Yuni Rosalina BAB II

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Medis A. Kehamilan

  1. Definisi kehamilan Kehamilan didefinisikan sabagai fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga bayi lahir, kehamilan normal akan berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke 13 hingga ke 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke 28 hingga ke 40). Menurut federasi obstetric ginekologi internasional dalam buku ilmu kandungan (2010;h.213).

  Proses kehamilan merupakan mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan ovum, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, tumbuh-kembang hasil konsepsi sampai aterm.( Dwi mira 2009;h:38) sedangkan menurut sarwono, 2009:h 89) Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir.Jadi kesimpulan yang di peroleh kehamilan adalah hasil penyatuan sperma dan sel ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi dan berkembang sampai aterm yang normalnya 280 hari.

  2. Proses permulaan kehamilan Menurut Mochtar (2012;h.16) proses permulaan kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel sperma), pembuahan (konsepsi : fertilisasi, nidasi, dan plasentasi)

  a. Sel Telur (ovum) Ovum merupakan sel terbesar pada badan manusia (Kusmiyati, 2015;h.34).

  Urutan pertumbuhan ovum :

  b. Sel Mani ( Spermatozoon) Menurut Kusmiyati (2015;h.34) spermatoza terdiri dari 3 bagian yaitu: 1) Kaput (kepala) yang mengandung bahan nucleus.

  2) Ekor berguna untuk bergerak. 3) Bagian silindrik, menghubungkan kepala dan ekor.

  c. Pembuahan (Konsepsi : Fertilisasi) Pembuahan adalah suatu peristiwa penyatuan sel mani dengan sel telur di tuba uterine. Dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zigot yang terjadi selama 3 hari sampai stadium morula.

  d. Nidasi (Implantasi) Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam endometrium.

  e. Plasentasi dan mukosa rahim Mukosa rahim pada wanita yang tidak hamil terdiri atas stratum kompaktrum dan stratum spongiosum.

  3. Tanda kehamilan

  a. Tanda dugaan kehamilan 1) Amenorea ( terlamabat datang bulan ) 2) Mual dan muntah ( emesis ). Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan .

  3) Ngidam. 4) Pingsan. Terjadi karena ganguan sirkulasi darah ke kepala menyebabkan iskemia susunan saraf pusat, keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. 5) Payudara membesar, tegang, dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh hormone estrogene dan progesterone yang merangsang duktus dan alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar.

  6) Miksi sering, Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala akan hilang pada triwulan kedua kehamilan karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. 7) Konstipasi /obstipasi, Karena tonus otot-otot usus menurun oleh pengaruh hormon steroid 8) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormone kortikosterroid plasenta dijumpai dimuka (cloasma gravidarum), areola payudara, leher dan dinding perut.

  9) Pemekaran vena-vena (varices), dapat terjadi pada kaki, betis dan vulva yang biasanya didapat pada daerah genetalia eksterna, kaki, dan betis. Pada kehamilan multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, yang kemudian timbul kembali pada triwulan pertama. 10) Epulis. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.(Menurut manuaba 2010;h:107-109), Sedangkan menurut Ari sulistyawati, (2011:h 149-161)Tanda dugaan hamil :

  a) Amenore / tidak mengalami menstruasi sesuai siklus

  b) Nausea, anoreksia, hyperemesis, dan hipersalivasi

  c) Pusing

  d) Miksi

  e) Obstipasi

  f) Hiperpigmentasi

  g) Varises

  h) Payudara menegang i) Perubahan perasaan j) BB bertambah

  b. Tanda tidak pasti hamil 1) Rahim membesar,sesuai dengan tuanya kehamilan.

  2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi Braxton hicks, dan teraba ballottement.

  3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu. Menurut manuaba 2010;h:107-109 . sedangkan menurut Ari sulistyawati (2011;h 149-161)

  a) Rahim membesar

  b) Tanda hegar

  c) Tanda chadwick

  d) Tanda piskacek

  e) Braxton hicks

  f) Balloment positif

  g) Tes urin kehamilan (HCG) positif

  c. Tanda pasti kehamilan 1) Gerakan janin didalam Rahim 2) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin 3) Adanya denyut jantung janin.Menurut Manuaba(2010;h:107-109) sedangkan menurut Ari Sulistyawati,2011:h 149-161Tanda pasti hamil ialah

  a) Terdengat denyut jantung bayi (DJJ)

  b) Terasa gerakan janin

  c) Pada pemeriksaan USG terlihat adanya kantong kehamilan, ada gabaran embio d) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin (> 15 minggu)

  4. Pemeriksaan diagnostik kehamilan Pemeriksaan diagnostik kehamilan menurut Kuswanti (2014;h.104- 108) yaitu

  a. Tes urin (tes HCG) Tes urin dilakukan sedini mungkin saat diketahui ada aminore. Inti test urin adalah untuk mengetahui kadar HCG (Human Chorioic

  Gonadotropin) yaitu suatu hormon yang dihasilkan embrio saat terjadinya kehamilan yang akan meningkat dalam urin dan darah seminggu setelah konsepsi. Urin yang digunakan diusakan adalah urin pagi hari.

  b. Palpasi abdomen Secara umum, palpasi abdominal dilakukan dengan tujuan untuk menentukan besar dan konsistensi rahim, bagian-bagian janin, letak dan presentasi, kontraksi rahim, braxton hicks dan his.Cara palpasi abdominal yang lazim digunakan adalah menurut leopold.Pemeriksaan palpasi menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring terlentang.Pemeriksaan palpasi menurut leopold dilakukan dengan posisi ibu hamil berbaring terlentang dengan bahu dan kepala sedikit tinggi (memakai bantal).Setelah ibu hamil dalam psisi terlentang, dilihat apakah uterus berkontraksi atau tidak, jika berkontraksi harus ditunggu sampai tidak berkontraksi.Dinding perut juga harus lemas, sehingga pemeriksaan dapat dilakukan dengan teliti, untuk itu tungkai dapat ditekuk pada pangkal paha dan lutut.Pemeriksaan palpasi leopold dibagi menjadi empat tahap, pada pemeriksaan leopold I, II, III, pemeriksaan menghadap ke arah muka ibu yang diperiksa dan pada pemeriksaan leopold IV pemeriksaan menghadap ke arah kaki ibu.

  Langkah-langkah dalam melakukan palpasi leopold adalah: 1) Leopold I

  Tujuan dari pemeriksaan Leopold I adalah untuk menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan umur kehamilan.Selain itu, dapat juga ditentukan bagian janin mana yang terletak pada fundus uteri. Teknik pelaksanaan:

  a) Kedua telapak tangan pemeriksaan dletakkan pada puncak fundus uteri.

  b) Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.

  c) Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong).

  2) Leopold II Palpasi Leopold II ini bertujuan untuk mengetahui bagian yang ada di sebelah kanan atau kiri perut ibu.

  Teknik pelaksanaan:

  a) Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan kanan umbilikus.

  b) Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung janin nantinya.

  c) Tentukan bagian-bagian kecil janin.

  3) Leopold III Palpasi Leopold III ini bertujuan untuk bagian janin yang berada di sebelah bawah uterus ibu.

  Teknik pelaksanaan :

  a) Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman bagi pasien.

  b) Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.

  c) Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah mengalami enggagement atau belum.

  4) Leopold IV Pada Leopold IV, selain bertujuan untuk menentukan bagian janin mana yang terletak dibawah, juga dapat menentukan bagian berapa bagian dari kepala janin yang telah masuk dalam pintu atas panggul. Teknik pelaksanaan:

  a) Pemeriksaan mengubah posisi sehingga menghadap ke arah kiri pasien.

  b) Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.

  c) Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.

  c. Pemeriksaan USG Pemeriksaan USG dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti kehamilan. d. Pemeriksaan rontgen Merupakan salah satu pemeriksaan untuk melakukan penegakkan diagnosis pasti kehamilan. Di dalam pemeriksaan akan terlihat kerangka janin, yaitu tengkorak dan tulang belakang.

  5. Perubahan fisiologis kehamilan

  a. Uterus Uterus yang semula besarnya hanya sebesar jempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperpla-sia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot dalam rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Manuaba, 2010; h. 85-87).

  b. Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru- biruan (tanda chadwicks) (Manuaba, 2010; h. 92).

  c. Ovarium Dengan adanya kehamilan, indung telur yang mengan-dung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu (Manuaba, 2010; h. 92).

  d. Payudara Mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Ada beberapa fungsi hormone untuk persiapan payudara dalam pemberian ASI yaitu :

  1) Estrogen,berfungsi : a) Menimbulkan hipertrofi system saluran payudara.

  b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak membesar c) Tekanan pada serat saraf karena penimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan payudara terasa sakit

  2) Progesterone, berfungsi:

  a) Mempersiapkan asinus agar dapat berfungsi

  b) Meningkatkan jumlah sel asinus 3) Somatomamotrofin, berfungsi :

  a) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin.

  b) Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara.

  c) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan.

  (Manuaba, 2010; h. 92).

  e. Sirlukasi Darah Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah

  (hemodelusi).Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalalm rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 2010; h. 93). f. Sistem Respirasi Pada kehamilan terjadi perubahan system respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan 02, karena terjadi desakan diafragma karena dorongan Rahim yang membesar pada usia kehamilan 32 minggu sehingga ibu akan bernafas lebih sekitar 20-25% dari pada biasanya.

  (Manuaba, 2010; h. 93).

  g. Sistem Pencernaan Karena pengaruh hormone estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat, dan menyebabkan :

  1) Pengeluaran air liur yang berlebihan (hipersaliva) 2) Daerah lambung terasa panas 3) Terjadi mual, pusing pada pagi hari ( morning sickness) 4) Muntah yang berlebihan ( hyperemesis gravidarum) 5) Hormone progesterone menimbulkan gerak usu semakin berkurang yang menyebabkan obstipasi . (Manuaba, 2010; h.

  94).

  h. Sistem Perkemihan Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih.Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodelusi menyebabkan metabo-lisme air makin lancar sehingga pembentukan urine akan bertambah (Manuaba, 2010; h. 94).

  6. Ketidaknyamanan pada kehamilan dan cara mengatasinya

Table 2.1 ketidaknyamanan serta cara mengatasi dalam kehamilan

  Ketidaknyamanan Trimester Cara mengatasi Nyeri epigastrik (ulu 1 menganjurkan ibu menghindari hati) makanan keras yang susah dicerna, makan sedikit tapi sering (porsi kecil 5-6 kali sehari). hindari makanan yang merangsang, seperti pedas, lemak, dan mengandung gas, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi vitamin B kompleks. Rasa mual dan muntah 1 menganjurkan ibu untuk menghindari perut kosong atau perut dalam keadaan penuh/kenyang, hindari rangsangan berupa bau-bauan, anjurkan ibu untuk makan- makanan kering yang mengandung karbohidrat sebelum bangun dari tempat tidur dan ditempat tidur hingga tenang.

  Mengidam 1 memberi nasihat akan makanan seimbang, Berikan pengawasan pada ibu untuk jenis makanan yang tidak merugikan secara ketat. Gangguan berkemih 1 dan 3 menganjurkan ibu untuk mengurangi minum saat akan tidur, agar istirahat tidak terganggu, Anjurkan untuk latihan senam kegel untuk kekuatan otot pubis,Bila ada keluhan saat BAK, maka segera rujuk ke dokter, gunakan pembalut jika perlu, Tentramkan hati ibu dengan memberi penjelasan bahwa keadaan ini adalah fisiologis. Obstipasi 2 dan 3 Anjurkan ibu untuk minum -+ 6 gelas per hari, Anjurkan ibu untuk diet tinggi serat, Tidak boleh memberikan obat-obatan yang mengandung laksatif. Epulsi 1 melakukan perawatan gigi dan mulut yang baik. Anjurkan ibu unuk menggunakan sikat yang lembut dan kumur air hangat, Anjurkan ibu untuk mengontrol gigi dengan teratur, makan makanan yang seimbang, meningkatkan asupan buah-buahan dan sayuran, menganjurkan ibu untuk memotong makan-makanan yang keras dalam bentuk kecil. Flour albus 1, 2 dan 3 menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan vulva dan pakaian dalam, serta gunakan pembalut wanita

  Mudah lelah

  1 Cegah terjadinya anemia, Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, tingkatkan asupan nutrisi yang adekuat

  Hemoroid

  3 Hindari konstipasi, Beri rendamam hangat/dingin pada anus, Bila mungkin gunakan jari untuk memasukkan kembali hemoroid kedalam anus dengan pelan- pelan, Bersihkan anus dengan hati-hati setelah defekasi, Usahakan BAB yang teratur, Ajarkan latihan kegel untuk menguatkan perineum dan mencegah hemoroid Gangguan pernapasan

  3 Latihan napas melalui senam hamil, Tidur dengan bantal yang tinggi, Makan tidak terlalu banyak. Edema

  3 Meningkatkan priode istirahat dan berbaring pada posisi miring ke kiri, Meninggikan kaki bila duduk serta memakai stoking, Meningkatkan asupan protein, Menurunkan asupan karbohidrat karena dapat meretensi cairan dijaringan.menganjurkan untuk minum 6-8 gelas cairan perhari.

  . Hutahaean (2014;h.77-153)

  7. Komplikasi Pada Kehamilan Menurut Mochtar (2012;h.141-184) menyebutkan :

  a. Hiperemesis Gravidarum Adalah mual muntah yang berlebihan yang terjadi kira-kira sampai umur kehamilan 20 minggu.Ketika umur kehamilan 14 minggu / TM 1, mual dan muntah yang dialami ibu begitu hebat.Semua yang dimakan dan diminum ibu dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari ibu.Berat badan menurun, terjadi dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti apendistis, pielitis dan sebagainya.

  b. Toksemia Gravidarum Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala-gejala dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria, Edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang-kejang/konvulsi dan koma).

  c. Abortus (Keguguran) Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.

  d. Kematian Janin dalam Kandungan Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK) atau

  

intra uterine fetal dealth (IUFD) sering dijumpai,baik pada kehamilan

di bawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu.

  e. Perdarahan Antepartum Pendarahan Antepartum adalah pendarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.

  f. Penyakit jantung Kebutuhan janin akan oksigen dan zat makanan bertambah seama kehamilan, yang harus dipengaruhi melalui darah ibu. Oleh karena itu, banyaknya darah yang beredar semakin meningkat, sehingga jantung harus bekerja lebih keras. g. Hipertensi Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskular yang sering terjadi sebelum kehamilan, saat terjadi kehamilan atau pada permulaan nifas. Hipertensi yang muncul pada saat kehamilan adalah hipertensi akut, karena hanya muncul pada saat hamil dan sebagian besar tidak memiliki riwayat hipertensi (Hutahaean, 2014;h.189-209)

  8. ANC terpadu Pengawasan antenatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.

  a. Konsep pemeriksaan/ pengawasan antenatal 1) Anamnesis

  a) Data biologis

  b) Keluhan hamil

  c) Fisiologis

  d) Patologis (abnormal)

  b. Pemeriksaan fisik 1) Pemeriksaan fisik umum 2) Pemeriksaan fisik khusus

  a) Obstetric

  b) Pemeriksaan dalam

  c) Pemeriksaan ultrasonografi 3) Pemeriksaan psikologis

  Status kejiwaan dalam menghadapi kehamilan

  4) Pemeriksaan laboratorium

  a) Laboratorium rutin ( darah lengkap, urine lengkap, tes kehamilan)

  b) Laboratorium khusus ( pemeriksaan TORCH, serologis, fungsi hati dan ginjal, protein darah,golongan darah, factor Rh, air ketuban, infeksi hepatitis b ibu/bayi, estriol dalam urine, infeksi AIDS

  5) Diagnosis kehamilan

  a) Kehamilan normal

  b) Kehamilan dengan risiko

  c) Kehamilan disertai penyakit ibu yang mempengaruhi janin

  d) Kehamilan disertai komplikasi

  e) Kehamilan dengan nilai nutrisi kurang 6) Penatalaksanaan lebih lanjut

  a) Pengobatan penyakit yang meyertai hamil

  b) Pengobatan penyulit kehamilan

  c) Menjadwalkan pemberian vaksinasi

  d) Memberikan preparat penunjang kesehatan

  e) Menjadwalkan pemeriksaan ulang Pemeriksaan pertama kehamilan diharapkan dapat menetapkan data dasar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim dan kesehatan ibu sampai persalinan. (Manuaba 2010;h:111-112)

  c. Tujuan asuhan antenatal (Sarwono Prawirohardjo, 2009. Hal 90) 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

  2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi.

  3) Mengenali secara dini adanya ketidak normalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayatbpenyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi ekslusif.

  6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

  Kebijakan program menurut (Sarwono Prawirohardjo, 2009. 90)

  d. Asuhan yang diberikan pada Trimester 1-3

  a) Trimester I 1) Menjelaskan dan meyakinkan pada ibu bahwa apa yang terjadi padanya adalah suatu yang normal.

  2) Membantu untuk untuk memahami setiap perubahan yang terjadi baik fisik maupun psikologis.

  3) Meyakinkan bahwa ibu akan mulai merasa lebih baik dan berbahagia pada trimester kedua. b) Trimester III 1) Mengajarkan ibu tentang nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda- tanda bahaya.

  2) Bersama ibu dan keluarga dalam merencanakan kelahiran dan rencana kegawatdaruratan.

  c) Trimester III 1) Memberikan penjelasan bahwa yang dirasakan oleh ibu adalah normal 2) Menenangkan ibu. 3) Membicarakan kembali dengan ibu bagaimana tanda-tanda persalinan yang sebenarnya.

  4) Meyakinkan bahwa anda akan selalu berada bersama ibu untuk membantu melahirkan bayinya.

  Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.Satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dua kali pada triwulan ketiga. Menurut DepKes RI 2010 standar minimal pelayanan antenatal menjadi 10 T, yaitu:

  1. Timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan

  2. Ukur tekanan darah

  3. Ukur tinggi fundus uteri

  4. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap

  5. Pemberian tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan

  6. Tes laboratorium

  7. Temu wicara

  8. Tentukan presentasi janin dan hitung DJJ

  9. Tetapkan status gizi

  10. Tata laksana kasus

  8. Kelainan pada kehamilan Oligohidromnion

  Jumlah cairan amnion kurang dari normal, menyebabkan peningkatan mortalitas perinatal.(Varney, 2009 h;298) a. Etiologi

  1) Insufisiensi uteroplasenta 2) Anomali kongenital (mis, agenesis ginjal, sindrom potter) 3) Penykit virus 4) Respon terhadap indosin sebagai tokolitik 5) Ketuban pecah dini 6) Sindrom pascamaturitas

  b. Komplikasi 1) Hipoksia janin 2) cairan bercampur mekonium dan aspirasi mekonium

  c. tanda dan gejala 1) tinggi fundus dibawah normal 2) “molase” uterus disekeliling janin 3) Garis batas janin mudah ditentukan pada abdomen 4) Tidak terdapat ballotemen janin 5) Ibu kurang merasakan gerakan janin

  6) Deselerasi variabel Djj multipel Postterm

  a. Pengertian Kehamilan postterm disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, prolonged pregnancy, extended

  pregnancy, postdate/ pos datisme atau pascamaturitas, adalah

  kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Sarwono,2009,h;686).

  b. Permasalahan kehamilan postterm Kehamilan postterm mempunyai resiko lebih tinggi dari pada kehamilan aterm, terutama terhadap kematian perinatal (antepartum, intrapartum, dan postpartum) berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia. Pengaruh kehamilan posterm antara lain sebagai berikut :

  1) Perubahan pada placenta Disfungsi placenta merupakan faktor penyebab terjadinya komplikasi pada kehamilan postterm dan meningkatnya resiko pada janin. 2) Pengaruh pada janin

  Beberapa para ahli menyatakan bahwa kehamilan postterm menambah bahaya pada janin, Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin.

  Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu.Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage.

  3) Pengaruh pada ibu Morbiditas/ mortalitas ibu dapat meningkat akibat dari makrosomia janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadinya distosia persalinan, incoordinate uterine

action, partus lama, perdarahan postpartum karna janin besar.

  c. ManifestasiKlinis 1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali/20 menit. 2) Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.

  3) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi: a) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

  b) Stadium II : seperti Stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di kulit.

  c) Stadium III : seperti Stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan talipusat. B. Persalinan

  1. Definisi persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai olehperubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan kelahiran placenta. (Varney 2007;h: 672)

  Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontarksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks. (APN 2008;h:39)

  Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan placenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba 2010;h:164)

  2. Jenis-jenis persalinan

  a. Persalinan spontan. Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

  b. Persalinan buatan. Persalinan yang dibantu oleh tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi SC atau VE. c. Persalinan anjuran. Persalinan yang berlangsung tidak mulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemecahan ketuban atau pemberian pitosin atau prostaglandin. (Dwi mira 2009;h:74)

  3. Tanda dan gejala persalinan

  a. Penipisan dan pembukaan serviks (Dwi mira 2009;h:75)

  b. Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit ) (Dwi mira 2009;h:75) sedangkan menurut varney 2007;h;673 perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas Braxton hicks.

  c. Keluarnya lender bercampur darah (Dwi mira 2009;h:75)

  4. Factor-faktor yang beperan dalam persalinan Factor yang berperan dalam persalinan meliputi : power (his/kontraksi otot Rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum ), passenger ( janin dan plasenta), passage ( jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang ), psikis ibu bersalin, penolong. ( manuaba 2010;h:169)

  5. Tahap-tahap persalinan

  a. Kala 1 ( kala pembukaan ).dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan serviks hingga mencapai pembukaan lengkap 10 cm. kala 1 dibagi menjadi 2 fase (tahap) yaitu :

  1) Fase laten :

  a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap.

  b) Pembukaan serviks kurang dari 4cm c) Biasanya berlangsung <8jam 2) Fase aktif :

  a) Frekuensi dan lama kontraksi uterusnya meningkat (adekuat) terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlngsung selama 40 detik atau lebih.

  b) Serviks membuka dari 4cm-10cm, biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap (10cm).

  c) Terjadi penurunan bagian bawah janin.

  d) Berlangsung <6jam.

  e) Menurut Ema wahyu ningrum 2012 fase aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu : fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4cm, fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sengat cepat, dari 4cm menjadi 9cm, fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat dalam waktu 2jam pembukaan 9cm menjadi lengkap.

  Asuhan yang diberikan menggunakan pemantauan patograf oleh bidan seperti memantau Djj, kontraksi uterus, nadi, tiap 30 menit, pembukaan dan penurunan serviks tiap 4 jam, tekanan darah dan suhu tubuh tiap 4 jam serta produksi urin, aseton, dan protein tiap 2-4 jam.(Johariah,2012,h:81)

  b. Kala 2 (kala pengeluaran). Kala 2 persalinan dimulai ketika pembukaan serviks lengkap dan berakhir dengan lahirnya bayi.

  Tanda dan gejala kala 2 :

  1) Adanya dorongan meneran 2) Adanya tekanan pada anus, vulva, dan vagina 3) Perineum menonjol 4) Vulva, vagina, dan sfingter ani membuka

  Asuhan dukungan yang diberikan menurut Erawati (2011;h.59), 1) Meningkatkan rasa aman dengan mendukung, mendorong dan meyakinkan ibu.

  2) Membantu pernapasan. 3) Membantu dalam teknik mengejan. 4) Mengikutsertakan, menghormati anggota keluarga atau teman yang mendampingi.

  5) Memberikan tindakan yang menyenangkan, misalnya mengusap dahi.

  6) Memberikan dan membantu ibu minum antara waktu kontraksi.

  7) Secara terus menurus mengamati prinsip pencegahan infeksi dan dasar-dasar hygiene.

  8) Memastikan kandung kemih kosong dengan membantu dan mendorong ibu mengosongkannya secara rutin.

  c. Kala 3 (kala uri ). Kala 3 persalinan dimulai setelah bayi lahir dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

  Tanda-tanda pelepasan plasenta : 1) Tali pusat bertambah panjang

  2) Perubahan bentuk dan ukuran uterus, uterus menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat 3) Semburan darah tiba-tiba

  Asuhan yang diberikan seperti memantau kontaksi uterus ibu, memantau tanda vital dan personal hygiene.(Johariah,2012,h;143) d. Kala 4 menurut Erawati (2011,h;85)adalah kala pengawasan selama dua jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan pascapartum. Observasi yang dilakukan menurut Johariyah dan Ningrum (2012,h;7) adalah:

  1) Tingkat kesadaran penderita. 2) Pemeriksaan tanda-tanda vital. 3) Kontraksi uterus, Tinggi Fundus Uteri.Dalam evaluasi uterus, yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal akan teraba keras saat dipalpasi. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus, akan terjadi atonia uterus (Erawati, 2011,h;86).

  4) Terjadinya perdarahan : perdarahan normal bila tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

  a) Fisiologi kala IV persalinan menurut Erawati (2011h: 85) Setelah plasenta lahir, tinggi fundus uterus kurang lebih dua jari di bawah pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada di antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

  b) Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum (1) Serviks

  Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks menganga seperti corong.

  (2) Vagina dan perineum Evaluasi laserasi dan perdarah aktif pada perineum dan vagina.Kaji perluasan laserasi perineum.

  Laserasi perineum dibagi menjadi empat derajat,menurut Erawati (2010 : h 86) yaitu sebagai berikut. (a) Derajat I

  Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum.

  (b) Derajat II Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum dan otot perineum.Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur. (c) Derajat III

  Meliputi mukosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani eksternal.

  (d) Derajat IV Derajat III ditambah dinding rektum anterior.Pada derajat III dan IV, segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.

  6. Mekanisme persalinan Mekanisme persalinan merupakan gerakan –gerakan cardinal pada persalinan dengan presentasi belakang kepala. Pada umumnya panggul mempunya bentuk tertentu, dan ukuran kepala janin pun juga hampir sama besarnya dengan ukuran dalam panggul. Oleh karena itu kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul (PAP) ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul (PBP), untuk menyelesaikan persalinan.Perubahan-perubahan posisi kepala janin terhadap segmen panggul disebut dengan mekanisme persalinan. Gerakan utama dalam meknisme persalinan adalah turunnya kepala, fleksi, putar paksi dalam (rotasi internal), ekstensi, putar paksi luar (rotasi eksternal), dan ekspulsi.(Dwi mira,2009:h;79). Sedangkan menurut (Williams, 2014) Pada awitan persalinan, posisi janin terhadap jalan lahir penting untuk mengetahui rute kelahiran.

  Sehingga, posisi janin di dalam rongga uterus harus ditentukan saat awitan persalinan.Orientasi janin sehubungan dengan pelvis maternal di bahas dalam kaitannya dengan letak, presentasi, sikap, dan posisi janin. a. Letak janin, Hubungan antara aksis panjang janin terhadap ibu disebut dengan istilah letak janin dan terbagi menjadi memanjang atau melintang. Kadang-kadang, aksis janin dan maternal dapat melewati sudut 45 derajat, membentuk letak oblig, yang tidak stabil dan selalu menjadi letak memanjang atau melintang saat persalinan. Faktor predisposisi letak melintang meliputi multiparitas, plasenta previa, hidramnions, dan anomaly uterus.

  b. Presentasi janin, bagian terpresentasi adalah bagian tubuh janin yang terendah di dalam maupun di bagian terdekat jalan lahir.

  Bagian tersebut dapat dirasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina. Maka, pada letak memanjang, bagian yang terpresentasi adalah kepala atau bokong, sehingga disebut (secara berurutan) presentasi kepala dan bokong. Ketika letak janin pada aksis panjangnya adalah transversal, bahu merupakan bagian yang terpresentasi dan di rasakan melalui serviks pada pemeriksaan vagina.

  c. Postur atau sikap janin, Pada beberapa bulan terakhir kehamilan, janin membentuk postur khusus yang disebut sebagai sikap atau habitus. Normalnya, janin membentuk massa ovoid yang secara kasar sesuai dengan bentuk rongga Rahim. Janin menjadi terlipat atau membungkuk kearah dirinya sendiri sedemikian rupa sehingga bagian punggung menjadi berbentuk cembung, kepala mengalami fleksi maksimal sehingga dagu hampir menyentuh dada, paha terfleksi di depan abdomen, dan tungkai tertekuk pada lutut. Pada semua presentasi kepala, lengan biasanya menyilang di depan dada atau sejajar pada masing-masing sisi. Umbilicus terletak pada celah diantaranya dan ekstremitas bawah. Postur yang khas ini disebabkan oleh cara pertumbuhan janin dan penyesuaian dirinya terhadap rongga Rahim.

  d. Posisi janin, Posisi mengacu pada hubungan antara bagian yang dianggap sebagai bagian presentasi janin terhadap sisi kanan atau kiri jalan lahir. Dengan demikian, masing-masing presentasi dapat memiliki dua posisi kanan atu kiri. Oksiput, dagu (mentum), dan sacrum janin masing-masing adalah titik penentu pada presentasi verteks, wajah, atau bokong. Karena bagian presentasi janin dapat berada baik di posisi kanan ataupun kiri, terhadap presentasi oksipital kanan dan kiri, presentasi dagu kanan dan kiri, presentasi sacrum kanan dan kiri, yang masing-masing disingkat menjadi LO dan RO (Left and Right Occiput), LM dan RM (Left and Right Mental) serta LS dan RS (Left and Right Sacral). 7. 58 langkah asuhan persalinan normal

  (APN, 2008;h 18)

  1. Mengenali gejala dan tanda kala 2

  a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran

  b. Ibu merasakan regangan yang semakin meningkat pada rectum dan juga vagina c. Perineum Nampak menonjol

  d. Vulva dan sfingter ani membuka

  2. Menyiapkan pertolongan persalinan Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan pentalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tempat datar, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi a. Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi b. Menyiapkan oxitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai didalam partus set

  3. Pakai celemek

  4. Lepaskan dan simpan perhiasan, cuci tangan

  5. Pakai sarung tangan DTT untuk pemeriksaan dalam

  6. Masukan oxitosin kedalam tabung suntik (gunsksn tangan yang menggunakan sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)

  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekah dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT

  a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan kebelakang b. Buang kapas atau kassa pembersih dalam wadang yang tersedia

  c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi

  8. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap

  Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi

  9. Dekontaminasi sarung tangan

  10. Periksa djj normalnya (120-160kali permenit)

  11. Memberitahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu untuk memposisikan ibu senyaman mungkin a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin, serta dokumentasikan semua temuan yang ada

  b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semngat untuk meneran secara benar

  12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran

  13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat a. Ibu untuk meneran dengan baik dan efektif.

  b. Dukung dan beri semngat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai.

  c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya.

  d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

  e. Anjurkan keluarha untuk memberi dukungan.

  f. Berikan minum.

  g. Periksa djj tiap kontraksi selesai. h. Rujuk bila bayi tidak lahir setelah 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.

  14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjingkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

  15. Letakan handuk bersih di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm

  16. Letakan kain bersih yang dilipat1/3 bagian dibawah bokong ibu

  17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan

  18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

  19. Setelah Nampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneranperlahan sambil bernafas cepat dan dangkal

  20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi a. Jika tali pusat memililit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut

  21. Tunggu kepala bayi melakukan putar paksi luar secara spontan

  22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparietal.

  Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

  23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan sikku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas

  24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya)

  25. Lakukan penilaian selintas

  a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?

  b. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak mengis, tidak bernafas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi.

  26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu

  a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan

  b. Ganti handuk basah degan handuk yang kering c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu.

  27. Cek janin tunggal

  28. Beritahu ibu, bahwa ibu akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi dengan baik

  29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit

  IM(intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)

  30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat 3cm dari pusar bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kea rah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua 2cm dari klem pertama

  31. Potong tali pusat di antara kedua klem, dengan satu tangan mengangkat talipusat dan melindungi perut bayi

  32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi

  33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi

  34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm di depan vulva

  35. Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat

  36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas, Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu, suami atau keluarga untuk merangsang putting susu

  37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir ( tetap melakukan tekanan pada dorso-kranial)

  a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5- 10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat beri oksitosin ulangan 10 unit IM, lakukan kateterisasi jika kandung kemih penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, segera rujuk bila plasenta tidak lahir dalam 30menit setelah bayi lahir, bila terjadi perdarahan, lakukan manual placenta

  38. Saat muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.

  Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang disediakan. Lakukan eksplorasi jika Nampak selaput ketuban robek.

  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

  40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta dalam wadah yang disediakan

  41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan

  42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

  43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi paling tidak 1 jam

  44. Lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1mg intramuscular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi

  45. Berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral

  46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam

  a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan

  b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan

  c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan

  d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai untuk penatalaksanaan Antonia uteri

  47. Ajarkan ibu atau keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

  48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

  49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih tiap 15 menit Selma 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascaperslinan

  50. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5 derajad celcius)

  51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0.5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

  52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ketempat sampah yang sesuai

  53. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering

  54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya

  55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

  56. Celupkan sarung tangan kotor kedaam larutan klorin 0,5% balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

  57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang kering dan bersih.

  58. Lengkapi partograf, perksa tanda vital dan asuhan kala I

  C. Nifas

  1. Pengertian masa nifas Masa nifas adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.Nifas(peurperium) berasal dari bahasa latin. Peurperium berasal dari 2 suku kata yakni peur dan parous.Peur berarti bayi dan paraous berarti melahirkan.Jadi dapat disimpulkan bahwa peurperium merupakan masa setelah melahirkan. Peurperium atau nifas juga dapat diartikan sebagi masa postpartum atau masa sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari Rahim sampai 6 minggu berikutnya disertai pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Asih dan Risneni,2016;h 1).