RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

  Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

7.1.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:

  1. Undang-Undang No.

  17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh

  

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

  Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

  Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman.

  Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah:

  a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial;

  c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

  d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah

   Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.  Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga kumuh perkotaan.  Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Direktif Presiden yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI.  Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT,

  Provinsi Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan.  Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin.  Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

   Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun.  Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam pengembangan kawasan permukiman.  Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan

  No Isu Strategis Keterangan (1) (2) (3)

  1 Lokasi kantong-kantong permukiman dengan tata ruang dan infrastruktur yang tidak terintegrasi

  Lokasi kantong-kantong permukiman dengan tata ruang dan infrastruktur yang tidak terintegrasi, hal ini menyebabkan sulitnya penyediaan akses, fasilitas umum dan penyediaan

infrastruktur yang memadai.

  2 Penyebaran permukiman yang sporadis dan acak (sprawling), Hal ini menyulitkan penyediaan infrastruktur seperti; jalan, saluran drainase, air bersih, listrik, telepon, angkutan umum dan lainnya.

  3 Penyebaran penduduk yang tidak merata Penyebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung memusat di pusat kota yang menyebabkan kepadatan penduduk dan bangunan yang tinggi, dan pembebanan yang melebihi kapasitas pada fasilitas umum.

  4 Masih banyaknya perumahan penduduk yang belum layak huni Masih banyaknya perumahan penduduk yang belum layak huni dengan kualitas bangunan yang buruk dan tidak atau semi permanen.

  5 Masih besarnya jumlah permukiman kumuh di kawasan perkotaan dan pedesaan

  Masih besarnya jumlah permukiman kumuh di kawasan perkotaan dan pedesaan dikarenakan kondisi lingkungan yang rawan banjir air laut pasang, infrastruktur yang tidak memadai, orientasi bangunan tidak teratur dan telalu rapat.

  6 Rendahnya akses infrastruktur bagi masyarakat Rendahnya akses infrastruktur bagi masyarakat seperti; jalan akses dan jalan lingkungan, saluran darainase dan limbah, MCK, dan persampahan.

7.1.2.2. Kondisi Eksisting

  Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan

  Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan Lainnya Amanat Kebijakan No Jenis Produk No / Perihal Daerah Pengaturan Tahun (1) (2) (3) (4) (5) Arahan Rencana

  RPJP Prov. Riau 2005-

  

1 Perda Prov. Riau 9 / 2011 Pembangunan Jangka

2025 Panjang Provinsi Riau Tanggung Jawab Sosial Seluruh perusahaan

  

2 Perda Prov. Riau 6 / 2012 Perusahaan (TJSP) di besar wajib mempunyai

prov. Riau program TJSP/CSR Arahan Rencana RPJP Kab. Siak 2005-

  

3 Perda Kab. Siak 7 / 2013 Pembangunan Jangka

2025 Panjang Kab. Siak Arahan Rencana

  RPJMD Kab. Siak 2016 Pembangunan Jangka

4 Perda Kab. Siak - 2021 Menengah Daerah Kab.

  Siak Tabel 7. 3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten Siak Kelurahan/ Luas Tingkat No Nama Kawasan Kecamatan Desa (Ha) Kekumuhan

  1 Bawah Pipa Perawang Tualang Perawang 14,099 Sedang

  2 Atas Pipa Perawang Tualang Perawang 26,092 Sedang

  3 Belakang Pasar Perawang Tualang Perawang 10,674 Sedang

  4 Pasar Minas Minas Minas Jaya 16,657 Sedang 5 kandis Kota Kandis Kandis Kota 42,387 Sedang JUMLAH 109,91

  Sumber : SK Kawasan Kumuh Kab. Siak

  

Gambar 7. 2 Lokasi Kawasan Kumuh Pasar Minas, Kec. Minas,

Kabupaten Siak

7.1.2.3. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

  Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain: Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  Tantangan pengembangan permukiman diantaranya:

  1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian

  Program-Program Pro Rakyat (Direktif Presiden)

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah

  5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan.

  

Tabel 7. 5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan

Permukiman Kabupaten Siak Permasalahan Pengembangan Tantangan No

  Alternatif Solusi Permukiman Pengembangan (1) (2) (3) (4) Aspek Kelembagaan

  • Belum optimalnya koordinasi  Optimalisasi  Memprioritaskan antar lembaga yang ada koordinasi penanganan kawasan

    dalam rencana dan kumuh dalam proses

    pelaksanaan penanganan penganggaran melalui kawasan kumuh keterpaduan program penanganan kawasan kumuh antar SKPD Aspek Pembiayaan  Terbatasnya APBD untuk  Target  Memprioritaskan menangani banyak kawasan pembangunan penanganan kawasan

    kumuh dan penduduk miskin 100-0-100 kumuh dalam proses

    penganggaran melalui keterpaduan program penanganan kawasan kumuh antar SKPD Aspek Peran Serta Masyarakat/ Swasta

     Minimnya peran serta dan  Memberikan  Mencoba bekerjasama

    kesadaran masyarakat dan pemahaman dengan pihak swasta,

    pihak swasta kepada khususnya dengan

  • Rendahnya tingkat masyarakat menggaet CSR

    pendidikan masyarakat mengenai pola perusahaan yang

    untuk hidup sehat hidup bersih beroperasi pada wil
  •  Pendekatan Kab Siak kepada pihak  Sosialisasi dan

target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (pengurangan proporsi rumah tangga kumuh tahun 2020), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman.

7.1.4. Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman

  Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:

  1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan

   Infrastruktur kawasan permukiman kumuh  Infrastruktur permukiman RSH  Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

  Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

   Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan)

   Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana  Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil  Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW)  Infrastruktur perdesaan PPIP  Infrastruktur perdesaan RIS PNPM Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar berikut. Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.

1. Umum  Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

   Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).  Sudah tersedia DED.  Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,

  RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.

   Ada unit pelaksana kegiatan.  Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

  2. Khusus Rusunawa  Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA  Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh  Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD lainnya  Ada calon penghuni

   Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program Cipta Karya lainnya  Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25% PISEW  Berbasis pengembangan wilayah  Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan  Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

  2. Vitalitas Ekonomi Kawasan

  a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.

  b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

  c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

  3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman.

  b. Status sertifikat tanah yang ada.

  4. Keadaan Prasarana dan Sarana: Kondisi Jalan, Drainase, Air bersih, dan Air limbah.

  5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota

  a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

  Dalam pengembangan permukiman, Pemerintah Daerah didorong untuk terus meningkatkan alokasinya pada sektor tersebut serta mencari alternatif sumber pembiayaan dari masyarakat dan swasta (KPS, CSR).

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak Tabel 7. 6 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten Siak NO SEKTOR RINCIAN KEGIATAN LOKASI

  Kec. Tualang

  Kel. Belutu

  8 PKP Pembangunan Drainase Kec.

  3 Km 2017 4.500.000 Ada Ada PU TARUKIM

  Kandis Kel. Samsam

  7 PKP Pembangunan Drainase Kec.

  5 Km 2018 4.500.000 3.000.000 Ada Ada PU TARUKIM

  Kandis Kel. Kandis Kota

  6 PKP Pembangunan Drainase Kec.

  6 Km 2018 8.000.000 3.000.000 Ada Ada PU TARUKIM

  Minas Kel. Minas Jaya

  5 PKP Pembangunan Drainase Kec.

  1 Kawasan 2018 15.000.000 Ada PU TARUKIM

  Kumuh Depan Pasar Kelurahan Perawang,

  VOL. SATUAN TAHUN SUMBER PEMBIAYAAN (RP) READINESS CRITERIA DUKUNGAN TERHADAP KEBIJAKAN STRATEGIS APBN DAK APBD PROV APBD KAB/KOTA BUMD KPS CSR DED/ FS AMDAL/ UKL/UPL LAHAN PENGELOLA

  4 PKP Pembangunan Drainase Kawasan Permukiman

  1 Kawasan 2018 15.000.000 Ada PU TARUKIM

  Perawang, Kec. Tualang

  Kumuh Belakang Pasar Kelurahan

  3 PKP Pembangunan Drainase Kawasan Permukiman

  3 Kawasan 2018 15.000.00 5.000.000 1.500.000 (Tahun 2016) Ada Ada PU TARUKIM

  Balai Kayang 1, 2 dan 3 Kec. Siak

  2 PKP Pembangunan Drainase Kawasan Permukiman

  3 Km 2017 5.500.000 Ada Ada PU TARUKIM

  Muzafarsyah- Jl. Sultan Syarif Ali Kec. Siak

  Siak Jl.

  1 PKP Lanjutan Pembangunan Drainase Kabupaten

  2 Km 2017 4.000.000 Ada Ada PU TARUKIM

  RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak NO SEKTOR RINCIAN KEGIATAN LOKASI

  VOL. SATUAN TAHUN SUMBER PEMBIAYAAN (RP) READINESS CRITERIA DUKUNGAN TERHADAP KEBIJAKAN STRATEGIS APBN DAK APBD PROV APBD KAB/KOTA BUMD KPS CSR DED/ FS AMDAL/ UKL/UPL LAHAN PENGELOLA Kandis

7.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

7.2.1. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan

  Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

  Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang- undang dan peraturan antara lain: 1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

  UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

  2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan, keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah.

3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

  Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.

  

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal

bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

  Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.

  Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

  Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara.

  Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi: e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

  Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar berikut

   Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman tradisional.

  b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung  Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;  Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;  Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;  Pelatihan teknis.

  c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan  Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;  Paket dan Replikasi.

7.2.2. Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

7.2.2.1. Isu Strategis

  Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat dilihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program- program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020.

  Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya.

  Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996 dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat.

  Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan. 2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

  b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota; c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan; d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah Negara. 3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan.

  Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR,

  Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal; Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal

  Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung Database bangunan gedung dan rumah

  2 dan Rumah Negara negara masih belum tertata rapi Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedun

  Perlu peningkatan dan optimalisasi peran

Pemberdayaan Komunitas dalam masyarakat dalam berbagai program

  3 Penanggulangan Kemiskinan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan

7.2.2.2. Kondisi Eksisting

  Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota

  Perda/ Pergub/ Perbup/ Peraturan Lainnya Nomor No Amanat Jenis Produk & Tentang Pengaturan Tahun

  (1) (2) (3) (4) (5) RPJP Prov. Riau Arahan Rencana Pembangunan

  1 Perda Prov. Riau 9 / 2011 2005-2025 Jangka Panjang Provinsi Riau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Seluruh perusahaan besar wajib

  2 Perda Prov. Riau 6 / 2012 (TJSP) di prov. mempunyai program TJSP/CSR Riau Arahan Rencana Pembangunan

  RPJMD Kab. Siak 3 Perda Kab. Siak Jangka Menengah Daerah Kab.

  2005-2025 Siak Penyelenggaraan bangunan gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselamatar,

  4 Perda Kab. Siak 1 / 2014 Bangunan Gedung keseimbangan, ketertitan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungan hidupnya

  Tabel 7. 9 Penataan Lingkungan Permukiman Kawasan Tradisional/ RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran Bersejarah Dukungan % Nama

  Ketersediaan Prasarana Infrastruktur Lokasi/ Nama RTH Luas RTH Luas % IMB HSBGN Instansi Kawasan

  IMB Kebakaran CK RTH

  

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kawasan Istana Ada Siak

  Taman Syekh Abdurrahman 16.196 M² Taman Tengku Agung

  Mobil Taman Sultan Yahya 16.621 M² 30% Ada Satpol PP pemadam Taman Lalu Lintas Tanjung Agung 1,7 Ha kebakaran

  • Kawasan ekowisata Sei Mempura Hutan kota Arwinas

  33 Ha Taman Median Jalan 41.509 M² Taman Bundaran Jalan 2.125 M² Taman Segitiga Jalan 1.252 M²

  Taman Pemakaman 12.200 M² Tabel 7. 10 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Kegiatan PNPM Perkotaan No Kabupaten/Kota

  Kegiataan Pemberdayaan Lainnya (P2KP) (1) (2) (3) (4) PPIP

  1 Siak Tidak ada P2KP Sanimas OMS Rumah Layak Huni RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Siak

7.2.2.3. Permasalahan dan Tantangan

  Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain:

  Penataan Lingkungan Permukiman:

  Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi

  • kebakaran;

  Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa

  • RTBL untuk lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

  Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan

  • ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

  Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan

  • permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

  Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara:

  Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi • efektif dan efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara;

  Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan,

  • Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

  • Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien;
  • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

  Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau:

  • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana olah raga.

  Kapasitas Kelembagaan Daerah:

  • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawa
  • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan

  peningkatan pelaksanaan otonomi dan desentralisasi;

  • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  

Tabel 7. 11 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan

Bangunan dan Lingkungan

4 Aspek Teknis

  • Masih minimnya PSD proteksi pemadam kebakaran
  • Minimnya PSD RTH dan
  • Penyediaan PSD proteksi pemadam kebarakan
  • Penyediaan PSD
  • Pelibatan masyarakat dan sektor swasta
  • Penambahan

  • Menurunnya fungsi
  • Peningkatan
  • Revitalisasi
  • Masih minimnya sosialisasi
  • Sosialisasi perda
  • Pemasangan
  • Belum siapnya landasan
  • Perbup RTBL
  • Penyusunan
  • • • •

  • • • •

  • Masih terbatasnya

  kemampuan Pemda Siak dalam pembangunan BG , sehingga kadang mengabaikan penyediaan

  3 Aspek Pembiayaan

  2 Aspek Lingkungan Permukiman

  1 Aspek Peran Serta Masyarakat/S wasta

  II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  RTBL dan percepatan legalisasinya

  baliho/ spanduk, penyuluhan

  perlu dilegalisasi

  BG

  mengenai Perda BG

  hukum untuk Perbup RTBL yang sudah disusun

  5 Aspek Kelembagaan

  kawasan

  luasan RTH

  fungsi kawasan

  RTH

  kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

  sarana olahraga

  Pembangunan infrastruktur yang tidak memilki ijin dan dokumen lingkungan

  (5) Lingkungan Permukiman

  No Aspek PBL Permasalahan yang dihadapi Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi (1) (2) (3) (4)

NSPM BGN

  

Permasalahan yang Tantangan

No Aspek PBL Alternatif Solusi dihadapi Pengembangan

  (1) (2) (3) (4) (5) bangunan gedung di daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan.

  III Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  1 Aspek Masih terbatasnya Mencari sumber Berkoordinasi • • • Pembiayaan kemampuan pendanaan pendanaan lain dengan Pemda Siak dalam dalam pemerintah pusat, penanggulangan penanggulangan pemprov, dan Kemiskinan kemiskinan pendanaan lainnya

  2 Aspek Peran Kurangnya peran Swasta Menjalin • • • Serta dan CSR dalam program kerjasama Masyarakat/S penanggulangan dengan pihak wasta kemiskinan di kabupaten swasta dan

  Siak masyrakat

  3 Aspek Teknis Pembangunan Infrastruktur • •

  • Permukiman masih kurang memperhatikan wilayah kumuh (MBR) Perkotaan

  4 Aspek Perlunya peningkatan Peningkatan •

  Kelembagaan koordinasi lintas sektoral koordinasi dalam /SKPD terkait program program

penanggulangan penanggulangan

kemiskinan kemiskinan

  5 Aspek

  • • • •

  Lingkungan Permukiman Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.

  • RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)

  Terdapat beberapa kawasan yang mendesak dan perlu disusun dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) yang merupakan simpul kawasan strategis kabupaten (KSK) antara lain :

   Kawasan Mempura  Kawasan Pasar Perawang  Kawasan Bunga Raya  RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda. Berdasarkan permasalahan dan tantangan sektor PBL di Kabupaten Siak, terkhusus Kegiatan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), maka hasil analisa adalah :

  1) Masalah Kebakaran belum menjadi isu utama di Kws. Perkotaan di Kab. Siak, namun tetap harus memperhatikan Prasarana dan Sarana Hidran Kebakaran

  2) Pembangunan PSD Proteksi Kebakaran belum terlaksana secara optimal karena belum adanya dokumen perencanaan secara komprehensif

  • Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

  Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah:

  1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah;

  2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia, lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat;

  3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin kelangsungan kegiatan;

  Kawasan Benteng Mempura

  • 2) Perlu adanya koordinasi lintas sektoral terkait penanganan kawasan-kawasan tradisional/bersejarah seperti Dinas Pariwisata, Bappeda, Dinas PU, dsb.
    • Standar Pelayanan Minimal (SPM)

  Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel berikut, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan. Berdasarkan Data Eksisting dan statistic , maka hasil perhitungan capaian kinerja SPM bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah :

  1. Penataan Bangunan dan Lingkungan , terdiri dari jenis pelayanan dasar : a. Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

  Adalah meningkatnya jumlah bangunan gedung yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota untuk memenuhi ketentuan administratif dan ketentuan teknis bangunan gedung sesuai dengan fungsinya guna mewujudkan bangunan yang andal serta terwujudnya kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) di kabupaten/kota di daerah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung yang substansinya mengikuti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (UUBG) dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (PPBG). Rencana capaian jumlah bangunan gedung yang memiliki IMB mengikuti rencana capaian Perda Bangunan Gedung tahun 2010 hingga 2014. Sehingga rencana capaian jumlah bangunan yang terlayani kepada

  b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

  Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:

  1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

  2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.

  Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung. Pendataan bangunan gedung dan rumah negara di kabupaten Siak perlu dikoordinasikan kembali, mengingat sistem tata tertib administrasi masih belum sinkron antar pengelola masing-masing.

  c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

  Kegiatan penanggulangan kemiskinan dari sektor PBL (P2KP) tidak Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

  

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

  adalah:

  • Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

  Kriteria Khusus:

  Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda

  • Bangunan Gedung; Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda
  • BG
    • Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman

  Berbasis Komunitas Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan

  Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas: Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri

  • Perkotaan; Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang s

  Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha,

  • fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district); Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota;
  • Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi
  • Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat;
  • Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. •
    • Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang

  Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah

  Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED.

  Kriteria Umum:

  Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi

  • perencanaan RTBL (jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau; Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm scenario
  • >pengembangan wilayah (jika luas perencanaan < 5 Ha); Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan inves

  Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

  • Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang

  Terbuka Hijau: Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia

  • dengan taman (RTH Publik); Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
  • penggunaannya bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang); Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH public
  • minimal 20% dari luas wilayah kota; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta,
  • masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
  • Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman

  Tradisional Bersejarah: Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat

  • (kota/kabupaten); Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan
  • >yang khas dan estetis; Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak mema

  Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP

  • No.26/2008 ttg Tata Ruang; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
  • masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
  • Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan

  Permukiman Tradisional/Ged Bersejarah:

  Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman

  • Tradisional-Bersejarah; Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
  • Ada DDUB;
  • Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun
  • anggaran; Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman
  • tradisional, diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya; Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan
  • masyarakat; Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
  • Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi
  • Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan

  Lingkungan:

  Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan; • Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat

  • peribadatan, terminal, stasiun, bandara); Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas • sosial masyarakat (taman, alun-alun); Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
  • 7.2.5. Usulan Program dan Kegiatan

  Pada bagian ini usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel berikut.