Review RPIJM 2015 – 2019 Kota Tomohon

3.1 Arahan Pembangunan bidang Cipta Karya

  3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya ❖

  Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Berisikan arahan pembangunan berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015 tentang RPJMN 2015-2019 dan Renstra Ditjen Cipta Karya 2015-2019 yang ditujukan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat.

  Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia memiliki landasan pembangunan yang mantap sehingga bisa terlepas dari perangkap negara menengah, dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat. Kondisi itu semakin mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh. Pengembangan infrastruktur perdesaan juga akan terus dikembangkan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

Gambar 3.1. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005- Indonesia agar dapat maju lebih cepat dan bertransformasi dari kondisi saat ini sebagai negara berpenghasilan menengah menjadi negara maju dengan penghasilan per kapita yang cukup tinggi. Meskipun demikian, upaya peningkatan kinerja perekonomian Indonesia perlu memperhatikan kondisi peningkatan kesejahteraan yang berkelanjutan, warga yang berkepribadian dan berjiwa gotong royong, dan masyarakat memiliki keharmonisan antar kelompok sosial, serta postur perekonomian yang semakin mencerminkan pertumbuhan yang berkualitas, yakni bersifat inklusif, berbasis luas, berlandaskan keunggulan sumber daya manusia serta kemampuan IPTEK dan bergerak menuju kepada keseimbangan antar sektor ekonomi dan antar wilayah, serta makin mencerminkan keharmonisan antara manusia dan lingkungan. Maka dari itu, ditetapkan visi pembangunan nasional untuk tahun 2015- 2019 adalah: “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong- Royong”.

  Salah satu tantangan pokok dalam mewujudkan visi pembangunan 2015- 2019 adalah terbatasnya ketersediaan infrastruktur untuk mendukung peningkatan kemajuan ekonomi. Untuk itu, ketersediaan infrastruktur permukiman harus ditingkatkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional yang tercantum dalam Nawacita seperti membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, serta meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing dicapai pada tahun 2019 terkait pembangunan perumahan dan kawasan permukiman adalah terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal pada hunian yang layak yang didukung oleh prasarana, sarana dan utilitas yang memadai, meliputi akses terhadap air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah. Sasaran pembangunan kawasan permukiman yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: 1.

  Tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen;

2. Tercapainya 100 persen pelayanan air minum bagi seluruh penduduk

  Indonesia; 3. Optimalisasi penyediaan layanan air minum; 4.

  Peningkatan efisiensi layanan air minum dilakukan melalui penerapan prinsip jaga air, hemat air dan simpan air secara nasional;

  5. Penciptaan dokumen perencanaan infrastruktur permukiman yang mendukung;

  6. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak (air limbah domestik, sampah dan drainase lingkungan) menjadi 100 persen pada tingkat kebutuhan dasar; 7. Meningkatnya keamanan dan keselamatan bangunan gedung termasuk untuk diarahkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi;

  3. Pengembangan sedikitnya 20 kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percotohan (best

  practices) perwujudan kota berkelanjutan; 4.

  Pembangunan 10 kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan; 5. Perwujudan 39 pusat pertumbuhan baru perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).

  ❖ Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Cipta Karya

  Kebijakan Umum Ditjen Cipta Karya Kebijakan dan strategi penyelenggaraan kegiatan Direktorat Jenderal

  Cipta Karya diarahkan dengan memperhatikan tugas, fungsi dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Cipta Karya yang meliputi kegiatan utama berupa a. perumusan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan.

  b. pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; d. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah dan drainase lingkungan serta persampahan; e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem Daerah, bentuk dukungan yang diberikan adalah fasilitasi kepada Pemerintah Daerah dalam penguatan kelembagaan, keuangan, termasuk pembinaan teknis terhadap tugas dekonsentrasi dan pembantuan. Untuk pemberdayaan masyarakat, bentuk dukungan yang diberikan adalah pembangunan infrastruktur keciptakaryaan melalui program-program pemberdayaan masyarakat.

Tabel 3.1 Pendekatan Pembangunan Bidang Cipta Karya konsultasi. Untuk tugas pengawasan, peran pemerintah pusat dilakukan dalam bentuk monitoring dan evaluasi kinerja. Keseluruhan tugas pengaturan, pembinaan dan pengawasan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), disertai dukungan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).

  Meskipun fokus melakukan tugas Turbinwas, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah Daerah, Ditjen Cipta Karya diamanatkan melakukan pembangunan infrastruktur skala nasional (lintas provinsi), serta infrastruktur untuk kepentingan nasional. Di samping itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan kegiatan pembangunan dalam rangka pemenuhan SPM sebagai stimulan bagi Pemerintah Daerah untuk meningkatkan komitmennya dalam melakukan pembangunan infrastruktur Cipta Karya. Pemda juga bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang terbangun. Ditjen Cipta Karya juga menyelenggarakan pembangunan dengan pendekatan pola pemberdayaan khususnya kegiatan yang mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan lingkungannya. Untuk tugas pembangunan juga ada melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) untuk memenuhi target pencapaian SPM berupa bantuan khusus yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya

Gambar 3.2 Peta Wilayah Pengembangan Strategis Kementrian PUPR 2015-

  2019

  

Sumber : Renstra Ditjen Cipta Karya 2015

  Dalam melaksanakan kegiatan pembangunan, proses perencanaan perlu diselenggarakan dengan mengacu kepada amanat perundangan (Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan Peraturan Presiden), baik pinggiran dan perwujudan konektivitas dan keberpihakan terhadap maritime Selanjutnya pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan

  Perumahan Rakyat akan diterpadukan pertama, dengan pengembangan 16 Kawasan Srategis Pariwisata Nasional Prioritas (KSPNP) yang terdiri dari Pulau Sumatera (KSPNP Danau Toba dsk); Pulau Jawa (KSPNP: Kep Seribu dsk, Kota Tua-Sunda Kelapa dsk, Borobudur dsk, dan BromoTengger-Semeru

  Bantaeng, Bitung, dan Konawe); Kepulauan Maluku (KIP Buli /Halmahera Timur); dan Pulau Papua (KIP Teluk Bintuni). Ketiga, diterpadukan dengan program Pengembangan Perkotaan KSN, PKW dan PKSN/ Kota Perbatasan yang terdiri dari Pulau Sumatera (9 PKN, 58 PKW, 4 PKSN); Pulau Jawa-Bali (12 PKN, 35 PKW); Kepulauan Nusa Tenggara (2 PKN, 10 PKW, 3 PKSN); Pulau Kalimantan (5 PKN, 25 PKW, 10 PKSN); Pulau Sulawesi (5 PKN, 27 PKW, 2 PKSN); Kepulauan Maluku (2 PKN, 11 PKW, 4 PKSN); dan Pulau (3 PKN, 11 PKW, 3 PKSN). Keempat, diterpadukan dengan program pengembangan Tol Laut sebanyak 24 buah (pelabuhan hub dan pelabuhan feeder) yang meliputi Pulau Sumatera (Malahayati, Belawan, Kuala Tanjung, Teluk Bayur, Panjang, Batu Ampar, Jambi: Talang Duku, dan Palembang: Boom Bar); Pulau Jawa (Tanjung Priok, Tanjung Perak, dan Tanjung Emas); Pulau Kalimantan (Sampit, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan: Kariangau, dan Pontianak); Pulau Bali dan Nusa Tenggara (Kupang); Pulau Sulawesi (Makasar, Pantoloan, Kendar dan Bitung); Kepulauan Maluku (Ternate: A. Yani dan Ambon); dan Pulau Papua (Sorong dan Jayapura).

  Dalam rangka pengembangan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengembangkan konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang terintegrasi dalam Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Melalui perencanaan yang rasional dan inklusif, diharapkan keterpaduan pembangunan Bidang Cipta Karya dapat terwujud, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, kelembagaan, dan kemampuan keuangan daerah. Pedoman penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya telah ditetapkan dalam Surat Edaran Dirjen Cipta Karya No 6/SE/DC/2014.

  Dalam mewujudkan sasaran 100-0-100 diperlukan peningkatan pendanaan yang signifikan dalam bidang Cipta Karya. Diperkirakan kebutuhan dana mencapai mencapai Rp. 830 Triliun untuk mencapai sasaran tersebut dalam jangka waktu 5 tahun. Pemerintah Pusat yang selama ini mendominasi pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya pada periode 2010-2014 (66,96% dari total seluruh pendanaan pembangunan), mempunyai keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Berdasarkan prakiraan maju, baseline pendanaan pemerintah hanya cukup memenuhi 15% kebutuhan pendanaan tersebut. Berdasarkan skenario optimis maka pemerintah pusat dapat berkontribusi terhadap 30-35% dari porsi pendanaan tersebut.

  Untuk mengatasi gap pendanaan, maka sumber-sumber pendanaan alternatif dari para pemangku kepentingan lainnya perlu ditingkatkan. Pemerintah Daerah sebagai ujung tombak penyelenggaraan pembangunan bidang Cipta Karya perlu meningkatkan komitmen sehingga kontribusi pendanaannya meningkat dari 14,7% menjadi 25% pada periode

Gambar 3.3 Strategi Pembiayaan Gerakan 100-0-100 swadaya masyarakat sehingga diharapkan dapat berkontribusi 13%

  terhadap porsi pendanaan. Dukungan pinjaman dan hibah luar negeri juga akan dimanfaatkan, meskipun porsi kontribusinya dikurangi dari 16% menjadi 7% pada tahun 2015-2019 untuk mengurangi beban hutang negara. Kebijakan kemitraan dan peningkatan partisipasi para stakeholder merupakan strategi utama dalam mewujudkan sasaran 100-0-100.

  Untuk meningkatkan efektifitas pencapaian sasaran Gerakan Nasional 100-0- 100 perlu juga sinergi kemitraan dengan Kementerian/Lembaga lainnya, antara lain: ❖ Ditjen Penyediaan Perumahan Kementerian PUPR, terkait perbaikan rumah tidak layak huni dan pembangunan Rusunawa di kawasan permukiman kumuh;

  ❖ Kementerian Dalam Negeri, terkait pengembangan kapasitas Pemerintah Daerah; ❖ Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, terkait pengelolaan persampahan; ❖

  Kementerian Kelautan dan Perikanan, terkait pengembangan kawasan permukiman nelayan/pesisir dan pulau terluar;

  ❖ Kementeran Agraria dan Tata Ruang, terkait keterpaduan pembangunan berdasarkan RTRW dan RDTR;

  ❖ Badan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan, terkait pengembangan kawasan perbatasan

3.2 Arahan Penataan Ruang

3.3.1 Tujuan, Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

  Tujuan penataan ruang wilayah kota merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kota yang ingin dicapai pada masa yang akan datang. Kebijakan Penataan Ruang Kota Tomohon, sebagai berikut: (a) Perwujudan pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Kota Tomohon; (b)

Tabel 3.1 Tujuan dan Strategi Kota Tomohon No Tujuan Strategi

  VII. 7)Mengembangkan sistem energi yang terbarukan dan ramah lingkungan di seluruh wilayah Kota Tomohon dengan memaksimalkan potensi klimatologi yang dimiliki Kota Tomohon.

  VIII. 8)Mempertahankan dan mengembangkan fungsi-fungsi yang telah berkembang dan telah menjadi bagian dari pencitraan Kota Tomohon yaitu fungsi pendidikan agar lebih dapat ditingkatkan lagi pada semua aspek fasilitas pendidikan dan melebarkan peran tersebut pada fungsi-fungsi yang lain seperti kesehatan, keagamaan, dll.

  IX. 9)Mengembangkan dan melestarikan keberlangsungan aktivitas industri rumah tradisional Minahasa dengan menjamin ketersediaan bahan baku industri yang berbahan dasar kayu seperti menyediakan lahan bagi pengembangan hutan rakyat, dll. X. 10)Mengembangkan dan menetapkan kawasan-kawasan pusat pelayanan yang terstruktur di Kota Tomohon.

  XI. 11)Merencanakan dan mengendalikan pembangunan dengan menyusun RDTR dan ZR serta RTBL yang lebih dapat diandalkan dalam menata dan mengatur pembangunan di wilayah Kota Tomohon. No Tujuan Strategi

  2 Pengembangan Tomohon sebagai Kota Bunga secara progresif I. 1)Mengembangkan aktivitas florikultura di wilayah Kota Tomohon berdasarkan karakteristik

yang berorientasi pada pengembangan Kota Hijau yang natural; wilayah yang ada serta berdasarkan hasil kajian untuk menentukan dan menetapkan delineasi

pengembangan kawasan florikultura yang jelas.

  II. 2)Mengembangkan citra kota bunga di wilayah Kota Tomohon dengan membangun gerbang- gerbang kota dengan nuansa dan simbol bunga yang berbeda-beda sekaligus menjadi landmark bagi kawasan.

  III. 3)Mengembangkan sarana-sarana penunjang aktivitas industri bunga di Kota Tomohon dengan mengembangkan aktivitas yang dapat mengangkat citra kota bunga seperti membangun etalase bunga, pasar bunga, mempertahankan penyelenggaraan TOFF (Tournament Of Flower Festival ) yang rutin diadakan tiap tahun dan meningkatkannya ke taraf internasional, mengembangkan upaya dan peluang ekspor dari aktivitas industri bunga untuk meningkatkan kesejahteraan petani/masyarakat, dll.

  IV. 4)Mengembangkan RTH di wilayah Kota Tomohon dengan memaksimalkan peran aktivitas florikultura sebagai bagian dari upaya menciptakan kota hijau yang bersih (clean and green city), selain dengan tetap mempertahankan kawasan-kawasan alami yang hijau sebagai kawasan hutan kota, jalur hijau, taman kota, dll. No Tujuan Strategi

3 Pengembangan aktivitas agrikultur dan agroindustri yang I. 1)Menetapkan dan mengembangkan kawasan pertanian, berdasarkan kondisi dan karakteristik bernilai ekonomi tinggi dan ramah lingkungan; lahan dengan memperhatikan faktor kesesuaian lahan.

  II. 2)Menerapkan sistem pertanian organik.

  III. 3)Meningkatkan produktivitas pertanian melalui intensifikasi lahan dan modernisasi pertanian.

  IV. 4)Menerapkan sistem pengolahan tanah yang konservatif seperti sistem terasering pada lahan berkontur, dll. V. 5)Mengembangkan komoditas prospektif dan bernilai ekonomi tinggi.

  VI. 6)Membangun sarana-sarana penunjang pengelolaan hasil pertanian untuk mengembangkan aktivitas agroindustri.

  VII. 7)Mengembangkan klaster pertanian secara integratif.

  VIII. 8)Mengembangkan sistem distribusi dan pemasaran hasil produksi pertanian yang terkontrol dan terkendali yang ditunjang dengan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang seperti tersedianya pasar tradisional atau pasar khusus sayuran, cool storage dan pergudangan, sistem sirkulasi dan transportasi penunjang pasca produksi, dll. No Tujuan Strategi

  4 Pembangunan dan pengembangan ekowisata di Kota Tomohon I. 1)Mengidentifikasi dan menetapkan ODTW (Objek Daerah Tujuan Wisata) Kota Tomohon, serta

yang berbasis masyarakat dan keunggulan budaya lokal yang mengembangkannya dalam suatu tatanan masterplan wisata yang tidak hanya melingkupi wilah

telah dikenal dan melekat dengan Kota Tomohon. Kota Tomohon tetapi juga terpadu dengan kawasan-kawasan wisata lain di wilayah sekitar Tomohon.

  II. 2)Melakukan revitalisasi dan mengembangkan ODTW terutama yang berifat unik dan berbasis lingkungan (alami).

  III. 3)Mengembangkan ODTW Kreatif yang berbasis kearifan lokal, alamiah, unik dan partisipatif, seperti dengan mengembangkan wisata religius di Kota Tomohon yang mengangkat peran sejarah perkembangkan keagamaan dan keberagaman simbol-simbol religius yang ada.

  IV. 4)Membangun dan mengembangkan prasarana dan sarana perkotaan yang berorientasi pada aspek pariwisata. V. 5)Merevitalisasi, merenovasi, dan merehabilitasi objek-objek yang memiliki nilai sejarah tinggi dan mengembangkannya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pariwisata di Kota Tomohon.

3.3.2 Rencana Struktur Ruang

  Wilayah Kota Tomohon terbagi kedalam fungsi-fungsi pelayanan yang terdiri atas fungsi PPK (Pusat Pelayanan Kota), SPPK (Sub Pusat Pelayanan Kota), dan PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan). Untuk wilayah pusat kota eksisting saat ini yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dijadikan sebagai Pusat Pelayanan Kota (PPK) dan pusat kecamatan yang ada di keempat wilayah lainnya dijadikan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK). Kawasan yang rencananya untuk pengembangan Kawasan Siap Bangun atau rencana pengembangan kawasan hunian baru yang ada di kawasan Woloan- Walian-Lansot direncanakan akan dikembangkan sebagai Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK). Sedangkan untuk kawasan-kawasan lainnya dengan mengacu pada tujuan pengembangan tata ruang Kota Tomohon akan dikembangkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Tabel 3.2 Rencana Sistem Pusat Pelayanan di Kota Tomohon

  Fungsi Kecamatan/ Kawasan Pusat Pelayanan Kecamatan Tomohon Tengah

  • – Timur

  Kota (Matani-Paslaten-Kolongan-Kamasi-Talete)

  (PPK) Kecamatan Tomohon Utara (Kinilow) Kecamatan Tomohon Timur (Rurukan)

  Sub Pusat Kecamatan Tomohon Barat (Tara-tara)

  Pelayanan Kota Kecamatan Tomohon Selatan (Lahendong)

  (SPPK) Lokasi Pemerintahan dan Pengembangan Kasiba (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Tomohon Barat sehingga rencana pengembangan sistem prasarana utama di Kota Tomohon tidak mencakup rencana sistem transportasi laut, demikian juga dengan rencana sistem transportasi udara tidak tercakup bagian dari pengembangan rencana struktur di Kota Tomohon karena wilayah Kota Tomohon secara geografis yang hanya berjarak 25 km dari Kota Manado dimana terdapat Bandar Udara Internasional Sam Ratulangi sehingga tidak memungkinkan akan dikembangkan suatu bandar udara baru. Dengan demikian maka di wilayah Kota Tomohon untuk rencana sistem prasarana utama hanya mengembangkan struktur ruang berdasarkan sistem transportasi darat.

  Rencana pengembangan struktur jaringan transportasi disusun untuk mewujudkan pelayanan aksesibilitas yang merata di seluruh wilayah Kota Tomohon dan mengarahkan struktur kota dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan sumberdaya daerah. Pada pengembangan transportasi di Kota Tomohon hanya dipengaruhi oleh sektor transportasi darat. Oleh sebab itu, rencana struktur prasarana jalan yang meliputi rencana pengembangan jaringan jalan arteri primer, arteri sekunder, kolektor primer, kolektor sekunder dan lokal memegang peranan yang sangat penting untuk menciptakan kelancaran sirkulasi transportasi kota. menunjang perkembangan sektor-sektor utama di Kota Tomohon yakni permukiman, perdagangan/jasa dan pertanian/perkebunan.

  Kota Tomohon berada pada Wilayah Sungai (WS) Tondano Likupang, memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Ranowangko, Sungai Sapa, Sungai Ranoasem, dan Sungai Kinilow. Peranan dari masing-masing sungai tersebut berbeda satu sama lain tergantung dengan kegunaan saat ini dan potensi pengembangan di masa yang akan datang. Ada 5 sungai dengan yang miliki fungsi-fu masing-masing (Tabel 3.3).

Tabel 3.3 Sungai dan Fungsinya

  • Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan;
  • Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana pengembangan kawasan Minapolitan di Tara-tara;
  • Sebagai jaringan primer dari sistem drainase di Kota Tomohon khususnya pada wilayah Kecamatan Tomohon Tengah dan Barat.
  • Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan;
  • Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase di wilayah Kota Tomohon.
  • Sebagai sumber air untuk aktivitas pertanian dan perkebunan di

    kawasan utara Kota Tomohon;

  • Sebagai sumber air untuk aktivitas perikanan khususnya rencana pengembangan kawasan Minapolitan di di Kinilow;
  • Sebagai jalur untuk mengantisipasi bencana Gunung Mahawu dimana sungai Kinilow ini menjadi jalur untuk aliran lahar/lava yang menuju ke kawasan Malalayang di wilayah Kota Manado.
  • Sebagai jaringan primer dari sistem jaringan drainase Kota Tomohon khususnya pada kawasan utara Kota Tomohon.

  Disamping itu Kota Tomohon juga memiliki tiga danau yaitu Danau Linau,

  Sungai

  Ranowangko Sapa dan Ranoesem Kinilow/ Malalayang Fungsi Lps; dan (3) Mata Air Sasalak II kapasitas 5 Lps. Disamping sumber-sumber mata air yang tersebut diatas, terdapat sumber-sumber mata air baru yang belum dikelola dan dimanfaatkan, seperti Mata Air Muung yang berada di Matani, Mata Air Kalimpesan, Mata Air Pinati. Letak dan lokasi mata air di Kota Tomohon pada umumnya berada pada daerah-daerah perbukitan, dan kondisi topografi Kota Tomohon yang berbukit-bukit. Dengan demikian penyediaan air bersih untuk proses pendistribusiannya dapat dilakukan dengan cara gravitasi.

  Untuk pembangunan dan pengembangan jalur pejalan kaki di wilayah Kota Tomohon, dilakukan dengan mengacu pada pengembangan kawasan- kawasan yang menjadi pusat-pusat pelayanan. Untuk itu rencana pembangunan jalur pejalan kaki (pedestrian way) di wilayah Kota Tomohon adalah: (a) Kawasan pusat pelayanan kota (PPK); (b) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Kinilow; (c) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Rurukan; (d) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Lahendong; (e) Koridor yang menghubungkan antara kawasan PPK dengan Sub Pusat Pelayanan Kota (SPPK) Tara-tara. Jalur-jalur pedestrian pada kawasan-kawasan wisata, khususnya pada kawasan wisata alam dan

  Tumatangtang tersebut. Dengan status sebagai kawasan PPL maka secara otomatis kawasan tersebut telah memiliki kelengkapan untuk ketersediaan cadangan bahan pangan maupun sandang ketika terjadi proses evakuasi atau bencana terjadi.

  Untuk jalur evakuasi di kawasan utara Tomohon yang meliputi kawasan Kinilow dan Tinoor yang diarahkan untuk menggunakan jalur evakuasi ke arah Kota Manado tidak akan bermasalah karena Kota Manado selain menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Utara juga memiliki ketersediaan bahan pangan dan sandang yang cukup memberikan jaminan bagi masyarakat yang mencari perlindungan.

3.3.3 Rencana Pola Ruang

  Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 452/Kpts-II/99 tanggal 17 Juni 1999 yang termuat dalam Peta Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000, Kota Tomohon memiliki Hutan Lindung seluas 585 ha. Hutan Lindung terdapat di sekitar G. Mahawu, G. Masarang, dan G. Tampusu. Saat ini, kawasan hutan lindung ini,

5 Tomohon Barat 652 34,35

  Jumlah 1.898 100,00 A. Kawasan Sempadan Danau

  Di daerah perencanaan terdapat tiga buah danau, yakni Danau Linau, Danau Pangolombian dan Danau Tampusu yang semuanya terletak di kecamatan Tomohon Selatan. Luas kawasan Sempadan Danau sekitar 52 ha.

  Perlindungan terhadap kawasan sekitar danau bertujuan untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi danau. Kawasan sekitar danau adalah daratan sepanjang tepian danau yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara

  50

  • – 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Sebagian kawasan sekitar danau termasuk dalam kawasan resapan air, sehingga delineasi untuk kawasan sekitar danau hanya sekitar 4 ha. Di daerah perencanaan (wilayah Kota Tomohon) terdapat beberapa sungai yang perlu ditetapkan kawasan sempadan sungainya, yaitu S. Ranowangko, S. Sapa, S, Ranoesem, dan S. Malalayang. Sebagian besar sungai-sungai yang ada mengalir melewati daerah pertanian dan permukiman sehingga kawasan di sekitar aliran sungai sudah dijadikan lahan budidaya. Meskipun demikian, pada ruas-ruas tertentu terutama pada lembah sungai yang curam sempadan sungai tertutup oleh belukar dan diarahkan untuk menjadi kawasan resapan

Tabel 3.5 Mata Air Yang Ada di Kota Tomohon

  Debit Ukur Lokasi/ No. Nama Mata Air (l/det) Kelurahan

  1 Mata Air I (?)

  5 Kakaskasen

  2 Mata Air II (?)

  5 Kakaskasen

  3 Sineleyan 125 Talete

  4 Pancuran

  7 Kinilow

  5 Maya Porong

  5 Kakaskasen

  6 Sasala

  6 Kakaskasen II

  7 Kelong (2 mata air)

  3 Kakaskasen II

  8 Kolombi

  2 Kakaskasen III

  9 Pinaras

  6 Pinaras

  10 Rurukan

  1 Rurukan

  11 Totombe & Tatahaan (2 mata air)

  1 WoloanI

  12 Mananumbeng (4 mata air)

  1 WoloanII

  13 Pamiraan-Tampahan 1,25 WoloanIII Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan adalah tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi, situs purbakala dan kawasan dengan bentukan geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Perlindungan terhadap kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dilakukan untuk melindungi kekayaan budaya bangsa berupa peninggalan-peninggalan sejarah, bangunan arkeologi dan monumen nasional, dan keragaman bentuk geologi, yang berguna untuk pengebangan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh alam maupun manusia. Di Kota Tomohon terdapat beberapa peninggalan sejarah yang perlu dilindungi antara lain, bekas tempat tinggal A. R. Wallace saat berada di daerah ini ”Wallace House” dan tempat lahirnya L. N. Palar di Rurukan, rumah bearsitektur kolonial di Kaaten, Gereja GMIM Sion, waruga di Woloan dan steleng peninggalan Jepang di Tinoor. Di daerah perencanaan, kawasan rawan bencana gunung berapi terletak di sekitar gunung api aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Kawasan rawan bencana gunung berapi (Kawasan Rawan Bencana II untuk Lokon) adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, dan lahar.

  Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut: (a) ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat; (b) proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat

Tabel 3.6 Rencana Pengembangan RTH di Kota Tomohon

  Luas Wilayah Luas Wilayah Diluar Rencana Kawasan No Kecamatan Kawasan Lindung (Ha) RTH (Ha) (Ha)

  1. Tomohon Utara 4.228,09 1.314,00 394,2

  2. Tomohon Timur 2.188,29 199,00 59,7

  3. Tomohon Tengah 941,24 1.080,00 324,0

  4. Tomohon Barat 4.069,35 2.868,00 860,4

  5. Tomohon Selatan 3.294,81 3.061,00 918,3 Jumlah/Total 14.721,78 8.522,00 2.556,6 Ha

  Luas lahan efektif diluar luas kawasan pertanian (lahan basah dan kering) di atas, secara umum telah dapat dijadikan sebagai patokan untuk menentukan kapasitas dan daya tampung di wilayah Kota Tomohon, akan tetapi ada beberapa fungsi lahan yang harus diperhatikan lebih detail lagi untuk menentukan seberapa besar luas lahan efektif yang benar-benar efektif menjadi lahan cadangan bagi pembangunan dan pengembangan di wilayah produksi 18.026 Ton. Wilayah yang memiliki areal persawahan terluas secara berturut-turut adalah terdapat di Kecamatan Tomohon Selatan (875 ha), dan Kecamatan Tomohon Barat adalah 355 ha. Data yang diperoleh dari Direktorat Sumber Daya Air/Satuan Kerja Balai Wilayah Sungai Sulawesi I Tahun 2008 bahwa terdapat 8 (delapan) Daerah Irigasi (DI) di wilayah Kota Tomohon, dengan total potensial 1051 Ha dan fungsional 951 Ha. Daerah Irigasi (DI) tersebut secara rinci diuraikan sebagai berikut: DI. Sukomeras (potensial 35 Ha, fungsional 35 Ha), DI. Ranowangko (potensial 492 Ha, fungsional 492 Ha), DI. Kakaskasen (potensial 230 Ha, fungsional 210 Ha), DI. Kelong (potensial 30 Ha, fungsional 30 Ha), DI. Ranonekoropit (potensial 70 Ha, fungsional 70 Ha), DI. Sapa Pinaras (potensial 104 Ha, fungsional 24 Ha), DI. Aga (potensial 60 Ha, fungsional 60 Ha), dan DI. Sarulutu (potensial 30 Ha, fungsional 30 Ha).

  Potensi lahan kering/tegalan yang terdapat di Kota Tomohon adalah lebih besar dibandingkan dengan potensi persawahan. Luas areal lahan kering/tegalan adalah 4046 ha, yang terdapat pada 5 kecamatan. Luas Lahan kering/tegalan komoditi jagung secara berurutan terdapat di kecamatan Tomohon Barat seluas 2.248 ha, kecamatan Tomohon Selatan seluas 777 ha, kecamatan Tomohon Tengah seluas 628 ha, kecamatan Tomohon Utara seluas 226 ha dan areal lahan perkebunan Kelapa adalah sekitar 1.131,13 Ha, perkebunan Cengkih adalah sekitar 1.629,06 Ha. Rencana Kawasan Pertanian tanaman perkebunan Kota Tomohon 2010

  • – 2030 adalah wilayah yang memiliki areal lahan yang terdapat di kecamatan Tomohon Barat, kecamatan Tomohon Selatan dan kecamatan Tomohon Utara. Komoditi perkebunan yang telah dibudidayakan adalah didominasi oleh tanaman kelapa, serta cengkih. Potensi pertanian perkebunan tidak dapat lagi dikembangkan secara ekstensifikasi mengingat kondisi wilayah sudah sangat terbatas dalam hal ketersediaan lahan. Sistem perikanan darat yang terdapat di Kota Tomohon adalah berupa kolam (fresh water pond). Budidaya ini terdapat di 5 (lima) kecamatan (kecamatan Tomohn Selatan, Tomohon Barat, Tomohon Tengah, Tomohon Utara dan Tomohon Utara). Data Dinas Pertanian Peternakan dan Perikanan Kota

  Tomohon tahun 2008 menunjukkan bahwa produksi ikan menurut areal pemeliharaan dan kecamatan yaitu kecamatan Tomohon Utara (23,25 ton), kecamatan Tomohon Barat (21,00 ton), kecamatan Tomohon Tengah (7,00 ton), kecamatan Tomohon Timur (3,75 ton), kecamatan Tomohon Selatan (1,15 ton). Dari kelima wilayah tersebut, wilayah kecamatan Tomohon Utara dan kecamatan Tomohon Barat yang memiliki produksi ikan yang lebih besar dibandingkan dengan tiga wilayah lainnya.

  Pengembangan Sarana Fungsi Kecamatan/ Kawasan Perdagangan dan Jasa Sarana perdagangan Modern seperti Mall, Plaza, dll.

  Kecamatan Tomohon Tengah Pusat pelayanan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Pusat Pelayanan Kota (PPK)

  • – Timur (Matani-Paslaten- Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, Kolongan-Kamasi-Talete) convention centre, dll.

    Pengembangan hotel bisnis.

    Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan yang terbatas karena

    adanya keterbatasan lahan.

    Pengembangan kawasan perdagangan untuk hasil industri kerajinan tangan yang direlokasi

  Kecamatan Tomohon Utara dari kawasan pinggiran jalan Kinilow. (Kinilow) Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll. Sarana perdagangan yg menunjang aktivitas agroindustri seperti pasar sayur tradisional dan modern, pusat penjualan sarana perkebunan dan proses pengelolaannya seperti pupuk, alat-

  Kecamatan Tomohon Timur alat penyemprotan, dll. (Rurukan) Sarana pengelolaan hasil agroindustri seperti cool storage, pergudangan,

  Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan. Kecamatan Tomohon Barat Sub Pusat Pelayanan Kota

  Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu (Tara-tara) (SPPK) pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.

  Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan. Kecamatan Tomohon Selatan Pengembangan sarana untuk fungsi jasa penginapan dan penunjangnya yang mengacu (Lahendong) pada karakteristik lingkungan seperti resort, cottage, dll.

  Sarana perdagangan berskala kawasan seperti kompleks pertokoan. Sarana perdagangan dan jasa yang berhubungan dengan aktivitas perkantoran seperti jasa Lokasi Pemerintahan dan fotocopy dan percetakan, penjualan barang-barang kebutuhan perkantoran, dan usaha Pengembangan Kasiba sejenisnya. (Woloan-Walian-Lansot) Diantara Wilayah Kecamatan Pengembangan sarana pertemuan, kongres, musyawarah, dll, seperti gedung pertemuan, Tomohon Barat – Selatan convention centre, dll.

  

Pengembangan hotel bisnis.

  Pengembangan Sarana Fungsi Kecamatan/ Kawasan Perdagangan dan Jasa Tinoor Satu Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya. Pengembangan sarana perdagangan florikultura seperti pasar bunga, etalase bunga, bahan- Kecamatan

  Kakaskasen bahan kebutuhan pengelolaan florikultura, dan sarana sejenis lainnya. Tomohon Dua

  Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional. Utara Wailan

  Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya. Kecamatan Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan Tomohon Kasuang terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan Tengah (Matani Satu) sarana sejenisnya.

  Pengembangan sarana perdagangan yang berhubungan dengan proses pengelolaan industri rumah tradisional Minahasa. Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan

  Woloan Dua sarana sejenisnya. Kecamatan Tomohon Barat Pusat Pelayanan Lingkungan

  (PPL) Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan Pinaras terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya.

  Pengembangan sarana perdagangan lingkungan seperti pasar tradisional dan pertokoan Tumatangtang terbatas pada penjualan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat (toko sembako), dan sarana sejenisnya. Pembangunan sarana dan prasarana pekuburan umum diarahkan untuk dikembangkan pada 2 kawasan, yaitu masing-masing satu di kecamatan Tomohon Barat dan Selatan. Rencana pengembangan ini disesuaikan dengan ketersediaan lahan yang ada. Sedangkan untuk luas lahan yang akan dikembangkan akan dilakukan secara bertahap dimana untuk lokasi taman pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Barat akan dikembangkan dengan luas awal 1,5 Ha, sedangkan untuk lokasi taman pekuburan yang ada di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan akan dikembangkan dengan luas awal 2,5 Ha. Secara umum pengembangan pariwisata di wilayah Kota Tomohon akan dikembangkan secara terpadu dengan wilayah sekitarnya, terutama adanya keterpaduan dengan pengembangan pariwisata di Kota Manado. Hal ini perlu dikembangkan karena di wilayah Kota Tomohon tidak memiliki objek tujuan wisata yang bertaraf internasional sedangkan di Kota Manado terdapat Taman Nasional Bunaken yang sudah bertaraf internasional.

  Produk Penunjang Utama: Bila konsep “Seisi Kota Untuk Wisatawan” yang ditonjolkan, maka produk lainnya seperti Air Terjun Pinaras, Obyek wisata Kinilow, Danau Linow, Pemandian Air Panas di Lahendong, Obyek wisata Temboan Rurukan, Gunung Mahawu, Gunung Lokon, Woloan dan kawasan

  Pengembangan wisata buatan berdasarkan kondisi karakteristik alam sebagai upaya memaksimalkan potensi alam yang ada seperti pengembangan kebun raya di kawasan Tara-tara-Kayawu, dll. Pengembangan kawasan gerbang kota yang ada di masing-masing SPPK untuk dikembangkan simbol image tentang Kota Bunga dengan pengembangan yang berbeda-beda simbol bunga pada setiap gerbang tersebut. Pengembangan kepariwisataan juga dapat digandengkan atau dibuat terpadu dengan rencana pengelolaan kawasan agroindustri di Rurukan, kawasan industri rumah tradisional Minahasa di Woloan, serta industri florikultura di Kakaskasen dan Gunung Wawo.

3.3.4 Kawasan Strategis

3.1.4.1 Pengertian dan Kriteria Kawasan Strategis

  Kawasan strategis kota merupakan bagian wilayah kota yang penataan ruangnya diprioritaskan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota di bidang ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

  Kawasan strategis kota berfungsi:

  ➢ Mengembangkan, melestarikan, melindungi, dan/atau mengkoordinasikan

  keterpaduan pembangunan nilai strategis kawasan yang bersangkutan dalam mendukung penataan ruang wilayah kota;

  ➢ Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan terhadap tingkat kestrategisan nilai ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan pada kawasan yang akan ditetapkan;

  ➢ Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah kota; dan

  ➢ Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Kawasan strategis kota ditetapkan dengan kriteria: ➢

  Memperhatikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi yang ada di wilayah kota; ➢

  Kawasan strategis kota dapat berhimpitan dengan kawasan strategis nasional dan/atau kawasan strategis provinsi, namun harus memiliki kepentingan/kekhususan yang berbeda serta harus ada pembagian kewenangan yang jelas. ➢

  Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi yaitu merupakan aglomerasi berbagai kegiatan ekonomi yang memiliki: ✓ potensi ekonomi cepat tumbuh; ✓ sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; ✓ potensi ekspor; ✓ dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

  ✓ tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

  ✓ tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial; ✓ hasil karya cipta budaya masyarakat kota yang dapat menunjukkan jatidiri maupun penanda (focal point, landmark) budaya kota;

  ✓ kriteria lainnya yang dikembangkan sesuai dengan kepentingan pembangunan kota. ➢

  Merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah kota, antara lain: ✓ kawasan yang diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

  ✓ memiliki sumber daya alam strategis; ✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

  ✓ memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; ✓ memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. ➢

  Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup seperti: ✓ tempat perlindungan keanekaragaman hayati; ✓ kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora

  ✓ kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan. ➢

  Dapat merupakan kawasan yang memiliki nilai strategis lainnya yang sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah kota.

3.1.4.2 Kawasan Strategis Nasional di Kota Tomohon

  Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: a.

  Pertahanan dan keamanan; b. Pertumbuhan ekonomi; c. Sosial dan budaya; d.

  Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan/atau e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Gambar 3.1 Kawasan Strategis Nasional yang Berhubungan Dengan Kota Tomohon

  ➢ Dari sudut kepentingan sosial budaya; dan

  ➢ Dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi.

  a.

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi di wilayah Kota Tomohon, meliputi kawasan Koridor Utama Kota Tomohon di Koridor Matani

  • – Kakaskasen berdasarkan pertimbangan: 1.

  sebagai kawasan pusat kota dengan fungsi yang beragam (mix use), didominasi oleh kawasan perdagangan dan jasa, serta pendidikan;

  2. berada pada koridor utama di wilayah Kota Tomohon; 3. tempat pelaksanaan TFF (Tomohon Flower Festival) yang rutin dan berkala dilaksanakan setiap tahun;

  4. kawasan yang memiliki nilai historis sebagai kawasan pusat pertumbuhan di Kota Tomohon dan terdapat beberapa bangunan dan kawasan yang menjadi cagar budaya; 5. kawasan yang memiliki nilai historis keagamaan karena tempat beradanya Gereja Sion sebagai Gereja Pertama di Kota Tomohon yang ada di Kawasan Talete yang menjadi Cikal Bakal berkembangnya agama Kristen di Kota Tomohon dan Tanah Minahasa, dan Gereja Katolik Hati Kudus Yesus yang dikenal sebagai “Gereja Besi” di Kelurahan Kolongan; dan

  ✓ memiliki potensi wisata alam; ✓ memiliki lokasi wisata budaya/ cagar budaya Rumah Wallace; dan ✓ terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat.

  2. kawasan danau di wilayah Kecamatan Tomohon Selatan yang terdiri atas Danau Linow, Danau Tampusu, dan Danau Pangolombian, yang menjadi cadangan air Kota Tomohon di masa yang akan datang.

  c.

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya di wilayah Kota Tomohon, meliputi kawasan Industri Rumah Panggung Woloan dan sekitarnya dengan pertimbangan:

  1. menjadi salah satu Prime Mover perekonomian unggulan di wilayah

  Kota Tomohon dan Provinsi Sulawesi Utara; 2. pengeksport Rumah Panggung Woloan; 3. menyebar tidak hanya di wilayah Woloan saja, tetapi juga sudah sampai ke kawasan sekitarnya;

  4. disekitar kawasan Woloan terdapat banyak kawasan Cagar Budaya seperti Waruga (lokasi pekuburan tradisional Minahasa),

  Amphitheatre (tempat pagelaran budaya dengan konsep di ruang terbuka), dll;

  5. terdapat kawasan permukiman tradisional masyarakat setempat.

  d.

  Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi di wilayah Kota Tomohon, meliputi

  Gambar 3.2 Peta Kawasan Strategis Kota Tomohon

3.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

3.2.1 Visi

  Dalam periode 2011-2015, visi pembangunan Kota Tomohon, adalah :

  

“TERWUJUDNYA MASYARAKAT KOTA TOMOHON YANG RELIGIUS,

MANDIRI, SEJAHTERA, BERWAWASAN LINGKUNGAN DENGAN KONSEP

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN MENDUNIA”

  sehingga diharapkan seluruh stakeholder di Kota Tomohon secara bahu membahu mengoptimalkan seluruh kapasitas yang dimiliki untuk meningkatkan dan mewujudkan seluruh masyarakat Kota Tomohon lebih maju dan sejahtera.

  Penjelasan Visi

  Penjelasan visi ini disusun dan diuraikan berdasarkan kalimat dan kata kunci pada Visi Kota Tomohon Tahun 2011-2015, yaitu Masyarakat Kota Tomohon yang Religius, Mandiri, Sejahtera, Berwawasan Lingkungan dengan Konsep Pembangunan Berkelanjutan dan Mendunia. Berikut ini adalah penjelasannya :

1. Kalimat “Masyarakat yang Religius”

  Merupakan syarat mutlak untuk dapat terwujudnya kehidupan agama yang menjadikan insan beriman dan taat kepada tuntunan ajaran agama, pokok manusia, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lapangan pekerjaan yang didukung oleh infrastruktur fisik, sosial budaya ekonomi dan keamanan yang memadai, yang nantinya akan lebih difokuskan pada upaya pengentasan kemiskinan sehingga secara simultan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.