RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH

JANGKA MENENGAH

BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA Pada bab ini berisikan mengenai rencana program investasi Bidang Cipta Karya

  untuk masing-masing sektor, yaitu sektor pembangunan kawasan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pembangunan SPAM, dan pengembangan PLP. Pada bab ini setiap sektor akan dijelaskan kondisi eksisting, analisis kebutuhan, serta usulan kebutuhan program dan pendanaan masing-masing sektor.

  Rencana Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan d an peng kajian terhad ap pro gram -pro g ram sekto ral, d eng an mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan.

  LAPORAN AKHIR VII | 1

JANGKA MENENGAH

7.1 Sektor Pengembangan Kawasan Permukiman

  Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.

  Sumber: Laporan Akhir RKP-KP Kab. HST. 2015

Gambar 7.1 Ilustrasi Pengertian Rumah, Perumahan, Permukiman, Lingkungan Hunian dan Kawasan Permukiman

7.1.1 Kondisi Eksisting

  

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten

  dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui

  LAPORAN AKHIR VII | 2

JANGKA MENENGAH

  LAPORAN AKHIR VII | 3

  peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainnya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman. Untuk Kabupaten Hulu Sungai Tengah, peraturan yang dimaksud dalam proses pengesahan oleh Badan Legelatif Daerah Kabupaten.

  Sedangkan kondisi eksisting pengembangan permukiman Kabupaten Hulu Sungai Tengah dijelaskan dalam RTRW Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kawasan permukiman meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni permukiman perdesaan dan perkotaan, Kawasan peruntukan permukiman ditetapkan dengan kriteria: 1.

  Berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana; 2.

  Memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan; dan/atau 3. Memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi: 1.

  Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana permukiman; 2. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;

  3. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh sarana dan prasarana permukiman yang memadai;

  4. Perkotaan besar dan menengah penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang dan masyarakat, juga diarahkan pada penyediaan kasiba/lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman dan pengembangan perumahan secara vertikal; 5. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan kecamatan;

  6. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis kegiatan usaha;

JANGKA MENENGAH

  LAPORAN AKHIR VII | 4

  7. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pegunungan dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil, permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis pengembangannya adalah pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil pertanian;

  8. Membentuk klaster-klaster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan antar kawasan permukiman, dan diantara klaster permukiman disediakan ruang terbuka hijau (RTH); dan 9. Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur, kegiatan sentra ekonomi, dilakukan dengan tetap memegang kaidah lingkungan hidup dan sesuai dengan rencana tata ruang.

A. Kondisi Eksisting Kumuh Beserta SK Kumuh

  Berdasarkan SK Bupati Hulu sungai Tengah nomor 050.13/269/051 penetapan lokasi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah tersebar di 7 Kawasan Perkotaan Barabai yakni: 1.

  Kawasan Barabai Darat; 2.

  Kawasan Barabai Utara; 3. Kawasan Sungai Barabai; 4.

  Kawasan Barabai Barat; 5. Kawasan Barabai Timur;

  6. Kawasan Munti dan Bungur; 7. Kawasan Bukat.

JANGKA MENENGAH

  LAPORAN AKHIR VII | 5

  Sumber: Laporan Akhir RKP-KP Kab. HST. 2015

Gambar 7.2 Peta Deliniasi Kawasan Lokasi Permukiman Kumuh Di Kawasan Perkotaan Barabai

JANGKA MENENGAH

Tabel 7.1 Kondisi Eksisting Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Barabai

  Kondisi Eksisting Nama No Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain Kawasan

  • - -

  1. Kawasan Pembuangan limbah Kondisi Bangunan Luas lokasi

  Kepadatan penduduk - Sungai

  15.26 Ha domestik terutama pada lokasi sebesar < - - 25%-50% bangunan tidak memiliki keteraturan.

  Barabai limbah rumah 151 jiwa/Ha.

  Jumlah Kepadatan bangunan 124 unit/Ha. -

  • - penduduk tangga pada

  25%-50% Bangunan tidak layak huni Lokasi tidak memiliki 3.124 Jiwa saluran/drainase Kondisi Jalan Lingkungan potensi sosial - ekonomi tinggi yang

  Cakupan jalan lingkungan tidak memadai di 25%-50% luas area. potensial - dikembangkan Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area. -

  

Kondisi Drainase Lingkungan

  Keseluruhan Lokasi - Memiliki Kejelasan

  Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 25%-50%% luas area Status Tanah Baik

  • - Dalam Hal 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan Kepemilikan Maupun

  Kondisi Penyediaan Air Minum Izin Pemanfaatan

  • - Tanah Dari Pemilik SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area

  Tanah ( Status Tanah cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap

  • - Legal ) LEGAL -

  25%-50% Keseluruhan Lokasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah Berada Pada Zona

  • - Permukiman Sesuai pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area RTR ( Sesuai ) -

  cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 25%-50% populasi

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area

  LAPORAN AKHIR VII | 6

JANGKA MENENGAH

  Kondisi Eksisting Nama No Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain Kawasan

  • - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  

Kondisi pengaman kebakaran

  • - Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area -

  Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area. - -

  2. Pembuangan limbah

  Barabai Kondisi Bangunan

  Luas lokasi Kepadatan penduduk -

  Darat

  51.91 Ha domestik terutama pada lokasi sebesar < 25%-50% bangunan tidak memiliki keteraturan. - - limbah rumah 151 jiwa/Ha. Jumlah Kepadatan bangunan 124 unit/Ha. - - penduduk tangga pada

  25%-50% Bangunan tidak layak huni Lokasi tidak memiliki 4.223 Jiwa saluran/drainase Kondisi Jalan Lingkungan potensi sosial - ekonomi tinggi yang

  Cakupan jalan lingkungan tidak memadai di 25%-50% luas area. potensial - dikembangkan Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area. Keseluruhan Lokasi -

  

Kondisi Drainase Lingkungan

  • - Memiliki Kejelasan Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 25%-50%% luas area Status Tanah Baik -

  Dalam Hal 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan Kepemilikan Maupun

  Kondisi Penyediaan Air Minum Izin Pemanfaatan

  • - Tanah Dari Pemilik SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-

  50% luas area Tanah ( Status Tanah - Legal ) LEGAL cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap

  • - 25%-50%

  Keseluruhan Lokasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah Berada Pada Zona

  • - Permukiman Sesuai pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area RTR ( Sesuai )

  LAPORAN AKHIR VII | 7

JANGKA MENENGAH

  Kondisi Eksisting Nama No Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain Kawasan

  • - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 25%-50% populasi

  Konsisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area -

  cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  

Kondisi pengaman kebakaran

  • - Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area -

  Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area. -

  • - 3. Pembuangan limbah

  Bukat Kondisi Bangunan

  Luas lokasi Kepadatan penduduk -

  11.32 Ha domestik terutama pada lokasi sebesar < - - 25%-50% bangunan tidak memiliki keteraturan. limbah rumah 151 jiwa/Ha. Jumlah Kepadatan bangunan 184 unit/Ha. - - penduduk tangga pada

  25%-50% Bangunan tidak layak huni Lokasi tidak memiliki 2.181 Jiwa saluran/drainase potensi sosial

  Kondisi Jalan Lingkungan

  • - ekonomi tinggi yang

  Cakupan jalan lingkungan tidak memadai di 25%-50% luas area. potensial

  • - dikembangkan Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area.

  

Kondisi Drainase Lingkungan

  • - Memiliki Kejelasan Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 25%-50%% luas area Status Tanah Baik -

  Keseluruhan Lokasi -

  Dalam Hal 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan Kepemilikan Maupun

  Kondisi Penyediaan Air Minum Izin Pemanfaatan

  • - Tanah Dari Pemilik SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-

  50% luas area Tanah ( Status Tanah - Legal ) LEGAL cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap

  LAPORAN AKHIR VII | 8

JANGKA MENENGAH

  116.5Jiwa Pembuangan limbah domestik terutama limbah rumah tangga pada saluran/drainase

  Keseluruhan Lokasi Memiliki Kejelasan Status Tanah Baik Dalam Hal Kepemilikan Maupun Izin Pemanfaatan

  Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial

  Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar <151 jiwa/Ha. -

  

Kondisi Penyediaan Air Minum

-

  Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 25%-50%% luas area

  • - 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan

  

Kondisi Drainase Lingkungan

-

  Kondisi Jalan Lingkungan

  • - Cakupan jalan lingkungan tidak memadai di 25%-50% luas area. - Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area.

  25%-50% Bangunan tidak layak huni

  Kondisi Bangunan

  • - 25%-50% bangunan tidak memiliki keteraturan. - Kepadatan bangunan 124 unit/Ha. -

  8.06 Ha - Jumlah penduduk

  LAPORAN AKHIR VII | 9

  Bungur

  • - Luas lokasi

  4. Munti &

  Keseluruhan Lokasi Berada Pada Zona Permukiman Sesuai RTR ( Sesuai )

  Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area

  • - Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area. -

  

Kondisi pengaman kebakaran

-

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  • - pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 25%-50% populasi

  25%-50%

  No Nama Kawasan Kondisi Eksisting Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain

  • - dikembangkan

JANGKA MENENGAH

  2.491 Jiwa 1.

  Keseluruhan Lokasi Memiliki Kejelasan Status Tanah Baik

  Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial

  Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 76%-100%% luas area

  • - Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar < 151 jiwa/Ha. -

  

Kondisi Drainase Lingkungan

-

  Kondisi Jalan Lingkungan

  • - Cakupan jalan lingkungantidak memadai di 25%-50% luas area. - Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area.

  25%-50% Bangunan tidak layak huni

  Kondisi Bangunan

  • - 75%-100% bangunan tidak memiliki keteraturan. - Kepadatan bangunan 250 unit/Ha. -

  2. Tidak adanya bak/kantong sampah.

  Pembuangan limbah domestik terutama limbah rumah tangga pada saluran/drainase.

  26.87 Ha - Jumlah penduduk

  LAPORAN AKHIR VII | 10

  Utara

  • - Luas lokasi

  5. Barabai

  Keseluruhan Lokasi Berada Pada Zona Permukiman Sesuai RTR ( Sesuai )

  Tanah Dari Pemilik Tanah ( Status Tanah Legal ) LEGAL -

  Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area

  • - Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area.

  

Kondisi pengaman kebakaran

-

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  • - pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 25%-50% populasi

  50% luas area - cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 25%-50%

  No Nama Kawasan Kondisi Eksisting Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain

  • - SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-

  • - dikembangkan

JANGKA MENENGAH

  Barabai Barat

  • - Luas lokasi

  Lokasi tidak memiliki potensi sosial ekonomi tinggi yang potensial dikembangkan

  Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar < 151 jiwa/Ha. -

  Kondisi Jalan Lingkungan

  • - Cakupan jalan lingkungantidak memadai di 25%-50% luas area. - Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area. -

  25%-50% Bangunan tidak layak huni

  Kondisi Bangunan

  • - 75%-100% bangunan tidak memiliki keteraturan. - Kepadatan bangunan 250 unit/Ha. -

  9.56 Ha Pembuangan limbah domestik terutama limbah rumah tangga pada saluran/drainase

  LAPORAN AKHIR VII | 11

  No Nama Kawasan Kondisi Eksisting Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain

  • - 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan

  Dalam Hal Kepemilikan Maupun Izin Pemanfaatan Tanah Dari Pemilik Tanah ( Status Tanah Legal ) LEGAL -

  Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area

  • - Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area.

  

Kondisi pengaman kebakaran

-

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  • - pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 76%-100% luas area - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 51%-75% populasi

  SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 51%- 75% luas area - cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 25%-50%

  

Kondisi Penyediaan Air Minum

-

  Keseluruhan Lokasi Berada Pada Zona Permukiman Sesuai RTR ( Sesuai ) 6.

JANGKA MENENGAH

  Keseluruhan Lokasi Berada Pada Zona Permukiman Sesuai RTR ( Sesuai )

  Lokasi tidak memiliki potensi sosial

  Kondisi Jalan Lingkungan

  • - Kepadatan penduduk pada lokasi sebesar < 151 jiwa/Ha. -

  25%-50% Bangunan tidak layak huni

  Kondisi Bangunan

  • - 25%-50% bangunan tidak memiliki keteraturan. - Kepadatan bangunan 137 unit/Ha. -

  1.223Jiwa Pembuangan limbah domestik terutama limbah rumah tangga pada saluran/drainase

  19.67 Ha - Jumlah penduduk

  Timur

  • - Luas lokasi

  7. Barabai

  LAPORAN AKHIR VII | 12

  No Nama Kawasan Kondisi Eksisting Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain

  Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area

  • - Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 51%-75% luas area. -

  

Kondisi pengaman kebakaran

-

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  • - pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 76%-100% luas area - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 51%-75% populasi

  SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 51%- 75% luas area - cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 25%-50%

  

Kondisi Penyediaan Air Minum

-

  Drainase lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 76%-100%% luas area

  • - 25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan

  

Kondisi Drainase Lingkungan

-

  Keseluruhan Lokasi Memiliki Kejelasan Status Tanah Baik Dalam Hal Kepemilikan Maupun Izin Pemanfaatan Tanah Dari Pemilik Tanah ( Status Tanah Legal ) LEGAL -

JANGKA MENENGAH

  • - dikembangkan

  LAPORAN AKHIR VII | 13

  No Nama Kawasan Kondisi Eksisting Karakteristik Kawasan Permasalahan Penilaian Kekumuhan Pertimbangan Lain

  • - Cakupan jalan lingkungan tidak memadai di 25%-50% luas area. - Kualitas jalan buruk pada 25%-50% luas area.

  Kondisi Drainase Lingkungan

  • - Drainas lingkungan tidak mampu mengatasi genangan minimal 25%-50%% luas area -

  25%-50% luas area tidak terlayani drainase lingkungan

  Kondisi Penyediaan Air Minum

  • - SPAM tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-

  50% luas area - cakupan pelayanan SPAM tidak memadai terhadap 25%-50%

  Kondisi Pengelolaan Air Limbah

  • - pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan air limbah tidak memadai terhadap 51%-75% populasi

  Kondisi Pengelolaan Persampahan

  • - Pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis di 25%-50% luas area - cakupan pengelolaan persampahan tidak memadai terhadapa 25%-50% populasi

  Kondisi pengaman kebakaran

  • - Pasokan air DAMKAR tidak memadai di 76%-100% luas area -

  Jalan lingkungan untuk DAMKAR tidak memadai di 76%-100% luas area. ekonomi tinggi yang potensial

  Keseluruhan Lokasi Memiliki Kejelasan Status Tanah Baik Dalam Hal Kepemilikan Maupun Izin Pemanfaatan Tanah Dari Pemilik Tanah ( Status Tanah Legal ) LEGAL -

  Keseluruhan Lokasi Berada Pada Zona Permukiman Sesuai RTR ( Sesuai )

  Sumber: Laporan Akhir RKP-KP Kab. HST. 2015

JANGKA MENENGAH

B. Kondisi Eksisting Permukiman Perdesaan, Permukiman Nelayan, Rawan Bencana, Perbatasan Dan Pulau Kecil

  Kawasan peruntukan permukiman di kabupaten Hulu Sungai Tengah seluas kurang lebih 9.413 Ha, meliputi: 1.

   Kawasan permukiman perkotaan seluas kurang lebih 3.321 Ha.

  Kawasan permukiman perkotaan adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, jumlah penduduk yang padat menduduki lahan yang relatif sempit dan dinamika kehidupan yang relatif tinggi dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah sekitarnya. Penggunaan lahan perkotaan (urban) termasuk didalamnya penggunaan lahan untuk perumahan/permukiman, kegiatan perdagangan/jasa, perusahaan/ industri dan fasilitas sosial yang terletak di kota kabupaten maupun kota-kota kecamatan. Luas rencana permukiman perkotaan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah seluas 3.321 Ha, dengan lokasi sebagai berikut :

  a. Kawasan Permukiman Perkotaan Barabai seluas kurang lebih 1.588 Ha;

  b. Kawasan Permukiman Perkotaan Batang Alai Selatan seluas kurang lebih 307 Ha; c.

  Kawasan Permukiman Perkotaan Batu Benawa seluas kurang lebih 103 Ha; d.

  Kawasan Permukiman Perkotaan Labuan Amas Selatan seluas kurang lebih 581 Ha; e. Kawasan Permukiman Perkotaan Pandawan seluas kurang lebih 317 Ha; f. Kawasan Permukiman Perkotaan Haruyan seluas kurang lebih 69 Ha; g.

  Kawasan Permukiman Perkotaan Labuan Amas Utara seluas kurang lebih 130 Ha;

  h. Kawasan Permukiman Perkotaan Batang Alai Utara seluas kurang lebih 130 Ha; i.

  Kawasan Permukiman Perkotaan Hantakan seluas kurang lebih 45 Ha; j. Kawasan Permukiman Perkotaan Batang Alai Timur seluas kurang lebih 12 Ha; k.

  Kawasan Permukiman Perkotaan Limpasu seluas kurang lebih 39 Ha.

2. Kawasan permukiman perdesaan seluas kurang lebih 6.092 Ha.

  Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas atau hampir tidak ada, kawasan dengan ciri dan karakteristik Sifat dan karakteristik lingkungan permukiman yang masih mencirikan tata dan lingkungan kehidupan rural. Luas penggunaan ruang untuk perumahan di lingkungan permukiman pedesaan ini adalah 500 m

  2 .

JANGKA MENENGAH

  Interaksi pergerakan di lingkungan permukiman masih rendah dan sangat dipengaruhi oleh interaksi hubungan eksternal.

  Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di pergunungan dataran tinggi dan dataran rendah. Setiap lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai karakter masing-masing. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi kegiatan, pengembangan permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan sebagian hortikultura, dan pariwisata. Kawasan ini berada di sebagian Batang Alai Timur. Pada kawasan ini perkembangan permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

  Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah, umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campur, termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan pengunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun. Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan terbangun. Lokasi kawasan ini terletak di seluruh Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

  Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

  Kawasan permukiman perdesaan Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi seluruh kawasan permukiman di luar kawasan permukiman perkotaan di tiap-tiap kecamatan, yaitu: a.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Barabai seluas kurang lebih 376 Ha; b.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Batang Alai Selatan seluas kurang lebih 725 Ha; c. Kawasan Permukiman Perdesaan Batu Benawa seluas kurang lebih 491 Ha;

  d. Kawasan Permukiman Perdesaan Labuan Amas Selatan seluas kurang lebih 627 Ha;

  e. Kawasan Permukiman Perdesaan Pandawan seluas kurang lebih 904 Ha; f.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Haruyan seluas kurang lebih 471 Ha; g.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Labuan Amas Utara seluas kurang lebih 984 Ha; h. Kawasan Permukiman Perdesaan Batang Alai Utara seluas kurang lebih 550 Ha;

JANGKA MENENGAH

  i. Kawasan Permukiman Perdesaan Hantakan seluas kurang lebih 249 Ha; j.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Limpasu seluas kurang lebih 317 Ha.

  Tantangan pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain:

  1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

  2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

  3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial. Potensi pengembangan permukiman pada tingkat nasional antara lain: 1.

  Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta Karya sektor Pengembangan Permukiman.

  Kawasan Permukiman Perdesaan Batang Alai Timur seluas kurang lebih 397 Ha; k.

C. Potensi Dan Tantangan Pengembangan Kawasan Permukiman

3. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.

  2. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

  3. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

  4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya, khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah.

  5. Pemahaman pemerintah daerah yang masih rendah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah.

  Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal dan daerah terpencil.

  5. Penguatan Sinergi RP2KP/RTBL KSK dalam Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya pada Kabupaten/Kota. Sedangkan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu: 1.

  4. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

JANGKA MENENGAH

Tabel 7.2 Potensi dan Tantangan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Barabai No Potensi Tantangan

  Adapun Potensi dan tantangan kawasan permukiman kumuh perkotaan Barabai di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, adalah sebagai berikut:

  1. Kawasan Kumuh Barabai Utara

  • Berada pada kawasan fungsional perkotaan
  • Berada dekat dengan fungsional kawasan kegiatan ekonomi (Pasar Barabai)
  • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat
  • Berada pada daerah cekungan sehingga selalu menggenang
  • sebagian jalan rusak
  • saluran drainase tidak berfungsi dengan baik
  • belum memiliki sistem persampahan yang baik

  Barabai

  • Berpotensi untuk pengembangan dibidang jasa-perdagangan
  • Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
  • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat
  • memiliki pelayanan sarana yang cukup baik karena merupakan kawasan permukiman
  • Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
  • Merupakan kawasan permukiman kumuh terluas di Kab. Hulu Sungai Tengah - Rawan terjadi Kebakaran - Merupakan daerah genangan
  • belum memiliki sistem persampahan yang baik
  • Kondisi jalan kurang baik

  2. Kawasan Kumuh Barabai Darat

  3. Kawasan Kumuh Barabai Timur

  • Kawasan perumahan yang belum terlalu padat
  • saluran drainase tidak berfungsi maksimal
  • belum memiliki sistem persampahan yang baik
  • >Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
  • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat
  •   4. Kawasan Kumuh Sungai Barabai

    • telah terbentuk kelembagaan masyarakat
    • Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
    • merupakan kawasan rawan bencana banjir
    • kawasan permukiman berada pada kawasan sempadan sungai
    • belum memiliki sistem persampahan yang baik

      5. Kawasan Kumuh Munti dan Bungur

    • telah terbentuk kelembagaan masyarakat
    • >Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
    • merupakan kawasan rawan bencana banjir
    • kawasan permukiman berada pada kawasan sempadan sungai

    JANGKA MENENGAH

      No Potensi Tantangan

    • belum memiliki sistem persampahan yang baik

      6. Kawasan Kumuh Barabai Barat

    • Berada pada kawasan fungsional perkotaan
    • Berada dekat dengan fungsional kawasan kegiatan ekonomi (Pasar Barabai)
    • Berpotensi untuk pengembangan dibidang jasa-perdagangan
    • Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
    • Telah terbentuk kelembagaan masyarakat
    • belum memiliki sistem persampahan yang baik
    • saluran drainase belum berfungsi maksimal sehingga rawan terjadi genangan
    • kawasan rawan kebakaran

      Barabai

      7. Kawasan Kumuh Bukat

    • telah terbentuk kelembagaan masyarakat
    • Memiliki infrastruktur pendukung aktivitas kegiatan
    • merupakan kawasan rawan bencana banjir
    • kawasan permukiman berada pada kawasan sempadan sungai
    • belum memiliki sistem persampahan yang baik Sumber: Laporan Akhir RKP-KP Kab. HST. 2015 D.

       Pemetaan Dan Evaluasi Program, Perkotaan Dan Perdesaan

      Rencana penanganan adalah proses sistematisasi dan dokumentasi hasil-hasil dari kegiatan SKS, penilaian kampung sendiri, prioritasi masalah dan perencanaan partisipatif dalam bentuk dokumen Rencana Aksi Masyarakat (CAP). Materi yang terdapat dalam draft Dokumen Perencanan Masyarakat meliputi: 1.

      Profil permukiman yang berisi kondisi wilayah, kondisi demografi, dan sejarah permukiman.

      2. Profil potensi dan permasalahan permukiman. Profil pemangku kepentingan masyarakat. Rumusan kebutuhan penanganan.

      3. Rumusan komponen yang akan dibangun (permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan maupun komponen sektor terkait lainnya).

      4. Rencana aksi masyarakat disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional (jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi, dan pelaku). Dalam perumusan progam penanganan pada kawasan permukiman prioritas dibutuhkan beberapa tahapan kegiatan, yaitu Tahap Kajian dan Perumusan I, Tahap FGD, dan Tahap

      Perumusan II hingga tersusunnya Rencana Aksi Penanganan Permukiman Kumuh di Kabupaten

    JANGKA MENENGAH

      Hulu Sungai Tengah. Berikut merupakan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mencapai progam penanganan dan rencana penanganan kawasan prioritas utama:

    A. TAHAP KAJIAN DAN PERUMUSAN I

       Kajian/Pemutakhiran Profil Kegiatan ini adalah untuk melakukan kajian kebijakan dan strategi penanganan permukiman kumuh, kajian hasil survey dan verfikasi serta kajian hasil kegiatan SKS. Dari hasil kajian tersebut dilakukan pemutakhiran terhadap profil permukiman kumuh kota dan profil kawasan kumuh.

       Penilaian Kampung Sendiri Dengan memperhatikan hasil overview kebijakan penanganan kumuh untuk kawasan yang bersangkutan, masyarakat didampingi oleh Fasilitator Pendamping Masyarakat melakukan Penilaian Kampung Sendiri. Kegiatan ini berupa menyusun daftar permasalahan dan pemetaan kondisi permukiman serta menyusun akar masalah permukiman untuk mendapatkan pendekatan dan metode penanganan yang tepat.

       Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan Kumuh Perkotaan Perumusan Konsep dan Strategi Penanganan merupakan rencana konseptual penataan kawasan permukiman kumuh untuk mencapai 0% kumuh di tahun 2019 serta keberlanjutan penanganan pada tahun-tahun berikutnya. Konsep dan strategi ini memuat visi, misi, dan tujuan penanganan kawasan permukiman kumuh, tahapan penanganan kawasan secara spasial, langkah-langkah strategis yang dilakukan beserta identifikasi kebutuhan penanganan kawasan kumuh perkotaan yang akan dilakukan.

       Penyusunan Prioritas Kebutuhan Dengan memperhatikan hasil kegiatan 3.3. Penyusunan Konsep dan Strategi Penanganan Kumuh Perkotaan, selanjutnya masyarakat menyusun prioritas masalah serta prioritas alternatif pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan penanganan permukiman kumuh di lingkungannya. Hasil penyusunan prioritas kebutuhan masyarakat ini akan menjadi salah satu bahan masukan bagi Pokjanis.

       Penyusunan Program dan Rencana Kegiatan Konsep, strategi dan program-program penanganan kemudian diturunkan menjadi lebih rinci dan operasional dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang direncanakan akan dilaksanakan dalam rentang waktu dan tahun pelaksanan yang lebih rinci selama 5 tahun (tahun 2015-2019) untuk mencapai 0% Kumuh tahun 2019.

    JANGKA MENENGAH

       Perencanaan Partisipatif Kegiatan perencanaan partispatif adalah rembuk masyarakat yang melibatkan berbagai komponen dan perwakilan masyarakat. Dalam kegiatan ini dibahas hasil kegiatan Survey Kampung Sendiri (SKS), penilaian serta penyusunan prioritas kebutuhan. Kegiatan ini merumuskan metode penanganan permukiman kumuh skala lingkungan yang paling tepat dan implementatif sesuai dengan kebutuhan sektor keterpaduan pelaksanaan program, serta dampak yang ditimbulkan dari dilaksanakannya/indikasi implementasi program penanganan kumuh perkotaan. Hasil dari perencanan partisipatif menjadi salah satu masukan untuk kegiatan Perumusan Memorandum Program Ke-Cipta karya-an.

    B. TAHAP FGD DAN PERUMUSAN II

       Perumusan Memorandum Program Pembangunan Ke-Ciptakarya-an Kegiatan perumusan memorandum program pembangunan Ke-Cipta Karya-an merupakan perencanaan investasi lima tahun sektor ke-Cipta Karyaan yang terkait dengan penanganan permukiman kumuh perkotaan untuk mencapai target 0% kumuh di 2019, yang meliputi: program jangka menengah, indikasi program investasi yang melibatkan lintas sektoral, penggalangan dana, penyiapan investasi serta pembiayaan reguler ke- Cipta Karya-an. Kegiatan ini dikoordinir oleh Satker Randal Provinsi bekerjasama dengan Satker Sektoral Ditjen Cipta Karya lainnya, Tim Teknis Provinsi dan Pokjanis.

       Perumusan Draft Dokumen Perencanaan Aksi Masyarakat Kegiatan ini adalah proses sistematisasi dan dokumentasi hasil-hasil dari kegiatan SKS, penilaian kampung sendiri, prioritasi masalah dan perencanaan partisipatif dalam bentuk dokumen Rencana Aksi Masyarakat (CAP). Materi yang terdapat dalam draft Dokumen Perencanan Masyarakat meliputi:

      1. Profil permukiman yang berisi kondisi wilayah, kondisi demografi, dan sejarah permukiman.

      2. Profil potensi dan permasalahan permukiman. Profil pemangku kepentingan masyarakat. Rumusan kebutuhan penanganan.

      3. Rumusan komponen yang akan dibangun (permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan maupun komponen sektor terkait lainnya).

      4. Rencana aksi masyarakat disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional (jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi, dan pelaku).

    JANGKA MENENGAH

       FGD/Forum Konsolidasi Kegiatan ini merupakan media diskusi hasil penyusunan pembahasan konsep dan strategi penanganan permukiman kumuh yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Kegiatan ini juga sebagai media untuk mendapat masukan kritis dan tanggapan atas konsep-konsep penanganan permukiman kumuh, data dan informasi yang sudah disusun. Tahap FGD dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan perkuatan Kelompok Swadaya Masyarakat dan Tim Teknis Pemerintah Kabupaten/Kota berkaitan dengan kegiatan Perencanaan Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan meliputi: 1.

      Pelaksanaan FGD dilakukan minimal 1 (satu) kali selama masa pelaksanaan kegiatan ini.

      2. FGD diadakan untuk memberikan pemahaman yang berkaitan dengan kebijakan, penetapan kawasan prioritas kumuh, kesadaran terhadap lingkungan kumuh, dukungan infrastruktur ke-Cipta Karya-an, strategi dan pola penanganan permukiman kumuh, penyusunan dokumen CAP, dan metode dokumentasi kegiatan.

      3. Dilaksanakan untuk mencapai kesepakatan lintas pemangku kepentingan terhadap strategi dan indikasi program/ kegiatan penanganan kumuh di kawasan-kawasan prioritas.

    C. TAHAP FINALISASI

       Rencana Aksi Masyarakat/CAP Penyusunan rencana aksi program penanganan dan pembangunan permukiman ini dilakukan dengan model pembangunan berbasis kawasan dan pendekatan perencanaan partisipatif bersama masyarakat/Community Actin Plan (CAP). Rencana aksi program yang dihasilkan meliputi permukiman dan infrastruktur permukiman perkotaan maupun komponen sektor terkait lainnya, dan disusun sampai dengan tingkat kedalaman yang bersifat operasional (jenis/komponen, volume, kegiatan, lokasi, dan pelaku).

    Tabel 7.3 Tahapan Dokumen Rencana Aksi

      TUJUAN  Menyusun rencana aksi masyarakat penanganan permasalahan pembangunan pada kawasan permukiman kumuh meliputi jenis/komponen, volume, lokasi, dan pelaku

      METODE  Analisis hasil SKS, analisis dan pemetaan stakeholder, analisis pembiayaan, pendekatan partisipatif, dan FGD

    JANGKA MENENGAH

      LANGKAH  Sistematisasi seluruh hasil-hasil dari rangkain proses kegiatan di tingkat masyarakat yang disusun dalam dokumen perencanaan yang komprehensif seuai dengan substansi yang diwajibkan.

       Diskusi pembahasan Dokumen CAP sebelum di cetak final. OUTPUT  Profil umum lingkungan kumuh.  Potensi dan permasalahan permukiman di lingkungannya.  Konsep dan strategi penanganan kumuh di lingkungannya.  Rencana aksi program penanganan kumuh selama 5 tahun.  Dokumen spasial terkait dengan konsep, rencana penanganan, rencana aksi program di lingkungannya dalam skala 1 : 1000. PELAKSAN

       Koordinator Kota/Askot/Fasilitator Pendamping Masyarakat A  BKM/KSM  Tim Inti Perencanaan Partisipatif DURASI  2 minggu, minggu ke 1 hingga ke 2 bulan ke 6

      Sumber : Pedoman Penyusunan Dokumen RKPKP, 2015

    Tabel 7.4 Identifikasi Program Kegiatan dan Rencana Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh No. Aspek RPIJM

      1 Penataan Bangunan Gedung

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      2 Penataan Jalan Lingkungan

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      3 Penataan Drainase Lingkungan

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      4 Pengelolaan Air Bersih dan Air Minum

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      5 Pengelolaan Air Limbah dan Sanitasi

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      6 Pengelolaan Persampahan

      a. Aspek Fisik

    JANGKA MENENGAH

      No. Aspek RPIJM

      b. Aspek Nonfisik

    7 Proteksi dan Pemadaman Kebakaran

      a. Aspek Fisik

      b. Aspek Nonfisik

      Sumber: Laporan Akhir RKP-KP 2015

      7.1.2 Sasaran Program Goals progam penanganan kawasan permukiman yaitu meningkatkan kualitas permukiman

      kumuh seluas 38.431 Ha, Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman perdesaan di 5.238 Kawasan dan Pembangunan dan pengembangan kawasan perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar di 86 Kawasan serta pembangunan dan pengembangan kawasan rawan atau paska bencana di 63 Kawasan. Sementara sasaran strategis dalam hal ini merupakan kondisi yang hendak dicapai secara nyata oleh Kabupaten Hulu Sungai Tengah sesuai dengan target RPJMN 2015-2019 yaitu: a.

      Pembangunan Rumah layak huni, yang diantaranya rumah umum tapak layak huni yang difasilitasi melalui bantuan PSU rumah umum sebanyak 676.950 unit.

      b.

      Fasilitasi bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya sebanyak 250.000 unit. 


      c.

      Fasilitasi bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya sebanyak 1.500.000 unit.

      d.

      Pembangunan Rumah Khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan perbatasan negara yang dilengkapi PSU pendukung sebanyak 50.000 unit. 
 e. Pembangunan Rumah Susun untuk MBR yang dilengkapi dengan PSU pendukungnya sebanyak 550.000 unit.