BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI 1. Pengertian prestasi - Ikandri Nurfitriyani BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PRESTASI 1. Pengertian prestasi Menurut Ridwan (2008) Kemampuan intelektual siswa sangat

  menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan.

2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Indeks Prestasi Kumulatif (

  IPK )

  Menurut syah (2003) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik yaitu : faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Ketiga faktor tersebut saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya.

  a.

  Faktor Internal Faktor yang berasal dari dalam diri meliputi dua aspek, yaitu : 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah).

  10

  1) Aspek Fisiologis

  Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran ogan-organ tubuh dan sendi- sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas dalam mengikuti pelajaran. Kondisi tubuh yang lelah, apalagi jika disertai pusing maka dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajaripun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ yang lain seperti tingkat kesehatan, indera pendengaran dan indera penglihatan juga sangat mempengaruhi kemampuan dalam menyerap informasi pengetahuan di kelas. 2)

  Aspek Psikologis

  a) Inteligensi / Kecerdasan

  Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar. Semakin tinggi kemampuan inteligensi seseorang maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah kemampun inteligensinya seseorang maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses.

  b) Sikap

  Sikap positif, terutama kepada diri sendiri dan mata kuliah yang ada akan memudahkan dalam memahami setiap ilmu yang diberikan. Sedangkan sikap yang negatif apabila ada kebencian terhadap diri dan mata kuliah akan menimbulkan kesulitan dalam belajarnya sehingga akan mempengaruhi

  IPK yang didapatkan.

  c) Bakat

  Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Menurut para psikolog kecerdasan merupakan kumpulan-kumpulan kemampuan khusus yang disebut bakat (aptitude) (Mahmud, 1990).

  d) Minat

  Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Minat seseorang terhadap ilmu keperawatan dapat mempengaruhi kualitas pencapaian IPK, karena awal mula mahasiswa masuk sudah memiliki keterarikan terhadap ilmu keperawatannya.

  e) Motivasi

  Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar (Ridwan, 2008).

  b.

  Faktor Eksternal Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu : faktor lingkungan sosial da faktor lingkungan non sosial

  1) Lingkungan Sosial

  Faktor sosial di sekolah atau lingkungan kampus seperti dosen, para staf administrasi, dan teman-teman dapat mempengaruhi semangat belajar. Selanjutnya, yang termasuk faktor lingkungan sosial siswa adalah masyarakat, tetangga dan teman sepermainan di sekitar tempat tinggalnya. Karena lingkungan sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.

  Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai.

  2) Lingkungan Nonsosial

  Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. Kadang seseorang memiliki kebiasaan waktu untuk belajar yang berbeda-beda dan beranggapan bahwa waktu yang digunakan untuk belajar sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Tetapi sebenarnya bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari.

  c.

  Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar merupakan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Syah, 2003). Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar.

3. Ciri-Ciri Individu Berprestasi

  Setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah sedikit banyak memiliki keinginan berprestasi. Namun yang membedakan antara individu yang memiliki keinginan berprestasi tinggi dan rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan baik (Rola, 2006).

  Sobur (2006) menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki keinginan berprestasi tinggi adalah, berprestasi dihubungkan dengan seperangkat standar. Seperangkat standar tersebut dihubungkan dengan prestasi orang lain, prestasi diri sendiri yang lampau, serta tugas yang harus dilakukan. Memiliki tanggung jawab peribadi terhadap kegiatan- kegiatan yang dilakukan. Adanya kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui dengan cepat hasil yang diperoleh dari kegiatannya, lebih baik atau lebih buruk.

  Menghindari tugas-tugas yang sulit atau terlalu mudah, akan tetapi memilih tugas yang tingkat kesulitannya sedang. Inovatif, yaitu dalam melakukan suatu pekerjaan dilakukan dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan agar individu mendapatkan cara yang lebih baik dan menguntungkan dalam pencapaian tujuan. Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, dan ingin merasakan kesuksesan atau kegagalan disebabkan oleh tindakan individu sendiri.

  Individu yang memiliki keinginan untuk berprestasi tinggi adalah individu yang memiliki standar berprestasi, memiliki tanggung jawab pribadi atas apa yang dilakukannya, individu lebih suka bekerja pada situasi dimana dirinya mendapat umpan balik sehingga dapat diketahui seberapa baik tugas yang telah dilakukannya, individu tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan atau karena tindakan orang lain, individu lebih suka bekerja pada tugas yang tingkat kesulitannya menengah dan realisitis dalam pencapaian tujuannya, individu bersifat inovatif dimana dalam melakukan tugas selalu dengan cara yang berbeda, efisien dan lebih baik dari yang sebelumnya, dengan demikian individu merasa lebih dapat menerima kegagalan atas apa yang dilakukannya (Syahputra, 2009).

B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi

  Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi. Menurut nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respons. Dan menurut Sarwono, S. W. (2000), “motivasi menunjukan pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu. Tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari pada gerakan atau perbuatan.

  Wade (2007) menyatakan dalam bukunya bahwa motivasi adalah suatu proses dalam diri manusia atau hewan yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju tujun yang dimiliki, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan. Sementara menurut Atkinson (2008) motivasi adalah faktor-faktor yang menguatkan perilaku dan memberikan arahannya.

  Menurut Notoatmodjo (2007), banyak batasan pengertian tentang motivasi antara lain sebagai berikut : a.

  Pengertian motivasi menurut yang dirumuskan oleh Terry G. (1986) adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melukukan perbuatan-perbuatan (perilaku).

  b.

  Sedangkan Stooner (1992) mendefinisikan bahwa motivasi adalah suatu hal yang menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku sosial.

  c.

  Knootz (1972) merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan atau suatu tujuan (Moyivation refers to the drive and efford to sutisfy want or goal) 2.

   Jenis – Jenis Motivasi

  Wade, Carole (2007) dapat membedakan motivasi menjadi dua yaitu : a.

  Motivasi intrinsik Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar (Syah, 2003). Berarti bahwa suatu keinginan untuk melakukan sesuatu karena memang menikmati kepuasan dalam melakukan tindakan tersebut. Termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan mahasiswa yang bersangkutan.

  b.

  Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar (Syah, 2003). Pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, orang tua, pengajar dan lai-lain. Suatu keinginan untuk mengejar suatu tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan yang bersifat eksternal seperti uang, atau popularitas.

  Orang-orang yang termotivasi oleh kepuasan intrinsik dari suatu aktivitas merupakan orang-orang yang lebih bahagia dan lebih puas dibandingkan mereka yang termotivasi oleh imbalan ekstrinsik (Deci dan Ryan, 1985; Kasser dan Ryan, 2001).

3. Fungsi Motivasi

  Sardiman (2003) menyebutkan ada tiga fungsi motivasi yaitu: a.

  Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b.

  Menentukan arah perbuatan yakni kearah suatu yang hendak dicapai.

  Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

  c.

  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

4. Teori Motivasi

  Banyak para ahli dari berbagai disiplin ilmu merumuskan konsep atau teori tentang motivasi. Landy dan Becker membuat pengelompokan pendekatan teori motivasi ini menjadi 5 kategori yaitu teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan, dan teori penetapan sasaran (Nursalam,2008).

  a.

  Teori motivasi Abraham Maslow (1954) Abraham Maslow (1954) mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks, yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.

Gambar 1.1 Piramida Hirarki Maslow

  2) Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).

  3) Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki).

  4) Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan).

  5) Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).

  Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif- Kebutuhan akan rasa aman

  Kebutuhan fisiologis Kebutuhan aktualisasi

  Kebutuhan akan penghargaan Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki

1) Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).

  motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

  b.

  Teori motivasi Herzberg (1966) Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

  c.

  Teori motivasi Douglas McGregor Mengemukakan dua pandangan manusia yaitu teori X (negative) dan teori y (positif), Menurut teori x empat pengandaian yag dipegang manajer

  1) Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja

  2) Karyawan tidak menyukai kerja mereka harus diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.

3) Karyawan akan menghindari tanggung jawab.

  4) Kebanyakan karyawan menaruh keamanan di atas semua factor yang dikaitkan dengan kerja.

  Kontras dengan pandangan negativ ini mengenai kodrat manusia ada empat teori Y : 1)

  Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya seperti istirahat dan bermain.

  2) Orang akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan diri jika mereka komit pada sasaran.

  3) Rata rata orang akan menerima tanggung jawab. 4) Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif.

  d.

  Teori motivasi VRoom (1964) Teori dari Vroom (1964) tentang cognitive theory of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia tidak dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan itu sangat dapat diinginkan. Menurut Vroom, tinggi rendahnya motivasi seseorang ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

  1) Ekspektasi (harapan) keberhasilan pada suatu tugas

  2) Instrumentalis, yaitu penilaian tentang apa yang akan terjadi jika berhasil dalam melakukan suatu tugas (keberhasilan tugas untuk mendapatkan outcome tertentu).

  3) Valensi, yaitu respon terhadap outcome seperti perasaan posistif, netral, atau negatif. Motivasi tinggi jika usaha menghasilkan sesuatu yang melebihi harapan. Namun motivasi rendah jika usahanya menghasilkan kurang dari yang diharapkan.

e. Achievement Theory atau Teori Achievement Mc Clelland (1961)

  Yang dikemukakan oleh Mc Clelland (1961), menyatakan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi kebutuhan manusia, yaitu: 1)

  Need for achievement (kebutuhan akan prestasi) 2)

  Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial atau hampir sama dengan sosial need-nya Maslow) 3)

  Need for Power (dorongan untuk mengatur) f.

   Clayton Alderfer Erg Clayton Alderfer mengetengahkan teori motivasi ERG yang

  didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini sedikit berbeda dengan teori maslow. Di sini Alfeder mngemukakan bahwa jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi.

5. Cara Memotivasi

  Sunaryo 2004 menyebutkan ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk memotivasi seseorang, yaitu: a.

  Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force), yaitu cara memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus dilakukan. Misalnya seorang komandan mengancam akan memberikan hukuman kepada anak buahnya apabila tidak disiplin. Jenis motivasi ini lazim di kemiliteran dan tidak lazim di masyarakat demokratis.

  b.

  Memotivasi dengan bujukan (motivating), yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu sesuai harapan yang memberikan motivasi. Contohnya mahasiswa yang berprestasi akan diberikan hadiah oleh pendidikan berupa bebas membayar SPP.

  c.

  Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification or ego-

  evollvement), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran

  sehingga individu berbuat sesuatu karena adanya keinginan yang timbul dari dalam dirinya sendiri dalam mencapai sesuatu.

  Contohnya seorang mahasiswa belajar giat karena termotivasi bahwa apabila belajar giat dengan berprestasi, yang akan memetik hasilnya adalah diri sendiri.

C. Minat 1. Pengertian Minat

  Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu hal atau aktifitas. Menurut Syah (2003), minat kurang populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi dan kebutuhan.

  Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu (Slameto, 2003). Djamarah (2002) menyatakan bahwa minat yang tinggi cenderung mendorong seseorang untuk meraih prestasi yang optimal.

  Hilgard memberi rumusan tentang minat dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu Interest is persisting tendency to pay

  attention to and enjoy some activity or content (Kecenderungan yang

  tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan), maksudnya kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang (Slameto ,2003).

  Minat diartikan sebagai kondisi yang terjadi apabila seseorang memiliki ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan atau kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri.

  Menurut Bernard, minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja (Sardiman, 2003).

  Minat sangat penting dalam pendidikan karena suatu pendidikan harus ada ketertarikan sehingga akan menghasilkan prestasi yang tinggi.

2. Faktor Timbulnya Minat

  Faktor timbulnya minat, menurut Crow and Crow (1982) terdiri dari tiga faktor : a.

  Faktor Dorongan dari Dalam Yaitu rasa ingin tahu atau dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang berminat untuk mempelajari ilmu mekanik, melakukan penelitian ilmiah, atau aktivitas lain yang menantang.

  b.

  Faktor Motif Sosial Yakni minat dalam upaya mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat unutk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperolah penghargaan dari keluarga atau teman. c.

  Faktor Emosional Yakni minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.

3. Aspek-Aspek minat

  Minat seseorang tidak didapatkan dari lahir, melainkan hasil dari pengalaman belajar. Untuk mengerti bagaimana minat berkembang perlu diketahui bukan saja minat dipelajari, melainkan juga bagaimana berbagai aspek minat berkembang. Krathwohl dkk, mengemukakan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif (Bloom,1974). Taksonomi afektif Bloom ini meliputi lima kategori: a.

  Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih.

  Penerimaan adalah sensitivitas individu terhadap rangsang dari fenomena-fenomena tertentu, di mana individu tersebut mau menerima atau memperhatikan rangsang dan fenomena tersebut. Kategori penerimaan ini dibagi menjadi tiga sub-kategori yang terdiri dari:

  1) Kesadaran pada taraf ini adalah kesadaran terhadap sesuatu yang ada dalam satu situasi, baik berupa fenomena atau objek.

  2) Kemauan untuk menerima sub-kategori ini menggambarkan tingkah laku individu yang mau menerima stimulus; atau dengan kata lain, individu mempunyai kemauan untuk menerima rangsang yang ditimbulkan oleh fenomena.

  3) Pengontrolan atau perhatian yang terpilih merupakan perhatian terhadap rangsang atau fenomena objek yang telah dipilih individu.

  b.

  Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan.

  Menanggapi adalah kategori kedua. Kategori ini merupakan perhatian yang aktif terhadap benda yang menimbulkan rangsangan pada diri individu atau fenomena-fenomena tertentu. Pada kategori ini, individu akan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan objek atau fenomena yang telah dipilih. Kategori kedua ini dibagi menjadi tiga, yaitu: 1)

  Persetujuan untuk menanggapi, yang merupakan respon untuk menunjukan kepada adanya ketaatan atau kerelaan individu terhadap aturan-aturan yang berkaitan dengan rangsang fenomena dan objek.

  2) Kemauan untuk menanggapi, yang merupakan kemauan sukarela individu (tanpa paksaan) untuk melakukan suatu aktivitas.

  3) kepuasan untuk menanggapi, yang merupakan tindakan yang disertai oleh perasaan puas setelah melakukan aktivitas.

  c.

  Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori peneriman, pemilihan dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu.

  Penilaian adalah kategori yang menunjukkan penilaian dasar atas satu rangsangan fenomena, objek atau subjek. Satu hal yang penting adalah bahwa adanya aktivitas tersebut dikarenakan adanya nilai atau harga dari fenomena, objek atau subjek. Kategori ini dibagi menjadi beberapa sub-kategori: 1)

  Menerima nilai. Sub-kategori ini merupakan penerimaan secara emosional terhadap hal-hal atau fenomena tertentu. Hal ini juga diistilahkan dengan kepercayaan individu terhadap objek dan fenomena berdasarkan nilai objek atau fenomena tersebut.

  2) Pemilihan pada suatu nilai merupakan pilihan individu terhadap suatu rangsang, fenomena atau objek yang sesuai dengan keinginan atau kesukaannya.

  3) Tanggung jawab. Subkategori ini menunjukkan adanya keyakinan dan ketentuan seseorang yang bertingkah laku. Bertingkah laku pada tingkatan ini benar-benar berpegang pada suatu nilai.

  d.

  Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai. Sub-kategori ini diharapkan bertindak sebagai klasifikasi yang tepat untuk tujuan yang menggambarkan awal dari pembentukan suatu sistem nilai. Kategori ini dibagi menjadi dua sub-kategori: 1) penggambaran suatu nilai. Hal ini merupakan sub-kategori yang menunjukkan adanya kualitas abstraksi. Dalam sub-kategori ini, individu memperoleh kesempatan untuk melihat hubungan antara nilai dengan konsep yang akan dilihat.

  2) Pengorganisasian suatu nilai. Hal ini merupakan konsep yang diperoleh individu untuk dibawa bersama-sama dengan nilai yang kompleks dalam suatu kumpulan nilai.

  e.

  Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai. Pencirian oleh suatu nilai yang kompleks merupakan kategori yang menunjukkan adanya sikap dan sistem nilai yang menjadi pandangan hidup. Kategori ini dibagi menjadi: 1)

  Hal-hal yang umum. Sub-kategori ini merupakan jenis ketidaksadaran yang cenderung beroperasi secara konsisten dan dapat diperkirakan polanya. Misalnya, orientasi dasar kehidupan yang akan datang.

  2) Ciri khas merupakan refleksi dari puncak proses penerimaan lisan. Pada sub-kategori ini didapatkan tujuan yang sesuai dengan pandangan seseorang (orang pada umumnya), atau merupakan filsafat hidup yang dimilikinya.

4. Pusat-Pusat Minat

  Dalam kehidupan sehari-hari sering tidak dibedakan antara perkataan minat dan perhatian, walaupun keduanya berbeda. Antara perhatian dan minat itu memang erat sekali hubungannya. Orang yang mempunyai minat tentang kesenian, dengan sendirinya perhatiannya menuju ke arah kesenian.

  Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap kearah sesuatu yang sangat berharga bagi seseorang. Semua yang berharga bagi seseorang adalah yang sesuai dengan kebutuhannya. Sementara perhatian itu memegang peranan sangat penting dalam proses pembelajaran. Kalau bahan pembelajaran diambil dari pusat-pusat minat anak, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga belajar akan berlangsung dengan sangat baik (Hurlock, 1980).

D. SIKAP 1. Pengertian Sikap

  Sikap adalah kecenderungan bertindak diri individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu (Sunaryo, 2004). Sikap yang terdapat pada individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan.

  Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap itu tidak langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Notoatmojo, 2002). Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

  Allport mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu terhadap semua ojek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Hal ini menunjukan bahwa sikap itu tidak muncul seketika atau di bawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon seseorang (Djaali, 2008).

  Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan dan kesiapan merespon perasaan positif ataupu negatif terhadap suatu objek tertentu. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke arah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan ( Djaali, 2008).

2. Struktur Sikap

  Menurut Azwar (2009) bahwa sikap memiliki tiga komponen yang membentuk struktur sikap, yang ketiganya saling menunjang, yaitu : komponen kognitif, afektif dan konatif.

  a.

  Komponen kognitif (cognitive) Komponen kognitif dapat disebut juga komponen perseptual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu mempersepsi terhadap objek, sikap, dengan apa yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi dari orang lain.

  b.

  Komponen afektif Komponen ini menunjukan pada dimensi emosional subjek individu, terhadap objek sikap, baik yang positif (rasa senang), maupun negatif (rasa tidak senang). Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh sesuatu yang dipercayai sebagai suatu yang benar terhadap objek sikap tersebut, misalnya individu yang senang (sikap positif) terhadap profesi keperawatan, berarti individu melukiskan perasaannya terhadap keperawatan.

  c.

  Komponen konatif Komponen konatif disebut juga komponen perilaku, yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapi. Sebagai contoh individu yang mengetahui bahwa profesi keperawatan adalah pekerjaan yang mulia maka banyak lulusan SMA yang masuk ke Akademi keperawatan.

3. Fungsi Sikap

  Sikap juga memiliki fungsi, menurut Atkinson, R. L, dkk (2008), sikap memiliki 5 fungsi yaitu : a.

  Fungsi Instrumental Fungsi sikap dikaitkan dengan alasan praktis atau manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan. Karena untuk mencapai suatu tujuan diperlukan sarana yang disebut sikap. Apabila objek sikap dapat membantu individu mencapai tujuan, individu akan bersikap positif tergadap objek sikap tersebut atau sebaliknya. b.

  Fungsi Pertahanan Ego Sikap pertahanan ego diambil individu dalam ragka melindunfi diri dari kecemasan atau ancaman harga diri.

  c.

  Fungsi Nilai Ekspresi Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri individu.

  Sistem nilai apa yang ada pada diri individu, dapat dilihat dari sikap yang diambil oleh individu yang bersangkutan terhadap nilai tertentu.

  d.

  Fungsi Pengetahuan Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak mendapat pengalaman dan pengetahuan. Misalnya sikap individu yang ingin mendalami bidang keperawatan maka perilakunya akan ditujukan kepada hal yang mengarah pada pendalaman bidang tersebut.

  e.

  Fungsi Penyesuaian Sosial Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari masyarakat. Dalam hal ini sikap yang diambil individu tersebut akan dapat menyesuaikan dengan lingkungannya.

E. Kerangka Teori Penelitian

  Faktor Internal Faktor Eksternal

  • Kebutuhan fisiologis
  • Memiliki tanggung jawab pribadi
  • Kebutuhan rasa aman
  • Kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki
  • Adanya kebutuhan mendapatkan umpan balik atas pekerjaannya
    • Minat Motivasi Sikap

  • Kebutuhan akan penghargaan
  • Melakukan pekerjaan dengan efektif dan efisien
  • Kebutuhan aktualisasi diri
  • Tidak menyukai keberhasilan yang bersifat kebetulan
    • Afektif • Kognitif • Konatif Fisiologis Psikologis • Intelegensi • B
    • Lingkungan Sosial • Lingkungan Nonsosial • Pendekatan Tinggi • Pendekatan Menengah • Pendekatan Rendah -

  Faktor Pendekatan Belajar Keterangan : cetak tebal yang diteliti

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian minat, motivasi, sikap mahasiswa

  Modifikasi Teori Syah (2003), Teori Maslow (1953), Teori Crow dan Crow dalam Purwanto (2004)

  IPK

  Menyelesaikan sesuatu dengan baik

  Rasa ingin tahu dan Emosional Prestasi

F. Kerangka Konsep Penelitian

  Variabel Independent Minat berprestasi

  Pencapaian Indeks Motivasi berprestasi

  Prestasi Kumulatif (IPK)

  Sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan di

  FIK

Gambar 2.2 Kerangka Konsep G.

   Hipotesis Penelitian a.

  Ada hubungan antara minat berprestasi dengan pencapaian IPK b.

  Ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan pencapaian IPK.

  c.

  Ada hubungan antara sikap mahasiswa terhadap mata kuliah yang diajarkan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan pencapaian IPK d. Motivasi merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pencapaian IPK.