13.30.0001 Theresita Maria Nuri Praviani BAB IV

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

  4.1 Gambaran Umum Responden

  Dari hasil brainstorming dengan 3 responden yang berjenis kelamin wanita dan dari penyebaran kuesioner kepada 15 responden yang berjenis kelamin wanita diperoleh gambaran umum responden sebagai berikut:

Tabel 4.1. Gambaran Umum Responden Tahap Idea Generation No. Usia Frekuensi Jumlah Presentase responden

  1. 21 - 30 tahun

  2

  3

  67 2. 31 - 40 tahun

  1

  3

  33 3. > 40 tahun

  3 Sumber: Data Primer yang Diolah (2017) Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui responden yang berusia 21-30 tahun ada 2 orang dengan tingkat presentase 67% dan sisanya berusia 31-40 tahun.

Tabel 4.2. Gambaran Umum Responden Tahap Opportunity Recognition,

  Development, dan Commercialization No. Usia frekuensi Jumlah Presentase responden

  1. 21-30 tahun

  11

  15

  73 2. 31-40 tahun

  3

  15

  20 3. > 40 tahun

  1

  15

  7 Sumber: Data Primer yang Diolah (2017) Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui sebagian besar responden berusia

  21-30 tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat presentase di rentang usia 21-30 tahun yakni sebesar 73%.

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan

  Pada bagian ini dilakukan analisis terhadap masing-masing tahap dalam proses inovasi tas bayi.

4.2.1 Tahap Idea Generation

  Pada tahap ini dilakukan penggalian ide-ide dengan cara

  brainstorming. Di awal proses brainstorming ini peneliti mengunjungi

  klinik dokter anak dr. Hapsari di jalan Kagok untuk bertemu 3 ibu yang bersedia menjadi peserta brainstorming dan ketiga ibu tersebut adalah ibu Fitri (25 tahun), ibu Sarah (32 tahun), dan ibu Lita (29 tahun). Kemudian setelah peserta brainstorming terkumpul, peneliti memberikan arahan kepada peserta brainstorming dengan menjelaskan mengenai brainstorming serta topik dalam brainstorming ini. Topik dalam brainstorming ini adalah menciptakan sebuah inovasi tas bayi dengan model alas waterproof menyatu dibagian tas. Dari topik yang sudah dipaparkan kemudian dilakukan penggalian ide mengenai desain, bahan tas dan bahan oleh peserta brainstorming dan ide yang muncul dicatat. Dalam penggalian ide-ide cukup menghabiskan banyak waktu khususnya pada saat menggali ide desain karena disini peserta

braistorming benar-benar merancang desain tas yang simpel.

  Kemudian gagasan-gagasan mengenai desain tas bayi yang dilontarkan oleh peserta braistorming adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil brainstorming untuk penggalian ide desain Nama Desain

  Ibu Fitri 1.

  Alas waterproofnya dibelakang tas dan (25 tahun) terdapat perekat.

2. Alas waterproofnya di depan tas dan sekaligus sebagai penutup tas.

  Ibu Lita 1.

  Alas waterproofnya dibelakang tas dan diberi (29 tahun) penutup alas.

  Ibu Sarah 1.

  Alas waterproofnya dibelakang tas dan alas (32 tahun) dapat digunakan sebagai penutup tas.

  Sumber: Data primer yang diolah (2017) Gagasan-gagasan mengenai bahan tas yang dilontarkan peserta

  brainstorming adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4. Hasil brainstorming untuk penggalian ide bahan tas Nama Desain

  Ibu Fitri Bahan luar tas dari polyester dan bahan dalam tas (25 tahun) dari busa. Ibu Lita Bahan luar tas dari nylon dan bahan dalam tas (29 tahun) dari busa. Ibu Sarah Bahan luar tas dari katun jepang dan bahan dalam (32 tahun) tas dari busa. Sumber: Data primer yang diolah (2017) Gagasan-gagasan mengenai bahan alas yang dilontarkan oleh peserta

  brainstorming adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5. Hasil brainstorming untuk penggalian ide bahan alas Nama Desain

  Ibu Fitri (25 tahun)

  Bahan luar alas dari parasut dan bahan dalam alasnya dari busa. Ibu Lita (29 tahun)

  Bahan luar alas dari perlak dan bahan dalam alasnya dari busa. Ibu Sarah (32 tahun)

  Bahan luar alas dari kulit sintetis dan bahan dalam alasnya dari busa. Sumber: Data primer yang diolah (2017)

Gambar 4.1 Kegiatan brainstorming dengan para ibu yang memiliki bayi

  Dari banyaknya ide yang diperoleh kemudian dilakukan pemeringkatan dengan membuat distribusi frekuensi. Berikut adalah hasil pemeringkatan ide:

Tabel 4.6. Pemeringkatan ide hasil brainstorming No. Keterangan Frekuensi Jumlah Presentase Peringkat

  partisipan Jawaban

  1. Desain yang diinginkan untuk inovasi tas bayi:

  A. Desain inovasi

  2

  3

  67

  1 tas bayi yang alas waterproofnya dibelakang tas dan terdapat perekat.

  B. Desain inovasi

  3 tas bayi yang alas waterproofnya dibelakang tas dan terdapat penutup alas.

  C. Desain inovasi

  1

  3

  33

  2 tas bayi yang alas waterproofnya dibelakang tas dan alas dapat digunakan sebagai penutup tas.

  • 3. Bahan tas yang diinginkan untuk inovasi tas bayi:

  3

  1

  Nylon dengan busa tas.

  c.

  Polyester dengan busa tas.

  b.

  1 a. Katun jepang dengan busa tas.

  2

  67

  33

  3

  3

  D. Desain inovasi tas bayi yang alas waterproofnya di depan tas.

  3 33,3 33,3 33,3

  3

  3

  1

  1

  1

  1) unik dan lebih bermanfaat karena alasnya dapat digunakan sebagai penutup tas.

  Desain A 1) lebih simpel 2) lebih praktis b. Desain C

  2. Alasan anda memilih desain tersebut: a.

  3

  2

  4. Alasan anda memilih bahan tersebut: a.

  Bahan Katun

  1 3 33,3 - 1) Karena bahan katun lebih halus, ringan, banyak motifnya.

  b.

  Bahan Polyester 1) Karena 1 33,3 -

  3 polyester cenderung tidak bercorak. 2) Lebih tebal.

  1 3 - 33,3

  5. Bahan alas yang diinginkan untuk inovasi tas bayi: a.

  1

  3

  33

  2 Perlak dengan busa.

  b.

  2

  3

  67

  1 Parasut dengan busa.

  c.

  3 Kulit sintetis dengan busa.

  6. Alasan anda memilih bahan tersebut: a.

  Perlak dengan busa

  1

  3

  33 - 1) karena lebih tebal dan lebih nyaman untuk bayi.

  b.

  Parasut dengan busa

  2

  3

  67 - 1) karena lebih ringan, sehingga mudah dibawa. Sumber: Data primer yang diolah (2017)

  Kemudian dari tabel 4.6 dilakukan diskusi untuk memilih ide yang memungkinkan. Berdasarkan hasil diskusi, ide yang dipilih untuk dikembangkan adalah ide yang memiliki 2 peringkat tertinggi. Dari segi desain, ide yang memiliki 2 peringkat tertinggi adalah desain A dan desain C. Dari segi bahan tas adalah polyester dan katun jepang.

  Kemudian dari segi bahan alas adalah parasut dan perlak.

4.2.2 Tahap Opportunity Recognition

  Pada tahap kedua ini dilakukan pengenalan peluang untuk mewujudkan inovasi tas bayi dengan model alas waterproof menyatu dibagian tas. Terdapat dua cara untuk mengenali peluang dalam penelitian ini, yaitu: melalui kuesioner (untuk melihat peluang eksternal), dan melalui wawancara tidak terstruktur (untuk melihat peluang internal). Berikut adalah hasil peluang eksternal yang diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada 15 orang responden:

Tabel 4.7. Hasil peluang eksternal No. Keterangan Frekuensi Jumlah Presentase Responden Jawaban

  1. Apakah selalu membawa tas bayi? a.

  15 15 100

a. Ya

  b. Tidak

  15

  2. Perlu dilakukan inovasi pada tas bayi? a.

  13

  15

  87 Ya b.

  2

  15

  13 Tidak

  3. Apakah pernah mengetahui inovasi tas bayi dengan model alas

  waterproof menyatu

  dibagian tas? a.

  15 Ya b.

  15 15 100 Tidak

  4. Jika inovasi tas bayi dengan model alas menyatu dibagian tas direalisasikan, desain tas bayi yang diminati: a.

  12

  15

  80 Desain inovasi tas bayi yang alas

  waterproof nya

  dibelakang tas dan terdapat perekat.

  b.

  3

  15

  20 Desain inovasi tas bayi yang alas

  waterproof nya

  dibelakang tas dan alas dapat digunakan sebagai penutup tas.

  5. Jika inovasi tas bayi dengan model alas menyatu dibagian tas direalisasikan, bahan tas yang diminati: a.

  11

  15

  73 Katun jepang dengan busa tas.

  b.

  4

  15

  27 Polyester dengan busa tas.

  6. Jika inovasi tas bayi dengan model alas menyatu dibagian tas direalisasikan, bahan alas yang diminati: a.

  2

  15

  13 Perlak dengan busa b.

  13

  15

  87 Parasut dengan busa

  7. Ketertarikan responden untuk membeli produk inovasi tas bayi ini: S a.

  12

  15

  80 Tertarik u b.

  3

  15

  20 Tidak tertarik m

  8. Harga yang sesuai untuk b sebuah produk inovasi e tas bayi: r a.

  11

  15

  73 Rp 200.000 - Rp :

  250.000 b.

  4

  15

  27 Rp 251.000 - Rp 300.000

  S c.

  15 > Rp 300.000 u

  Sumber: Data primer yang diolah (2017) Berdasarkan tabel 4.7, seluruh responden selalu membawa tas bayi ketika bepergian bersama bayinya (100%). Sebagian besar responden menganggap perlu dilakukan inovasi pada tas bayi (87%).

  Alasan responden mengganggap perlu dilakukan inovasi pada tas bayi adalah supaya lebih modern, lebih praktis, memudahkan penggunanya, dan supaya lebih banyak macamnya lagi. Kemudian seluruh responden tidak pernah mengetahui inovasi tas bayi dengan model alas waterproof menyatu dibagian tas (100%).

  Sebagian besar responden (80%) menganggap bahwa desain A lebih diminati.

  Adapun alasan responden menganggap desain A lebih diminati, karena desain A lebih simpel.

  Sebagian besar responden menganggap bahwa tas bayi yang berbahan katun jepang lebih diminati (73%). Alasan responden menganggap tas bayi yang berbahan katun jepang diminati, karena bahan katun banyak motifnya sehingga terlihat lebih menarik, lembut, lentur, ringan, halus.

  Sebagian besar responden menganggap bahwa alas yang berbahan parasut dengan busa lebih diminati (87%). Adapun alasan responden menganggap bahan parasut dengan busa lebih diminati, karena bahan parasut dengan busa lebih ringan, mudah dibawa, mudah dilipat.

  Sebagian besar responden tertarik membeli (80%), dan sebagian besar responden menginginkan jika harga produk inovasi tas bayi ini sekitar Rp 200.000 – Rp 250.000 (73%).

  Kemudian hasil peluang internal dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.8. Hasil peluang internal No. Keterangan Ketersediaan Bahan Baku dan Biaya Bahan baku Kemampuan Teknik

  1. Desain tas a.Desain A -

  Tali tas mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 3.000/m.

  • Secara teknis desain A dapat dibuat.
  • Resleting tas mudah didapat di toko perlengkapan
menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 2.000/biji.

  • mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 4.000/pasang.

  Aksesoris tali tas

  • didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 5.000/m.

  Perekat mudah

  • didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 2.000/lembar.

  Duplex mudah

  b.Desain B - Tali tas mudah Secara teknis

  • didapat di toko desain B dapat perlengkapan dibuat. menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 3.000/m.
  • Resleting tas mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 2.000/biji.

  • Aksesoris tali tas mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 4.000/pasang.
  • Perekat mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 5.000/m.
  • Duplex mudah didapat di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yakni Rp 2.000/lembar.

  2. Bahan tas

  Katun Bahan katun Secara teknis jepang jepang tersedia di katun jepang dengan busa toko-toko kain di dengan busa tas tas kota Semarang dan dapat diolah. harganya cukup terjangkau yaitu Rp 40.000/meter. Busa tas tersedia di

  • toko-toko khusus perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yaitu Rp 12.000/m.
  • Polyester Bahan polyester Secara teknis dengan busa tersedia di toko- polyester tas. toko kain di kota dengan busa

  Semarang dan tidak dapat harganya cukup diolah, sebab terjangkau yaitu bahan polyester Rp 40.000/meter. tebal dan membutuhkan

  • mesin jahit toko-toko khusus perlengkapan khusus. menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yaitu Rp 12.000/m.

  Busa tas tersedia di

  3. Bahan alas

  Parasut Kain parasut Secara teknis dengan busa tersedia di toko- parasut dengan toko kain di kota busa dapat Semarang dan diolah. harganya cukup terjangkau yaitu Rp 18.500/meter. Busa tersedia di

  • toko-toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yaitu Rp 15.000/meter.
  • Secara teknis Perlak Kain perlak dengan tersedia di toko- perlak dengan busa. toko kain di kota busa tidak

  Semarang dan dapat diolah, harganya cukup sebab bahan mahal yaitu perlak tebal dan Rp 30.000/meter. membutuhkan

  • Busa tersedia di mesin jahit toko-toko khusus. perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau yaitu Rp 15.000/meter.

  Sumber: Data primer yang diolah (2017) Berdasarkan tabel 4.8, bahan baku yang dibutuhkan untuk desain

  A dan desain B tersedia di toko perlengkapan menjahit di kota Semarang dan harga barang baku cukup terjangkau. Kemudian kemampuan teknik untuk desain A dan desain B tidak ada masalah.

  Bahan tas yang dibutuhkan juga tersedia di toko-toko kain di kota Semarang dan harganya cukup terjangkau. Kemudian bahan tas yang dapat diolah yakni katun jepang dengan busa saja, sebab bahan tersebut tidak tebal sehingga dapat dijahit mesin jahit biasa.

  Semua bahan alas tersedia di toko-toko kain di kota Semarang dan yang harganya terjangkau yakni bahan parasut dengan busa.

  Kemudian bahan alas yang dapat diolah yakni parasut dengan busa, sebab bahan tersebut tidak tebal sehingga dapat dijahit mesin jahit biasa.

4.2.3 Tahap Idea Evaluation

  Pada tahap ketiga ini dilakukan evaluasi terhadap ide-ide sehingga diperoleh ide tunggal. Evaluasi dilakukan dengan cara menyelaraskan ide dengan kriteria-kriteria yang didapat dari tahap

  opportunity recognition . Berikut hasil yang diperoleh pada tahap ini:

Tabel 4.9. Penyelarasan Ide dengan Kriteria-kriteria No. Ide Kriteria Kriteria Keterangan

  Eksternal Internal

  Desain

  1. Desain A Desain yang Bahan baku yang Ide dapat paling tersedia: dilanjutkan, diminati - Tali tas. karena ide yakni desain - Resleting tas. selaras A - Aksesoris tali dengan tas. kriteria-

  • Perekat. kriteria yang
  • Duplex. ada baik Bahan baku yang kriteria harganya eksternal terjangkau: maupun
  • Tali tas. kriteria - Resleting tas. internal.
  • Aksesoris tali tas.
  • Perekat.
  • Duplex Kemampuan teknik:
  • Penjahit dapat membuat tas bayi dengan menggunakan kedua desain.

  2. Desain B Bahan baku yang Ide tidak Desain yang

  • paling tersedia: dapat diminati dilanjutkan, Tali tas.
  • yakni karena tidak Resleting tas.
  • desain A selaras

  Aksesoris tali tas. dengan

  • kriteria Perekat.
  • eksternal.

  Duplex. Bahan baku yang harganya terjangkau: Tali tas.

  Resleting tas.

  • Aksesoris tali
  • tas.

  Perekat.

  • Duplex.
  • Kemampuan teknik:
  • membuat tas bayi dengan menggunakan kedua desain.

  Penjahit dapat

  Bahan tas

  1. Katun Bahan tas Bahan baku yang Ide dapat jepang yang paling tersedia: dilanjutkan, dengan busa diminati - karena ide

  Katun jepang tas. adalah katun dengan busa selaras jepang tas. dengan dengan busa kriteria-

  • tas. dengan busa kriteria yang tas. ada baik

  Polyester

  Bahan baku yang kriteria harganya eksternal terjangkau: maupun kriteria

  • dengan busa internal. tas.

  Katun jepang

  • dengan busa tas.

  Polyester

  Kemampuan teknik: Penjahit hanya

  • dapat membuat tas dari bahan katun jepang dengan busa tas.

  2. Polyester Bahan tas Bahan baku yang Ide tidak dengan busa yang paling tersedia: dapat tas. diminati - Katun jepang dilanjutkan, adalah katun dengan busa karena ide jepang tas. tidak selaras dengan busa - Polyester dengan tas. dengan busa kriteria- tas. kriteria yang Bahan baku yang ada. harganya terjangkau:

  • Katun jepang dengan busa tas.
  • Polyester dengan busa tas.

  Kemampuan teknik: Penjahit hanya

  • dapat membuat tas dari bahan katun jepang dengan busa.

  Bahan alas

  1. Parasut Bahan alas Bahan baku yang Ide dapat dengan busa yang paling tersedia: dilanjutkan,

  • diminati karena ide

  Parasut adalah dengan busa. selaras parasut dengan

  • dengan busa. busa. kriteria

  Perlak dengan

  Bahan baku yang eksternal harganya maupun terjangkau: kriteria - internal.

  Parasut dengan busa. Kemampuan teknik:

  • hanya dapat membuat alas dari parasut dengan busa.

  Penjahit

  2. Perlak Bahan alas Bahan baku yang Ide tidak dengan busa yang paling tersedia: dapat diminati - Parasut dilanjutkan, adalah dengan busa. karena ide parasut - Perlak dengan tidak selaras dengan busa. busa. dengan

  Bahan baku yang kriteria- harganya kriteria yang terjangkau: ada.

  • Parasut dengan busa.
  • Penjahit hanya dapat membuat alas dari parasut dengan busa.

  Sumber: Data primer yang diolah (2017) Dari hasil penyelarasan ide dengan kriteria-kriteria, maka ide yang lanjut ke tahap development adalah desain A, bahan tas dari katun jepang dengan busa, serta alas dari parasut dengan busa.

  Pada tahap development ini, ide yang lanjut akan dikembangkan menjadi produk jadi. Berikut tahapannya:

  Desain awal produk inovasi tas bayi dengan model alas

  

waterproof menyatu dibagian tas adalah sebagai berikut:

  a) Desain tas yang digunakan adalah desain A.

  b) Tas bayi dibuat dari katun jepang dengan busa tas.

  c) Alas dibuat dari parasut dengan busa.

  Kemampuan teknik:

4.2.4 Tahap Development

1. Pembuatan desain awal

Gambar 4.2 Desain awal produk inovasi tas bayi yang terdapat alas waterproof menyatu dibagian tas 2.

  Pembuatan prototype

  Prototype dibuat sesuai dengan desain awal. Adapun bahan-bahan

  yang dibutuhkan untuk membuat prototype, antara lain: Tali tas - Busa tas - Merek

  • Aksesoris tali tas - Kain parasut
  • Resleting tas - Busa untuk alas
  • Perekat - Duplex -
  • Kemudian semua bahan tersebut dibawa ke jasa tukang jahit untuk diolah menjadi prototype. Berikut ini adalah proses pembuatan

  Katun jepang motif - Katun jepang polos

  prototype :

  1) Buat pola tas sesuai dengan desain awal dari kertas koran.

Gambar 4.3 Pola tas dari kertas Koran

  2) Pindahkan pola tas pada kain dan gunting kain sesuai pola.

Gambar 4.4 Pemindahan pola tas pada kain

  3) Masukkan busa tas pada kain yang sudah dibentuk sesuai pola..

Gambar 4.5 Busa tas yang dimasukkan pada kain

  4) Susun bagian-bagian tas sesuai dengan desain awal.

Gambar 4.6 Bagian-bagian tas yang sudah disusun

  5) Buat pola alas dari kertas koran.

Gambar 4.7 Pola alas dari kertas koran

  6) Pindahkan pola alas pada kain parasut dan gunting kain parasut sesuai pola.

Gambar 4.8 Pemindahan pola alas pada kain parasut

7) Buat pola alas pada busa, kemudian gunting.

Gambar 4.9 Busa untuk alas

  8) Jahit semua bagian sesuai dengan desain awal, serta pasang resleting, tali tas, duplex, aksesoris tali tas, perekat, dan merek di bagian yang sudah ditentukan.

Gambar 4.10 Bagian samping tas sedang dijahitGambar 4.11 merek yang sudah dijahit pada prototype

9) Prototype sudah jadi dan siap untuk uji prototype product.

Gambar 4.12 Prototype sudah jadi 3.

  Uji prototype product Setelah prototype inovasi tas bayi jadi, peneliti melakukan uji

  prototype . Uji prototype ini dilakukan dengan membagikan

  kuesioner kepada responden yang berjumlah 15 orang dan hasilnya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.12 Uji prototype productTabel 4.10. Hasil uji prototype product No. Keterangan Frekuensi Jumlah Presentase

  responden jawaban

  1. Apakah menyukai warna dari produk tas bayi? a.

  10

  15

  67 Ya b.

  5

  15

  33 Tidak

  2. Apakah motif tas bayi menarik? a.

  13

  15

  87 Ya b.

  2

  15

  13 Tidak

  3. Apakah desain tas yang digunakan sudah sesuai harapan?

  15 a.

  12

  80 Ya

  3

  15 b.

  20 Tidak

  4. Apakah bahan tas yang digunakan sudah sesuai harapan? a.

  11

  15

  73 Ya b.

  4

  15

  27 Tidak

  5. Apakah bahan alas yang digunakan sudah sesuai harapan? a.

  13

  15

  87 Ya b.

  2

  15

  13 Tidak

  6. Kekurangan dari produk tas bayi serbaguna ini: a.

  Jahitan kurang rapi.

  b.

  15 Alas kurang lebar.

  c.

  Tali tasnya kurang besar, kurang menarik, 15 kurang nyaman dipakai.

  12

  15

  80 Sumber: Data primer yang diolah (2017) Berdasarkan hasil uji prototype product, prototype mendapat respon yang positif dari sebagian besar responden, baik itu dari segi warna, motif, desain, serta bahan yang digunakan pada prototype. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingkat presentase yang menyukai warna prototype tas bayi yakni sebesar 67%. Adapun alasan responden menyukai warna prototype tas bayi yakni menurut responden warna pada prototype netral dan tidak mencolok. Kemudian tingkat presentase yang menyukai motif prototype tas bayi yakni sebesar 87%. Sebagian besar responden juga menyatakan jika desain, bahan tas, dan bahan alas yang digunakan pada prototype sesuai harapannya.

  Walaupun warna, motif, desain serta bahan yang digunakan pada prototype mendapat respon yang positif dari responden,

  prototype masih memiliki kekurangan. Hal tersebut dapat

  diketahui pada hasil uji prototype, dimana sebesar 80% responden menyatakan jika tali tas kurang besar, kurang menarik, dan kurang nyaman dipakai (80%). Oleh sebab itu, prototype ini perlu dilakukan perbaikan agar prototype lebih maksimal.

4. Redesign

  Berdasarkan hasil uji prototype product, prototype perlu dilakukan perbaikan dibagian talinya, sebab tali pada prototype kurang besar, kurang menarik, dan kurang nyaman dipakai. Dalam proses perbaikan ini masukan dari responden yang diperoleh saat uji prototype dapat diterapkan juga, dimana tali tas lebih baik dibuat seperti tali ransel pada umumnya agar nyaman dipakai.

  Berikut tahapan redesign untuk prototype: 1)

  Buat pola yang diperlukan pada kain serta busa tas, kemudian potong kain dan busa tas sesuai pola.

Gambar 4.13 Kain dan busa tas yang sudah dipotong sesuai pola

  2) Jahit kain serta busa tas yang sudah dipotong sesuai pola tersebut pada tas.

Gambar 4.14 Prototype yang sudah diperbaiki Berikut adalah perbandingan prototype sebelum dan sesudah perbaikan.

Tabel 4.11. Perbedaan prototype sebelum dan sesudah

  

perbaikan

Sebelum perbaikan Sesudah perbaikan Gambar Keterangan Sebelum perbaikan,

  bagian yang dilingkari hanya berupa tali tas saja.

  Sesudah perbaikan, bagian yang dilingkari berupa kain katun yang diisi dengan busa tas.

  Sumber: data primer yang diolah (2017) Setelah dilakukan uji prototype product, selanjutnya dilakukan perhitungan HPP. Perhitungan HPP ini bertujuan untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan dalam produksi tas bayi. Biaya yang diperoleh dari perhitungan HPP tersebut akan digunakan untuk menentukan harga jual produk tas bayi. Berikut adalah rincian perhitungan HPP:

  Biaya Bahan Baku (untuk 3 buah tas bayi) : Rp 370.500 Biaya Tenaga Kerja Langsung : Rp 82.000 Biaya Overhead : Rp 7.500 Jumlah HPP : Rp 460.000

  Jumlah produk per produksi : 3 HPP per produk tas bayi : Rp 153.000 Margin yang diinginkan (35%) : Rp 53.600 Harga jual per produk tas bayi : Rp 206.600 Dari rincian perhitungan HPP tersebut dapat diketahui bahwa biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk sekali produksi (3 buah tas) sebesar Rp 370.500. Kemudian untuk produksinya menggunakan jasa tukang jahit yang bekerja selama 26 hari dalam 1 bulan. Gaji untuk 1 orang penjahit sebesar Rp 2.132.000/bulan ( ada 26 hari, 1 hari Rp 82.000), dan biaya overhead dalam sekali produksi Rp 7.500. Dengan demikian diperoleh jumlah HPP sebesar Rp 460.000, dan HPP per produk tas bayi adalah sebesar Rp 153.000. Dari HPP per produk tersebut, maka harga jual produk dapat ditentukan. Harga jual untuk produk tas bayi ini adalah Rp 206.600/produk. Dengan harga jual Rp 206.600/produk, diperoleh keuntungan sebesar 35% dari HPP per produk.

4.2.5 Tahap Commercialization

  Pada tahap ini berisi rencana untuk mengkomersialisasikan produk tas bayi. Berikut hasil yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada 15 orang responden mengenai informasi penjualan produk tas bayi:

Tabel 4.12. Informasi penjualan produk tas bayi

  

No. Jawaban Frekuensi Jumlah Presentase

responden jawaban

  1. Dimanakah saudara mencari informasi mengenai penjualan tas bayi? Instagram, absolut

  3

  15

  20 bazaar, wanderlust bazaar, mall. Bukalapak, olx, shopee,

  1 15 6,67 tokopedia, toko perlengkapan bayi. Toko perlengkapan

  2 15 13,33 bayi, mall. Toko perlengkapan bayi

  2 15 13,33 Facebook, instagram,

  1 15 6,67 bukalapak. Absolut bazaar,

  3

  15

  20 wanderlust bazaar. Instagram, mall

  3

  15

  20 Sumber: Data primer yang diolah (2017) Berdasarkan preferensi responden, cara-cara komersialisasi yang memungkinkan adalah melalui instagram, absolut bazaar, wanderlust bazaar, dan di mall. Instagram sendiri merupakan media sosial yang paling banyak digunakan saat ini karena konten-kontennya yang menarik sehingga banyak yang memanfaatkan media sosial ini untuk berniaga. Absolut bazaar merupakan sebuah bazaar besar yang biasa diadakan di MCC dan Patra Jasa Semarang setiap 4 bulan sekali, kemudian wanderlust bazaar sebuah bazaar besar juga yang diadakan di PRPP setiap 6 bulan sekali. Absolut dan wanderlust bazaar ini merupakan bazaar yang sama-sama menjual barang handmade (untuk barang) ataupun homemade (untuk makanan).