BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasai 1. Pengertian - Irawan Arif Nugroho BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasai 1. Pengertian Imunisasi dan vaksinasi seringkali diartikan sama. Imunisasi adalah

  suatu pemindahan atau transfer antibody secara pasif, sedangkan istilah vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat merangsang pembentukan imunitas (antibody) dari system imun di dalam tubuh. Imunitas secara pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk, yaitu immunoglobulin yang non spesifik atau gamaglobulin dan immunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu (Ranuh, 2008).

  Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit serius yang paling efektif untuk bayi dari segi biaya (Wahab, 2002).

  Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2005).

  Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin

  11 tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah dihadapi sebelumnya (Atikah, 2010).

  2. Macam Imunisasi

  Menurut Atikah (2010) imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu:

  a. Imunisasi aktif Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

  b. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.

  3. Manfaat

  a. Untuk anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. b. Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya menjalani masa kanakkanak yang nyaman.

  c. Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Atikah, 2010).

4. Tujuan

  Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar variola (Ranuh, 2008).

  Menurut Kepmenkes (2005) yang dikutip Atikah (2010) tujuan umum dari imunisasi adalah menurunkan angka kesakitan dan angka kematian bayi akibat PD3I. Penyakit yang dimaksud anatara lain Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, Polio dan TBC, sedangkan untuk tujuan khusus yaitu sebagai berikut: a. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap minumal 80% secara merata di 100% desa kelurahan pada tahun 2010.

  b. Polio liar di Indonesia yang dibuktikan tidak ditemukannya virus polio liar pada tahun 2008. c. Tercapainya Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) artinya menurunkan kasus tetanus neonatorum sampai tingkat 1 per 1000 kelahiran hidup dalam tsatu tahun pada tahun 2008.

  d. Tercapainya Reduksi Campak (RECAM) artinya angka kesakitan campak pada tahun 2010.

  5. Syarat pemberian imunisasi

  Paling utama adalah anak yang akan mendapat imunisasi harus dalam kondisi sehat. Sebab pada prinsipnya imunisasi itu merupakan pemberian virus dengan memasukkan virus, bakteri, atau bagian dari bakteri ke dalam tubuh dan kemudian menimbulkan antibodi (Hanum, 2010).

  6. Faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada balita

  Green dalam Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causer) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

  a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

  b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, jarak ke sarana pelayanan kesehatan dan sebagainya.

  c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, dukungan keluarga dan tokoh masyarakat yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

  Menurut Budioro (2002) bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi, antara lain : a. Motivasi

  Motivasi adalah suatu tenaga atau faktor yang terdapat didalam diri manusia, yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan secara sadar dan tidak sadar membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai kebutuhannya. Diharapkan dengan motivasi yang besar untuk melengkapi imunisasi dasar bagi bayinya, segala penyakit dapat dicegah sedini mungkin dan kesehatan bayi dapat terpenuhi.

  b. Letak geografis Daerah yang tersedia sarana transportasi berbeda dengan mereka yang hidup terpencil. Kemudahan tempat yang strategis dan sarana transportasi yang lengkap akan mempercepat pelayanan kesehatan. c. Lingkungan Lingkungan adalah segala objek baik berupa benda hidup atau tidak hidup yang ada disekitar dimana orang berada. Dalam hal ini lingkungan sangat berperan dalam kepatuhan untuk melengkapi imunisasi dimana apabila lingkungan mendukung secara otomatis ibu akan patuh untuk melengkapi imunisasi pada anaknya. Anggota keluarga berperan aktif dalam mendukung ibu untuk mendapatkan imunisasi dasar lengkap bagi bayinya.

  d. Sosial ekonomi Sosial ekonomi merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Keadaan ekonomi keluarga yang baik diharapkan mampu mencukupi dan menyediakan fasilitas serta kebutuhan untuk keluarga, sehingga seseorang dengan tingkat sosial ekonomi tinggi akan berbeda dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi akan mengusahakan terpenuhinya imunisasi yang lengkap bagi bayi.

  e. Pengetahuan Pengetahuan merupakan seluruh kemampuan individu untuk berfikir secara terarah dan efektif, sehingga orang yang mempunyai pengetahuan tinggi akan mudah menyerap informasi, saran dan nasihat. f. Pendidikan Pendidikan merupakan proses kegiatan pada dasarnya melibatkan tingkah laku individu maupun kelompok. Inti kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar mengajar adalah terbentuknya seperangkat tingkah laku, kegiatan dan aktivitas.

  Dengan belajar baik secara formal maupun informal, manusia akan mempunyai pengetahuan, dengan pengetahuan yang diperoleh seseorang akan mengetahui manfaat dari saran atau nasihat sehingga akan termotivasi untuk meningkatkan status kesehatan. Pendidikan yang tinggi terutama ibu akan memberikan gambaran akan pentingnya menjaga kesehatan terutama bagi bayinya.

  Hasil penelitian yang telah dilakukan Ismet (2013) menunjukan bahwa dari 63 (

  58 .3%) responden yang mendapatkan dukungan dari

  keluarga, sebagian besar yaitu sebanyak 43 responden (68.3%) memiliki balita dengan status imunisasi dasar lengkap dibandingkan dengan responden yang memiliki balita dengan status imunisasi dasar tidak lengkap. Pada dasarnya keaktifan ibu dalam program imunisasi tidak lepas dari pengaruh dukungan keluarga karena salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap seseorang adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam hal ini diantaranya adalah keluarga

7. Jenis imunisasi

  Menurut Andini (2014) bahwa ada 3 jenis vaksinasi atau imunisasi tambahan untuk anak atau balita yang ibu jarang ketahui, yaitu sebagai berikut: a. Rotavirus Di Indonesia, diare menjadi 28% penyebab kematian pada balita.

  Tersedia vaksin monovalen (Rotarix) dan pentavalen (Rotareq).

  b. Influenza Rekomendasi IDAI, imunisasi influenza diberikan pada:

  • Anak sehat yang berusia 6 bulan – 2 tahun.
  • Anak dengan penyakit jantung kronik, asma, diabetes, penyakit ginjal kronis dan HIV.
  • Anak yang tinggal di tempat seperti asrama, panti asuhan, atau pesantren.
  • Orang yang bisa menularkan virus flu pada orang yang berisiko tinggi, seperti pengasuh anak dan petugas kesehatan.

  c. Varisela Tidak boleh diberikan pada anak yang sedang demam tinggi, hitung limfosit yang rendah, alergi terhadap neomisin, dan adanya defisiensi imun seluler.

  Menurut Hasuki (2007) dikutip oleh Atikah (2010), ada 5 jenis imunisasi dasar, yang diwajibkan oleh pemerintah. imunisasi dasar atau PPI (Program Pengembangan Imunisasi) antara lain :

  a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin) 1) Tujuan

  Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak

  2) Kriteria penyakit Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh myobacterium tuberculosis. Penyebarannya melalui pernafasan lewat bersin atau batuk. Gejala awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri pada dada dan mungkin batuk darah. Gejala lain tergantung organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Seseorang yang terinfeksi myobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi sakit tubercolusis aktif. Beberapa minggu (2- 12 minggu) setelah terinfeksi terjadi respon imunitas selular yang dapat ditunjukkan dengan uji tuberkulin (Ranuh, 2008). 3) Vaksin

  Vaksin TBC mengandung kuman bacillus calmette guerin yang dibuat dari bibit penyakit atau virus hidup yang sudah dilemahkan. 4) Waktu pemberian BCG diberikan pada umur < 3 bulan.

  5) Cara dan dosis Pemberian Pemberian imunisasi ini dilakukan secara Intra Cutan(IC) di lengan kanan atau paha kanan atas dengan dosi 0,1 ml untuk anak diatas 1 tahun, pada bayi baru lahir 0,05 ml.

  6) Kontraindikasi

  a) Reaksi uji tuberkulin > 5mm

  b) Menderita infeksi HIV

  c) Menderita gizi buruk

  d) Menderita demam tinggi

  e) Menderita infeksi kulit yang luas

  f) Pernah sakit tubercolusis

  g) Leukimia 7) Efek samping

  a) Reaksi lokal 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikkan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras.

  Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan menbentuk luka terbuka (ulkus).

  Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meningkatkan jaringan parut.

  b) Reaksi regional Pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. 8) Komplikasi yang mungkin timbul adalah:

  Pembentukkan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan untuk mempercepat penyembuahan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan jarum) dan bukan disayat.

  b. Imunisasi Hepatitis B 1) Tujuan

  Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatka kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B.

  2) Kriteria penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit ini terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selam proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa terkihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrosis hepatic yakni kanker hati dan menimbulkan kematian. 3) Vaksin

  Vaksin ini terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.

  4) Waktu pemberian Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah bayi lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus antu hepatitis B dalam waktu 24 jam kelahiran. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan Hb 1 dengan Hb 2, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan Hb 2 dengan Hb 3. 5) Cara dan dosis pemberian

  Hepatitis B disuntikkan secara Intra Muscular (IM) di daerah paha luar dengan dosis 0,5 ml.

  6) Kontraindikasi Imunisasi ini tidak dapat diberikan kepada anak yang menderita penyakit berat. Dapat diberikan kepada ibu hamil dengan aman dan tidak akan membahayakan janin. Bahkan akan memberikan perlindungan kepada janin selama dalam kandungan ibu maupun kepada bayi selama beberapa bulan setelah lahir. 7) Efek samping

  Reaksi imunisasi yang terjadi biasanya berupa nyeri pada tempat penyuntikkan dan sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pernafasan). Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2 hari. c. Imunisasi DPT 1) Tujuan

  Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri, pertusis, tetanus. 2) Kriteria penyakit

  a) Difteri Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diptheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal penyakit ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.

  b) Pertusis Adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat disebabkan oleh bakteri Bordettela pertusis. Penyebarannya melalui tetesan kecil yang keluar dari batuk dan bersin. Gejalanya adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama kelamaan batukmenjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. c) Tetanus Adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku otot pada rahang, disetai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku.

  Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi yang dapat menimbulkan kematian.

  3) Vaksin Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan serta kuman Bordetella pertusi yang dimatikan.

  4) Waktu pemberian Imunisasi DPT diberikan 3 kali usia kurang dari 7 bulan, DPT 1 diberikan pada usia 2 bulan, DPT 2 diberikan pada usia 3 bulan, DPT 3 diberikan pada usia 4 bulan selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1 tahun setelah DPT 3.

  5) Cara dan dosis pemberian Cara pemberian imunisasi ini DPT adalah melalui injeksi IM.

  Suntikan diberikan di paha tengah luar atau subcutan dalam dengan dosis 0,5 cc.

  6) Kontraindikasi Imunisasi ini tidak boleh diberikan pada anak riwayat kejang komplek. Juga tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk rejan dalam tahap awal pada penyakit gangguan kekebalan. 7) Efek Samping

  a) Demam ringan

  b) Timbul bercak merah atau pembengkakkan c) Rasa nyeri di tempat penyuntikan selama 1-2 hari.

  d. Imunisasi polio 1) Tujuan Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis.

  2) Kriteria penyakit Adalah penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan yaitu virus polio 1, 2, 3.

  Secara klinis penyakit polio adalah dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut. Penyebarannya melalui kotoran manusia yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa tejadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

  3) Vaksin Vaksin polio ada dua jenis yaitu :

  a) Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.

  b) Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. 4) Waktu pemberian

  Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio 4. 5) Cara dan dosis pemberian

  Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung ke dalam mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. 6) Kontraindikasi

  Pemberian vaksin imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang menderita diare maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

  7) Efek samping Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang tejadi.

  e. Imunisasi Campak 1) Tujuan

  Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

  2) Kriteria penyakit Adalah penyakit yang disebakan oleh virus measles.

  Penyebarannya melalui droplet bersin dan batuk dari penderita. Gejala awal penyakit ini adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek dan mata merah. Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia).

  3) Vaksin Vaksin dari virus hidup (CAM 70-chick chorioallantonik

  membrane ) yang dilemahkan ditambah kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk kering.

  4) Waktu pemberian Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian.

  5) Cara dan dosis pemberian Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui injeksi di lengan kiri atas secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml. Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml pelarut aquades.

  6) Kontraindikasi Pemberian imunisasi campak tidak boleh diberikan pada orang yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia dan limfoma. 7) Efek samping

  a) Demam ringan

  b) Diare

  c) Ruam atau kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8 hari setelah vaksinasi.

B. Tingkat Pendidikan

  Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani

  (pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Pendididkan juga berarti lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, sistem dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi keluarga, sekolah dan masyarakat (Ihsan, 2005).

  Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah berbentuk SD/MI/ sederajat dan SMP/MTs/Sederajat. Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar berbentuk SMA/MA/SMK/MAK/Sederajat. (Depdiknas, 2003).

  Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pengetahuan berhubungan erat dengan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut. Namun peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmodjo, 2003).

  Hasil penelitian Khotimah dan Rusnelly (2010) menunjukan bahwa proporsi ibu dengan peran serta membawa anaknya untuk diimunisasi yang baik cenderung terdapat pada ibu-ibu yang tingkat pendidikan tinggi (69,8%) dibandingkan dengan ibu-ibu yang berpendidikan rendah (35,5%).

C. Dukungan Keluarga

  1. Pengertian Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi

  bagian dari jaringan sosial yang anggotanya saling mendukung (Kuncoro, 2002).

  Efek dari Dukungan sosial yang berasal dari keluarga terhadap kesehatan dan kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik, keadaan dukungan sosial yang adekuat terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik dan kesehatan emosi. Di samping itu pengaruh positif dari dukungan sosial keluarga adalah pada penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stres (Friedman, 1998).

  Menurut Smet (1994) bahwa dukungan sosial mengacu pada bantuan emosional, instrumental dan finansial yang diperoleh dari orang lain. Segi fungsional dukungan sosial mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, pemberian nasehat atau informasi, pemberian bantuan material. Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

2. Aspek-aspek dukungan sosial keluarga

  Menurut House dalam Sarafino (1990) terdapat empat jenis atau dimensi dukungan sosial yang meliputi: a. Dukungan emosional Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan (misalnya: umpan balik, penegasan).

  b. Dukungan penghargaan Dukungan penghargaan merupakan suatu dukungan atau bantuan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan kepada lansia dengan menunjukkan respons positif, yaitu dorongan atau persetujuan terhadap gagasan/ide atau perasaan seseorang (Bomar, 2004).

  c. Dukungan informasi Dukungan informasi keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan, dan memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan lansia dalam upaya meningkatkan status kesehatannya (Bomar, 2004).

  d. Dukungan instrumental Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan lansia dalam menyampaikan perasaannya (Bomar, 2004).

3. Fungsi-fungsi keluarga

  Fungsi keluarga menurut (Friedman et al, 2003) adalah sebagai berikut: 1) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapakan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga. 2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socializatioan and

  socialplacemen function) adalah fungsi mengembangkan dan dan

  proses interaksi dalam keluarga. sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi. 3) Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi keluarga untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. 4) Fungsi ekonomi (the economic function) adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan kelurga secara ekonomi dan tepat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

  5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the healt care function) yaitu untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki pruduktifitas tinggi, serta merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan

D. Kerangka Teori

  Letak Geografis Dukungan keluarga

  • Jarak rumah
  • Mendu
  • Kondisi jalan
  • Tidak mendukung

  Sosial ekonomi Pendidikan

  • Status pekerjaan
  • Penghasilan Kelengkapan - SMP imunisasi dasar
  • SMA
  • Perguruan tinggi Tingkat pengetahuan (Ibu mengerti pentingnya imunisasi dasar lengkap untuk balita

  Keterangan: -------------- : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber: Budioro (2002), Ismet (2013), Notoatmodjo (2003) dan Atikah (2010) E.

   Kerangka Konsep

  Tingkat pendidikan Kelengkapan

  Dukungan keluarga imunisasi dasar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  a. Terdapat hubungan tingkat pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.

  b. Terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar pada balita di Desa Srowot Kecamatan Kalibagor Kabupaten Banyumas.