori dengan percobaan.
5.
Alat dan bahan praktikum yang dimiliki sekolah terkadang tidak
mendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket
6. Belum ada LKS yang bermuatan karakter serta dapat membimbing siswa
untuk bersikap ilmiah dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadap
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
7. Siswa yang hasil belalamyamencapai KKM
pada
KD 7.4hanya4l,36o
.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian
pengembangan ini adalah
1. Adanya kesempatan dan potensi pengembangan LKS IPA bermuatan
karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'
2. Pengembangan
pertanyaan
-pertanyaan terstruktur
yang
bersifat
konstruktivis di dalam LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
3. Hasil pengembangan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
12
4. Uji efektivitas pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
5. Uji efisiensi pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
6. Uji kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian
pengembangan
ini adalah
1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan
LKS IPA
bermuatan
karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan?
2. Bagaimana proses pengembangan LKS IPA
bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
4. Bagaimana efisiensi
penggunaan LKS
IPA bermuatan karakter
materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi
dan kerusakan lingkungan?
pencemaran
13
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini
adalah
1. Menganalisi kondisi dan potensi untuk pengembangan
LKS
IPA
bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'
3. Menganalisis efektivitas
penggunaan
LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
4. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
5. Menganalisis kemenarikan
LKS IPA
bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
1.6 Manfaat Penelitian
ini
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan
adalah
1.6.1 Teoritis
1.
Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi
pendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA bermuatan karakter
yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi
cetak.
2.
Menjadi sumbangan pengetahuan pada desain bahan ajar'
l4
1.6.2 Praktis
1. Produk hasil penelitian yang dikembangkan, yaitu LKS
IPA
bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan lingkungan,
dapat menjadi salah satu bahan aiat yang menarik dan bermanfaat
dalam mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan
langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat
danpembelajaranmenjadisemakinefektifdanefisien.
2.
LKS IPA bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan
lingkungan yang dikembangkan memuat pefianyaan-pefianyaan
yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur
yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa
selama melakukan Praktikum.
3. LKS IPA bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan
ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui metode
praktikum.
4.
Meniadi dasar pertimbangan bagi guru untuk merancang
dan
mengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS
IPA bermuatan karakter pada materi-materi yang lain'
5.
Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
pengembangan selanj utnYa.
15
1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
1.7.1 Produk Utama
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan
ini berupa LKS
bermuatan
karakter berbasis pendekatan ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas VII
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan spesifikasi sebagai
berikut:
1.
Judul LKS: Panduan Praktikum IPA bermuatan Karakter Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan SMP Kelas
2.
VII
Semester
II
Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kerlas 44;
3. Bahan ajar yang dikembangkan ini
mengacu pada
tahapan
pembelajaran kurikulum KTSP;
4.
Produk yang dikembangkan berupa LKS panduan praktikum yang
memiliki pemahaman pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengafang) sesuai dengan
yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
Pandang atau teori.
5.
Materi penoemaran dan kerusakan lingkungan terdapat padaKD 7.4
t6
6.
Bagian-bagian LKS terdiri dan:
a)
Cover
b)
Kata pengantar
c)
Petunjukpenggunaan
d)
Tujuan pembelajaran
e)
Daftar Isi
0
Teori Dasar
g)
Percobaan
h)
Daftar Pustaka
1,7.2 Produk Pendukung
Produk pendukung yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metode pembelajaran
praktikum dan diskusi.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan ploses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar yang dilakukan akan
menghasilkan perubahan dalam dirinya. Banyak teori yang dikemukakan oleh
para ahli yang berusaha memberi penjelasan tentang belajar'
Anderson (2001: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai
hasil dari pengalaman. Sardiman (2004:21) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan
jiwa
taga, psiko-fisik untuk menuju
ke
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan
pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok,
yaitu (1) adanya perubahan
tingkah laku; (2) perubahan yang relatif
permanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.
Berdasarkan definisi
di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang terjadi atau unjuk kerja melalui serangkaian
kegiatan mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif sebagai hasil dari
18
pengalaman belajarnya. Perubahan pada aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga
belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut
akan semakin bermakna
jika dalam praktikum dilengkapi
dengan LKS
panduan praktikum.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner dalam Sagala (2012: 36)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dari partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belqar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang
intuitif.
Berdasarkan pendapat
Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk belajar salah satunya melalui praktikum
di
mana siswa
dapat
termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS panduan praktikum yang memiliki daya tarik,
selain penggunaan buku Paket.
proses
Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar terjadi karena adanya interaksi antata seseorang
dengan
t9
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja.
Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar ditunjukkan dengan adanya
perubahan tingkah laku pada
diri orang tersebut yang disebabkan
oleh
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Gagne
(1985: 13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang
kompleks, hasil belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseolang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Munculnya
kemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan
sefta proses kognitif yang ditakukan oleh peserta
didik.
Dengan demikian
belajar adalah seperangkat ploses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi
lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.
Piaget memberikan dua macam pengefiian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti
sempit dan (2) dalam arti
luas.
Ginsburg dan Opper (1998: 141)
mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan
adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai
yang
suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas
disebut juga perkembangan adalah belajar untuk memperoleh
dan
menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di
berbagai situasi.
Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar
kita dapat meningkatkan
kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, dayapikir dan penyesuaian diri yang nantinya dapat
20
digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus
ditakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan
tingkah laku diartikan sebagai suatu perubahan sebagai akibat dari
pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah
laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.
Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai
berikut:
1.
Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh
itu
diperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan.
2.
Perubahan bersifat positif, dalam arli sesuai dengan yang diharapkan atau
kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari
segi pendidik.
3.
perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif
tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan
seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri
di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, siswa dikatakan belajar ketika
terjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada
ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi
juga belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar
2t
tesebut akan semakin bermakna
jika dalam praktikum dilengkapi
dengan
LKS.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner (1966: 36) mengemukakan
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui partisipasi aktif siswa
dalam ploses pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belajar. Menurutnya, pengalamanbelajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif. Berdasarkan
pendapat
Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk belajar salah satunya menggunakan metode praktikum di mana siswa
dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS yang memiliki daya tarik, selain penggunaan
buku paket.
Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai
berikut:
1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
yang disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang
menyajikan informasi
itu
dalam bentuk final, maupun dalam bentuk
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan.
22
2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapat
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang
telah dimilikinya maka belajar jadi bermakna. Tetapi jika
siswa
menghafalkan informasi guru itu, tanpa menghubungkan pada konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.
Berdasarkan pengklasifikasian belajar menurut Ausubel tersebut, maka siswa
yang belajar melalui praktikum di laboratorium dan dilengkapi dengan LKS
dapat diklasifikasikan ke dalam belajar dimensi pertama dan kedua' Dalam
hal ini, siswa menerima materi pelajaran dalam bentuk belajar
penemuan
melalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat
mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah
dimiliki
sebelumnya
lalu
mengembangkannya sehingga diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.
Piaget dan Inheld er (1969:164) menjelaskan tentang penerapan model belajar
konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam
interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini,
siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta
mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga
menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan
23
kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak berinteraksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan Piaget dan Inhelder, pengetahuan diperoleh dari
tindakan dan ditentukan dari keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan
dan berinteraksi aktif dengan lingkungan belajarnya salah satunya dengan
belajar di laboratorium menggunakan metode praktikum. Melalui praktikum
yang dilengkapi dengan LKS, siswa secala aktif dapat
membangun
pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran berdasarkan realitas
atau kenyataan yang diperoleh langsung dari serangkaian percobaan dan
analisis yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahamal tersebut kemudian
dapatdisajikan baik secara tulisan maupun lisan'
Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan
pada
carapandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat
Tabel 2.1 caraPandang Belajar Menurut Piaget dan vygotsky
Konstruktivitas
Belajar
Piaget
Membangun siswa aktif
berdasarkan pengetahuan
sebelumnya melalui
kesempatan-kesemPatan dan
proses untuk menghubungkan
aoa y ang sudah diketahui.
Peran
guru
Fasilitator, pembimbing,
mendengarkan konseP, ide,
dan pemikiran siswa.
Vygotsky
Membangun pengetahuan
kolaboratif berdasarkan
lingkungan sosial dan nilai
terbentuk melalui
kesempatan-kesemPatan sosial.
Fasilitator, pembimbing, dan
turut membantu membangun
pengetahuan, mendengar
konsep-konsep siswa Yang
dibangun secara sosial.
24
Konstruktivitas
Psikolosi/ Individu
Peran
teman
Piaget
Tidak perlu tetapi dapat
menstimulasi pemikiran dan
menimbulkan
o
Peran
siswa
Sosial
Vvsotsky
Bagian penting dalam proses
pembentukan pengetahuan.
ertanyaan-pertanYaan.
Membangun secara aktif
(dengan otak), pemikir aktif,
pemberi keterangan,
penerjemah, penanya.
dengan diri
pemikir
lain,
dan
orang
sendiri
aktif, pemberi keterangan,
penerj emah, penafiy a, parlisiPasi
aktif sosial.
Aktif membangun
Sumber: Woolfolk (2003 : 342)
Berdasarkan Tabel2.1, siswa sebagai si belajar adalah pihak yang aktif dalam
membangun pengetahuan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Piaget
siswa membangun pengetahuan dengan otak dan pemikiran sendiri,
sedangkan menurut Vygotsky siswa membangun pengetahuan melalui
interaksi sosial. Siswa sebagai makhluk individu tentu memiliki pengetahuan
yang tersimpan
di
dalam otaknya. Melalui praktikum yang dilakukan
berkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna
terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi
suatu pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu
tersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun lagi bersama-sama
dengan siswa lain dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan
perlanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.
Belajar akan diperkuat jika siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan,
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dapat dikembangkan sehingga
siswa
akan semakin paham dan mengingat pengetahuan tersebut' Miarso
dan
25
Suyanto
(2}ll:
3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat jika siswa
ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri,
(2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam
berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antata sesuatu
dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai
kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal
yang bertentangan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penugasan yang dapat memperkuat
pengetahuan siswa. Penugasan-penugasan tersebut dapat disajikan dalam
LKS.
Pengetahuan yang sudah dibangun dan
dimiliki siswa
praktikum dapat dituangkan secara lisan melalui penugasan
pertanyaan -pertanyaan
melalui
berupa
atau langkah kerja yang perlu dilakukan siswa'
Dengan demikian, siswa dapat semakin memahami materi pelajaran, dan
mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yanglama'
2.1.1 Belajar
Mandiri
Belalar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri merupakan
kegiatan atas prakarsa sendiri dalam mengintemalisasi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, tanpa tergantung atau tanpa mendapat bimbingan langsung
dari orang lain (Permendiknas No. 22 Thn. 2006). Miarso (2007: 267)
mengemukakan bahwa belajar mandiri erat hubungannya dengan belajar
menyelidik, yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan
memperoleh dan menggunakan pengetahuan.
diri
dalam
Z6
Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut
for
Distance
Eclucation of Maryland (Iniversity dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan
strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu
1.
:
Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat
dalam satu waktu.
2.
Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rinci
sefia akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan,
bimbingan menj awab pefianyaan -pertany aan yang diaj ukan pembelaj ar,
dan mengevaluasi karya-karya pembelaj ar.
3.
Komunikasi diantara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai
melalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperli
telepon, voice-mail,konferensi melalui komputer, surat elektronik
ataupun surat menyurat secara reguler'
Miarso (2007: 267) mettyatakan paling sedikit ada dua hal yang dapat
melaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang
mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta
didik
dengan
bantuan pendidik yang minimal, dan 2) melibatkan peserta didik dalam
perencanaan dan pelaks anaan ke giatan'
Berdasarkan urain di atas belajar mandiri merupakan belajar terprogram atau
terencana secara matang. Pada prinsipnya belajar mandiri didasarkan pada
kebutuhan pembelajar yang harus dipenuhi dengan motivasi instrinsik pada
diri peserla didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode praktikum yang dilengkapi
27
dengan
LKS
sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajar
mandiri. Melalui praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untuk
memperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan
dari materi serta pertanyaan-perta ny aan yang terdap at pada LI(S. Guru hanya
sebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan,
sikap, dan keterampilannYa.
2.L.2 T eori pembelajaraan
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004:
3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional
akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa
yang mereka pelajari. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional
(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran
dapat dikatakan sebagai proses interaksi antata siswa, guru, dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaranyang dirancang
THE DEVELOPMENT OF CHARACTER WORKSHEET
SCIENTIFIC APPROACH BASED OF NATURAL
SCIENCE STUDY AT SEVENTH
GRADE OF JUNIOR HIGH
SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG.
By
Ardiyanti
This research is aimed to (1) analyze the potential and condition in natural
Scicent workesheetto development, (2) describe the process of natural
Scicent development (3) produce natural Scicent scientific worksheet (4)
analize the effectiveness, (5) analize efficient (6) the ateractive natural
worksheet ussage. This research used reached and deplopment design, which is
done at junior high school in Bandar lampung. In collecting data,
research used the test and quisionneries. The data was analayzed by usingttes descriptive. Conclusions of research are: (1) Junior High School in Bandar
Lampung have potency to develop worksheet, (2) proses of worksheet
development which is done through the oretical and empirical, it was
validate by material experts, media experts and desaign which is tested
individually, small group, and large group, (3) it is produced natural sicence
worksheet as a complement, (4) the worksheet with the average of effective
workshet is 0,81 (5) the efficiency of the worksheet is 1,5 (6) the percentage
average of attractive worksheet is 80%.
Key word : Science, Character, Natural Science
ABSTRAK
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN KARAKTER
BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Ardiyanti
Penelitian ini bertujuan untuk
untuk
(1) menganalisis potensi dan kondisi
pengembangan LKS IPA, (2) mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA,
(3) menghasilkan LKS IPA,
(4) menganalisis efektifitas, (5)
menganalisis
efisiensi, dan (6) kemenarikan pengunaan LKS IPA. Penelitian menggunakan
desain penelitian dan pengembangan, penelitian dilakukan di SMP Negeri di
Bandar Lampung. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket, data dianalisis
secara deskriptif serta uji-t. Kesimpulan penelitian adalah: (1) SMP Negeri di
Bandar Lampung yang menerapkan kurikulum KTSP berpotensi untuk
pengembangan LKS, (2) proses pengembangan LKS dilakukan melalui studi
teoritik dan empiris, serta divalidasi oleh ahli materi, media, dan desain yang
kemudian diuji secara perorangan, kelompok kecil, dan lapangan, (3) dihasilkan
LKS IPA sebagai komplemen, (4) efektifitas LKS dengan rata-rata gain 0,81 (5)
efisiensi LKS dengan nilai 1,5 (6) LKS menarik untuk digunakan
dengan rata-rata persentase 80%.
Kata kunci : LKS, Karakter, Mata Pelajaran IPA
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN
KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
ARDIYANTI
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERMUATAN
KARAKTER BERBASIS PENDEKATAN ILMIAH PADA MATA
PELAJARAN IPA KELAS VII SMP DI BANDAR LAMPUNG
Tesis
Oleh
ARDIYANTI
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1
Model proses kontrol pemrosesan informasi ...
2.2
Diagram Kerangka Berpikir ...
3.1
Modifikasi Model Pengembangan Borg and Gall ...
3.2
Diagram Langkah-Langkah Pengembangan LKS IPA
Bermuatan karakter ...
3.3
81
Desain Eksperimen One-Group Pretest -Posttest Design ...
4.1
Tampilan LKS Sebelum Direvisi ...
4.2
Tampilan LKS Setelah Direvisi ...
4.3
Grafik Nilai Pretest dan Postest ...
4.4
Grafik efektifitas uji perorangan
4.5
Grafik aspek karakter siswa ...
4.6
Grafik perbandingan pretes dan pontes ...
4.7
Grafik efektifitas kelompok kecil ...
4.8
Grafik aspek karakter siswa ...
4.9
Grafik nilai pretes dan postes uji lapangan ...
4.10
Grafik efektifitas uji lapangan ...
4.11
Grafik aspek karakter siswa ...
4.12
Grafik efesiensi uji kelompok kecil ...
4.13
Grafik efesiensi uji lapangan ...
4.14
Grafik uji kemenarikan ...
4.15
Grafik kemenarikan uji kelompok kecil ...
4.16
Grafik kemenarikan uji lapangan ...
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ... ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ... .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ... ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah ...
1.2
Identifikasi Masalah ...
10
1.3
Batasan Masalah ...
11
1.4
Rumusan Masalah ...
12
1.5
Tujuan Penelitian ...
13
1.6
Manfaat Penelitian ...
13
1.6.1 Teoritis ...
13
1.6.2 Praktis ...
14
Spesifikasi Produk yang Dihasilkan ...
15
1.7
1
1.7.1 Produk Utama
1.7.2 Produk Pendukung ...
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Belajar dan Pembelajaran ...
17
2.1.1 Belajar Mandiri ...
25
2.1.2 Teori Pembelaj aran ...
27
2.1.3 Teori Pengembangan Piaget ...
29
2.1.4 Teori Pembelajaran Pemerosesan Informasi Gagne ...
30
2.1.5 Teori Belajar Konstruktivis ...
33
2.1.6 Teori Belajar Behaviorisme
3
Pendidikan Bermuatan Karakter ...
35
2.2.1 Nilai-nilai Pendidikan Karakter ...
38
2.2.2 Penilaian Pendidikan Karakter ...
40
Karakteristik Pembelajaran IPA di dalam Kurikulum KTSP ...
41
2.3.1 Tujuan Mata Pelajaran IPA ...
42
2.3.2 Teori Komunikasi dalam Pembelajaran ...
45
2.4
Desain Sistem Pembelajaran ...
46
2.5
Lembar Kerja Siswa ...
56
2.5.1 Fungsi, Tujuan dan Kegunaan LKS ...
57
2.5.2 Pengembangan LKS ...
61
2.5.3 Macam-macam bentuk LKS ...
62
2.6
Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran IPA ...
65
2.7
Keterampilan Proses Sains ...
67
2.8
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan ...
71
2.8.1 Pencemaran Udara ...
71
2.8.2 Pencemaran Air ...
72
2.8.3 Pencemaran Tanah ...
73
Penelitian Relevan ...
73
2.10 Kerangka Berpikir ...
75
2.11 Hipotesis ...
78
2.2
2.3
2.9
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Desain Penelitian ...
79
3.2
Tempat danWaktu Penelitian ...
80
3.3
Langkah-langkah Pengembangan ...
80
3.3.1 Studi Pendahuluan ...
82
3.3.2 Perencanaan ...
83
3.3.3 Pengembangan Produk Awal ...
83
3.3.4 Uj i Coba Terbatas Kelas ...
84
3.3.5 Revisi ...
85
3.3.6 Uji Lapangan ...
85
3.3.7 Produk Utama ...
87
xii
3.4 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual dan Definisi
Operasional...
3.4.1 Variabel Penelitian ...
3.4.2 Definisi Konseptual ...
3.4.3 Definisi Operasional ...
3.5
Instrumen Penelitian ...
3.5.1 Instrumen untuk Uji Ahli Materi ...
3.5.2 Instrumen untuk Uji Ahli Media ...
3.5.3 Instrumen Uji Perorangan, Uji Kelompok Kecil,
dan Uji Lapangan
3.6
Validitas dan Reliabilitas ...
3.6.1 Validitas Instrumen ...
3.6.2 Reliabilitas Instrumen ...
3.7
Teknik Pengumpulan Data ...
3.8
Teknik Analisis Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian ...
...
4.1.1 Kondisi dan Potensi untuk Pengembangan LKS
105
4.1.2 Proses Pengembangan LKS ...
4.1.3 Efektivitas Penggunaan Panduan Praktikum ...
4.1.4 Efisiensi Penggunaan LKS ...
4.1.5 Kemenarikan LKS Panduan Praktikum ...
4.1.6 Penyempurnaan Produk Utama ...
4.2
Pembahasan
4.2.1 Efektivitas Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 13 8
4.2.2 Efisiensi Penggunaan LKS IPA bermuatan
karakter ... 141
4.2.3 Kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter ...
4.2.4 Kelebihan Produk Hasil Pengembangan ...
4.2.5 Keterbatasan Penelitian ...
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1
Simpulan ...
5.2
Implikasi ...
5.3
Saran ...
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Observasi Sarana dan Prasarana ...
156
2.
Lembar Observasi Hasil Uji Blok Siswa Kelas VII SMP Negeri 8
Bandar Lampung ...
157
Analisis Hasil Belajar Siswa Materi Pencemaran Lingkungan di
SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
158
Analisis Aspek Karakter siswa (sikap/afektif) Kelas VII di SMP
Negeri 8 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
164
3.
4.
5.
Instrumen Uji Penilaian Karakter Siswa Terhadap Pengembangan
LKS IPA ...
170
6.
Angket Analisis Kebutuhan Siswa ...
172
7.
Angket Analisis Kebutuhan Guru ...
173
8.
Format LKS Sebelum Dikembangkan ...
174
9.
Instrument Uji Ahli Desaign Pembelajaran ...
175
10. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Desain Pembelajaran Pengembangan LKS..
176
11. Instrumen Uji Ahli Materi ...
177
12. Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi Pengembangan LKS ...
178
13. Instrumen Uji Ahli media ...
179
14. Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan Pengembangan LKS ...
180
15. Instrumen Uji kemenarikan ...
181
16. Silabus Pembelajaran ...
183
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
189
18. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ...
212
19. Soal Pretest dan Posttest ...
215
20. Rubrikasi Penilaian Pretest dan Posttest ...
218
21. Uji Normalitas ...
22. Data Penelitian Uji Gain
23. Data Penelitian Uji Kemenarikan
24. Data Penelitian Uji Karakter ...
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
8
1.1
Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014 ...
2.1
Cara Pandang Belajar Menurut Piaget dan Vygotsky ...
2.2
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa... 39
3.1
Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Materi ...
3.2
Kisi-Kisi Instrumen Uji Ahli Media ... 94
3.3
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran udara ... 95
3.4
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran Air ...
3.5
Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest Percobaan Pencemaran tanah...
97
3.6
Kisi-Kisi Instrumen Uji Kemenarikan ...
98
3.7
Nilai Rata-rata Gain Ternormalisasi dan Klasifikasinya ...
3.8
Kategori penilaian aspek afektif ...
103
3.9
Nilai Efisiensi Pembelajaran dan Klasifikasinya ...
103
3.10
23
93
96
102
Persentase dan Klasifikasi Kemenarikan dan Kemudahan Penggunaan
LKS panduan praktikum IPA ...
104
4.1
Hasil Observasi Sarana Dan Prasarana ...
106
4.2
Rata-rata uji blok semester genap tahun pelajaran 2013-2014 ...
109
4.3
Draft Produk Awal Pengembangan Panduan Praktikum LKS Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan ...
116
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas ridho dan karunianya penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Tesis ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar
magister pendidikan pada program studi pascasarjana teknologi pendidikan
Tesis ini terselesaikan dengan bimbingan dukungan, bantuan, dan doa dari
orangtua, suami, para sahabat dan berbagai pihak. Pada kesempatan ini , penulis
mengfucapkan terimakasih dengan tulus dan penuh hormat kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriandi Mat Akin, M.p., selaku Rektor Universitas
Lampung.
2. Prof. Dr. sujarwo, M.p., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Prof. Dr. Bujang Rahman, M.Si., Selaku Dekan Universitas Lampung.
4. Dr. Riswantini Rini, M.,Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Dr. Herpratiwi, M.,Pd Selaku Ketua Program Studi Pasca Sarjna
Universitas Lampung.
6. Dr. Yulianti M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan tesis ini
7. Dr. Undang Rosidin, M.Pd selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis
ini.
8. Bapak dan ibu staf administrasi Program Pasca Sarjana Tekonologi
Pendidikan Fakultas Kegurun Dn Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
9. Dr. adelina hasyim, M.Pd, dr. Sulton Djasmi, M.pd, Median agus pribadi,
S.Pd, M,Pd selaku penguji ahli produk yang dikembangkan dalam tesis
ini.
10. Kepala SMP Negeri 8 Bandar Lampung, Kepala SMP Negeri 19 Bandar
Lampung, Kepala SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
11. Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung, SMP Negeri 19
Bandar Lampung, SMP Negeri 22 Bandar Lampung.
12. Teman-teman Pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakulktas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung angkatan
2013.
13. Rekan –rekan Mitra bentala yang telah mendukung dan member motifasi.
14. Semua pihak yang tealh medukukung, membantu, dan mendoakan.
Penulis mendoakan srmoga ALLAH SWT membalas budi baik semua belah
pihak diats, dan semodga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.
Bandar lampung , desember 2015
Penulis,
Ardiyanti
MOTO
"Seseorang yang memakai mahkota maka is harus
menaggung beratnya"
(Ardiyanti)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Alloh SWT danjunjungan ku Nabi Muhammad SA W. Karya ini
kupersembahkan untuk :
1. Suami Ku Fredy Agusta, yang selalu mendoakan, menyayangi, memotivasi,
membantu dalam segala hal Berta memberikan
kasih sayang yang teramat
besar yang tak mungkin penulis balas dengan apapun.
2. Ayah dan Ibu ku yang selalu mendoakan, mengasihi, mendukung,
menyemangati, memotivasi, dalam segala hal untuk
keberhasilanku sehingga
aku dapat sukses dan dapat mengapai kebahagian di
dunia dan akhirat kelak.
3. Adik ku Dwi Ramadina dan Agum Muhammad Iqbal yang selalu memberi
semangat dukungan dan keceriannya.
4. Almamaterku tercinta, Universitas Lampung.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 24 april
1988, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Rahmat Anum dan Ibu Syamsil Nihar
Suryati, S. Pd.
Taman Kanak-Kanak (TK) diselesaikan di TK Al-azhar pada
tahun 1994, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD 2 Rawa
Laut Bandar Lampung tahun 2000, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama Negeri 25 Gotong Royong Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Atas (SMA) YP Unila Bandar Lampung
diselesaikan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis melanjutkan studi di Program Studi
Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung. Penulis memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada tahun 2011. Pada tahun 2013, penulis
melanjutkan studi di Progam Pascasarjana Teknologi
Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa
ini
banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas
pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan
tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni
meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, sepefii perkelahian
massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan
besar tertentu, gejala tersebut
meresahkan. Oleh karena
di kota-kota
telah sampai pada taraf yang
sangat
itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah
resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya
dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas
dan kualitas pendidikan karakter.
pendidikan karakter adalah sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
siswa meliputi kemampuan pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindak
untuk melakukan nilai-nilai tersebut. Pembentukan karakter seperli jujur,
tanggung jawab, berperilaku santun, dan kerja sama perlu dikembangkan agar
pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik lagi'
2
Pendidikan karakter juga sangat perlu dalam proses belajar mengajar karena
menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada
pasal
3, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter sefta peradaban
bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa'
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha
Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab'
jenjang
Berdasarkan fungsi dan tujuan nasional di atas pendidikan disetiap
sekolah mencagkup semua aspek yang ada dalam
uU yaitu
bukan hanya
saja
mengembangkan kemampuan kognitif atau mencerdaskan kehidupan
siswa
melainkan juga pada pengembangan karakter siswa. Adanya karakter
yang kurang baik yang sering ditemui seperti manipulasi data
saat
rasa
melaksanakan praktikum, tidak peduli terhadap ligkungan, kurangnya
tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas, kurangnya rasa hotmat tehadap
guru, dan hal lainnya yang sangat menghambat tercapainya tujuan pendidikan
nasional. oleh karena itu perlu diterapkannya pendidikan karakter dalam
proses pembelajaran. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
di sekolah
tidak hanya terbatas pada kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor agar
membentuk siswa yang mempunyai karakter. Siswa juga perlu menggunakan
media seperti Lembar Kerja.
3
Dari obserrrasi dilapangan sebagian siswa belum meliliki nilai karakter. Hal
tersebut terlihat dari perilaku siswa
di sekolah yang sangat memprihatinkan
seperti kejahatan terhadap teman, pencurian remqa, kebiasaan mencontek,
dan penyalahgunaan obat-obatan, pomoglafi, perampasan, dan perusakan
milik orang lain.
menunjukan
Secara khusus, sikap siswa pada saat proses pembelajaran
nilai karakter siswa masih sangat rendah. Pada
saat
pembelajaran, terlihat bahwa rasa ingin tahu siswa masih kurang hal tersebut
terlihat dari siswa laki-laki senang bergurau dan kurang memperhatikan
penjelasan guru, serta siswa perempuan mengobrol dengan teman di
sebelahnya ataupun menulis dan mencoret-coret sesuatu pada kertas. Siswa
kurang disiplin hal ini telihat saat masuk jam pelajaran banyak siswa yang
masih bermain di luar kelas. Pada saat mengajukan pertanyaan kepada guru
sikap siswa cendrung kurang sopan, kurang disiplin, kurang percaya diri
untuk mengemukakan pendapatnya. Saat proses pembelajaran berlangsung
dengan mengunakan metode praktikum siswa masih belum mandiri, banyak
siswa masih saling mengandalkan tugas praktikumnya pada teman
satu
kelompok. Saat istirahat berlangsung masih terlihat siswa yang kurang peduli
terhadap lingkungan
hal
tersebut terlihat dari masih ada siswa yang
membuang sampah tidak pada tempatnya.
Data yang diperoleh pada observasi awal penilaian karakter siswa dengan
jumlah siswa sebanyak 162. Penilaian karakter siswa yang di nilai yaitu
relegius, jujur, toleransi, kerjasama, disiplin, komunikatif, kreatif, mandiri,
rasa ingin tahu, dan peduli lingkungan. Hasil penilai karakter siswa selama
4
proses pembelajalan menunjukan 12 siswa dengan
mencapai 87.50% sedangkan
4
nilai karakter terlinggi
siswa dengan nilai terendah 60%. Nilai
karakter siswa yang masih tergolong rendah yaitu pada nilai karakter,
disiplin, kerjasama, disiplin, mandiri, rasa ingin tahu dan peduli lingkungan
Hal ini menjadi sangat penting untuk lebih di perhatikan karena lembaga
pendidikan harus mempersiapkan generasi bangsa yang cerdas serta memiliki
nilai karakter. Nilai karakter tersebut dapat di lakukan melalui
proses
pembelajaraar- ya}g ada di lembaga pendidikan formal. Sekolah merupakan
salah satu lembaga pendidikan formal. Sekolah hendaknya menjadi tempat
pesefia didik dan guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
menguntungkan. Untuk itu diperlukan sistem pembelajaran dan pendekatan
pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan siswa'
Pembelaj aran
holistik
(holi
sti
c
Ie
ar
ning) adalah pendekatan
pembelaj aran
yang berfokus pada pemahaman informasi dan mengkaitkannya dengan
topik-topik lain sehingga terbangun kerangka pengetahuan.
Pengetahuan
yang
tersebut akan terbangun dengan baik ketika proses pembelajaran
dilakukan dengan benar'
proses
Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan guru agar terjadi
belajar pada
diri siswa.
Pembelajaran mencakup bagaimafla aara-cara guru
pembelaj aran,
dalam mengorganisasikan isi pembelaj aran, menyampaikan isi
dan mengelola pembelajaran. Dilapangan masih terlihat dalam proses
penggunaan
pembelajaraan dikelas kemampuan guru dalam mengelola kelas,
5
perangkat pembelajaran, alat bantu pembelajaran, proses evaluasi masih
belum maksimal.
Depdiknas (2005: 12) menjelaskan bahwa ada empat hal yang terkait dengan
proses pembelajaran, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penilaian,
dan
pengawasan. Perencanaan pembelalatan merupakan acuan dalam membuat
gkan
tar get penc ap aian keberhasilan pembelaj aran. D al am perencanaan dituan
kompetensi yang ingin dicapai kemudian dirancang metode, strategi, bahan
ajar, dan instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur ketercapaian
kompetensi tersebut.
Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika terjadi interaksi yang tepat antara
guru, siswa, dan sumber belajar. Salah satu hal yang dapat dilakukan agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai yaitu dengan pemilihan sumber belaiar
yang tepat. Dalam memilih sumber belajar, guru tentu harus menyesuaikan
dengan materi yang akan diajarkan dan metode pembelajaran yang akan
digunakan.
Metode praktikum adalah suatu cara membelajarkan, dimana
siswa
melakukan suatu percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru. Metode praktikum yang digunakan dalam
pembelajaran IPA merupakan salah satu aplikasi Permen No. 41 Thn.2007
tentang standar proses yang menjelaskan bahwa dalam
pelaksanaan
6
pembelajaran,
guru memfasilitasi siswa melakukan percobaan di
laboratorium, memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain, untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis.
Pada pembelajaran dengan metode praktikum, siswa
memperoleh
pengalaman belajar secara nyata, siswa dapat terlibat sebagai subjek dalam
proses pembelajaran, siswa dapat memahami konsep-konsep
IPA
yang
abstrak, siswa juga dapatmenampilkan hakekat ipa sebagai proses, sikap, dan
produk ilmiah. Selain itu, berdasarkan kerucut pengalaman Dale, dalam
Sanjaya (2009: 166) menjelaskan bahwa dengan memberikan pengalaman
secara langsung misalnya melalui praktikum, proses belajar yang terjadi akan
memberikan pengalaman belajar yang lebih banyak dan hasil yang lebih
bermakna bila dibandingkan hanya memberikan pengalamar. yang abstrak,
misalnya hanya melalui bahasa verbal dan tidak melibatkan siswa secara
langsung.
Berkaitan dengan praktikum, Tabatabai (2009: 1) mengemukakan bahwa
untuk mengerjakan suatu kegiatan belajar dalam bentuk praktik diperlukan
Lembar Kerja Siswa
(LKS). LKS
merupakan salah satu bahan aJat yang
dapat dijadikan sebagai suatu panduan yang dapat membantu siswa dalam
beberapa
hal
diantaranya penggunaan
alat dan bahan
praktikum,
pengumpulan data, analisis hasil praktikum, dan mengaitkan kegiatan
praktikum yang telah dilakukan dengan konsep-konsep IPA.
7
Berdasarkan observasi pada pelaksanaan praktikum IPA kelas
Negeri Bandar Lampung, guru selama
ini
VII di SMP 8
menggunakan buku pedoman,
belum ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum siswa. Buku
pedoman yang digunakan tersebut hanya berisi tujuan, alat dan bahan, cara
kerja, tabel pengamatan, beberapa pertanyaan, dan teori yang sangat singkat
berkaitan dengan materi praktikum.
Selain
di sMP Negeri 8 Bandar Lampung, juga
dilakukan observasi dan
wawancara terhadap pelaksanaan praktikum ipa di beberapa kelas
Negeri
di Bandar
VII
SMP
Lampung, diantaranya adalah SMP Negeri 19 Bandar
Lampung dan SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Berdasarkan wawancara
terhadap guru mata pelajaran IPA kelas
vII di SMP tersebut, diketahui bahwa
LKS
tidak ada LKS yang digunakan sebagai panduan praktikum IPA siswa'
yang ada hanya berisi materi-materi IPA, tugas-tugas, dan evaluasi yang
wawancara
berkaitan dengan materi-materi pada semester tersebut. Hasil
membuat
menunjukkan bahwa keterbatasan penyajian panduan praktikum
siswa sulit mengaitkan antara teori dengan percobaan karena pemahaman
awal tidak dikonstruksi terlebih dahulu dan setelah praktikum tidak
ada
pertanyaan-pefianyaan atau tugas lanjutan yang dapat lebih memperdalam
pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang telah dipraktikkan'
Pada pelaksanaan Praktikum
IPA di beberapa SMP lain di Bandar Lampung,
iuga tidak ada LKS
digunakan sebagai panduan praktikum, yang
Yang
praktikum
digunakan sebagai Panduan adalah lembar kegiatan atau aktivitas
8
dalam buku paket IPA pada semester tersebut. Setelah dilakukan kajian,
kegiatan atau aktivitas praktikum yang terdapat dalam beberapa buku paket
hanya terbatas pada penyajian alat dan bahan percobaan, prosedur percobaan,
dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi praktikum. Hal
tersebut menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal. Hal
ini
dapat
dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa selama satu semester.
Dasar
Berdasarkan hasil analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi
(KD) mata pelajaran IPA SMP kelas
vII
dapat
dilihat bahwa rata-rata hasil
uji blok siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sebesar
71. Rata-rata nilai uji blok dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1.1 Rata-rata Uji Blok Semester Genap Tahun Pelajaran 2013-2014
Nilai Rata-Rata Uji Blok
Materi Pokok
No.
1
2
a
J
4
5
Orsanisasai kehiduPan
Ekosistem
Keanekaragaman
mahluk hidup
Kepadatan populasi
manusia
Pencemaran dan
kerusakan lingkungan
Tahun Pelaiaran 2013 12014
Kelas VII B
Kelas VII A
67,16
63,45
66,75
64,50
63,20
64,77
Rata-Rata
65,31
65,67
63,98
65,22
69,15
67,37
63,25
63,55
63,40
iswa kelas
VII SMPN 8 Bandar lampung
Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa hasil
uji blok terendah terdapat
pada materi pencemaran dan keruskan lingkungan. Berdasarkan hasil analisis
uji blok, terlihat bahwa niiai rata-rata terendah terdapat
karena
itu, KD 7.4 merupakan KD yang paling
pada
KD 7.4 Oleh
memungkinkan untuk
9
pengembangan LKS. Lebih lanjut, pada lampiran 3 dapat dilihat bahwa hanya
4l,36yo darr 162 siswa yang hasil belajarnya mencapai KKM padaKD 7.4
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jika persentase ini
dikonversi ke dalam bentuk numerik, hanya terdapat 62 siswa yang mencapai
KKM.
Rendahnya hasil belajar siswa diduga disebabkan oleh pemaharnat konsep
siswa terhadap materi pada
digunakan selama
KD 7.4 tidak optimal. Penyajian LKS
yang
ini menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
juga
siswa. Selain hasil belaj ar yarrg cenderung rendah, keadaan tersebut
dan
menyebabkan pembelajaran yang dilakukan menjadi kurang efektif
efisien karena setelah dilakukan praktikum, guru masih harus menjelaskan
ulang materi tersebut.
Rendahnya hasil belajar siswa sebagai akibat
dari pengetahuan dan
pemahaman konsep siswa terhadap KD 7.4 yang disajikan melalui praktikum
tidak dapat berkembang secala optimal. Keterbatasan penyajian bahan ajar
yang selama
ini
digunakan sebagai LKS menjadi salah satu penyebab
masalah tersebut.
Berdasarkan pemaparan
di
atas, maka diperlukan LKS bermuatan karakter
dengan berbasis pendekatan ilmiah yang dapat membimbing siswa untuk
melakukan praktikum yang memasukan nilai-nilai karakter pada siswa
dengan menggunakan metode ilmiah dan menyajikan pertanyaan-pertanyaan
yang dapat mengkonstruksi pemahaman siswa tentang pencemaran
dan
10
kerusakan lingkungan sehingga siswa menjadi paham dan dapat mengingat
materi dengan mudah dan memiliki nilai karater.
Pemahaman untuk belajar mengenai materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan tidak hanya mempelajari teori, maka dibutuhkan praktek untuk
menambah dan memperkuat pemahaman konsep yang
dimiliki
siswa
terutama materi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Maka, pendidik
harus tepat menggunakan model pembelajaral agff sesuai dengan kegiatan
praktikum.
pencemaran
Adanya LKS sebagai panduan praktikum IPA siswa pada materi
dan kerusakan lingkungan membuat bahan ajar menjadi semakin
kaya,
ini
menarik, dan efektif dalam pembelajaran. Selain itu, keberadaan LKS
juga menjadi sangat bermanfaat dalam mengaitkan teori atau konsep materi
yang
pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan percobaan langsung
materi
dilakukan oleh siswa. Dengan demikian, pengetahuan siswa terhadap
lebih mendalam dan tertanam tebih \ama sehingga berdampak
pada
peningkatan hasil belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah, maka
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. LKS IPA yang digunakan belum memenuhi kriteria'
masalahnya
dapat
11
2. Buku pedoman atau kegiatan/aktivitas praktikum yang terdapat dalam
buku paket digunakan sebagai panduan praktikum LKS IPA siswa.
3. Penyajian
LKS yang biasa digunakan dapat
terc ap ainy a tuj uan mata p elai uan IP
A
sec
mengakibatkan tidak
ara m ak s im al.
4. Keterbatasan penyajian LKS yang biasa digunakan membuat siswa sulit
mengaitkan antara teori dengan percobaan.
5.
Alat dan bahan praktikum yang dimiliki sekolah terkadang tidak
mendukung aktivitas/kegiatan praktikum yang terdapat dalam buku paket
6. Belum ada LKS yang bermuatan karakter serta dapat membimbing siswa
untuk bersikap ilmiah dan mengkonstruk pemahaman siswa terhadap
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
7. Siswa yang hasil belalamyamencapai KKM
pada
KD 7.4hanya4l,36o
.
1.3 Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah pada penelitian
pengembangan ini adalah
1. Adanya kesempatan dan potensi pengembangan LKS IPA bermuatan
karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'
2. Pengembangan
pertanyaan
-pertanyaan terstruktur
yang
bersifat
konstruktivis di dalam LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan kerusakan lingkungan.
3. Hasil pengembangan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran dan
kerusakan lingkungan.
12
4. Uji efektivitas pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
5. Uji efisiensi pada LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
6. Uji kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi pencemaran
dan
kerusakan lingkungan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah pada penelitian
pengembangan
ini adalah
1. Bagaimana kondisi dan potensi pengembangan
LKS IPA
bermuatan
karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan?
2. Bagaimana proses pengembangan LKS IPA
bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
3. Bagaimana efektivitas penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
4. Bagaimana efisiensi
penggunaan LKS
IPA bermuatan karakter
materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana kemenarikan LKS IPA bermuatan karakter materi
dan kerusakan lingkungan?
pencemaran
13
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian pengembangan ini
adalah
1. Menganalisi kondisi dan potensi untuk pengembangan
LKS
IPA
bermuatan karakter materi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Mendeskripsikan proses pengembangan LKS IPA bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan'
3. Menganalisis efektivitas
penggunaan
LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
4. Menganalisis efisiensi penggunaan LKS IPA bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
5. Menganalisis kemenarikan
LKS IPA
bermuatan karakter materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan'
1.6 Manfaat Penelitian
ini
Berdasarkan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian pengembangan
adalah
1.6.1 Teoritis
1.
Mengembangkan konsep, teori, prinsip, dan prosedur teknologi
pendidikan, khususnya penyediaan LKS IPA bermuatan karakter
yang termasuk dalam kawasan pengembangan desain teknologi
cetak.
2.
Menjadi sumbangan pengetahuan pada desain bahan ajar'
l4
1.6.2 Praktis
1. Produk hasil penelitian yang dikembangkan, yaitu LKS
IPA
bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan lingkungan,
dapat menjadi salah satu bahan aiat yang menarik dan bermanfaat
dalam mengaitkan antara teori atau konsep dengan percobaan
langsung yang dilakukan siswa sehingga hasil belajar meningkat
danpembelajaranmenjadisemakinefektifdanefisien.
2.
LKS IPA bermuatan karakter materi pencemalan dan kerusakan
lingkungan yang dikembangkan memuat pefianyaan-pefianyaan
yang bersifat konstruktivis yang dapat menjadi salah satu alat ukur
yang berfungsi untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa
selama melakukan Praktikum.
3. LKS IPA bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang dikembangkan dapat menjadi salah satu bahan
ajar yang menjadi pilihan guru dalam menyajikan pembelajaran
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan melalui metode
praktikum.
4.
Meniadi dasar pertimbangan bagi guru untuk merancang
dan
mengembangkan panduan praktikum yang digunakan sebagai LKS
IPA bermuatan karakter pada materi-materi yang lain'
5.
Dapat digunakan sebagai referensi untuk melakukan penelitian
pengembangan selanj utnYa.
15
1.7 Spesifikasi Produk yang Dihasilkan
Produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah
1.7.1 Produk Utama
Produk yang dihasilkan dalam pengembangan
ini berupa LKS
bermuatan
karakter berbasis pendekatan ilmiah pada mata pelajaran IPA kelas VII
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan spesifikasi sebagai
berikut:
1.
Judul LKS: Panduan Praktikum IPA bermuatan Karakter Materi
pencemaran dan kerusakan lingkungan SMP Kelas
2.
VII
Semester
II
Berbentuk bahan ajar dengan ukuran kerlas 44;
3. Bahan ajar yang dikembangkan ini
mengacu pada
tahapan
pembelajaran kurikulum KTSP;
4.
Produk yang dikembangkan berupa LKS panduan praktikum yang
memiliki pemahaman pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata dan mencoba,
mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengafang) sesuai dengan
yang dipelajari
di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
Pandang atau teori.
5.
Materi penoemaran dan kerusakan lingkungan terdapat padaKD 7.4
t6
6.
Bagian-bagian LKS terdiri dan:
a)
Cover
b)
Kata pengantar
c)
Petunjukpenggunaan
d)
Tujuan pembelajaran
e)
Daftar Isi
0
Teori Dasar
g)
Percobaan
h)
Daftar Pustaka
1,7.2 Produk Pendukung
Produk pendukung yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini
adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bermuatan karakter
materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan metode pembelajaran
praktikum dan diskusi.
II. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan ploses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup. Kegiatan belajar yang dilakukan akan
menghasilkan perubahan dalam dirinya. Banyak teori yang dikemukakan oleh
para ahli yang berusaha memberi penjelasan tentang belajar'
Anderson (2001: 35) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan yang relatif menetap terjadi dalam tingkah laku potensial sebagai
hasil dari pengalaman. Sardiman (2004:21) mengemukakan bahwa belajar
adalah serangkaian kegiatan
jiwa
taga, psiko-fisik untuk menuju
ke
perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur
cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Berdasarkan
pendapat tersebut, terlihat bahwa belajar melibatkan tiga komponen pokok,
yaitu (1) adanya perubahan
tingkah laku; (2) perubahan yang relatif
permanen; (3) perubahan dihasilkan dari pengalaman.
Berdasarkan definisi
di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar merupakan
perubahan tingkah laku yang terjadi atau unjuk kerja melalui serangkaian
kegiatan mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif sebagai hasil dari
18
pengalaman belajarnya. Perubahan pada aspek kognitif, psikomotor, dan
afektif tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh siswa
dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi juga
belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar tesebut
akan semakin bermakna
jika dalam praktikum dilengkapi
dengan LKS
panduan praktikum.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner dalam Sagala (2012: 36)
mengemukakan bahwa pengalaman belajar yang diperoleh dari partisipasi
aktif siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belqar. Menurutnya, pengalaman belajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang
intuitif.
Berdasarkan pendapat
Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk belajar salah satunya melalui praktikum
di
mana siswa
dapat
termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS panduan praktikum yang memiliki daya tarik,
selain penggunaan buku Paket.
proses
Selanjutnya, Arsyad (2010: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar terjadi karena adanya interaksi antata seseorang
dengan
t9
lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja.
Salah satu tanda bahwa seseorang itu telah belajar ditunjukkan dengan adanya
perubahan tingkah laku pada
diri orang tersebut yang disebabkan
oleh
perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan atau sikapnya. Gagne
(1985: 13) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang
kompleks, hasil belajar berupa kemampuan. Setelah belajar seseolang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.
Munculnya
kemampuan tersebut disebabkan oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan
sefta proses kognitif yang ditakukan oleh peserta
didik.
Dengan demikian
belajar adalah seperangkat ploses kognitif yang terbentuk oleh stimulasi
lingkungan, melalui pengolahan informasi menjadi kemampuan baru.
Piaget memberikan dua macam pengefiian belajar, yaitu (1) belajar dalam arti
sempit dan (2) dalam arti
luas.
Ginsburg dan Opper (1998: 141)
mendefinisikan belajar dalam arti sempit adalah belajar yang menekankan
adanya penambahan perolehan informasi baru. Belajar dijelaskan sebagai
yang
suatu yang bersifat pasif atau hafalan. Sedangkan belajar dalam arti luas
disebut juga perkembangan adalah belajar untuk memperoleh
dan
menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan di
berbagai situasi.
Belajar merupakan bagian dari kehidupan manusia. Melalui proses belajar
kita dapat meningkatkan
kecakapan, pengetahuan, keterampilan, sikap,
kebiasaan, pemahaman, dayapikir dan penyesuaian diri yang nantinya dapat
20
digunakan bagi kehidupan bermasyarakat. Belajar adalah suatu kegiatan yang
dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus
ditakukan oleh setiap manusia. Pengertian belajar yang dikaitkan dengan
tingkah laku diartikan sebagai suatu perubahan sebagai akibat dari
pengalaman yang dirasakan, dijiwai dan diaktualisasikan dengan pola tingkah
laku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri tertentu.
Maksum (2000: 19), mengemukakan ciri-ciri perubahan tingkah laku sebagai
berikut:
1.
Perubahan bersifat intensional, dalam arti pengalaman yang diperoleh
itu
diperoleh dengan sengaja dan disadari, diperoleh bukan secara kebetulan.
2.
Perubahan bersifat positif, dalam arli sesuai dengan yang diharapkan atau
kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta didik maupun dari
segi pendidik.
3.
perubahan bersifat efektif, dalam arti perubahan hasil belajar itu relatif
tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksikan dan dipergunakan
seperti dalam pemecahan masalah, ujian, maupun dalam penyesuaian diri
di kehidupan sehari-hari untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, siswa dikatakan belajar ketika
terjadi perubahan yang mencakup aspek kognitif, psikomotor, dan afektif
dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman belajarnya. Perubahan pada
ketiga aspek tersebut dapat terjadi melalui pengalaman belajar yang diperoleh
siswa dari praktikum, di mana siswa tidak hanya belajar tentang teori tetapi
juga belajar secara langsung melalui suatu percobaan. Pengalaman belajar
2t
tesebut akan semakin bermakna
jika dalam praktikum dilengkapi
dengan
LKS.
Berkaitan dengan pengalaman belajar, Bruner (1966: 36) mengemukakan
bahwa pengalaman belajar yang diperoleh melalui partisipasi aktif siswa
dalam ploses pembelajaran merupakan salah satu motivasi siswa untuk
belajar. Menurutnya, pengalamanbelajar yang seperti itu dapat dicontohkan
oleh pengalaman belajar penemuan yang intuitif. Berdasarkan
pendapat
Bruner tersebut, pengalaman belajar penemuan yang dapat memotivasi siswa
untuk belajar salah satunya menggunakan metode praktikum di mana siswa
dapat termotivasi untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi
pelajaran melalui serangkaian kegiatan percobaan, pengumpulan dan analisis
data percobaan, perumusan masalah, penentuan hipotesis, sampai pada
penarikan kesimpulan. Motivasi belajar juga akan semakin dimiliki siswa
dengan digunakannya LKS yang memiliki daya tarik, selain penggunaan
buku paket.
Ausubel (1968: 35) mengklasifikasikan belajar dalam dua dimensi sebagai
berikut:
1. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran
yang disajikan pada siswa dalam bentuk belajar penerimaan yang
menyajikan informasi
itu
dalam bentuk final, maupun dalam bentuk
belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan.
22
2. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat megaitkan
informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Jika siswa dapat
menghubungkan atau mengaitkan informasi itu pada pengetahuan yang
telah dimilikinya maka belajar jadi bermakna. Tetapi jika
siswa
menghafalkan informasi guru itu, tanpa menghubungkan pada konsep
yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi hafalan.
Berdasarkan pengklasifikasian belajar menurut Ausubel tersebut, maka siswa
yang belajar melalui praktikum di laboratorium dan dilengkapi dengan LKS
dapat diklasifikasikan ke dalam belajar dimensi pertama dan kedua' Dalam
hal ini, siswa menerima materi pelajaran dalam bentuk belajar
penemuan
melalui percobaan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri
sebagian atau seluruh materi yang akan dikerjakan. Selanjutnya siswa dapat
mengaitkan materi itu pada struktur kognitif (teori atau konsep) yang telah
dimiliki
sebelumnya
lalu
mengembangkannya sehingga diperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam melalui serangkaian materi, kegiatan, dan
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS.
Piaget dan Inheld er (1969:164) menjelaskan tentang penerapan model belajar
konstruktivis di mana siswa yang aktif menciptakan struktur kognitif dalam
interaksinya dengan lingkungan belajar. Dengan bantuan struktur kognitif ini,
siswa menyusun pengertian mengenai realitasnya. Siswa berpikir aktif serta
mengambil tanggung jawab atas proses pembelajaran dirinya. Piaget juga
menjelaskan bahwa pengetahuan diperoleh dari tindakan. Perkembangan
23
kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa aktif anak berinteraksi
dengan lingkungannya.
Berdasarkan penjelasan Piaget dan Inhelder, pengetahuan diperoleh dari
tindakan dan ditentukan dari keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungan belajarnya. Siswa dapat memperoleh pengetahuan dari tindakan
dan berinteraksi aktif dengan lingkungan belajarnya salah satunya dengan
belajar di laboratorium menggunakan metode praktikum. Melalui praktikum
yang dilengkapi dengan LKS, siswa secala aktif dapat
membangun
pengetahuan dan pemahaman tentang materi pelajaran berdasarkan realitas
atau kenyataan yang diperoleh langsung dari serangkaian percobaan dan
analisis yang dilakukan. Pengetahuan dan pemahamal tersebut kemudian
dapatdisajikan baik secara tulisan maupun lisan'
Berkaitan dengan aliran konstruktivis, Woolfolk (2003: 342) memaparkan
pada
carapandang belajar menurut Piaget dan Vygotsky, yang dapat dilihat
Tabel 2.1 caraPandang Belajar Menurut Piaget dan vygotsky
Konstruktivitas
Belajar
Piaget
Membangun siswa aktif
berdasarkan pengetahuan
sebelumnya melalui
kesempatan-kesemPatan dan
proses untuk menghubungkan
aoa y ang sudah diketahui.
Peran
guru
Fasilitator, pembimbing,
mendengarkan konseP, ide,
dan pemikiran siswa.
Vygotsky
Membangun pengetahuan
kolaboratif berdasarkan
lingkungan sosial dan nilai
terbentuk melalui
kesempatan-kesemPatan sosial.
Fasilitator, pembimbing, dan
turut membantu membangun
pengetahuan, mendengar
konsep-konsep siswa Yang
dibangun secara sosial.
24
Konstruktivitas
Psikolosi/ Individu
Peran
teman
Piaget
Tidak perlu tetapi dapat
menstimulasi pemikiran dan
menimbulkan
o
Peran
siswa
Sosial
Vvsotsky
Bagian penting dalam proses
pembentukan pengetahuan.
ertanyaan-pertanYaan.
Membangun secara aktif
(dengan otak), pemikir aktif,
pemberi keterangan,
penerjemah, penanya.
dengan diri
pemikir
lain,
dan
orang
sendiri
aktif, pemberi keterangan,
penerj emah, penafiy a, parlisiPasi
aktif sosial.
Aktif membangun
Sumber: Woolfolk (2003 : 342)
Berdasarkan Tabel2.1, siswa sebagai si belajar adalah pihak yang aktif dalam
membangun pengetahuan, guru hanya sebagai fasilitator saja. Menurut Piaget
siswa membangun pengetahuan dengan otak dan pemikiran sendiri,
sedangkan menurut Vygotsky siswa membangun pengetahuan melalui
interaksi sosial. Siswa sebagai makhluk individu tentu memiliki pengetahuan
yang tersimpan
di
dalam otaknya. Melalui praktikum yang dilakukan
berkelompok, setiap individu aktif mengolah, mencerna, dan memberi makna
terhadap rangsangan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga menjadi
suatu pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu
tersebut kemudian dapat dikembangkan dan dibangun lagi bersama-sama
dengan siswa lain dalam kelompoknya melalui serangkaian kegiatan dan
perlanyaan yang disajikan dalam panduan praktikum LKS siswa.
Belajar akan diperkuat jika siswa diberikan penugasan. Melalui penugasan,
pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dapat dikembangkan sehingga
siswa
akan semakin paham dan mengingat pengetahuan tersebut' Miarso
dan
25
Suyanto
(2}ll:
3) mengemukakan bahwa belajar akan diperkuat jika siswa
ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri,
(2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam
berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antata sesuatu
dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai
kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal
yang bertentangan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, penugasan yang dapat memperkuat
pengetahuan siswa. Penugasan-penugasan tersebut dapat disajikan dalam
LKS.
Pengetahuan yang sudah dibangun dan
dimiliki siswa
praktikum dapat dituangkan secara lisan melalui penugasan
pertanyaan -pertanyaan
melalui
berupa
atau langkah kerja yang perlu dilakukan siswa'
Dengan demikian, siswa dapat semakin memahami materi pelajaran, dan
mengingat materi tersebut dalam jangka waktu yanglama'
2.1.1 Belajar
Mandiri
Belalar mandiri bukan berarti belajar sendiri. Belajar mandiri merupakan
kegiatan atas prakarsa sendiri dalam mengintemalisasi pengetahuan, sikap,
dan keterampilan, tanpa tergantung atau tanpa mendapat bimbingan langsung
dari orang lain (Permendiknas No. 22 Thn. 2006). Miarso (2007: 267)
mengemukakan bahwa belajar mandiri erat hubungannya dengan belajar
menyelidik, yaitu berupa pengarahan dan pengontrolan
memperoleh dan menggunakan pengetahuan.
diri
dalam
Z6
Pendidikan dengan sistem belajar mandiri menurut Institut
for
Distance
Eclucation of Maryland (Iniversity dalam Chaeruman (2008: 33) merupakan
strategi pembelajaran yang memiliki karakteristik tertentu yaitu
1.
:
Membebaskan pembelajar untuk tidak harus berada pada satu tempat
dalam satu waktu.
2.
Disediakan berbagai bahan termasuk panduan belajar dan silabus rinci
sefia akses ke semua penyelenggara pendidikan yang memberi layanan,
bimbingan menj awab pefianyaan -pertany aan yang diaj ukan pembelaj ar,
dan mengevaluasi karya-karya pembelaj ar.
3.
Komunikasi diantara pembelajar dengan instruktur atau tutor dicapai
melalui suatu kombinasi dari beberapa teknologi komunikasi seperli
telepon, voice-mail,konferensi melalui komputer, surat elektronik
ataupun surat menyurat secara reguler'
Miarso (2007: 267) mettyatakan paling sedikit ada dua hal yang dapat
melaksanakan belajar mandiri yaitu, 1) digunakannya program belajar yang
mengandung petunjuk untuk belajar sendiri oleh peserta
didik
dengan
bantuan pendidik yang minimal, dan 2) melibatkan peserta didik dalam
perencanaan dan pelaks anaan ke giatan'
Berdasarkan urain di atas belajar mandiri merupakan belajar terprogram atau
terencana secara matang. Pada prinsipnya belajar mandiri didasarkan pada
kebutuhan pembelajar yang harus dipenuhi dengan motivasi instrinsik pada
diri peserla didik dan minimalisasi keterlibatan pendidik dalam pelaksanaan
pembelajaran. Pembelajaran dengan metode praktikum yang dilengkapi
27
dengan
LKS
sebagai panduannya merupakan salah satu contoh belajar
mandiri. Melalui praktikum siswa dapat belajar secara mandiri untuk
memperoleh pengetahuan melalui serangkaian percobaan yang dilakukan dan
dari materi serta pertanyaan-perta ny aan yang terdap at pada LI(S. Guru hanya
sebagai fasilitator yang membimbing siswa menginternalisasi pengetahuan,
sikap, dan keterampilannYa.
2.L.2 T eori pembelajaraan
Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Suparno (2004:
3) mengemukakan bahwa pembelajaran sebagai suatu proses transaksional
akademis bertujuan bagaimana peserta didik mengerti dan paham tentang apa
yang mereka pelajari. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional
(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Berkaitan dengan dua definisi tersebut, pembelajaran
dapat dikatakan sebagai proses interaksi antata siswa, guru, dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaranyang dirancang