Ajeng Dyta Nurhidayah BAB II

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analogi Aktivitas manusia tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan berpikir. Berpikir adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Kegiatan berpikir

  dapat terjadi pada saat memecahkan persoalan atau menentukan strategi yang tepat dalam mengambil suatu keputusan. Santrock (2008) mengemukakan, berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalar, dan berpikir secara kritis, membuat keputusan, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Menurut Latipah (2012: 107) berpikir adalah mengubah representasi informasi ke bentuk baru dan berbeda yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah, atau mencapai tujuan tertentu.

  Ahmadi (2009:83) mengemukakan pengertian berpikir yang merupakan aktivitas psikis yang intensional, dan terjadi apabila seseorang menjumpai problema (masalah) yang harus dipecahkan. Dengan demikian, dalam berpikir itu, seseorang menghubungkan pengertian satu dengan yang lainnya dalam rangka mendapatkan pemecahan persoalan yang dihadapi. Ahmadi dan Supriyono (2013:31) juga berpendapat bahwa berpikir merupakan proses yang “dialektis” artinya selama kita berpikir, pikiran kita dalam keadaan tanya jawab, untuk dapat meletakan hubungan pengetahuan kita. Dalam berpikir kita

  9 memerlukan alat yaitu akal (ratio).Sedangkan menurut Purwanto (2006: 43) pengertian berpikir adalah “suatu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan.” Pendapat lain disampaikan oleh Ling dan Catling (2012:81) bahwa berpikir merupakan proses dimana persepsi-persepsi indra mucul dan dimanipulasi. Berpikir memungkinkan kita untuk mampu meniru lingkungan sekeliling kita dan merepresentasikannya sesuai rencana-rencana dan keinginan-keinginan kita.

  Beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir merupakan proses yang terjadi di dalam otak manusia yang bertujuan untuk membuat keputusan atau menyelesaikan permasalahan yang ada.

  Para Ahli Logika mengemukakan adanya tiga fungsi dari berpikir seperti yang disampaikan oleh Ahmadi (2009:83-86), yaitu: a. Membentuk pengertian, dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dalam proses berpikir (dengan memanfaatkan isi ingatan) bersifat riil,abstrak,dan umum serta mengandung sifat hakikat sesuatu.

  b. Membentuk pendapat, dapat diartikan sebagai hasil pekerjaan pikir dalam meletakkan hubungan antara tanggapan yang satu dengan lainnya,antara pengertian satu dengan pengertian lain-lainnya, dan dinyatakan dalam suatu kalimat.

c. Membentuk kesimpulan, dapat diartikan sebagai membentuk pendapat “baru” berdasarkan atas pendapat-pendapat lain yang sudah ada.

  Pendapat yang sama juga disampaikan Purwanto (2006: 43) bahwa “kita berpikir untuk menemukan pemahaman/pen gertian yang kita kehendaki.”

  Dari pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli, tujuan berpikir yaitu untuk membentuk/menemukan pengertian, membentuk pendapat,serta membentuk kesimpulan. Berdasarkan tujuan berpikir tersebut, terdapat berbagai macam cara berpikir seperti yang dikemukakan oleh Purwanto (2006, 47-48) yaitu :

  a. Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari yang khusus menuju kepada yang umum. Berpikir dengan cara induktif mencari ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi. Contohnya, Ayu seorang siswi SMA Negeri 1 Purwokerto pada hari Senin memakai seragam berwarna putih abu-abu. Bela seorang siswi SMA Negeri 2 Purwokerto pada hari Senin memakai seragam berwarna putih abu-abu. Candra seorang siswa SMA Negeri 5 Purwokerto pada hari Senin memakai seragam berwarna putih abu-abu. Maka, semua siswa SMA pada hari Senin memakai seragam berwarna putih abu-abu

  b. Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, seseorang berpikir dari teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggap benar dan sudah bersifat umum. Kemudian menerapkan pada fenomena- fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut. Contohnya, semua hewan mamalia bernapas menggunakan paru-paru. Kucing adalah hewan mamalia. Maka, kucing bernapas menggunakan paru – paru.

  c. Berpikir analogis ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau membandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang. Contohnya ketika seseorang hendak mendaki gunung diperlukan persiapan dan mental yang kuat karena ketika mendaki gunung tesebut terdapat halangan dan rintangan. Begitu juga ketika seseorang hendak menuju atau mencapai ke puncak kesuksesan, diperlukan persiapan dan mental yang kuat. Pengertian analogi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 44) yaitu persamaan atau persesuaian antara dua benda atau hal yang berlainan.

  Seorang ahli terkemuka di bidang perubahan cara berpikir juga mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian dari analogi bahwa: Pada hakekatnya suatu analogi adalah suatu ceritera atau situasi yang sederhana. Ia menjadi suatu analogi hanya bilamana dibandingkan dengan sesuatu yang lain. Ceritera atau sesuatu sederhana itu haruslah sesuatu yang kita kenal. (Edward de Bono, 1991: 16)

  Pendapat serupa juga diutarakan oleh Mundiri (2010:157) yang berpendapat bahwa ’’ … penyimpulan analogi … bertolak dari satu atau sejumlah peristiwa menuju kepada satu peristiwa lain yang sejenis.’’

2. Macam – macam Analogi

  Mundiri (2010 : 159-160) mengklasifikasikan analogi menjadi dua macam, yaitu : a. Analogi Induktif

  Analogi induktif yaitu analogi yang disusun berdasarkan persamaan prinsipal yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Contoh analogi induktif dalam matematika misalnya persegi panjang pada

  • – bidang datar mempunyai kesamaan dengan balok pada bangun ruang. Sisi sisi persegi panjang memiliki kemiripan sifat dengan sisi
  • – sisi pada balok, yaitu sisi yang berhadapan pada persegi panjang maupun balok adalah sama panjang.

  b. Analogi Deklaratif Analogi deklaratif atau analogi penjelas yaitu analogi yang digunakan untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar, dengan sesuatu hal lain yang sudah di kenal. Contoh analogi deklaratif dalam matematika misalnya pengenalan bilangan 24 yang masih abstrak kepada anak-anak. Angka 24 dijelaskan dengan mengambil manik-manik yang kemudian disusun berdasarkan nilai tempat. Setiap rusuk yang berisi 10 buah manik

  • – manik bernilai 1 puluhan. Sisanya, yang kurang dari 10 buah bernilai satuan.

3. Masalah Sumber dan Masalah Target

  Reed (2011:320) mengungkapkan bahwa ”keberhasilan dalam menggunakan analogi bergantung pada, baik mengenali kesamaan antara dua masalah dan mengingat solusi dari masalah analogi”. Pada kemampuan berpikir analogi terdapat masalah sumber dan masalah target. Karena siswa harus mengetahui persamaan antara masalah sumber atau yang telah diketahui siswa dan masalah target atau masalah yang baru diketahui. Jika telah mengetahui persamaannya maka akan terlihat hubungan antara keduanya. Seperti yang dikemukakan oleh English (2004: 5) :

  In these studies, the reasoner must recognize the similarity in

relational structure between a known problem (termed the base or source)

and a new problem (the target); that is, a "structural alignment" or

"mapping" between the two problems must be found (Bassok, 2001;

Holyoak, Gentner, & Kokinov, 2001; refer Fig. 1.1)

  Selain itu, baik masalah sumber maupun masalah target, masing-masing memiliki karakteristik seperti yang telah dijelaskan oleh English (2004 : 5-8).

  Ciri-cirinya yaitu :

  a) Masalah Sumber (1) Ada/diperkenalkan sebelum masalah target.

  (2) Masalah yang tidak terlalu rumit. (3) Telah dipelajari atau diketahui sebelumnya. (4) Dapat membantu menyelesaikan masalah target b) Masalah Target (1) Memiliki informasi dari masalah sumber (2) Memiliki struktur yang mirip dengan masalah sumber namun lebih luas atau telah dimodifikasi dari masalah sumber (3) Masalah yang lebih rumit Ketika siswa menyelesaikan masalah sumber, siswa menyelesaikan masalah tersebut dengan konsep-konsep dan strategi yang dimiliki sebelumnya. Sedangkan ketika siswa menyelesaikan masalah target, siswa menggunakan informasi dari masalah sumber sebagai pengetahuan awal yang dimilikinya. Setelah siswa mengetahui struktur dari masalah sumber maupun masalah target, maka hal kedua yang dilakukan adalah siswa harus mengidentifikasi hubungan korespondensi antara masalah target dan maslah sumber. Setelah itu, siswa harus mengetahui apa yang akan dilakukannya setelah mengetahui persamaan hubungan antara masalah sumber dan masalah target.

4. Komponen/Unsur Berpikir Analogi

  Seperti yang dikemukakan oleh Stenberg (English,2004: 4-5), kemampuan berpikir analogi dilihat dari beberapa proses kognitif dan komponen metakognitif yang diterapkan. Komponen-komponen tersebut yaitu:

  Gambar 2.1

  a. Encoding Proses dimana siswa mengidentifikasi masalah sumber dan masalah target dan melakukan pengkodean informasi yang terkandung dalam kedua masalah tersebut dengan mencari struktur masalahnya.

  b. Inferring

  

Inferring yaitu menduga atau menyimpulkan. Maksudnya proses menarik

  kesimpulan menggunakan konsep, rumus, definisi, strategi, untuk menyelesaikan masalah sumber.

  c. Mapping Proses pemetaan struktur untuk menyelesaikan masalah target berdasarkan masalah sumber. d. Applying Proses menerapkan solusi atau memilih cara yang cocok untuk menyelesaikan masalah target.

  Mundiri (2010) berpendapat yang serupa bahwa terdapat 3 unsur dalam setiap penyimpulan analogik, yaitu peristiwa pokok yang menjadi dasar analogi, persamaan prinsipal yang menjadi pengikat,dan fenomena yang akan dianalogikan.

5. Kegunaan Berpikir Analogi

  Berpikir analogi dalam pembelajaran matematika menurut Herdian (2010) memiliki manfaat, yaitu: a. Dapat memudahkan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru dengan cara mengaitkan atau membandingkan pengetahuan analogi yang dimiliki siswa;

  b. Pengaitan tersebut akan membantu mengintegrasikan struktur-struktur pengetahuan yang terpisah agar terorganisasi menjadi struktur kognitif yang ebih utuh. Organisasi yang lebih utuh akan mempermudah proses pengungkapan kembali pengetahuan baru; c. Dapat dimanfaatkan dalam menanggulangi salah konsep.

  Beberapa pendapat yang telah diutarakan oleh para ahli tersebut dari pengertian berpikir, analogi, macam-macam analogi, serta komponen berpikir analogi dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir analogi yaitu kemampuan untuk berpikir dengan menyamakan atau membandingkan antar peristiwa lalu diperoleh kesamaan dan hubungan antar peristiwa tersebut.

6. Indikator Kemampuan Berpikir Analogi

  Dari pengertian masing – masing komponen / unsur berpikir analogi, maka dapat dirumuskan indikator kemampuan berpikir analogi sebagai berikut :

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Analogi

  No Indikator Kemampuan Berpikir Analogi yang Dicapai Siswa Mengetahui dan mengidentifikasi struktur soal tes kemampuan berpikir analogi dari masalah sumber (berasal dari pengalaman

  1. belajar yang telah dipelajari siswa sebelumnya dan sederhana) dan masalah target (yang lebih rumit) yang meliputi informasi apa yang diketahui dari soal tes kemampuan berpikir analogi. Mengetahui apa yang ditanyakan pada soal dari masalah sumber (berasal dari pengalaman belajar yang telah dipelajari

  2. siswa sebelumnya dan sederhana) dan dapat menyelesaikan soal dari masalah sumber pada tes kemampuan berpikir analogi.

  Mengetahui bahwa terdapat struktur yang sama yang terdapat pada soal dari masalah sumber dan masalah target serta dapat 3. menghubungkannya dengan masalah target (yang lebih rumit) dengan tujuan untuk mengetahui cara menyelesaikan masalah target pada tes kemampuan berpikir analogi. Mengetahui cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah

  4. target dan menerapkannya untuk menemukan jawaban dari soal soal masalah taget pada tes kemampuan berpikir analogi.

B. Penelitian Relevan

  Penelitian yang dilakukan oleh Badriyah (2013) menunjukan bahwa siswa yang kemampuan penalaran analogi tinggi mampu melakukan setiap tahap proses berpikir analogi dengan baik. Sedangkan siswa yang kemampuan penalaran analoginya sedang cenderung mengalami hambatan di beberapa langkah proses berpikir analogi, dan siswa yang kemampuan penalaran analoginya rendah langkah

  • – langkah proses berpikir analogi belum dapat di lakukan dengan baik. Perbedaan dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Badriyah (2013) yaitu peneliti mengambil subyek
siswa SMK kelas X TKJ 1 di SMK Negeri Purwokerto sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Badriyah (2013) mengambil subyek kelas V di SD Negeri 1 Sraturejo Baureno Bojonegoro.

  Penelitian yang serupa tentang analogi juga dilakukan oleh Kurniasari (2015). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kemampuan penalaran analogi matematika siswa yang diajar dengan menggunakan model Creative Problem

  

Solving (CPS) lebih tinggi daripada siswa yang diajar dengan model

  konvensional. Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian Kurniasari (2015) yaitu sama-sama membahas tentang kemampuan berpikir analogi. Sedangkan perbedaannya terdapat pada subyek penelitian, tempat penelitian, serta metode yang digunakan dalam penelitian. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti menggunakan metode kualitatif sedangkan penelitian Kurniasari (2015) menggunakan metode kuantitatif.

C. Kerangka Pikir

  Berpikir merupakan kegiatan atau aktivitas otak yang terjadi pada setiap manusia tak terkecuali yang berada di lingkungan sekolah seperti siswa. Di sekolah, mata pelajaran matematika sangat erat kaitannya dengan berpikir. Dalam mempelajari matematika siswa harus berpikir agar mampu memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari, mampu menggunakan konsep- konsep tersebut secara tepat, serta dapat melakukan penalaran ketika ia harus mencari jawaban dari berbagai soal matematika. Soal matematika yang dihadapi siswa sering menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan soal tersebut dengan cepat. Namun terkadang siswa tidak dapat menyelesaikannya dengan cepat. Karena itu siswa perlu memiliki kemampuan berpikir agar dapat menemukan cara yang tepat untuk menelesaikan soal matematika yang dihadapinya

  Kemampuan berpikir analogi merupakan salah satu bentuk penalaran yang bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari hal-hal baru dengan membandingkan dan mencari persamaan dengan hal-hal yang sudah dipelajari siswa sebelumnya. Sehingga, ketika dihadapkan dengan soal-soal matematika yang belum diketahui penyelesaiannya, dengan berpikir analogi, siswa dapat menemukan penyelesaiannya.

  Seperti yang dikemukakan oleh Stenberg (English,2004: 4-5), kemampuan berpikir analogi dilihat dari beberapa proses kognitif dan komponen metakognitif yang diterapkan. Komponen-komponen tersebut yaitu encoding (pengkodean), inferring (penyimpulan), mapping (pemetaan), applying (penerapan). Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengetahui sejauh mana kemampuan berpikir analogi siswa berdasarkan kategori siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah.