1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Nur Indah Indri Yani BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi mempunyai metode tersendiri atau format standar

  untuk dokumentasi keperawatan dalam catatan klinis. Beberapa rumah sakit telah merancang catatan keperawatan yang biasanya mempunyai satu area berbentuk catatan kemajuan interdisiplin, yang berisi catatan dari seluruh anggota tim, termasuk perawat. (Marrelli, 2008)

  Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem solving, dan riset lebih lanjut. Dokumentasi proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan lainnya. (Iis, 2015)

  Pengkajian adalah salah satu aspek terpenting dalam proses dokumentasi keperawatan, termasuk dalam manajemen perawatan luka.

  Karena pengkajian luka yang baik dan tepat dapat mempermudah dalam pendokumentasian, dapat menentukan status luka dan mengidentifikasi luka sehingga membantu dalam proses penyembuhan. Pengkajian yang tidak tepat dapat menyebabkan penyembuhan luka tertunda, dapat menimbulkan ketidaknyamanan nyeri, peningkatan resiko infeksi dan pengurangan kwalitas hidup bagi pasien (Ousey & Cook, 2011).

  Suatu alat dalam pengkajian luka digunakan untuk mempermudah dalam pengkajian. Maka diciptakanlah format-format pengkajian baik berbentuk narasi, gambar ataupun skor. Semuanya memili tujuan untuk menilai sejauh mana keadaan luka. Di dunia dalam pengkajian luka untuk ulkus diabetikum atau khusus luka kronis digunakan alat pengkajian seperti skala BWAT (Bates Jensen Wound Assesment Tool ), DISIGN, TELLER, skala WAGNER dan lain sebagainya. (Azize et.al & Febrianti, 2014)

  BWAT (Bates Jensen Wound Assesment Tool ) atau pada asalnya dikenal dengan nama PSST (Pressure Sore Status Tool) merupakan skala yang dikembangkan dan digunakan untuk mengkaji kondisi luka kronis khususnya luka tekan. Nilai yang dihasilkan dari skala ini menggambarkan status keparahan luka. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan maka menggambarkan pula status luka pasien yang semakin parah (Pillenet al., 2009). Di dunia seperti Turki, Brasil dalam pengkajian luka juga menggunakan skala Bates-Jensen. Pada penelitian yang dilakukan di Turki pada tahun 2011 dengan hasil tingkat validitas isi skala Bates-Jensen adalah 0,82, reabilitas antara penilai instrumen adalah 0,82 dan konsistensi internal yang dihitung melalui α Cronbach adalah 0,85. (Azize et.al, 2014).

  TIME dikenalkan oleh Prof. Vincent Falanga pada tahun 2003 dalam Arisanty 2013, menyatakan bahwa TIME adalah suatu metode yang bertujuan mempersiapkan dasar luka dari infeksi benda asing, atau jaringan mati menjadi merah terang dengan proses epitelisasi yang baik. Manajemen TIME, yaitu akronim dari ; tissue management (manajemen jaringan), infection or

  

inflammation control (pengendalian infeksi), moisture balance

(keseimbangan kelembaban), dan edge of wound (pinggiran luka).

  Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto pada tanggal 21 Desember 2016 di dapatkan bahwa perawat ruangan dalam melakukan pengkajian luka menggunakan format checklist, pengkajian luka ada dibagian assesment integritas kulit bagian no 8. Pada item ini berisi luka/lesi dengan pilihan : ada atau tidak ada, kemudian bila ada, jenis luka pilihan: steril, bersih atau kotor, perembesan pada luka : ya atau tidak, lokasi luka : ekstermitas atas, ekstermitas bawah atau seluruh tubuh, lain-lain. Luka karena : operasi, WSD, ulkus, (diabetikum/dekubitus), CAPD, Double lumen, AV Shunt, lain-lain. Tanda- tanda radang : kemerahan, panas,bengkak, nyeri dan fungsiolaesa (berubah fungsi).

  Pengkajian luka yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan format yang sudah ada sekarang, perawat ruangan merasa untuk pengkajian luka sudah cukup namun untuk perkembangan luka dan keadaan luka yang lebih spesifik masih belum terlihat dalam format pengkajian. Karena untuk perkembangan luka perawat mendokumentasi- kannya ke bagian Evaluasi (SOAP), itu pun penggambaran keadaan luka secara umum. Dalam perubahan format pengkajian luka perawat belum ada keinginan, namun jika ada perkembangan maka disesuaikan dengan standar akreditasi yang berlaku dan bisa dijadikan bahan untuk masukan. Dalam format pengkajian luka baru masuk ke dalam sistem integumen dan belum mengidentifikasi bagaimana proses penyembuhan luka terjadi dari hasil pengkajian data dasarnya yang harus terdokumentasi dengan baik.

  Guna meningkatkan kinerja perawat dalam melakukan asuhan keperawatan khususnya pada perawatan luka. Peneliti akan mengembangkan 2 teori yang melandasi dasar pemikiran peneliti saat ini, agar ditemukan satu metode yang evektif dan dapat digunakan oleh perawat yang merawat luka dengan format pengkajian yang evektif. Berdasarkan masalah dan fenomena yang peneliti uraikan diatas peneliti ingin meneliti tentang, “ Uji Instrument TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang, ” Bagaimanakah Uji Instrumen TIME Modifikasi Bates-Jensen Metode Checklist di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto?”.

  C. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui validitas dan reabilitas uji instrument TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

  2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk :

  a. Mengetahui karakteristik responden

  b. Mengetahui kelayakan dari uji instrument TIME modifikasi Bates-

  Jensen metode cheklist pada pengkajian luka kronis

  c. Mengetahui validitas dari instrument TIME modifikasi Bates-Jensen

  d. Mengetahui reliabilitas dari instrument TIME modifikasi Bates-Jensen

  e. Terbentuknya atau tersedia 1 format pengkajian luka kronis yang baku dan terstandar.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan media penerapan ilmu pengetahuan yang telah di dapatkan dalam teori dan manambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti khususnya intrument TIME modifikasi Bates-Jensen pada pengkajian luka RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto.

  2. Bagi Responden Bagi responden penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terutama pada penyembuhan luka.

  3. Instansi Terkait (Bidang Keperawatan)

  a. Komite Keperawatan Pengembangan tindakan mandiri keperawatan, khususnya dalam manajemen perawatan luka, hasil penelitian ini diharapkan dapat di buatkan sebagai SOP dan dapat diterapkan dalam pelaksanaaan tindakan perawat sehari-hari terhadap pasien dengan luka kronis.

  b. Organisasi profesi Dapat digunakan sebagai patokan atau standar dasar pada pengkajian luka di ruang perawatan luka dan mempermudah dalam pendokumentasian dan mengevaluasi keadaan luka pasien secara tepat dan efektiv.

  c. Himpunan perawat luka Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan dalam pengkajian luka dan dapat mempermudah memberikan asuhan keperawatan secara holistik sesuai dengan standar hasil penelitian.

  4. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian Penelitian ini bermanfaat bagi:

  a. Mahasiswa Diharapkan dapat digunakan sebagai penunjang dalam referensi ilmu dan dapat menambah khasanah pustaka tentang uji instrument

  TIME modifikasi Bates-Jensen.

  b. Perawat ruangan Diharapkan format TIME Modifikasi Bates-Jensen ini dapat digunakan oleh perawat dalam pelaksanaan pengkajian luka, mempermudah dalam mengidentifikasi keadaan luka dan mempercepat dalam proses pengkajiannya serta mempermudah perawat dalam pengambilan keputusan tindak lanjut. c. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai dasar atau kajian awal bagi peneliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama sehingga mereka memiliki landasan dan alur yang jelas.

E. Penelitian Terkait

1. Rhiannon L Harries, David C Bosaquet & Keith G Harding (2016)

  meneliti “ Wound Bed Preparation : TIME for an update” Hasil persiapan dasar luka , disingkat konsep TIME (Tissue,

  Inflammation /infection, Moisture imbalance, Epithelial edge advancement), adalah pendekatan sistematis untuk menilai luka kronis.

  Setiap komponen ini perlu ditangani dan dioptimalkan untuk meningkatkan kemungkinan penutupan luka sukses. Kami menyajikan up-

  to-date tinjauan literatur dari aspek baru-baru ini yang paling penting dari

  persiapan dasar luka. Meskipun ada banyak terapi baru yang tersedia untuk dokter dalam pengobatan, seringkali sedikit data yang digunakan dalam menilai dasar luka.

  Persamaan dalam penelitian ini sama sama menggunakan konsep TIME sebagai dasar dalam pengkajian luka. Perbedannya adalah penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi Bates-Jensen pada pengkajian luka dan luka yang dikaji dalam penelitian ini luka kronis yaitu luka kanker yaitu ca mamae,luka melanoma maligna dan luka DM serta dalam penelitian ini bertujuan agar terwujudnya format pengkajian luka yang evektif dan efisien di ruang perawatan luka dengan pendekatan TIME hasil modifikasi Bates-Jensen. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji instrumen TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist.

  

2. Daniela Fernanda dos Santos Alves, Angélica Olivetto de Almeida,

Juliany Lino Gomes Silva, Flávia Inglezina Morais, Sônia Regina

Pérez Evangelista Dantas, Neusa Maria Costa Alexandre (2015)

  meneliti “Translation And Adaptation Of The Bates-Jensen Wound Assessment Tool For The Brazilian Culture”.

  Studi metodologis yang bertujuan untuk menerjemahkan dan mengadaptasi Bates-Jensen dalam pengkajian luka sebagai alat penilaian untuk budaya Brasil, melalui lima tahap: terjemahan, sintesis, kembali terjemahan, review oleh panel ahli, dan, pengujian versi diterjemahkan.

  Versi Portugis dievaluasi dengan 28 perawat yang menguji pemahaman dan kepraktisan item. Panel ahli mengevaluasi kesetaraan antara versi asli dan diterjemahkan, sehingga konkordansi lebih rendah dari 80% selama tujuh item dari pedoman umum, yang dimodifikasi. Dalam instrumen, 13 item diperoleh tingkat konkordansi melebihi 80%, kecuali untuk luka Continuum Status, yang mencapai 40%. Menguji versi diterjemahkan ditunjukkan kepraktisan yang baik. Bates-Jensen luka Assessment Tool tersedia di Brazil untuk penelitian dan digunakan dalam praktek klinis. Keandalan dan pengujian validitas harus dipertimbangkan dalam studi masa depan.

  Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan

  

Bates-Jensen wound assessmen tool (BWAT). Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian luka kronis yaitu pada luka ulkus DM, luka kanker payudara dan luka melnoma maligna . Dan pada penelitian ini akan dilakukan uji instrumen dari TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist.

3. Eko Julianto dan Wahju Purbo Juwono (2016) meneliti “ Inovasi

  Hidrokoloid Serat Pohon Pisang ( Musa Sp) Untuk Perawatan Luka Neuropathi Diabetikum”.

  Metode yang digunakan pada perawatan luka ini adalah TIME, yaitu manajemen jaringan, pengemdalian infeksi, mempertahankan kelembaban dan epitealisasi.Hasil penelitian . Hasil evaluasi sediaan hidrokoloid lembaran dari pohon pisang mampu mempertahankan kelembaban permukaan luka dan mempercepat penyembuhan luka. Dari pengamatan dan ekperimen terlihat bahwa penggunaan serat pisang mampu meningkatkan kelembaban dan mampu mempercepat penutupan luka diabetic. Penggunaan serat juga mempercepat angiogensis, dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka lembab akan merangsang lebih cepat pembentukan pembuluh darah dan Menurunkan risiko infeksi.

  Kejadian infeksi relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan perawatan luka terbuka.

  Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama menggunakan format TIME pada pengkajian luka. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian luka kronis (ulkus DM, luka ca mamae dan luka melanoma maligna).

4. Connie Haris, Barbara Bates-Jensen, Nacy Parslow, et.al. (2009)

  meneliti “ The Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT): Development of a Pictorial Guide for Training Nurses”.

  Hasil dokumentasi luka sangat penting untuk komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dan untuk menentukan rencana pengobatan yang tepat. Dokumentasi harus akurat dan bermakna untuk itu dokumentasi luka membutuhkan konsisten, penilaian luka menyeluruh dan metode pelacakan data penilaian. Bates-Jensen wound assessmen tool (BWAT) adalah alat standar yang dirancang untuk memudahkan penilaian, komunikasi yang berarti dan pelacakan akurat pada luka. Untuk menggunakan alat ini, perawat harus memiliki pengetahuan kosakata mengenai luka dan keterampilan dalam penilaian. Karena banyak perawat adalah pelajar visual, sehingga penulis memutuskan untuk membuat sebuah metode visual melatih perawat dalam penggunaan BWAT tersebut.

  Pada artikel ini, kita menggambarkan pengembangan dan validasi panduan bergambar yang dapat digunakan untuk meningkatkan penilaian luka dan dokumentasi menggunakan BWAT.

  Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama menggunakan

  

Bates-Jensen wound assessmen tool (BWAT). Perbedaan pada penelitian

  ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan aplikasi tools TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian luka kronis (ulkus DM, luka ca mamae dan luka melanoma maligna). Kemudian pada penelitian ini akan dilakukan uji instrumen dari TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist.

5. David J Leaper, Gregory Schultz, Keryln Carville, et.al.(2012) meneliti

  “Extending the TIME concept : what have we learned in the past 10

  years?

  Hasil ulasan ini, disiapkan oleh Institut Infeksi Internasional luka, meneliti bagaimana data baru dan bukti yang dihasilkan dalam dekade intervensi mempengaruhi konsep asli TIME, dan bagaimana hal itu diterapkan dalam praktek terbaik saat ini. Empat perkembangan menonjol: pengakuan pentingnya biofilm (dan kebutuhan sederhana diagnostik), penggunaan tekanan negatif terapi luka (NPWT), evolusi terapi antiseptik topikal sebagai dressing dan untuk lavage luka (terutama, perak dan biguanide poliheksametilena) dan memperluas wawasan tentang peran proses biologis molekul di luka kronis (dengan muncul diagnostik dan theranostics).

  Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang konsep TIME . Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi

  

Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian lukakronis yaitu : ulkus

  DM, luka ca mamae dan luka melanoma maligna. Kemudian pada penelitian ini akan dilakukan uji instrumen dari TIME modifikasi Bates- Jensen metode checklist.

6. Ronald W. Kartika (2015) meneliti “ Perawatan Luka Kronis dengan

  Modern Dressing” Hasil perawatan luka menggunakan prinsip kelembapan seimbang

  (moisture balance) dikenal sebagai metode modern dressing dan memakai alat ganti balut yang lebih modern. Saat ini, lebih dari 500 jenis modern

  

wound dressing dilaporkan tersedia untuk menangani pasien dengan luka

  kronis antara lain berupa hidrogel, film dressing, hydrocolloid, calcium

  

alginate, foam/absorbant dressing, dressing antimikrobial, hydrophobic

  antimikrobial. Keberhasilan proses penyembuhan luka tergantung pada upaya mempertahankan lingkungan lembap yang seimbang, karena akan memfasilitasi pertumbuhan sel dan proliferasi kolagen.

  Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama dalam pembahasannya mengenai moderen dressing. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian luka dan luka yang dikaji dalam penelitian ini adalah luka kronis yaitu: ulkus DM, luka ca mamae dan luka melanoma maligna. Kemudian pada penelitian ini akan dilakukan uji instrumen dari TIME modifikasi Bates-Jensen metode

  checklist.

7. Roberta Ferrari, Patrizia Boracchi, Stefano Romussi, et.al.(2015)

  “Application of hyaluronic acid in the healing of non-experimental open wounds: A pilot study on 12 wounds in 10 client-owned dogs”.

  Hasil sepuluh anjing klien-dimiliki dengan 12 luka terbuka kemudian semua luka dirawat menggunakan sediaan HA di jual umum, yang mengandung dressing luka yang bertujuan untuk menyelesaikan re- epitelisasi. Pada setiap pemeriksaan klinis, daerah luka dan penilaian skor skala dilakukan. Hasilnya waktu median untuk menyelesaikan penyembuhan luka adalah 34,5 hari. daerah rata-rata luka pada hari ke 7, 14, 21, dan 28 yang masing-masing 90,4%, 47,7%, 22,4%, dan 14,8% dari ukuran asli (untuk pengukuran linear) dan 95,5%, 54,4%, 23,10%, dan 14,8% dari ukuran asli (untuk pengukuran perangkat lunak). Mengenai alat penilaian penyembuhan luka, perjanjian antara dua operator dianggap tinggi untuk kedua skala.

  Persamaanya sama-sama menggunakan Batas Jensen dalam pengkajian luka. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi

  

Bates-Jensen metode checklist pada pengkajian luka kronis ulkus DM,

  luka ca mamae dan luka melanoma maligna pada manusia. Kemudian pada penelitian ini akan dilakukan uji instrumen dari TIME modifikasi Bates-

  Jensen metode checklist.

  

8. Azize Karahan, Ebru Kilicarslan Toruner, Aysun Ceylan, Aysel

Abbasoglu, Agah Tekindal , Lale Buyukgonenc (2014) meneliti

  “Reliability and Validity of a Turkish Language Version of the Bates- Jensen Wound Assessment Tool”.

  Hasil tingkat kesepakatan validitas isi adalah 0,82. The reliabilitas antar penilai instrumen adalah 0,82; konsistensi internal yang dihitung melalui α Cronbach adalah 0,85. Temuan penelitian ini mendukung versi bahasa Turki dari BWAT , memiliki validitas isi, reliabilitas antar penilai dan konsistensi internal.

  Persamaan dalam penelitian ini adalah sama-sama dengan konsep

  

Bates- Jensen. Perbedaan pada penelitian ini dengan penelitian

  sebelumnya yaitu penelitian ini menggunakan format TIME modifikasi

  

Bates-Jensen pada pengkajian luka kronis dan dalam penelitian ini

  bertujuan agar terwujudnya format pengkajian luka yang efektiv dan efisien di ruang perawatan luka dengan pendekatan TIME hasil modifikasi

  Bates-Jensen metode checklist dan dilakukan uji instrumen.