BAB II KAJIAN PUSTAKA - AGUSTIANI NUR BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca dalam Aspek Bahasa 1. Perkembangan Bahasa Pada Anak. Pada kamus besar bahasa Indonesia, bahasa diartikan sebagai

  sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.

  Bahasa juga diartikan sebagai percakapan atau perkataan yang baik (dalam Novan, 2014). Menurut Novan (2014: 97) bahwa perkembangan bahasa pada anak usia dini adalah perubahan sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak usia dini.

  Menurut Suyanto (2010: 171) pembelajaran bahasa untuk anak usia dini diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Maksud dalam komunikasi berarti suatu pertukaran pikiran dan perasaan, pertukaran tersebut dapat dilaksanakan dengan setiap bentuk bahasa seperti isyarat, ungkapan emosional, bicara atau bahasa tulisan (Hurlock, 1978).

  Terlebih lanjut, Piaget (dalam Syaodih, 2005) mengatakan bahasa adalah salah satu cara yang utama untuk mengekspresikan pikiran, dan dalam seluruh perkembangan, pikiran selalu mendahului bahasa. Bahasa dapat membantu perkembangan kognitif. Bahasa dapat mengarahkan perhatian anak pada benda-benda baru atau hubungan baru yang ada dilingkungan, mengenalkan anak pada pandangan- adalah satu dari berbagai perangkat yang terdapat dalam sistem kognitif manusia. Piaget menekankan bahwa anak adalah makhluk yang aktif dan adaptif namun bersifat egosentris yang proses berfikirnya sangat berbeda dengan orang dewasa, maka pengalaman belajar disesuaikan dengan pemahaman mereka.

  Sedangkat menurut Miller (dalam Syaodih. 2005: 48) bahasa adalah suatu urutan kata-kata, bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai tempat yang berbeda atau waktu yang berbeda.

  Berdasarkan pernyataan-pernyataan para ahli diatas mengenai perkembangan bahasa, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa merupakan suatu kemampuan berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis untuk mengungkapkan sebuah pikiran dan perasaan.

  Bahasa juga sebuah perubahan pada sistem lambang bunyi yang berpengaruh terhadap kemampuan berbicara anak.

  Setelah kita mengetahui perkembangan bahasa anak, menurut Maimunah Hasan (2009) kini ada tahapan perkembangan bahasa anak yaitu. bahasa pada umur 2-12 Bulan. bayi dapat mengeluarkan suara

  

“ooo-ooo” dengan irama yang musikal. Pada umur 4 bulan, terdengar

  suara “aguuu...aguuu”. pada umur 6 bulan anak dapat menggumam. Pada umur 8 bulan ia dapat megucapkan

  “dadada” lalu menjadi

“dada” yang belum berarti, disusul “dada” yang diucapkan saat ia

  “mama” akan muncul lebih belakang.

  Anak dapat mengerti makna “Tidak boleh!” yang disertai suara nada tinggi pada umur 9 bulan. Pada umur 11 bulan, ia dapat mengucapkan kata pertama yang benar dan disusul kata kedua pada umur 1 tahun.

  Orientasi pada bel dapat digunakan untuk menguji kemampuan reseptif dan orientasi. Pada umur 5 bulan, anak bisa menoleh tetapi tidak menatap pada sumber suara. Pada umur 7 bulan, ia menoleh dan menatap sumber suara. Pada umur 10 bulan, ia mencari dan mengucapkan untuk menguji pendengaran dengan baik, kemudian perkembangan bahasa Pada Umur 12-18 Bulan. Muncul kata baru sebanyak 4-6 kata, selain itu terdengar immature jargoning yaitu, anak berbicara dalam bahasa yang aneh atau mencoba mengucapkan kalimat berupa suara yang tidak jelas artinya. Pada umur 16-17 bulan, ia sudah dapat menguasai 7-20 kata jargoning menjadi lebih matang dan ditandai munculnya kata yang benar diantara kata yang tidak benar. Pada usia 18 bulan ia dapat mengucapkan kalimat pendek yang susunannya belum benar, misalnya,

  “joni minta”, “Kasih Joni” , “Minta susu”. Terlebih

  lagi Bahasa setelah Umur 18 Bulan dan pada umur 21 bulan, perbendaharaan kata anak mencapai 50 kata dan ia dapat mengucapkan kalimat yang terdiri dari 2 kaya, ia sudah menggunakan kata

  “saya”

  dan

  “ kamu “ walaupun seringkali penggunaannya belum tepat. Pada

  umur 30 bulan, kata

  “ Saya “ dan “ Kamu” sudah benar. Pada umur 3

  tahun, ia mengusai 250 kata dan dapat membentuk kalimat yang terdiri arti suatu kata, terutama yang abstrak, ia dapat bercerita dan menggunakan kalimat yang terdiri dari 4-5 kata.

  Adapun tahap-tahap perkembangan bahasa anak menurut Lundsteen (1981), membagi perkembangan bahasa dalam 3 tahapan, yaitu : Tahap pralinguistik, Tahap protolinguitik dan tahap linguistik.

  Dari ketiga tahapan tersebut dapat diberi pengertian.

  a. Tahap pralinguistik.

  Pada tahap pralinguistik yaitu pada usia 0-3 bulan, terdapat bunyi yang didalam dan berasal dari tenggorokan. Dilanjut pada usia 3-12 bulan, terdapat bunyi memakai bibir dan langit-langit, misal: ma, da, ba.

  b. Tahap protolinguitik Merupakan tahap pada usia 12 bulan-2 tahun, pada tahap ini anak sudah mengerti dan menunjukan alat-alat tubuh misal: menunjukan mata, hidung, bibir dan lain-lain. Setelah itu ia mulai berbicara beberapa patah kata (kosa kata mencapai 200

  • – 300 kata).

  c. Tahap linguistik Merupakan tahapan pada usia 2-6 tahun atau lebih. Pada tahap ini ia mulai belajar tata bahasa dan perkembangan kosa katanya mencapai 3000 buah kata. lebih lanjut menurut Schaerlaekens (dalam Mulyadi 2006: 157-

  158) menyebutkan ada tiga tahap perkembangan kalimat pada anak usia periode diferensiasi.

  a. Periode Pralingual (kalimat satu kata) Periode pralingual yaitu pada usia 0-1 tahun, suatu periode yang ditandai dengan kemampuan bayi untuk mengoceh sebagai cara untuk berkomunikasi kepada orangtuanya. Bayi dapat memberi respon positif terhadap orang yang ramah dan memberi respon negatif terhadap orang yang tidak ramah. Bayi akan mengoceh sambil tersenyum terhadap orang yang ramah, sedangkan bayi akan menjerit, menangis atau takut terhadap orang yang tidak ramah.

  b. Periode Lingual Dini (kalimat dua kata) Periode lingual dini (early lingual period) yaitu pada usia 1-2,5 tahun merupakan suatu periode perkembngan bahasa yang ditandai dengan kemampuan anak untuk membuat kalimat suatu kata maupun kalimat dua kata dalam suatu percakapan dengan orang lain.

  c. Periode Diferensiasi (kalimat tiga kata dengan bertambahnya kelompok kata dan verbal ).

  Periode diferensiasi (differentiation periode) ialah usia 2,5-5 tahun merupakan suatu periode yang ditandai dengan kemampuan anak untuk menguasai bahasa sesuai dengan hukum tata bahasa yang baik. Menurut Jean Piaget (dalam Dariyo, 2007), seorang ahli oleh perkembangan kemampuan intelektualnya.

  Berdasarkan paparan para ahli diatas mengenai tahapan perkembangan anak, peneliti akan menyimpulkan bahwa tahap-tahap perkembangan anak usia dini dari setiap usia memiliki tahapan perkembangan bahasa mulai dari usia 0-8 tahun anak belajar bahasa dari kesehariannya. keseharian belajar bahasa anak usia dini sudah mencapai kosa kata kurang lebih dari 3000 kata.

  Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang baik. Menurut Yusuf (dalam Saputra, 2005) ada lima faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, seperti faktor kesehatan, faktor integensi (daya tangkap), faktor ekonomi, faktor jenis kelamin, dan faktor hubungan keluarga. Kelima faktor tersebut dapat diberi penjelasan yaitu: a. faktor kesehatan. Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupan anak. anak yang kurang sehat sejak balita dapat menimbulkan kelambatan atau bahkan kesulitan dalam perkembangan bahasanya.

  b. faktor integensi (daya tangkap) perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat daya tangkap. Anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya mempunyai daya tangkap normal atau diatas normal. mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya, disebabkan karena kesempatan belajar yang diberikan oleh orangtua sangat kurang.

  d. faktor jenis kelamin, anak laki-laki dan perempuan memiliki bunyi suara (vocal) atau kosa kata yang berbeda, biasanya anak perempuan menunjukan perkembangan berbahasa yang jauh lebih cepat dibandingkan laki-laki.

  e. faktor hubungan keluarga. Hubungan keluarga sebagai proses pengalaman berinteraksi dan komunikasi dengan lingkungan keluarga. Terutama dengan orangtua yang mengajar, melatih dan memberikan contoh berbahasa pada anak. hubungan yang tidak sehat bisa berupa sikap orangtua yang keras/kasar, kurang kasih sayang, kurang perhatian untuk memberikan pelajaran berbahasa.

  Berbeda dengan Syamsu Yusuf, Menurut Agoes Dariyo (dalam Novan, 2014) bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini, yaitu: a) Kematangan fisiologis

  Perkembangan bahasa berhubungan erat dengan kematangan fisiologis (physicologic maturity) dan sistem syaraf pusat (central nerveous system) dalam otak anak. setiap anak memang telah dibekali dengan suatu kemampuan untuk tetapi kemampuan tersebut tidak langsung berkembang sempurna.

  b) Perkembangan sistem syaraf dalam otak.

  Sistem syaraf pada janin yang masih berkembang dalam kandungan pada masa pranatal tergolong sangat sederhana, bahkan dapat dikatakan proses perkembangan sistem syaraf terjadi bersamaan dengan pembentukan berbagai organ eksternal janin pada masa tri-wulan pertama. Setiap stimulus eksternal yang dapat diterima, ditangkap, maupun dipahami akan terjadi bahan-bahan jejak ingatan (traces of memory) dalam otak janin. Sistem syaraf dalam otak bayi yang pernah memperoleh pengalaman berkomunikasi maupun berbahasa dengan lingkungan eksternal (orangtuanya) akan berkembang dengan baik.

  Berdasarkan ketiga pakar diatas mengenai faktor-faktor perkembangan bahasa anak maka, faktor-faktor perkembangan bahasa merupakan salah satu faktor perkembangan yang sangat penting dalam perkembangan bahasa, karena untuk mencapai perkembangan bahasa yang sempurna, maka akan memerlukan stimulasi dari orangtua, stimulasi tersebut berupa kasih sayang, memberikan pembelajaran atau pelatihan bahasa pada anak dengan menggunakan kata yang bagus dan halus. perilaku orangtua yang tidak baik/kasar maka dalam perkembangan bahasa anak akan mengalami keterlambatan.

   Kemampuan Membaca Pada Anak.

  Membaca merupakan suatu kemampuan yang harus dipupuk sejak usia dini. dengan membaca maka anak akan mendapat pengetahuan/wawasan yang luas, berkreatif serta bisa mengembangkan bahasanya melalui membaca. Anak yang gemar membaca terbukti lebih cerdas dan mempunyai berbagai macam pengetahuan ketika ia sudah dewasa. Bahkan dalam penelitian Maimunah Hasan (2009: 309) bahwa membaca merupakan pintu dan jendela untuk membuka wawasan anak. mereka bisa terbang ke belahan benua lain, melihat lumba-lumba, hutan tropis, bunga tulip berwarna-warni dan lain lain, hanya dengan membaca buku. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anak usia dini mulai belajar membaca jika sudah mencapai umur mental, yakini usia 5 atau 51/2 tahun.

  Kemampuan membaca sangat berguna bagi kecerdasan otak mereka. Seorang anak yang tumbuh dalam dirinya rasa senang membaca, akan lebih cepat dalam memperdalam ilmu mereka.

  Sementara itu, menurut Kim (Santrock, 2011: 68) bahwa orangtua dan guru perlu menyediakan lingkungan yang mendukung bagi anak-anak untuk mengembangkan ketrampilan membaca dan menulis. Anak-anak harus menjadi peserta aktif dan dimasukan kedalam berbagai pengalaman mendengar, menulis, berbicara, dan membaca yang menarik (Santrock, 2011: 68). yang bisa dipelajari anak usia dini. bila kemampuan ini dipupuk sejak usia dini, akan bermanfaat bagi kecerdasannya. Anak yang gemar membaca terbukti lebih cerdas dan mempunyai berbagai macam pengetahuan saat ia menjadi dewasa, orangtua harus menjadi contoh baginya. Rasa suka membaca akan tumbuh bila ia sering melihat orangtuanya membaca buku dalam kesehariannya. Kebiasaan baik orangtua bisa membantu buah hatinya menjadi lebih cerdas.

  Kemampuan membaca sangat penting dimiliki anak. Menurut Leonhardt (dalam Dhieni, 2013) bahwa ada beberapa alasan mengapa kita perlu menumbuhkan cinta membaca pada anak. alasan-alasan tersebut adalah:

  a. Anak yang senang membaca akan membaca dengan baik, sebagian besar waktunya digunakan untuk membaca.

  b. Anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasan yang lebih tinggi. Mereka akan berbicara, menulis, dan memahami gagasan-gagasan rumit secara baik.

  c. Membaca akan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih mudah.

  d. Kegemaran membaca akan memberikan beragam perspektif kepada anak.

  e. Anak yang gemar membaca akan mampu mengembangkan pola pikir kreatif dalam diri mereka. bahwa kemampuan membaca sangatlah penting untuk perkembangan bahasa anak. dalam membaca akan mampu mengembangakan pola berfikir kreatif dan wawasan yang lebih luas. oleh karena itu, kemampuan membaca sangat berguna bagi kecerdasan otak mereka.

  Kemampuan membaca pada anak berkembang dalam beberapa tahapan. Menurut Cochrane dan Brewer (dalam Dhieni. 2013) perkembangan membaca anak berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai berikut: a. Tahap Fantasi (Magical Stage). Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku, melihat, dan membalik lembaran buku ataupun membawa buku kesukaannya.

  b. Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage). Pada tahap ini, anak mulai memandang dirinya sebagai „pembaca‟ ketika terlihat keterlibatan anak dalam kegiatan membaca, berpura- berpura membaca buku, memaknai gambar berdasarkan pengalaman yang diperoleh sebelumnya, dan menggunkan bahasa baku yang tidak sesuai dengan tulisan.

  c. Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage). Pada tahap ini, anak mulai tumbuh kesadaran akan tulisan dalam buku dan menemukan kata yang pernah ditemui sebelumnya, dapat menggunakan kata-kata yang bermakna dan berhubungan dengan mengenal abjad.

  d. Tahap pengenalan bacaan (Take off Reader Stage). anak mulai tertarik pada bacaan, dapat mengingat tulisan dalam konteks tertentu, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan. Serta membaca berbagai tanda.

  e. Tahap membaca lancar (Independen Reader Stage). pada tahap ini, anak dapat membaca berbagai jenis buku.

  Berdasarkan paparan para ahli setelah mengetahui pengertian dan tahapan diatas mengenai kemampuan membaca pada anak, maka dari itu bahwa membaca juga merupakan salah satu aspek perkembangan bahasa. Sebelum kita memasuki pembelajaran membaca untuk anak, terlebih dahulu membuat sebuah perencanaan pembelajaran yang berupa sebuah indikator terhadap kemampuan membaca.

Tabel 2.1 Indikator Perkembangan Bahasa Terhadap Kemampuan Membaca.

  No Indikator

  1 Mengenal lambang huruf

  2 Menyebutkan nama huruf awal pada gambar

  3 Menyusun huruf sesuai nama gambar

  4 Menghubungkan gambar dengan lambang huruf

  5 Menyebutkan gambar sederhana dengan simbol huruf

  6 Menghubungkan gambar dengan kata 7 Membaca gambar yang memiliki kata/kalimat sederhana.

   Media Kartu Baca 1. Media pembelajaran.

  Media pembelajaran merupakan alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Maka dari itu menurut Gagne dan Briggs (dalam Arsyad 2007) bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, kaset, video kamera, film, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

  Dilain pihak, National Education Association (dalam Arsyad, 2007) mengatakan bahwa definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya dengan demikian, media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, atau dibaca.

  Terlebih lagi, menurut Suyanto (2005) media belajar anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan. Media belajar anak tidak harus mahal, bahkan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai.

  Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan oleh pendapat diatas, maka dari itu peneliti akan mengambil kesimpulan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku tidak harus mahal tetapi bisa mendorong prosesnya suatu pembelajaran yang bagi anak akan menyenangkan, oleh sebab itu dalam media pembelajaran peneliti akan menggunakan suatu media kartu huruf untuk membantu prosesnya suatu pembelajaran.

2. Media Kartu Baca Kartu baca yang peneliti gunakan mengadaptasi dari kartu huruf.

  Kartu huruf merupakan suatu abjad-abjad yang ditempel pada sebuah karton/kertas yang memiliki bentuk dan warna yang menarik untuk anak. maka dari itu, adapun paparan dari beberapa pendapat mengenai kartu huruf ialah Menurut Maimunah Hasanah (2009) FlashCard Abjad merupakan sebuah terobosan dalam bidang pendidikan anak usia dini yang menggunakan sejumlah kartu sebagai alat bantu. Metode

  

FlashCard memungkinkan balita mampu untuk belajar membaca

  dengan cara mengingat gambar dan bentuk. Dalam hal ini, maka perkembangan otak kanan anak akan terstimulasi sejak dini.

  Sementara itu, Diana Mutiah (2010) mengatakan bahwa anak mulai diperkenalkan dengan huruf-huruf abjad melalui bernyanyi(lagu), dengan melalui lagu tersebut akan membantu anak-anak belajar mengingat dan menyebutkan dengan benar nama-nama huruf (yang berbeda dari bunyinya) karena anak membutuhkan latihan yang cukup.

  Setelah mengetahui beberapa pengertian mengenai media kartu huruf, maka dari itu terdapat beberapa manfaat kartu huruf untuk anak bahwa anak dapat membaca pada usia dini, dapat mengembangkan daya ingat otak kanan, dapat melatih kemampuan konsentrasi balita, serta memperbanyak perbendaharaan kata dari balita.

  Dalam definisi pendidikan bahwa media kartu huruf merupakan abjad-abjad yang dituliskan pada potongan-potongan suatu media, baik karton, kertas maupun papan tulis. Potongan-potongan huruf tersebut dapat dipindah-pindahkan sesuai keinginan pembuat suku kata, kata maupun kalimat. Penggunaan kartu huruf ini sangat menarik diperhatian siswa dan sangat mudah digunakan dalam pengajaran membaca permulaan. Selain itu kartu huruf juga melatih kreatif siswa dalam menyusun kata-kata sesuai dengan keinginannya.

C. Kerangka Berfikir

  Kemampuan menggunakan buku membaca membaca tidak (LKA) secara terus menerus. optimal.

  Hasilnya adalah anak cepat merasa bosan, jenuh, kegiatan pembelajaran terlihat monoton, dan anak mengenal huruf karena hafalan bukan karena pemahamannya.

  Kemampuan membaca tetap saja tidak optimal. Kemampuan membaca yang Diberikan kartu baca tidak optimal. (karca) Hasilnya adalah akhir pembelajaran terlihat aktif dan menyenangkan, serta anak sangat antusias. kemampuan membaca berkembang optimal

  Membaca merupakan suatu kemampuan yang harus dipupuk sejak usia dini. Dengan membaca maka anak akan mendapatkan pengetahuan/wawasan yang luas, berkreatif serta bisa mengembangkan bahasanya melalui membaca. Kemampuan membaca sangat berguna bagi kecerdasan otak mereka. Seorang anak yang tumbuh dalam dirinya senang membaca maka akan lebih cepat dalam memperdalam ilmu mereka.

  Berdasarkan observasi di TK Uswatun Hasanah, bahwa kemampuan membaca siswa dalam proses pembelajaran belum berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang kurang inovatif, sehingga kemampuan membaca anak kurang berkembang dengan baik.

  Agar proses pembelajaran dapat efektiv dengan baik, maka diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media media pembelajaran yang terbuat dari potongan kertas HVS dengan proses pembelajaran berpusat pada anak untuk menuntut anak aktif dalam kegiatan proses pembelajaran.

  Digunakannya media pembelajaran karca ini diharapkan anak dapat lebih memahami konsep huruf, sehingga penggunaan media pembelajaran kartu baca diduga dapat meningkatkan kemampuan membaca dan cocok diterapkan dalam proses kegiatan pembelajaran.

D. Hipotesis Penelitian

  Uji hipotesis dilakukan dengan uji kedua pihak, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kriteria Pengujian adalah jika H o diterima yaitu tidak ada efektivitas media pembelajaran kartu baca terhadap kemampuan membaca pada anak. Sementara H a ditolak yaitu ada efektivitas media pembelajaran kartu baca terhadap kemampuan membaca pada anak

  Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diharapkan adalah H a diterima dan H o ditolak yaitu media pembelajaran kartu baca efektiv terhadap kemampuan membaca pada anak.