BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas - TRI NURHAYATI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas

  a. Pengertian Kreativitas Kreativitas merupakan hasil dari interaksi antara individu dan lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada, dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya ialah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan.(Munandar, 2009:12)

  Semiawan (2010: 31) menyatakan bahwa kreativitas memiliki cakupan pengertian luas yang penting bagi individu maupun masyarakat. Dalam kaitan dengan individu ada rentangan yang luas dalam cakupan berbagai tugas, misalnya adalah kreativitas yang relevan dalam mengatasi masalah berkenaan dengan tugas manusia.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah proses dan hasil penciptaan sesuatu hal yang baru yang bermanfaat yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan.

  8 b. Ciri dan Skala Sikap Kreativitas Peringkat dari 10 ciri-ciri pribadi kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi (30 orang) dalam Munandar (2009: 37) adalah sebagai berikut:

  1. Imajinatif

  2. Mempunyai prakasa

  3. Mempunyai minat luas

  4. Mandiri dalam berpikir

  5. Melit

  6. Senang berpetualang

  7. Penuh energi

  8. Percaya diri

  9. Bersedia mengambil resiko

  10. Berani dalam pendirian dan keyakinan Berdasarkan ciri-ciri kreatif diatas maka Munandar (2009: 70) menerapkan skala sikap kreativitas yang dioperasionalkan dalam dimensi sebagai berikut:

  1. Keterbukaan terhadap pengalaman baru

  2. Kelenturan dalam berfikir

  3. Kebebasan dalam ungkapan diri

  4. Menghargai fantasi

  5. Minat terhadap kegiatan kreatif

  6. Kepercayaan terhadap gagasan sendiri

  7. Kemandirian dalam memberi pertimbangan Munandar (2009: 71) juga kemudian mengemukakan subskala untuk kreativitas. Subskala untuk kreativitas meliputi ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

  2. Sering mengajukan pertanyaan yang baik

  3. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

  4. Bebas dalam menyatakan pendapat

  5. Mempunyai rasa keindahan yang dalam

  6. Menonjol dalam salah satu bidang seni

  7. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/ sudut pandang

  8. Mempunyai rasa humor yang luas

  9. Mempunyai daya imajinasi 10. Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

  c. Pengembangan Kreativitas Pengembangan kreativitas siswa menurut Munandar (2009:45) perlu meninjau empat aspek dari kreativitas yaitu pribadi, pendorong

  (press), proses, dan produk (4p dari kreativitas). 1) Pribadi

  Kreativitas adalah ungkapan (ekspresi) dan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif adalah mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk- produk yang inovatif. 2) Pendorong

  Bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu.

  3) Proses Mengembangkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. Proses pengembangan kreativitas yang terpenting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. 4) Produk

  Kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif ysng bermakna ialah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong (

  “press”)

  seseorang untuk melibatkan dirinya sendiri dalam proses

  (kesibukan, kegiatan) kreatif. Pendidik harus menghargai produk kreativitas anak dan mengkonsumsikannya kepada yang lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Ini akan menjadi lebih menggugah minat anak berkreasi.

  d. Model Penilaian Kreativitas dalam Mengarang Skema penilaian kreativitas dalam mengarang menurut

  Munandar (2009:43) meliputi empat aspek yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian (orisinalitas) dan kerincian (elaborasi).

  1) Kelancaran Didasarkan atas jumlah kata yang digunakan dalam karangan tersebut.

  a) Jika kurang dari 25 kata skor 1

  b) 26

  • – 50 kata skor 2

  c) 51 - 75 kata skor 3

  d) 76 - 99 kata skor 4

  e) Lebih dari 100 kata skor 5 2) Kelenturan

  Kelenturan dalam struktur kalimat dan kelenturan dalam konten atau gagasan. Kelenturan dalam struktur kalimat. a) Keragaman dalam struktur kalimat Kalimat dapat beragam bentuk: sederhana, gabungan dan kompleks.

  b) Keragaman dalam penggunaan kalimat: deklaratif, interogatif, atau eksklamatoris.

  c) Keragaman dalam panjang kalimat: kalimat singkat ialah yang kurang dari lima kata, kalimat panjang ialah yang lebih dari kata. Kelenturan dalam konten atau gagasan

  a) Imajinasi: apakah subjek menunjukkan imajinasi yang kaya? Apakah ia dapat melepaskan diri dari rangsangan semula, atau tampak terima? b) Emosi: jika karangan kaya dalam ungkapan perasaan.

  c) Empati: jika secara eksplisit mengungkapkan perasaan dalam menggambarkan tokoh utama.

  d) Unsur pribadi: jika subjek melibatkan dirinya dalam kejadian, mengungkapkan pendapatnya atau pengalaman pribadi.

  e) Percakapan: menggunakan kalimat naratif langsung dengan tanda kutip. Namun pada anak kecil penggunaan tanda kutip tidak perlu yang penting di sini ada kata-kata langsung dari pembicara.

2. Kemampuan Menulis

  a. Kemampuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 707), kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan).

  b. Menulis Menurut Nurjamal dan Sumirat, (2010: 68) menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, menghibur. Hasil dari proses kreatif ini bisa disebut dengan istilah tulisan atau karangan. Istilah menulis sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis ilmiah. Sementara, istilah mengarang sering dilekatkan pada proses kreatif yang berjenis non ilmiah.

  Langan (2001:13) “writing is a process of discovery involving a series of steps, and those steps are very often a zigzag journey”. langan menggambarkan bahwa menulis merupakan proses penemuan yang melibatkan serangkaian langkah, dan langkah-langkah yang sangat sering perjalanan zigzag.

  Menurut Hartati (2006: 28) komunikasi tertulis adalah membaca dan menulis. Kedua ragam komunikasi menulis ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Komunikasi tertulis telah dikenal sebelum anak-anak masuk sekolah dengan bimbingan orang tua di lingkungan keluarganya anak mencoba untuk melatih dirinya dengan mencoret- coret hal yang baru dilihat dan dibacanya.

  Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian menulis adalah suatu ketrampilan berkomunikasi berupa mengemukakan gagasan pikiran kepada orang lain secara tidak langsung, tetapi menggunakan simbol-simbol yang mengandung arti sehingga orang lain akan mengerti dan memahami yang disampaikan dalam bentuk tulisan.

  c. Tujuan Menulis Saat melakukan kegiatan menulis, setiap individu memiliki motif atau tujuan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Menurut

  Hugo Hartic (dalam Tarigan, 1994: 24) tujuan menulis adalah sebagai berikut: 1) Assigmen Purpose (tujuan penugasan)

  Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekretaris yang ditugaskan membuat laporan, notulen rapat).

  2) Altruistic Purpose (tujuan altruistik) Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghibur para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. 3) Persuasi Purpose (tujuan persuasif)

  Tujuan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

  4) Informational (tujuan informational, tujuan

  Purpose

  penerangan) Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.

  5) Self-expressive Purpose (tujuan pernyataan diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

  6) Creative Purpose (tujuan kreatif) Tujuan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri.

  Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai kesenian.

  7) Problem-solving Purpose (tujuan pemecahan masalah) Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Sang penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

3. Menulis Karangan

  Ada dua hal yang umum dan perlu diperhatikan dalam menulis sebuah karangan, yaitu isi dan cara pengungkapan atau penyajian.

  Keduanya saling mempengaruhi. Kedua komponen ini tidak boleh terpisahkan dalam tata aturan menulis sebuah karangan. Karangan yang isinya runtut dan sistematis adalah karangan yang baik dan dapat dengan mudah dibaca oleh pembaca.

  Menurut kamus besar bahasa indonesia (2007: 506 ) “Karangan adalah hasil mengarang, tulisan, cerita artikel, buah pena, ciptaan, gubahan (lagu, musik, nyanyian), cerita mengada-ngada (yang dibuat), hasil rangkaian (susunan)”.

  Menurut Dhiwie (2010), karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Sedangkan menurut Murtaqi (2012), karangan adalah hasil tilisan yang mengungkapkan ide, perasaan atau pemikiran pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh.

  Berdasarkan beberapa pengertian karangan dapat penulis simpulkan bahwa karangan adalah hasil ungkapan jiwa atau rangkaian buah pikiran seseorang dalam mengungkapkan ide atau gagasan dan ditampilkan dalam bentuk bahasa tulis untuk bisa dipahami oleh pembaca.

  Menurut Parera (1987:5) ada lima jenis karangan yaitu:

  a. Deskripsi Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan gambaran tentang suatu peristiwa atau kejadian dan masalah, untuk menulis karangan deskripsi yang baik seorang pengarang harus dekat dengan objek dan masalahnya dengan semua pancainderanya.

  b. Eksposisi (sasaran) Eksposisi memberikan informasi. Tulisan eksposisi mempergunakan pengembangan secara analisis, ruangan, dan kronologis. Pengarang dan penulis berusaha memaparkan kejadian atau masalah agar pembaca dan pendengar memahaminya. Tujuan karangan eksposisi adalah untuk memberitahu, mengupas, menguraikan, atau menerangkan sesuatu. c. Narasi (penceritaan dan pengisahan) Tulisan narasi menyajikan serangkaian peristiwa menurut kejadian atau kronologis atau dengan maksud member arti kepada seluruh atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

  d. Argumentasi (pembahasan atau pembuktian) Tulisan argumentasi adalah tulisan yang berisi pendapat dan paparan alasan untuk membangun kesimpulan. Karangan argumentasi berfungsi memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat atau gagasan.

  e. Persuasi Tulisan persuasi adalah sebuah tulisan yang berusaha menonjolkan fakta-fakta mengenai suatu persoalan yang kemudian fakta-fakta itu dijadikan dasar untuk mempengaruhi pembaca untuk menuruti himbauan yang dilontarkan penulis.

4. Karangan Narasi

  Menurut Keraf (2007: 135) mengungkapkan karangan narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan sejelas- jelasnya suatu objek sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, maka narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu unsure yang paling penting pada sebuah narasi adalah unsure perbuatan atau tindakan. Pendapat ini diperkuat oleh Resmini (2008:135) yang menjelaskan tujuan menulis karangan narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak memberikan informasi atau memberi wawasan dan memperluas pengetahuan kepada pembaca, (2) hendak memberikan pengalaman estetis kepada pembaca. Dalam hal pengembangan karangan narasi, Resmini (2008:135) menyebutkan ada 6 langkah seperti berikut: a. Menentukan tema atau amanat apa yang disampaikan.

  b. Menetapkan sasaran pembaca.

  c. Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

  d. Membagi peristiwa utama ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

  e. Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

  f. Menyusun tokoh dan perwatakan, serta latar dan sudut pandang.

  Menurut Resmini (2008: 135) karangan narasi adalah karangan yang menyajikan serangkaian peristiwa. Karangan ini berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan maksud memberi arti kepada sebuah kejadian atau serentetan kejadian, dan agar pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

  Karangan narasi merupakan karangan yang selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yaitu alur, penokohan, latar, dan pemilihan detail peristiwa. Jika prinsip-prinsip itu diperhatikan maka akan menghasilkan sebuah karangan narasi yang baik. dalam melakukan penilaian karangan, menurut Nurgiyantoro (1988: 279) harus memperhatikan aspek-aspek berikut: a. Kualitas dan ruang lingkup isi

  b. Organisasi dan penyajian

  c. Gaya dan bentuk bahasa

  d. Tata bahasa

  e. Ejaan dan tanda baca

  f. Kerapian tulisan dan kebersihan g. Respon afektif guru terhadap karya tulis.

  Berdasarkan 7 aspek di atas peneliti melakukan modifikasi dan lebih menspesifikasikan aspek-aspek tersebut agar penilaian sesuai dengan indikator dalam pembelajaran karangan narasi yang akan peneliti lakukan. Hasil modifikasi tersebut tertera pada tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.1 Aspek-aspek Penilaian Karangan

  No Indikator Deskriptor Siswa mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi.

  Siswa cukup mampu mengembangkan ide dalam ualitas dan ruang karangan narasi. lingkup isi

  Siswa kurang mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi. Siswa tidak mampu mengembangkan ide dalam karangan narasi.

  Organisasi dan penyajian isi Siswa mampu mengorganisasikan unsur-unsur karangan narasi dalam karangan.

  Siswa cukup mampu mengorganisasikan unsur- unsur karangan narasi dalam karangan.

  Siswa kurang mampu mengorganisasikan unsur- unsur karangan narasi dalam karangan.

  Siswa tidak mampu mengorganisasikan unsur- unsur karangan narasi dalam karangan.

  Gaya dan bentuk bahasa Siswa mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  Siswa cukup mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  Siswa kurang mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  Siswa tidak mampu menggunakan gaya dan bentuk bahasa yang baik dan benar.

  Tata bahasa Siswa mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  Siswa cukup mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  Siswa kurang mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  Siswa tidak mampu menggunakan struktur kalimat dengan tepat dan benar.

  Siswa mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat. Siswa cukup mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat. Ejaan dan tanda

  Siswa kurang mampu menggunakan ejaan dan baca tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat.

  Siswa tidak mampu menggunakan ejaan dan tanda baca secara tepat dan benar pada setiap kalimat.

  Siswa mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi. Kerapihan tulisan

  Siswa cukup mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi.

  Siswa kurang mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi.

  Siswa tidak mampu menulis karangan narasi dengan tulisan rapi.

  Materi menulis karangan narasi sesuai KTSP SD Negeri 3 Linggasari dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar sebagai berikut:

  Standar Kompetensi : 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman, dan pantun anak.

  Kompetensi dasar : 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma, dll.) 5.

   Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

  Pelajaran Bahasa Indonesia merupakan pelajaran yang paling utama, terutama di SD. Dikatakan demikian, dengan bahasalah siswa dapat menimba ilmu pengetahuan, teknologi, seni, serta informasi yang ditularkan dari pendidik.

  Depdiknas (dalam Muslich, 2011 : 115) memaparkan bahwa pengajaran bahasa indonesia di sekolah dasar berdasarkan kurikulum 2004 secara umum dikembangkan menjadi ketrampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, menulis. Ke-empat aspek ketrampilan berbahasa tersebut harus mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksaannya dilakukan secara terpadu.

  Mata pelajaran bahasa indonesia diberikan disemua jenjang pendidikan formal. Dengan demikian, diperlukan standar kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia yang memadai dan efektif sebagai alat komunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa. Menurut Depdiknas (dalam Muslich 2011: 117) tujuan pengajaran bahasa indonesia di sekolah dasar adalah sebagai berikut : a. Siswa menghargai dan membanggakan bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu.

  b. Siswa memahami bahasa indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan dan keadaan.

  c. Siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial. d. Siswa memliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan menulis).

  e. Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

  f. Siswa menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia.

6. Media Pembelajaran

  a. Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah

  (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan suatu perantara atau penghubung antara dua pihak, yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi. Oleh karena itu, media pembelajaran berarti sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan (Anitah, 2009: 1).

  Bretz (Anitah, 2009: 1), mengatakan bahwa media adalah sesuatu yang terletak di tengah-tengah, jadi suatu perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan terjadinya suatu hubungan, dan membedakan antara media komunikasi dan alat bantu komunikasi. Perbedaan adalah bahwa yang pertama merupakan sesuatu yang berkemampuan untuk menyajikan keseluruhan informasi yang menggerakkan saling tindak antara pembelajar dengan subjek yang dipelajari, sedangkan yang kedua semata-mata adalah penunjang pada penyajian yang dilakukan oleh guru.

  Menurut Gene L. Wilkinson (Muslich, 2011: 113), media adalah segala alat dan bahan selain buku teks, yang dapat dipakai untuk menyampaikan informasi dalam suatu situasi belajar mengajar. Menurut Djamarah (2010: 121), media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pengajaran.

  Berdasarkan pengertian berbagai para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat atau sarana yang berfungsi sebagai komunikasi antara guru dengan siswa yang digunakan pada saat proses pembelajaran.

  b. Fungsi Media Menurut Harry C. Mc. Kown (Muslich, 2011: 133), mengemukakan mengenai empat fungsi media sebagai berikut:

  1) Mengubah titik berat pendidoikan formal, artinya bahwa dengan menggunakan media, pembelajaran yang pada mulanya abstrak bisa menjadi kongkret,

  2) Membangkitkan motivasi belajar, dalam hal ini penggunaan media menjadi motivasi entrinsik bagi pelajar, sebab penggunaan media, pembelajaran menjadi lebih menarik dan memusatkan perhatian belajar, 3) Memberikan kejelasan, agar pengetahuan dan pengalaman pembelajar dapat lebih jelas dan mudah dimengerti, 4) Memberikan stimulasi belajar.

  c. Karakteristik Media Pembelajaran Menurut Djamarah (2010: 127), setiap media mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari segi keampuhannya, cara pembuatannya, maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan ketrampilan pemilihan media pengajaran. Di samping itu, memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai jenis media pengajaran secara bervariasi. Sedangkan apabila kurang memahami karakteristik media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan cenderung bersikap spekulatif.

  Menurut Sihkabuden (Muslich, 2011: 134), dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

  1) Media hendaknya dipilih yang dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

  2) Media dipilih yang paling efektif (tepat guna) untuk pencapaian tujuan pembelajaran.

  3) Media dipilih sesuai dengan kemampuan pengetahuan dan menarik perhatian siswa.

  d. Media Gambar Seri Gambar adalah media yang paling umum dipakai. Gambar merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati. Menurut Sadiman (2009:29) media gambar mempunyai kelebihan sebagai berikut : 1) Sifatnya kongkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

  2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa anak-anak dibawa ke objek atau peristiwa tersebut. Gambar dapat mengatasi masalah tersebut. 3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. Sel atau penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.

  4) Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

  Menurut Arsyad (2009:119) gambar seri adalah gambar yang merupakan rangkaian kegiatan atau cerita disajikan secara berurutan.

  Alasan digunakan gambar seri adalah agar media gambar tersebut dapat membantu menyajikan suatu kejadian peristiwa yang kronologis dengan menghadirkan orang, benda, dan latar. Kronologis atau kejadian peristiwa dapat memudahkan siswa untuk menuangkan idenya dalam kegiatan bercerita. Dikatakan gambar seri karena gambar satu dengan gambar lainnya memiliki hubungan beruntutan peristiwa.

  Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa gambar seri adalah rangkaian gambar yang menceritakan suatu peristiwa secara runtut dan jelas.

7. Model Pembelajaran Examples Non Examples a. Pengertian Examples non Examples

  Menurut Santoso (2011: 1) model pembelajaran examples non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Examples non Examples

  Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model pembelajaran examples non examples menurut Hanafiah dan Cucu Sahana (2012: 41) yaitu sebagai berikut : 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran .

  2) Guru menempelkan gambar di papan tulis. 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memerhatikan dan menganalisa gambar.

  4) Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa dan hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat.

  5) Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.

  6) Mulai dari komentar hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.

  7) Kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Examples non Examples

  Kelebihan: 1) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar; 2) Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar; 3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.

  Kekurangan: 1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar 2) Memakan waktu yang lama.

  d.

  

Langkah-langkah pembelajaran menulis karangan narasi

dengan menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples.

  Langkah-langkah penerapan model Examples non Examples hasil modifikasi peneliti yaitu: 1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

  2) Guru menempelkan gambar di papan tulis. 3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar.

  4) Siswa diminta untuk menyusun karangan narasi sesuai urutan gambar seri yang sudah dianalisis.

  5) Setelah selesai, siswa diminta untuk membacakan hasilnya. 6) Guru bersama-sama dengan siswa memberikan komentar terhadap hasil pekerjaan siswa yang sedang dibacanya.

  7) Guru mengajak siswa untuk menyusun kesimpulan yang tepat mengenai karangan narasi berdasarkan urutan gambar seri yang ditampilkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Penelitian oleh Dyah Utari (2013) tentang “Keefektifan kemampuan menulis dengan menggunakan model pembelajaran example non example pada kelas VIII SMP Kesatrian 2 Semarang”, menunjukkan bahwa penggunaan model examples non examples pada mata pelajaran Bahasa Indonesia efektif meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis, dibuktikan dengan hasil yang diperoleh.

  P enelitian lain oleh Yudha Aji Prasetyo (2013) tentang “Efektivitas Penerapan Model Examples non Examples dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Naratif pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Mranggen”.

  Menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran examples non

  examples pada pembelajaran Bahasa Indonesia efektif meningkatkan pembelajaran menulis paragraf naratif, dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar siswa.

  Dari hasil di atas menunjukkan bahwa penggunaan metode examples

  non examples efektif untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Oleh karena

  itu, peneliti menggunakan metode ini untuk diterapkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini.

C. Kerangka Pikir

  Kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi masih sangat kurang yang bisa dilihat dari siswa kurang mampu menggunakan dan memilih variasi kata untuk menuangkan idenya sehingga siswa sering mengulang kata yang sama dalam satu kalimat.

  Pembelajaran di kelas masih sangat monoton, guru kurang dalam menggunaan alat peraga sehingga siswa kurang terbantu dalam menumbuhkan ide dan mengembangkannya menjadi bahasa yang baik.

  Perlu adanya perubahan pembelajaran yang berorientasi pada siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal. Model examples non

  examples merupakan model yang dapat membantu memecahkan masalah

  dalam proses pembelajaran. Model examples non examples dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menulis karangan narasi. Peneliti akan mencoba menerapkan model examples non examples dengan harapan kemampuan menulis karangan narasi akan meningkat. Secara skematis kerangka berfikir dapat digambarkan pada gambar 2.1 di bawah ini:

  Kreativitas dan kemampuan menulis Kondisi awal karangan narasi rendah

  Dalam pembelajaran guru menggunakan model examples non examples dengan media

  Tindakan gambar seri Siklus I Pembelajaran menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan media

  Hasil belajar bahasa gambar seri Indonesia pokok bahasan menulis karangan narasi siswa meningkat

  Siklus II Pembelajaran menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan media gambar seri

  Gambar 2.1

  Gambar alur kerangka pikir

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kajian di atas, maka dapat diasumsikan hipotesis tindakannya adalah dengan memulai penerapan model pembelajaran

  examples non examples dengan gambar seri dapat meningkatkan kreativitas

  dan kemampuan siswa pada materi karangan narasi di kelas IV SD Negeri 3 Linggasari.