RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

2.1. Wilayah Administrasi

  o

  Secara geografis Kabupaten Siak terletak pada koordinat 1 16’ 30” –

  o o o 20’ 49” Lintang Selatan dan 100 54’ 21” – 102 10’ 59” Bujur Timur.

  Secara fisik geografis memiliki kawasan pesisir pantai yang berhampiran dengan sejumlah negara tetangga dan masuk kedalam daerah segitiga pertumbuhan (growth triangle) Indonesia - Malaysia - Singapura. Kabupaten

2 Siak mempunyai luas 8.556,09 km dengan batas wilayah sebagai berikut:

  • Sebelah Utara dengan Kabupaten Bengkalis  Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan  Sebelah Timur dengan Kabupaten Bengkalis dan Pelalawan  Sebelah Barat dengan Kabupaten Bengkalis dan Kota Pekanbaru

  Tabel 2. 1 Wilayah Kabupaten Siak Jumlah Luas Persentase Kecamatan Ibukota Kelurahan/Desa Wilayah Luas (Km2)

  5

  1. Minas Minas 346,35 4,05

  2. Kandis Kandis 11 1493,65 17,45 Siak Sri

  8

  3. Siak 894,17 10,45

  Indrapura Sungai

  15

  4. Sungai Apit 1346,33 15,73

  Apit

  5. Sungai Muara

  9 1705,00 19,92

  Mandau Kelantan

  6. Kerinci Kerinci

  12 128,66 1,50

  Kanan Kanan Lubuk

  7

  7. Lubuk Dalam 155,09 1,81 Dalam

  9

  8. Tualang Perawang 343,60 4,01 Pangkalan

  11

  9. Koto Gasib 704,70 8,27

  11

  10. Dayun Dayun 232,24 2,71

  11. Bunga Bunga

  10 151,00 1,76

  Raya Raya

  12. Mempura Benteng 8 437,45 5,11 Hilir Bandar

  8

  13. Sabak Auh 73,38 0,86

  Sungai Dusun

  7

  14. Pusako 544,47 6,36

  Pusaka

  KABUPATEN SIAK 131 8556,09 100.00 Sumber: Kabupaten Siak Dalam Angka. 2015

  II - 3 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak

  Gambar 2. 1

  Wilayah Kabupaten Siak

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Siak

  Berdasarkan karakteristik Kabupaten Siak, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan berdasarkan struktur ruang maupun pola ruang yang menjadi arahan di dalam RTRW Kabupaten Siak dengan memperhatikan RTRW Provinsi Riau dan RTRW Nasional

  .

1. Struktur Ruang

  A. Sistem Perkotaan

  Didasarkan arahan penetapan peran dan fungsi pusat-pusat kota, hingga akhir tahun perencanaan RTRW Kabupaten Siak, pusat-pusat perkotaan di wilayah Kabupaten Siak yaitu:

   Terdapat 1 (satu) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), yaitu Kota Siak Sri Indrapura yang meliputi Kecamatan Siak dan Kecamatan Mempura.  Terdapat 1 (satu) Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan (PKWp), yaitu Perkotaan Tanjung Buton sebagaimana yang telah ditetapkan didalam RTRW Provinsi Riau.

   Terdapat 1 (satu) Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yaitu Kota Perawang sebagaimana telah ditetapkan dalam RTRW Provinsi Riau.  Terdapat 4 (empat) Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKLp), yaitu Minas, Koto Gasib dan aglomerasi Lubuk Dalam – Kerinci Kanan.

  Pertimbangan promosi ketiga kota tersebut dilandaskan pada dinamika yang terjadi saat ini, potensi yang dimiliki maupun rencana program pembangunan yang berdampak positif terhadap pengembangan wilayah yang bersangkutan.

  B. Sistem Jaringan Transportasi

  Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi Kabupaten Siak dapat dirinci sebagai berikut:  Dalam sistem infrastruktur jaringan jalan, Kabupaten Siak dilewati oleh trase rencana pengembangan jaringan jalan bebas hambatan yang menghubungkan antara 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yaitu PKN Pekanbaru dan PKN Dumai.

   Selain rencana jaringan jalan bebas hambatan, wilayah Kabupaten Siak juga dilalui oleh jaringan jalan nasional (jalan lintas timur Pulau Sumatera) yang berfungsi sebagai jalan arteri primer yang melintasi wilayah Kecamatan Kerinci Kanan, Kecamatan Minas, dan Kecamatan Kandis, serta jaringan jalan Kolektor Primer yang menghubungkan Pekanbaru – Siak – Dumai.  Dalam hal pengembangan simpul pergerakan berupa terminal, di wilayah Kabupaten Siak diarahkan pengembangan terminal yang terletak di Kecamatan Siak, Sei Apit, Tanjung Buton, Kecamatan Tualang, dan Kecamtan Minas.

   Penetapan 2 (dua) pelabuhan sebagai pelabuhan nasional, yaitu Pelabuhan Perawang di Kecamatan Tualang dan Pelabuhan Buatan di Kecamatan Koto Gasib.

   Dalam konstelasi pengembangan bandar udara sebagai simpul transportasi udara akan direncanakan pembangunan bandara baru di Koto Gasib.

C. Sistem Jaringan Energi

  Rencana pengembangan sistem jaringan energi Kabupaten Siak dapat dirinci sebagai berikut:  Sistem jaringan energi listrik di wilayah Kabupaten Siak dilayani oleh

  Sistem Interkoneksi A Wilayah Tengah, yang merupakan perpanjangan dari sistem interkoneksi Sumatera Barat

  • –Riau melalui jalur Payakumbuh-Bangkinang. Listrik yang digunakan di Kabupaten Siak berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG). PLTG yang terdapat di Kabupaten Siak ada 2 buah yaitu PLTG yang berlokasi di Gasib dan PLTG yang berlokasi di Mengkapan Buton. Berdasarkan RTRWP, Kecamatan Kandis dilalui oleh jaringan transmisi tenaga listrik dengan kapasitas 500 KV.

   Rencana Jaringan energi gas dan BBM di Kabupaten Siak yaitu jalur pipa transmisi gas ke lokasi PLTG (Tualang- Simpang Buatan –Dayun- Buton) dan lokasi PLTG Baru menggunakan energi gas (Simpang Buatan, Kecamatan Koto Gasib dan Perkotaan Tanjung Buton, Kecamatan Sungai Apit).

  D. Sistem Jaringan Telekomunikasi

   Untuk pelayanan sambungan ke pelanggan di wilayah Provinsi Riau PT. TELKOM telah membangun sebanyak 24 Sentral Telepon Otomat (STO), 11 di antaranya berada di ibukota setiap Kabupaten/Kota di dalam wilayah pelayanannya. Berdasarkan RTRW Provinsi Riau, STO di Kabupaten Siak terletak di Kecamatan Siak, Tualang, Sei Apit, dan Minas. Untuk jangka menengah – panjang akan dibangun STO Baru di Tanjung Buton.

  E. Sistem Jaringan Sumber Daya Air

  Dalam sistem wilayah Provinsi Riau, terdapat 4(empat) Daerah Aliran Sungai utama, yaitu DAS Indragiri, DAS Kampar, DAS Siak dan DAS Rokan. Dari keempat sungai utama tersebut, hanya DAS Siak yang memiliki hulu sungai di wilayah administrasi Provinsi Riau. Pengelolaan DAS Siak ini perlu dilakukan secara menyeluruh dan lintas wilayah kabupaten, karena kawasan hulu sungai berada di wilayah kabupaten lain di Provinsi Riau. Dengan ditetapkannya DAS Siak sebagai Wilayah Sungai Strategis Nasional di dalam RTRWN, mengindikasikan bahwa ada kepentingan yang lebih tinggi (tingkat nasional) untuk meningkatkan perlindungan, pengelolaan dan pendayagunaan wilayah sungai ini baik dari aspek kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan (sebagai bagian pengendali sistem tata air) ataupun ekonomi (sebagai jaringan transportasi sungai dan penyeberangan).

2. Rencana Pola Ruang

  Potensi pengembangan wilayah berdasarkan pola ruang diidentifikasi berdasarkan pada kawasan budidaya di Kabupaten Siak yang terdiri dari delapan kawasan, yaitu hutan produksi (hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi), perkebunan, pertanian lahan basah, industri, pertambangan, perikanan air payau (tambak), pariwisata, dan permukiman.

  A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi.

  Dari keseluruhan kawasan yang dinyatakan sesuai/dapat dikembangkan sebagai kawasan hutan produksi tersebut, yang digolongkan menjadi hutan produksi tetap adalah sebesar 232.994 Ha (27,2%). Sementara, yang dikategorikan menjadi hutan produksi terbatas/hutan tanaman industri adalah sebesar 73.127 Ha (8,5%). Sedangkan, yang dikategorikan menjadi hutan produksi yang dapat dikonversi adalah sebesar 5.751 Ha (0,7%). Kawasan hutan produksi ini banyak tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Siak, antara lain di Kecamatan Sungai Apit, Mempura, Dayun, Minas, Kandis, Tualang, Siak, dan Koto Gasib. Namun luasan terbesar kawasan hutan produksi terkonsentrasi di Kecamatan Sungai Apit, yang juga berdekatan dengan pusat kegiatan agroindustri Tanjung Buton. Terkait dengan perkembangan sektor ekonomi yang akan diarahkan untuk mendukung agroindustri dan agrobisnis, maka pemanfaatan kawasan budidaya sebagai kawasan hutan memiliki peran yang sangat penting.

  B. Kawasan Peruntukan Perkebunan

  Kawasan perkebunan di Kabupaten Siak didominasi oleh komoditas kelapa sawit dan karet; tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Siak, dengan total luas perkebunan besar sebesar 269.190 Ha atau 31,4% dari luas wilayah Kabupaten Siak.

  C. Kawasan Peruntukan Pertanian

  Kawasan pertanian adalah kawasan yang fungsi utamanya berupa pengembangan tanaman pangan. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis, potensi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Siak adalah sebesar 8.491 Ha atau 1,0% dari luas wilayah Kabupaten Siak. Pusat-pusat pengembangan budidaya pertanian tanaman pangan diarahkan di Kecamatan Bungaraya, Sabak Auh, Sungai Apit, dan Sungai Mandau, sedangkan untuk tanaman hortikultura tersebar di wilayah Kabupaten Siak dengan luasan yang relatif kecil.

  D. Kawasan Peruntukan Industri

  Berdasarkan hasil analisis, luas kawasan industri di Kabupaten Siak adalah 6.886 Ha atau 0,8% dari luas wilayah Kabupaten Siak yang terdiri dari Industri Perawang dengan luas kurang lebih 1.319 (seribu tiga ratus sembilan belas) hektar berada di Kecamatan Tualang dan Kawasan Industri Tanjung Buton (KITB) dengan luas kurang lebih 5.566 (lima ribu lima ratus enam puluh enam) hektar berada di Kecamatan Sungai Apit.

  E. Kawasan Peruntukan Pertambangan (Minyak dan Gas Bumi)

  Kawasan pertambangan minyak di Kabupaten Siak terpusat di Kecamatan Kandis, Minas, dan Sabak Auh, dengan total luas kawasan sebesar 19.758 Ha atau 2,3% dari luas wilayah Kabupaten Siak. Dengan adanya kebijakan pemusatan kegiatan industri di Tanjung Buton, maka dalam perkembangan selanjutnya perusahaan industri di wilayah Kandis dan Minas akan diarahkan ke Kawasan Industri Tanjung Buton tersebut, terutama untuk kegiatan industri hilir. Berbeda dengan perusahaan industri lainnya, perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan memiliki keterkaitan dengan lokasi bahan tambang, sehingga sampai akhir tahun perencanaan atau hingga akhir masa konsesi kuasa pertambangan mendatang kegiatan ini masih akan berkembang di empat kecamatan tersebut.

  F. Kawasan Peruntukan Perikanan

  Kawasan perikanan adalah kawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, pertambakan/kolam, dan perikanan darat lainnya. Kawasan perikanan yang diarahkan di Kabupaten Siak ini adalah berupa kawasan perikanan air payau atau pertambakan di wilayah pesisir Kabupaten Siak yaitu di Kecamatan Sungai Apit. Peruntukan kawasan perikanan di Kabupaten Siak ini dengan luas luas sebesar 10.918 Ha atau 1,3% dari luas wilayah Kabupaten Siak.

  G. Kawasan Peruntukan Pariwisata

  Kabupaten Siak dikenal sebagai sebuah kerajaan besar Melayu yang didirikan pada tahun 1723 oleh Sultan Abdul Jalil Rakmat Syah atau sering di sebut sebagai Raja Kecik. Sebagian besar potensi wisata yang ada di

  Kabupaten Siak berasal dari kekayaan budaya yang terdapat di Kecamatan Siak, sedangkan untuk potensi yang berasal dari kekayaan alam dan buatan masih sangat sedikit.

H. Kawasan Peruntukan Permukiman.

  Selain arahan pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang sudah ada, juga diarahkan pengembangan kawasan permukiman baru di wilayah Kabupaten Siak. Dari hasil analisis dan perencanaan, kawasan permukiman di Kabupaten Siak adalah sebesar 76.960 Ha atau 9,0% dari luas wilayah Kabupaten Siak.

2.3. Demografi dan Urbanisasi

  Bagian ini berisikan pembahasan mengenai karakteristik penduduk kabupaten/kota berdasarkan: i. Jumlah penduduk dan KK keseluruhan ii. Jumlah penduduk miskin dan persebaran penduduk iii. Proyeksi pertumbuhan penduduk lima tahun ke depan iv. Jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi urbanisasi

  Jumlah penduduk Siak terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS Kabuapten Siak pada tahun 2015, jumlah penduduk pertengahan tahun Kabupaten Siak mencapai 440.841 jiwa mengalami peningkatan 2,88 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan kepadatan penduduk rata

  • – rata Kabupaten Siak di tahun 2015 sebesar 51,52 jiwa/km2.

  

Tabel 2. 2 Persebaran Penduduk Kabupaten Siak

Nama Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk Jumlah Rumah

Penduduk (jiwa) (jiwa/km2) Tangga (KK)

  31.939 92,22 7.647

  1. Minas

  82.349 55,13 19.711

  2. Kandis

  27.546 30,81 6.940

  3. Siak

  30.929 22,97 7.808

  4. Sungai Apit

  7.445 4,37 1.885

  5. Sungai Mandau

  25.827 200,74 6.737

  6. Kerinci Kanan

  20.800 134,12 5.206

  7. Lubuk Dalam

  126.442 367,99 30.548

  8. Tualang

  

Nama Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk Jumlah Rumah

Penduduk (jiwa) (jiwa/km2) Tangga (KK) 23.488 33,33 5.963

  9. Koto Gasib

  32.591 140,33 8,371

  10. Dayun

  26.192 173,46 6.979

  11. Bunga Raya

  16.323 37,31 4.187

  12. Mempura

  12.789 174,28 3.231

  13. Sabak Auh

  6.668 12,25 1.737

  14. Pusako

  Total 116.950 55,09 116.950

  Sumber: Kabupaten Siak Dalam Angka, 2015 Komitmen pemerintah dalam mengurangi tingkat kemiskinan telah diupayakan, hal ini sejalan dengan adanya komitmen MDGs (Millennium

  

Development Goals) dalam menanggulangi kemiskinan dan kelaparan.

  Berdasarkan data persentase angka kemiskinan nasional, Provinsi Riau dan Kabupaten Siak, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Siak telah berhasil menurunkan angka kemiskinan, hal ini terlihat dari rasio angka kemiskinan di Kabupaten Siak yang turun dari 6,01% pada tahun 2007 menjadi 5,29% pada tahun 2011 dengan persentase pertumbuhan penurunan sebesar 1,58% pertahun dan kemiskinan di daerah ini yang berada dibawah angka kemiskinan Provinsi Riau dan nasional.

  

Tabel 2. 3 Persentase Penduduk Miskin Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten

Siak No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

  

1 Garis 206.507 245.192 247.965 269.244 299.609

Kemiskinan (Rp)

  2 Jumlah 19.300 23.850 20.190 24.600 20.825 Penduduk Miskin (Jiwa)

  3 Angka 6,01 7,09 5,71 6,49 5,29 Kemiskinan

  4 Persentase 93,95 92,60 94,34 93,67 95,13 Penduduk di Atas Garis Kemiskinan

  Sumber: Kabupaten Siak Dalam Angka, 2016

  Data proyeksi penduduk merupakan data BPS yang dihitung berdasarkan data sensus penduduk. Data Proyeksi penduduk ini dikeluarkan oleh BPS pada tahun 2013 dengan memanfaatkan data tren pertumbuhan penduduk masing-masing kabupaten/kota sejak tahun 2000. Metode estimasi menggunakan metode geometrik .

  

Tabel 2. 4 Proyeksi Penduduk Tahun 2015-2019

  Tahun

  Kab/Kota

  2015 2016 2017 2018 2019

  Siak 440.841 453.052 465.414 477.670 489.996

  Sumber : BPS Povinsi Riau Tahun 2015

  

Tabel 2. 5 Proyeksi Penduduk Perkotaan menurut Kabupaten Siak

2015-2019 Tahun Kab/Kota 2015 2016 2017 2018 2019

  Siak 104.876 108.279 111.699 115.118 118.579

  Sumber : BPS Povinsi Riau Tahun 2015

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan 2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

  Pendapatan ) sebagai ukuran produktivitas mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu tahun. Secara umum Pertumbuhan ekonomi Siak menunjukkan kecenderungan moderat. Di tahun 2015 dominasi kategori pertambangan dan penggalian sebesar 38,85 persen menjadi ciri khas perekonomian Siak disusul oleh kategori industri pengolahan yang memberikan sumbangan pada kisaran 34,78 persen, kategori pertanian, kehutanan dan perikanan sejumlah 17,25 persen dan sektor – sektor lainnya hanya menyumbang total PDRB Siak berkisar 9 persen.

  Pertumbuhan ekonomi dengan migas Kabupaten Siak pada tahun 2015 mencapai - 0,22 persen, sedangkan pertumbuhan PDRB tanpa migas sebesar 2,57 persen. Sementara PDRB per kapita Siak sebesar 175,41 juta Rupiah dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan/ secara riil (dengan menghilangkan pengaruh inflasi) dalam periode yang sama PDRB perkapita Siak sebesar 116,53 juta Rupiah.

  Tabel 2. 6 Perkembangan PDRB Siak Uraian 2011 2012 2013 2014 2015

PDRB ADHB (Juta RP) 67.446.587,4 79.303.427,5 82.129.724,4 85.835.569,2 77.325.835,3

PDRB ADHK(2000=100)

  52.146.929,6 53.226.798,4 51.987.674,0 51.485.038,4 51.369.618,9 (Juta Rp) PDRB/ Kapita ADHB 172,16 196,25 197,29 200,32 175,41 (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi

  • 0,52 2,07 -2,33 -0,97 -0,22 migas (%) Pertumbuhan Ekonomi 2,62 3,03 4,92 4,31 2,57 Tanpa migas (%) Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Siak, 2016 2.4.2.

   Data Pendapatan per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

  PDRB per kapita Siak sebesar 175,41 juta Rupiah dan PDRB per kapita atas dasar harga konstan/ secara riil (dengan menghilangkan pengaruh inflasi) dalam periode yang sama PDRB perkapita Siak sebesar 116,53 juta Rupiah.

  Tabel 2. 7 Pendapatan Perkapita Siak Tanpa Migas

  Tahun 2010 – 2013 ( Juta Rupiah ) Pendapatan Regional Harga Berlaku Harga Konstan Perkapita 2011 67.446.587,39 52.146.929,56 2012 79.303.427,52 53.226.798,43 2013 82.129.724,43 51.987.673,97 2014 85.835.569,17 51.485.038,44 2015 77.325.835,33 51.369.618,94

  Sumber : Kabupaten Siak Dalam Angka, 2015 Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten yang memiliki tantangan penduduk miskin cukup berat. Sebagaimana dapat dilihat dari tabel dibawah bahwa jumlah penduduk miskin mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Sedangkan jumlah penduduk miskin dari 19.300 jiwa pada tahun 2007 meningkat menjadi 23.850 jiwa pada tahun 2008, kemudian mengalami penurunan menjadi 20.190 jiwa tahun 2009 dan dan berfluktuasi 24.600 jiwa pada tahun 2010 dan 20.825 jiwa pada tahun 2011. Terjadinya dinamika jumlah penduduk miskin di Kabupaten Siak, selain dipengaruhi oleh perubahan penilaian kriteria penduduk miskin yang telah ada, juga dipengaruhi oleh dinamika penduduk di Kabupaten Siak melalui migrasi penduduk yang terjadi ke wilayah Kabupaten Siak.

  

Tabel 2. 8 Persentase Penduduk Miskin Tahun 2007 s.d 2011

Kabupaten Siak No Uraian 2007 2008 2009 2010 2011

  1 Garis 206.507 245.192 247.965 269.244 299.609 Kemiskinan (Rp)

  2 Jumlah 19.300 23.850 20.190 24.600 20.825 Penduduk Miskin (Jiwa)

  3 Angka 6,01 7,09 5,71 6,49 5,29 Kemiskinan

  4 Persentase 93,95 92,60 94,34 93,67 95,13 Penduduk di Atas Garis Kemiskinan

  Sumber: Kabupaten Siak Dalam Angka, 2016 2.4.3.

   Data Kondisi Lingkungan Strategis

2.4.3.1 Topografi

  Kabupaten Siak terdiri dari satuan dataran rendah dan satuan perbukitan. Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah, dengan ketinggian 0-50m dari permukaaan laut, meliputi dataran banjir sungai dan rawa serta terbentuk endapan permukaan. Kemiringan lereng sekitar 0°-3° atau bisa dikatakan hampir datar. Sedangkan satuan perbukitan mempunyai ketinggian antara 50-150 m dari daerah sekitarnya, dengan kemiringan 3°-15°.

  2.4.3.2 Geologi

  Wilayah Kabupaten Siak merupakan bagian dari daerah yang tersusun dari batuan sedimen tufa yang berombak sampai bergelombang. Batuan induk didominasi batuan lempung (clay), silika, batu pasir, dan batu lapis. Formasi ini terdapat di daerah Minas. Jenis tanah yang dominan adalah tanah tropodulit atau setara dengan tanah podsolik merah kuning pada perbukitan dan tropaquepst atau setara dengan tanah alluvial yang sudah mulai berkembang pada bagian daratan rendah, terutama di pinggiran sungai. Tekstur tanah galuh lempung pasiran (sandy clay loam) dan galuh lempung yang makin ke dalam makin tinggi kadar lempungnya. Struktur tanah gembur sampai gumpal menyudut untuk horison A dan gumpal menyudut untuk horison B yang umumnya memiliki sifat fermeabilitas yang rendah. Wilayah alluvium merupakan daerah rawa-rawa yang terjadi karena gambut yang mengalami proses sedimentasi dari sungai-sungai didekatnya.

  2.4.3.3 Hidrologi

  Sebagai daerah yang sebagian besar wilayahnya merupakan berupa dataran rendah yang berawa-rawa, Kabupaten Siak memiliki banyak Sungai. Sungai tersebar adalah Sungai Siak, kemudian Sungai Mandau, Sungai Rawa, Sungai Gasib, Sungai Siak Kecil, Sungai Apit, dan Sungai Buatan. Selain perairan sungai, Kabupaten Siak juga memiliki beberapa danau/tasik antara lain : Tasik Pulau Besar, Zamrud, Pulau Atas, Pulau Bawah, Tasik Serai, Tasik Air Hitam, dan Tasik Ketilau. Tasik-tasik tersebut berpotensi untuk dijadikan budidaya perikanan air tawar serta pariwisata.

  Sungai Siak berasal dari 2 anak sungai, yaitu Sungai Tapung Kanan dan Tapung Kiri yang anak-anak sungainya berasal dari wilayah Kabupaten Rokan Hulu, Kabupaten Kampar, dan Kabupaten Bengkalis. Sungai Tapung Kanan berasal dari anak-anak Sungai Paturuk, Karas Takuana, Suram, Lindai, dan Siangkala.

  Sungai Mandau merupakan sungai yang cukup penting yang di bagian hulunya merupakan rawa dengan fisiografi kubah gambut. Formasi ini memiliki kondisi hidrologi yang dicirikan oleh air tanah yang dangkal, sehingga dengan evapotranspirasi dari air hujan yang meresap melalui air tanah dari kawasan hutan disekitarnya. Oleh karena itu, hutan memegang peranan penting bagi penyediaan air tanah di daerah ini.

  Setiap perubahan lingkungan kubah gambut oleh penebangan hutan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kondisi hidrografi di daerah ini. Pelepasan air dari kawasan ini merupakan penyuplai utama aliaran air yang masuk melalui anak-anak sungai yang lain masuk ke Sungai Mandau yang airnya berwarna coklat kehitaman. Kondisi aliran air kubah gambut hampir terdapat di sepanjang Sungai Siak yang semuanya akan memberikan kontribusi terhadap kualitas perairan di Sungai Siak.

2.4.3.4 Klimatologi

  Berdasarkan letak astronomis, seluruh Kabupaten Siak bila dilihat dari iklim matahari, seluruhnya terletak di daerah tropis, sehingga iklim yang berlaku di daerah ini juga iklim tropis. Menurut klasifikasi iklim Koppen, Kabupaten Siak dengan curah hujan yang hampir merata di sepanjang tahun.

  • – Curah hujan pada tahun 2011 sebesar 4.416 mm. Pada tahun 2010, rata rata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Mei yakni 710 mm dan terendah di bulan Oktober sebesar 355 mm. Sementara jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Desember sejumlah 14 hari.

  Secara umum, Kabupaten Siak beriklim tropis dengan suhu udara berkisar antara 250 sampai dengan 320 Celsius dan kelembaban udara 88,9% per bulan.

2.4.4. Data Risiko Bencana Alam

  Terdapat 3 (tiga) potensi bencana di Kabupaten Siak yaitu :  Kawasan Rawan Bencana Banjir Secara umum, Kabupaten Siak tidak memiliki kendala fisik untuk pengembangan wilayah yang cukup berbahaya terutama untuk budidaya perkotan. Dari hasil interpretasi rona fisik, wilayah Kabupaten Siak cenderung memiliki topografi yang landai dengan kemiringan lereng sekitar 0-3% dan ketinggian 0-50 meter dpl serta memiliki sifat batuan pada satuan perbukitan yang stabil sehingga potensi untuk terjadinya gerakan tanah dan erosi yang menyebabkan longsor sangat kecil. Namun, karena sebagian besar wilayahnya relatif datar (14-30mdpl), potensi untuk terjadinya banjir cukup besar di beberapa tempat terutama didaerah sepanjang Sungai Siak. Berdasarkan perhitungan siklus hidrologi dimana terjadi surplus air sekitar 15% manjadi aliran permukaan dari curah hujan rata-rata bulanan, maka kemungkinan terjadinya banjir musiman pada bulan-bulan basah. Kecamatan yang rawan terjadinya banjir adalah Kecamatan Sungai Mandau, Siak, Sungai Apit, Mempura dan perbatasan Kecamatan Minas dan Sungai Mandau.

   Kawasan Rawan Bencana Gempa Pulau Sumatera dilalui oleh sesar Semangka yang apabila terjadi pergerakan mengakibatkan terjadinya gempa. Provinsi Riau terletak di jalur patahan bagian tengah sumatera, sehingga Kabupaten Siak masuk ke dalam jalur tersebut. Di Kabupaten Siak sendiri tidak terdapat patahan. Pada saat terjadi gempa, Kabupaten Siak hanya terkena magnitude atau getaran saja.

   Kawasan Abrasi Pantai Di Kabupaten Siak berpotensi bahaya erosi atau lebih tepatnya abrasi pantai di sepanjang pesisir Kecamatan Sungai Apit. Karakteristik struktur geologi dan jenis tanah di pesisir pantai Kecamatan Sungai Apit terdiri dari jenis endapan permukaan pantai dan sungai dengan komposisi struktur tanahnya sebagian besar adalah kerikil pasir dan lempung. Jenis tanah ini menjadi faktor material yang berpengaruh besar terhadap proses pengikisan tanah di pantai dan sempadan sungai.

  II - 17 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak

  Gambar 2. 2 Peta Topografi Kabupaten Siak

  II - 18 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak

  Gambar 2. 2 Peta Geologi Kabupaten Siak

  II - 19 RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak

  Gambar 2. 3 Peta Hidrologi Kabupaten Siak

2.4.5. Isu-Isu Strategis Terkait Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Terdapat beberapa isu strategis terkait pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, seperti berikut:

  1. Peningkatan jalan yang sebagian besar masih kerikil menjadi jalan beton atau aspal;

  2. Pengembangan dan pelebaran jalan untuk mengantisipasi volume lalu yang semakin tinggi, dimana saat badan jalan terlalu kecil;

  3. Penyediaan air baku dan air bersih bagi masyarakat dan industri karena air baku yang tersedia sangat kurang dan biaya pengolahannya sangat mahal;

  4. Pengembangan kemampuan elektrifikasi tangga karena masih banyaknya rumah tangga belum terjangkau listrik PLN;

  5. Peningkatan kualitas standar perumahan di mana masih banyak rumah yang belum memenuhi standar kesehatan;

  6. Pengendalian konversi lahan produktif karena tingginya konversi dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan tata ruang;dan

  7. Penyediaan dan pengembangan transportasi umum didalam kota yang belum tersedia hingga kini.

  

  Table of Contents