DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 20062007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

  

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI

SMA PANGUDI LUHUR ST.YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh:

Oleh:

  A.R. Citra Evrista Pertiwi NIM : 021114031

  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

SKRIPSI

DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI

SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK

  

Oleh

A.R Citra Evrista Pertiwi

NIM : 021114031

Telah disetujui oleh:

  Pembimbing I Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. Tanggal ............................ Pembimbing II Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. Tanggal ...........................

  SKRIPSI DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK Dipersiapkan dan ditulis oleh A.R Citra Evrista Pertiwi NIM : 021114031 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal.......................... dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. ................................. Sekretaris : Fajar Santoadi, S.Pd. ................................. Anggota : Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. ................................. Anggota : Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. .................................

  

Anggota : .................................

Yogyakarta, Juni 2007

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

  Dekan,

  MOTTO

  ¾ “Aku pun tahu, Ku tak pernah sendiri, sebab DIA Allah yang menggendongku. TanganMu membelaiku, cintamu memuaskanku. Ku dibaringkan ke tempat yang tinggi”.

  ¾ “Mereka yang berhasil menaklukan orang lain adalah orang kuat, akan tetapi jauh lebih kuat lagi, mereka yang berhasil menaklukan dirinya sendiri”. (Lao Tzu)

  PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk:

  Papa dan Mama tercinta Kakak dan Adik terkasih

  Seseorang yang kusayangi “Catur”

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Juni 2007 Penulis

  A.R. Citra Evrista Pertiwi

  ABSTRAK DESKRIPSI KECERDASAN INTRAPERSONAL PARA SISWA KELAS XI SMA PANGUDI LUHUR ST. YOSEF SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK A.R. Citra Evrista Pertiwi Universitas Sanata Dharma 2007

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan mengetahui: (1) deskripsi kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef tahun pelajaran 2006/2007, (2) menyusun suatu usulan topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef tahun pelajaran 2006/2007.

  Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007. Pengampilan sampel dilakukan dengan sistem acak (random sampling). Adapun pertimbangan peneliti menggunakan

  

random sampling, yaitu supaya setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama

  untuk diteliti dan menghindari bias dari peneliti. Jumlah keseluruhan sampel penelitian ini adalah 120 siswa.

  Hasil penelitian yang diperoleh adalah: (1) Dari 100% skor ideal, persentase perolehan skor siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 berkisar antara 59,58%-89,58%. Persentase terendah yang diperoleh siswa adalah 59,58% dan persentase tertinggi yang diperoleh siswa adalah 89,58%. Persentase perolehan skor tersebut dijabarkan sebagai berikut: 33 siswa mempunyai skor yang berkisar antara 59%-66%, 58 siswa mempunyai skor 67%-74%, 24 siswa mempunyai skor yang berkisar antara 75%-82%, dan ada 5 siswa yang mempunyai skor yang berkisar antara 83%-90%. (2) Usulan topik-topik bimbingan disusun berdasarkan skor terendah dari item kecerdasan intrapersonal yang di capai siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kasih yang begitu besar dari Dialah yang senantiasa memberikan kekuatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari bnatuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. MM. Sri Hastuti, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan ijin untuk penelitian.

  2. Fajar Santoadi, S.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kelancaran skripsi ini dan bersedia memberikan masukan-masukan kepada penulis.

  3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si. selaku Dosen pembimbing I yang telah dengan ketulusan hati memberikan bimbingan, petunjuk dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Dra. C.L. Milburga CB., M.Ed. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan penuh keramahan dan kesabaran memberikan bimbingan dan masukan- masukan yang bermanfaat untuk penulis.

  5. Para Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

  6. Para Dosen di luar Prodi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan motivasi dan kegembiraan tersendiri.

  7. Kedua orang tua: Papa dan Mama yang telah memberi banyak perhatian, dukungan dan doa kepada penulis selama perkuliahan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

  8. Kakak dan Adik: Mba Tyas dan Dek Wisnu yang telah memberikan warna tersendiri selama penulis menjalani perkuliahan sampai menyelesaikan skripsi ini.

  9. Kekasihku “Yohanes Catur Lastiatama” yang telah memberikan perhatian, dukungan, kasih sayang dan doa kepda penulis selama masa perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.

  10. Keluarga Bpk.Petrus Kuato yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.

  11. Bruder Agustinus Mujiya FIC, S.Pd yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan juga telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  12. Ibu P.E Agustin Setyaningsih yang dengan tulus hati dan penuh keramahan membantu penulis melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta dan juga memberikan motivasi dan masukan-masukan yang

  13. Sr. Yosefina PIJ yang telah memperkenankan penulis untuk mengadakan uji coba di SMA Katolik Sang Timur.

  14. Ibu M.J Lasmini yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan uji coba dan telah memberikan masukan-masukan yang berguna dalam menjalani profesi konselor sekolah.

  15. Para siswa kelas XI SMA Katolik Sang Timur Yogyakarta tahun pelajaran 2006/2007.

  16. Para siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

  17. Teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2002.

  18. Para sahabat Bimbingan dan Konseling angkatan 2002.

  19. Mudika Gereja Santa Maria Tak Bercela Kumetiran.

  20. Saudara-saudara para Suster Ursulin yang berada di pandega dan pringwulung.

  21. Saudara-saudara para romo, frater dan bruder konggergasi SSCC plemburan.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini belumlah sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi berbagai pihak.

  Yogyakarta, Juni 2007 Penulis

  A.R. Citra Evrista Pertiwi

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ... ........................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................. iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................... v ABSTRAK .................. ........................................................................................ vi ABSTRACT ................ ........................................................................................ vii KATA PENGANTAR. ........................................................................................ viii DAFTAR ISI ............... ........................................................................................ xi DAFTAR TABEL ....... ........................................................................................ xiv DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................

  1 B. Rumusan Masalah ............................................................................

  5 C. Tujuan ....... ........................................................................................

  6 D. Manfaat ..... ........................................................................................

  6 E. Definisi Operasional .........................................................................

  7 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  A. Kecerdasan Intrapersonal

  1. Pengertian Kecerdasan dan Kecerdasan Intrapersonal.................

  9 2. Aspek-aspek Kecerdasan Intrapersonal........................................

  13 3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal ...............................................

  21

  4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Keceradsan Intrapersonal .............................................................

  22 B. Bimbingan Kelompok 1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Kelompok.......................

  24 2. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok..........................................

  26 3. Tujuan dan Kegunaan Bimbingan Kelompok ..............................

  29 C. Pengembangan Kecerdasan Intrapersonal Melalui Bimbingan Kelompok ........................................................................

  30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ...................................................................................

  33 B. Subyek Penelitian ..............................................................................

  34 C. Alat Penelitian 1. Alat Pengumpul Data ...................................................................

  36 2. Uji Coba Alat................................................................................

  39 3. Validitas dan Reliabilitas..............................................................

  40 D. Prosedur Pengumpulan Data .............................................................

  48 E. Teknik Analisis Data .........................................................................

  49

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian...................................................................................

  51 B Pembahasan ........................................................................................ 58 BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK........................

  65 BAB VI PENUTUP A. Ringkasan . ........................................................................................

  74 B. Kesimpulan ........................................................................................ 76 C. Saran ......... ........................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA.. ........................................................................................

  78 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel 1 : Rincian Jumlah Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007.............................

  35 Tabel 2 : Komposisi Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal.............................

  38 Tabel 3 : Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Per Aspek Kuesioner Uji Coba...........................................................................................

  42 Tabel 4 : Rekapitulasi Hasil Analisis Reliabilitas Per Aspek Kuesioner Uji Coba...........................................................................................

  46 Tabel 5 : Daftar Indeks Korelasi Reliabilitas .................................................

  46 Tabel 6 : Komposisi Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal Setelah Uji Coba..............................................................................

  47 Tabel 7 : Rekapitulasi Hasil Penelitian Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007.....

  52 Tabel 8 : Distribusi Frekuensi Perolehan Skor Kecerdasan Intrapersonal Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007..............................

  56 Tabel 9 : Item-item Yang Mempunyai Skor Tinggi .......................................

  57 Tabel 10 : Item-item Yang Mempunyai Skor Rendah......................................

  58

  Tabel 11 : Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Siswa Kelas XI SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007 .............................................................

  66

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1 : Kuesioner Kecerdasan Intrapersonal ............................................

  81 Lampiran 2 : Data Hasil Uji Coba Alat di SMA Katolik Sang Timur ...............

  90 Lampiran 3 : Validitas dan Reliabilitas.............................................................. 102 Lampiran 4 : Perolehan Skor Skor Kecerdasan Intrapersonal Kelas XI

  SMA Pangudi Luhur St.Yosef Surakarta Secara Keseluruhan .... 105 Lampiran 5 : Surat Keterangan .......................................................................... 120

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

  penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

  Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya. Mereka ingin memiliki prestasi akademik yang tinggi. Disamping prestasi akademik yang tinggi, mereka juga ingin mempunyai prestasi atau pengalaman terlibat dalam suatu kegiatan atau organisasi tertentu. Untuk itu, selain sekolah banyak orang yang mengikuti berbagai kegiatan, seperti OSIS, kelompok mading, majalah sekolah, pengurus lingkungan dan lain sebagainya. Tujuan mereka mengikuti berbagai kegiatan tersebut antara lain adalah untuk mencari pengalaman, memperluas pergaulan atau bahkan ada dari mereka yang bercita-cita untuk menjadi seorang pemimpin bagi orang lain.

  Perolehan prestasi akademik ditentukan oleh banyak faktor. Faktor itu salah satunya adalah kemampuan kognitif yang dikenal dengan IQ. IQ mempunyai peranan dalam perolehan prestasi akademik tetapi bukan suatu faktor yang utama (Alder, 2001). Untuk meraih prestasi akademik yang tinggi dibutuhkan kerja keras karena banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapi dan perlu disikapi dengan baik. Kemampuan seseorang untuk menyadari hal ini, seberapa baik dapat mengatur diri dan bagaimana seseorang dapat tetap memotivasi dirinya supaya dapat terus berjalan, menentukan keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi akademik yang tinggi.

  Disamping itu kemampuan untuk menyadari kelebihan dan berusaha untuk mengembangkannya akan sangat membantu seseorang untuk berprestasi. Dan kemampuan untuk menyadari keterbatasan dan tahu bagaimana cara menanganinya juga merupakan kunci penting dalam pencapaian prestasi akademik yang tinggi.

  Semua kemampuan tersebut tercakup dalam kecerdasan intrapersonal. Kecerdasan intrapersonal mempengaruhi kinerja seseorang untuk mencapai keberhasilan akademik. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal akan mampu memahami diri dengan baik, ia akan mampu memahami kekuatan dan kelemahannya sendiri dan mampu mengelolanya. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi juga mampu memotivasi diri sendiri, ia tidak dimotivasi oleh kekuatan dari luar tetapi oleh kehendak diri sendiri (Goleman, 2001).

  Orang yang kecerdasan intrapersonalnya kurang akan mengalami kesulitan untuk menyadari keadaan diri dan mengendalikan diri sehingga dapat mengacaukan pikiran dan akhirnya melumpuhkan kemampuan berpikir. Seberapa pun tingginya IQ yang dimiliki seseorang, jika pikirannya kacau, ia tidak akan mampu berpikir jernih.

  Apabila ia tidak mampu memotivasi diri sendiri, maka ia akan terus “mandeg”. Seseorang yang mempunyai IQ tinggi tetapi kecerdasan intrapersonalnya kurang akan banyak menemui kegagalan. Sebaliknya seseorang dengan IQ yang biasa tetapi memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi dapat mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi.

  Disamping kecerdasan intrapersonal diperlukan dalam upaya pencapaian keberhasilan akademik, kecerdasan intrapersonal juga diperlukan seseorang untuk dapat memimpin orang lain. Sebelum memimpin orang lain, seseorang harus mampu memimpin diri sendiri. Untuk memimpin diri sendiri dibutuhkan kecerdasan intrapersonal. Dengan kecerdasan intrapersonal, seseorang dapat mengetahui keadaan dirinya, mengatur dirinya terutama apabila menghadapi tugas penting yang sulit. Ia juga mampu memotivasi diri untuk mengatasi situasi sulit dan mengambil langkah yang sesuai sehingga dapat terus berjalan menuju ke sasaran yang ingin dicapai.

  Sebagai orang yang dipimpin atau anggota suatu kelompok juga penting memiliki kecerdasan intrapersonal. Apabila pemimpin memberi tugas dan biasanya mengontrol pelaksanaan tugas itu, ketika ia tidak hadir, maka kita bisa mengontrol diri sendiri. Bagaimana kita melaksanakan tugas, apakah kita menentukan sasaran kerja yang lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan pemimpin kita, ditentukan oleh kita sendiri.

  Beberapa hal di atas menunjukan pentingnya seseorang memiliki kecerdasan intrapersonal. Realitanya, kecerdasan intrapersonal belum banyak diketahui masyarakat luas. Masyarakat belum menyadari pentingnya memiliki dan mengembangkan kecerdasan intrapersonal. Masyarakat luas dan dunia pendidikan masih banyak yang hanya memandang kecerdasan kognitif (IQ) dan menganggap remeh kecerdasan lain. Orang masih banyak yang menganggap, apabila memiliki IQ tinggi akan sukses. Sebaliknya apabila orang memiliki IQ yang rendah akan gagal.

  Masyarakat masih menjadikan IQ sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang.

  Dalam kepemimpinan juga banyak yang belum mengenal kecerdasan intrapersonal. Mereka belum menyadari pentingnya memiliki dan mengembangkan kecerdasan intrapersonal untuk bisa menjadi seorang pemimpin bagi orang lain. Hal itu terlihat dalam gejala kepemimpinan yang menyolok dimana para pemimpin memberi perintah dan menggunakan segala cara untuk mempengaruhi orang lain.

  Kepemimpinan bukan hanya merupakan proses ke luar melainkan juga proses ke dalam. Kepemimpinan bukan hanya bagaimana mengendalikan orang lain tetapi bagaimana mengendalikan diri sendiri (Manz, 1986).

  Orang yang dipimpin juga masih menunjukkan bahwa mereka belum dapat melakukan pengawasan terhadap diri sendiri. Mereka masih banyak yang bekerja apabila ada pengawasan dari pemimpinnya.

  Mengingat pentingnya kecerdasan intrapersonal dan ternyata masih banyak yang belum tahu atau menganggap penting memiliki dan mengembangkan kecerdasan intrapersonal, maka penelitian tentang kecerdasan intrapersonal perlu dilakukan.

  Upaya pengembangan kecerdasan intrapersonal dapat dilakukan dengan pelayanan bimbingan. Bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan kelompok.

  Bimbingan kelompok adalah bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu siswa. Tujuan dari pemberian bimbingan kelompok ini sejalan tujuan bimbingan, yaitu membantu siswa supaya dapat berkembang seoptimal mungkin (Winkel, 1997). Topik-topik yang disampaikan dalam bimbingan kelompok adalah topik-topik tentang kecerdasan intrapersonal. Topik-topik tersebut disusun sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kecerdasan intrapersonal.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah penelitian yang muncul dan ingin di cari tahu jawabannya melalui penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur

  St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007?

  2. Topik bimbingan kelompok manakah yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007?

C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan

1. Mengetahui bagaimana kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Pelajaran 2006/2007.

  2. Dapat memberikan usulan-usulan topik bimbingan kelompok yang dapat membantu untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Tahun Palajaran 2006/2007.

D. Manfaat Penelitian

  1. Bagi peneliti Memperoleh pengalaman dan gambaran tentang kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007 dan belajar menyusun usulan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai untuk meningkatkan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta tahun pelajaran 2006/2007.

  2. Bagi guru Bimbingan dan Konseling SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berguna bagi bidang Bimbingan dan Konseling di sekolah demi peningkatan kecerdasan intrapersonal para siswa.

  3. Bagi peneliti lain

  Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kecerdasan intrapersonal dan dapat memberikan inspirasi dalam melakukan penelitian berikutnya yang relevan.

E. Definisi Operasional

  Penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini

  1. Deskripsi Pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terinci.

  2. Kecerdasan Intrapersonal Kemampuan seseorang untuk menyadari diri, mengatur diri, dan memotivasi diri sendiri.

  3. SMA Pangudi Luhur St. Yosef Surakarta Sekolah Menengah Atas Katolik yang berada di Jl. LU. Adisucipto (Klengkeng No.1) Surakarta.

  4. Bimbingan Proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan keadaan keluarga dan masyarakat.

  5. Bimbingan kelompok Bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu siswa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini disajikan: kecerdasan intrapersonal, yang meliputi: pengertian

  kecerdasan dan kecerdasan intrapersonal, aspek-aspek kecerdasan intrapersonal, manfaat kecerdasan intrapersonal, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan intrapersonal; bimbingan kelompok, yang meliputi: pengertian bimbingan dan bimbingan kelompok, bentuk-bentuk bimbingan kelompok, tujuan dan kegunaan bimbingan kelompok; pengembangan kecerdasan intrapersonal melalui bimbingan kelompok.

A. Kecerdasan Intrapersonal

1. Pengertian Kecerdasan dan Kecerdasan Intrapersonal

  Menurut Poerwadarminta (1976) kecerdasan (inteligensi) adalah kesempurnaan dalam perkembangan akal budi, seperti kepandaian, ketajaman pikiran dan lain sebagainya. Hariwijaya (2005:2) lebih lanjut mengatakan “inteligensi adalah suatu kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional dan menghadapi lingkungannya secara efektif”.

  Secara garis besar, inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional.

  Alder (2001) dalam bukunya Boost Your Intelligence banyak menyajikan berbagai definisi tentang intelegensi dari berbagai ahli. Beragamnya definisi inteligensi yang dikemukan oleh para ahli sama halnya dengan beragamnya prinsip-prinsip dasar inteligensi. Ada yang berpendapat bahwa intelegensi itu merupakan kesatuan tunggal yang dapat diukur, ada yang berpendapat inteligensi sebagai ciri bawaan yang tidak dapat diubah, dan ada yang mengatakan bahwa inteligensi sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Seorang tokoh Multiple Intellegence, Howard Gardner, mengatakan bahwa kecerdasan itu tidak statis. Kecerdasan dapat terus berkembang dalam lingkungan yang tepat (Schmidt, 2001). Gardner mengatakan bahwa setidaknya ada tujuh jenis kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik-jasmani, kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi (Armstrong, 2002). Tokoh lain, Daniel Goleman, pengembang teori kecerdasan emosional dalam buku karangannya Emotional Intelligence mengatakan bahwa kecerdasan emosional terbagi dua, yaitu kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.

  Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan yang terarah ke dalam diri yaitu kemampuan seseorang untuk menyadari diri, mengatur diri dan memotivasi diri sendiri. Kecerdasan intrapersonal berada pada konteks diri, yaitu berfokus pada diri sendiri.

  Kesadaran diri yang dimaksud adalah pemahaman keadaan diri yang sebenarnya beserta daya potensi yang dimiliki; apa yang sedang dirasakan dan mengapa demikian, apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran diri tersebut seseorang dapat mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Armstrong (2003:22) mengatakan “kecerdasan

  intrapersonal adalah kecerdasan memahami diri sendiri, kecerdasan mengetahui siapa diri yang sesungguhnya”. Kecerdasan intrapersonal

  adalah kecerdasan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri dan kecerdasan untuk bisa merenungkan tujuan hidup sendiri serta untuk mempercayai diri sendiri. Mereka yang memiliki kecerdasan intrapersonal, memiliki pengetahuan tentang dirinya, terutama kepekaan terhadap nilai, tujuan dan perasaan mereka (Schmidt, 2002). Mereka dapat mengenali apa yang dirasakan dan bagaimana bertindak bijaksana terhadap pengetahuan tersebut. Mereka tidak hanya tahu bagaimana merasa, tetapi mereka juga tahu bagaimana mengungkapkan perasaan tersebut (Alder, 2001).

  Memiliki kesadaran diri saja tidaklah cukup. Kenyataanya, kerap kali orang dihadapkan pada situasi-situasi yang kurang menyenangkan yang menimbulkan tekanan-tekanan. Tekanan-tekanan ini dapat menimbulkan perasaan-perasaan negatif yang merusak yang dapat membuat seseorang tidak dapat berperilaku secara tepat atau mungkin dapat mengahambatnya dalam penyelesaian tugas-tugas tertentu. Disinilah perlu pengaturan diri. Untuk itulah selain kesadaran diri juga diperlukan pengaturan diri; pengaturan terhadap emosi-emosi yang meledak, pengaturan diri terhadap godaan-godaan untuk mengabaikan tugas, pengaturan diri terhadap perubahan-perubahan sehingga dapat menyesuaikan diri dan lain sebagainya.

  Suparno (2004:41) mengatakan “kecerdasan intrapersonal adalah

  

kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan akan diri sendiri dan

kemampuan untuk bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri itu”.

  Orang yang mempunyai kecerdasan intrapersonal dapat mengatur perasaan dan emosinya sehingga kelihatan sangat tenang. Pengaturan diri juga diperlukan seseorang supaya dapat bersikap dengan cara yang lebih tepat daripada apa yang diperintahkan perasaan (Alder, 2001).

  Disamping kesadaran diri dan pengaturan diri, seseorang juga membutuhkan suatu penggerak supaya dapat terus berkembang.

  Penggerak itu dinamakan motivasi. Seseorang dapat terus berkembang apabila ada motivasi dari dalam yang menggerakannya (Goleman, 2001).

2. Aspek-aspek kecerdasan intrapersonal

  Kecerdasan intrapersonal mempunyai aspek-aspek yang saling berhubungan dan membentuk suatu kesatuan konsep kecerdasan intrapersonal. Goleman (2001) menyebutkan aspek-aspek kecerdasan intrapersonal sebagai berikut:

  a. Kesadaran diri. Goleman (Nggermanto, 2000) mengatakan bahwa kesadaran diri berarti tahu apa yang dirasakan dan menggunakannya untuk mengambil keputusan diri; memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Menurut Stein&Book (2003), kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengenal dan memilah-milah perasaan, memahami hal yang sedang dirasakan dan mengapa hal itu bisa dirasakan dan mengetahui penyebab munculnya perasaan tersebut.

  Orang yang mempunyai kesadaran diri yang kuat bisa mengetahui saat-saat merasa kurang bersemangat, kesal, sedih ataupun sedang bergairah. Kesadaran diri ini merupakan dasar dalam pencapaian aspek kecerdasan intrapersonal lainnya. Seseorang tidak mungkin bisa mengendalikan sesuatu yang tidak disadarinya.

  Menurut Goleman (2001), aspek kesadaran diri ini terdiri dari: 1) Kesadaran emosi. Kesadaran emosi berarti mengenali emosi sendiri dan pengaruhnya. Kesadaran emosi dimulai dengan mengenali aliran perasaan yang terus ada dalam diri kemudian mengenali bagaimana perasaan ini membentuk persepsi, pikiran dan perbuatan. Kesadaran emosi juga berarti mengetahui bagaimana pengaruh emosi terhadap kinerja. Kesadaran emosi bukanlah perhatian yang larut ke dalam emosi, bereaksi secara berlebihan dan melebih- lebihkan apa yang diserap. Kesadaran emosi lebih merupakan modus netral yang mempertahankan refleksi diri bahkan di tengah badai emosi (Goleman, 2000).

  Orang yang mempunyai kesadaran emosi mampu:

  a) Mengetahui emosi mana yang sedang dirasakannya dan mengapa, b) Menyadari keterikatan antara perasaan, pikiran, perbuatan dan apa yang dikatakannya,

c) Mengetahui bagaimana perasaannya mempengaruhi cara kerjanya.

  2) Penilaian diri secara teliti. Penilaian diri secara teliti berarti perasaan yang tulus tentang kekuatan-kekuatan dan batas-batas pribadi, visi yang perlu diperbaiki, dan kemampuan untuk belajar dari pengalaman.

  Terkadang orang mempunyai kecenderungan untuk menyangkal diri supaya merasa nyaman secara emosi. Orang juga terkadang memberi gambaran palsu tentang dirinya dan mengorbankan kebenaran yang sebenarnya dapat membuka jalan menuju perbaikan-perbaikan diri yang lebih positif. Orang yang mempunyai penilaian diri yang teliti mampu:

a) Menyadari kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya,

  b) Memiliki kemampuan dan menyempatkan diri untuk merenung belajar dari pengalaman, c) Terbuka terhadap umpan balik yang tulus, bersedia menerima perspektif baru, mau terus belajar dan mengembangkan diri.

3) Percaya diri. Percaya diri berarti keberanian yang datang karena kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan.

  Orang yang percaya diri merasa puas dengan dirinya (Lindenfield, 1994).

  Percaya diri merupakan faktor penting dalam pencapaian prestasi. Keyakinan akan kemampuan diri ketika menghadapi tugas sulit dan keyakinan akan dapat mempergunakan kemampuannya secara maksimal sangat dibutuhkan dalam usaha pencapaian prestasi. Orang yang memiliki rasa percaya diri cenderung berani tampil dengan keyakinan diri. Ia berani menyatakan keberadaanya.

  b. Pengaturan diri. Pengaturan diri berarti pengelolaan impuls dan perasaan yang menekan. Pengaturan diri juga berarti penanganan emosi sehingga berdampak positif terhadap pelaksanaan tugas; peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum mencapai sasaran dan mampu pulih dari tekanan emosi. Aspek pengaturan diri terdiri dari: 1) Pengendalian diri. Pengendalian diri berarti mengelola emosi dan impuls yang merusak dengan efektif atau menjaga agar emosi dan impuls yang merusak tetap terkendali. Dalam hal ini emosi dan impuls tidak ditekan tetapi tetap berada di bawah kendali. Dengan pengendalian diri, seseorang dapat lebih bersikap dengan cara yang tepat, tidak hanya berdasarkan perintah emosi saja.

  Orang yang dapat mengendalikan diri secara tepat mampu:

  a) Mengelola dengan baik perasaan-perasaan impuls dan emosi- emosi yang menekan mereka, b) Tetap teguh, tetap positif dan tidak goyah bahkan dalam situasi yang paling berat, c) Berpikir dengan jernih dan tetap terfokus kendati dalam tekanan.

  2) Sifat dapat dipercaya dan sifat bersungguh-sungguh. Dapat dipercaya artinya menunjukkan kejujuran dan integritas atau menunjukkan sikap integritas dan sikap bertanggung jawab dalam mengelola diri sendiri.

  Orang yang memiliki sifat dapat dipercaya mampu: a) Membangun kepercayaan diri lewat keandalan diri.

  b) Berpegang teguh pada prinsip. Orang yang memiliki sifat bersungguh-sungguh mampu:

  a) Memenuhi komitmen dan mematuhi janji,

  b) Bertanggung jawab pada diri sendiri dalam memperjuangkan tujuan.

  3) Adaptabilitas. Adaptabilitas berati keluwesan dalam menangani perubahan dan tantangan. Orang yang terampil dalam hal ini menikmati perubahan dan menemukan kepuasan dalam inovasi.

  Adaptabilitas juga menuntut keluwesan dalam mempertimbangkan bermacam-macam perspektif untuk suatu situasi. Pada gilirannya, keluwesan ini bergantung pada ketangguhan emosi, yaitu kemampuan untuk merasa nyaman dalam ambiguitas dan tetap tenang dalam mengahadapi ketakterdugaan.

  Orang yang memiliki adaptabilitas mampu:

  a) Terampil menangani beragamnya kebutuhan, bergesernya prioritas, dan pesatnya perubahan,

b) Luwes dalam memandang situasi.

  c. Memotivasi diri sendiri. Goleman (Nggermanto, 2003) mengatakan memotivasi diri sendiri berarti mampu menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun menuju pada sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan mampu bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang tinggi dimotivasi oleh kehendak dirinya dan tidak dimotivasi oleh kekuasan dari luar (Goleman, 2001). Orang yang dimotivasi oleh kehendak dirinya akan lebih berhasil dalam hidup dibandingkan dengan orang yang mengaharapkan orang lain untuk memotivasi dirinya.

  Aspek memotivasi diri sendiri terdiri dari: 1) Dorongan berprestasi. Dorongan untuk berprestasi adalah dorongan untuk meningkatkan dan memenuhi standar keunggulan atau upaya untuk meningkatkan kualitas diri. Orang yang memiliki dorongan berprestasi mampu:

  a) Berorientasi pada hasil dengan semangat juang tinggi untuk meraih tujuan dan memenuhi standar,

b) Terus belajar untuk meningkatkan kinerjanya.

2) Memiliki inisiatif

  Orang yang memiliki inisiatif mampu:

  a) Siap memanfaatkan peluang,

  b) Mengejar sasaran lebih daripada yang dipersyaratkan atau yang diharapkan.

  Orang yang memiliki inisiatif bertindak sebelum dipaksa oleh sesuatu dari luar. Untuk itu orang yang mempunyai inisiatif pandai menangkap peluang- peluang baru yang sangat penting dalam keberhasilan- nya.

3) Optimisme

  Optimisme seperti harapan, berarti memiliki harapan yang kuat bahwa segala sesuatu dapat berjalan baik meskipun ditimpa kemunduran.

  Seligman (Goleman, 2000) mendefinisikan optimisme dalam kerangka pandangan seseorang tentang keberhasilan dan kegagalan. Orang yang optimis menganggap kegagalan disebabkan oleh sesuatu hal yang dapat diubah sehingga mereka dapat berhasil pada masa-masa mendatang. Orang yang pesimis menganggap kegagalan sebagai kesalahannya sendiri dan menganggap bahwa hal itu berasal dari pembawaan yang tidak dapat diubah.

  Orang yang optimis mampu:

  a) Tekun dalam mengejar sasaran kendati banyak halangan dan kegagalan,

b) Bekerja untuk harapan untuk sukses bukannya takut gagal,

  c) Memandang kegagalan atau kemunduran sebagai situasi yang dapat dikendalikan ketimbang sebagai kekurangan pribadi.

3. Manfaat Kecerdasan Intrapersonal

  Orang dengan kecerdasan intrapersonal yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan lebih bahagia dan berhasil dalam kehidupannya, menguasai pikirannya dengan baik yang mendorongnya untuk lebih produktif (Goleman, 2000). a. Lebih bahagia. Kebahagiaan adalah kemampuan untuk mensyukuri kehidupan, menyukai diri sendiri dan orang lain sehingga lebih bersemangat dan bergairah dalam hidup (Stein&Book, 2003). Orang yang kecerdasan intrapersonal baik bisa mensyukuri apa adanya dirinya. Mereka bisa menerima diri dan menyukai apa adanya dirinya. Dengan kata lain mereka merasa nyaman dengan diri mereka sendiri sehingga menimbulkan rasa bahagia.

  b. Lebih produktif. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi akan lebih produktif. Orang yang memiliki kecerdasan intrapersonal yang tinggi memiliki pengetahuan diri yang baik, ia mengetahui potensi apa yang dapat ditingkatkan. Ia juga dapat mengelola diri dengan baik menggunakan pengetahuan diri sehingga ia dapat mengatasi tantangan atau hambatan dari luar untuk meningkatkan potensinya. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujubnya kinerja yang tinggi sehingga ia dapat jauh meningkatkan potensi-potensinya sehingga dapat berkembang lebih baik.

  

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kecerdasan

Intrapersonal

  Menurut Gardner kecerdasan tidak statis. Kecerdasan dapat berkembang untuk semakin cerdas (Schmidt, 2001). Kecerdasan intrapersonal juga mengalami perkembangan dan lingkungan juga turut membantu perkembangan kecerdasan intrapersonal seseorang. Lingkungan yang dimaksud adalah keluarga, sekolah, masyarakat karena biasanya seseorang berada dalam lingkungan tersebut. Faktor-faktor yang tersebut di atas diuraikan sebagai berikut: a. Keluarga. Lingkungan keluarga turut menentukan perkembangan kecerdasan intrapersonal masing-masing anggota keluarga. Menurut

  Gottman (1998) keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk belajar berbagai hal terutama untuk mempelajari emosi. Di dalam suatu wadah yang dinamakan keluarga ini, anak belajar bagaimana merasa tentang diri sendiri, bagaimana mengungkapkan perasaan dan bagaimana anggota keluarga lain bereaksi terhadap perasaanya. Di dalam keluarga ini, anak bukan hanya belajar dari hal-hal yang dikatakan dan dilakukan langsung oleh orang tua kepada anak- anaknya, melainkan juga dalam contoh-contoh yang diberikan dalam menangani perasaan mereka sendiri. Orang tua tidak keberatan apabila anak-anak mengungkapkan perasaan mereka dan juga tidak mengabaikannya. Mereka mendengarkan dan menerima emosi-emosi negatif itu sebagai fakta kehidupan. Hal ini didukung oleh pendapatnya Ginot (Gottman, 1998) yang mengatakan bahwa salah satu tanggung jawab orang tua yang paling penting adalah mendengarkan anak- anak, bukan saja mendengarkan kata-kata, melainkan perasaan dibalik kata-kata itu. Disamping itu, keluarga yang mempunyai kebiasaan untuk berkumpul bersama untuk mengadakan sharing bersama, juga merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kecerdasan intrapersonal.

  b. Sekolah. Sekolah juga mempunyai pengaruh yang tidak kalah pentingnya di samping keluarga. Sekolah menjadi tempat bagi anak untuk belajar dan juga anak biasanya menghabiskan sebagian waktunya di sekolah.

  Suasana dalam proses belajar mengajar yang memberi kesempatan anak untuk mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan juga menjadi tempat tumbuhnya kecerdasan intrapersonal siswa.

  c. Masyarakat setempat. Masyarakat juga merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kecerdasan intrapersonal siswa. Hal ini dikarenakan keberadaan siswa dalam masyarakat. Di dalam hidup bermasyarakat banyak diwarnai dengan berbagai kegiatan. Apabila dalam pertemuan-pertemuan itu, setiap warga diberi kesempatan untuk mengungkapkan diri, apa yang dialami dan apa yang dirasakan juga dapat menjadi ladang bagi tumbuhnya kecerdasan intrapersonal. Lingkungan yang harmonis juga akan mendukung perkembangan kecerdasan intrapersonal.

B. Bimbingan Kelompok

1. Pengertian Bimbingan dan Bimbingan Kelompok

  Menurut Natawidjaja (Winkel, 1997) bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga dan masyarakat. Dengan kata lain bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan kepada individu, agar ia memahami kemampuan- kemampuan dan kelemahan-kelemahannya serta mempergunakan pengetahuan tersebut secara efektif di dalam menghadapi dan mengatasi masalah-masalah hidupnya secara bertanggung jawab. Winkel (1997) mengemukakan bentuk bimbingan ada dua, yaitu bimbingan individu dan bimbingan kelompok. Bimbingan individual adalah bimbingan yang diberikan pada satu orang siswa saja. Bimbingan yang diberikan pada lebih dari satu siswa disebut bimbingan kelompok. Winkel (1991) mengatakan bimbingan kelompok merupakan salah satu upaya membantu anak melalui pembentukan kelompok.

  Prayitno (2004) mengatakan pelaksanaan bimbingan kelompok mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan yang dimaksud adalah: a. Lebih efisien. Yang dimaksud lebih efisien disini adalah dengan satu kali kegiatan bimbingan kelompok sudah bisa memberikan manfaat atau jasa kepada sejumlah orang.

  b. Dapat menumbuhkan interaksi antar individu. Dalam bimbingan kelompok terjadi dinamika yang dapat menarik perhatian, yaitu tumbuhnya interaksi antar individu anggota kelompok. Hal ini merupakan sesuatu yang khas yang terjadi dalam bimbingan kelompok yang tidak mungkin terjadi dalam konseling individual.

  c. Dapat menghadirkan suasana kehidupan nyata masyarakat. Dalam interaksi antar individu anggota kelompok, masing-masing anggota membawa kondisi pribadinya sebagaimana ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat menghadirkan suasana kehidupan nyata yang dijumpai dalam masyarakat luas.

  d. Dapat menjadi persemaian layanan konseling individual. Bimbingan kelompok dapat menjadi wilayah penjajagan awal bagi calon klien untuk memasuki layanan konseling individual. Bagi calon klien itu, dinamika interaksi di dalam kelompok membuahkan berbagai hal yang pendalamannya lebih lanjut akan dapat dilakukan dalam konseling individual. Dengan demikian bimbingan kelompok dapat menjadi wilayah pesemaian bagi layanan bimbingan individual.

2. Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok

  Bentuk-bentuk bimbingan kelompok adalah suatu cara tertentu untuk mengelompokkan siswa. Menurut Winkel (1991) bentuk-bentuk bimbingan a. Pelajaran bimbingan (group guidence class). Pada bentuk ini tidak ada pengelompokan kembali, tetapi memakai satuan-satuan kelas yang sudah terbentuk. Pada jam tertentu (yang telah terjadwal) guru pembimbing masuk kelas dan memberikan pelayanan bimbingan, yang biasanya berupa pembahasan tentang suatu masalah yang tidak termasuk dalam silabus pelajaran lain. Dalam bimbingan siswa tidak dituntut untuk menguasai “bahan” seperti pada suatu mata pelajaran; siswa juga tidak akan diberi nilai dalam buku raport yang mencerminkan taraf prestasi belajar. Yang diutamakan adalah kebutuhan-kebutuhan siswa berkenaan dengan perkembangan pribadinya.

  b. Kelompok diskusi. Dalam hal ini dibentuk kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa; siswa itu mendiskusikan sesuatu bersama. Masalah yang didiskusikan ditentukan oleh guru pembimbing; untuk itu guru pembimbing dapat merumuskan satu dua pertanyaan yang harus dijawab oleh kelompok diskusi. Namun guru pembimbing juga harus mempertimbangkan apakah siswa sudah mempunyai pengalaman yang cukup banyak untuk mendiskusikan masalah tertentu. Masalah yang dibahas merupakan masalah yang berkaitan dengan perkembangan siswa yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dihadapi oleh kebanyakan siswa. Masalah itu biasanya tidak dibicarakan dalam pelajaran-pelajaran biasa.