BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Katrina Ramadhan Bab I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu sarana penting untuk meningkatkan

  kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa (Susanto, 2013: 1). Peningkatan kualitas SDM dapat menghadapi era persaingan global. Menghadapi tantangan tersebut diperlukan adanya peningkatan kualitas SDM sejak dini. Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas SDM, karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Usia dini merupakan masa yang baik bagi pembentukan karakter seseorang.

  Proses pendidikan biasanya lebih menekankan terciptanya kegiatan belajar peserta didik. Kegiatan yang dilaksanakan pada akhir tahunnya atau akhir semester dilakukan penilaian (evaluasi). Penilaian sebagai alat akhir untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar peserta didik yang dapat disebut pula sebagai prestasi belajar peserta didik. Prestasi belajar ini secara nyata akan dapat diketahui oleh peserta didik setiap akhir semester yang dinyatakan dalam bentuk angka-angka nilai raport. Selain nilai prestasi belajar, juga ada nilai yang menunjukkan nilai karakter di raport.

  Aktivitas dalam pendidikan dapat dicermati, bahwa pendidikan tidak hanya sebatas mentransfer ilmu, tetapi juga dapat mengubah atau membentuk karakter seseorang agar menjadi lebih baik dalam kehidupan sehari-hari.

  1 Menurut Winton dalam Samani, dkk (2012: 43) pendidikan karakter adalah “upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada peserta di diknya”. Saat ini pendidikan karakter di Indonesia dinilai belum mendorong pembangunan karakter bangsa. Hal ini disebabkan oleh ukuran-ukuran dalam pendidikan tidak dikembalikan pada karakter peserta didik. Pendidikan karakter dapat dilakukan tidak hanya di sekolah, tetapi dapat juga dilakukan di lingkungan keluarga dan di masyarakat.

  Di Sekolah Dasar (SD) dapat menggunakan mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial (IPS) sebagai bahan untuk pengembangan nilai karakter.

  Karakter yang dikembangkan salah satunya yaitu karakter sikap kemandirian. Menurut Seifert dan Hoffnug (Desmita, 2009: 185) mendefinisikan kemandirian atau otonomi sebagai kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan-perasaan malu, dan keraguan, sedangkan mata

  pelajaran IPS di SD merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat (Susanto, 2013: 143).

  Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada hari Selasa, 1 Desember 2015 dengan guru kelas IB SD UMP, dalam proses pembelajaran masih ada beberapa peserta didik yang malu atau ragu menjawab soal pemberian guru. Hal ini terbukti pada saat guru memberikan soal secara lisan, dari 31 peserta didik hanya 9 anak yang berani menjawab soal pemberian guru. Hal ini terjadi karena peserta didik masih tergantung pada guru dan teman dalam menyelesaikan soal, terbukti pada saat guru memberikan soal untuk dikerjakan di buku tulis, terdapat 16 peserta didik mengeluh merasa bingung dan langsung memanggil guru untuk minta dibantu cara mengerjakan soal tersebut, bahkan masih ada 8 peserta didik yang sibuk bermain dan bercerita dengan teman sebangku.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IB, materi IPS di SD cukup banyak, namun alokasi waktunya sedikit. Materi yang cukup banyak mengharuskan peserta didik untuk menghafal, inilah yang menyebabkan banyak peserta didik kurang menyukai pelajaran IPS. Hal ini juga yang menuntut guru untuk menggunakan metode dan media yang bervariasi, agar peserta didik dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

  Berdasarkan daftar nilai yang diperlihatkan oleh guru kelas IB, diperoleh data nilai ulangan harian IPS materi Letak Rumah dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70 dapat dilihat melalui tabel berikut:

Tabel 1.1 Nilai Ulangan HarianPeserta didik Kelas IB Mata Pelajaran IPS Materi Letak Rumah Tidak Tuntas Banyaknya Peserta didik Tuntas Belajar Belajar

  31 Peserta didik

  23 Peserta didik

  8 Peserta didik Dalam Persentase 74% 26%

  Berdasarkan data tabel 1.1 menunjukkan bahwa pada materi Letak Rumah belum berhasil, karena masih ada peserta didik yang nilainya tidak tuntas.

  Peserta didik yang tidak tuntas sebanyak 8 anak atau dalam persentase sebesar 26%.

  Banyaknya peserta didik yang tergantung pada guru dan teman dalam menyelesaikan soal juga menjadikan kemandirian belajar peserta didik masih kurang. Kurangnya kemandirian belajar mengakibatkan prestasi belajar peserta didik rendah.

  Adanya masalah tersebut, peneliti berdialog dan menyepakati dengan guru kelas untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan memilih metode Field Study berbantu media gambar denah sebagai alternatif yang diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar dan kemandirian pada peserta didik kelas IB SD UMP. Guru kelas dibantu oleh peneliti menggunakan metode pembelajaran Field Study.

  Metode Field Study termasuk dalam pembelajaran kontekstual. Sumaatmadja (1980: 113) menyatakan Field Study atau studi lapangan yaitu “suatu kunjungan ke objek tertentu di luar lingkungan sekolah, yang ada di bawah bimbingan guru, yang bertujuan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu”. Metode tersebut disampaikan dengan cara peserta didik diajak belajar di luar kelas atau sekitar sekolah untuk memudahkan pemahaman peserta didik mengenai letak suatu tempat.

  Penggunaan media gambar denah juga dapat memperjelas materi yang sedang diajarkan. Menurut Levie dan Levie (Arsyad, 2007: 9) mengemukakan bahwa bagi yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas untuk mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubungkan fakta dan konsep.

  Oleh karena itu, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Peningkatan Kemandirian dan Prestasi Belajar IPS Materi Letak Rumah dengan Metode Field Study Berbantu Media Gambar Denah pada Kelas I Sekolah Dasar ”.

  B. Identifikasi Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya masalah kurang kemandirian dan rendahnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS:

  1. Karakteristik mata pelajaran IPS yang luas menuntut guru untuk memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi.

  2. Kurang mandirinya peserta didik dalam mengerjakan tugas dari guru.

  3. Peserta didik kelas I membutuhkan media yang konkret.

  4. Kurang tertariknya peserta didk dengan mata pelajaran IPS.

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dapat peneliti rumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah metode Field Study berbantu media gambar denah dalam pembelajaran IPS materi letak rumah dapat meningkatkan kemandirian peserta didik kelas IB Umar bin Khatab SD UMP pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016?

  2. Bagaimana meningkatkan prestasi belajar IPS materi letak rumah dengan metode Field Study berbantu media gambar denah pada peserta didik kelas IB Umar bin Khatab SD UMP pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016? D.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam PTK ini ada dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

  Masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:

  1. Tujuan Umum Tujuan umum PTK ini adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPS kelas IB di SD UMP.

  2. Tujuan Khusus Tujuan khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemandirian peserta didik kelas IB SD UMP, mengatasi kendala yang dihadapi guru pada saat proses pembelajaran, dan mengubah interaksi antara guru dengan peserta didik dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS tema letak rumah dengan metode Field

  Study berbantu media gambar denah pada peserta didik kelas IB SD UMP

  tahun pelajaran 2015/2016, diharapkan tujuan tersebut tercapai dengan baik.

E. Manfaat Penelitian

  Adanya penelitian tindakan tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai kalangan, yaitu:

  1. Manfaat Teoritis

  a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber referensi yang relevan, khususnya untuk kajian mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

  b) PTK dengan menggunakan metode Field Study ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.

  2. Manfaat Praktis Adanya penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode

  Field Study ini memberikan manfaat bagi:

  a) Guru 1) Informasi yang disampaikan dapat menambah variasi metode dan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diajarkan, sehingga masalah yang dihadapi guru yang berhubungan dengan materi dan peserta didik dapat diminimalkan.

  2) Sebagai umpan balik untuk mengetahui kesulitan belajar peserta didik.

  3) Sebagai dasar memperbaiki proses pembelajaran. 4) Membantu guru untuk memilih dan memperbaiki metode dan media pembelajaran untuk membantu pemahaman peserta didik. b) Peserta didik 1) Peserta didik kelas IB SD UMP dapat ditingkatkan kemandirian dan prestasi belajar IPS, khususnya pada materi letak rumah.

  2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berpikir.

  3) Meningkatkan kemampuan mengingat, memahami dan menyampaikan informasi.

  c) Sekolah 1) Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran para guru.

  2) Meningkatkan prestasi belajar peserta didik sehingga dapat menghasilkan kualitas peserta didik dan kualitas lulusan yang baik dan dapat bersaing untuk melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi.

  d) Peneliti 1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman mengajar kepada peneliti sebagai calon pendidik.

  2) Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang penerapan metode

  Field Study dalam pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPS.