BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktivan siswa 1. Pengertian Keaktivan siswa - Dinaryo BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keaktivan siswa

1. Pengertian Keaktivan siswa

  Keaktivan siswa dalam proses pembelajaran diperlukan demi terciptanya pembelajaran yang baik. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

  "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktiv mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara".

  Berdasarkan pengertian di atas jelaslah bahwa di dalam proses pembelajaran, peserta didik atau siswa dituntut keaktivannya. Guru merupakan penanggungjawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas, karenanya guru memegang peranan penting dalam proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Guru harus mampu menciptakan interaksi yang baik dalam usaha membangkitkan serta mengembangkan keaktivan belajar siswa. Sebab, segala keaktivan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan.

  Winarno Surahmad (1994) dalam bukunya M. Sobry Sutikno (2005:19) menjelaskan bahwa di dalam proses pembelajaran selalu ditekankan pengertian interaksi yaitu hubungan aktiv multi arah antara pendidik dan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lainnya, pendidik dan

  9 peserta didik dengan sumber belajar. Menurut Anton M.Mulyono (2001:26) yang dimaksud dengan keaktivan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. Sanjaya (2007:101) mengemukakan bahwa aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual dan emosional.

  Menurut Syah (2010:89-90) mengemukakan pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar di bagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya: a. Prestasi yang bersifat kognitif (ranah cipta)

  Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan, pemahaman aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan penilaian secara teliti), sisntesis (membuat paduan baru dan utuh).

  b. Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain.

  c. Prestasi yang bersifat psikomotorik (Ranah Karsa) Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal. Misalnya siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut dalam kehidupan sehari- hari.

  Pengambilan bagian oleh siswa dalam aneka ragam kegiatan belajar mengajar meningkatkan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan mental yang yang optimal ini sekaligus berarti membangkitkan motivasi yang optimal pula dari pihak siswa untuk melaksanakan kegiatan belaja mengajar tersebut. Pengalaman belajar memberi kesempatan kepada para siswa untuk mencoba sendiri mencari jawaban suatu masalah, bekerja sama dengan teman sekelas, atau membuat sesuatu, atau jauh lebih menantang pengerahan energi dan pengerahan perhatian siswa daripada apabila hanya harus mencernakan saja informasi yang diberikan berkala (Oemar Hamalik, 2003:10).

  Di sini jelas bahwa guru berperan sebagai motivator atau memberi motivasi kepada peserta didik. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan (Zakiah Daradjat, 2008:23). Motivasi yang diberikn oleh guru melalui berbagai metode pengajaran dapat menimbulkan keaktivan siswa dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Sudjana (1994:61) mengatakan bahwa :

  "Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis, kesempatan untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi".

  Berdasarkan uraian di atas dapat dimengerti jika yang dimaksud dengan keaktivan siswa adalah turut serta, keterlibatan siswa, atau pengambilan bagian oleh siswa dalam proses belajar mengajar yang bisa diwujudkan dengan bertanya, mencari informasi, atau melaksanakan tugas sesuai tujuan.

2. Bentuk-bentuk keaktivan siswa

  Belajar dengan sendirinya dalam bentuk keaktivan siswa walaupun, tentu saja, dalam derajat yang berbeda-beda. Keaktivan dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya menulis laporan, mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, dan sebagainya.

  Keaktivan-keaktivan yang lebih penting, bahkan lebih sulit diamati menggunakan isi khazanah pengetahuan dan memecahkan masalah baru, menyatakan gagasan dengan bahasa sendiri, menyusun suatu rencana satuan pelajaran atau eksperimen IPA, dan sebagainya. Akan tetapi semua itu dipulangkan kepada satu dalam kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan. Asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan, dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan sikap (Hamalik, 2003:45).

  Sudjana (1994:61) mengatakan bahwa keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis, kesempatan untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Jadi di dalam proses pembelajaran keaktivan siswa melibatkan segi fisik atau jasmani dan segi jiwa atau mentalnya. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktiv jiwanya, begitu sebaliknya (Rohani, 2004:21).

  Berdasarkan berbagai pendapat tentang keaktivan siswa tersebut di atas dapat dimengerti bahwa jenis keaktivan siswa meliputi keaktivan jiwa atau rohani dan keaktifan jasmani. Keaktivan siswa jenis rohani dan jasmani dapat dilihat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa di sekolah.

  Kegiatan-kegiatan jasmani dan rohani yang dapat dilakukan di sekolah menurut hasil penelitian yang dilakukn oleh Paul B. Diedrich (dalam Rohani, 2004:24) meliputi: 1) Visual activities: membaca, memperhatikan gambar, percobaan dan sebagainya.

  2) Oral activities : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, diskusi, dan sebagainya.

  3) Listening activities : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, pidato dan sebagainya.

  4) Writing activities : menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket menyalin 5) Drawing activities : menggambar, membuat grafik, peta, pola.

  6) Motor activities : melakukan percobaan, bermain, berkebun, dan lain-lain. 7) Mental activities: mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, mengambil keputusan, melihat hubungan, dan sebagainya.

  8) Emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya.

  Keaktivan peserta didik atau siswa adalah mutlak dalam proses pendidikan agar mereka mampu mengembangkan potensi dirinya menjadi manusia seutuhnya. Dalam proses pembelajaran, siswa mengaktivkan berbagai macam inderanya untuk dapat menyerap dan mencapai hasil belajar yang maksimal. Keaktivan belajar siswa ini akan berpengaruh pada hasil belajar yang ia peroleh. Semakin tinggi tingkat keaktivan diharapkan semakin besar hasil yang diperoleh (Dermawan, 2009:5).

3. Upaya-upaya dalam keaktivan siswa

  Dalam usaha pendidikan, guru dan murid merupakan dua faktor yang sangat penting. Mengajar pendidikan kewarganegaraan (PKn) tidak akan berhasil kalau salah satu faktor tersebut diabaikan. Kedua faktor tersebut harus sama-sama aktiv. Guru sebagai subyek yang aktiv mengajar, dan murid sebagai subyek yang aktif menerima pelajaran (Ahmadi,1986:100). Guru merangsang keaktivan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mencerna dan mengolah adalah murid itu sendiri sesuai kemauan, kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing. Keaktivan siswa di dalam belajar adalah keaktivan jasmani dan jiwa (Rohani, 2004:21). Untuk membangkitkan keaktivan jiwa peserta didik, guru perlu : 1) mengajukan pertanyaan dan membimbing diskusi peserta didik dengan menggunakan media gambar.

  2) memberikan tugas-tugas untuk memecahkan masalah

  • –masalah, menganalisis, mengambil keputusan, dan sebagainya.

  3) menyelenggarakan berbagai percobaan dengan menyimpulkan keterangan, memberikan pendapat dan sebagainya (Rohani, 2004:23).

  Untuk membangkitkan keaktivan jasmani, maka guru perlu : 1) menyelenggarakan berbagai bentuk pekerjaan ketrampilan di bengkel, laboratorium, dan sebagainya.

  2) mengadakan pameran, karyawisata, dan sebagainya (Rohani, 2004:23).

  Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Guru menciptakan interaksi yang baik dalam usaha membangkitkan serta mengembangkan keaktivan belajar siswa. Sebab segala keaktivan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan (Ilham, 2008:5).

  Selain itu ada beberapa bentuk upaya yang dapat dilakukan guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran adalah di antaranya dengan meningkatkan minat siswa, membangkitkan motivasi siswa, menerapkan prinsip individualitas siswa, serta menggunakan media dalam pembelajaran (Djamarah, 2003:35-38). 1) Meningkatkan minat siswa

  Kondisi pembelajaran yang efektif adalah dengan adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa adanya minat seseorang tidak mungkin akan melakukan sesuatu. Siswa yang memiliki minat yang besar terhadap suatu pelajaran akan lebih aktif untuk mempelajarinya dan sebaliknya, siswa akan kurang keaktivannya dalam mempelajari pelajaran yang kurang diminatinya. Oleh karena itu William Jams memandang bahwa minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktivan belajar siswa.

  Jadi, minat merupakan faktor yang menentukan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. Untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, guru dapat melakukan beberapa upaya yaitu dengan menggunakan media gambar adalah : a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

  c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

  d) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2003:35).

  Thomas M. Risk (1975:79) mengemukakan “no learning takes

  place without attention

  .” Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa suatu pelajaran tidak akan berlangsung tanpa adanya perhatian dari siswa.

  Dengan demikian proses pembelajaran akan berjalan lancar bila siswa memiliki minat yang besar yang menimbulkan perhatiannya dalam belajar.

  Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa-siswanya agar pelajaran yang diberikan mudah dipahami sehingga mereka terlibat aktif dalam pembelajaran.

  2) Membangkitkan motivasi siswa Motif merupakan suatu tenaga yang berada pada diri siswa yang mendorongnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. Menurut Muh.

  Uzer Usman adalah “suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untu k membuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu”. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar secara aktif. Motivasi belajar siswa dapat timbul dari dalam individu siswa dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Motivasi yang timbul dari dalam diri siswa sendiri tanpa ada ajakan atau pengaruh dari orang lain disebut motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar diri siswa, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain disebut motivasi ekstrinsik. Adapun faktor- faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan motivasi belajar menurut Haris Mujiman (2007:41) adalah:

  a) Faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar

  b) Faktor kebutuhan untuk belajar c) Faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar.

  d) Faktor kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar.

  e) Faktor pelaksanaan kegiatan belajar.

  f) Faktor hasil belajar.

  g) Faktor kepuasan terhadap hasil belajar. h) Faktor karakteristik pribadi dan lingkungan. 3) Menerapkan prinsip individualitas

  Setiap siswa memiliki ciri-ciri individu sendiri. Ada siswa yang badannya tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lambat, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berbakat dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran tertentu, tabah, ulet atau mudah putus asa, periang atau perenung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan sebagainya. Berdasarkan hal tersebut, pemahaman guru terhadap setiap individu siswa sangat penting dalam upaya mengembangkan keaktifan belajar mereka. Dalam konteks ini Saiful Bahri Djamarah (2003:37) mengemukakan sebagai berikut:

  ”Guru harus melakukan pendekatan dalam strategi belajar mengajarnya. Bila tidak, maka strategi belajar tuntas atau

  

masteyr learning yang menuntut penguasaan penuh kepada anak didik tidak

  akan pernah menjadi kenyataan”. Paling tidak dengan pendekatan individual dapat diharapkan kepada anak didik dengan tingkat penguasaan optimal.

  4) Menggunakan media dalam pembelajaran.

  Media pembelajaran memiliki arti yang cukup penting dalam kegiatan pembelajaran. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan pelajaran yang disampaikan kepada siswa dapat disederhanakan dengan bantuan media. Siswa akan lebih mudah menerima bahan pelajaran dari pada tanpa penggunaan media. Nana Sudjana dalam Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2000:26), mengemukakan manfaat dan nilai-nilai praktis penggunaan media pembelajaran, yaitu: 1) Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk berpikir.

  Karena itu, dapat mengurangi verbalisme. 2) Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar.

  3) Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga hasil belajar bertambah mantap.

  4) Memberikan pengalaman yang nyata dan dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri pada setiap siswa.

  5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6) Membantu tumbuhnya pemikiran dan membantu berkembangnya kemampuan berbahasa.

  7) Memberikan pengalaman yang tak mudah diperoleh dengan cara lain serta membantu berkembangnya efisiensi dan pengalaman belajar yang lebih sempurna.

  Keaktivan peserta didik atau siswa adalah mutlak dalam proses pendidikan agar mereka mampu mengembangkan potensi dirinya menjadi manusia seutuhnya.

  B. Media Gambar

  1. Pengertian Media Gambar

  Media pembelajaran telah dikenal sejak lama, sejak pendidikan formal atau pengajaran itu ada. Terdapat banyak pengertian atau definisi tentang media. Media adalah sarana yang digunakan untuk menampilkan pelajaran dan dalam pengertian yang lebih luas disebut media pendidikan, dengan pengertian bahwa pendidikan bukan hanya mencakup pengajaran saja tetapi juga pendidikan dalam arti yang lebih luas.

  Proses belajar mengajar adalah proses komunikasi yang diciptakan oleh guru dan siswa, dimana kadang terjadi gangguan atau hambatan. Untuk mengatasi hambatan itu diperlukan adanya media pengajaran yang dapat meningkatkan efektivitas belajar mengajar. Menurut Oemar Hamalik (1982: 23) media pendidikan dapat berfungsi sebagai alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.

  Menurut Arsyad (2002: 11-13) ada beberapa kemampuan media pengajaran dalam mengefektifkan proses belajar mengajar antara lain: (1) kemampuan fiksasi, yaitu media mempunyai kemampuan menangkap sesuatu objek atau peristiwa, (2) kemampuan manipulatif yaitu kemampuan memindahkan suatu objek yang disesuaikan dengan keperluan, kemampuan distributive yaitu memungkinkan kita mentransfer atau memindahkan suatu objek melalui ruang.

  Media gambar adalah bentuk bahan pembelajaran yang didesain dalam bentuk gambar. Guru dapat menggambar benda-benda yang sesuai dengan materi yang diajarkan agar siswa menjadi tertarik dan aktif dalam pembelajaran. Media gambar berbentuk dua dimensi (grafis) karena hanya memiliki ukuran panjang dan lebar. Yang termasuk media gambar adalah gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, kartun, komik, poster, peta dan lain- lain.

  Media gambar telah berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi seperti gambar fotografi. Gambar fotografi bisa diperoleh dari berbagai sumber : surat kabar, majalah, brosur, dan buku-buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto yang diperolah dari berbagai sumber tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar pada tiap jenjang pendidikan dan berbagai disiplin ilmu (Sudjana 2000: 78)

2. Fungsi media gambar

  Media pembelajaran mempunyai fungsi yaitu: (1) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, (4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka (Arsyad 2002: 26-27).

  Sama dengan media lain, media gambar berfungsi untuk menyalurkan pesan dan penerima sumber ke penerima pesan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi visual. Supaya proses penyampaian pesan dapat berhasil dan efisien, simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar. Secara khusus gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide, menghiasi fakta yang mungkin akan cepat dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.

  Di samping itu gambar/fotografi juga sangat mendorong para siswa untuk membangkitkan minatnya pada pelajaran, membantu mengembangkan kemampuan berbahasa, kegiatan seni, melukis, menggunakan serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku-buku teks. Kriteria dalam pemilihan media gambar adalah berdasarkan persyaratan artistik. Media gambar yang memiliki kriteria artistik adalah media gambar grafis. Media memiliki unsur-unsur adalah gambar dan tulisan. Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan menggunakan kata-kata, angka, serta bentuk simbol (lambang). Media grafis merupakan gambar yang sederhana untuk menggambarkan data kuantitatif yang akurat dan mudah untuk dimengerti.

  3. Macam-macam media gambar

  1) Model Model adalah alat bantu mengajar berupa bentuk-bentuk khusus bersifat dua dimensi, merupakan tiruan dari unsur-unsur dalam pelajaran PKn, seperti gambar lambang negara. 2) Bagan atau diagram

  Bagan atau diagram, misal bagan waktu berfungsi memberikan kerangka kronologis dalam mana peristiwa dan unsur perkembangannya bisa ditunjukkan dengan jelas. Selain itu, bagan waktu juga bisa menggambarkan unsur-unsur sebab akibat dari peristiwa dan bahkan saling hubungan antara peristiwa-peristiwa dalam berbagai aspek kondisionalnya. 3) Peta

  Penggunaan peta sebagai media pengajaran PKn, merupakan bagian integral dari materi pengajaran itu sendiri, disebabkan karena dalam pelajaran PKn, di samping ada unsur waktu juga punya unsur tempat atau ruang. 4) Gambar

  Gambar digunakan dan diperagakan disusun pada dinding peraga. Gambar harus cukup jelas, agar siswa dapat melihat dengan jelas. Gambar antara lain bisa berupa gambar, foto, grafik, kartun, komik, poster, dan lain-lain.

  4. Tata cara menggunakan media gambar

  Pemanfaatan media gambar dalam pelajaran PKn diperlukan strategi yang tepat, hal ini dimaksudkan agar pelajaran tidak terjebak pada sifat monoton dan siswa tidak hanya menonton. Pembelajaran dengan diawali media gambar akan membawa suasana belajar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dilanjutkan dengan menjelaskan atau menuliskan sejarah yang disajikan dalam gambar. Beberapa strategi/ cara yang dapat dipilih : 1) Serangkaian gambar untuk belajar berkelompok

  Gambar disajikan bersamaan dengan serangkaian pertanyaan yang harus didiskusikan dengan imajinasi dan persepsi kelompok.

  2) Serangkaian gambar untuk belajar individual Rangkaian gambar disajikan kepada setiap anak didik dengan cara lisan.

  Kemudian meminta pendapat anak didik, serta memberikan tugas sesuai dengan kemampuan mereka.

  3) Gambar dinding Gambar dinding biasanya sejak lama tergantung pada dinding kelas, dengan memanfaatkan gambar dinding sebagai media pembelajaran.

  Media pembelajaran gambar mempunyai beberapa kelebihan (Sadiman 2003: 29-31) yaitu sifatnya konkrit, gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Media gambar juga dapat mengatasi keterbatasan pengamatan manusia, dapat memperjelas suatu masalah, gambar juga dapat digunakan tanpa memerlukan alat khusus. Di samping itu media gambar atau foto juga mempunyai beberapa kelemahan (Sadiman 2003: 31) yaitu gambar hanya menekankan persepsi indra mata, gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

  Ada beberapa syarat harus terpenuhi supaya gambar itu baik sebagai media pendidikan setidaknya gambar itu akan cocok dengan tujuan pendidikan.

  Gambar tersebut harus otentik, sederhana dan ukurannya relatif serta gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan, gambar juga hendaknya bagus dari sudut seni dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

C. Pembelajaran PKn

1. Pengertian Pembelajaran PKn

  Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004). Pendidikan Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

  Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Landasan PKn

  Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun 2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional- Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

  Menurut Syah (2010:89-90) mengemukakan pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa)

  Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain.

  Hasil penelitian Dale (1969) menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah apabila dibantu dengan sarana visual, di mana 75% melalui indera penglihatan, 13% melalui indera pendengaran dan 12% melalui indera lainnya (dalam Ridwan, 2012).

  3. Tujuan pembelajaran PKn

  Tujuan pembelajaran mata pelajaran Kewarganegaraan adalah sebagai berikut ini.

  1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menangggapi isu kewarganegaraan.

  2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

  3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

  (Kurikulum KTSP, 2006).

  4. Ruang lingkup pembelajaran PKn

  Ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

  1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

  2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

  3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM. 4) Kebutuhan warganegara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

  5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan kostitusi. 6) Kekuasaan dan Politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,

  Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokarasi. 7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai- nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP, 2006).

5. Hasil pembelajaran PKn

  Dalam suatu proses pembelajaran diinginkan suatu pencapaian hasil dari suatu proses pembelajaran. Hasil yang diharapkan dalam pembelajaran PKn pada materi dasar negara dan konstitusi adalah : 1) siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan tentang materi dasar negara dan konstitusi di benak mereka sendiri.

  2) siswa memahami materi dasar negara dan konstitusi. 3) siswa aktif, kritis dan kreatif selama proses pembelajaran 4) siswa selalu belajar PKn dengan antusias.

  Dengan hasil yang diharapkan pada proses pembelajaran tercapai, maka partisipasi aktif siswa dapat terwujud dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.

D. Keaktivan Siswa dalam Pembelajaran PKn

1. Pengertian

  Menurut Oemar Hamalik (2003:10) keaktivan bisa dikatakan sebagai pengambilan bagian oleh siswa dalam aneka ragam kegiatan belajar mengajar dengan keterlibatan mental siswa dalam proses belajar mengajar. Sementara menurut Sudjana (2001:61) keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya.

2. Wujud keaktivan siswa

  Keaktivan siswa walaupun, tentu saja, dalam derajat yang berbeda- beda, dapat mengambil bentuk yang beraneka ragam seperti misalnya menulis laporan, mendengarkan (ceramah), mendiskusikan, membuat sesuatu, dan sebagainya. Sudjana (1994:61) mengatakan bahwa keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah, bertanya kepada siswa lain atau kepada guru jika tidak memahami persoalan yang dihadapinya. Selain itu keaktivan siswa ditandai pula dengan berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah, melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru, menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang sejenis, kesempatan untuk menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperankan dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi. Jadi di dalam proses pembelajaran keaktivan siswa melibatkan segi fisik atau jasmani dan segi jiwa atau mentalnya. Pada saat peserta didik aktif jasmaninya dengan sendirinya ia juga aktiv jiwanya, begitu sebaliknya (Rohani, 2004:21).

  Dari berbagai pendapat tentang keaktivan siswa tersebut di atas dapat dimengerti bahwa wujud partisipasi siswa meliputi keaktivan jiwa atau rohani dan keaktifan jasmani. Di samping itu, menurut Ardhana (2009) keaktivan siswa bisa diukur dengan beberapa indikator yang merupakan bentuk partisipasi siswa antara lain adalah : 1) Mendengarkan dengan baik.

  2) Memperhatikan penjelasan guru.

  3) Mengemukakan pendapat / bertanya / menjawab pertanyaan 4) Mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan baik.

  Semakin banyak indikator tersebut di atas yang dipenuhi oleh seorang siswa berarti semakin baik keaktivannya, dan ini bisa menjadi tolok ukur bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih besar untuk mengembangkan potensi dirinya, karena berarti dia telah sadar dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Faktor Pendorong keaktivan siswa

  Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) faktor-faktor yang dapat menumbuhkan keaktivan siswa dalam proses pembelajaran adalah : 1) Memberi motivasi, sehingga siswa berperan aktiv dalam kegiatan belajar. 2) Menjelaskan tujuan intruksional. 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa. 4) Memberi stimulus. 5) Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. 6) Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. 7) Memberi umpan balik (feedback). 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau atau terukur.

  9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan di akhir pelajaran.

  Martinis Yamin (2007:80) menjelaskan bahwa keaktivan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat dilaksanakan manakala : 1) Pembelajaran yang dilakukan berpusat pada siswa. 2) Guru berperan sebagai pembimbing supaya terjadi pengalaman belajar.

  3) Tujuan kegiatan pembelajaran tercapai kemampuan minimal siswa (kompetensi dasar).

  4) Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa, meningkatkan kemampuan minimalnya, dan mencapai siswa yang kreatif serta mampu menguasai konsep-konsep. 5) Melakukan pengukuran secara kontinu dalam berbagai aspek pengetahuan, sikap, atau ketrampilan.

4. Upaya-upaya dalam keaktivan siswa

  Pemanfaatan media pembelajaran dalam upaya untuk pembelajaran/ membelajarkan siswa, peranan dan fungsi media pembelajaran ialah sebagai media komunikasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar pada hakekatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan. Di dalam pembelajaran sebagai proses komunikasi terdapat kendala atau gangguan yang mempengaruhinya yang disebut noise. Gangguan- gangguan ini dapat berupa hambatan psikologis seperti: kurangnya minat, rendahnya intelegensi, kualitas fisiologis seperti: kelelahan, keterbatasan daya indera dan hambatan kultural seperti: kebiasan serta hambatan yang berasal dari lingkungan.

  Perbedaan gaya belajar, minat, integelensi, keterbatasan daya indera, cacat tubuh atau hambatan jarak geografis, jarak waktu dan lain-lain dapat dibantu diatasi dengan pemanfataan media pembelajaran. Media sebagai salah satu sumber belajar yang dapat membantu guru dan siswa dalam mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah segala jenis sarana yang dapat diindera yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran (Sadiman dkk, 2003:12-13). Pemanfaatan media merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan peningkatan proses belajar mengajar pada khususnya serta upaya menciptakan kondisis belajar yang dapat menunjang agar pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

E. Kerangka Pemikiran

  Dalam pembelajaran di sekolah, terdapat banyak unsur yang saling berkaitan dan menentukan keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Unsur- unsur tersebut adalah: pendidik (guru), peserta didik (siswa), kurikulum, pengajaran, tes, dan lingkungan. Siswa sebagai subjek dalam proses tersebut juga sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar (Sudjana 2001:2). Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat. Oleh karena itu guru sebaiknya memiliki kemampuan dalam memilih metode dan media pembelajaran yang tepat.

  Media pembelajaran dapat membantu menjelaskan bahan yang abstrak menjadi realistik (Semiawan, 1987: 53). Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan dalam menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran nasionalisme. Pembelajaran PKn di sekolah sekarang dijumpai kondisi keaktivan siswa dalam belajar rendah. Masalah tersebut disebabkan karena metode dan pendekatan yang digunakan guru kurang mendorong siswa untuk belajar secara kondusif, sehingga penyajian materi pelajaran oleh guru cenderung monoton. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran PKn perlu kiranya dirancang keterlibatan siswa secara aktif. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang disusun (Semiawan 1987 : 8).

  Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan partisipasi atau keaktivan siswa dalam belajar adalah dengan menggunakan media gambar atau foto. Sejumlah gambar, lukisan, baik dari majalah, buku, koran, dan lain-lain yang ada hubungannya dengan pelajaran dapat dipergunakan sebagai alat peraga pembelajaran (Sudjana 1982: 30). Penggunaan media gambar diharapkan dapat meningkatkan keaktivan siswa dan pemahaman siswa akan materi yang disampaikan guru.

  Dari uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan penerapan media gambar dapat meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar yang efektif dan kreatif, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, diskusi dan kerja kelompok pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas).

  Keaktifan siswa dalam Kondisi proses pembelajaran siswa awal rendah Dalam proses Siklus 1 dalam proses pembelajara guru pembelajaran siswa TINDAKAN menggunakan model menggunakan media pembelajaran ceramah gambar Siklus 2 dalam proses pembelajara menggunakan media gambar

  Keaktifan siswa dalam proses pembelajara siswa PKN meningkat F.

   Hipotesis Tindakan

  Penerapan media gambar dapat meningkatkan keaktivan siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan materi dasar Negara dan konstitusi di sekolah menengah kejuruan tujuh lima 2 purwokerto pada siswa kelas X1 (Teknik Kendaraan Ringan) SMK Tujuh Lima 2 Purwokerto tahun ajaran 2012/2013 akan meningkat melalui penerapan media gambar.