Nikson Sitorus, SKM., M.Epid Rosalina Purnama Sari, SST Fadly, S.Kom., M.Kom

Desember 2015

Jurnal Jurnal

Kesehatan Kesehatan

(The Journal of Health)

Penanggung Jawab

drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes Direktur

Ketua Penyunting

Dr. Sonlimar Mangunsong, Apt., M.Kes

Penyunting Ahli

Eddy Susanto, SKM., M.Kes M. Taswin, S.Si., Apt., MM Yulianto, SKM., M.Kes

Budi Santoso, SKep., Ns, M.Kep., Sp. Kom

Hana Yuniarti, SKM., M.Kes Murdiningsih, S.Pd., M.Kes Dra. Ratnaningsih Dewi Astuti, Apt., M.Kes

Diah Navianti, SPd., M.kes Ismalayani, SKM., M.Kes

Penyunting Pelaksana

Nikson Sitorus, SKM., M.Epid Rosalina Purnama Sari, SST Fadly, S.Kom., M.Kom

Administrasi/Sirkulasi

Annie Kholila Oktora Pulungan, SST Dwi Ratnawati Hakim, SST

Alamat Redaksi

Politeknik Kesehatan Palembang

Jl. Jend. Sudirman Km. 3 No. 1365 Komplek RSMH Palembang 30126

Telp/Fax : 0711 - 373104 E-mail : - poltekkespalembang@yahoo.ac.id

- unitlitbang@poltekkespalembang.ac.id

Jurnal Kesehatan Volume X No. 2; Desember 2015

EDITORIAL

Sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi,

Dosen merupakan salah satu pelaksana dalam menunjang keberhasilan pembelajaraan jenjang pendidikan tinggi secara formal yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Dosen perguruan tinggi juga dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya, sehingga dalam transfer-knowledge, mahasiswa sebagai peserta didik, dapat memperoleh dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih baik.

Selain itu, Kementerian Pendidikan Nasional secara strategis telah mencanangkan bahwa dosen yang memenuhi kualifikasi S2/S3 harus ditingkatkan dari tahun ke tahun; jumlah publikasi artikel ilmiah pada jurnal yang terakreditasi termasuk penulisan buku ajar diharapkan meningkat; dan ada peningkatan jumlah perolehan paten. Hal tersebut dapat dicapai selain dengan modal kerja keras dari semua dosen perguruan tinggi, juga konsistensi dan adanya komitmen yang tinggi yang dimiliki. Permasalahan yang muncul adalah kurangnya dana penelitian dan peralatan perlengkapan penelitian dalam institusi pada tahun sebelumnya. Kemampuan dosen dalam menyelesaikan Penelitian belum optimal, serta kurangnya publikasi dosen dari hasil-hasil penelitian. Untuk mengatasai berbagai permasalahan tersebut, Pemerintah melalui Kemendikbud yang mempunyai fungsi dan peran ganda, yaitu: (1) Meningkatkan jumlah, kualitas, dan kompetensi Dosen dan Peneliti; (2) Meningkatkan jumlah publikasi artikel ilmiah pada jurnal nasional/internasional yang terakreditasi, penulisan buku ajar, dan perolehan paten; Peningkatan ketersediaan dana penelitian bagi dosen dan peneliti sesuai SKIM Penelitian dengan ketentuan serta pesyaratan.. Untuk itu sebagai dosen Poltekkes Kemenkes RI dituntut untuk meningkatkan kompetensi dan komitmennya dalam melakukan riset-riset yang pelaksanaannya dikawal oleh masing-masing unit Litbang. Dilingkungan Poltekkes Kemenkes SKIM Penelitian dosen dan PKM-Mahasiswa diperbaharui setiap tahun sesuai kebutuhan dan dapat diakses melalui web institusi.

ISSN 0126-107X

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI JAMUR DERMATOFITA PADA AIR KOLAM RENANG LUMBAN TIRTA PALEMBANG

MS.Sitorus,Abdul Mutholib,Nurhayati Ramli * Dosen Jurusan Analis Kesehatan Politeknik Depkes.Palembang

ABSTRAK

Dermatofita adalah jamur yang dapat menyebabkandermatofitosis, jamur ini biasanya menginfeksi jaringan keratin diantaranya rambut, kuku dan kulit. Jamur dermatofita terdiri dari 3 genus yaitu: Trichophyton, Microsporum, Epidermophyton. Speciesnya terdiri dari Trichophyton rubrum, Trichophytonmentagrophytes, Microsporum gypseum, Microsporum canis, Epidermophytonfluccosum.dermatofita dapat dipengaruhi oleh hygine sanitasi, iklim yang panas dan lembab serta kurangnya pengetahuan tentang keberadaan jamur pada air

Tujuan penelitian ini adalah unyuk memberikan imformasi kepada pengelola air kolam renang lumban tirta Palembang, sedangkan sample diambil sebanyak 10 sampel, pengambilan sample dilakukan secara acak. Hasil penelitian didapatkan jamur Trichophyton mentagrophytes, dengan prevalensi jamur adalah 100 %

Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada para pengurus kolam renang lumban tirta Palembang, agar menguras atau mengganti air kolam minimal 1 kali seminggu dan juga menyikat dinding-dinding kolam dan disarankan kepada para pengurus kolam renang lumbatn tirta agar memasang papan pengumuman yang berisi tentang tata tertib untuk semua pengunjung yang akan berenang agar membilas badan ditempat pembilasan sebelum dan sesudah berenang

Kata Kunci : Isoalsi, Identifikasi, dermatofita, air kolam renang PENDAHULUAN

berenang dikolam renang tersebut, sebagaimana kita ketahui salah satu sifat

Air yang bersih, jernih, tidak berwarna, mikroorgamnisme adalah cosmopolitan, yang tidak berbau dan bebas dari kontaminasi

berarti terdapat dimana saja sehingga air kolam mikroorganisme dan kimia, merupakan syarat

renang tersebut tidak luput dari kontaminasi mutlak sebagai air sehat unyuk penunjang

mikroorganisme termasuk jamur. kehidupan ( Rohimi,1990),

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka Air merupakan kebutuhan dasar

penulis ingin mengetahui jenis jamur manusia,terutama untuk air minum, selain itu

dermatofita yang terdapat didalam air kolam manusia juga menggunakan air untuk berbagai

renang lumban tirta yang terletak di jalan POM keperluan seperti, mandi, cuci, kakus, juga

IX Palembang

pengolahan pangan. Didalam lingkungan, air juga merupakan suatu media yang sangat

TUJUAN PENELITIAN

penting, karena air banyak mengandung unsur- Untuk mengetahui species jamur unsur fisika, kimia, biologi (mikroorganisme) dermatofitaapa saja yang terdapat pada air yang sewaktu waktu dapat membahayakan kolam renang lumban tirta Palembang kehidupan manusia (Slamet,2002)

Sehubungan dengan hal tersebut diatas,

METHODE PENELITIAN

yang tidak bersih akan mengakibatkan mudah dijangkiti oleh mikroorganisme yang dapat

Lokasi Penelitian

merugikan kesehatan. Sedangkan untuk Penelitian secara deskriptik analitik, ini keperluan mandi, ada yang menggunakan air

dilakukan di laboratorium Mikologi Jurusan sungai, air sumur, air ledeng , termasuk air

Analis Poltekkes jalan sukabangun KM. 6,5 kolam renang. Kolam renang lumban tirta

Palembang, sedangkan pengambilan sampel merupakan salah satu fasilitas umum untuk

dilakukan di kolam renang lumban tirta masyarakat kota Palembang, karena dari

Palembang.untuk mewakili sampel penelitian berbagai lapisan masyarakat, banyak yang

adalah air kolam renang lumban tirta, diambil ISSN 0126-107X

Jurnal Kesehatan Volume X No. 2; Desember 2015 pada 10 titik dengan menggunakan botol timba

diatas tetesan alkohol tadi, kemudian tetesi steril, masing masing botol di isi ¾ bagian

dengan 1-2 tetes LPCB, tutup dengan deks dengan volume 150 -200 ml. Waktu

gelas yang bersih dan kering, amati dibawah pengambilan sampel dilakukan pada sore hari

mikroskop pembesaran objektif 10x dan 40x. setelah banyak orang mandi es jalan sukabangun KM. 6,5 Palembang,

3. pembiakan dengan cara mikrokulture sedangkan pengambilan sampel dilakukan di

a. membuat ruangan steril kolam renang lumban tirta Palembang.untuk

- dalam cawan petri dimasukan / diletakan mewakili sampel penelitian adalah air kolam

dua buah kaca objek steril dengan posisi renang lumban tirta, diambil pada 10 titik

sejajar/ bertumpuk

dengan menggunakan botol timba steril, - siapkan kaca objek yang bersih dan steril masing masing botol di isi ¾ bagian dengan

dengan cara dipanaskan diatas api, volume 150 -200 ml. Waktu pengambilan

kemudian letakan diatas tumpukan kaca sampel dilakukan pada sore hari setelah banyak

objek dengan posisi berlawanan arah orang mandi

- ambil satu buah potongan agar sabaroud dan Penelitian telah dilakukan pada bulan

diletakan kaca objek

maret sampai dengan april 2004 - siapkan kaca tutup steril - ruang biakan telah siap untuk digunakan.

Jenis, cara dan alat pengumpulan data

b. inokulasi koloni jamur Data primer diperoleh dari hasil penelitian

- koloni jamur diambil dengan menggunakan laboratorium secara mikroskopis setelah

ose jarum

terlebih dahulu dilakukan cara – cara sebagai - letakan koloni jamur pada kemempat sisi berikut :

lempengan agar yang terdapat dalam

1. Sampel air di sentrifuger, diambil

ruangan biakan

endapannyalalu diperiksa dengan - bagian atas potongan agar tersebut, mikroskop

kemudian ditutup dengan kaca tutup steril.

2. Endapan dari sampel air di inokulasi - bagian dasar cawan petri diberi aguadest kedalam media SDA (+) denga streak

steril secukupnya

methode, kemudian di inkubasi 2-5 hari - cawan petri ditutup kembali pada suhu ruangan hingga koloni jamur

- biakan di inkubasi pada ruangan timbul

laboratorium dengan suhu kamar selama 3 – Data sekunder diperoleh dari buku-buku

14 hari tergantung jenis jamurnya. pustaka yang berkaitan dengan penelitian

c. Membuat sediaan semi permanen

a. Alat dan bahan yang diperlukan Setiap biakan akan mendapatkan dua buah Mikroskop,erlemeyer,cawan petri, botol sediaan semi permanen, caranya yaitu : tinta steril, ose,gelas objek, lampu spiritus, - kaca tutup yang telah ditumbuhi jamur autoclave, dek gela,kapas,tisue, dan media diangkatdengan pinset poada posisi sabaraud dektrosa agar (+)

menghadap keatas

b. Cara kerja - potongan agar yang telah ditumbuhi jamur

1. pemeriksaan biakan dengan laktat penol pada kaca objek, dibuang cotton blue ( LPCB)

- pada kaca tutup dan kaca objek diberi 1-2 Siapkan objek gelas yang bersih dan kering,

tetes alkohol 70 % dan dibiarkan sampai lalu teteskan 1-2 tetes alkohol 70 %, kemudian

alkohol sedikit mengering ambil koloni jamur dengan menggunakan ose

- siapkan kaca objek dan kaca tutup yang baru yang telah dipanaskan terlebih dahulu diatas

dibersihkan

nyala lampu spiritus, koloni jamur tadi disebar - kedua kaca objek tersebut kemudian ditetsi 141

ISSN 0126-107X

Ms.sitorus,abdul Mutholib,nurhayati Ramli. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Dermatofita Pada Air Kolam Renang Lumban Tirta Palembang

dengan 1-2 tetes larutan LPCB dan ditutup - Permukaan powdery dengan kaca tutup secara perlahan lahan

LPCB

- periksa dibawah mikroskop pembesaran - Mikrokonidia bentuk lonjong/tidak khas objektif 10 x dan 40 x

- Susunan satu-satu - Makrokonidia berbentuk kumparan

Interpretasi hasil seperti daun, terdiri dari 4-6 sel

a. tricophyton rubrum

- Hifa kasar

e. Epidermophyton floccosum - permukaan velvety

makroskopis

makrospis

- warna putih kekuningan - Permukaan velvety Mikroculture

- Warna kuning kehijauan - permukaan velvety

Mikro culture

LPCB - Permukaan velvety - Mikrokonidia lonjong seperti air

LPCB

- Susunan satu-satu atau berkelompok - Mikrokonidia tidak ada - Makrokonidia lonjong seperti pensil/

- Susunan seperti jari tidak khas

- Makrokonidia berbentuk gada, terdiri - Hifa berkelompok

dari 2-4 sel

b. Tricophyton mentagrophytes

- Hifa lebar

makroskopis - Permukaan powdery dan velvety

HASIL DAN PEMBAHASAN

- Warna putih kekuningan Mikro culture

Hasil penelitian

- Permukaan powdery dan velvety Dari hasil penelitian yang telah LPCB

dilakukan terhadap sampel air kolam renang - Mikrokonidia bulat

lumban tirta yang terletak di jalan PON IX - Susunan satu –satu atau berkelompok

Palembang, diudapatkan hasil 100 % positif - Makrokonidia lonjong seperti pensil atau

terinfeksi jamur dermatofita, dimana hasil tidak khas

pemeriksaan yang telah dilakukan dapat dilihat - Hifa spiral

dibawah ini

c. Microsporum canis

Tabel 1. H a s i l P e m e r i k s a a n S e c a r a

makroskopis

Makrospis Dengan Menggunakan

- Permukaan velvety

Media Sda(+) Pada Air Kolam

- Warna kuning terang

Renang Lumban Tirta Di Jalan Pon IX Palembang

Mikro culture - Permukaan velvety

No.

Hasil

Jamur

Ket.

LPCB

sam Jamur

- Mikrokonidia bentuk bulat/tidak khas

fita

Dermato

fita

- Susunan satu-satu

T.mentagrophytes

- Makrokonidia bentuk kumparan

T.mentagrophytes

berujung runcing terdiri dari 4-6 sel

T.mentagrophytes

- Hifa kasar

T.mentagrophytes

- T.mentagrophytes

d. Mikrosporum gypsum

- Permukaan powdery T.mentagrophytes

makrospis

T.mentagrophytes

T.mentagrophytes

- Warna kuning kecoklatan sampai coklat

10 + - T.mentagrophytes

T.mentagrophytes

muda

Mikro culture ISSN 0126-107X

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;

Tabel 2. Hasil pemeriksaan secara makrospis

jugaditemukan jamur non Dermatofita yaitu

dengan menggunakan media SDA(-)

Aspergilus 30 % dan Penicillium 30 %

pada air kolam renang lumban tirta di jalan PON IX Palembang

PEMBAHASAN

No. Hasil

Ket.

Jamur Dari tabel penelitian terhadap 10 sampel air

sam Jamur

pel Dermato non fita

kolam renang lumban tirta jalan POM IX fita Palembang didapatkan hasil golongan

Dermato

+ Aspergilus

Dermatofita dari spesies Trichophyton

mentagrophytes 100%, dan juga golongan non

Aspergilus

+ Penisilin

dermatofita yaitu aspergilus 30 % dan

Penicilium 30 %. Keberadaan jamur ini

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :

Aspergilus

1. Suhu dan kelembaban yang tinggi, sehingga

Penisilin

menyebabkan bertambah suburnya jamur

2. Kurangnya kebersihan orang yang mandi

dikolam

3. Kurangnya pengetahuan akan kesehatan kolam renang lumban tirta Palembang yang

Pada tabel tersebut diatas dari 10 sampel air

4. Higiene sanitasi pada air kolam renang yang diperiksa secara makroskopis dengan biakan

kurang

agar sabaroud semuanya dinyatakan positif ditumbuhi oleh jamur Dermatofita dan non

KESIMPULAN DAN SARAN

Dermatofita

Kesimpulan

Tabel 3. Persentase jamur golongan dermatofita

Dari hasil peneliotian yang dilakukan

pada air kolam renang lumban tirta

terhadap 10 sampel air kolam renang lumban

jalan POM IX. Palembang

tirta jalan POM IX Palembang, maka

Jamur golongan Dermatofita F %

ditemukan jamur golongan Dermatofita spesies 1.Trichopython rubrum

0 0 Trichophyton mentagrophytes dengan 2. T.mentagrophytes

persentase 100% dan golongan non 3. Microsporum canis

Dermatofita aspergilus 30% dan Penicilium 4. Microsporum gypsum

5. Epidermophyton floccosum

Tabel 4. Persentase jamur golongan non

1. Diharapkan kepada para pengurus kolam

dermatofita pada air kolam renang

lumban tirta jalan POM IX. Palembang

renang lumban tirta Palembang agar

menguras/mengganti air kolam minimal 1 x

Jamur golongan non

seminggu dan juga menyikat dinding

Dermatofita

dinding kolam

1.Aspergilus

3 30 2. Disaerankan kepada para pengurus kolam

2. Penicillium

3 30 renang lumban tirta Palembang agar jumlah

memasang papan, untuk semua pengunjung yang akan berenang agar membilas badan

Dari tabel tersebut diatas, didapatkan ditempat pembilasan sebelum dan sesudah persentase dari golongan Dermatofita spesies

berenang

Trichophyton mentagrophytes 100%, selain itu 143

ISSN 0126-107X

Ms.sitorus,abdul Mutholib,nurhayati Ramli. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Dermatofita Pada Air Kolam Renang Lumban Tirta Palembang

DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulus, CJ; Mims, C.W. 1979. Rohimi,S.1990. Air...Air...dan Air.Medika Introductory Mycology. Third Edition, Texax

nomor.9 TH.16

Depkes RI.1989 Mikologi Klinik. Pusat Siregar,S.1995.Penyakit jamur kulit pendidikan tenaga kesehatan.Jakarta Syarifudin, PK. Susila,J.1998. Hydri N.S 1995. Gambaran Klinis, Diagnosis

Dermatolofitosis Parasitologi Kedokteran .

dan penatalaksanaan Dermatofitosis Masa

Edisi III. FKUL. Jakarta.

Kini

Slamet, JS. 2002. Kesehatan Lingkungan. Illahude, H.D Syarifuddin, PK.Djakarta,

Gajah Mada University Press.Yogyakarta. S.1997. Penuntun Pratikum Kedokteran, FKUI.J akarta

Susilo, J. 1992. Media Alternatif Untuk

Isolasi Jamur dan Berbagai Upaya

Ikawati M. 1998. Dermafitosis :

Peningkatan Diagnosis dan Penanggulangan

Permasalahan dan Penanggulangannya. Mikosis Desertai.FKUI. Informasi Jamur.Jakarta,

Mulyati, RH. 2001. Penutupan Pratikum Mikologi. Akademi Analis Kesehatan Depkes Jakarta.Jakarta

ISSN 0126-107X 144

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI BEBERAPA FRAKSI EKSTRAK AKAR BAYAM DURI (Amaranthus spinosus L.) TERHADAP BAKTERI Shigella sonnei

Mindawarnis , Desri Heryanti (1) (2) (1)Dosen Jurusan Farmasi, (2) Alumni Jurusan Farmasi

ABSTRAK

Latar Belakang: Disentri merupakan infeksi pada usus yang ditandai adanya darah, lendir atau nanah dalam feses. Disentri disebabkan oleh bakteri Shigella. Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat disentri adalah tanaman akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yang berkhasiat antara lain untuk disentri, sakit tenggorokan, sakit gigi, demam, keputihan, radang rahim dan terlambat datang haid. Kandungan kimia akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) yaitu alkaloid, flavonoid, glikosida, asam fenolik, steroid, asam amino, terpenoid, lipid, saponin, tanin dan karotenoid, beberapa diantaranya berkhasiat sebagai antbakteri. Namun belum ada penelitian secara ilmiah tentang aktivitas antibakteri dari beberapa fraksi ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri Shigella sonnei. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, dan fraksi air terhadap bakteri Shigella sonnei.

Metode: Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan dengan cara mengukur diameter daya hambat dari beberapa fraksi ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap bakteri Shigella sonnei.

Hasil: Dalam ektrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) setelah dilakukan identifikasi senyawa aktif terdapat senyawa Flavonoid, Saponin dan Tanin. Setelah diuji aktifitas antibakterinya, hanya fraksi etil asetat yang mempunyai daya hambat terhadap bakteri Shigella sonnei.

Kesimpulan: Ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei. Ekstrak akar bayam duri fraksi etil asetat konsentrasi 1,56%b/v; 3,12%b/v; 6,25%b/v; 12,5%b/v, 25%b/v dan 50%b/v memiliki rata-rata diameter zona hambat berturut-turut 6,06 mm; 7,27 mm; 7,4 mm; 7,55 mm; 8,7 mm dan 9,83 mm.

Kata Kunci : Ekstrak akar bayam duri, Shigella sonnei, Uji aktifitas antibakteri. PENDAHULUAN

mengenai anak berusia dibawah 5 tahun Shigella adalah salah satu bakteri yang

(Nafiyanti dan Sinuhaji, 2005). Di Bagian menyebabkan infeksi saluran pencernaan,

Penyakit Dalam RSUP Palembang selama 3 yaitu dapat menyebabkan disentri basiler

tahun (1990-1992) tercatat di catatan medis ada (Kroser, 2007). Ada 4 spesies Shigella, yaitu

16 kasus yang disebabkan oleh disentri basiler S.dysentriae, S.flexneri, S.bondii dan S.sonnei.

(Simanjuntak, 1991).

Disentri merupakan beberapa gangguan yang Pengobatan untuk mengobati disentri yang menyebabkan adanya infeksi pada usus.

disebabkan bakteri adalah dengan memberikan Disentri menyebabkan hilangnya cairan,

suatu antibiotik. Namun, beberapa bakteri akan adanya darah, lendir atau nanah dalam feses.

mengalami resistensi pada suatu antibiotik Bahkan disertai keram pada usus, mual, muntah

tertentu sebagai akibat dari penggunaan dan rasa ingin menahan BAB pada saat buang

antibiotik yang tidak rasional. Telah dilaporkan air besar (Medina, 2013).

resistensi mengenai sejumlah antibiotik pada Di Amerika Serikat, insidensi penyakit

bakteri Shigella sp (Nafianti dan Sinuhaji, disentri ini rendah, setiap tahunnya kurang dari

2005). Untuk mengatasi masalah ini, 500.000 kasus yang dilaporkan ke Center for

dibutuhkanlah suatu obat alternatif, terutama Disease Control (CDC) akibat disentri

yang berasal dari bahan alam. (Simanjuntak, 1991). Prevalensi tertinggi di

Salah satu tumbuhan yang berpotensi untuk daerah tropis (50-80%). Di Indonesia,

dikembangkan menjadi obat disentri adalah dilaporkan 60 juta pasien pertahun, 70-80%

tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus L.), ISSN 0126-107X

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2; dilihat dari morfologinya termasuk golongan

air terhadap bakteri Shigella sonnei. gulma berdaun lebar yang bisa tumbuh dilahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian kering maupun tegalan (Khaira, 2011).

ini adalah pisau, anak timbangan, timbangan, Menurut Dalimartha (1999), khasiat akar

alat sokletasi, alat destilasi, gelas ukur, labu bayam duri (Amaranthus spinosus L.) ini

ukur, pipet tetes, jarum ose, lampu spiritus, antara lain, untuk disentri, diare, sakit

cawan petri, lemari pendingin, Dry Heat Oven, tenggorokan, sakit gigi, demam, bronkitis, TBC

Incubator, pinset, beker gelas, jangka sorong, kelenjar, keputihan, radang rahim, terlambat

tabung reaksi, vial, dan plat tetes. datang haid, kencing sedikit, kencing nanah,

Bahan-bahan yang digunakan dalam dan batu empedu. Sedangkan Menurut Ezekwe

penelitian ini adalah akar bayam duri, etanol et al (2013), akar bayam duri (Amaranthus

P.A, aquadest, suspensi bakteri Shigella sonnei, spinosus L.) ini ternyata bisa juga digunakan

media Muller Hinton Agar (MHA), disk untuk mengobati gonnorrhoea dan juga

Ciprofloxacin, n-heksan P.A, etil asetat P.A, diterapkan sebagai emmenagogue dan

pereaksi FeCl3, pereaksi Lieberman Burchard, antipiretik serta efektif sebagai diuretik.

pereaksi Mayer, NaCl jenuh, HCL pekat, kertas Akar bayam duri (Amaranthus spinosus.L.)

cakram, kertas saring, dan kapas. memiliki beberapa konstituen aktif seperti

Ekstraksi Akar Bayam Duri (Amaranthus alkaloid, flavonoid, glikosida, asam fenolik,

spinosus L.) dilakukan dengan cara sokletasi, steroid, asam amino, terpenoid, lipid, saponin,

selanjutkan dipekatkan dengan destilasi vakum betalains, B-sitosterol, stigmasterol, asam

hingga diperoleh ekstrak kental. Kemudian linoleat, rutin, tanin dan karotenoid (Vardhana,

dilakukan fraksinasi ekstrak akar bayam duri 2011). Menurut Khumar (2014), bayam duri

(Amaranthus spinosus L.) dengan metoda (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas

distribusi cair-cair menggunakan pelarut antibakteri terhadap lima jenis bakteri seperti

dengan kepolaran yang meningkat, sehingga Staphylococcus sp, Escherichia coli,

didapatkan fraksi n-heksan, fraksi etil asetat, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Paracoccus sp.

dan fraksi air. Terhadap ketiga fraksi tersebut Sehubungan dengan latar belakang di atas

selanjutnya dilakukan identifikasi senyawa dan belum adanya penelitian secara ilmiah

aktif untuk mengetahui adanya kandungan tentang aktivitas antibakteri ekstrak akar bayam

alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, steroid, dan duri (Amaranthus spinosus L.) dari beberapa

terpenoid

fraksi terhadap bakteri Shigella sonnei, maka Kemudian fraksi n-heksan, fraksi etil asetat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dan fraksi air dilakukan pengenceran untuk dengan judul penelitian “Uji Aktivitas

mendapatkan konsentrasi 50% b/v, 25% b/v,

Antibakteri dari Beberapa Fraksi Ekstrak

12,5% b/v; 6,25% b/v; 3,12% b/v; 1,56% b/v;

Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)

0,78% b/v; 0,39% b/v; 0,19% b/v; dan 0,09%

terhadap Bakteri Shigella sonnei”.

b/v.

METODE PENELITIAN Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang dilakukan di laboratorium

a. Penyediaan cakram

dengan cara mengukur diameter daya hambat Kertas cakram disterilkan dahulu dalam ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus

autoclave pada suhu 121º C selama 2 jam L.) fraksi n-heksan, fraksi etil asetat dan fraksi

sebelum digunakan.

146 ISSN 0126-107X

Mindawarnis, Desri Heryanti. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.) Terhadap Bakteri Shigella Sonnei

b. Pembuatan Media Mueller Hinton Agar

media yang ada bakterinya.

(MHA)

6) Kemudian diinkubasi selama 24 jam Dilakukan menurut metode Snyder dan

pada suhu 37º C. Atlas (2006).

7) Setelah diinkubasi lakukan pengamatan dan pengukuran terhadap

c. Pembuatan Suspensi Shigella sonnei

zona hambat dengan menggunakan

1) Sediakan 10 ml NaCl 0,9% steril di

jangka sorong.

dalam tabung reaksi.

2) Suspensikan bakteri Shigella sonnei

Cara Pengolahan dan Analisis Data

dengan menggunakan jarum ose dari Yaitu dengan cara melakukan pengukuran biakan bakteri ke dalam NaCl 0,9%

diameter zona hambat yang terbentuk lalu steril sampai kekeruhannya sama

diidentifikasi kategori kekuatannya sesuai dengan suspensi standar yaitu 0,5

dengan literatur, dilihat juga perbandingannya Mc.Farland.

dengan control positif yaitu baku pembanding

d. Pengukuran Daya Hambat Ekstrak Akar

berupa disk Ciprofloxasin dan control negatif,

Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.).

lalu disajikan dalam bentuk table.

1) Media Muller Hinton Agar (MHA)

HASIL

dituangkan kedalam cawan petri Akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.)

masing-masing 10 ml dan biarkan sebanyak 700 gram yang diekstraksi dengan

hingga memadat sebagai lapisan dasar. pelarut etanol sejumlah 5 liter menggunakan

2) Kemudian ambil suspensi bakteri metode sokletasi didapatkan ekstrak kental

Shigella sonnei, torehkan pada sejumlah 30 gram. Setelah itu dilakukan

permukaan media Muller Hinton Agar fraksinasi, didapatkan fraksi n-heksan

(MHA) secara merata dan biarkan sebanyak 1 gram, fraksi etil asetat sebanyak 3

mengering. gram dan fraksi air sebanyak 7 gram, kemudian

3) Masing-masing kertas cakram dilakukan identifikasi senyawa kimia.

dicelupkan kedalam berbagai Selanjutnya dilakukan pembuatan konsentrasi

konsentrasi ekstrak akar bayam duri, 50%b/v sampai dengan konsentrasi 0,09%b/v,

kemudian dikering anginkan. dilanjutkan dengan uji aktivitas antibakteri

4) Sebagai control positif digunakan terhadap bakteri Shigella sonnei, maka

cakram ciprofloxacin. didapatkan hasil dibawah ini :

5) Masing-masing cakram dimasukkan ke

Tabel 1. Hasil identifikasi senyawa aktif Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.)

No. Senyawa

Fraksi

Fraksi

Fraksi

Aktif

Pereaksi

n-Heksan Etil Asetat

Air

Keterangan

HCl pekat +

1 Flavonoid

(+) warna merah 2 Saponin

logam Mg -

(+) buih yang stabil 3 Tanin

Air

FeCl 3 -

(+) warna hijau biru kehitaman

Keterangan : l Positif (+):

Terdeteksi

l Negatif (-) :

Tidak Terdeteksi

ISSN 0126-107X 147

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;

Tabel 2. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam

Duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap Bakteri Shigella sonnei Selama 1 x 24 jam.

Diameter Zona Rata -rata Diameter

Konsentrasi

Hambat (mm) 1x Hambatan 1 x 24 jam

No Bahan Uji

(% b/v)

24 jam

P1 P2

1 Akar Bayam

Fraksi n-Heksan

Duri

0 0 0 (Amaranthus

0 0 0 spinosus L.)

0 0 0 Fraksi Etil Asetat

Fraksi Air

Positif

in

3 Kontrol

n-Heksan

Negatif 1

4 Kontrol Etil Asetat 0 0 Negatif 2

0 0 Negatif 3

5 Kontrol

Kontrol negatif 1 :

Kontrol negatif 2 :

Etil asetat

Kontrol positif :

Ciprofloxacin

Kontrol negatif 3 :

Air

148 ISSN 0126-107X

Mindawarnis, Desri Heryanti. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.) Terhadap Bakteri Shigella Sonnei

PEMBAHASAN

(Amaranthus spinosus L.) yang digunakan Penelitian ini menggunakan akar bayam

adalah 50%b/v, 25%b/v, 12,5%b/v; 6,25%b/v; duri (Amaranthus spinosus L.) yang masih

3,12%b/v; 1,56%b/v; 0,78%b/v; 0,39%b/v; segar dan dirajang halus seluruh bagian akar

0,19%b/v; dan 0,09%b/v dengan dua kali untuk mempermudah cairan masuk kedalam

pengulangan. Pembandingnya digunakan rongga sel yang mengandung zat aktif,

Ciprofloxacin sebagai kontrol positif (+), sehingga didapatkan 700 gram simplisia kering.

sebagai kontrol negatif (-) dinggunakan N- Sebagai cairan penyari digunakan etanol karena

heksan, Etil asetat dan Air. dapat melarutkan banyak senyawa aktif yang

Media biakan bakteri pada penelitian ini terkandung dalam tumbuhan.

menggunakan Mueller Hinton Agar (MHA), Metode penyarian yang digunakan

karena media ini lebih baik untuk sokletasi, karena sokletasi adalah metode atau

perkembangan bakteri dan apabila bakteri proses pemisahan suatu komponen yang

ditorehkan dapat menyebar dengan luas ke terdapat dalam zat padat dengan cara penyarian

seluruh media.

berulang-ulang sehingga semua komponen Menurut Greenwood (2005), kriteria yang diinginkan akan terisolasi. Sokletasi juga

kekuatan antibakteri yaitu jika diameter zona tidak merusak senyawa flavonoid, saponin dan

hambat < 5 mm dikategorikan lemah, zona tannin. Hal ini dibuktikan dalam penelitian

hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona Putri (2012), bahwa masih adanya kandungan

hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona kimia flavonoid, saponin dan tanin setelah

hambat > 20 mm dikategorikan sangat kuat. dilakukan ekstraksi simplisia dengan metode

Bardasarkan Table 2. diketahui bahwa dari sokletasi.

hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak akar Hasil sokletasi selanjutnya diuapkan dengan

bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap destilasi vakum untuk mendapatkan ekstrak

bakteri Shigella sonnei setelah diinkubasi kental. Ekstrak kental yang didapat dari 700

selama 1 x 24 jam, hanya fraksi etil asetat yang gram simplisia adalah 30 gram dengan

memiliki aktivitas antibakteri yang terlihat dari rendemen sebesar 4,3 %.

diameter zona bening yang terbentuk disekitar Ekstrak kental tersebut selanjutnya

cakram. Fraksi etil asetat dari konsentrasi dilakukan fraksinasi menjadi beberapa fraksi,

1,56%b/v; 3,12%b/v; 6,25%b/v; 12,5%b/v; yaitu fraksi n-heksan sebanyak 1 gr, fraksi etil

25%b/v, dan 50%b/v menunjukkan adanya asetat sebanyak 3 gr dan fraksi air sebanyak 7

aktivitas antibakteri dengan rata-rata diameter gr. Kemudian dilakukan identifikasi kandungan

zona hambat yang terbentuk pada masing- senyawa aktif, didapatkan bahwa fraksi n-

masing konsentrasi sebesar 6,06 mm; 7,27 mm; heksan tidak mengandung senyawa aktif

7,4 mm; 7,55 mm; 8,7 mm; dan 9,83 mm; sedangkan fraksi etil asetat dan fraksi air

tergolong dalam kategori kekuatan sedang. Hal menunjukkan adanya kandungan senyawa aktif

ini menunjukkan bahwa dengan peningkatan flavonoid, saponin dan tanin yang berfungsi

konsentrasi ekstrak meningkat pula diameter sebagai antibakteri. Setelah didapatkan ekstrak

zona bening disekitar cakram. Sedangkan fraksi kental dari fraksinasi, kemudian dilakukan

n-heksan tidak memiliki aktivitas antibakteri, pengenceran menjadi berbagai konsentrasi

sejalan dengan hasil identifikasi senyawa aktif untuk uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri

bahwa pada fraksi n-heksan tidak mengandung Shigella sonnei..

senyawa flavonoid, saponin dan tanin. Tidak Adapun konsentrasi akar bayam duri

adanya kandungan flavonoid, saponin, dan ISSN 0126-107X

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;

tannin pada fraksi n-heksan, diperkirakan Shigella sonnei diperkirakan oleh senyawa karena ketiga senyawa tersebut bersifat polar.

antibakteri yang terkandung dalam akar bayam Sedangkan pada fraksi air juga tidak memilki

duri (Amaranthus spinosus L.), yaitu senyawa aktivitas antibakteri, kemungkinan rendahnya

flavonoid, saponin, dan tanin. kadar senyawa aktif flavonoid, saponin dan

KESIMPULAN

tanin yang bersifat menghambat bakteri. Ciprofloxacin sebagai control positif

Berdasarkan hasil penelitian Uji Aktivitas menunjukkan adanya aktivitas antibakteri

Antibakteri dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar dengan rata-rata diameter hambatan sebesar

Bayam Duri (Amaranthus spinosus L.) 39,6 mm.

terhadap Bakteri Shigella sonnei dapat Berdasarkan penelitian Muneer dan

disimpulkan bahwa :

Sirajudeen (2014), ekstrak etanol bayam duri

1. Fraksi etil asetat ekstrak akar bayam duri (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas

(Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri yakni

antibakteri, sedangkan fraksi n-heksan dan bakteri Bacillus subsilis, S.epidermis, E.coli

fraksi air tidak memiliki aktivitas antibakteri dan Proteus sp dengan rata-rata diameter zona

terhadap bakteri Shigella sonnei. hambat 13 mm, 20 mm, 13 mm, dan 17 mm

2. Fraksi etil asetat pada konsentrasi 1,56%b/v; yang tergolong dalam kategori kekuatan kuat,

3,12%b/v; 6,25%b/v; 12,5%b/v; 25%b/v; sedangkan control positifnya memiliki rata-rata

dan 50%b/v memiliki rata-rata diameter diameter zona hambat 22 mm untuk masing-

zona hambat 6,06 mm; 7,27 mm; 7,4 mm; masing bakteri yang tergolong dalam kategori

7,55 mm; 8,7 mm; dan 9,83 mm. kekuatan sangat kuat.

3. Aktivitas antibakteri fraksi etil asetat Berdasarkan hasil penelitian uji aktivitas

tergolong dalam kategori kekuatan sedang. antibakteri dari beberapa fraksi ekstrak akar

Sedangkan Ciprofloxacin sebagai control bayam duri (Amaranthus spinosus L.) terhadap

positif memiliki rata-rata diameter zona bakteri Shigella sonnei dapat disimpulkan

hambat 39,6 mm yang tergolong dalam bahwa fraksi etil asetat ekstrak akar bayam duri

kategori kekuatan sangat kuat. (Amaranthus spinosus L.) memiliki aktivitas

Disarankan untuk melakukan penelitian antibakteri terhadap bakteri Shigella sonnei,

lebih lanjut mengenai isolasi bahan aktif yang semakin besar konsentrasi semakin besar zona

terdapat dalam ekstrak akar bayam duri hambat yang dibentuk oleh ekstrak akar bayam

(Amaranthus spinosus L.) untuk pengujian duri (Amaranthus spinosus L.). Efek antibakteri

terhadap bakteri.

yang menghambat pertumbuhan bakteri

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama, H., K. Fuji, O.Yamasaki, T. Oono and Ardiansyah. 2005. Daun Beluntas Sebagai K. Iwatsuki, 2001. Antibacterial Action of

Bahan Antibakteri Dan Antioksidan. Berita Several Tannins Against Staphylococcus

IPTEK.com. Diakses tanggal 18 Februari

a u re u s . J o u r n a l o f A n t i m i c r o b i a l

Chemotherapy. Vol 48, hal 487-491 Brooks, G.F, J.S Butel, dan S.A Morse, 2005. (jac.oxfordjournals.org, diakses 8 Februari Jwetz, Melnick, & Adelberg's Mikrobiologi 2015). Kedokteran. Terjemahan Oleh : FK

Ansel, H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Universitas Airlangga. Salemba Medika, Farmasi Edisi Keempat. Tejemahan Oleh :

Jakarta. Hal. 362-364.

F. Ibrahim. Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia. Hal. 605-607.

150 ISSN 0126-107X

Mindawarnis, Desri Heryanti. Uji Aktivitas Antibakteri Dari Beberapa Fraksi Ekstrak Akar Bayam Duri (Amaranthus Spinosus L.) Terhadap Bakteri Shigella Sonnei

Basset, J., R.C Denney, G.H Jeffery, dan J. Harborne, J. B. 1996. Metode Fitokimia : Mendham, 1994. Buku Ajar Vogel : “Kimia

“Penuntun Cara Modern Menganalisis Analisis Kuantitatif Anorganik”. Penerbit

Tumbuhan. Terjemahan oleh : Padmawinata, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal. 175.

K. dan F. Soediro. Penerbit ITB, Bandung. Hal. 123-125, 129-130, 143, 149-150, 160,

Cowan, M.M, 1999. Plant Product as

234-235.

Antimicrobical Agent. Clinical Microbiology Reviews, Vol 12 No 4. Hal.

Harsha, V.S., 2011. In Vitro Antibacterial 569-571 (cmr.asm.org, diakses 11 Februari

Activity of Amaranthus Spinosus Root 2015).

Extracts. Pharmacophore Vol 2 No 5 Darmawi, Z.H. Manaf, dan F. Putranda, 2013.

(http://www.pharmacophorjournal.com, Daya Hambat Getah Jarak Cina (Jatropha

diakses 28 Januari 2015). multifida L.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In Vitro. Jurnal Medika Veterinaria. Vol 7 No 2, hal 113-115

Indonesia Biotechnology Information Center (Jurnalkedoktreranhewan.net). diakses 12

(IndoBIC), 2005. Senyawa Antimikroba Februari 2015.

dari

Tanaman., (http://indobi.or.id/berita.detail.php?id.berit

Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope a=124, Diakses 11 Februari 2015). Indonesia Edisi IV Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, Jakarta., Hal. 7. Irawan, T.A., 2010. Pengaruh Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi dan Destilasi pada

Dalimartha, S., 1999. Atlas Tumbuhan Obat Berbagai Komposisi Pelarut. Tesis, Indonesia Jilid 1. Puspa Swara, Jakarta. Hal. Magister Teknik Kimia, Universitas 13-15. Diponegoro Semarang. Hal. 16-17

Ezekwe C.I, C.E Nnochiri, C.P.O Ugwu dan (eprints.undip.ac.id, diakses 12 Februari S.C Ezea, 2013. Effect of Methanol Ekstract

of Amaranthus Spinosus Leaf On Some Irianto, K., 2006. Mikrobiologi : “Menguak Selected Kidney and Haemotological Dunia Mikroorganisme Jilid 2”. CV. Yrama Parameter In Rats. Universitas Nigeria, Widya, Bandung. Hal. 56-58. Nigeria. Hal. 4373.

Kroser, A.J., 2007. Shigellosis. Gibson, M.S., 1996. Mikrobiologi dan (http://www.emedecine.com, diakses 14 Patologi. Terjemahan Oleh : I.K.G.

Februari 2015).

Somapersada, S.P. EGC Buku Kedokteran , Jakarta.

Khaira, N., 2011. Uji Ekstrak Daun Tithonia Diversifolin (Hemsl) A. Gray Terhadap

Greenwood, 1995. Antibiotics Susceptibility Perkecambahan Biji Bayam Duri (Sensitivity) Test, Antimicrobial ans (Amaranthus spinosus L.). Universitas Chemoterapy, Addison Westley Longman

Andalas, Padang.

Inc, San Fransisco, USA. (e- journal.uajy.ac.id, diakses 20 Februari 2015).

ISSN 0126-107X 151

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RS. MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh Eka Sri Meliyani* Nikson Sitorus**

*Alumni Akbid Persada Palembang **Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. Berdasarkan data Medical Record di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, angka kejadian ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum pada tahun 2011 terdapat 158 orang (6,24%) dari 2.531 ibu hamil, pada tahun 2012 terdapat 157 orang (4,83%) dari 3.248 ibu hamil, pada tahun 2013 terdapat 65 orang (2,47%) dari 2.629 ibu hamil dan pada tahun 2014 terdapat 61 orang (2,27%) dari 2.680 ibu hamil.

Penelitian ini menggunakan survey analitik dengan pendekatan cross sectional dengan populasi adalah semua ibu hamil yang dirawat di Instalasi Kebidanan Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang dari September sampai November 2014 sebanyak 352 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampel teknik undian (lottrey technique) sehingga didapatkan sampel 187 ibu hamil. Variabel penelitian ini meliputi variabel independen yaitu umur, usia kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan serta variabel dependen yaitu kejadian Hiperemesis Gravidarum. Masing-masing variabel dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji statistik Chi-Square dengan batas kemaknaan á = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,006 ; OR 2,38), ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,032 ; OR 1,97), ada hubungan yang bermakna antara paritas ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,020 ; OR 2,08), ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,040; OR 0,52), ada hubungan yang bermakna antara pekerjaan ibu dengan kejadian hiperemesis gravidarum (p value 0,000 ; OR 4,36).

Disarankan kepada pihak rumah sakit Muhammadiyah Palembang, ruang perawatan kebidanan diharapkan dapat meningkatkan penyuluhan pada ibu hamil dengan menggunakan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai penanganan secara dini hiperemesis gravidarum sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat hiperemesis gravidarum.

Kata Kunci : Hiperemesis Gravidarum, Faktor yang berhubungan

1. PENDAHULUAN

perbandingan insidensi hiperemesis

gravidarum secara umum adalah 4:1000 Hiperemesis gravidarum adalah muntah

1.1. Latar Belakang

kehamilan (Yasaar, 2012). yang terjadi pada awal kehamilan sampai

Menurut penelitian yang dilakukan oleh dengan umur kehamilan 20 minggu. Kejadian

Haryanti (2010), hasil penelitian yang ini dapat mempengaruhi keadaan umum dan

mempengaruhi hiperemesis gravidarum menganggu pekerjaan sehari – hari

menunjukkan bahwa ibu yang tidak bekerja (Prawirohardjo, 2009).

(68,3%) persentasenya lebih besar dari pada ibu Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh

yang bekerja (31,7%). Berdasarkan penelitian dunia dengan angka kejadian yang beragam

Yuliandari (2009) Penyebab hiperemesis mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di

gravidarum yaitu umur (62,06%), paritas ( Indonesia, 0,3% dari Seluruh kehamilan di

52,3%), dan pekerjaan ibu petani (51,73%) Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada,

(Yuliandari, 2009 dan Haryanti, 2010). 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di

Berdasarkan data Medical Record di Pakistan dan 1,9% di Turki. Di Amerika Serikat,

Instalasi Kebidanan Rumah Sakit prevalensi hiperemesis gravidarum adalah 0,5-

Muhammadiyah Palembang, angka kejadian 2% Literatur juga menyebutkan bahwa

ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum ISSN 0126-107X

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2; pada tahun 2011 terdapat 158 orang (6,24%)

8. Diketahuinya hubungan antara pekerjaan dari 2.531 ibu hamil, pada tahun 2012 terdapat

dengan kejadian hiperemesis gravidarum di 157 orang (4,83%) dari 3.248 ibu hamil, pada

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2013 terdapat 65 orang (2,47%) dari

tahun 2014.

2.629 ibu hamil dan pada tahun 2014 terdapat

61 orang (2,27%) dari 2.680 ibu hamil.

2 METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan pada Berdasarkan pernyataan diatas maka

1.2. Perumusan Masalah

penelitian ini adalah Survey Analitik dengan perumusan masalah penelitian ini adalah

pendekatan cross sectional yakni variabel “faktor – faktor yang berhubungan dengan

dependen (kejadian hiperemesis gravidarum) kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah

dan variabel independen (umur, usia Sakit Muhammadiyah Palembang tahun 2014”

kehamilan, paritas, pendidikan dan pekerjaan) dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Diketahuinya faktor – faktor yang

Lokasi Penelitian

berhubungan dengan kejadian hiperemesis Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit gravidarum di Rumah Sakit Muhammadiyah

Muhammadiyah Palembang yang terdapat di Palembang tahun 2014.

jalan Ahmad Yani 13 Ulu Palembang.

1.3.2. Tujuan Khusus

Waktu Penelitian

2. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan hiperemesis gravidarum di Rumah Sakit

Januari sampai dengan Februari 2015. Muhammadiyah tahun 2014.

3. Diketahuinya distribusi frekuensi umur, usia

C. Populasi dan Sampel

kehamilan, paritas, pendidikan, dan Populasi yang digunakan dalam penelitian pekerjaan ibu hamil di Rumah Sakit

ini adalah semua ibu hamil yang berkunjung ke Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada

4. Diketahuinya hubungan antara umur dengan periode September sampai dengan November kejadian hiperemesis gravidarum di Rumah

2014 sebanyak 352 ibu hamil. Sakit Muhammadiyah Palembang tahun

Sampel adalah bagian dari populasi yang 2014.

akan diteliti atau sebagian jumlah dari

5. Diketahuinya hubungan antara usia karakteristik yang dimiliki oleh populasi kehamilan dengan kejadian hiperemesis

(Hidayat, 2012). Besar sampel yang ditentukan gravidarum di Rumah Sakit

dengan menggunakan rumus untuk populasi Muhammadiyah Palembang tahun 2014.

kurang atau lebih dari 10.000 (Notoatmodjo,

6. Diketahuinya hubungan antara paritas

2010), yaitu :

N dengan kejadian hiperemesis gravidarum di

1 + N (d ) 2 Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

Keterangan :

tahun 2014.

n = Besar sampel

7. Dieketahuinya hubungan antara pendidikan

N = Besar populasi

dengan kejadian hiperemesis gravidarum di

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang

diinginkan (0,05)

tahun 2014. 153

ISSN 0126-107X

Eka Sri Meliyani, Nikson Sitorus. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum Di Rs. Muhammadiyah Palembang

Berdasarkan rumus diatas jumlah sampel yang suatu lembaga atau instansi. Penelitian ini akan diteliti adalah sebagai berikut :

menggunakan data sekunder yaitu diperoleh 352

dari catatan rekam medik Rumah Sakit n =

1 + 352 ( 0 , 05 ) Muhammadiyah Palembangn periode 352

September sampai dengan November 2014. n =

1 + F. Pengolahan Data 352 ( 0 , 0025 ) 352 Editing (Pengeditan Data) n = Coding (Pengkodean)

1 + 0 , 88 352 Proccesing

n = Cleaning Data (Pembersihan Data)

G. Analisa Data

n = 187 orang

1. Analisa Univariat

Analisa ini dilakukan pada tiap variabel Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

D. Cara Pengambilan Sampel

dari hasi penelitian yaitu variabel simple random sampling dengan lottery

independen (umur, usia kehamilan, technique, dimana sampel diambil dengan

paritas, pendidikan dan pekerjaan) dan mengundi nomor urut rekam medik dan status

variabel dependen (kejadian ibu-ibu hamil di Rumah Sakit Muhammadiyah

hyperemesis gravidarum) dianalisis Palembang periode September sampai dengan

untuk mengetahui distribusi frekuensi. November 2014.

1. Kriteria Inklusi adalah kriteria dimana

2. Analisa Bivariat

subjek penelitian dapat mewakili sampel Analisa ini digunakan untuk mengetahui penelitian yang memenuhi syarat sebagai

hubungan antara variabel independen sampel (Nursalam, 2010). Kriteria inklusi

(umur, usia kehamilan, paritas, dalam penelitian ini adalah :

pendidikan dan pekerjaan) dengan

a. I b u h a m i l d e n g a n h i p e r e m e s i s variabel dependen (kejadian hiperemesis gravidarum yang pernah dirawat inap di

gravidarum) dengan menggunakan uji Rumah Sakit Muhammadiyah

statistic Chi-square dengan derajat Palembang periode September sampai

kemaknaan á = 0,05 dan diolah melalui dengan November 2014 dan

komputerisasi yaitu dengan terdokumentasi di rekam medik.

menggunakan Statistik Product Service

b. Hiperemesis gravidarum pada trimester

Solution.

I, trimester II dan trimester III.

2. Kriteria Ekslusi ciri-ciri anggota populasi

3. HASIL PENELITIAN

yang tidak dapat diambil sebagai sampel

1. Analisa Univariat

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria ekslusi

Variabel Dependen

dalam penelitian ini adalah : Hiperemesis Gravidarum

a. I b u h a m i l d e n g a n h i p e r e m e s i s Pada penelitian ini kejadian hiperemesis gravidarum yang pernah dirawat inap di

gravidarum dibagi menjadi 2 kategori yaitu Rumah Sakit Muhammadiyah

“Ya” bila ibu mengalami hiperemesis Palembang selain tahun 2014.

gravidarum, “Tidak” bila ibu tidak mengalami

hiperemesis gravidarum. Untuk lebih jelas lihat Data sekunder adalah data yang didapat dari

E. Pengumpulan Data

tabel dibawah ini

ISSN 0126-107X 154

Jurnal Kesehatan Volume X No. Desember 2015 2;

Distribusi Frekuensi Kejadian Hiperemesis Gravidarum di RS. Muhammadiyah Palembang Tahun 2014

No Variabel

Persentase (%) Hiperemesis Gravidarum

Frekuensi

Ya

Tidak

Umur Ibu Hamil

Risiko

Tidak Risiko

Paritas Risiko Tinggi

Risiko Rendah

Pendidikan

Tinggi

Rendah

Pekerjaan

Bekerja

Tidak Bekerja

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari trimester II (0 – 28 minggu) dan “Tidak Risiko” 187 responden, dimana terdapat ibu yang

dari trimester II sampai trimester III (> 28 mengalami hiperemesis gravidarum sebanyak

sampai 40 minggu). Untuk lebih jelas dapat

84 orang (44,9%) lebih kecil dibandingkan

lihat tabel dibawah ini :

dengan ibu yang tidak mengalami hiperemesis Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat gravidarum yaitu sebanyak 103 orang (55,1%).

bahwa dari 187 responden, dimana didapat usia

Umur

kehamilan ibu yang berisiko sebanyak 94 orang Hasil analisis univariat terhadap variabel

(50,3%) hamipr sama dibandingkan dengan umur yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu

usia kehamilan ibu yang tidak berisiko yaitu “Risiko Tinggi” bila umur ibu < dari 20 tahun

sebanyak 93 orang (49,7%). atau > 35 tahun dan “Risiko Rendah” bila umur

Paritas

ibu 20 sampai 35 tahun”. Untuk lebih jelas Hasil analisis univariat terhadap variabel dapat lihat tabel dibawah ini :

paritas yang dibagi menjadi 2 kategori yaitu “Risiko Tinggi” bila ibu melahirkan > 3 kali dan