56 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dua sekolah yaitu di SD Negeri Kaligentong 1 yang beralamat di desa Mekarsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dan SD Negeri Sruwen 03 yang terletak di Dsn. Duren Sawit, Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. SD Negeri Kaligentong 1 sebagai kelas eksperimen problem based learning dan SD Negeri Sruwen 03 sebagai kelas kelas eksperimen discovery learning. Jumlah siswa kelas 5 dari SD Negeri Kaligentong 1 adalah 29 anak dan SD Negeri Sruwen 03 adalah 23 anak dengan latar belakang orang tua sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh pabrik. Meskipun demikian dua SD tersebut mampu menunjukkan prestasi yang baik. Dimana kedua SD tersebut melakukan pembelajaran cukup baik .
Jumlah seluruh guru di SD Negeri Kaligentong 1 berjumlah 10 orang, semua yang terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 9 guru tidak semua guru beragama islam tetapi ada 1 guru yang beragama buddha. Jumlah seluruh siswanya adalah 105, terdiri dari 62 laki-laki dan 43 perempuan.Dalam kerjasamanya antar guru dengan guru, antar guru dengan guru honorer, antar guru dengan penjaga sekolah sangat baik.Untuk pembelajaran di sekolah sangat mendukung untuk siswa belajar. Keadaan sekolah terdiri dari 6 ruang kelas yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6, 1 kantor, 1 ruang perpustakaan, 1 ruang dapur yang di tempati penjaga, ruang WC, dan 1 tempat ibadah.
Jumlah seluruh guru di SD Negeri Sruwen 03 ada 8 orang, yang terdiri dari 1 Kepala Sekolah, 6 guru kelas dan 1 guru agama islam. Jumlah seluruh siswa disana adalah 102, terdiri dari 57 laki-laki dan 45 perempuan.Dalam keadaan sekolah ini sangat mendukung dalam pembelajaran anak didik, bangunan sekolah yang jauh dari keramaian kota. Keadaan sekolah terdiri dari 6 ruang kelas yaitu kelas 1 sampai dengan kelas 6, 1 kantor, 1 ruang uks, ruang WC dan 1 tempat ibadah.
Latar belakang dari kedua sekolah tersebut yaitu SD Negeri Kaligentong 1 dan SD Negeri Sruwen 03 sekolahnya sangat mendukung dalam pembelajaran. Kepala sekolah, para guru yang dan penduduk sekitar yang ramah, murid-murid yang antusias dalam melakukan pembelajaran maka penulis memilih ke dua sekolah ini untuk penelitian.
4.1.1 Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Pelaksanaan dalam penelitian ini yang menggnakan model pembelajaran problem based learning adalah kelas eksperimen dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran discovery. SD Negeri Kaligentong 1 merupakan kelas eksperimen yang akan menggunakan model pembelajaran problem based learning. SD Negeri Sruwen 03 merupakan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran discovery learning. Akan tetapi sebelum penelitian, guru yang bersangkutan diberi gambaran umum mengenai model problem based learning dan model discovery learning dalam melakukan langkah-langkah sesuai sintaknya. Tujuan ini supaya guru dapat memahami dan berlatih menggunakan masing-masing model yang akan digunakan untuk penelitian. Penerapan uji coba menggunakan model ini yaitu pada materi yang digunakan sebelum materi yang digunakan untuk penelitian. Hal ini bertujuan agar dalam proses penelitian yang sebenarnya guru dapat memahami sintak dari model yang digunakan.
Pada pelaksanaan penelitian pada siswa kelas 5 di SD Nageri Kaligentong 1 dengan model pembelajaran problem based learning pada mata pelajaran IPA, pokok bahasan Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Pembelajaran yang berlangsung pada kelas eksperimen ini sudah sesuai dengan RPP dengan improvisasi yang baik dari guru kelas dalam mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari siswa.Proses pembelajaran yang berlangsung terlihat lebih aktif, siswa antusias untuk bertanya jawab kepada guru, dan tertib dalam melaksanakan diskusi kelompok.
Penelitian di kelas eksperimen SD Negeri Sruwen 03 dengan model pembelajaran discovery learning pada mata pelajaran IPA, pokok bahasan Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan. Pembelajaran pada siswa kelas 5 ini sudah sesuai dengan RPP siswa juga aktif mengikuti pembelajaran. Ada beberapa kata yang belum dipahami siswa dalam media pembelajaran yang berupa video, sehingga guru harus menggunakan bahasa daerah untuk membantu pemahaman siswa.
Secara umum pelaksanaan penelitian di kedua SD berjalan dengan baik.Hal ini terjadi karena interaksi yang baik antara guru dan siswa.Siswa di kedua SD juga memiliki sopan santun dan rasa hormat terhadap guru. Sehingga semua intruksi dalam proses pembelajaran dari guru dapat berjalan lancar.
4.2 Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil penelitian pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan pengujian perbedaan rata-rata yaitu dengan uji t-tes dengan bantuan program SPSS 16.0 for window. Untuk menguji perbedaan rata-rata dipakai uji-t sama yang dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0
for window . Uji-t sama untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan menggunaka
model pembelajaran discovery learning dan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Syarat untuk menguji signifikasi perbedaan mean antar kelas eksperimen dan kelas kontrol analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Uji t-test digunakan untuk menguji signifikasi perbedaan mean antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Setelah itu terkumpulah data dari hasil uji soal pre-test dan post-test, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data yang diperoleh dengan memberikan pensekoran. Adapun analisis data yang telah dilakukan yaitu 1) Pengecekan kembali data yang terkumpul, 2) Penskoran jawab dalam tabulasi data yang dilakukan dengan Microsoft excel 2010, 3) Data diinput pada SPSS 16.0 for
window dan diukur menurut tujuan analisis, 4) Perhitungan uji coba tes dengan
menggunakan komputer melalui program SPSS versi 16 for window. 5) Analisis data yang diperoleh.
Agar kesimpulan yang diambil tidak menyimpang maka syarat dari uji t- tes adalah uji normalitas. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui distribusi data yang didapat dari apa yang diteliti. Jika distribusi normal maka digunakan
Deskriptif Explore . Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS 16,0 (Statistic Product and Service Solution). Data normal jika nilai signifi kasi lebih besar dari 0,05 yaitu signifikan ≥ 0,05 maka data tersebut dapat diterima dan apabila signifikan ≤ 0,05 maka data tersebut tidak dapat diterima di katakan tidak normal.
4.2.1 Analisis Deskriptif
Sebelum dilaksanakan analisis uji t-test, agar data tidak menyimpang maka harus dilakukan uji deskriptif statistik dan uji normalitas dahulu.Dengan uji normalitas dapat dilihat data dalam penelitian normal atau tidak.Syarat data yang digunakan dalam penelitian harus normal. Analisis deskriptif dan uji normalitas dengan menggunakan bantuan program SPSS 16,0for window. Sebelum uji normalitas di lakukan pengujian analisis deskriptif pada kelas eksperimen dan
- – pada kelas kontrol dengan bantuan program Microsoft excel2010. Langkah langkah pengujian pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan rumas, lebih jelas lihat pada analisis deskriptif pre-test dan post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah pengujian analisis deskriptif, pengujian deskriptif statistik, dan pengujian uji normalitas.
4.2.1.1 Analisis Deskriptif Pre-Test Kelas Eksperimen Problem Based
Learning dan Discovery LearningAnalisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0 for window. Sebelum analisis deskriptif dilakukan terlebih dahulu distribusi frekuensi post test kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu SD Negeri Kaligentong 1 dan SD Negeri Sruwen 03. Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan katagori kelompok.Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi nilai pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol.Sebelum dilakukan analisis deskriptif, gambaran mengenai hasil penelitian harus jelas yakni meliputi kelas interval. Kelas interval didapatkan dari nilai maksimal dikurangi nilai minimal dibagi banyaknya kelas Acuan dari penelitian ini adalah Sturges dengan ketetapan K = 1 + 3,33 log n. Dimana n adalah banyaknya siswa. Dari ketentuan tersebut didapatkan banyaknya kelas pada kelompok kelas eksperimen adalah 5,86978 dibulatkan menjadi 5 dan interval kelas 7,66638 dibulatkan menjadi 7. Distribusi frekuensi hasil Pre-test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pre-Test Kelas Eksperimen Problem Based LearningKelas Eksperimen Interval skor Problem Based Learning Frekuensi Persentase
0%
71 – 78
3 10%
79 – 86
87
7 24%
- – 94
95
19 65%
- – 100 Jumlah 29 99%
Berdasarkan dari Tabel 4.1. dapat diketahui pada kelas eksperimen siswa yang mendapat nilai 71 sampai dengan 78 sebanyak 0 anak dengan persentase 0%. Siswa yang mendapat nilai 79 sampai dengan 86 sebanyak 3 anak dengan persentase 10%. Siswa yang mendapat nilai 87 sampai dengan 94 sebanyak 7 anak dengan persentase 24%.Dan siswa yang mendapat nilai 95 sampai dengan 100 sebanyak 19 anak dengan persentase 65%.Berdasarkan analisis deskriptif pre-test kelas eksperimen dapat disajikan gambaran visual diagram batang sebagai berikut :
15 20 Kelas Eksperimen
10 5 71 - 78 79 - 86 87 -94 95 - 100
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Pre-tes Kelas Eksperimen Problem Based LearningDari acuan yang sudah disebutkan sebelumnya didapatkan banyaknya kelas pada kelompok kelas kontrol adalah 5,53455 dibulatkan menjadi 5 dan interval kelas 8,13074 dibulatkan menjadi 8. Distribusi frekuensi hasil Pre-test yang sudah dilaksanakan di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pre-Test Kelas Kelas eksperimen discovery learningKelompok Kelas Eksperimen Interval skor Discovery Learning Frekuensi Presentase
71
1 5%
- – 78
79
9 39%
- – 86
8 34%
87 – 94
95
5 21%
- – 100 Jumlah 23 99%
Penjelasan pada kelas kontrol siswa yang mendapat nilai 71 sampai dengan 78 sebanyak 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 79 sampai dengan 86 sebanyak 9 anak dengan prosentase 39%. Siswa yang mendapat nilai 87 sampai dengan 94 sebanyak 8 anak dengan persentase 34%.Dan siswa yang mendapat nilai 95 sampai dengan 100 sebanyak 5 anak dengan prosentase 21%.Berdasarkan analisis deskriptif pre-test kelas kontrol dapat disajikan gambaran visual diagram batang sebagai berikut :
Kelas Eksperimen Discovery 10 Learning
5 71 - 78 79 - 86 87 -94 95 - 100
Gambar 4.2 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Pre-Test Kelas eksperimen discovery learningBerdasarkan gambar 4.1 dan 4.2 dapat di ketahui bahwa pre-test pada kelas eksperimen lebih unggul dari pada kelas kontrol. Karena dalam pembelajarannya berbeda dalam penyampainnya, kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan pada kelas kontrol pembelajaranya menggunakan model discovery learning. Cara penyampaian guru yang menarik dari masing-masing kelas juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran lebih baik dari pada kelas kontrol.Setelah dilakukan perhitungan analisis distribusi frekuensi dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik hasil belajar sesudah mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan materi hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, rentang skor, mean, standar deviasi.
Tabel 4.3 Hasil Analisis Deskriptif Pre-Test Kelas Eksperimen Discovery Learning Dan
Problem Based Learning
Berdasarkan Tabel 4.3 olah data hasil belajar IPA menggunakan bantuan SPSS 16,0 for window dapat menunjukkan jumlah responden (N) pada kelas eksperimen sebanyak 29 siswa mempunyai skor minimum 83 sedangkan skor maksimum 100. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 94.9655, dengan standar deviasi adalah 4.98199. Jumlah responden (N) pada kelas kontrol sebanyak 23 siswa mempunyai skor minimum 76 sedangkan skor maksimum 100 dengan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 89.6087 dengan standar deviasi adalah 6.11064.
Hasil pengolahan SPSS 16,0for window diatas dapat memperjelas gambaran hasil belajar IPA pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.2.1.2 Analisis Deskriptif Post-Test Kelas Eksperimen Discovery Learning
Dan Problem Based LearningAnalisis deskriptif dilakukan dengan bantuan SPSS 16,0for window. Sebelum analisis deskriptif dilakukan terlebih dahulu distribusi frekuensi post test kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu SD Negeri Kaligentong 1 dan SD Negeri Sruwen 03. Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan katagori kelompok.Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi nilai post-testkelas eksperimen dan kelas kontrol.Sebelum dilakukan analisis deskriptif, gambaran mengenai hasil penelitian harus jelas yakni meliputi kelas interval. Kelas interval didapatkan dari nilai maksimal dikurangi nilai minimal dibagi banyaknya kelas Acuan dari penelitian ini adalah Sturges dengan ketetapan K = 1 + 3,33 log n. Dimana n adalah banyaknya siswa. Dari ketentuan tersebut didapatkan banyaknya kelas pada kelompok kelas eksperimen adalah 5,86978 dibulatkan menjadi 5 dan interval kelas 7,66638 dibulatkan menjadi 7. Distribusi frekuensi hasil Pre-test pada kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Post-Test Kelas Eksperimen Problem Based LearningKelas Eksperimen Problem Based Learning Interval skor Frekuensi Persentase
71
1 3%
- – 78
79
9 31%
- – 86
87
9 31%
- – 94
95
10 34%
- – 100 Jumlah 29 99%
Berdasarkan dari Tabel 4.4. dapat diketahui pada kelas eksperimen siswa yang mendapat nilai 71 sampai dengan 78 sebanyak 1 anak dengan persentase 3%. Siswa yang mendapat nilai 79 sampai dengan 86 sebanyak 9 anak dengan persentase 31%. Siswa yang mendapat nilai 87 sampai dengan 94 sebanyak 9 anak dengan persentase 31%.Dan siswa yang mendapat nilai 95 sampai dengan 100 sebanyak 10 anak dengan persentase 34%.Berdasarkan analisis deskriptif pre-test kelas eksperimen dapat disajikan gambaran visual diagram batang sebagai berikut : 10 15 Kelas Eksperimen
5 71 - 78 79 - 86 87 -94 95 - 100
Gambar 4.3 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Post-Test Kelas Eksperimen Problem Based LearningDari acuan yang sudah disebutkan sebelumnya didapatkan banyaknya kelas pada kelompok kelas kontrol adalah 5,53455 dibulatkan menjadi 5 dan interval kelas 8,13074 dibulatkan menjadi 8. Distribusi frekuensi hasil Pre-test yang sudah dilaksanakan di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Post-Test Kelas Eksperimen Discovery LearningKelompok Eksperimen Interval skor Discovery Learning Frekuensi Presentase 71 0%
- – 78
79
3 39%
- – 86
87
6 34%
- – 94
95
14 21%
- – 100 Jumlah 23 99%
Penjelasan pada kelas kontrol siswa yang mendapat nilai 71 sampai dengan 78 sebanyak 1 anak dengan persentase 5%. Siswa yang mendapat nilai 79 sampai dengan 86 sebanyak 9 anak dengan prosentase 39%. Siswa yang mendapat nilai 87 sampai dengan 94 sebanyak 8 anak dengan persentase 34%.Dan siswa yang mendapat nilai 95 sampai dengan 100 sebanyak 5 anak dengan prosentase 21%.Berdasarkan analisis deskriptif pre-test kelas kontrol dapat disajikan gambaran visual diagram batang sebagai berikut :
Kelas Eksperimen 10 5 Discovery Learning 71 - 78 79 - 86 87 -94 95 - 100
Gambar 4.4 Diagram Batang Distribusi Frekuensi Post-Test Kelas Eksperimen Discovery LearningBerdasarkan gambar 4.3 dan 4.4 dapat di ketahui bahwa pre-test pada kelas eksperimen lebih unggul dari pada kelas kontrol. Karena dalam pembelajarannya berbeda dalam penyampainnya, kelas eksperimen pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dan pada kelas kontrol pembelajaranya menggunakan model discovery learning. Cara penyampaian guru yang menarik dari masing-masing kelas juga mempengaruhi hasil dari pembelajaran, sehingga dalam pembelajaran lebih baik dari pada kelas kontrol.Setelah dilakukan perhitungan analisis distribusi frekuensi dilakukan analisis deskriptif. Di bawah ini merangkum data empirik hasil belajar sesudah mengikuti pembelajaran pada mata pelajaran IPA dengan materi hubungan antara sumber daya alam dengan teknologi yang digunakan yang telah diklasifikasikan deskriptif statistik dengan ukuran skor minimum, maksimum, rentang skor, mean, standar deviasi.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Deskriptif Post-Test Kelas Eksperimen Problem Based
Learning dan Discovery Learning
Berdasarkan Tabel 4.6 olah data hasil belajar IPA menggunakan bantuan SPSS 16,0 for window dapat menunjukkan jumlah responden (N) pada kelas eksperimen sebanyak 29 siswa mempunyai skor minimum 76 sedangkan skor maksimum 100. Nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 91.2414, dengan standar deviasi adalah 6.44014. Jumlah responden (N) pada kelas kontrol sebanyak 23 siswa mempunyai skor minimum 83 sedangkan skor maksimum 100 dengan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 94.3043 dengan standar deviasi adalah 5.23480.
Hasil pengolahan SPSS 16,0for window diatas dapat memperjelas gambaran hasil belajar IPA pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
4.3 Analisis Parametik Uji-T
Dalam analisis ini dilakukan uji normalitas data yaitu skor pre-test dan kelas eksperimen dan kelas kontrol.Setelah dilakukan uji normalitas data
post-test
dilakukan uji t menggunakan skor pre-test dan post-tes kelas eksperimen dan kelas kontrol.Yang pertama pengujiannya menggunakan uji normalitas dan yang kedua pengujiannya menggunakan uji T-Test untuk mengetahui hasil uji normalitas dan uji-t. Pengujian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for
window .
4.3.1 Uji Prasyarat
Normalitas dan homogenitas adalah uji prasyarat sebelum melaksanakan uji t. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data distribusi normal atau tidak.Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
.Perhitungan dilakukan menggunakan SPSS 16. Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov
normalitas sebelum kelas mendapatkan perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.7 Normalitas Data Awal (Pre-Test)Tabel 4.7 di atas mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data sebelum mendapat perlakuan.Kesimpulan dari tabel di atas adalah signifikansiuntuk Pre-Test kelas eksperimen dan kontrol.Masing-masing adalah sebesar 0,000 dan 0,200. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil Pre-test berdistribusi normal. Gambar grafik histogram pada kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.5 Grafik Histogram Uji Normalitas Pre-Test Kelas Eksperimen Problem Based LearningSelain itu gambar grafik histogram kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.6 Grafik Histogram Uji Normalitas Pre-test Kelas Eksperimen Discovery LearningSetelah diketahui kedua kelas dalam keadaan normal, langkah selanjutnya adalah uji homogenitas yang menggunakan nilai hasil Pre-test dari kedua kelas yakni kelas 5 SD Negeri Kaligentong 1 (kelas eksperimen) dan SD Negeri Sruwen 03 (kelas eksperimen). Data dapat dikatakan homogen jika data tersebut signifikan > 0,05. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran
Setelah kedua kelas dalam keadaan normal dan homogen, kemudian dilakukan uji banding dua sampel menggunakan parametric karena berdistribusi normal menggunakan analisis uji independent t test.Hal ini dilakukan karena untuk mengetahui perbedaan nilai Pre-test kelas ekperimen dan kontrol. Hasil analisis independent t test menggunakan SPSS 16 yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.9 Uji Banding Dua Sampel (Pre-test)
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean pretest eksperimen 29 94.9655 4.98199 .92513 kontrol 23 89.6087 6.11064 1.27416
Berdasarkan tabel Independent Samples Test terlihat signifikan pada kolom t-test for Eqaulity of Means (2-talied) adalah 0,001 0,05 yang berarti populasi kedua kelas homogen yang terlihat dari tabel berikut:
Tabel 4.10 Uji T Skor Pre-test SD Eksperimen Problem Based Learning dan Discovery
Learning
Syarat selanjutnya untuk memenuhi uji t adalah uji normalitas dan uji banding dua sampel uji independent t test setelah kelas sudah mendapat perlakuan.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui penyebaran data distribusi normal atau tidak.Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov . Data dikatakan normal jika signifikan > 0,05. Perhitungan dilakukan menggunakan SPSS 16. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Normalitas Data Akhir (Post-Test)
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. eksperimen .157 23 .145 .954 23 .350 kontrol .236
23 .002 .869 23 .006
a. Lilliefors Significance Correction
Tabel 4.11 di atas mendeskripsikan hasil uji normalitas terhadap penyebaran data.Kesimpulan dari tabel di atas adalah signifikansi untuk Post-Testkelas eksperimen dan kontrol.Masing-masing adalah sebesar 0,145 dan 0,002. Karena signifikansi untuk seluruh variabel lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa hasil Post-Test berdistribusi normal. Gambar grafik histogram pada kelas eksperimen dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.7 Grafik Histogram Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen Problem Based Learning Selain itu gambar grafik histogram kelas kontrol dapat dilihat pada gambar berikut:Gambar 4.8 Grafik Histogram Uji Normalitas Post-Test Kelas Eksperimen Discovery Learning4.3.2 Uji T
Uji prasyarat sebelum melakukan uji t sudah terpenuhi semua. Selanjutnya uji banding dua sampel dilakukan menggunakan analisis uji independent samples
test . Hal ini dilakukan karena untuk mengetahui perbedaan nilai Post-Test kelas
ekperimen dan kontrol setelah kelas mendapat perlakuan. Hasil analisis
independent t test menggunakan SPSS 16 yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.12 Uji Banding Dua Sampel (Post-Test)
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean posttest eksperimen 29 91.2414 6.44014 1.19590 kontrol 23 94.3043 5.23480 1.09153
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa tidak jauh beda antara kelas eksperimen dan kontrol. Setelah kedua data nilai Post-Test pada kelas eksperimen dan kontrol teruji normal, maka dapat dilakukan uji perbedaan rata-rata pada kedua kelas dengan bantuan SPSS 16 menggunakan Independent-Samples T Test. Hasil uji perbedaan rata-rata Post-Test dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.13 Uji T Skor Post-Test Kelas Eksperimen Problem Based Learning dan
Discovery Learning
Berdasarkan Tabel 4.13dapat dilihat bahwa dalam perhitungan pada kolom
Levene's Test for Equality of Equality Variances di peroleh nilai F sebesar 1.878
dan nilai probabilitas signifikan 0,117 yang menunjukkan bahwa hasil tersebut lebih besar dari pada 0,05 maka Ho diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok memiliki varian yang sama, Maka analisis uji beda Independen Samples T Test menggunakan nilai yang Equal Variance assumed.
Dengan melihat asumsi variance sama diperoleh nilai T tabel sebesar 3.484 dan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti ada perbedaan rata-rata instrumen pre-test yang signifikan terhadap hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning dengan model pembelajaran discovery learning. Perbedaan rata-ratanya berkisar antara 8.44535 sampai 8.53422 dengan perbedaan rata-rata 5.35682.
Tabel 4.14 Hasil Uji T-Test Skor Post-test Kelas Kelas Eksperimen Problem Based
Learning dan Discovery Learning
4.3.3 Uji Hipotesis
Pedoman pengambilan keputusan dari hasil analisis uji beda dengan melihat signifikansi H diterima jika signifikansi > 0,05 dan H ditolak jika
o a
signifikansi < 0,05. Pada hasil analisis didapatkan signifikansi (2-talied) sebesar 0,071 atau lebih dari 0,05 (0,071 > 0,05), maka H o diterima dan H a ditolak. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pengaruh penggunaan antara Pendekatan Saintifik melalui Model Pembelajaran Discovery
Learning dengan Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa kelas kelas
5 semester 2 SD Negeri Kaligentong 1 dan SD Negeri Sruwen 03 Tahun Pelajaran 2014/2015.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan antara Pendekatan Saintifik melalui Model Pembelajaran Discovery Learning dengan Problem Based
Learning tidak terdapat perbedaan pengaruh.Diantaranya adalah saat Pendekatan
Saintifik melalui Model Pembelajaran Discovery Learning diterapkan di kelas kontrol, banyak siswa yang ribut sendiri dan berbicara seenaknya, ada juga yang sibuk bermain sendiri. Siswa kurang percaya diri dan masih malu-malu saat menyampaikan hasil diskusi kelompok sehingga kurang fokus dengan apa yang sedang dia bicarakan, saat itu juga kelompok yang lain mendengarkan. Namun, kelompok yang tidak mendapat giliran menyampaikan hasil diskusi tidak mendengarkan penyampaian teman di depan kelas dan ribut sendiri. Selain itu faktor guru yang kurang tegas menegur siswa yang ribut sendiri. Kelas eksperimen yang menerapkan Pendekatan Saintifik melalui Model Pembelajaran
Problem Based Learning, siswa di kelas terlihat diam dan mendengarkan
penjelasan guru. Namun faktor lain datang dari diri siswa, sebagian besar siswa mempunyai daya tangkap yang kurang. Ketika diskusi dalam kelompok siswa banyak yang kebingungan walaupun sebelumnya sudah dijelaskan guru prosedur diskusi.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan SPSS 20,0 for windows dapat diketahui nilai signifikansi (2-tailed) 0,001 > 0,05, yang berarti rataan kedua kelas sama. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata kelas eksperimen problem based
learning 94.9655 dan kelas eksperimen discovery 89.6087 mempunyai perbedaan
yang tidak begitu jauh, sehingga kedua kelas mempunyai kemampuan yang sama. aHasil uji normalitas didapat nilai signifikansi pada Kolmogorov-Smirnov yaitu kelas eksperimen problem based learning 0,145 dan kelas eksperimen discovery 0,002 yang masing-masing > 0,05 yang dapat disimpulkan bahwa data kedua kelas normal.
Hasil belajar siswa sesudah mendapat perlakuan diperoleh dari uji
independent samlel t test nilai signifikansi (2-tailed) 0,071 > 0,05, artinya H o
diterima dan H a ditolak. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata kelas eksperimen
problem based learning 91.2414 dan kelas eksperimen discovery 94.3043. Dari
perbedaan rata-rata tersebut dapat dikatakan bahwa penggunakan model Problem
Based learning lebih efektif digunakan dalam pembelajaran IPA materi peristiwa
alam kelas 5 SD dibanding dengan model discovery. Sedangkan penggunaan model Discovery tidak cocok digunakan dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD.
Adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen Discovery dengan kelompok eksperimen Problem Based learning dikarenakan adanya penggunaan problem based learning pada kelompok eksperimen Problem Based
learning . Pembelajaran pada kelas eksperimen Problem Based learning
mendorong siswa memahami materi pembelajaran melalui pemecahan masalah kontekstual atau masalah yang terjadi di kehidupan sehari-hari sehingga materi pembelajaran dapat diterima dengan lebih baik. Dalam penyelesaian masalah digunakan sistem kelompok sehingga siswa yang lemah dalam memahami materi dapat terbantu oleh anggota kelompoknya. Kemudian dalam pembelajaran menggunakan model problem based learning siswa mendapat lebih banyak bimbingan daripada pembelajaran menggunakan model discovery sehingga guru dapat langsung membantu siswa atau kelompok ketika mengalami kesulitan. Dari beberapa hal di atas menimbulkan dampak positif bagi siswa, hal ini dapat dilihat pada nilai hasil belajar siswa melalui model problem based learning.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Merinda Dian Prametasari (2012) dengan skripsi yang ber judul “Efektifitas Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Hasanudin Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012”.
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada efektifitas penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Hail ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan rata-rata dari hasil belajar kelas kontrol dak kelas eksperimen dengan perolehan rata-rata nilai tes siswa kelas kontrol lebih rendah daripada reta-rata nilai tes siswa kelas eksperimen, yaitu 74,53 < 83,38 dengan perbedaan rata-rata (mean difference) sebesar 8,851. Perbedaan tersebut ditinjau dari kesignifikansinya nampak t hitung > t tabel (3,201 > 1,674) dengan taraf signifikansi diperoleh angka 0,002 < 0,05. Hal tersebut berarti terdapat perbedaan antara rata-rata. Dari hasil penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa penggunaan model problem based learning kurang efektif dibandingkan dengan model discovery learning lebih efektif dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SD.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan efektivitas pembelajaran model problem based learning dibanding dengan model discovery dalam pembelajaran IPA materi peristiwa alam kelas 5 SD