BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha - Analisis Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu Di UKM "Keripik Barokah" Kabupaten Bone Bolango - Tugas Akhir

  BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha 1. Sejarah Perusahan (UKM) Usaha pembuatan keripik ubi kayu dengan menggunakan nama “UKM Barokah” telah dirintis oleh Ibu Nano Botutihe sejak tahun 2008. Berbekal pengetahuan cara pembuatan keripik ubi kayu yang didapatkan secara otodidak. Ibu Nano Botutihe bekerja keras untuk mendapatkan konsumen/pembeli produk olahan ubikayu yang sedang Ia kembangkan. Usaha ini memusatkan diri di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bonebolango. Alhamdulillah bulan berganti bulan perkembangan UKM Barokah semakin baik, konsumen semakin banyak seiring dengan

  kemampuan menjaga kepercayaan yang diberikan oleh konsumen. Usaha yang dimulai dengan skala rumah tangga dengan kapasitas 5kg bahan ubi kayu dalam satu kali proses produksi kini mencapai 45 kg dalam satu kali proses produksi. Hasil produksi yang dahulu hanya dipasarkan sendiri secara langsung kekonsumen kini tidak lagi secara langsung yaitu dengan adanya agen-agen yang yang telah menampung hasil produksi.

  Usaha yang dirintis oleh Ibu Nano Botutihe ini berawal dengan ingin menambah nilai pendapatan dalam keluarga kini telah menjadi sumber lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran.

  Usaha agroindustri Ibu Nano merupakan agroindustri berskala kecil menengah yang berlokasi di Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bonebolango. Usaha Ibu Nano tersebut mulai berdiri pada tahun 2008 yang awalnya terdir hanya memliki 3 (tiga) orang tenaga kerja, dan sekarang sudah beranggotakan 10 (sepulu) orang tenaga kerja yang terdiri dari

  7 (tujuh) orang tenaga tetap pada bagian produksi dan 3(tiga) orang tenaga kerja harian sebagai penunjang.

  Bahan baku yang digunakan berasal dari sekitar wilayah Gorontalo salah satunya di Kecamatan Kabila. Sekali melakukan produksi keripik sebanyak 45 kg/hari, bahan baku yang digunakan.

  Adapun Modal yang pertama kali dirintis oleh Ibu Nano dengan modal yang tidak cukup besar, modal awal saat pendirian usaha pembuatan keripik ubi kayu ini adalah sebesar Rp. 300.000,00 pada tahun 2008. Dengan penghasilan Rp.700.000,00/bulan. Berkat keuletan dan system manajemen yang baik, sehingga saat ini modal yang dimiliki oleh ibu Nano sebesar Rp.15.000.000.

  Kini UKM Barokah yang dirintis oleh Ibu Nano Botutihe telah mendapatkan Surat ijin dan Sertifikat dari Kantor Perizinan Terpadu.

2. Struktur Organisasi UKM Barokah.

  UKM Barokah memiliki susunan struktur organisasi sehingga pembagian tugas dari setiap anggota jelas. Adapun struktur organisasi dari UKM Barokah adalah sebagai berikut:

  Gambar 1. Struktur Organisasi UKM Barokah Di Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango.

  Sekertaris

  Nano Botutihe

  Seksi Pemasaran

  Nano Botutihe

  Seksi Produksi

  Arman Utina

  Bendahara

  Nina Suleman

  Nano Botutihe

  UKM Barokah milik Ibu Nano saat ini telah memiliki 10 orang tenaga kerja atau kariawan, dimana dalam usaha ini ibu nano memiliki 7 orang karyawan tetap dan 3 orang karyawan harian.

  Ketua

3. Tenaga Kerja

  6. Lena

  5. Suyatmi

  4. Yuli Wiyanti

  3. Arman Utina

  2. Nina Sulaiman

  Secara umum usaha Keripik Barokah berdiri sejak tahun 2008 dimana dalam usaha ini terdapat 10 anggota kerja diantaranya: Ketua : Nano botutihe Anggota: 1. Samirah

  7. Dedi Abdullah

  8. Mulyani

  9. Hasan Dalam usaha agroindustri ibu Nani agroindustri bersekala kecil menengah yang berlokasi di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone

  Bolango bergerak dibidang bisnis utamanya dengan cara pengolahan keripik ubi kayu. Pengenalan identitas responden dirasakan perlu karena responden yang ditunjuk tersebut telah dianggap mewakili keadaan tersebut, dimana ibu Nano mengusahakan satu cabang usaha yaitu UKM Barokah. Adapun responden yang diwawancarai identitasnya dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Identitas Tenaga Kerja Menurut Umur UKM Barokah Di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, Tahun 2013.

  No. Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

  <15 - - 1.

  2. 16-30

  4

  40

  3. 31-59

  6

  60

  3. >60

  Jumlah

  10 100

  Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

  Berdasarkan Tabel 1. diatas dapat dilihat bahwa identitas tenaga kerja mernurut umur di UKM Barokah yaitu berkisar antara umur 16-59 tahun. Berdasarkan kriteria umur tenaga kerja menyatakan bahwa umur tenaga kerja produktif adalah antara umur 16-60 tahun. Maka tenaga kerja yang dimiliki oleh UKM Barokah merupakan tenaga kerja yang memiliki umur produktif dan memiliki kondisi fisik yang baik untuk melakukan pekerjaan. Tabel 2. Identitas Tenaga Kerja Menurut Tingkat Pendidikan UKM Barokah di Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Tahun 2013.

  No. Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

  1. SD

  3

  30

  2. SMP

  6

  60

  3. SMA

  1

  10

  • SI
  • 3.

  Jumlah

  10 100

  Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2013

  Berdasarkan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tenaga kerja dari UKM Barokah cukup menunjang karena sebagian besar tenaga kerja yang berada di UKM Barokah telah mengenyam pendidikan secara formal.

  Karena pendidikan pada umumnya mempengaruhi pengetahuan dan cara berfikir petani. Pendidikan yang relatif lebih tinggi menyebabkan petani lebih dinamis. Tingkat pendidikan yang di peroleh petani berasal dari dua sumber, yaitu pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang pernah ditempuh oleh tenaga kerja di UKM Barokah mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Sedangkan pendidikan informal adalah pengetahuan yang diperoleh tenaga kerja tanpa melalui sekolah seperti pengalaman, informasi dari tetangga, petani lain, pamong desa, petugas penyuluh, dan lain-lain. Tingkat pendidikan tenaga kerja menggambar daya pikir dalam mengelola usahanya.

B. Keuntungan Usaha Keripik Ubi Kayu Di Ukm Barokah

  Perencanaan pengadaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien dapat menjadikan kegiatan produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan hasil dan keuntungan bagi agroindustri pengolahan keripik ubi kayu di UKM keripik Barokah meliputi:

1. Penggunaan Peralatan

  Perencanaan penggunaan peralatan dari bahan baku yang efektif dan efisien dapat menjadikan kegiatan produksi berjalan lancar dan dapat meningkatkan hasil dan keuntungan bagi agroindustri pengolahan keripik ubi kayu Ibu Nano. Rincian penggunaan peralatan pada agroindustri pengolahan keripik ubi Ibu Nano Botutihe tahun 2013 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 3. Rincian Penyusutan Peralatan Pada Agroindustri Keripik Ubi Kayu Desa Lamahu Kecamatan bulango Selatan Kabupaten Bonebolango, Tahun 2013.

  No. Jenis Peralat an Jumla h Satuan Harga Baru (Rp/@ ) Jumlah Biaya (Rp) Lama Pemaka ian (Tahun) Harga Lama (Rp) Nilai Penyusuta n (Rp/Tahun ) Agroindustri keripik 1.

  Blender

1 Unit 200.00 200.000 2 150.000 25.000 2.

   3. Wajan

  4 Buah 250.00 100.000 2 150.000 200.000 4. Ember

  3 Buah 25.000 75.000 2 15.000 15.000 5. Mesin Perajang

  1 Unit 200.00 200.000 2 100.000 50.000 6.

  13 Buah 20.000 260.000 2 15.000 32.000

  1

  3 Unit Unit 150.00 200.00

  150.000 600.000

  2

  2 125.000 125.000 12.500

  75000 Jumlah 1.485.000 409.500 Sumber : Data primer diolah, 2013.

  Tabel 3 di atas memperlihatkan bahwa total biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh agroindustri pengolahan keripik ubi kayu ibu nano di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango adalah Rp. 1.485.000. Biaya

  Pisau

   7. Siler Kompor penyusutan peralatan yang terbesar untuk pembelian wajan yaitu Rp. 250.000/buah dan biaya terendah yang dikeluarkan untuk pembelian pisau dengan harga Rp. 20.000/buah. Secara keseluruhan nilai penyusutan peralatan sebesar Rp.409.500/tahun.

2. Penyediaan bahan baku

  Bahan baku merupakan bahan mentah yang diolah dan dapat dimanfaatkan sebagai sarana produksi dalam suatu agroindustri. Ketersediaan bahan baku secara cukup dan berkelanjutan akan menjamin suatu perusahaan untuk bisa berproduksi dalam waktu yang relatif lama. Dalam melakukan pengolahan kripik ubi kayu, bahan baku utama yang digunakan adalah ubi kayu, sedangkan bahan baku penolong lain yang digunakan adalah minyak goreng, garam, gula dan minyak tanah.

  Ketersediaan bahan baku yang terbatas dalam setiap pengembangan usaha agroindustri keipik ubi kayu hal ini disebabkan karena ketersediaan bahan baku yang tidak mencukupi dikarenakan jumlah petani ubi kayu yang sedikit dan disebabkan juga faktor curah hujan tinggi membuat ubi kayu cepat busuk sehingga membuat harga ubi kayu sering melambung tinggi hingga mencapai Rp 5.000-6.500/Kg, sehingga membuat agroindustri Ibu Nano tidak dapat berproduksi setiap harinya.

  Bahan baku dan bahan penolong dapat diperoleh dengan mudah karena ketersediaan maupun harga yang terjangkau sehingga tidak menjadi suatu hambatan bagi agroindustri keripik ubi kayu. Tabel 4. Penggunaan Bahan Baku Untuk Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Keripik Ubi Kayu Dalam Satu Kali Proses Produksi di UKM Barokah, Tahun 2013.

  No. Jenis bahan baku Jumlah Satuan Harga satuan Jumlah (Rp) (Rp)

  1. Bahan baku

  a. Ubi kayu

  45 Kg 5.000 225.000

  b. Minyak goreng

  15 Kg 12.000 180.000

  c. Garam

  1 Kg 4.000 4.000

  d. Gula

  3 Kg 8.000 24.000 Jumlah

  433.000

  2. Bahan baku

  penolong

  a. minyak tanah

  7 Liter 9.000 63.000

  b. Plastik

  3 Pak 8.000 24.000

  c. Tali rapia

  1 Gulung 30.000 30.000 Jumlah

  117.000

  3. Total

  550.000 Sumber : Data primer diolah, 2013.

  Pada tabel 4 diatas menjelaskan bahwa bahan baku yang terbesar digunakan dalam satu kali proses produksi keripik ubi kayu adalah untuk pembelian bahan baku utama yaitu sebesar Rp. 225.000. Sedangkan biaya terendah yang dikeluarkan untuk pembelian garam sebesar Rp. 4.000. Jumlah bahan baku penolong yang dikeluarkan sebesar Rp. 117.000. Dengan total keseluruhan biaya bahan baku yang digunakan untuk pengolahan keripik ubi kayu adalah Rp. 550.000. Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku terjadi fluktuasi terutama untuk pembelian bahan baku utama yaitu ubi kayu.

3. Proses Produksi Keripik Ubi kayu

  Kegiatan produksi dilakukan dengan menggunakan alat pengerajang ubi yang dirancang khusus yaitu dinamo yang dihubungkan dengan listrik, dan menggunakan tenaga manusia pada saat pengupasan kulit ubi serta dan penggorengan. Uraian kegiatan dilakukan dalam proses pengolahan keripik ubi kayu adalah sebagai berikut: a.

  Pengadaan Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan keripik ubi kayu ini pada dasarnya adalah sama pada tiap-tiap agroindustri lainnya, yaitu ubi kayu, garam dan gula sebagai bahan baku, pemakaiannya sebagai berikut: Misalkan dalam setiap satu kali proses produksi untuk 45 Kg ubi kayu,bahan tambahan (gula dan garam) yang dibutuhkan adalah 3 kg gula, dan 1 kg garam dan jumlah bahan tambahan atau penolong ini bisa disesuaikan menurut selera serta dari bahan baku yang digunakan.

  b.

  Proses Produksi Dalam melakukan proses produksi pengolahan keripik ubi kayu pada dasarnya memiliki tahapan tersebut adalah sebagai berikut: Adapun diagram dalam proses produksi pengolahan keripik ubi kayu yaitu sebagai berikut.

  Pengupasan Pencucian Perajangan

  Penggorengan Pengemasan

  1) Pengupasan

  Ubi kayu yang telah dipilih dikupas tetapi sebelumnya dipotong terlebih dahulu pada masing-masing ujungnya. Kemudian pengupasan ubi kayu dilakukan di garit dengan ujung pisau, kemudian kulit tersebut mulai dikelupas sampai bersih. 2)

  Pencucian Ubi kayu yang teah dikupas kemudian dicuci dengan air sehingga bersih dari seluruh kotoran. Kemudian dibilas dengan air bersih sehingga kotoran yang melekat pada ubi kayu benar-benar bersih. 3)

  Perajangan/pengirisan Ubi kayu yang telah dicuci bersih diiris (dirajang) tipis dengan memakai alat perajangan sehingga diperoleh ukuran irisan yang sama tebalnya.

  4) Penggorengan

  Ubi kayu yang telah dirajang dapat langsung dilakukan penggorengan, dengan menggunakan minyak goreng yang sudah panas pada temperature 160-200 C. Untuk proses penggorengan dalam tiap 3 kg keripik ubi kayu membutuhkan membutuhkan 1 kg minyak goreng, atau dengan perbandingan 3:1, penggorengan dilakukan sampai irisan ubi kayu berwarna kuning atau selama 10 menit. Selanjutnya ubi yang telah digoreng dimasukkan kedalam kuali yang berisi gula dan garam agar keripik memiliki cita rasa manis dan asin. Kualitas minyak sangat berpengaruh pada hasil keripik ubi kayu yang bermutu dan tahan lama, Minyak goreng yang sudah hitam dan berbau tidak bisa digunakan kembali karena akan mengurangi rasa yang dihasilkan. 5)

  Pengemasan Sebelum dikemas keripik ubi kayu diangin-anginkan sampai dingin kemudian dimaksukkan kedalam plastik polyetillen dengan ketebalan 0,8 mm, dengan ukuran 10cmx20cm. Dengan harga Rp. 20.000/gantung. Daya tahan keripik ubi kayu yang telah digoreng dapat bertahan ± selama dua setengah bulan dan paling lama sampai tiga setengah bulan dan dalam keadaan masih baik serta tidak berbau dengan catatan proses penyimpanan dilakukan dengan baik.

  Tabel 5. Rincian Pengeluaran Biaya Produksi, Keripik Ubi Kayu Dalam Lima Kali Proses Produksi, tahun 2013.

  

No. Jenis Volume Satuan Harga Jumlah Presentasi

Pengeluaran satuan Rp (%) Rp

  1. Bahan baku

  a. Ubi kayu 225 Kg 5.000 1.125.000 14,94

  b. Minyak goreng

  75 Kg 12.000 900.000 11,94

  c. Garam

  5 Kg 4.000 20.000 0,26

  d. Gula

  15 Kg 8.000 120.000 1,59 Jumlah

  2.165.000

  2. Bahan baku

  penolong

  a. minyak tanah

  35 Liter 9.000 315.000 4,18

  b. Plastik

  15 Pak 8.000 120.000 1,59

  c. Tali rapia

  5 Gulung 30.000 150.000 1,99 Jumlah

  585.000

  3. Biaya tenaga kerja a.

  35 Hari 40.000 1.400.000 29,95 Tenaga kerja tetap b.

  15 Hari 35.000 525.000 11,23 Tenaga kerja harian

  Jumlah 1.925.000

  Jumlah Biaya 4.675.000 100% .

  Sumber : Data primer diolah, 2013

  Adapun rincian tenaga kerja pembuatan keripik ubi kayu dapat dilihat pada tabel berikut.

  Tabel 6. Rincian Biaya Tenaga Kerja Keripik Ubi Kayu diolah dalam satu bulan (lima kali proses) Di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango 2013.

  Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Jumlah Nilai Biaya No

  UMR Kerja (Org) Hari (Rp)

  Tenaga Kerja

  1 7 40.000 Tetap 35 1.400.000 Tenaga Kerja 2.

  3 15 35.000 525.000 Harian

  1.925.000 3.

  Jumlah Sumber: Data Primer Diolah 2013.

  Tabel 6 diatas menjelaskan bahwa jenis tenaga kerja dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian, dan tenaga kerja tetap terdiri dari 7 orang sedangkan tenaga kerja harian terdiri dari 3 orang. Adapun kegiatan yang dilakukan oleh karyawan tetap mendapat pengolahan proses produksi bahan baku seperti pengupasan, pencucian, pengirisan, dan penggorengan, selain itu juga sebagian karyawan melakukan pengemasan yang sudah jadi. Sedangkan tenaga kerja harian berjumlah 3 orang dapat melakukan kegiatan diluar yaitu seperti mencari bahan baku untuk diolah.

  Dengan memiliki tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian maka jumlah total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.925.000

  4. Produksi dan Nilai Produksi

  Produksi adalah segala kegiatan yang ditujukan untuk menciptakan dan menambahkan keragaman makanan atau barang dan jasa. Produksi merupakan pendapatan kotor dalam bentuk fisik dari suatu proses produksi. Sedangkan nilai produksi merupakan pendapatan kotor yang diperoleh dari hasil perkalian jumlah dan harga jual yang berlaku dipasaran.produksi, harga jual dan nilai roduksi dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Rincian Produksi, Harga Jual Dan Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu

  Agroindustri Pengolahan Keripik Ubi Kayu Di Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bonebolango.

  Produksi Pendapatan/Bulan No Harga jual Rp/kg kg/bulan (Rp)

  560 20.000 11.200.000 1.

  Sumber : Data primer diolah, 2013.

  Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa selama melakukan proses produksi, selama dua tahun pertengahan (2012), pada tahun 2012 produksi keripik ubi mengalami penurunan yang diakibatkan dari ketersediaan bahan baku yang terbatas sehingga membuat agroindustri tidak mampu berproduksi setiap harinya, agroindustri ini hanya mampu berproduksi 6.720 kg /tahun dengan harga jual Rp 20.000/kg .

  5. Biaya Produksi dan Pendapatan.

  Tujuan dari analisis biaya usaha pengolahan keripik ubi kayu adalah untuk menggolongkan biaya menurut fungsi dalam usaha dan menurut perilakunya dalam perubahan volume kegiatan usaha. Untuk lebih jelasnya dikelompokkan sebagai berikut: Biaya tetap usaha pengolahan keripik ubi kayu terdapat pada biaya produksi yaitu biaya penyusutan pada alat-alat yang digunakan dalam proses produksi serta penyusutan bangunan yang dihitung berdasarkan umur ekonomis. Pada saat peneliti melakukan pengamatan pengusaha keripik ubi kayu masih menggunakan alat-alat yang sederhana dalam melakukan proses produksi. Tabel 8. Biaya Produksi Pendapatan dan Keuntungan Agroindustri.

  No. Keterangan Harga (Rp)

1. Pendapatan Agroindustri

  Total produksi/560 Kg × 20.000 11.200.000 (TR) Biaya agroinsudustri

  a. biaya bahan baku 2.165.000

  b. biaya penyusutan 409.500

  c. biaya bahan penolong 585.000

  d. biaya tenaga kerja 1.925.000

  Total 5.084.500 Keuntungan (TR-TC) 6.115.500 Sumber : Data primer diolah, 2013.

  Tabel 8 diatas menjelaskan bahwa biaya pembelian bahan baku ubi kayu merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha pengolahan keripik ubi kayu yang kemudian diikuti oleh biaya pembelian minyak goreng. Hal ini terlihat dari presentase didalam tabel di atas sebesar 14,94 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi keripik ubi kayu. Tingkat upah tenaga kerja ditentukan pada tingkat upah yang berlaku, lama kerja dan jumlah hari kerja. Secara keseluruhan jumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh agroindustri pengolahan keripik ubi kayu adalah sebesar Rp. 5.084.500 Dengan penggunaan bahan baku utama ubi kayu sebanyak 225 Kg maka agroindustri memperoleh nilai produksi pengolahan keripik sebesar Rp. 11.200.000 dan pendapatan bersih yang diterima Ibu Nano Botutihe dalam satu bulan lima kali proses produksi sebanyak Rp. 6.115.500 Agroindustri ini termasuk usaha yang masuk kategori padat modal, dibuktikan dengan biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 2.165.000 untuk pengadaan bahan baku ubi kayu dalam lima kali proses.

C. Analisis Efesiensi Pengolahan keripik Ubi Kayu di UKM Barokah.

  Efisiensi usaha pengolahan ubi kayu menjadi keripik singkong dilakukan dengan menggunakan analisis perhitungan R/C Ratio, yaitu dengan membandingkan antara penerimaan dengan total biaya. Perhitungan analisis efisiensi tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 9. Efisiensi Usaha Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Keripik Ubi Kayu Di Desa

  Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango Dalam Lima Kali Proses Bulan November 2013. No Uraian Jumlah

1. Penerimaan (R) 11.200.000

  Total biaya (C) 5.084.500 2.

  Efisiensi (R/C) 2,20 Sumber. Analisis Data Primer 2013.

  Tabel 9 menunjukan pada efisiensi usaha keripik ubi kayu menjadi keripik ubi kayu di Kabupaten Bone Bolango dengan penerimaan sebesar 11.200.000 dan biaya total sebesar 5.084.500, sehingga memperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,20. hal ini berarti bahwa pengolahan keripik ubi kayu menjadi keripik ubi kayu dikabupaten bone bolango menunjukan sudah efisien.

D. Analisis Nilai Tambah Keripik Ubi Kayu Di UKM Barokah.

  Analisis nilai tambah usaha kengolahan ubi kayu menjadi keripik ubi kayu dilakukan untuk mengetahui besarnya nilai yang ditambahkan pada bahan baku yang digunakan dalam memproduksi keripik ubi kayu, analisis nilai tambah terdiri dari nilai tambah bruto, nilai tambah netto, nilai tambah perbahan baku dan nilai tambah pertenaga kerja dapat dilihat sebagai berikut Tabel 10. Analisis Nilai Tambah Ubi Kayu Menjadi Keripik Ubi Kayu

  Ukm“Keripik Barokah” Kabupaten Bone Bolango, Tahun 2013.

  No. Agroindustri kripik ubi kayu Nilai(Rp)

  1. Nilai produksi akhir (Rp) 11.200.000

  2. Nilai bahan baku (Rp) 2.165.000

  3. Jumlah bahan baku (Kg) 225

  4. Biaya penolong (Rp) 585.000

  5. Biaya penyusutan (Rp) 409.500

  6. Biaya antara (Rp) 2.750.000

  Nilai tambah bruto (Rp) 8.450.000 7.

  8. Nilai tambah neto (Rp) 8.040.500

  9. Nilai tambah per bahan baku (Rp/Kg) 37.555,55 Jumlah 33.637.780 Sumber : Data primer diolah, 2013

  Tabel 10. Menjelaskan analisis nilai tambah yang meliputi nilai tambah bruto, nilai tambah netto, nilai tambah per bahan baku, rincian tabel diatas dapat dilihat pada lampiran I.

a. Nilai tambah bruto

  Nilai tambah bruto merupakan salah satu parameter ekonomi yang menggambarkan selisih antara nilai produksi (output) dan biaya antara (biaya yang habis di pakai selama proses produksi) dari suatu produk baik barang maupun jasa. NTB adalah total dari pendapatan, keuntungan, dan pajak tidak langsung. Tabel 11. Analisis Nilai Tambah Bruto Ubi Kayu Menjadi Keripik Ubi Kayu Di UKM Keripik Barokah Kabupaten Bone Bolango, Tahun 2013.

  No Uraian Nilai (Rp)

  1. Nilai produk akhir keripik ubi 11.200.000

  kayu (Rp) Biaya bahan baku keripik ubi 2.165.000 2. kayu (Rp)

  3. Biaya bahan penolong (Rp) 585.000

  4 Nilai tambah bruto(1-2-3) 8.450.000 Sumber: data primer yang diolah 2013.

  Tabel 11 diatas dapat menjelaskan bahwa nilai tambah bruto memperoleh nilai sebesar Rp. 8.450.000 merupakan dasar dari perhitungan nilai produk akhir keripik ubi kayu dikurangi dengan biaya bahan baku keripik ubi kayu dan biaya penolong, produk akhir yang diterima oleh agroindustry keripik ubi kayu adalah nilai yang diberikan atau dijual dari agroindustry kepada konsumen. Besarnya nilai produk akhir keripik ubi kayu adalah sebesar Rp. 11.200.000. sedangkan biaya bahan baku dari penjumlahan antara biaya bahan baku, dan biaya bahan baku dan biaya penolong, yang masing

  • –masing sebesar Rp. 2.165.000 dan Rp.585.000. Semakin besar nilai tambah maka semakin besar keuntungan yang diperoleh dan juga sebaliknya.

b. Nilai Tambah Netto

  Nilai tambah netto merupakan harga pasar yang dihitung dari nilai tambah bruto atas harga pasar dikurangi pajak tidak langsung dalam penyusutan.

  Tabel 12. Analisis Nilai Tambah Netto Pengolahan Ubi Kayu Didesa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango 2013.

  No Uraian Nilai (Rp)

  1. Nilai tambah bruto(Rp) 8.450.000

  2. Nilai penyusutan (Rp) 409.500

  3. Nilai tambah netto (1-2) 8.040.500 Sumber: data primer diolah 2013.

  Nilai tambah netto yang diperoleh pada pengusaha keripik ubi kayu sebesar Rp 8.040.500 diperoleh dari selisih antara nilai bruto sebesar Rp 8.450.000 dan biaya penyusutan sebesar Rp 409.500.

c. Nilai Tambah per Bahan Baku

  Nilai tambah perbahan baku adalah untuk mengethui produktifitas bahan baku yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk keripik ubi kayu.

  

Tabel 13. Analisis Nilai Tambah Perbahan Baku Dalam Pengolahan Keripik Ubi

  Kayu Di Desa Lamahu, Dikecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango 2013.

  No Uraian Nilai (Rp)

  1. Nilai tambah bruto (Rp) 8.450.000

  2. Nilai tambah bahan baku yang 225

  digunakan (Kg)

  3. Nilai Tambah Per Bahan Ba 37.555,55 ku Yang Digunakan (1:2) Sumber: Data Primer Diolah 2013.

  Nilai tambah per bahan baku merupakan untuk mengetahui produktivitas bahan baku yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk keripik ubi kayu. Nilai tambah per bahan baku keripik ubi kayu pada agroindustry di Desa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango yaitu sebesar Rp.37.555,55/Kg, artinya untuk setiap satu kilogram bahan baku ubi kayu yang digunakan dalam produksi dapat memberikan nilai tambah bahan baku sebesar Rp 225/kg. Besarnya nilai tambah tersebut diperoleh dari nilai tambah bruto sebesar Rp8.450.000 dibagi dengan jumlah bahan baku yang digunakan yaitu sebanyak 225kg.

d. Nilai Tambah Per Tenaga Kerja

  Nilai tambah pertenaga kerja merupakan produk mampu meningkatkan kesempatan kerja, salah satu cara mengukur produk sebagai karyanya dengan berbagai investasi(nilai tambah bruto/jumlah tenaga kerja) dengan jumlah tenaga kerja yang terlibat sehingga dapat didapat nilai nilai investasi pertenaga kerjanya.

  Tabel 14. Analisis Nilai Tambah Per Tenaga Kerja Ubi Kayu Menjadi Keripik Ubi Didesa Lamahu, Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango 2013.

  No Uraian Nilai (Rp)

  Nilai tambah bruto(Rp) 8.450.000 1.

2. Jumlah tenaga kerja(JKO) 250

  3. Nilai tambah per TK (1:2) 33.800 Sumber: Data Primer Yang Diolah 2013.

  Pada tabel 14 analisis nilai tambah per tenaga kerja dari pengolahan keripik ubi kayu di hitung dari besar nilai tambah bruto sebesar Rp 8.450.000, dan dibagi dengan jumlah jam kerja adalah 250 jam yang diperoleh dari 10 orang tenaga kerja dikali 5 jam kerja dalam satu hari dan dikali 5 kali proses dalam satu bulan, jadi besarnya jumlah nilai tambah pertenaga kerja sebesar Rp. 33.800/JKO.