EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR MALAM HARI (WBMH) DI KECAMATAN MENTENG JAKARTA PUSAT - FISIP Untirta Repository

EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014
TENTANG WAJIB BELAJAR MALAM HARI (WBMH)
DI KECAMATAN MENTENG JAKARTA PUSAT

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:
MUHAMAD NURDIN
NIM. 6661101571

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Serang, Juli 2016

ABSTRAK
Muhamad Nurdin. NIM. 6661101571. Skripsi. Evaluasi Peraturan Gubernur
Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Program Wajib Belajar Malam Hari Di
Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Pembimbing I: Leo Agustino, Ph.D dan

Pembimbing II: Juliannes Cadith, M.Si
Salah satu prioritas dari kebijakan pembangunan pendidikan di Provinsi DKI
Jakarta adalah meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menerapkan Program Wajib Belajar Malam Hari. Program
Wajib Belajar Malam Hari ini merupakan program percontohan yang dilaksanakan
pada masing-masing wilayah administratif di Jakarta, Kecamatan Menteng Jakarta
Pusat adalah salah satu yang wilayah percontohan dan menjadi lokus dalam
penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui capaian pelaksanaan
program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng, dan mengidentifikasi
masalah pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari. Penelitian menggunakan
metode penelitian kualitatif. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik
purposive. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan program belum dapat
dikatakan berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan, namun dalam pelaksanaan
program masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu perhatian untuk diperbaiki.
Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, monitoring evalaluasi yang tidak
berjalan. Kurangnya jumlah tenaga pendidik, fasilitas dan sarana prasarana yang tidak
memadai untuk pelaksanaan program.
Kata kunci : evaluasi, program wajib belajar malam hari, pendidikan

ABSTRACT

Muhamad Nurdin. 6661101571. Reaserch Paper. Evaluation of Governor
Regulation No. 22 Year 2014 About Compulsory Night Education In sub-district
Menteng, Jakarta Pusat. Advisor I: Leo Agustino, Ph.D and Advisor II:
Juliannes Cadit, M.Si
One of the priorities of education development policy at Jakarta Province is to
increase the quality of education. One of the efforts is by implementing the
Compulsory Night Education. Compulsory Night Education is a pilot program that
will be implemented in each administrative area in Jakarta, sub-district Menteng of
Central Jakarta is one of the pilot area and it become the focus of the research. The
purpose of this research is to determine the achievement and identify the problems of
Compulsory Night Education program in sub-district Menteng. The research method
of this research is qualitative research. Election of researcher informants is using
purposive technique. The results indicate that the program not yet succeeded in
achieving the goals set, however there are still some lacks of the program that need to
be repaired. Implementation of the field such as socialization, monitoring and
evaluation are not work well. The lack of the number of educators, facilities and
infrastructure are inadequate for the implementation of the program.
Keyword: evaluaton, compulsory night education, education

LEMBAR PERSEMBAHAN


Engkau tak dapat meraih ilmu, kecuali dengan
Enam hal, yaitu: Cerdas, Selalu ingin tahu,
Tabah, Punya bekal dalam menuntut ilmu,
Bimbingan dari guru dan dalam waktu yang lama.
(Ali Bin Abi Thalib RA)

Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya.
Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya.
(Johann Wolfgang Von Goethe)

Terimakasih ya Allah karena Engkau Telah Menganugrahkanku
Nikmat Ilmu Pengetahuan yang Mampu Kugapai Sampai Detik ini
Semoga Aku Mampu Mengamalkannya Sepenuh Hati
Skripsi ini Ku Persembahkan Untuk Mu Ibu, Ayah, Kakak dan Sahabat
Semoga Allah SWT Senantiasa Memberikan Kebahagiaan bagi Kita Semua

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH
SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang

berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi
salah satu syarat sarjana pada Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul
“Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib
Belajar Malam Hari Di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat”.
Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung membimbing penulis. Maka dari
itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.

Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.

2.

Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3.


Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4.

Iman Mukhroman, M. Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5.

Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6.

Listyaningsih, S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.

7.


Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.

i

8.

Leo Agustino, Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing I yang memberikan
semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini
dengan teliti dan sabar dari awal hingga akhir.

9.

Juliannes Cadith, M.Si sebagai Pembimbing II yang meluangkan
waktunya membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam
menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir dan juga dalam
perkuliahan.


10.

Dr. Suwaib Amirudin, M,Si sebagai Penguji yang telah memberikan
banyak masukan dan saran bagi peneliti, agar skripsi ini menjadi lebih
baik.

11.

Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang
membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12.

Ibu dan Bapak

Syakuri yang telah memberikan kesempatan dan

kepercayaan bagi penulis untuk menempuh gelar Strata Satu. Mohon
maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan

belum bisa membalas segala kebaikan selama ini.
13.

Terima kasih kepada kakak Yuli, Yunita, dan Amat yang memberikan
semangat dalam pembuatan skripsi ini.

14.

Terimakasih

kepada

Bapak

Dadang

Suherman

selaku


Penanggungjawab program WBMH di Kecamatan Menteng, yang
telah bersedia memberikan waktunya untuk membantu penelitian
dalam skripsi ini.
15.

Terimakasih kepada bapak RW dan RT, kemudian masyarakat
Kecamatan Menteng sebagai narasumber yang sudah bersedia
memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

16.

Sahabat-sahabatku penghuni kosan Kalpataru Haniv, Gunarso,
Kesman, Imam, Boby, Singgih, Esa, Temon, Irdam, Idho, Andrianto,
Ichwan, Yusuf, Rama, Afrizal, , Septian, Ambang, Kiki, Prapto,
Rhino, terima kasih selalu memberi semangat dalam menyelesaikan
skripsi ini.

ii

17.


Teman-teman Motega Crew, Sadam, Irfan, Adhi, Rizal, Babe Tiri,
Imam, Robert, Juna, Juli, Anton, Aldy, Suhada, Irfan, Gilang, Tiar,
Abu, Hasbih, terima kasih untuk semua dukungan yang kalian
berikan.

18.

Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler
kelas B angkatan 2010, Dwie, Umam, Fityan, Syafrudin, Eka, Reni,
Siska, Herly, Fany, Nisya, Agryan, Ismat, Iwenk, Nafis, Susi, Fauzi,
Fachrurozy, Novryan, yang selalu memberikan canda tawa, masukan
dan nasehat yang bermanfaat.

19.

Sahabat-sahabatku Anggi, Lukman, Leman, Aripin, Ika, Desta,
Wahyu, Budi, Nanang, Achmad, Ipul, Adistian, Lilis, yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan.


Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap
di nantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Serang,

Juli 2016

Muhamad Nurdin

iii

DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak
Abstract
Lembar Orisinalitas
Lembar Pengesahan
Lembar Persetujuan
Lembar Persembahan
Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi ........................................................................................................... iv
Daftar Tabel ...................................................................................................... ix
Daftar Gambar ................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2

Identifikasi Masalah ............................................................................... 17

1.3

Batasan Masalah ..................................................................................... 18

1.4

Rumusan Masalah ................................................................................... 18

1.5

Tujuan Penelitian .................................................................................... 18

1.6

Manfaat Penelitian .................................................................................. 19

iv

1.7

Sistematika Penulisan ................................................................................ 19

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
2.1 Deskripsi Teori .............................................................................................. 22
2.2 Konsep Evaluasi Program ............................................................................. 22
2.2.1 Pengertian Evaluasi .......................................................................... 23
2.2.2 Pengertian Program .......................................................................... 24
2.2.3 Pengertian Evaluasi Program ............................................................ 25
2.3 Tujuan Evaluasi Program .............................................................................. 27
2.4 Model Evaluasi.............................................................................................. 29
2.4.1 Model Evaluasi UCLA .................................................................... 29
2.4.2 Model Evaluasi Brinkerhoff ........................................................... 30
2.4.3 Model Evaluasi Stake ....................................................................... 31
2.4.4 Model Evaluasi CIPP ....................................................................... 33
2.5 Konsep Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH) ............................... 44
2.5.1 Program WBMH............................................................................... 45
2.5.2 Tujuan Program WBMH .................................................................. 46
2.5.3 Peserta Didik Program WBMH ........................................................ 46
2.5.4 Mekanisme Pelaksanaan Program WBMH ...................................... 47
v

2.5.5 Sarana dan Prasarana Program WBMH ........................................... 48
2.5.6 Satuan Tugas Pelaksana WBMH ...................................................... 48
2.5.7 Dasar Hukum Program WBMH ....................................................... 50
2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 52
2.7 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 58
2.8 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................................... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................... 61
3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................ 62
3.3 Instrumen Penelitian...................................................................................... 63
3.4 Informan Penelitian ....................................................................................... 64
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 66
3.5.1 Teknik Analisis Data ........................................................................ 73
3.5.2 Pengujian Keabsahan Data ............................................................... 77
3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................... 78
3.6.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 78
3.6.2 Jadwal Penelitian .............................................................................. 79

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian .............................................................. 81
4.1.1 Kondisi Geografis ............................................................................. 81
4.1.2 Letak Wilayah ................................................................................... 82
4.1.3 Pemerintahan .................................................................................... 84
4.1.4 Keadaan Pendidikan ......................................................................... 85
4.1.5 Program WBMH............................................................................... 86
4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................. 91
4.1.1 Deskripsi Informan ........................................................................... 91
4.3 Evaluasi Program WBMH ............................................................................ 93
4.3.1 Evaluasi Konteks .............................................................................. 93
4.3.2 Evaluasi Masukan ............................................................................. 103
4.3.3 Evaluasi Proses ................................................................................. 111
4.3.4 Evaluasi Hasil ................................................................................... 120
4.4 Pembahasan ................................................................................................... 129
4.4.1 Evaluasi Konteks .............................................................................. 130

vii

4.4.2 Evaluasi Masukan ............................................................................. 137
4.4.3 Evaluasi Proses ................................................................................. 141
4.4.4 Evaluasi Hasil ................................................................................... 147

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 156
5.2 Saran……...................................................................................................... 157
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

viii

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Lokasi Percontohan Program WBMH ............................................. 8
Tabel 1.2 Profil Kecamatan Menteng............................................................... 13
Tabel 1.3 Sarana dan Prasarana Umum Program WBMH di Kelurahan
Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ............................. 13
Tabel 1.4 Jumlah Peserta Didik Program WBMH di Kecamatan Menteng ..... 14
Tabel 2.1 Perbandingan Model Evaluasi Program ........................................... 44
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 52
Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 65
Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik Program WBMH di Kecamatan Menteng ..... 66
Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ....................................................................... 68
Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.............................................................................. 80
Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Menteng Menurut Kelurahan 2015 .............. 83
Tabel 4.2 Data Kepegawaian di Kecamatan Menteng Tahun 2015 ................. 84
Tabel 4.3 Data Jumlah Sekolah Negeri & Swasta di Kecamatan Menteng ..... 86
Tabel 4.4 Daftar Informan ................................................................................ 92
Tabel 4.5 Lokasi Percontohan Program WBMH ............................................. 95
Tabel 4.6 Ringkasan Pembahasan .................................................................... 154

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Model Evaluasi Stake .................................................................... 31
Gambar 2.2 Fokus Evaluasi Model CIPP ......................................................... 39
Gambar 2.3 Alur Kerja Model CIPP ................................................................. 43
Gambar 2.4 Organisasi Pelaksana Tingkat RW/RT Penerapan Wajib Belajar
Malam Hari ................................................................................... 49
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 59
Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Dalam Kualitatif ................ ................. 74
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Menteng .............................................................. 82
Gambar 4.2 Tujuan Program WBMH ............................................................... 94
Gambar 4.3 Spanduk Program WBMH ............................................................ 99
Gambar 4.4 Pertemuan Orangtua Peserta Didik Membahas Program
WBMH ..........................................................................................100
Gambar 4.5 Sarana Untuk Program WBMH .................................................... 103
Gambar 4.6 Buku-buku Untuk Program WBMH ............................................. 104
Gambar 4.7 Tenaga Kependidikan Sebagai Fasilitator ..................................... 106
Gambar 4.8 Sumber Pembiayaan Program WBMH Menurut Pedoman
Pedoman Pelaksanaan Dinas Pendidikan Prov.DKI Jakarta ........ 108
Gambar 4.9 Sumber Pembiayaan Program WBMH Menurut Peraturan
Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 ................................................. 110

x

Gambar 4.10 Satuan Tugas Pelaksana Program WBMH.................................... 112
Gambar 4.11 Peserta Didik Program WBMH..................................................... 113
Gambar 4.12 Pelaksanaan Program WBMH di Kelurahan Pegangsaan ............. 117
Gambar 4.13 Tugas Orangtua Sebagai Fasilitator .............................................. 118
Gambar 4.14 Kartu Monitoring Belajar Peserta Didik ....................................... 121
Gambar 4.15 Monitoring Evaluasi ...................................................................... 128

xi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu instrumen atau komponen yang menentukan

kemajuan suatu bangsa dan merupakan sarana dalam membangun watak bangsa.
Adanya pendidikan diharapkan akan terjadi proses transmisi ilmu pengetahuan,
keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan sehingga dapat menghasilkan masyarakat
yang cerdas dan mandiri. Masyarakat yang cerdas dan mandiri merupakan
investasi besar dalam menunjang proses pembangunan di suatu negara, baik dari
aspek budaya, sosial, politik, ekonomi, serta lingkungan. Terbentuknya kualitas
pendidikan sangat bergantung pada kerangka sistem penyelenggaraan pendidikan
meliputi arah kebijakan pendidikan yang ditetapkan pemerintah (Agryan 2014:1)
Kebijakan pendidikan di Indonesia mendasarkan pada UUD 1945 Pasal 31
yang mengamanatkan bahwa: (i) Setiap warga berhak mendapat pendidikan; (ii)
setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya; (iii) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak
mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undangundang; (iv) negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggran
pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional, dan; (v) pemerintah nenajukan ilmu pengetahuan dan

1

2

teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan perdaban serta kesejahteraan umat manusia. Maka untuk menjalankan
amanat yang demikian, pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 yang menjadi prinsip
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia:
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta
tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa;
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan sistem terbukan dan multi makna;
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;
4) Pendidikan
diselenggarakan
dengan
member
keteladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran;
5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat;
6) Pendidikan diselenggarakan dengan menberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu layanan pendidikan.
Kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia,
menempatkan pendidikan sebagai pemegang peran penting dan sebagai salah satu
kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Melalui pendidikan yang
bermutu dapat menciptakan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai pusat
pendidikan dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi
bangsa Indonesia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana standar
internasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta
harus dilandasi dengan kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang merupakan cerminan keberhasilan bangsa Indonesia di masa
mendatang.

3

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagai
pranata sosial yang kuat dan berwibawa baik di tingkat nasional maupun
internasional, pemerintahan daerah dan masyarakat Provinsi DKI Jakarta bertekad
untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui pendidikan yang
bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
mampu menjawab berbagai tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena
itu, upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan mutu pendidikan,
pemeratan pendidikan, serta efisiensi peneyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah.
Berdasarkan

Undang-Undang

Nomor

23

Tahun

2014

tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa urusan pendidikan merupakan salah satu urusan
wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sejalan dengan itu,
Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menetapkan Peraturan Daerah Nomor 8
Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan sebagai komitmen untuk mencerdaskan
kehidupan dan penghidupan masyarakat Jakarta menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tertuang di dalam Peraturan
Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 3 tentang Sistem
Pendidikan, adalah:

4

(1) Pendidikan diselenggarakan secara professional, transparan dan
akuntabel serta menjadi tanggungjawab bersama Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Peserta Didik.
(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik
dengan system terbuka dan multimakna.
(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan secara berkesinambungan serta berlangsung sepanjang
hayat.
(4) Pendidikan diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan,
menantang, mencerdaskan dan kompetitiff dengan dilandasi
keteladan.
(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan daya budaya
membaca dan belajar bagi segenap warga masyarakat.
(6) Pendidikan diselanggarakan dengan memberdayakan seluruh
komponen pemerintah daerah dan masyarakat serta memberikan
keempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam
penyelenggaran dan peningkatan mutu pendidikan.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, sampai saat ini Pemerintah DKI
Jakarta masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan, baik permasalahan yang
bersifat internal maupun eksternal, seperti tingkat kualitas pendidik yang belum
memenuhi standar mutu, sarana-prasarana pendidikan yang masih kurang
memadai, serta terbatasnya anggaran pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah. Selain faktor internal tersebut, tantangan paling berat dihadapi
Pemerintah DKI Jakarta adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia
yang cerdas, unggul, dan berdaya saing. Untuk itu strategi yang dilakukan oleh
Pemerintah DKI Jakarta dalam pembangunan di bidang pendidikan, sebagaimana
terdapat didalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006
Pasal 16 tentang Sistem Pendidikan adalah:
(a) Mengatur, menyelenggarakan, mengarahkan, membimbing, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan;
(b) Menetapkan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan
pada pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, satuan
pendidikan menengah;

5

(c) Menetapkan standar pelayanan minimal dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah;
(d) Memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin pendidikan yang
bermutu bagi warga masyarakat tanpa diskriminasi;
(e) Menyediakan dana guna penuntasan wajib belajar 9 tahun;
(f) Menyediakan dana guna terselenggaranya wajib belajar 12 tahun
khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak
terlantar;
(g) Pemberian beasiswa atas prestasi atau kecerdasan yang dimilik peserta
didik;
(h) Memberikan keempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
memperoleh pendidikan;
(i) Memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga
kependidikan yang professional, sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi untuk menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu;
(j) Memfasilitasi tersedianya pusat-pusat bacaan bagi masyarakat,
sekurang-kurangnya satu di setiap Rukun Warga (RW);
(k) Mendorong dan mengawasi pelaksanaan kegiatan jam wajib belajar
peerta didik di rumah;
(l) Mendorong pelaksanaan budaya membaca dan budaya belajar;
(m) Membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan Masyarakat;
(n) Menumbuhkembangkan sumber daya pendidikan secara terus-menerus
untuk terselenggaranya pendidikan yang bermutu;
(o) Memfasilitasi sarana dan prasarana pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi guna mendukung pendidikan yang bermutu;
(p) Memberikan dukungan kepada perguruan tinggi dalam rangka
kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
(q) Menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulitasi dan fasilitas,
serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan;
(r) Mendorong dunia usaha/industry untuk berpartisipasi secara aktif dalam
penyenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.
Melalui strategi tersebut, diharapkan tujuan pendidikan dapat terwujud
secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif, baik dari Pemerintah
Daerah ataupun Masyarakat DKI Jakarta yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan dan strategi dalam penyelenggaraan dan
pengelolaan pendidikan, diperlukan pengaturan agar terpenuhi hak-hak dan

6

kewajiban yang mendasar bagi warga masyarakat di bidang pendidikan. Salah
satu upaya yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta, adalah menerapkan Program
Wajib Belajar Malam Hari atau lebih dikenal dengan WBMH.
Program Wajib Belajar Malam Hari adalah suatu kegiatan untuk
menciptakan

kondisi

lingkungan

yang

ideal

untuk

mendorong

proses

pembelajaran anak dan warga yang berlangsung dalam suasana pembelajaran
yang kondusif, untuk mencapai prestasi secara optimal. (Paparan Program Wajib
Belajar Malam Hari Dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2013:1). Alasan lain
dari pemberlakuan program Wajib Belajar Malam Hari tersebut adalah untuk
mengatasi pola kenakalan remaja yang marak terjadi belakangan ini.
Keselamatan warga Jakarta masih terancam. Pasalnya, pelajar yang
tawuran sudah berani menggunakan bahan kimia. Perilaku ini bukan
fenomena biasa yang menjadi cermin kualitas kenakalan remaja yang
semakin meningkat. “Ini sudah persoalan kriminal yang dilakukan pelajar,
tingkat kenakalannya sudah diluar batas pelajar, mulai dari cara melakukan
sampai melarikan diri setelah menyiramkan air keras. Perbuatan itu seperti
perilaku kriminal jalanan, kenakalan RN pelaku penyiraman bahan kimia
pada pekan lalu lebih banyak disebabkan faktor diluar sekolah. Sebab,
pihak sekolah tidak pernah mengajarkan kekerasan kepada siswanya”.
Kata Kepala Dinas Pemprov DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, Senin
(7/10), di Jakarta. Dan penggunaan soda api juga terjadi dalam tawuran
warga di Jalan Intan Johar Baru , 15 September. Seorang polisi bernama
Brigadir Sugito Aritonang (26) menjadi korban siraman soda api (Kompas
2013, Kenakalan remaja makin mencemaskan, diakses tanggal 9
November 2014).
Contoh kejadian di atas menandakan bahwa pola kenakalan remaja pada di
Jakarta semakin memprihatinkan, dan menjadi pukulan bagi pemerintah DKI
Jakarta khususnya di bidang pendidikan. Adapun rencana lain dari diberlakukan
program Wajib Belajar Malam Hari tersebut adalah demi melindungi dan
memproteksi anak dari bahaya di luar rumah yang terjadi di malam hari.

7

Menurut Gubernur Joko Widodo, rencana Jam Wajib Malam ini demi
memproteksi anak-anak dari bahaya luar lingkungan rumah, selain
memastikan perlindungan untuk mereka dari lingkungan rumah sendiri.
Apabila proteksi ganda ini diberlakukan, maka keamanan untuk mereka
maka keamanan untuk mereka diyakini akan lebih maksimal. (Viva News
2014, Menangkal tabrakan maut aqj dengan jam malam efektifkah, diakses
tanggal 14 Oktober 2014).
Landasan hukum dari pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari
adalah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006
dalam Pasal 7 Ayat (3) yang menyebutkan:
“Orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan
minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari dirumah bagi
anaknya dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB”. Program ini
bukan dimaknai bahwa seluruh masyarakat harus belajar pada jam
tersebut, namun masyarakat diminta untuk menciptakan suasana yang
kondusif untuk belajar anak dalam jangka waktu dua jam setiap hari.
Untuk menindak lanjuti ketentuan Pasal 7 Ayat (3) Peraturan Daerah
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, Pemerintah DKI Jakarta
menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar
Malam Hari. Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan program
Wajib Belajar Malam Hari. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun
2014, Pasal 2 tujuan dari pelaksanaan Program Wajib Belajar Malam Hari
tersebut dimaksudkan:
“Sebagai acuan dalam pelaksanaan wajib belajar malam hari baik di rumah
maupun di luar rumah dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan
prestasi di bidang akademiknya”.
Dalam upaya mencapai tujuan tersebut Pemerintah Provinsi DKI melalui
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan program Wajib Belajar
Malam Hari yang mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 dan merupakan

8

pilot project atau proyek percontohan pada tahap uji coba di beberapa wilayah
Jakarta. Apabila program tersebut berjalan baik dan efektif dalam meningkatkan
minat belajar dan prestasi anak, maka target Pemerintah DKI Jakarta akan
menerapkan program Wajib Belajar Malam Hari di seluruh wilayah DKI Jakarta.
Tabel di bawah ini menunjukan wilayah yang dijadikan pilot project program
Wajib Belajar Malam Hari:
Tabel 1.1
Lokasi Percontohan Program Wajib Belajar Malam Hari
No
1

Wilayah
Jakarta Pusat

RT RW
Kelurahan
Kecamatan
016 006
Pegangsaan
Menteng
008 008
Pegangsaan
Menteng
2
Jakarta Utara
007 005
Koja
Koja
001 002
Semper Barat
Cilincing
001 011
Lagoa
Koja
3
Jakarta Barat
004 004
Meruya Utara
Kembangan
002 003
Meruya Selatan
Kembangan
001 010
Sukabumi Utara
Kebon Jeruk
4
Jakarta Selatan 003 006
Jagakarsa
Jagakarsa
005 005
Ragunan
Pasar Minggu
5
Jakarta Timur
001 007
Jati
Pulogadung
009 012
Klender
Duren Sawit
6
Kep. Seribu
005
Pulau Panggang
Kep. Seribu Utara
004
Pulau Tidung
Kep. Seribu Selatan
Sumber: Paparan Program Wajib Belajar Malam Hari Dinas Pendidikan Provinsi
DKI Jakarta (2013:9)
Pemilihan wilayah yang dijadikan pilot project atau proyek percontohan
tersebut dilihat dari aspek tingkat partisipasi masyarakat pada masing-masing
wilayah. Berdasarkan hasil wawancara sementara peneliti (Ibu Rini staff seksi
sarana & prasarana sekolah dasar, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta pada
tanggal 26 Maret 2014), menyatakan:
“Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk
Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut
sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya.

9

Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah
menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang
sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan
wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi
masyarakatnya baik”.
Pemerintah DKI Jakarta berharap pelaksanaan program Wajib Belajar
Malam Hari yang dilaksanakan di beberapa lokasi yang menjadi pilot project
tersebut akan berjalan efektif dalam meningkatkan prestasi anak di bidang
akademik. Sehingga akan diikuti oleh wilayah-wilayah lain di Provinsi DKI
Jakarta, karena pada dasarnya program tersebut merupakan program swadaya
yang dilakukan berdasarkan dari peran serta masyarakat yang peduli terhadap
pendidikan. Prinsip dari program tersebut berdasarkan petunjuk pelaksanaan jam
wajib belajar di malam hari dari paparan program Wajib Belajar Malam Hari
Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2013:2), yaitu :
1. Pelakasanaan jam belajar wajib di malam hari dalam rangka
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau peserta
didik.
2. Berbasis pada masyarakat dan orangtua (community based
development).
3. Prinsip utama dalam kebijakan program Jam Wajib Belajar Malam
(JWBM), adalah : a. Edukasi bukan represi (bersifat mendidik bukan
memaksa), b. Bottom Up bukan Top Down (di mulai atau diawali pada
tingkat RT dan berkembang menjadi RW, Kelurahan, Kecamatan dan
Wilayah serta Provinsi).
4. Melibatkan partisipasi masyarakat (orangtua, pemuda, karang taruna,
mahasiwa) dunia usaha dan pemerintah (Lurah, Camat, Walikota,
Dinas Pendidikan dan SKPD terkait).
5. Menciptakan dan membangun kesadaran masyarakat untuk peduli
terhadap pendidikan anak-anak dan lingkungan.
Adapun yang menjadi peserta didik dalam program ini adalah anak yang
berada pada usia 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, yaitu berada
pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah

10

Menegah Atas (SMA). Kemudian untuk kegiatan program ini adalah peserta didik
belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dalam bentuk materi akademik
dan non akademik, misalanya: mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang
diberikan oleh guru, mengulang/memperdalam materi pelajaran yang didapatkan
pada hari itu, dan materi pembelajaran di kelompokan sesuai dengan jenjang
pendidikan peserta didik.
Namun di sisi lain, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa
pelaksanaan dari program Wajib Belajar Malam Hari, tidak akan berjalan dengan
baik dan efektif. Karena masih banyak terdapat kelemahan dalam pelaksanaan
program ini. Hal itu dapat dilihat dari waktu pelaksanaan program tersebut, waktu
belajar dilakukan dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, dan setelah jam
belajar itu berakhir, tidak ada jaminan bahwa anak akan kembali berkeliaran di
luar rumah (Berita Satu 2013, Dampak Pemberlakuan Jam Wajib Belajar, diakses
tanggal 14 Oktober 2014).
Salah satu wilayah yang dijadikan pilot project untuk program Wajib
Belajar Malam Hari adalah di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Di Kecamatan
Menteng, program Wajib Belajar Malam Hari lebih dikenal dengan istilah Jam
Wajib Belajar Malam atau disingkat JWBM. Wilayah ini sudah menerapkan
program JWBM sejak tahun 2011, dan itu pun jauh sebelum Pemerintah DKI
Jakarta memberlakukan kebijakan program JWBM, artinya program ini sudah
berjalan selama tiga tahun sampai dengan 2014. Oleh karena itu, peneliti tertarik
memilih

Kecamatan

Menteng,

Jakarta

Pusat

sebagai

locus

penelitian.

Sebagaimana dijelaskan oleh Dadang selaku Penanggungjawab program Wajib

11

Belajar Malam Hari Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat pada 16 Oktober 2014,
menyatakan:
“Bahwa pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan,
Kecamatan Menteng sendiri sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai
ada semenjak tahun 2011, berarti kita sudah menerapkan terlebih dulu
program tersebut di sini”.
Adapun pertimbangan peneliti memilih Kecamatan Menteng menjadi
locus penelitian karena Kecamatan Menteng menjadi salah satu pilot project
implementasi Program JWBM di DKI Jakarta. Karena itu keberhasilan program
JWBM di wilayah ini akan menjadi indikator keberhasilan dari keseluruhan
wilayah di DKI Jakarta. Masyarakat di Kecamatan Menteng relatif masih banyak
yang memiliki respon positif dalam menanggapi berbagai kebijakan yang
dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta. Wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk
yang padat dengan heterogenitas yang cukup tinggi, meliputi suku bangsa yang
beragam, diferensiasi pekerjaan/profesi, ragam status dan tingkat perekonomian
warga, tingkat pendidikan yang bermacam-macam dan lain-lain. Hal lainnya yang
menjadi kontradiksi dalam memacu sinergi Program WBMH di wilayah ini adalah
banyak munculnya sarana hiburan seperti rental Playstation (PS), warung internet
(warnet) game, kafe-kafe, dan lain-lain. Tempat-tempat seperti ini menjadi favorit
sebagian warga termasuk pelajar-pelajar sekolah. Kondisi ini akan menjadi
tantangan dalam upaya untuk mendorong keberhasilan program WBMH.
Tetapi dalam pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng,
Kelurahan Pegangsaan Jakarta Pusat masih terdapat beberapa masalah yang
dihadapi dalam menjalankan program tersebut. Berdasarkan dari hasil observasi
awal di lapangan, masalah yang ditemui antara lain: Pertama, tidak ada sarana dan

12

prasarana beserta kelengkapan belajar yang disediakan Pemerintah DKI Jakarta
untuk kegiatan Program Wajib Belajar Malam Hari di Kelurahan Pegangasaan,
Kecamatan Menteng. Sedangkan sarana dan prasarana yang ada, hanyalah pos
ronda kecil yang dibangun oleh masyarakat setempat, dan kelengkapan belajar
seperti buku, adalah hasil sumbangan masyarakat setempat. Berdasarkan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2014, Pasal 7:
“Bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk wajib belajar malam
hari meliputi:
a. Rumah tinggal;
b. Balai warga;
c. Pusat kegiatan belajar masyarakat;
d. Sarana ibadah; dan
e. Sarana lainnya yang memadai.
Namun, rumah tinggal yang seharusnya menjadi sarana untuk kegiatan
program JWBM tidak kondusif untuk anak atau peserta didik belajar dengan baik.
Menurut Dadang ketua LMK RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan:
“Anak-anak atau peserta didik yang mengikuti kegiatan JWBM di rumah
umumnya tidak dapat belajar dengan baik karena situasi di rumah itu
sendiri tidak kondusif”. Salah satu faktornya adalah karena umumnya di
setiap rumah ditempati oleh beberapa kepala keluarga, jadi kondisi yang
ramai tersebut membuat konsentrasi anak terganggu, sehingga tidak dapat
belajar dengan baik”.
Kecamatan Menteng merupakan salah satu wilayah padat penduduk di
DKI Jakarta, terutama di Kelurahan Pegangsaan. Tabel di bawah ini menunjukan
jumlah Kepala Keluarga di beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Menteng:

13

Tabel 1.2
Profil Kecamatan Menteng
No
1
2
3
4
5

Kelurahan
Luas (Km²)
KK
Menteng
2,44
4.711
Pegangsaan
0,98
10.780
Cikini
0,82
2.258
Gondang Dia
1,46
1.320
Kebon Sirih
0,83
3.459
Total
6,53
22.528
Sumber: Kecamatan Menteng Dalam Angka 2012

RT
137
104
66
40
77
424

Dari data di atas menunjukan bahwa Kelurahan Pegangsaan

RW
10
8
5
5
10
38
adalah

kelurahan dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Menteng, yaitu terdapat
10.780 Kepala Keluarga dan Kelurahan Gondang Dia adalah kelurahan dengan
kepadatan terendah yaitu 1.320 Kepala Keluarga. Dan Sarana dan prasarana lain
yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng guna kegiatan WBMH,
antara lain:
Tabel 1.3
Sarana dan prasarana umum Program Jam Wajib Belajar Malam di
Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat
No
Sarana yang tersedia
Jumlah
1
Gardu Ilmu
2
2
Pendopo Ilmu
1
3
Pos RW
2
Sumber: Diolah peneliti dari Kelurahan Pegangsaan 2013

Lokasi
RW 06 dan RW 08
RW 06
RW 06 dan RW 08

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 22 tahun 2014, Pasal 7, gardu
ilmu, pendopo ilmu dan pos rw tergolong di dalam sarana dan prasaran lain yang
mendukung kegiatan program WBMH. Dari data di atas menunjukan bahwa
sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng
tersebut, kurang memadai dari segi jumlah yang ada dengan masyarakat di

14

wilayah ini, mengingat bahwa di Kelurahan Pegangsaan ini merupakan wilayah
padat penduduk.
Masalah kedua yang terlihat, rendahnya partisipasi peserta didik untuk
mengikuti program Wajib Belajar Malam Hari.
Tabel 1.4
Jumlah Peserta Didik Program Jam Wajib Belajar Malam di Kecamatan
Menteng
No
1
2

RW
Jumlah Peserta Didik
006
39 anak
008
36 anak
Total
75 anak
Sumber: Diolah peneliti dari Kelurahan Pegangsaan 2014
Tabel di atas menunjukan jumlah seluruh peserta didik di Kecamatan
Menteng sedangkan, berdasarkan observasi awal pada tanggal 9 Oktober 2014,
dari sekian banyak anak yang menjadi peserta didik dalam program WBMH, di
Kelurahan Pegangsaan, tidak semua peserta didik datang untuk mengikuti
kegiatan WBMH, hanya nampak sekitar 20 anak di pos RW 06 yang mengikuti
program ini. Hal ini menunjukan rendahnya tingkat partisipasi peserta didik untuk
mengikuti program WBMH tersebut.
Masalah ketiga yaitu, kurangnya peran dari orangtua peserta didik untuk
mendukung dalam pelaksanakan program WBMH, terutama tugas orangtua
sebagai garda terdepan dalam mengawasi anak. Dalam menjalankan program ini,
pengawasan dilakukan secara bersama, baik itu orangtua maupun masyarakat
setempat. Peran dari masyarakat dan orangtua dalam program ini adalah sebagai
fasilitator. Menurut Zaky, salah seorang guru RW 06 pada tanggal 16 Oktober
2014, mengatakan :

15

“Umumnya orangtua dari anak di daerah sini terkesan tidak peduli
terhadap kegiatan jam malam ini. Apabila sudah mendekati jam tujuh
malam orangtua tetap saja menyalakan tv sampai larut malam. Biasanya
orangtua ini beralasan acara tv pada jam-jam tersebut adalah tontonan
favoritnya”.
Hal tersebut bertentangan dengan tugas orangtua sebagai fasilitator dalam
program WBMH, sebagaimana terdapat dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari, Pasal 6
menyebutkan Ayat (2) :
“Tugas dan tanggung jawab fasilitator sebagaimana dimaksud pada ayat
meliputi :
a. Memotivasi peserta didik;
b. Mendampingi peserta didik;
c. Membimbing dalam mata pelajaran; dan
d. Menyediakan sarana dan prasarana belajar.
Pelaksanaan program WBMH yang dilaksanakan di rumah diatur
berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2014
tentang Wajib Belajar Malam Hari Pasal, 8 Ayat(3):
“Bagi peserta didik yang belajar di rumah didampingi dan dibimbing oleh
orangtua/wali dan/atau anggota keluarga lainya serta dilakukan tahapan
sebagai berikut :
1. Menghentikan seluruh kegiatan yang menggangu pelaksanaan
wajib belajar malam hari;
2. Mengkondisikan peserta didik untuk belajar; dan
3. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.
Namun kurangnya peran serta dari orangtua peserta didik untuk ikut
melaksanakan dan mengawasi program ini, menjadi kendala besar untuk
keberhasilan program tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi permasalahan yang
penting untuk dikaji, mengingat peran dari orangtua sebagai fasilitator, dan
bertugas untuk memotivasi semangat anak agar meningkatkan prestasi dalam
bidang akademik dan memberikan situasi yang efektif bagi anak untuk belajar.

16

Apabila peran dari orangtua sendiri sudah tidak mendukung, maka tujuan
pelaksanaan program WBMH, yakni agar anak dapat memperoleh prestasi
akademik yang baik, akan sulit terwujud.
Masalah keempat yaitu, kurangnya guru pengajar sebagai pendamping
dalam kegiatan program WBMH. Guru pendamping yang ada hanya berjumlah 2
(dua) orang guru saja, yaitu bapak Zaky dan ibu Pipit. Menurut Zaky, salah
seorang guru RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan :
“Disini kita kekurangan tenaga pengajar dalam mendampingi anak-anak
untuk belajar. Dari sekian banyak anak yang ikut program ini, hanya ada 2
orang guru pendamping saja untuk mendampingi mereka, yaitu saya dan
ibu Pipit.”
Kurangnya tenaga pendidk menjadi salah satu permasalahan yang terdapat
dalam pelaksanaan program WBMH ini, karena guru berperan sebagai pemberi
utama materi kepada peserta didik dalam kegiatan program WBMH ini.
Masalah kelima yaitu, kurangnya peran dari pemerintah daerah setempat
dalam mengawasi dan pelaksanaan program WBMH. Pemerintah daerah sebagai
pembuat keputusan program pilot project ini sudah seharusnya berperan aktif
untuk mengawasi penyelenggaraan program WBMH. Menurut Dadang Ketua
LMK RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan:
“Program WBMH ini, kurang didukung penuh oleh pemerintah.
Pemerintah Daerah seharusnya rajin melakukan monitoring program untuk
melihat permasalahan apa dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi di
lapangan dalam menjalankan program ini. Terhitung sejak bulan Oktober
2013 sampai dengan Oktober 2014 program ini di sah kan Pemerintah DKI
Jakarta, baru tiga kali Dinas Pendidikan melakukan kunjungan untuk
monitoring program. Padahal program ini sangat baik untuk anak jika
dilihat dari tujuan program tersebut, yaitu untuk meningkatkan prestasi
akademik anak”.

17

Pernyataan tersebut menandakan bahwa kurangnya peran dari Pemerintah
DKI Jakarta dalam mengawasi pelaksanaan program WBMH di Kecamatan
Menteng, Jakarta Pusat.
Atas dasar latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengetahui permasalahan ini. Oleh karena itu peneliti memberi
judul “Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib
Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat”.

1.2

Identifikasi Masalah
1. Tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana beserta kelengkapan
belajar yang disediakan oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk kegiatan
program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta
Pusat.
2. Rendahnya partisipasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan program
Wajib Belajar Malam Hari.
3. Kurangnya peran dari orangtua peserta didik dan masyarakat di
Kecamatan Menteng untuk mendukung berlangsungnya kegiatan
Wajib Belajar Malam Hari.
4. Kurangnya tenaga pendidik sebagai pendamping dalam kegiatan
program Wajib Belajar Malam Hari.
5. Kurangnya peran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk mengawasi
program Wajib Belajar Malam Hari.

18

1.3

Batasan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan

pada: Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar
Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

1.4

Rumusan Masalah
Dengan bertitik tolak pada latar belakang penelitian di atas, maka peneliti

mengangkat rumusan masalah dalam penelitian Evaluasi Program Jam Wajib
Belajar Malam (JWBM) di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat, yaitu:
1. Bagaimana Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang
Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat?
2. Bagaimana pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan
Menteng Jakarta Pusat?

1.5

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengevaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang
Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.
2. Mengidentifikasi masalah pelaksanaan program Wajib Belajar Malam
Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

19

1.6

Manfaat Penelitian
a) Secara Teoritis
1. Untuk mengetahui hubungan antara teori dengan praktik yang ada
di lapangan.
2. Untuk dapat memberikan input atau masukan mengenai kebijakan
publik.
b) Secara Praktis
1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas
Pendidikan

Provinsi

DKI

Jakarta

dan

masyarakat

untuk

mendukung dan mengawasi Program Wajib Belajar Malam Hari.
2. Bagi peneliti dapat memberikan input dan menambah pengetahuan
dan wawasan serta melatih kemampuan menganalisis khususnya di
bidang kebijakan publik.
3. Manfaat

bagi

masyarakat

adalah

membangun

kesadaran

masyarakat terutama dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang
akademik, sesuai dengan tujuan Program Wajib Belajar Malam
Hari itu sendiri.
1.7

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang dalam penelitian
penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, batasan penelitian, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

20

BAB II DESKRIPSI TEORI